• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO” TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO” TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO”

TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

LUSIANA KURNIA MAHEKA NPM : 0724010011

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO”

TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

Diajukan oleh :

LUSIANA KURNIA MAHEKA 0724010011

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 03 Maret 2011

Telah disetujui oleh :

Pembimbing : Tim Penguji

1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Dr. Ir. Sudiyarto, MM Dr. Ir. Sudiyarto, MM 2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris

Ir. Sri Widayanti, MP Ir. Mubarokah, MTP 3. Anggota

Ir. Nuriah Yuliati, MP

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya, yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan proposal dengan judul “Dampak Keberadaan Pasar Induk

“Puspa Agro” Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Tani Sayur Dan Buah di

Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian (S1) Program Studi Agribisnis, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur. Penulis berharap semoga dalam penyusunan skripsi ini

dapat diterima dan memenuhi persyaratan, serta menyadari sepenuhnya akan

segala kerendahan hati dan keterlibatan semua pihak, maka penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak

Dr. Ir. Sudiyarto, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ibu

Ir. Sri widayanti, MP, selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas kepercayaan

dan segala bantuan yang telah diberikan berupa pengorbanan waktu, tenaga dan

pikiran. Selain itu dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih

sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Indra Tjahaja Amir, MP, selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

(4)

3. Seluruh dosen dan staf yang ada di Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Keluarga dan someone tercinta, yang selalu memberi do’a, dorongan dan

semangat.

5. Rekan-rekan Ormawa Fakultas Pertanian dan teman-teman Se-angkatan’07

dan semua yang telah memberikan dukungan moral dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan dukungan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Namun demikian penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan

pada penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan Skripsi S1.

Semoga apa yang penulis uraikan dalam skripsi ini dapat berguna bagi

pembaca serta bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Surabaya, Maret 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.4. Pembatasan Masalah ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Landasan Teori ... 17

2.3. Kerangka Pemikiran... 27

2.4. Hipotesis... 30

III. METODE PENELITIAN... 31

3.1. Penentuan Lokasi ... 31

3.2. Penentuan Populasi dan Sampel . ... 31

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4. Metode Analisis Data ... 33

(6)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH ... 40

4.1. Keadaan Geografis ... 40

4.2. Keadaan Penduduk... 42

4.3. Keadaan Soaial Ekonomi . ... 42

4.4. Keadaan Pertanian ... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47

5.1. Karakteristik Responden ... 47

5.2. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” Terhadap Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah ... 52

5.3. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” Terhadap Pendapatan Kelurga Tani Sayur dan Buah... 57

5.4. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” TerhadapKeamanan Lingkungan, Kegiatan Sosial, dan Kegiatan Keagamaan Keluarga Tani Sayur dan Buah ... 67

5.5. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ... 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 91

6.1. Kesimpulan ... 91

6.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Judul

1. Penggunaan Tanah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten SidoarjoTahun 2009... 41

2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jemundo

KecamatanTaman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 43

3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jemundo

KecamatanTaman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 44

4. Luas dan Persentase Areal Tanaman Menurut Jenis Komoditi di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun2009... 45

5. Tingkat Pendidikan Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 48

6. Usia Responden Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 49

7. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 51

8. Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah Adanya Pasar Induk “PuspaAgro”... 53

9. Perubahan Pendapatan Keluarga Petani Sayur dan Buah di Desa JemundoKecamatan Taman Kabupaten sidoarjo Tahun 2010 Akibat Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 60

10. Total Jam Kerja Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah Adanya PasarInduk “Puspa Agro”... 65

11. Persepsi Petani Responden terhadap Keamanan Lingkungan Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 68

(8)

13. Persepsi Responden Terhadap Penjadwalan Penjagaan Keamanan

Setelah Adanya Pasar Induk “puspamAgro”... 71

14. Persepsi Petani Responden terhadap Kegiatan Sosial Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 72

15. Persepsi Responden Terhadap Program Pavingisasi Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 74

16. Persepsi Petani Responden terhadap Kegiatan Keagamaan Setelah

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Judul

1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 29

2. Jalan Masuk Pasar Induk “Puspa Agro”... 79

3. Jalan Raya Menuju Pasar Induk “Puspa Agro”... 80

4. Laboratorium Pasar Induk “Puspa Agro”... 85

5. Rusunami Pasar Induk “Puspa Agro”... 87

6. Taman Bermain Anak-anak Pasar Induk “Puspa Agro”... 88

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Judul

1. Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah Adanya Pasar Induk “PuspaAgro” di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo... 97

2. Analisis Uji Tanda (Sign Test) untuk Melihat Penambahan Jenis

Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo... 98

3. Biaya Tetap Usahatani Sayur Kangkung dan Buah Jambu Biji

Merah... 100

4. Biaya Variabel Usahatani Sayur dan Buah dSebelum dan Setelah

Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo... 103

5. Penerimaan dan Total Biaya Usahatani Kangkung dan Jambu Biji

Sebalum Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo………. 107

6. Pendapatan Usahatani Kangkung dan Jambu Biji Sebelum dan Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo……….. 109

7. Total Pendapatan Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo... 111

8. Data Penolong Uji t (Paired Sample t Test) Perubahan Pendapatan

KeluargaPetani Sayur dan Buah... 113

9. Perhitungan Analisis Uji t (Paired Sample t Test) untuk Melihat

Perubahan Pendapatan Keluarga Petani Sayur dan Buah... 114

10. Analisis Uji Tanda (Sign Test) Untuk Melihat Perubahan Jam Kerja

Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo………….………… 116

11. Kuesioner Responden Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo

(11)

Oleh :

LUSIANA KURNIA MAHEKA

ABSTRACT

Wholesale market "Puspa Agro" is the most comprehensive and largest market in Indonesia. Obviously, a wholesale market "Puspa Agro" bring impact to the surrounding environment. The impact of the existence of a wholesale market "Puspa Agro" against family socioeconomic vegetable and fruit farmers in the village of Sidoarjo Regency Park District Jemundo.

The existence of a wholesale market "Puspa Agro" positive and significant impact on the type of work the family farm vegetables and fruit, this can be seen from calculating the value Z = 4.33; Z table = 3.481 (α = 0.05, df = 1), then the Z count = 4.33> Z table = 3.481 so that Ho refused and H1 accepted.

The existence of a wholesale market "Puspa Agro" bring the impact of additional family income of vegetable farmers and fruit. Farm family income of vegetables and fruits before the main market "Puspa Agro" significantly different from the income of fruit and vegetable farmers 'family after the wholesale market "Puspa Agro', this can be seen from the t value = 5.61 ≥ 0.05 t table = 1.699 Ho accepted and H1 is rejected.

(12)
(13)

besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di

Indonesia dipenuhi dengan tanaman pertanian. Namun identitas tersebut kini

mulai luntur, hal tersebut diakibatkan generasi muda berkualitas zaman sekarang

mulai enggan untuk mengelola lahan pertanian yang membuat pada akhirnya

lahan pertanian tersebut direlokasi sebagai bangunan perumahan, kawasan

industri dan mall atau pasar megah. Padahal jika generasi muda ingin dan mau

meneruskan mengelola pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan

kemiskinan di negara ini akan terhapuskan bahkan Indonesia bisa menjadi negara

eksportir hasil pertanian, namun kini apa yang terjadi banyak masyarakat

Indonesia yang menjadi korban kemiskinan, kelaparan, busung lapar, bahkan gizi

buruk. Hal ini tentu ironis sekali dimana sebuah negara yang memiliki potensi

besar dalam bidang pertanian mengalami kasus kelaparan bahkan gizi buruk. Itu

semua tentu jelas diakibatkan karena kurangnya minat para generasi muda yang

berkualitas terhadap pengelolaan pertanian.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam

bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari

pendapatan dunia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di

Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun

hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

(14)

Negara Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris kini telah luntur,

hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya,

diantaranya: lahan Pertanian yang semakin lama terus menyempit dan

infrastruktur yang tidak terawat sehigga banyak yang rusak, selain itu Indonesia

mempunyai masalah yang sangat serius dalam sumber daya manusia dalam

pertanian contohnya di daerah Jawa Barat 40 persen petani rata-rata berusia diatas

50 tahun (Kompas, 4/8/2008). Dari data tersebut kondisi para petani sangat

mengkhwatirkan dan perlu adanya para penerus atau regenerasi agar dapat

menjaga dan lebih melestarikan dalam menjalani aktifitas pertanian, yang

merupakan sumber utama bagi penghidupan rakyat Indonesia. Tetapi pada saat

sekarang ini sudah sangat sedikit para pemuda yang memilih bidang pertanian

sebagai sumber mata pencaharian mereka.

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani

kegiatan transaksi jual beli. Dalam keseharian, dikenal dua bentuk pasar yaitu

pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat

bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi penjual

dan pembeli secara langsung yang kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari

seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,

kain, dan pakaian. Sementara itu, pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar

tradisional, hanya saja pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi

secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam

barang (barcode). Selain itu, bangunan fisik pasar modern lebih permanen, besar,

(15)

dari lapak-lapak. Di pasar modern, jenis pelayanan yang dilakukan oleh penjual

dapat berbentuk pelayanan secara mandiri oleh pembeli (swalayan) atau dilayani

oleh pramuniaga. Di pasar modern, jenis barang yang dijual tidak jauh berbeda

dengan pasar tradisional, hanya saja dari sisi kemasan, jumlah dan jenis barang

lebih beragam.

Sebelum pasar induk “Puspa Agro” didirikan, petani sayur dan buah di

Desa Jemundo Kecamata Taman Kabupaten Sidoarjo menjual hasil panennya

pada tengkulak atau pedagang pengumpul yang ada di Desa Jemundo, namun ada

juga yang menjual langsung tetapi di pasar yang jauh dengan tempat tinggal

mereka, hal ini mengakibatkan petani menjadi kurang diuntungkan karena dengan

menjual ke tengkulak atau pedagang pengumpul maka harga jual hasil panennya

menjadi rendah dan apabila dijual ke pasar yang jauh dari tempat tinggal petani

maka memerlukan biaya yang cukup banyak sehingga pendapatan yang diperoleh

petani menjadi semakin rendah.

Situasi dan kondisi yang berbeda dialami oleh petani sayur dan buah

setelah adanya pasar induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo karena petani dapat

menjual langsung hasil panennya ke pasar induk “Puspa Agro”, hal ini

mengakibatkan petani dapat menjual hasil penennya dengan harga yang lebih

tinggi karena tidak ada perantara antara petani sayur dan buah sebagai produsen

dengan pembeli sebagai konsumen atau dengan kata lain, pasar induk “Puspa

Agro” dapat memutus rantai penjualan, selain itu dengan adanya pasar induk

“Puspa Agro” juga dapat meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan oleh

(16)

dipasarkan atau dijual di pasar induk “Puspa Agro” yang dekat dengan tempat

tinggal mereka, dengan begitu maka pendapatan petani sayur dan buah menjadi

meningkat.

Dewasa ini dan terlebih lagi di masa yang akan datang, orientasi sektor

pertanian telah berubah dari orientasi produksi ke orientasi pasar. Dengan

berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut

produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya prferensi konsumen akan

produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari

usahatani kepada industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Menurut

Departemen Pertanian (2002), untuk mengembangkan sektor pertanian yang

modern dan berdaya saing, maka agroindustri harus menjadi lokomotif dan

sekaligus menjadi penentu kegiatan subsektor usahatani dan selanjutnya akan

menentukan subsektor agribisnis hulu.

Pusat perbelanjaan modern saat ini berkembang sangat pesat, khususnya

di DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya. pasar - pasar modernterus tumbuh dan

berkembang dengan berbagai bentuknya. Menurut riset First Pacific Davies dalam

Asia Property Focus (1996), sampai akhir tahun 1996, pasokan total pusat

perbelanjaan di Jakarta akan mencapai 1.1 juta meter persegi dan diperkirakan

akan terus tumbuh pesat mengingat masih banyak pembangunan pusat

perbelanjaan yang belum selesai.

Kehadiran pasar modern, terutama supermarket dan hipermarket,

dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional

(17)

juta pedagang kecil(Kompas 2006). Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen, pasar

modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional

menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan

pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional mungkin

akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel saat ini yang

didominasi oleh pasar modern.

Perkembangan pusat perbelanjaan modern tersebut dapat mengancam

keberadaan pedagang di pasar tradisional apabila tidak ada penanganan struktur

dan kondisi yang lebih baik terhadap pasar tradisional. Hal ini perlu dilakukan

mengingat masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tergantung kepada

keberadaan dan keberlangsungan pasar tradisional. Harga yang relatif lebih murah

dan memungkinkan adanya proses tawar menawar, menjadikan pasar tradisional

masih menjadi pilihan untuk berbelanja. Namun, beragam masalah yang dihadapi

pasar tradisional seperti buruknya infrastruktur, pungutan liar yang memberatkan

penjual, dan sistem pengelolaan pasar yang tidak baik menyebabkan

keberlangsungan pasar tradisional cukup terancam di tengah-tengah masyarakat.

Nilai buah-buahan dan sayur-sayuran segar meningkat dua kali lipat di

Indonesia selama tahun 1994-2004, sehingga menjadi industri yang bernilai

sepuluh milyar dolar. Meskipun pengeluaran untuk buah dan sayur segar hanya 50

persen dari pengeluaran untuk beras di Indonesia pada tahun 1994, pengeluaran

untuk buah dan sayur meningkat hingga 75 persen dari pengeluaran untuk beras

pada tahun 2004 – dan di daerah perkotaan, mencapai 100 persen, di mana

(18)

mengadakan pengeluaran untuk beras dan untuk buah dan sayur. Hampir semua

buah dan sayur segar di pasar berasal dari dalam negeri: meskipun impor buah

dan sayur segar meningkat tiga kali lipat selama dekade 1994-2004, tetapi saat ini

impor sangat minim, hanya sekitar 3 persen dari konsumsi buah dan sayur segar di

Indonesia (sama dengan rata-rata di negara-negara berkembang).

Lonjakan usaha hortikultura dan perkembangan dinamis sektor grosir,

petani masih memiliki kesempatan untuk menjual hasil bumi yang dibagi

berdasarkan kualitas. Ini berarti petani sedikit atau tidak mendapatkan keuntungan

dari produksi yang berkualitas. Tetapi pedagang grosir menjual berdasarkan

tingkat kualitas dan meraup keuntungan dari perbedaan kualitas.

Pasar Induk “Puspa Agro” Jawa Timur (Jatim) diharapkan dapat menjadi

sumber suplay atau pemasok komoditi pertanian untuk nasional dan internasional.

Pasalnya. Indonesia menargetkan tahun ini bisa memasok 10 persen kebutuhan

sayur dan buah ke Singapura. Jika tahun ini target 10 persen itu bisa dipenuhi.

Bahkan, bertekad pada 2014, Indonesia mampu menyuplai kebutuhan komoditi

pertanian ke Singapura sebesar 30 persen. Pasar Induk Puspa Agro Jatim harus

bisa menjadi salah satu sumber suplay itu. (Hatta Rajasa 20 Juli 2010).

Petani yang ada di Jawa Timur dapat menjual hasil panennya langsung ke

Pasar Induk “Puspa Agro” yang terletak di Desa Jemundo Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo, dengan lokasi pasar yang mudah terjangkau oleh petani di

wilayah Sidoarjo diharapkan petani bisa menjual langsung ke pasar supaya petani

mendapatkan nilai tambah dari hasil panennya sebelum ada pasar induk “Puspa

(19)

Dengan demikian petani bisa mendapatkan hargaa jual lebih mahal dan bisa

menikmati keuntungan yang lebih besar.(Gubernur Jawa Timur Dr. Soekarwo).

Keberadaan Pasar Induk “Puspa Agro” di Jemundo Sidoarjo menjadikan

transaksi produk agro Jawa Timur kompetitif. Harga produk pertanian lebih

murah. Sebab, sistem distribusinya langsung dipotong. Yakni dari produsen

(petani) langsung didistribusikan ke pasar. Pemotongan mata rantai ini

menyebabkan harganya dapat lebih murah.

Menurut Soekarwo (Gubernur Jawa Timur, Juli 2010) Puspa Agro

dioperasikan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi petani Jatim

yang rendah. Jumlah penduduk Jatim yang berprofesi sebagai petani sekitar 47

persen dari total penduduk Jatim yang mencapai 37 juta. Dari jumlah itu, yang

bisa menikmati hasil pekerjaan hanya 16,39 persen. Padahal, produksi pertanian

di Jatim hampir 99 persen mengalami surplus. Hal itu terjadi karena sebagian

besar hasil pertanian dijual dalam bentuk on farm bukan off farm. Untuk

meningkatkan nilai tambah, harus diciptakan industrialisasi pertanian. Puspa Agro

adalah langkah awal untuk menuju ke sana. Ia pun berharap, Puspa Agro dapat

meningkatkan perekonomian Jatim. Saat ini, transaksi perdagangan antar provinsi

mencapai Rp 44,2 triliun. Potensi Jatim dengan berdirinya Puspa Agro,

ditargetkan nilai perdagangan Jatim dengan provinsi lain dapat mencapai Rp 200

triliun hingga akhir 2010.

Erlangga Satriagung mengatakan Pasar Induk Puspa Agro di Jemundo

Sidoarjo semakin menggairahkan sektor agrobisnis di Jatim. Sebagai sektor

(20)

agrobisnis akan mengerek pertumbuhan ekonomi Jatim. Jatim adalah pemegang

terbesar portofolio produk pertanian di Indonesia. Keberadaan pasar induk yang

modern akan semakin menguatkan penetrasi produk pertanian Jatim ke berbagai

wilayah Indonesia, khususnya di bagian timur. Selama ini salah satu kendala

petani adalah soal pemasaran produk. Pasar agro selama ini dikuasai pedagang

besar di Jakarta. Mereka sebenarnya hanya bermodalkan modal dan jaringan

untuk kembali menjual produk yang dibeli dari para petani dan pedagang di Jatim.

Banyak pedagang Jakarta yang membeli produk dari Jatim lalu dijual kembali ke

kawasan Indonesia timur.

I.2. Perumusan Masalah

Petani Indonesia yang mencoba menjual hasil bumi ke pasar swalayan

menghadapi rintangan dan hambatan yang besar oleh rantai penawaran yang

sangat buruk – menelusuri jalan yang rusak, marak dengan korupsi, dan kurang

mendapatkan sarana penyimpanan dan pelayanan logistik. Pedagang ritel

mempunyai potensi yang besar untuk produk-produk lokal di pasar swalayan jika

masalah rantai penawaran tersebut dapat teratasi. Agar petani dapat memperoleh

keuntungan yang lebih tinggi dari penjualan ke saluran modern dalam negeri,

apalagi ekspor, maka perlu dilakukan perbaikan yang signifikan terhadap

rantai-rantai penawaran domestik.

Pasar induk puspa agro terletak diantara pemukiman dan pertanian yang

masih cukup luas, petani yang ada disekitar pasar induk puspa agro kebanyakan

berusahatani padi,sayur – sayuran dan buah – buahan, dengan demikian petani

(21)

mendapatkan harga jual yang lebih mahal dibandingkan sebelum adanya pasar

induk puspa agro karena pasar tersebut adalah salah satu pasar grosir agribisnis

terbesar di Indonesia. Sejak pasar tersebut diresmikan oleh pemerintah, warga dan

petani disekitar diduga mengalami perubahan pola hidup khususnya pekerjaan dan

pendapatan warga sekitar.

Pemasaran buah dan sayur segar melalui pasar swalayan di Indonesia

belum lama dikembangkan, rantai-rantai utama telah beralih sejak dini (dengan

standar internasional) ke penggunaan saluran-saluran penawaran sebagai alternatif

pasar grosir tradisional. Meskipun masih mendapatkan buah dari importir, grosir

dan pedagang antar pulau berskala besar, rantai ritel utama semakin banyak

mendapatkan sayuran local melalui:

(a) Pedagang grosir generasi baru yang berspesialisasi, bermodal dan

berdedikasi terhadap segmen-segmen industri pangan modern seperti pasar

swalayan, rantai makanan cepat saji, restoran dan hotel; dan

(b) Untuk beberapa jenis produk, petani/pengemas/pengirim dengan

menggunakan skema pertumbuhan lebih cepat dan lebih besar.

Pasar khusus perdagangan hasil-hasil bumi dan perikanan ini disiapkan

menjadi salah satu pasar agribisnis kelas dunia. Karena ini pasar induk terbesar di

Indonesia dan terbesar kedua di Asia Tenggara ( Erlangga 2010). Pasar induk

“Puspa Agro” juga dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang yang cukup

memadai. Dilihat dari potensi yang dimiliki oleh pasar induk “Puspa Agro” ini

mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikunjungi oleh berbagai lapisan

(22)

masyarakat sekitar yang bermata pencaharian sebagai petani sayur dan buah untuk

membuka lapangan kerja baru. Sehubungan dengan adanya dampak

perekonomian pasar induk “Puspa Agro” terhadap perekonomian petani sayur dan

buah maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan jenis

pekerjaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo ?

2. Apakah terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan

pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo ?

3. Bagaimana dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” terhadap

keamanan lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur dan

buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ?

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro”

terhadap penrubahan jenis pekerjaan petani sayur dan buah di Desa

Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro”

terhadap perubahan pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo

(23)

3. Untuk mengetahui dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” terhadap

keamanan lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur

dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola pasar induk “Puspa

Agro” dan pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam merumuskan kebijakan

tentang kegiatan pasar induk “Puspa Agro”.

3. Sebagai bahan kajian bagi rumah tangga tani sayur dan buah dalam

rangka mengatur dan meningkatkan perekonomiannya.

1.4. Pembatasan Masalah

Penelitian ini merupakan studi kasus pada petani sayur dan buah yang

terkena dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Pada penelitian ini hanya terbatas pada

ruang lingkup yaitu : petani sayur kangkung dan buah jambu biji merah yang hasil

panennya didistribusikan ke pasar induk “Puspa Agro” dan memberi dampak jenis

(24)

pengembangan bisnis harmoni pada tahun 2003 – 2004, masyarakat Jakarta

sebanyak 43,75% konsumen memilih hypermarket sebagai tempat berbelanja,

27,88% memilih minimarket, dan 28,37% memilih pasar tradisional. Selain itu

sebanyak 78% pemilik warung merasa terganggu dengan adanya kehadiran mini

market dan 60% terganggu dengan kehadiran hypermarket ( data diperoleh dari

100 responden pemilik warung di lima wilayah Jakarta, Depok, dan Tangerang ).

Data lain menyebutkan bahwa di Negara-negara Asia Pasifik (kecuali

Jepang), pada tahun 1999-2004 rasio keinginan masyarakat berbelanja di pasar

tradisional sebesar 65% (1999), 63% (2000), 60% (2001), 52% (2002), 56%

(2003), dan 53% (2004). Sedangkan pasar modern 35% (1999), 37% (2000), 40%

(2001), 43% (2002), 44% (2003), dan 47% (2004). Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan keinginan masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisionaal

sedikit menurun, diduga masyarakat yang berbelanja di pasar modern sedikit

meningkat. Di pasar tradisional menurun dengan tingkat kenaikan atau penurunan

rata-rata 2% per tahun (AC Nielson Asia Pasific Retail and Shoper Trend, 2005).

Memang tidak dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah

menjadi tuntunan dan konsenkuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di

masyarakat kita. Tidak hanya di metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota

kecil di tanah air. Sangat menjumpai Minimarket, Supermarket, bahkan

(25)

menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah

menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat para peritel

kelas menengah dari teri mengeluh, ( Esther dan dikdik, 2003 ).

Kendati persaingan antar pasar modern secara teoritis menguntungkan

konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang

diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat

penting mengingat Supermarket saat ini secara langsung bersaing dengan pasar

tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu, ( Harmanto, 2007).

Populasi Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar rata-rata 1,3%

per tahun dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang dan akan mencapai

jumlah penduduk sebesar 250 juta jiwa pada tahun 2015. Hal ini membuat

Indonesia menjadi pasar yang besar untuk produk sayuran dan buah-buahan.

Mayoritas populasi hidup di Pulau Jawa (58%), dan di Pulau Sumatera (22%).

Populasi yang terjadi dikeempat provinsi yang dicakup oleh Program Smallholder

Agribusiness Development Initiative (SADI), yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, NTT, dan NTB adalah sebesar 19,1 jiwa (hampir sebesar populasi

Australia) yang merupakan 8,7% populasi Indonesia. Urbanisasi menjadi salah

satu yang umum di Indonesia, dimana orang berpindah ke wilayah perkotaan

untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Populasi di wilayah

adalah sekitar 45% total populasi penduduk Indonesia pada tahun 2005 dan

diperkirakan akan meningkat menjadi 52% dalam kurun waktu 10 tahun yang

akan datang. Hal ini menjadi basis populasi yang besar bagi sektor eceran modern

(26)

merupakan negara Islam terbesar di dunia.lebih dari 88% populasi di Indonesia

menganut agama Islam. Protestan dan katolik merupakan kelompok agama

terbesar berikutnya dengan jumlah 9% dari populasi, dan diikuti Hindu 2% dan

Budha 1%.oleh karena konsumen muslim hanya mengkonsumsi makanan yang

memenuhi persyaratan kehalalan yang ketat. Hal ini membuat Indonesia menjadi

pasar makanan halal terbesar di dunia, ( Austin Nick, 2009).

Pasar basah tradisional masih mendominasi perdagangan makanan segar,

akan tetapi terdapat trend untuk berbelanja di pasar modern (AC Nielsen, 2003).

Pada masa sekarang, jam kerja orang Indonesia menjadi lebih panjanag dari pada

masa sebelumnya, dan semakin banyak perempuan yang menikah serta memiliki

anak yang bekerja dan menginginkan hidup yang lebih nyaman. Para pembelanja

kelas menengah Indonesia (kurang lebih 30 juta jiwa dari total populasi sebesar

220 juta jiwa) telah menjadi semakin sadar dan peka terhadap merk serta trend.

Gaya hidup mereka pada saat ini mengalami perubahan, dan bagian dari

perubahan tersebut adalah kecenderungan untuk bebbelenja di pasar modern

daripada di pasar basah (tradisional). Akan tetapi, terdapat lebih dari 95%

pembelanja rumah tangga yang memilih untuk membeli produk pertanian di pasar

traisional, sementara 21% pembelanja memilih untuk membeli produk pertanian

di pasar modern yag disebabkan oleh sistem penetaan dan penyimpanan yang

menarik dan lebih baik serta akses yang leboh baik ke produk buah impor (AC

Nielsen, 2003).

Pendapatan dapat juga di uraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang

(27)

selama melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan instansi atau pendapatan

selama bekerja atau berusaha. Setiap orang yang kerja akan berusahauntuk

memperoleh pendapatan dengan jumlah maksimumagar bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya. Maksud utama para pekerja yang bersedia melakukan

berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan hasil pendapatan yang cukup

baginya, sehingga kebutuhan hidupnya ataupun rumah tangganya akan tercapai.

Penduduk perkotaan umumnya dan golongan keluarga berpenghasilan

rendah khususnya mempunyai berbagai sumber pendapatan. Pendapatan yang

dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan

kepda subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan, yang

berupa pendapatan dari pekerjaan, pendapatan dari profesi yang diterima sendiri,

usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan, serta dari sektor subsisten, yaitu

untuk bertahan hidup secara wajar dan didapatkannya suatu jaminan kebutuhan

primer, (Mubyarto, 1973;39)

Pertumbuhan pasar modern di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, dan Bekasi) dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Pada 1999–

2004, terjadi peningkatan pangsa pasar supermarket terhadap total pangsa pasar

industri makanan yang cukup tajam dari 11% menjadi 30%. Penjualan

supermarket pun tumbuh rata-rata 15% per tahun, sedangkan penjualan pedagang

tradisional turun 2% per tahunnya (Natawidjadja 2006). Memprediksi bahwa

penjualan supermarket akan meningkat sebesar 50% dari periode 2004 hingga

2007, sedangkan penjualan hipermarket akan meningkat sebesar 70% untuk

(28)

pasar modern adalah urbanisasi yang mendorong percepatan pertumbuhan

penduduk di perkotaan serta meningkatnya pendapatan per kapita. Dari 1998

hingga 2003, hipermarket di seluruh Indonesia tumbuh 27% per tahun, dari

delapan menjadi 49 gerai. Meskipun demikian, pertumbuhan hipermarket

terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dengan proporsi 58% dari keseluruhan

hipermarket, (Pricewaterhouse Coopers ,2005)

Pada daerah di Jawa Barat, petani hortikultura kecil mulai berpartisipasi

dalam penjualan kepada saluran pasar swalayan, terutama melalui pedagang grosir

khusus/resmi tetapi ada juga yang melalui beberapa pedagang grosir besar dan

beberapa kelompok secara langsung. Namun, jumlah petani yang ada dalam

saluran baru ini masih sedikit – bervariasi antara 11 dan 15 persen bergantung

pada daerahnya. Petani yang ikut dalam saluran baru ini adalah petani kecil –

tetapi mereka adalah golongan atas dari petani kecil dalam hal kepemilikan tahan

dan modal seperti bak penampung irigasi dan pendidikan. Tingkat keuntungan

mereka juga 10-30 persen lebih tinggi daripada petani-petani pada saluran

tradisional. (Temuan ini serupa dengan temuan baru di Amerika Tengah di mana

petani kecil menguasai hortikultura (di luar daerah-daerah kantong ekspor), dan

golongan atas petani kecil adalah pelaku yang ikut dalam skema penanaman cepat

dan pemasok yang lebih diutamakan masuk dalam saluran domestik modern,

(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pasar

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih

dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,

pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan lainnya (Peppres RI No. 112,

2007).Wikipedia, 2007

Pasar modern adalah pasar yang dikelola oleh manajemen

modern,umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan

jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota

masyarakat kelas menengah ke atas). Barang yang dijual memiliki variasi jenis

yang beragam. Selain menyediakan barang-barang local, pasar modern juga

menyediakan barang-barang impor. Secara kuantitas, pasar modern umumnya

mempunyai persediaan di gudang yang terukur. Pasar modern juga memberikan

pelayanan yang baik yaitu berupa suasana yang nyaman dan besih, display barang

per kategori mudah dicapai dan relative lengkap (Anonymous, 2005).

Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang

dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan,

sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada

konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern

antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko

mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang

dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan

(30)

mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian

terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi

persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya

mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar

modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah

dikenakan pajak).

Perkembangan bisnis ritel di Indonesia berkembang pesat, terutama

ditandai masuknya retailer asing berskala besar. Hal ini dipacu oleh Keppres

96/2000 yang kemudian diperbaharui dengan Keppres118/2000 : mengeluarkan

bisnisi retail dari negative list bagi PMA. Hal ini sekaligus mendorong perubahan

dimensi persaingan retail bisnis. Ada empat kelompok pelaku bisnis retail : (1)

kelompok grosir dan hypermarket, (2) kelompok supermarket, (3) kelompok

minimarket modern, dan (4) retailer kecil tradisional.

2.2.2. Pengertian Pertanian

Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta

produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan

dan hewan. Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan

barang dalam volume besar dan (2) proses produksi memiliki risiko yang relatif

tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup

dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta

jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern

(misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini

(31)

Terkait dengan pertanian, usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang

dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Petani adalah sebutan

bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani

tembakau" atau "petani ikan". Khusus untuk pembudidaya hewan ternak disebut

sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan

metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.

Usahatani adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani,

sebuah keluarga petani atau badan usaha tani lainnya yang bercocok tanam dan

berternak. Usahatani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber-sumber alam

yang dapat digunakan untuk produksi pertanian (A. T. Mosher, 1984).

2.2.3. Teori Rumah Tangga Tani

Model rumah tangga dibangun berdasarkan model Neo-klasik pada

rumahtangga tani yang melihat bahwa keputusan petani kecil dalam melakukan

kegiatan produksi dan konsumsi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan

(non-separable). Oleh karena itu, model non-separable merupakan model yang

tepat untuk menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga tani pada situasi pasar

tidak sempurna. Indikasi ini banyak dijumpai pada negara-negara sedang

berkembang yang sebagian besar petaninya merupakan petani subsistenyang

kegiatan produksi dan konsumsinya saling bergantung serta tidak dapat

dipisahkan. Asumsi ini mengindikasikan bahwa alokasi sumberdaya rumahtangga

seperti permintaan tenaga untuk pekerjaan on-farm dan suplai tenaga kerja untuk

(32)

Tujuan yang ingin dicapai oleh rumahtangga tani adalah

memaksimumkan kepuasan melalui alokasi tenaga kerja yang dimilikinya

kedalam beberapa aktivitas on-farm, off-farm dan non-farm dengan pembatas

teknologi dalam kegiatan produksi, waktu yang tersedia, dan modal (budget) yan

dimiliki. Model ini dapat diaplikasikan dalam semua jenis pasar tetapi hasilnya

akan berbeda tergantung pada kondisi pasar tenaga kerjanya (Glauben, et.al.,

2004).

Peningkatan biaya tersebut diasosiasikan dengan pekerjaan off-farm atau

non-farm yang mungkin diakibatkan oleh peningkatan heterogenitas antara

pekerjaan on-farm dan off-farm atau non-farm. Dengan bermigrasi maka anggota

keluarga akan berpindah pada pekerjaan yang lebih baik yang akan diikuti oleh

pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih baik (Kahn dan Low, 1982; Low, 1986).

Untuk memaksimumkan kepuasan rumahtangga tani, maka partisipasi

rumahtangga dalam pasar tenaga kerja memungkinkan dilakukan dengan pilihan

antara mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan on-farm dan off-farm atau

non-farm, serta menggunakan tenaga kerja sewa. Terdapat empat kemungkinan

dalam keputusan penggunaan tenaga kerja pertanian yang melibatkan tenaga kerja

keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm dan tenaga kerja sewa, yaitu :

a. Sepenuhnya menggunakan tenaga kerja sewa.

b. Hanya mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau

non-farm.

c. Menggunakan tenaga kerja swa dan mensuplai tenaga kerja keluarga pada

(33)

d. Tidak menggunakan tenaga kerja sewa dan tidak mensuplai tenaga kerja

keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm.

Model rumah tangga juga dikembangkan oleh Becker (1965) dan

Lancaster (1966) yang dasarkan pada hasil observasinya bahwa kepuasan rumah

tangga diturunkan dari kegiatan produksi barang dan jasa yang telah dilakukan

dengan mempertimbangkan besarnya barang yang dibayar dari pasar dan tenaga

kerja rumahtangga yang digunakan. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan

rumahtangga tani mempertimbangkan aspek produksi, konsumsi, serta alokasi

waktu kerja pada kegiatan masing-masing termasuk alokasi waktu untuk tidak

bekerja, misalnya untuk kegiatan social, santai dan istirahat (Adhikari, 2003).

Hal-hal yang menjadikan pertimbangan rumah tangga tani dalam

mengambil keputusan, meliputi :

 Keputusan menjual tenaga kerja keluar usahataninya sendiri (on-farm) pada

pekerjaan non-farm atau menggunakan tenaga kerja sendiri untuk melakukan

produksi.

 Jenis pasar yang dihadapi (pasar persaingan sempurna atau pasar tidak

sempurna)

 Penentuan waktu optimum untuk bekerja yang menghasilkan kepuasan yang

maksimum.

1. Model Rumahtangga Tani Chayanov

 Tujuan rumahtangga tani adalah dicapainya kepuasan maksimum,

 Menjalankan pasar produk tetapi tidak pada pasar tenaga kerja, sehingga

(34)

Implikasi upah = marginal rate of substitution antara pendapatan dan waktu

luang.

 Factor demografi mendominasi pendapatan rumahtangga.

2. Model Separasi

Model rumahtangga pertanian merupakan model interaksi antara usaha

petani dengan pasar dan sumber implikasi lainnya. Implikasi yang paling

penting adalah jika pasar yang dihadapi merupakan pasar persaingan

sempurna dan efisien maka harga di pasar menjadi pendukung keputusan

rumahtangga tani dalam memisahkan antara kegiatan produksi dan konsumsi

(Benjamin, 1992).

Dalam model Neoklasik diabaikan perbedaan antara penawaran dan

permintaan yang dalam model rumahtangga pertanian dianalisis secara

terpisah (separasi). Dengan memperhatikan variabel harga, maka penawaran

tenaga kerja pada rumahtangga pertanian tidak berpengaruh terhadap

permintaan tenaga kerja dan sebaliknya.

Dalam model ini dijelaskan dua kegiatan, yaitu kegiatan konsumsi yang

digambarkan sebagai fungsi kepuasan dan kegiatan produksi yang

digambarkan sebagai fungsi produksi. Fungsi kepuasan rumahtangga

ditentukan oleh konsumsi (c) dan leisure (l) yang diformulasikan sebagai:

Uh = u(c, l; a)

Sedangkan a merupakan faktor eksogen yang dalam hal ini adalah

karakteristik rumahtangga petani, misalnya jumlah anggota dalam

(35)

Fungsi produksi dalam rumahtangga tani diformulasikan sebagai:

q = F(L; A)

Keterangan: q = fungsi produksi

L = jumlah tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja sewa

(LF + LH)

A = faktor eksogen yang dalam hal ini adalah lahan.

Petani mengalokasikan waktu kerja yang tersedia untuk aktivitas

bekerja on-farm (LF), off-farm (LO) dan leisure (l), selain itu petani juga

memerlukan tenaga kerja sewa untuk menghasilkan produksi

usahataninya.Dengan demikian persoalan rumahtangga tani adalah

bagaimana memaksimumkan kepuasan tetapi dengan dibatasi konsumsi,

waktu kerja yang tersedia, dan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Max u (c, l; a)

Rumah tangga petani dipedesaan pada kenyataan tidak dapat begitu saja

lepas dari keadaan wilayah setempat. Terdapat wilayah- wilayah tertentu yang

memiliki potensi alam kurang baik seperti lahan- lahan didaerah pegunungan,

lahan kering atau lahan marginal lain yang seringkali sulit untuk dikembangkan,

sedangkan penduduk di dalamnya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup

berdasarkan sumber daya wilayah tersebut. Keadaan itu akan memburuk apabila

tidak ada upaya pembangunan wilayah yang memadai (Hadiwigeno dan

Pakpahan, 1993).

Dalam hubungan ini, kegiatan penyuluhan pertanian perlu untuk selalu

(36)

a. Usahatani adalah bagian salah satu cabang usaha didala keluarga untuk

memperoleh pendapatan, sehingga kegiatan penyuluhanpertanian harus

dipusatkan untuk menigkatkan pendapat keluarga dan perluasan

kesempatankerja bagi keluarganya.

b. Rumah tangga petani umumnya bersifat demokratis, artinya setiap tindakan

yang dilakukan oleh anggota keluarga harus memperolehkesepakatan dan

persetujuan segenap anggota keluarga. Karena itu kegiatan penyuluhan

pertanian harus disampiakan kepada segenap anggota keluarga, tidak hanya

kepada petani selaku kepala keluarga saja. Petani sebagai manusia umumnya

terikat pula oleh ikatan masyarakat lingkungan. Masyarakat merupakan sumber

kesentosaan petani yang menolong dalam menghadapi masalah-masalah kritis

dan membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan usahatani dan

kerumahtanggan yang lain. Untuk itu setiap langkah kegiatan petani diperlukan

persetujuan sosial terlebih dahulu, seperti tradisi, adat istiadat, agama,

kepercayaan, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembinaan dan penyuluhan hal-hal

tersebut tidak boleh diabaikan, ( Warsana. 2008).

Eskola (2005) berpendapat bahwa pembangunan fasilitas pasar yang

dekat dengan kegiatan pertanian serta kemudahan petani untuk mengakses

informasi pasar dapat meningkatkan derajat komersialisasi rumahtangga

pertanian. Partisipasi pasar akan terbuka lebar bagi petani, dan dengan cara

demikian hambatan penjualan mengecil yang pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan rumah tangga tani. Argumentasi mereka didasarkan pada analisa

(37)

Kerangka kerja tersebut telah menjadi benchmark atau model dasar dalam

menganalisis ekonomi rumah tangga, (Singh et al., (1986), Taylor dan Adelman

(2002).

2.2.4. Teori Pendapatan

Menurut pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam smith dan David Ricardo

distribusi pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga (3) kelas social utama yaitu

pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan tiga faktor

produksi, yaitu tenaga kerja, modal, dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap

faktor dianggap dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih

terhadap pendapatan nasional. Teori meeka meramalkan bahwa begitu masyarakat

makin maju, para tuan tanah akan relative lebih baik keadaannya dan para

kapitalis (pemilik modal) menjadi relative lebih buruk keadaannya. (Sumitro,

1991).

Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari

faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sector produksi dan sector ini membeli

faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi

dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi

ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan (Kadariah, 1994).

Pendapatan keluarga petani merupakan suatu hal yang sangat

menentukan tingkat hidup keluarga tersebut. Pendapatan dalam banyak hal

merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani (Cahyono, 2005) sebagian

rumah tangga di daerah pedesaan umumnya memperoleh pendapatan tidak hanya

(38)

pertanian dan sumber pandapatan yang berasal dari sector non pertanian antara

lain :

1. sumber pendapatan di sector pertanian

pandapatan dari sector pertanian adalah seluruh pendapatan baik pendapatan

dari usaha ternak maupun pendapatan dari buruh tani yang dihasilkan kepala

rumah tangga dan seluruh anggota keluarga buruh tani dalam satu tahun.

2. Sumber pandapatan di luar sector pertanian (non pertanian)

Pendapatan dari sector non pertanian adalah seluruh pendapatan dari usaha di

luar sector yang dihasilkan dari seluruh anggota rumah tangga buruh tani

selama satu tahun. Pendapatan dari sector ini misalnya : pedagang, buruh

industry, buruh angkutan, pengrajin, dan buruh pengolah lahan pertanian.

Pendapatan dari kegiatan di luar sector pertanian untuk kelompok buruh

tani sangat penting, sebagai tambahan pendapatan yang bersumber dari sector

pertanian. Rumah tangga buruh tani yang tidak memiliki lahan usaha bidang

dagang, jasa, dan kerajinan mempunyai arti yang sangat penting, dengan kata

lain semakin endah tingkat pendapatan makin beraneka ragam nafkahnya

(Mintoro, 2003)

Menurut Nurmanaf (2006), pendapatan rumah tangga umumnya tidak

berasal dari satu sumber, tapi dapat berasal dari dua atau lebih sumber

pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan itu sendiri, tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan

anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi

(39)

menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada tapi juga melakukan

kegiatan yamg lain.

Tingkat ekonomi petani sangat ditentukan oleh luas lahan usahatani.

Sempitnya pemilikan lahan dan sedikitnya peluang kerja berakibat pada

rendahnya investasi yang berakibat pada rendahnya pendapatan tani (Santoso,

2006).

(Syafi’i, 2003), menyatakan bahwa kegaiatan usaha tanidalam

memperoleh pendapatan sangat tergantung pada keadaan faktor dektor produktif

yang dimiliki petani. Fungsi-fungsi produksi itu meliputi modal, tanah, tanaga

kerja dan manajemen. Dari beberapa fungsi produksi tersebut, ternyata tanah

mempunyai kedudukan yang terpenting. Hal ditandai dengan besarnya balas jasa

oleh tanah dibandingkan dengan fungsi-fungsi produksi lainnya.

Semakin luas usaha tanisemakin besar porsentase penghasilan ruamah

tangga petani tapi bagi rumah tangga dan jasa petani yang dimliki sedikit lahan

atau tidak mempunyai lahan pertanian memilih bidang usaha dan jasa serta pada

bidang-bidang yang lain. Dengan kata lain semakin rendah tingkat pendapatan

semakin beraneka ragamsumber nafkahnya. Pendapatan dalam banyak hal

merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani.

2.3. Kerangka Pemikiran

Masyarakat petani padaumumnya merasakan adanya kekurangpuasan

terhadap tingkat perekonomian mereka bila hanya mengandalkan hasil dari

pertanian dan perikanan di Indonesia sehingga dewasa ini mereka berfikir untuk

(40)

dapat juga mempengaruhi penggunaan sumber-sumber alam tersebut. Sehingga

mungkin akan menimbulkan inovasi dan lebih mengintensifkan penggunaan

sumber alam yang tersedia, akan tetapi tetap efektif dalam perolehan hasil (Irawan

dan Suparmoko, 1992:122).

Di desa Jemundo Kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo merupakan

tempat berdirinya pasar induk “Puspa Agro”. Sebelum didirikannya pasar induk

“Puspa Agro” kondisi perekonomian masyarakat khususnya petani sayur dan buah

sekitar pasar tidak menentu dimana mereka memasarkan hasil pertanian mereka

kepada tengkulak-tengkulak yang ingin memperoleh keuntungan banyak dan

mereka merasa kesulitan dalam memasarkan hasil produksi pertaniannya sehingga

membuat nilai jual hasil pertanian mereka relatif rendah serta tempat untuk

menjual hasil produksi pertanian (sayuran dan buah-buahan) yang cukup jauh

sehingga berpengaruh terhadap tingginya ongkos pemasaran yang dikeluarkan.

Hal ini bertolak belakang dengan setelah didirikannya pasar induk “Puspa Agro”

yang membawa angin segar bagi masyarakat sekitar khususnya mereka yang

bermata pencaharian sebagai petani sayuran dan buah-buahan, yang dibuktikan

dengan tidak sedikit para petani memiliki usaha-usaha baru yang terus mengalami

peningkatan. Kemudian memiliki kios atau stan di dalam pasar induk Puspa Agro

dapat membantu para petani yang ingin mendapatkan tambahan penghasilan

maupun pendapatan dengan berdagang di pasar induk “Puspa Agro”, mereka

dapat menjual hasil pertanian (sayuran dan buah-buahan).

Menurut beberapa konsumen, mereka tertarik untuk membeli sayur dan

(41)

Sukodono karena sayuran dan buah-buahan yang dijual beraneka ragam dan

terjamin kebersihannya serta harga yang sedikit lebih murah dibandingkan

dengan pasar terdekat.

Dalam hal ini peranan pemerintah setempat sangat diperlukan, tidak

hanya mengatur kebijakan retribusi pajak tetapi tidak kalah pentingnya yaitu

mengadakan penyuluhan-penyuluhan dan pembinaan yang menyangkut kegiatan

pertaniandan bantuan modal guna pengembangan usaha mereka.

Peraturan-peraturan yang dibuat haruslah berdasarkan prosedur yang ada.

Di bawah ini adalah bagan kerangka pemikiran yang didasarkan atas

keterangan di atas :

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Petani Sayur dan Buah di

Desa Jemundo

Sebelum ada pasar induk “Puspa Agro”

(42)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan dengan perumusan masalah serta tujuan dari

penelitian ini maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan

jenis pekerjaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan

Taman Kabupaten Sidoarjo.

2. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan

pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo.

3. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap keamanan

lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur dan buah

(43)

yaitu di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

berdasarkan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat pasar induk “Puspa

Agro”, karena sudah menunjuk Desa Jemundo maka masyarakat yang bermata

pencaharian sebagai petani dan karena adanya masalah perekonomian yang

mereka alami, serta dampak – dampak yang diberikan oleh pasar induk “Puspa

Agro” terhadap pendapatan dan pengeluaran masyarakat petani, sehingga dengan

adanya kondisi tersebut layak untuk dipakai sebagai lokasi penelitian.

3.2. Penentuan Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah keluarga tani sayur

dan buah yang ada kaitannya atau yang menjual hasil pertaniannya di pasar induk

“Puspa Agro” sejak resmi dibuka tanggal 17 Juli 2010.

Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu tehnik penentuan sampel yang dipilih berdasarkan

kriteria tertentu, dimana setiap sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik

sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, yaitu keluarga

tani sayur dan buah yang terlibat dengan kegiatan sosial ekonomi yang ada

kaitannya dengan pasar induk “Puspa Agro” dan telah tinggal di Desa Jemundo

(44)

Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa jumlah populasi petani

di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo dalam penelitian ini

sebanyak 50 orang. Berdasarkan kriteria tersebut dan keterbatasan waktu, biaya,

dan tenaga maka penentuan jumlah sampel diperoleh 30 orang responden petani

sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo yang

digunakan untuk sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat wirartha, M (2005) yang

menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan

statistik, ukuran sampel paling kecil yang diambil sebanyak 30 respoden. Selain

30 responden petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo, juga terdapat beberapa orang yang berkaitan dengan

penelitian ini yang akan diwawancara guna untuk melengkapi hasil penelitian ini,

diantaranya adalah Bapak RT Desa Jemundo dan pihak dari pasar induk “Puspa

Agro”.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa macam data agar penelitian

dapat berlangsung dengan sebagaimana mestinya, maka perlu dilakukan

identifikasi terhadap jenis dan sumber data yang digunakan. Adapun jenis dan

sumber data yang diperlukan meliputi :

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan secara langsung dari responden

dengan cara observasi dan wawancara dengan bantuan kuesioner. Data yang

dikumpulkan adalah data pendapatan, jenis pekerjaan, dan usahatani rumah

(45)

Agro” selanjutnya ditabulasi dan dianalisis baik secara deskriptif maupun secara

statistik.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari literatur dan instansi terkait seperti kantor

kelurahan, kecamatan, dinas pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya yang

terkait dengan penelitian ini. diantaranya sebagai berikut :

a. Keadaan daerah yang meliputi jumlah penduduk, tingkatan umur,

tingkatan pendidikan, keadaan sosial ekonomi, sarana pendukung dan lain

sebagainya.

b. Keadaan geografis yang terdiri dari jumlah curah hujan, ketinggian daerah,

luas dan batas Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, maka data

yang telah terkumpul disempurnakan serta dianalisis yang selanjutnya

dipindahkan ke dalam bentuk analisis statistik. Dalam penelitian ini dilakukan

analisis dengan menggunakan :

a. Analisis statistik adalah suatu pengolahan data yang menggunakan

perhitungan angka-angka untuk membuktikan hubungan antara variabel

yang satu dengan variabel lain.

b. Analisis Deskriptif adalah suatu pengolahan data yang dilakukan dengan

cara menguraikan dalam bentuk kalimat dan menghubungkan dengan

(46)

Untuk menjawab tujuan penelitian, maka analisis data yang dilakukan

sebagai berikut :

1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui dan

menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro”terhadap perubahan jenis

pekerjaan keluarga tani sayur dan buah maka digunakan analisis uji

tanda (Sign test). Dengan perumusan sebagai berikut :

Ho : 0=1, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap jenis

pekerjaan petani sayur dan buah.

H1 : 01, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan yang

diberikan oleh pasar induk “Puspa Agro” terhadap jenis pekerjaan

petani sayur dan buah.

Uji tanda (Sign test) digunakan untuk menguji hipotesis komparatif

dua sampel yang berkorelasi, bila datanya berbentuk ordinal. Tehnik ini

dinamakan uji tanda karena data yang akan dianalisis dinyatakan dalam

bentuk tanda-tanda, yaitu tanda positif dan negatif, Sugiyono (2003:126)

Z ² =

[ (n - n ) + 1 ] ²

n + n

 

dimana :

n : banyaknya data positif

n : banyaknya data negatif

dengan menggunakan derajat kebebasan (n-1) dan α = 5% serta uji dua sisi

(kemungkinan terdapat atau tidak terdapat perbedaan).

Dasar pengambilan keputusan :

(47)

Hipotesis diterima, bila Z hitung > Z tab, artinya Ho ditolak dan Ha

diterima.

Hipotesis ditolak, bila Z hitung < Z tab, artinya Ho diterima dan Ha

ditolak.

2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk mengetahui dan menganalisis

dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan pendapatan

keluarga tani sayur dan buah maka digunakan uji beda paired sample t

test. Dengan perumusan sebagai berikut :

Ho : 0=1, artinya pendapatan krluarga tani sayur dan buah sebelum dan

setelah dibangunnya pasar tidak berbeda nyata.

H1 : 01, artinya pendapatan keluarga tani sayur dan buah sebelum

dan setelah dibangunnya pasar berbeda nyata.

Dengan α = 0,05 ; df = (n + (n-1)) dimana n = 30 ;

t tab = t (0,05) (n+ (n-1))

1) Uji beda

Beda rata-rata observasi yang digunakan untuk mengukur

pendapatan petani sayur dan buah sebelum dan sesudah

dibangunnya pasar induk “Puspa Agro” (Djarwanto, 2000:193)

SD =

keterangan :

SD : Standart Deviasi

(48)

dibangunnya pasar

n : jumlah sampel yang dianalisis

2) Tehnik pengujian hipotesis

Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan standart deviasi di

atas maka dilakukan uji t sebagai berikut (Djarwanto, 2000:159)

t hitung = d

SD / √ n

Keterangan

t hitung : nilai t hasil pehitungan

d : nilai rata-rata pendapatan petani sebelum dan setelah

dibangunnya pasar

Derajat kebebasan (n-1), α = 5%, dan uji dua sisi (kemungkina

terdapat atau tidak terdapat perbedaan). Maka hasil perhitungan

t hitung dibandingkan dengan t tab, dimana :

Hipotesis diterima, bila t hitung > t tab, artinya Ho ditolak dan H1

diterima.

Hipotesis ditolak, bila t hitung ≤ t tab, artinya Ho diterima dan H1

ditolak.

3. Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengetahui dampak keberadaan pasar

induk “Puspa Agro”terhadap keamanan lingkungan, kegiatan sosial, dan

kegiatan keagamaan petani sayur dan buah dengan menggunakan analisis

(49)

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini diukur

berdasarkan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

1) Dampak adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat

adanya aktivitas manusia dan diukur dengan ada tidaknya perubahan

dalam bidang sosial ekonomi.

2) Pasar induk “Puspa agro”adalah pasar yang memiliki konsep perdagangan

komprehensif, terdapat pasar eceran dan pasar grosir di dalamnya dan

kegiatan skala besar yang di dalamnya terdapat produk agribisnis

terlengkap dan terbesar di Indonesia.

3) Masyarakat adalah rakyat atau kelompok rakyat yang mendiami suatu

wilayah di sekitar pasar induk “Puspa Agro”.

4) Petani adalah seseorang yang tinggal di daerah sekitar pasar induk “Puspa

Agro” yang memiliki pekerjaan berhubungan dengan kegiatan budidaya

tanaman sayur dan buah.

5) Mata pencaharian adalah pekerjaan dan sebagainya yang menjadi pokok

penghidupan dari warga yang ada sebelum dan sesudah dibangunnya

pasar induk “Puspa Agro”.

6) Jenis pekerjaan adalah berbagai jenis atau bentuk perbuatan atau kegiatan

yang dilakukan dan bertujuan untuk mendapatkan hasil oleh para petani

yang ada di sekitar pasar induk “Puspa Agro” untuk mendapatkan

(50)

7) Pendapatan adalah hasil kerja yang diperoleh warga masyarakat di sekitar

pasar induk “Puspa Agro” sebelum dan sesudah dibangunnya pasar induk

“Puspa Agro”.

8) Pendapatan total keluarga tani sayur kangkung adalah pendapatan total

dari seluruh anggota keluarga tani yang bekerja baik dari usaha bercocok

tanam kangkung yaitu satu bulan sekali masa panen maupun usaha lain

selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.

9) Pendapatan total keluarga tani buah jambu biji merah adalah pendapatan

total dari seluruh anggota keluarga tani yang bekerja baik dari usaha

bercocok tanam jambu biji merah yaitu empat bulan sekali masa panen

namun dalam penelitian ini pendapatan empat bulan dibagi empat

sehingga didapatkan pendapatan per bulan, maupun usaha lain selain

bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.

10) Pendapatan kepala keluarga tani adalah pendapatan total kepala keluarga

tani yang bekerja selama satu bulan baik dari usaha bercocok tanam

maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan

Rupiah per bulan.

11) Pendapatan anggota keluarga tani adalah total dari pendapatan istri dan

anak petani yang bekerja selama satu bulan baik dari usaha bercocok

tanam maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan

(51)

12) Pendapatan usahatani adalah penerimaan usahatani dikurangi dengan total

biaya produksi usahatani yang diukur dalam satuan rupiah dalam satu

musim panen.

13) Pendapatan dari usaha non pertanian adalah seluruh pendapatan dari luar

sektor pertanian yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga selama

satu bulan yang diukur dalam satuan rupiah per bulan.

14) Rumah tangga tani adalah semua orang yang tinggal, makan, dan

mengurus keperluan sehari-hari secara bersamaan yang termasuk dalam

satu unit anggaran belanja, pada rumah tangga tani dibatasi pada keluarga

inti, dimana yang dimaksud dengan keluarga inti adalah suatu kesatuan

sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang masih menjadi

tanggungan.

15) Kondisi sosial adalah kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama

karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut menyangkut

hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan menjadi suatu

kesadaran agar dapat saling tolong menolong.

16) Kondisi ekonomi adalah kondisi manusia yang menyangkut kepentingan

(52)

dari Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Sidoarjo dan 850 km dari Ibukota

Negara Republik Indonesia. Desa Jemundo berada pada ketinggian kurang dari 40

m dari permukaan laut dan termasuk kedalam daratan rendah dengan curah hujan

1000 s/d 2000 mm/tahun serta suhu rata-rata 310C. Desa Jemundo mempunyai

luas 196 Ha dan terdiri dari Dusun Sawunggaling dan Dusun Sambikerep. Adapun

batas wilayah Desa Jemundo adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Kletek

Sebelah Selatan : Desa Sadang

Sebelah Barat : Desa Sambibulu

Sebelah Timur : Kelurahan Geluran

Desa Jemundo merupakan salah satu Desa yang terkena dampak akibat

adanya pasar induk Puspa Agro, mengingat pasar tersebut juga berdiri di Desa

Jemundo, hal ini mengakibatkan adanya perubahan mata pencarian dan

perekonomian masyarakat di Desa tersebut. Masyarakat di Desa Jemundo yang

dahulunya hanya bekerja sebagai petani, sekarang ada yang bekerja sebagai

pedagang di pasar induk Puspa Agro, terlihat perubahaan yang sangat menonjol

pada penduduk terutama ibu – ibu yang terlihat mempunyai kesibukan lain yaitu

berjualan dan berbagai kegiatan lainnya. Oleh karena itu peneliti memilih Desa

jemundo sebagai tempat penelitian untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan

(53)

diharapkan dengan penelitian ini nantinya bisa dipakai sebagai masukan bagi

masyarakat setempat. Sehubungan dengan ini Desa Jemundo merupakan kawasan

desa yang strategis untuk mengembangkan produksi atau usaha perdagangan

dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.

Penggunaan tanah di Desa Jemundo dari pemukiman penduduk,

pekarangan, sawah irigasi teknis dan irigasi non teknis, dan sebagainya. Untuk

lebih jelasnya penggunaan tanah tersebut dapat dilihat pada tabel 4 :

Tabel 1. Penggunaan Tanah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009

Sumber : Kantor Desa Jemundo

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa penggunaan tanah di Desa

Jemundo sebagian besar untuk pemukiman yaitu 98 Ha atau sekitar 61,18 %. Hal

tersebut dikarenakan Desa Jemundo banyak terdapat pabrik-pabrik yang

mengakibatkan banyak karyawan yang dibutuhkan, dan para karyawan tersebut

sebagian besar bertempat tinggal di Desa Jemundo dengan alasan tempat tinggal

dekat atau tidak jauh dari tempat kerja. Pemukiman yang dimaksud adalah

kos-kosan. Tanah sawah berada pada urutan ketiga setelah pekarangan yaitu dengan

Gambar

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Penggunaan Tanah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009
Tabel 2.  Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jemundo Tahun 2009
Tabel 3.  Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jemundo Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman pengertian disiplin kerja tersebut diatas dapat diasumsikan, bahwa bahwa disiplin merupakan suatu alat dalam sistem organisasi baik suasta maupun

Masalah dan dampak penempatan pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung, yang paing menonjol penempatan pegawai yang mengemban antara pengalaman kerja

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang memberikan berkat dan bimbingan- Nya kepada penulis sehingga penelitian yang berjudul : “ ANALISIS RASIO KEBANGKRUTAN ALTMAN

[r]

[r]

[r]

[r]

Jenis lampu kedip ini bisa membantu kita apabila ada deringan telepon yang masuk, maka lampu kedip ini akan menyala. Berdasarkan hasil pengamatan rangkaian ini merupakan alat