DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO”
TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
LUSIANA KURNIA MAHEKA NPM : 0724010011
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO”
TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO
Diajukan oleh :
LUSIANA KURNIA MAHEKA 0724010011
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 03 Maret 2011
Telah disetujui oleh :
Pembimbing : Tim Penguji
1. Pembimbing Utama 1. Ketua
Dr. Ir. Sudiyarto, MM Dr. Ir. Sudiyarto, MM 2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris
Ir. Sri Widayanti, MP Ir. Mubarokah, MTP 3. Anggota
Ir. Nuriah Yuliati, MP
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya, yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal dengan judul “Dampak Keberadaan Pasar Induk
“Puspa Agro” Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Tani Sayur Dan Buah di
Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian (S1) Program Studi Agribisnis, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Penulis berharap semoga dalam penyusunan skripsi ini
dapat diterima dan memenuhi persyaratan, serta menyadari sepenuhnya akan
segala kerendahan hati dan keterlibatan semua pihak, maka penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak
Dr. Ir. Sudiyarto, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ibu
Ir. Sri widayanti, MP, selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas kepercayaan
dan segala bantuan yang telah diberikan berupa pengorbanan waktu, tenaga dan
pikiran. Selain itu dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Indra Tjahaja Amir, MP, selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
3. Seluruh dosen dan staf yang ada di Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Keluarga dan someone tercinta, yang selalu memberi do’a, dorongan dan
semangat.
5. Rekan-rekan Ormawa Fakultas Pertanian dan teman-teman Se-angkatan’07
dan semua yang telah memberikan dukungan moral dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan dukungan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Namun demikian penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
pada penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan Skripsi S1.
Semoga apa yang penulis uraikan dalam skripsi ini dapat berguna bagi
pembaca serta bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Surabaya, Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.4. Pembatasan Masalah ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA... 12
2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Landasan Teori ... 17
2.3. Kerangka Pemikiran... 27
2.4. Hipotesis... 30
III. METODE PENELITIAN... 31
3.1. Penentuan Lokasi ... 31
3.2. Penentuan Populasi dan Sampel . ... 31
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 32
3.4. Metode Analisis Data ... 33
IV. KEADAAN UMUM DAERAH ... 40
4.1. Keadaan Geografis ... 40
4.2. Keadaan Penduduk... 42
4.3. Keadaan Soaial Ekonomi . ... 42
4.4. Keadaan Pertanian ... 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47
5.1. Karakteristik Responden ... 47
5.2. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” Terhadap Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah ... 52
5.3. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” Terhadap Pendapatan Kelurga Tani Sayur dan Buah... 57
5.4. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” TerhadapKeamanan Lingkungan, Kegiatan Sosial, dan Kegiatan Keagamaan Keluarga Tani Sayur dan Buah ... 67
5.5. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ... 77
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 91
6.1. Kesimpulan ... 91
6.2. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Judul
1. Penggunaan Tanah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten SidoarjoTahun 2009... 41
2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jemundo
KecamatanTaman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 43
3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jemundo
KecamatanTaman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 44
4. Luas dan Persentase Areal Tanaman Menurut Jenis Komoditi di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun2009... 45
5. Tingkat Pendidikan Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 48
6. Usia Responden Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 49
7. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 51
8. Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah Adanya Pasar Induk “PuspaAgro”... 53
9. Perubahan Pendapatan Keluarga Petani Sayur dan Buah di Desa JemundoKecamatan Taman Kabupaten sidoarjo Tahun 2010 Akibat Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 60
10. Total Jam Kerja Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah Adanya PasarInduk “Puspa Agro”... 65
11. Persepsi Petani Responden terhadap Keamanan Lingkungan Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 68
13. Persepsi Responden Terhadap Penjadwalan Penjagaan Keamanan
Setelah Adanya Pasar Induk “puspamAgro”... 71
14. Persepsi Petani Responden terhadap Kegiatan Sosial Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 72
15. Persepsi Responden Terhadap Program Pavingisasi Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 74
16. Persepsi Petani Responden terhadap Kegiatan Keagamaan Setelah
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Judul
1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 29
2. Jalan Masuk Pasar Induk “Puspa Agro”... 79
3. Jalan Raya Menuju Pasar Induk “Puspa Agro”... 80
4. Laboratorium Pasar Induk “Puspa Agro”... 85
5. Rusunami Pasar Induk “Puspa Agro”... 87
6. Taman Bermain Anak-anak Pasar Induk “Puspa Agro”... 88
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Judul
1. Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah Adanya Pasar Induk “PuspaAgro” di Desa Jemundo
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo... 97
2. Analisis Uji Tanda (Sign Test) untuk Melihat Penambahan Jenis
Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo... 98
3. Biaya Tetap Usahatani Sayur Kangkung dan Buah Jambu Biji
Merah... 100
4. Biaya Variabel Usahatani Sayur dan Buah dSebelum dan Setelah
Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo... 103
5. Penerimaan dan Total Biaya Usahatani Kangkung dan Jambu Biji
Sebalum Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo………. 107
6. Pendapatan Usahatani Kangkung dan Jambu Biji Sebelum dan Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo……….. 109
7. Total Pendapatan Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo... 111
8. Data Penolong Uji t (Paired Sample t Test) Perubahan Pendapatan
KeluargaPetani Sayur dan Buah... 113
9. Perhitungan Analisis Uji t (Paired Sample t Test) untuk Melihat
Perubahan Pendapatan Keluarga Petani Sayur dan Buah... 114
10. Analisis Uji Tanda (Sign Test) Untuk Melihat Perubahan Jam Kerja
Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo………….………… 116
11. Kuesioner Responden Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo
Oleh :
LUSIANA KURNIA MAHEKA
ABSTRACT
Wholesale market "Puspa Agro" is the most comprehensive and largest market in Indonesia. Obviously, a wholesale market "Puspa Agro" bring impact to the surrounding environment. The impact of the existence of a wholesale market "Puspa Agro" against family socioeconomic vegetable and fruit farmers in the village of Sidoarjo Regency Park District Jemundo.
The existence of a wholesale market "Puspa Agro" positive and significant impact on the type of work the family farm vegetables and fruit, this can be seen from calculating the value Z = 4.33; Z table = 3.481 (α = 0.05, df = 1), then the Z count = 4.33> Z table = 3.481 so that Ho refused and H1 accepted.
The existence of a wholesale market "Puspa Agro" bring the impact of additional family income of vegetable farmers and fruit. Farm family income of vegetables and fruits before the main market "Puspa Agro" significantly different from the income of fruit and vegetable farmers 'family after the wholesale market "Puspa Agro', this can be seen from the t value = 5.61 ≥ 0.05 t table = 1.699 Ho accepted and H1 is rejected.
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di
Indonesia dipenuhi dengan tanaman pertanian. Namun identitas tersebut kini
mulai luntur, hal tersebut diakibatkan generasi muda berkualitas zaman sekarang
mulai enggan untuk mengelola lahan pertanian yang membuat pada akhirnya
lahan pertanian tersebut direlokasi sebagai bangunan perumahan, kawasan
industri dan mall atau pasar megah. Padahal jika generasi muda ingin dan mau
meneruskan mengelola pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan
kemiskinan di negara ini akan terhapuskan bahkan Indonesia bisa menjadi negara
eksportir hasil pertanian, namun kini apa yang terjadi banyak masyarakat
Indonesia yang menjadi korban kemiskinan, kelaparan, busung lapar, bahkan gizi
buruk. Hal ini tentu ironis sekali dimana sebuah negara yang memiliki potensi
besar dalam bidang pertanian mengalami kasus kelaparan bahkan gizi buruk. Itu
semua tentu jelas diakibatkan karena kurangnya minat para generasi muda yang
berkualitas terhadap pengelolaan pertanian.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam
bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari
pendapatan dunia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di
Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun
hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Negara Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris kini telah luntur,
hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya: lahan Pertanian yang semakin lama terus menyempit dan
infrastruktur yang tidak terawat sehigga banyak yang rusak, selain itu Indonesia
mempunyai masalah yang sangat serius dalam sumber daya manusia dalam
pertanian contohnya di daerah Jawa Barat 40 persen petani rata-rata berusia diatas
50 tahun (Kompas, 4/8/2008). Dari data tersebut kondisi para petani sangat
mengkhwatirkan dan perlu adanya para penerus atau regenerasi agar dapat
menjaga dan lebih melestarikan dalam menjalani aktifitas pertanian, yang
merupakan sumber utama bagi penghidupan rakyat Indonesia. Tetapi pada saat
sekarang ini sudah sangat sedikit para pemuda yang memilih bidang pertanian
sebagai sumber mata pencaharian mereka.
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani
kegiatan transaksi jual beli. Dalam keseharian, dikenal dua bentuk pasar yaitu
pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi penjual
dan pembeli secara langsung yang kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,
kain, dan pakaian. Sementara itu, pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar
tradisional, hanya saja pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi
secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam
barang (barcode). Selain itu, bangunan fisik pasar modern lebih permanen, besar,
dari lapak-lapak. Di pasar modern, jenis pelayanan yang dilakukan oleh penjual
dapat berbentuk pelayanan secara mandiri oleh pembeli (swalayan) atau dilayani
oleh pramuniaga. Di pasar modern, jenis barang yang dijual tidak jauh berbeda
dengan pasar tradisional, hanya saja dari sisi kemasan, jumlah dan jenis barang
lebih beragam.
Sebelum pasar induk “Puspa Agro” didirikan, petani sayur dan buah di
Desa Jemundo Kecamata Taman Kabupaten Sidoarjo menjual hasil panennya
pada tengkulak atau pedagang pengumpul yang ada di Desa Jemundo, namun ada
juga yang menjual langsung tetapi di pasar yang jauh dengan tempat tinggal
mereka, hal ini mengakibatkan petani menjadi kurang diuntungkan karena dengan
menjual ke tengkulak atau pedagang pengumpul maka harga jual hasil panennya
menjadi rendah dan apabila dijual ke pasar yang jauh dari tempat tinggal petani
maka memerlukan biaya yang cukup banyak sehingga pendapatan yang diperoleh
petani menjadi semakin rendah.
Situasi dan kondisi yang berbeda dialami oleh petani sayur dan buah
setelah adanya pasar induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo karena petani dapat
menjual langsung hasil panennya ke pasar induk “Puspa Agro”, hal ini
mengakibatkan petani dapat menjual hasil penennya dengan harga yang lebih
tinggi karena tidak ada perantara antara petani sayur dan buah sebagai produsen
dengan pembeli sebagai konsumen atau dengan kata lain, pasar induk “Puspa
Agro” dapat memutus rantai penjualan, selain itu dengan adanya pasar induk
“Puspa Agro” juga dapat meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan oleh
dipasarkan atau dijual di pasar induk “Puspa Agro” yang dekat dengan tempat
tinggal mereka, dengan begitu maka pendapatan petani sayur dan buah menjadi
meningkat.
Dewasa ini dan terlebih lagi di masa yang akan datang, orientasi sektor
pertanian telah berubah dari orientasi produksi ke orientasi pasar. Dengan
berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut
produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya prferensi konsumen akan
produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari
usahatani kepada industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Menurut
Departemen Pertanian (2002), untuk mengembangkan sektor pertanian yang
modern dan berdaya saing, maka agroindustri harus menjadi lokomotif dan
sekaligus menjadi penentu kegiatan subsektor usahatani dan selanjutnya akan
menentukan subsektor agribisnis hulu.
Pusat perbelanjaan modern saat ini berkembang sangat pesat, khususnya
di DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya. pasar - pasar modernterus tumbuh dan
berkembang dengan berbagai bentuknya. Menurut riset First Pacific Davies dalam
Asia Property Focus (1996), sampai akhir tahun 1996, pasokan total pusat
perbelanjaan di Jakarta akan mencapai 1.1 juta meter persegi dan diperkirakan
akan terus tumbuh pesat mengingat masih banyak pembangunan pusat
perbelanjaan yang belum selesai.
Kehadiran pasar modern, terutama supermarket dan hipermarket,
dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional
juta pedagang kecil(Kompas 2006). Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen, pasar
modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional
menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan
pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional mungkin
akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel saat ini yang
didominasi oleh pasar modern.
Perkembangan pusat perbelanjaan modern tersebut dapat mengancam
keberadaan pedagang di pasar tradisional apabila tidak ada penanganan struktur
dan kondisi yang lebih baik terhadap pasar tradisional. Hal ini perlu dilakukan
mengingat masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tergantung kepada
keberadaan dan keberlangsungan pasar tradisional. Harga yang relatif lebih murah
dan memungkinkan adanya proses tawar menawar, menjadikan pasar tradisional
masih menjadi pilihan untuk berbelanja. Namun, beragam masalah yang dihadapi
pasar tradisional seperti buruknya infrastruktur, pungutan liar yang memberatkan
penjual, dan sistem pengelolaan pasar yang tidak baik menyebabkan
keberlangsungan pasar tradisional cukup terancam di tengah-tengah masyarakat.
Nilai buah-buahan dan sayur-sayuran segar meningkat dua kali lipat di
Indonesia selama tahun 1994-2004, sehingga menjadi industri yang bernilai
sepuluh milyar dolar. Meskipun pengeluaran untuk buah dan sayur segar hanya 50
persen dari pengeluaran untuk beras di Indonesia pada tahun 1994, pengeluaran
untuk buah dan sayur meningkat hingga 75 persen dari pengeluaran untuk beras
pada tahun 2004 – dan di daerah perkotaan, mencapai 100 persen, di mana
mengadakan pengeluaran untuk beras dan untuk buah dan sayur. Hampir semua
buah dan sayur segar di pasar berasal dari dalam negeri: meskipun impor buah
dan sayur segar meningkat tiga kali lipat selama dekade 1994-2004, tetapi saat ini
impor sangat minim, hanya sekitar 3 persen dari konsumsi buah dan sayur segar di
Indonesia (sama dengan rata-rata di negara-negara berkembang).
Lonjakan usaha hortikultura dan perkembangan dinamis sektor grosir,
petani masih memiliki kesempatan untuk menjual hasil bumi yang dibagi
berdasarkan kualitas. Ini berarti petani sedikit atau tidak mendapatkan keuntungan
dari produksi yang berkualitas. Tetapi pedagang grosir menjual berdasarkan
tingkat kualitas dan meraup keuntungan dari perbedaan kualitas.
Pasar Induk “Puspa Agro” Jawa Timur (Jatim) diharapkan dapat menjadi
sumber suplay atau pemasok komoditi pertanian untuk nasional dan internasional.
Pasalnya. Indonesia menargetkan tahun ini bisa memasok 10 persen kebutuhan
sayur dan buah ke Singapura. Jika tahun ini target 10 persen itu bisa dipenuhi.
Bahkan, bertekad pada 2014, Indonesia mampu menyuplai kebutuhan komoditi
pertanian ke Singapura sebesar 30 persen. Pasar Induk Puspa Agro Jatim harus
bisa menjadi salah satu sumber suplay itu. (Hatta Rajasa 20 Juli 2010).
Petani yang ada di Jawa Timur dapat menjual hasil panennya langsung ke
Pasar Induk “Puspa Agro” yang terletak di Desa Jemundo Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo, dengan lokasi pasar yang mudah terjangkau oleh petani di
wilayah Sidoarjo diharapkan petani bisa menjual langsung ke pasar supaya petani
mendapatkan nilai tambah dari hasil panennya sebelum ada pasar induk “Puspa
Dengan demikian petani bisa mendapatkan hargaa jual lebih mahal dan bisa
menikmati keuntungan yang lebih besar.(Gubernur Jawa Timur Dr. Soekarwo).
Keberadaan Pasar Induk “Puspa Agro” di Jemundo Sidoarjo menjadikan
transaksi produk agro Jawa Timur kompetitif. Harga produk pertanian lebih
murah. Sebab, sistem distribusinya langsung dipotong. Yakni dari produsen
(petani) langsung didistribusikan ke pasar. Pemotongan mata rantai ini
menyebabkan harganya dapat lebih murah.
Menurut Soekarwo (Gubernur Jawa Timur, Juli 2010) Puspa Agro
dioperasikan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi petani Jatim
yang rendah. Jumlah penduduk Jatim yang berprofesi sebagai petani sekitar 47
persen dari total penduduk Jatim yang mencapai 37 juta. Dari jumlah itu, yang
bisa menikmati hasil pekerjaan hanya 16,39 persen. Padahal, produksi pertanian
di Jatim hampir 99 persen mengalami surplus. Hal itu terjadi karena sebagian
besar hasil pertanian dijual dalam bentuk on farm bukan off farm. Untuk
meningkatkan nilai tambah, harus diciptakan industrialisasi pertanian. Puspa Agro
adalah langkah awal untuk menuju ke sana. Ia pun berharap, Puspa Agro dapat
meningkatkan perekonomian Jatim. Saat ini, transaksi perdagangan antar provinsi
mencapai Rp 44,2 triliun. Potensi Jatim dengan berdirinya Puspa Agro,
ditargetkan nilai perdagangan Jatim dengan provinsi lain dapat mencapai Rp 200
triliun hingga akhir 2010.
Erlangga Satriagung mengatakan Pasar Induk Puspa Agro di Jemundo
Sidoarjo semakin menggairahkan sektor agrobisnis di Jatim. Sebagai sektor
agrobisnis akan mengerek pertumbuhan ekonomi Jatim. Jatim adalah pemegang
terbesar portofolio produk pertanian di Indonesia. Keberadaan pasar induk yang
modern akan semakin menguatkan penetrasi produk pertanian Jatim ke berbagai
wilayah Indonesia, khususnya di bagian timur. Selama ini salah satu kendala
petani adalah soal pemasaran produk. Pasar agro selama ini dikuasai pedagang
besar di Jakarta. Mereka sebenarnya hanya bermodalkan modal dan jaringan
untuk kembali menjual produk yang dibeli dari para petani dan pedagang di Jatim.
Banyak pedagang Jakarta yang membeli produk dari Jatim lalu dijual kembali ke
kawasan Indonesia timur.
I.2. Perumusan Masalah
Petani Indonesia yang mencoba menjual hasil bumi ke pasar swalayan
menghadapi rintangan dan hambatan yang besar oleh rantai penawaran yang
sangat buruk – menelusuri jalan yang rusak, marak dengan korupsi, dan kurang
mendapatkan sarana penyimpanan dan pelayanan logistik. Pedagang ritel
mempunyai potensi yang besar untuk produk-produk lokal di pasar swalayan jika
masalah rantai penawaran tersebut dapat teratasi. Agar petani dapat memperoleh
keuntungan yang lebih tinggi dari penjualan ke saluran modern dalam negeri,
apalagi ekspor, maka perlu dilakukan perbaikan yang signifikan terhadap
rantai-rantai penawaran domestik.
Pasar induk puspa agro terletak diantara pemukiman dan pertanian yang
masih cukup luas, petani yang ada disekitar pasar induk puspa agro kebanyakan
berusahatani padi,sayur – sayuran dan buah – buahan, dengan demikian petani
mendapatkan harga jual yang lebih mahal dibandingkan sebelum adanya pasar
induk puspa agro karena pasar tersebut adalah salah satu pasar grosir agribisnis
terbesar di Indonesia. Sejak pasar tersebut diresmikan oleh pemerintah, warga dan
petani disekitar diduga mengalami perubahan pola hidup khususnya pekerjaan dan
pendapatan warga sekitar.
Pemasaran buah dan sayur segar melalui pasar swalayan di Indonesia
belum lama dikembangkan, rantai-rantai utama telah beralih sejak dini (dengan
standar internasional) ke penggunaan saluran-saluran penawaran sebagai alternatif
pasar grosir tradisional. Meskipun masih mendapatkan buah dari importir, grosir
dan pedagang antar pulau berskala besar, rantai ritel utama semakin banyak
mendapatkan sayuran local melalui:
(a) Pedagang grosir generasi baru yang berspesialisasi, bermodal dan
berdedikasi terhadap segmen-segmen industri pangan modern seperti pasar
swalayan, rantai makanan cepat saji, restoran dan hotel; dan
(b) Untuk beberapa jenis produk, petani/pengemas/pengirim dengan
menggunakan skema pertumbuhan lebih cepat dan lebih besar.
Pasar khusus perdagangan hasil-hasil bumi dan perikanan ini disiapkan
menjadi salah satu pasar agribisnis kelas dunia. Karena ini pasar induk terbesar di
Indonesia dan terbesar kedua di Asia Tenggara ( Erlangga 2010). Pasar induk
“Puspa Agro” juga dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang yang cukup
memadai. Dilihat dari potensi yang dimiliki oleh pasar induk “Puspa Agro” ini
mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikunjungi oleh berbagai lapisan
masyarakat sekitar yang bermata pencaharian sebagai petani sayur dan buah untuk
membuka lapangan kerja baru. Sehubungan dengan adanya dampak
perekonomian pasar induk “Puspa Agro” terhadap perekonomian petani sayur dan
buah maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan jenis
pekerjaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo ?
2. Apakah terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan
pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo ?
3. Bagaimana dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” terhadap
keamanan lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur dan
buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ?
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro”
terhadap penrubahan jenis pekerjaan petani sayur dan buah di Desa
Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro”
terhadap perubahan pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo
3. Untuk mengetahui dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” terhadap
keamanan lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur
dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola pasar induk “Puspa
Agro” dan pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam merumuskan kebijakan
tentang kegiatan pasar induk “Puspa Agro”.
3. Sebagai bahan kajian bagi rumah tangga tani sayur dan buah dalam
rangka mengatur dan meningkatkan perekonomiannya.
1.4. Pembatasan Masalah
Penelitian ini merupakan studi kasus pada petani sayur dan buah yang
terkena dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Pada penelitian ini hanya terbatas pada
ruang lingkup yaitu : petani sayur kangkung dan buah jambu biji merah yang hasil
panennya didistribusikan ke pasar induk “Puspa Agro” dan memberi dampak jenis
pengembangan bisnis harmoni pada tahun 2003 – 2004, masyarakat Jakarta
sebanyak 43,75% konsumen memilih hypermarket sebagai tempat berbelanja,
27,88% memilih minimarket, dan 28,37% memilih pasar tradisional. Selain itu
sebanyak 78% pemilik warung merasa terganggu dengan adanya kehadiran mini
market dan 60% terganggu dengan kehadiran hypermarket ( data diperoleh dari
100 responden pemilik warung di lima wilayah Jakarta, Depok, dan Tangerang ).
Data lain menyebutkan bahwa di Negara-negara Asia Pasifik (kecuali
Jepang), pada tahun 1999-2004 rasio keinginan masyarakat berbelanja di pasar
tradisional sebesar 65% (1999), 63% (2000), 60% (2001), 52% (2002), 56%
(2003), dan 53% (2004). Sedangkan pasar modern 35% (1999), 37% (2000), 40%
(2001), 43% (2002), 44% (2003), dan 47% (2004). Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan keinginan masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisionaal
sedikit menurun, diduga masyarakat yang berbelanja di pasar modern sedikit
meningkat. Di pasar tradisional menurun dengan tingkat kenaikan atau penurunan
rata-rata 2% per tahun (AC Nielson Asia Pasific Retail and Shoper Trend, 2005).
Memang tidak dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah
menjadi tuntunan dan konsenkuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di
masyarakat kita. Tidak hanya di metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota
kecil di tanah air. Sangat menjumpai Minimarket, Supermarket, bahkan
menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah
menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat para peritel
kelas menengah dari teri mengeluh, ( Esther dan dikdik, 2003 ).
Kendati persaingan antar pasar modern secara teoritis menguntungkan
konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang
diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat
penting mengingat Supermarket saat ini secara langsung bersaing dengan pasar
tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu, ( Harmanto, 2007).
Populasi Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar rata-rata 1,3%
per tahun dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang dan akan mencapai
jumlah penduduk sebesar 250 juta jiwa pada tahun 2015. Hal ini membuat
Indonesia menjadi pasar yang besar untuk produk sayuran dan buah-buahan.
Mayoritas populasi hidup di Pulau Jawa (58%), dan di Pulau Sumatera (22%).
Populasi yang terjadi dikeempat provinsi yang dicakup oleh Program Smallholder
Agribusiness Development Initiative (SADI), yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, NTT, dan NTB adalah sebesar 19,1 jiwa (hampir sebesar populasi
Australia) yang merupakan 8,7% populasi Indonesia. Urbanisasi menjadi salah
satu yang umum di Indonesia, dimana orang berpindah ke wilayah perkotaan
untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Populasi di wilayah
adalah sekitar 45% total populasi penduduk Indonesia pada tahun 2005 dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 52% dalam kurun waktu 10 tahun yang
akan datang. Hal ini menjadi basis populasi yang besar bagi sektor eceran modern
merupakan negara Islam terbesar di dunia.lebih dari 88% populasi di Indonesia
menganut agama Islam. Protestan dan katolik merupakan kelompok agama
terbesar berikutnya dengan jumlah 9% dari populasi, dan diikuti Hindu 2% dan
Budha 1%.oleh karena konsumen muslim hanya mengkonsumsi makanan yang
memenuhi persyaratan kehalalan yang ketat. Hal ini membuat Indonesia menjadi
pasar makanan halal terbesar di dunia, ( Austin Nick, 2009).
Pasar basah tradisional masih mendominasi perdagangan makanan segar,
akan tetapi terdapat trend untuk berbelanja di pasar modern (AC Nielsen, 2003).
Pada masa sekarang, jam kerja orang Indonesia menjadi lebih panjanag dari pada
masa sebelumnya, dan semakin banyak perempuan yang menikah serta memiliki
anak yang bekerja dan menginginkan hidup yang lebih nyaman. Para pembelanja
kelas menengah Indonesia (kurang lebih 30 juta jiwa dari total populasi sebesar
220 juta jiwa) telah menjadi semakin sadar dan peka terhadap merk serta trend.
Gaya hidup mereka pada saat ini mengalami perubahan, dan bagian dari
perubahan tersebut adalah kecenderungan untuk bebbelenja di pasar modern
daripada di pasar basah (tradisional). Akan tetapi, terdapat lebih dari 95%
pembelanja rumah tangga yang memilih untuk membeli produk pertanian di pasar
traisional, sementara 21% pembelanja memilih untuk membeli produk pertanian
di pasar modern yag disebabkan oleh sistem penetaan dan penyimpanan yang
menarik dan lebih baik serta akses yang leboh baik ke produk buah impor (AC
Nielsen, 2003).
Pendapatan dapat juga di uraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang
selama melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan instansi atau pendapatan
selama bekerja atau berusaha. Setiap orang yang kerja akan berusahauntuk
memperoleh pendapatan dengan jumlah maksimumagar bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya. Maksud utama para pekerja yang bersedia melakukan
berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan hasil pendapatan yang cukup
baginya, sehingga kebutuhan hidupnya ataupun rumah tangganya akan tercapai.
Penduduk perkotaan umumnya dan golongan keluarga berpenghasilan
rendah khususnya mempunyai berbagai sumber pendapatan. Pendapatan yang
dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan
kepda subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan, yang
berupa pendapatan dari pekerjaan, pendapatan dari profesi yang diterima sendiri,
usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan, serta dari sektor subsisten, yaitu
untuk bertahan hidup secara wajar dan didapatkannya suatu jaminan kebutuhan
primer, (Mubyarto, 1973;39)
Pertumbuhan pasar modern di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi) dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Pada 1999–
2004, terjadi peningkatan pangsa pasar supermarket terhadap total pangsa pasar
industri makanan yang cukup tajam dari 11% menjadi 30%. Penjualan
supermarket pun tumbuh rata-rata 15% per tahun, sedangkan penjualan pedagang
tradisional turun 2% per tahunnya (Natawidjadja 2006). Memprediksi bahwa
penjualan supermarket akan meningkat sebesar 50% dari periode 2004 hingga
2007, sedangkan penjualan hipermarket akan meningkat sebesar 70% untuk
pasar modern adalah urbanisasi yang mendorong percepatan pertumbuhan
penduduk di perkotaan serta meningkatnya pendapatan per kapita. Dari 1998
hingga 2003, hipermarket di seluruh Indonesia tumbuh 27% per tahun, dari
delapan menjadi 49 gerai. Meskipun demikian, pertumbuhan hipermarket
terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dengan proporsi 58% dari keseluruhan
hipermarket, (Pricewaterhouse Coopers ,2005)
Pada daerah di Jawa Barat, petani hortikultura kecil mulai berpartisipasi
dalam penjualan kepada saluran pasar swalayan, terutama melalui pedagang grosir
khusus/resmi tetapi ada juga yang melalui beberapa pedagang grosir besar dan
beberapa kelompok secara langsung. Namun, jumlah petani yang ada dalam
saluran baru ini masih sedikit – bervariasi antara 11 dan 15 persen bergantung
pada daerahnya. Petani yang ikut dalam saluran baru ini adalah petani kecil –
tetapi mereka adalah golongan atas dari petani kecil dalam hal kepemilikan tahan
dan modal seperti bak penampung irigasi dan pendidikan. Tingkat keuntungan
mereka juga 10-30 persen lebih tinggi daripada petani-petani pada saluran
tradisional. (Temuan ini serupa dengan temuan baru di Amerika Tengah di mana
petani kecil menguasai hortikultura (di luar daerah-daerah kantong ekspor), dan
golongan atas petani kecil adalah pelaku yang ikut dalam skema penanaman cepat
dan pemasok yang lebih diutamakan masuk dalam saluran domestik modern,
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pasar
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih
dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan lainnya (Peppres RI No. 112,
2007).Wikipedia, 2007
Pasar modern adalah pasar yang dikelola oleh manajemen
modern,umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan
jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota
masyarakat kelas menengah ke atas). Barang yang dijual memiliki variasi jenis
yang beragam. Selain menyediakan barang-barang local, pasar modern juga
menyediakan barang-barang impor. Secara kuantitas, pasar modern umumnya
mempunyai persediaan di gudang yang terukur. Pasar modern juga memberikan
pelayanan yang baik yaitu berupa suasana yang nyaman dan besih, display barang
per kategori mudah dicapai dan relative lengkap (Anonymous, 2005).
Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang
dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan,
sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada
konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern
antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko
mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang
dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan
mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian
terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi
persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya
mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar
modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah
dikenakan pajak).
Perkembangan bisnis ritel di Indonesia berkembang pesat, terutama
ditandai masuknya retailer asing berskala besar. Hal ini dipacu oleh Keppres
96/2000 yang kemudian diperbaharui dengan Keppres118/2000 : mengeluarkan
bisnisi retail dari negative list bagi PMA. Hal ini sekaligus mendorong perubahan
dimensi persaingan retail bisnis. Ada empat kelompok pelaku bisnis retail : (1)
kelompok grosir dan hypermarket, (2) kelompok supermarket, (3) kelompok
minimarket modern, dan (4) retailer kecil tradisional.
2.2.2. Pengertian Pertanian
Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan
dan hewan. Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan
barang dalam volume besar dan (2) proses produksi memiliki risiko yang relatif
tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup
dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta
jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern
(misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini
Terkait dengan pertanian, usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Petani adalah sebutan
bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani
tembakau" atau "petani ikan". Khusus untuk pembudidaya hewan ternak disebut
sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan
metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.
Usahatani adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani,
sebuah keluarga petani atau badan usaha tani lainnya yang bercocok tanam dan
berternak. Usahatani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber-sumber alam
yang dapat digunakan untuk produksi pertanian (A. T. Mosher, 1984).
2.2.3. Teori Rumah Tangga Tani
Model rumah tangga dibangun berdasarkan model Neo-klasik pada
rumahtangga tani yang melihat bahwa keputusan petani kecil dalam melakukan
kegiatan produksi dan konsumsi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan
(non-separable). Oleh karena itu, model non-separable merupakan model yang
tepat untuk menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga tani pada situasi pasar
tidak sempurna. Indikasi ini banyak dijumpai pada negara-negara sedang
berkembang yang sebagian besar petaninya merupakan petani subsistenyang
kegiatan produksi dan konsumsinya saling bergantung serta tidak dapat
dipisahkan. Asumsi ini mengindikasikan bahwa alokasi sumberdaya rumahtangga
seperti permintaan tenaga untuk pekerjaan on-farm dan suplai tenaga kerja untuk
Tujuan yang ingin dicapai oleh rumahtangga tani adalah
memaksimumkan kepuasan melalui alokasi tenaga kerja yang dimilikinya
kedalam beberapa aktivitas on-farm, off-farm dan non-farm dengan pembatas
teknologi dalam kegiatan produksi, waktu yang tersedia, dan modal (budget) yan
dimiliki. Model ini dapat diaplikasikan dalam semua jenis pasar tetapi hasilnya
akan berbeda tergantung pada kondisi pasar tenaga kerjanya (Glauben, et.al.,
2004).
Peningkatan biaya tersebut diasosiasikan dengan pekerjaan off-farm atau
non-farm yang mungkin diakibatkan oleh peningkatan heterogenitas antara
pekerjaan on-farm dan off-farm atau non-farm. Dengan bermigrasi maka anggota
keluarga akan berpindah pada pekerjaan yang lebih baik yang akan diikuti oleh
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih baik (Kahn dan Low, 1982; Low, 1986).
Untuk memaksimumkan kepuasan rumahtangga tani, maka partisipasi
rumahtangga dalam pasar tenaga kerja memungkinkan dilakukan dengan pilihan
antara mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan on-farm dan off-farm atau
non-farm, serta menggunakan tenaga kerja sewa. Terdapat empat kemungkinan
dalam keputusan penggunaan tenaga kerja pertanian yang melibatkan tenaga kerja
keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm dan tenaga kerja sewa, yaitu :
a. Sepenuhnya menggunakan tenaga kerja sewa.
b. Hanya mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau
non-farm.
c. Menggunakan tenaga kerja swa dan mensuplai tenaga kerja keluarga pada
d. Tidak menggunakan tenaga kerja sewa dan tidak mensuplai tenaga kerja
keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm.
Model rumah tangga juga dikembangkan oleh Becker (1965) dan
Lancaster (1966) yang dasarkan pada hasil observasinya bahwa kepuasan rumah
tangga diturunkan dari kegiatan produksi barang dan jasa yang telah dilakukan
dengan mempertimbangkan besarnya barang yang dibayar dari pasar dan tenaga
kerja rumahtangga yang digunakan. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan
rumahtangga tani mempertimbangkan aspek produksi, konsumsi, serta alokasi
waktu kerja pada kegiatan masing-masing termasuk alokasi waktu untuk tidak
bekerja, misalnya untuk kegiatan social, santai dan istirahat (Adhikari, 2003).
Hal-hal yang menjadikan pertimbangan rumah tangga tani dalam
mengambil keputusan, meliputi :
Keputusan menjual tenaga kerja keluar usahataninya sendiri (on-farm) pada
pekerjaan non-farm atau menggunakan tenaga kerja sendiri untuk melakukan
produksi.
Jenis pasar yang dihadapi (pasar persaingan sempurna atau pasar tidak
sempurna)
Penentuan waktu optimum untuk bekerja yang menghasilkan kepuasan yang
maksimum.
1. Model Rumahtangga Tani Chayanov
Tujuan rumahtangga tani adalah dicapainya kepuasan maksimum,
Menjalankan pasar produk tetapi tidak pada pasar tenaga kerja, sehingga
Implikasi upah = marginal rate of substitution antara pendapatan dan waktu
luang.
Factor demografi mendominasi pendapatan rumahtangga.
2. Model Separasi
Model rumahtangga pertanian merupakan model interaksi antara usaha
petani dengan pasar dan sumber implikasi lainnya. Implikasi yang paling
penting adalah jika pasar yang dihadapi merupakan pasar persaingan
sempurna dan efisien maka harga di pasar menjadi pendukung keputusan
rumahtangga tani dalam memisahkan antara kegiatan produksi dan konsumsi
(Benjamin, 1992).
Dalam model Neoklasik diabaikan perbedaan antara penawaran dan
permintaan yang dalam model rumahtangga pertanian dianalisis secara
terpisah (separasi). Dengan memperhatikan variabel harga, maka penawaran
tenaga kerja pada rumahtangga pertanian tidak berpengaruh terhadap
permintaan tenaga kerja dan sebaliknya.
Dalam model ini dijelaskan dua kegiatan, yaitu kegiatan konsumsi yang
digambarkan sebagai fungsi kepuasan dan kegiatan produksi yang
digambarkan sebagai fungsi produksi. Fungsi kepuasan rumahtangga
ditentukan oleh konsumsi (c) dan leisure (l) yang diformulasikan sebagai:
Uh = u(c, l; a)
Sedangkan a merupakan faktor eksogen yang dalam hal ini adalah
karakteristik rumahtangga petani, misalnya jumlah anggota dalam
Fungsi produksi dalam rumahtangga tani diformulasikan sebagai:
q = F(L; A)
Keterangan: q = fungsi produksi
L = jumlah tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja sewa
(LF + LH)
A = faktor eksogen yang dalam hal ini adalah lahan.
Petani mengalokasikan waktu kerja yang tersedia untuk aktivitas
bekerja on-farm (LF), off-farm (LO) dan leisure (l), selain itu petani juga
memerlukan tenaga kerja sewa untuk menghasilkan produksi
usahataninya.Dengan demikian persoalan rumahtangga tani adalah
bagaimana memaksimumkan kepuasan tetapi dengan dibatasi konsumsi,
waktu kerja yang tersedia, dan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Max u (c, l; a)
Rumah tangga petani dipedesaan pada kenyataan tidak dapat begitu saja
lepas dari keadaan wilayah setempat. Terdapat wilayah- wilayah tertentu yang
memiliki potensi alam kurang baik seperti lahan- lahan didaerah pegunungan,
lahan kering atau lahan marginal lain yang seringkali sulit untuk dikembangkan,
sedangkan penduduk di dalamnya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup
berdasarkan sumber daya wilayah tersebut. Keadaan itu akan memburuk apabila
tidak ada upaya pembangunan wilayah yang memadai (Hadiwigeno dan
Pakpahan, 1993).
Dalam hubungan ini, kegiatan penyuluhan pertanian perlu untuk selalu
a. Usahatani adalah bagian salah satu cabang usaha didala keluarga untuk
memperoleh pendapatan, sehingga kegiatan penyuluhanpertanian harus
dipusatkan untuk menigkatkan pendapat keluarga dan perluasan
kesempatankerja bagi keluarganya.
b. Rumah tangga petani umumnya bersifat demokratis, artinya setiap tindakan
yang dilakukan oleh anggota keluarga harus memperolehkesepakatan dan
persetujuan segenap anggota keluarga. Karena itu kegiatan penyuluhan
pertanian harus disampiakan kepada segenap anggota keluarga, tidak hanya
kepada petani selaku kepala keluarga saja. Petani sebagai manusia umumnya
terikat pula oleh ikatan masyarakat lingkungan. Masyarakat merupakan sumber
kesentosaan petani yang menolong dalam menghadapi masalah-masalah kritis
dan membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan usahatani dan
kerumahtanggan yang lain. Untuk itu setiap langkah kegiatan petani diperlukan
persetujuan sosial terlebih dahulu, seperti tradisi, adat istiadat, agama,
kepercayaan, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembinaan dan penyuluhan hal-hal
tersebut tidak boleh diabaikan, ( Warsana. 2008).
Eskola (2005) berpendapat bahwa pembangunan fasilitas pasar yang
dekat dengan kegiatan pertanian serta kemudahan petani untuk mengakses
informasi pasar dapat meningkatkan derajat komersialisasi rumahtangga
pertanian. Partisipasi pasar akan terbuka lebar bagi petani, dan dengan cara
demikian hambatan penjualan mengecil yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan rumah tangga tani. Argumentasi mereka didasarkan pada analisa
Kerangka kerja tersebut telah menjadi benchmark atau model dasar dalam
menganalisis ekonomi rumah tangga, (Singh et al., (1986), Taylor dan Adelman
(2002).
2.2.4. Teori Pendapatan
Menurut pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam smith dan David Ricardo
distribusi pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga (3) kelas social utama yaitu
pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan tiga faktor
produksi, yaitu tenaga kerja, modal, dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap
faktor dianggap dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih
terhadap pendapatan nasional. Teori meeka meramalkan bahwa begitu masyarakat
makin maju, para tuan tanah akan relative lebih baik keadaannya dan para
kapitalis (pemilik modal) menjadi relative lebih buruk keadaannya. (Sumitro,
1991).
Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari
faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sector produksi dan sector ini membeli
faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi
dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi
ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan (Kadariah, 1994).
Pendapatan keluarga petani merupakan suatu hal yang sangat
menentukan tingkat hidup keluarga tersebut. Pendapatan dalam banyak hal
merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani (Cahyono, 2005) sebagian
rumah tangga di daerah pedesaan umumnya memperoleh pendapatan tidak hanya
pertanian dan sumber pandapatan yang berasal dari sector non pertanian antara
lain :
1. sumber pendapatan di sector pertanian
pandapatan dari sector pertanian adalah seluruh pendapatan baik pendapatan
dari usaha ternak maupun pendapatan dari buruh tani yang dihasilkan kepala
rumah tangga dan seluruh anggota keluarga buruh tani dalam satu tahun.
2. Sumber pandapatan di luar sector pertanian (non pertanian)
Pendapatan dari sector non pertanian adalah seluruh pendapatan dari usaha di
luar sector yang dihasilkan dari seluruh anggota rumah tangga buruh tani
selama satu tahun. Pendapatan dari sector ini misalnya : pedagang, buruh
industry, buruh angkutan, pengrajin, dan buruh pengolah lahan pertanian.
Pendapatan dari kegiatan di luar sector pertanian untuk kelompok buruh
tani sangat penting, sebagai tambahan pendapatan yang bersumber dari sector
pertanian. Rumah tangga buruh tani yang tidak memiliki lahan usaha bidang
dagang, jasa, dan kerajinan mempunyai arti yang sangat penting, dengan kata
lain semakin endah tingkat pendapatan makin beraneka ragam nafkahnya
(Mintoro, 2003)
Menurut Nurmanaf (2006), pendapatan rumah tangga umumnya tidak
berasal dari satu sumber, tapi dapat berasal dari dua atau lebih sumber
pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan itu sendiri, tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan
anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi
menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada tapi juga melakukan
kegiatan yamg lain.
Tingkat ekonomi petani sangat ditentukan oleh luas lahan usahatani.
Sempitnya pemilikan lahan dan sedikitnya peluang kerja berakibat pada
rendahnya investasi yang berakibat pada rendahnya pendapatan tani (Santoso,
2006).
(Syafi’i, 2003), menyatakan bahwa kegaiatan usaha tanidalam
memperoleh pendapatan sangat tergantung pada keadaan faktor dektor produktif
yang dimiliki petani. Fungsi-fungsi produksi itu meliputi modal, tanah, tanaga
kerja dan manajemen. Dari beberapa fungsi produksi tersebut, ternyata tanah
mempunyai kedudukan yang terpenting. Hal ditandai dengan besarnya balas jasa
oleh tanah dibandingkan dengan fungsi-fungsi produksi lainnya.
Semakin luas usaha tanisemakin besar porsentase penghasilan ruamah
tangga petani tapi bagi rumah tangga dan jasa petani yang dimliki sedikit lahan
atau tidak mempunyai lahan pertanian memilih bidang usaha dan jasa serta pada
bidang-bidang yang lain. Dengan kata lain semakin rendah tingkat pendapatan
semakin beraneka ragamsumber nafkahnya. Pendapatan dalam banyak hal
merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani.
2.3. Kerangka Pemikiran
Masyarakat petani padaumumnya merasakan adanya kekurangpuasan
terhadap tingkat perekonomian mereka bila hanya mengandalkan hasil dari
pertanian dan perikanan di Indonesia sehingga dewasa ini mereka berfikir untuk
dapat juga mempengaruhi penggunaan sumber-sumber alam tersebut. Sehingga
mungkin akan menimbulkan inovasi dan lebih mengintensifkan penggunaan
sumber alam yang tersedia, akan tetapi tetap efektif dalam perolehan hasil (Irawan
dan Suparmoko, 1992:122).
Di desa Jemundo Kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo merupakan
tempat berdirinya pasar induk “Puspa Agro”. Sebelum didirikannya pasar induk
“Puspa Agro” kondisi perekonomian masyarakat khususnya petani sayur dan buah
sekitar pasar tidak menentu dimana mereka memasarkan hasil pertanian mereka
kepada tengkulak-tengkulak yang ingin memperoleh keuntungan banyak dan
mereka merasa kesulitan dalam memasarkan hasil produksi pertaniannya sehingga
membuat nilai jual hasil pertanian mereka relatif rendah serta tempat untuk
menjual hasil produksi pertanian (sayuran dan buah-buahan) yang cukup jauh
sehingga berpengaruh terhadap tingginya ongkos pemasaran yang dikeluarkan.
Hal ini bertolak belakang dengan setelah didirikannya pasar induk “Puspa Agro”
yang membawa angin segar bagi masyarakat sekitar khususnya mereka yang
bermata pencaharian sebagai petani sayuran dan buah-buahan, yang dibuktikan
dengan tidak sedikit para petani memiliki usaha-usaha baru yang terus mengalami
peningkatan. Kemudian memiliki kios atau stan di dalam pasar induk Puspa Agro
dapat membantu para petani yang ingin mendapatkan tambahan penghasilan
maupun pendapatan dengan berdagang di pasar induk “Puspa Agro”, mereka
dapat menjual hasil pertanian (sayuran dan buah-buahan).
Menurut beberapa konsumen, mereka tertarik untuk membeli sayur dan
Sukodono karena sayuran dan buah-buahan yang dijual beraneka ragam dan
terjamin kebersihannya serta harga yang sedikit lebih murah dibandingkan
dengan pasar terdekat.
Dalam hal ini peranan pemerintah setempat sangat diperlukan, tidak
hanya mengatur kebijakan retribusi pajak tetapi tidak kalah pentingnya yaitu
mengadakan penyuluhan-penyuluhan dan pembinaan yang menyangkut kegiatan
pertaniandan bantuan modal guna pengembangan usaha mereka.
Peraturan-peraturan yang dibuat haruslah berdasarkan prosedur yang ada.
Di bawah ini adalah bagan kerangka pemikiran yang didasarkan atas
keterangan di atas :
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Petani Sayur dan Buah di
Desa Jemundo
Sebelum ada pasar induk “Puspa Agro”
2.4. Hipotesis
Berdasarkan dengan perumusan masalah serta tujuan dari
penelitian ini maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan
jenis pekerjaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan
Taman Kabupaten Sidoarjo.
2. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan
pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo.
3. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap keamanan
lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur dan buah
yaitu di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
berdasarkan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat pasar induk “Puspa
Agro”, karena sudah menunjuk Desa Jemundo maka masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai petani dan karena adanya masalah perekonomian yang
mereka alami, serta dampak – dampak yang diberikan oleh pasar induk “Puspa
Agro” terhadap pendapatan dan pengeluaran masyarakat petani, sehingga dengan
adanya kondisi tersebut layak untuk dipakai sebagai lokasi penelitian.
3.2. Penentuan Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah keluarga tani sayur
dan buah yang ada kaitannya atau yang menjual hasil pertaniannya di pasar induk
“Puspa Agro” sejak resmi dibuka tanggal 17 Juli 2010.
Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, yaitu tehnik penentuan sampel yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu, dimana setiap sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik
sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, yaitu keluarga
tani sayur dan buah yang terlibat dengan kegiatan sosial ekonomi yang ada
kaitannya dengan pasar induk “Puspa Agro” dan telah tinggal di Desa Jemundo
Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa jumlah populasi petani
di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo dalam penelitian ini
sebanyak 50 orang. Berdasarkan kriteria tersebut dan keterbatasan waktu, biaya,
dan tenaga maka penentuan jumlah sampel diperoleh 30 orang responden petani
sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo yang
digunakan untuk sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat wirartha, M (2005) yang
menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan
statistik, ukuran sampel paling kecil yang diambil sebanyak 30 respoden. Selain
30 responden petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo, juga terdapat beberapa orang yang berkaitan dengan
penelitian ini yang akan diwawancara guna untuk melengkapi hasil penelitian ini,
diantaranya adalah Bapak RT Desa Jemundo dan pihak dari pasar induk “Puspa
Agro”.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa macam data agar penelitian
dapat berlangsung dengan sebagaimana mestinya, maka perlu dilakukan
identifikasi terhadap jenis dan sumber data yang digunakan. Adapun jenis dan
sumber data yang diperlukan meliputi :
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan secara langsung dari responden
dengan cara observasi dan wawancara dengan bantuan kuesioner. Data yang
dikumpulkan adalah data pendapatan, jenis pekerjaan, dan usahatani rumah
Agro” selanjutnya ditabulasi dan dianalisis baik secara deskriptif maupun secara
statistik.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari literatur dan instansi terkait seperti kantor
kelurahan, kecamatan, dinas pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya yang
terkait dengan penelitian ini. diantaranya sebagai berikut :
a. Keadaan daerah yang meliputi jumlah penduduk, tingkatan umur,
tingkatan pendidikan, keadaan sosial ekonomi, sarana pendukung dan lain
sebagainya.
b. Keadaan geografis yang terdiri dari jumlah curah hujan, ketinggian daerah,
luas dan batas Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
3.4. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, maka data
yang telah terkumpul disempurnakan serta dianalisis yang selanjutnya
dipindahkan ke dalam bentuk analisis statistik. Dalam penelitian ini dilakukan
analisis dengan menggunakan :
a. Analisis statistik adalah suatu pengolahan data yang menggunakan
perhitungan angka-angka untuk membuktikan hubungan antara variabel
yang satu dengan variabel lain.
b. Analisis Deskriptif adalah suatu pengolahan data yang dilakukan dengan
cara menguraikan dalam bentuk kalimat dan menghubungkan dengan
Untuk menjawab tujuan penelitian, maka analisis data yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro”terhadap perubahan jenis
pekerjaan keluarga tani sayur dan buah maka digunakan analisis uji
tanda (Sign test). Dengan perumusan sebagai berikut :
Ho : 0=1, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap jenis
pekerjaan petani sayur dan buah.
H1 : 01, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan yang
diberikan oleh pasar induk “Puspa Agro” terhadap jenis pekerjaan
petani sayur dan buah.
Uji tanda (Sign test) digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
dua sampel yang berkorelasi, bila datanya berbentuk ordinal. Tehnik ini
dinamakan uji tanda karena data yang akan dianalisis dinyatakan dalam
bentuk tanda-tanda, yaitu tanda positif dan negatif, Sugiyono (2003:126)
Z ² =
[ (n - n ) + 1 ] ²
n + n
dimana :
n : banyaknya data positif
n : banyaknya data negatif
dengan menggunakan derajat kebebasan (n-1) dan α = 5% serta uji dua sisi
(kemungkinan terdapat atau tidak terdapat perbedaan).
Dasar pengambilan keputusan :
Hipotesis diterima, bila Z hitung > Z tab, artinya Ho ditolak dan Ha
diterima.
Hipotesis ditolak, bila Z hitung < Z tab, artinya Ho diterima dan Ha
ditolak.
2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk mengetahui dan menganalisis
dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan pendapatan
keluarga tani sayur dan buah maka digunakan uji beda paired sample t
test. Dengan perumusan sebagai berikut :
Ho : 0=1, artinya pendapatan krluarga tani sayur dan buah sebelum dan
setelah dibangunnya pasar tidak berbeda nyata.
H1 : 01, artinya pendapatan keluarga tani sayur dan buah sebelum
dan setelah dibangunnya pasar berbeda nyata.
Dengan α = 0,05 ; df = (n + (n-1)) dimana n = 30 ;
t tab = t (0,05) (n+ (n-1))
1) Uji beda
Beda rata-rata observasi yang digunakan untuk mengukur
pendapatan petani sayur dan buah sebelum dan sesudah
dibangunnya pasar induk “Puspa Agro” (Djarwanto, 2000:193)
SD =
keterangan :
SD : Standart Deviasi
dibangunnya pasar
n : jumlah sampel yang dianalisis
2) Tehnik pengujian hipotesis
Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan standart deviasi di
atas maka dilakukan uji t sebagai berikut (Djarwanto, 2000:159)
t hitung = d
SD / √ n
Keterangan
t hitung : nilai t hasil pehitungan
d : nilai rata-rata pendapatan petani sebelum dan setelah
dibangunnya pasar
Derajat kebebasan (n-1), α = 5%, dan uji dua sisi (kemungkina
terdapat atau tidak terdapat perbedaan). Maka hasil perhitungan
t hitung dibandingkan dengan t tab, dimana :
Hipotesis diterima, bila t hitung > t tab, artinya Ho ditolak dan H1
diterima.
Hipotesis ditolak, bila t hitung ≤ t tab, artinya Ho diterima dan H1
ditolak.
3. Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengetahui dampak keberadaan pasar
induk “Puspa Agro”terhadap keamanan lingkungan, kegiatan sosial, dan
kegiatan keagamaan petani sayur dan buah dengan menggunakan analisis
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini diukur
berdasarkan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
1) Dampak adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat
adanya aktivitas manusia dan diukur dengan ada tidaknya perubahan
dalam bidang sosial ekonomi.
2) Pasar induk “Puspa agro”adalah pasar yang memiliki konsep perdagangan
komprehensif, terdapat pasar eceran dan pasar grosir di dalamnya dan
kegiatan skala besar yang di dalamnya terdapat produk agribisnis
terlengkap dan terbesar di Indonesia.
3) Masyarakat adalah rakyat atau kelompok rakyat yang mendiami suatu
wilayah di sekitar pasar induk “Puspa Agro”.
4) Petani adalah seseorang yang tinggal di daerah sekitar pasar induk “Puspa
Agro” yang memiliki pekerjaan berhubungan dengan kegiatan budidaya
tanaman sayur dan buah.
5) Mata pencaharian adalah pekerjaan dan sebagainya yang menjadi pokok
penghidupan dari warga yang ada sebelum dan sesudah dibangunnya
pasar induk “Puspa Agro”.
6) Jenis pekerjaan adalah berbagai jenis atau bentuk perbuatan atau kegiatan
yang dilakukan dan bertujuan untuk mendapatkan hasil oleh para petani
yang ada di sekitar pasar induk “Puspa Agro” untuk mendapatkan
7) Pendapatan adalah hasil kerja yang diperoleh warga masyarakat di sekitar
pasar induk “Puspa Agro” sebelum dan sesudah dibangunnya pasar induk
“Puspa Agro”.
8) Pendapatan total keluarga tani sayur kangkung adalah pendapatan total
dari seluruh anggota keluarga tani yang bekerja baik dari usaha bercocok
tanam kangkung yaitu satu bulan sekali masa panen maupun usaha lain
selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.
9) Pendapatan total keluarga tani buah jambu biji merah adalah pendapatan
total dari seluruh anggota keluarga tani yang bekerja baik dari usaha
bercocok tanam jambu biji merah yaitu empat bulan sekali masa panen
namun dalam penelitian ini pendapatan empat bulan dibagi empat
sehingga didapatkan pendapatan per bulan, maupun usaha lain selain
bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.
10) Pendapatan kepala keluarga tani adalah pendapatan total kepala keluarga
tani yang bekerja selama satu bulan baik dari usaha bercocok tanam
maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan
Rupiah per bulan.
11) Pendapatan anggota keluarga tani adalah total dari pendapatan istri dan
anak petani yang bekerja selama satu bulan baik dari usaha bercocok
tanam maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan
12) Pendapatan usahatani adalah penerimaan usahatani dikurangi dengan total
biaya produksi usahatani yang diukur dalam satuan rupiah dalam satu
musim panen.
13) Pendapatan dari usaha non pertanian adalah seluruh pendapatan dari luar
sektor pertanian yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga selama
satu bulan yang diukur dalam satuan rupiah per bulan.
14) Rumah tangga tani adalah semua orang yang tinggal, makan, dan
mengurus keperluan sehari-hari secara bersamaan yang termasuk dalam
satu unit anggaran belanja, pada rumah tangga tani dibatasi pada keluarga
inti, dimana yang dimaksud dengan keluarga inti adalah suatu kesatuan
sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang masih menjadi
tanggungan.
15) Kondisi sosial adalah kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama
karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut menyangkut
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan menjadi suatu
kesadaran agar dapat saling tolong menolong.
16) Kondisi ekonomi adalah kondisi manusia yang menyangkut kepentingan
dari Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Sidoarjo dan 850 km dari Ibukota
Negara Republik Indonesia. Desa Jemundo berada pada ketinggian kurang dari 40
m dari permukaan laut dan termasuk kedalam daratan rendah dengan curah hujan
1000 s/d 2000 mm/tahun serta suhu rata-rata 310C. Desa Jemundo mempunyai
luas 196 Ha dan terdiri dari Dusun Sawunggaling dan Dusun Sambikerep. Adapun
batas wilayah Desa Jemundo adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Kletek
Sebelah Selatan : Desa Sadang
Sebelah Barat : Desa Sambibulu
Sebelah Timur : Kelurahan Geluran
Desa Jemundo merupakan salah satu Desa yang terkena dampak akibat
adanya pasar induk Puspa Agro, mengingat pasar tersebut juga berdiri di Desa
Jemundo, hal ini mengakibatkan adanya perubahan mata pencarian dan
perekonomian masyarakat di Desa tersebut. Masyarakat di Desa Jemundo yang
dahulunya hanya bekerja sebagai petani, sekarang ada yang bekerja sebagai
pedagang di pasar induk Puspa Agro, terlihat perubahaan yang sangat menonjol
pada penduduk terutama ibu – ibu yang terlihat mempunyai kesibukan lain yaitu
berjualan dan berbagai kegiatan lainnya. Oleh karena itu peneliti memilih Desa
jemundo sebagai tempat penelitian untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan
diharapkan dengan penelitian ini nantinya bisa dipakai sebagai masukan bagi
masyarakat setempat. Sehubungan dengan ini Desa Jemundo merupakan kawasan
desa yang strategis untuk mengembangkan produksi atau usaha perdagangan
dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.
Penggunaan tanah di Desa Jemundo dari pemukiman penduduk,
pekarangan, sawah irigasi teknis dan irigasi non teknis, dan sebagainya. Untuk
lebih jelasnya penggunaan tanah tersebut dapat dilihat pada tabel 4 :
Tabel 1. Penggunaan Tanah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009
Sumber : Kantor Desa Jemundo
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa penggunaan tanah di Desa
Jemundo sebagian besar untuk pemukiman yaitu 98 Ha atau sekitar 61,18 %. Hal
tersebut dikarenakan Desa Jemundo banyak terdapat pabrik-pabrik yang
mengakibatkan banyak karyawan yang dibutuhkan, dan para karyawan tersebut
sebagian besar bertempat tinggal di Desa Jemundo dengan alasan tempat tinggal
dekat atau tidak jauh dari tempat kerja. Pemukiman yang dimaksud adalah
kos-kosan. Tanah sawah berada pada urutan ketiga setelah pekarangan yaitu dengan