PENINGKATAN PEMAHAMANSISWA MENGENAI GETARAN PADA BANDUL SEDERHANA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING MENGGUNAKAN LKS PADA
SISWA KELAS VIII SMP KARITAS NGAGLIK YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Rosiana Bumbungan
NIM : 041424034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tlah ku lihat kebaikanMu yang tak pernah habis di hidupku..
Ku berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia!!
(Tetap Setia - Nikita)
Sebuah karya sederhana yang dalam pengerjaannya penuh penantian, air mata,
dan senyuman dalam ketidakberdayaan.
Aku percaya Allah pun akan berkarya sendiri melampaui yang pernah kita duga
Kupersembahkan dengan segenap hati, teristimewa
Tuhan Yesus Kristus
Keluargaku tercinta
Seorang Terkasih
Sahabat, Almamaterku & semua orang yg selalu bertanya kapan
kamu lulus??
Terimakasih untuk semua doa, rasa sayang, perhatian, dorongan
semangat, dan kesabaran tak terhingga yang kalian berikan padaku
ABSTRAK
Rosiana Bumbungan. 2009. Peningkatan Pemahaman Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana Melalui Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Terbimbing Menggunakan LKS Pada Siswa Kelas VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta. Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan Getaran Pada Bandul Sederhana melalui pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dan untuk mengetahui kemampuan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk menentukan ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep getaran pada bandul sederhana, peneliti membandingkan pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS. Penilaian kemampuan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan dengan prosentase skor yang diperoleh siswa kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan.
Penelitian ini dilakukan di SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta, pada bulan Januari 2009. Partisipan penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII.
Penelitian ini didesain mencakup empat tahap, yang terdiri dari membuat instrumen, siswa mengerjakan soal pretes, pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS, dan siswa mengerjakan soal postes. Tes berupa soal uraian berjumlah 20 pertanyaan, mencakup konsep pokok yang berhubungan dengan Getaran Pada Bandul Sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep getaran pada bandul sederhana; (2) secara keseluruhan kemampuan keterampilan siswa masuk dalam kriteria kompeten.
ABSTRACT
Rosiana Bumbungan. 2009. The Increasing of Students’ Understanding about Vibration on a Simple Pendulum through the Learning with Guided Experiment Method Using Students’ Worksheet to the 8th Grade Students of Karitas Junior High School, Ngaglik, Yogyakarta. Yogyakarta: Physics Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Trainning and Eduation. Sanata Dharma University.
This research was quantitative research. This research aimed to know the increasing of students’ understanding about the concepts related to the Vibration on a Simple Pendulum through the learning with guided experiment using Students’ Worksheet and to know the ability of students’ skills. To determine whether there was some increasing of students’ understanding about vibration concept on a simple pendulum or not, the researcher compared the students’ understanding before and after the learning with guided experiment method using Students’ Worksheet. The Ability of students’ skills in the learning process was stated by score percentage from students then it was compared to the determined criterion.
This research was done in Karitas Junior High School, Ngaglik, Yogyakarta, on January 2009. The research’s participants were 8th grade students.
This research was designed with four steps, which were consist of making an instrument, students did the pretest questions, learning with guided experiment using Students’ Worksheet, and students did the posttest questions. The test consisted of 20 essay questions, including basic concept related to the Vibration on a Simple Pendulum.
The result of the research showed that (1) overall the increasing of understanding about vibration concept on a simple pendulum was happened; (2) thoroughly, the ability assessment for the students’ skills is included in competence criterion.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaanNya kepada penulis sejak awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Dalam proses penyusunan skripsi ini juga mendapat bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan pengarahan dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku Kaprodi P.Fisika dan juga selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas kerelaan waktu serta bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa dan selama mengerjakan skripsi. God Always Bless You & Your Family.
4. Bapak Drs. Fr. Kartika Budi, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah membimbing penulis dalam studi selama menjadi mahasiswa.
5. Segenap dosen FKIP Universitas Sanata Dharma, khususnya dosen P.Fisika yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah, serta staff non akademik terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. 6. Ibu Dra. Ch. Tuti Rahayu Susilowati, selaku Kepala SMP Karitas Ngaglik
yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian.
7. Ibu C. Suryani Poncowati, S.Si selaku guru bidang studi IPA SMP Karitas Ngaglik yang telah memberikan kesempatan dan kerjasama untuk melakukan penelitian.
8. Seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta atas kerjasama dan partisipasinya dalam penelitian ini.
9. Mamaku tercinta Bertha R.L dan Bapakku tercinta Marthen Bumbungan, Terima kasih atas semua cinta kasih, doa, kepercayaan, serta beratus-ratus rupiah yang kalian berikan untukku hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini.
10.Kakakku Robbyanus B, Adikku Robert B, Rowinna B serta semua keluarga besarku.
11.Antonius Adiyoso Nugroho dan keluarga di Kulonprogo. Terimakasih sudah membantu penelitian, memberiku cinta, doa dan semangat untuk menyelesaikan kuliah. Terimakasih juga pinjaman printernya.
12.Sahabatku Santi, Agustini, Kak Omi, Rani, Sari, Erlina. Akhirnya aku bisa menyusul kalian. Thats what friend are for!
13.Teman-teman P.Fisika 2004, angkatan atas dan bawah, teman curhatku Giacinta Dwi Woro S, Novita E., Urbanus W, Rusmiyatun, Andrianto, Oma di KalBar dan juga teman seperjuangan bimbingan: Iken, Yayuk, F. Wulansih, Ari, Yanti. Terimakasih dukungannya.
14.Keluarga “Rumah Ijo”: Fransiska E. K, Mba Echa, Varida I & Putri Dony, terimakasih buat semangatnya supaya aku cepat lulus! Anita Limiarti &
Herarda Niken yang bosan melihatku selalu duduk di depan komputer, akan tiba saatnya untuk kalian, nikmatilah.. aku sayang kalian semua!
15.Teman-teman Komunitas Sant’Egidio spesial yang di Yogyakarta, Terimakasih atas persaudaraan yang luar biasa indah. Buat semua orang yang ku kasihi, spesial Romo di Domus Pacis terimakasih untuk persahabatan dan dukungan doanya.
16.Teman-teman PPL Bina Harapan & KKN “Cinta”..I miss you all.
17.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak yang ingin memajukan pendidikan di negara kita.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II DASAR TEORI
A. Teori Belajar ... 7
B. Konsep... 9
1. Pengertian Konsep ... 9
2. Teori Perubahan Konsep ... 10
3. Hubungan Teori Perubahan Konsep Dengan Teori Konstruktivisme ... 13
4. Metode Pengajaran Perubahan Konsep... 14
5. Pemahaman Konsep ... 15
C. Metode Eksperimen ... 17
D. Lembar Kerja Siswa... 21
E. Evaluasi ... 22
F. Getaran Pada Bandul Sederhana ... 28
G. Kaitan Antara Dasar Teori Dengan Penelitian... 31
BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33
C. Partisipan Penelitian... 33
D. Desain Penelitian... 34
E. Instrumen Penelitian ... 37
1. Instrumen Pembelajaran... 37
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 37
3. Instrumen Penilaian Kemampuan Siswa... 40
F. Metode Analisis Data... 42
1. Analisis Pemahaman Awal dan Pemahaman Akhir Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana ... 42
2. Analisis Pemahaman Konsep Siswa ... 48
3. Analisis Kemampuan Keterampilan Siswa... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian... 51
B. Data ... 56
1. Hasil Pretes ... 57
2. Hasil Postes ... 59
3. Hasil Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa... 61
C. Analisis... 60
1. Pemahaman Awal Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana ... 62
2. Pemahaman Akhir Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana ... 78
3. Perubahan Konsep dan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 92
4. Kemampuan Keterampilan Siswa ... 105
D. Keterbatasan Penelitian... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108
B. Saran... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN... 113
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes Menurut Indikator
Hasil Belajar dan Aspek yang Diukur... 39
Tabel 3.2 Distribusi Soal Penilaian Kemampuan Siswa Menurut Aspek yang Dikembangkan ... 40
Tabel 3.3 Penskoran Untuk Masing-masing Aspek dan soal... 42
Tabel 3.4 Skor Maksimum Tiap Aspek ... 45
Tabel 3.5 Kualifikasi Pemahaman Siswa... 47
Tabel 3.6 Variasi Jawaban Untuk Soal Pretes Maupun Postes ... 47
Tabel 3.7 Perubahan Pemahaman Konsep Siswa... 48
Tabel 3.8 Peningkatan Pemahaman Seluruh Siswa ... 48
Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa... 50
Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Siswa ... 57
Tabel 4.2 Data Hasil Postes Siswa ... 59
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa ... 61
Tabel 4.4 Kualifikasi dan Prosentase Hasil Pretes... 62
Tabel 4.5 Variasi Jawaban Siswa Soal Pretes ... 63
Tabel 4.6 Kualifikasi dan Prosentase Hasil Postes ... 78
Tabel 4.7 Variasi Jawaban Siswa Soal Postes ... 79
Tabel 4.8 Perubahan Pemahaman Konsep Siswa... 92
Tabel 4.9 Peningkatan Pemahaman Konsep Seluruh Siswa ... 93
Tabel 4.10 Distribusi Kemampuan Keterampilan Siswa ... 105 Tabel 4.11 Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan
Kriteria Kemampuan Keterampilan Siswa... 106
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bandul Pada Statif ... 28
Gambar 2.2 Titik Keseimbangan dan Simpangan... 29
Gambar 2.3 Bandul Sederhana... 30
Gambar 3.1 Desain Penelitian... 34
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar menurut konstruktivis adalah suatu perubahan konseptual, yang dapat berupa pengkonstruksian ide baru atau merekonstruksi ide yang sudah ada sebelumnya. Ketika siswa masuk ke kelas untuk menerima pelajaran, siswa tidak dengan kepala kosong yang siap diisi dengan berbagai macam pengetahuan oleh guru. Sebenarnya para siswa telah membawa pengetahuan awal yang diistilahkan oleh para konstruktivis dengan gagasan/pikiran siswa.
Pengetahuan awal diperoleh siswa dari interaksi dengan lingkungannya dan juga dipengaruhi oleh bahasa, budaya, lingkungan fisik, orang tua, teman sebaya dan masyarakat sekitarnya. Pengetahuan awal ini dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran selanjutnya, tetapi dapat pula mempersulit siswa karena itu guru harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan awal siswa mengenai konsep pelajaran yang akan diajarkan. Guru hendaknya menciptakan kegiatan dalam pembelajaran yang dapat mengubah pengetahuan awal siswa yang belum sesuai dengan konsep pelajaran yang sedang dipelajari atau menyempurnakan konsep awal yang kurang lengkap.
Menurut Suparno (2005: 94-95), proses pembelajaran yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep pada diri siswa yang sedang
2
belajar. Perubahan itu secara umum dapat terjadi dalam dua bentuk. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi sempurna. Perubahan yang kedua adalah membetulkan konsep yang salah menjadi benar sesuai dengan konsep para ahli fisika. Perubahan konsep merupakan hal yang sangat penting maka hal itu perlu mendapat penekanan dari pihak guru. Dengan dua perubahan itu diharapkan siswa yang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar.
Walaupun perubahan konsep itu tidak mudah, terlebih perubahan konsep yang salah ke konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah, namun bagi guru yang ingin memajukan siswanya tetap perlu mengusahakan metode-metode yang secara efisien membantu perubahan konsep tersebut. Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan dan konsep mereka. Dengan demikian akan ketahuan salah konsep yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengubah konsepnya.
3
1982:10, dalam Hira Prihandoko Rafael, 2006: 7). Dengan demikian siswa lebih percaya pada kebenaran konsep yang telah dicoba sendiri, pembelajaran secara langsung pada obyek yang sedang dipelajari memungkinkan meningkatkan pemerolehan pengetahuan sesuai dengan harapan.
Untuk mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode eksperimen digunakan lembar kerja siswa (LKS). Biasanya LKS disajikan sebagai media dalam bentuk lembaran yang berisi serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan LKS diharapkan siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran.
Dengan demikian, sehubungan dengan hal diatas dan demi berhasilnya pembelajaran diharapkan para pendidik mau untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum proses belajar mengajar dimulai sehingga bisa membuka konsep awal yang dimiliki siswa dan dapat membantu siswa mengubah kerangka berpikir awal atau mengubah konsep yang salah yang dimiliki mereka serta dapat merekonstruksi pengetahuan awal siswa apabila pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep para fisikawan.
4
pertemuan selanjutnya siswa akan mempelajari pokok bahasan gelombang yang juga memerlukan konsep siswa yang baik mengenai getaran dan juga karena peristiwa yang berhubungan dengan materi tersebut banyak terjadi di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan kegiatan eksperimen akan diperoleh pengetahuan konkrit yang dapat memperbaiki penguasan konsep getaran yang bersumber pada diri siswa. Dengan demikian, siswa dapat menerapkan konsep yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu maka penulis memilih judul: “Peningkatan Pemahaman Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana Melalui Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Terbimbing Menggunakan LKS Pada Siswa Kelas VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa mengenai getaran pada bandul sederhana?
5
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS)?
4. Bagaimanakah kemampuan keterampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diketahui di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pemahaman awal siswa mengenai getaran pada bandul sederhana.
2. Pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana setelah pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS).
3. Peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS).
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari berbagai pihak, yaitu bagi peneliti, para guru atau calon guru, siswa, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi peneliti, para guru, atau calon guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang suatu model alternatif pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru atau calon guru untuk membantu mengubah konsep siswa yang salah atau kurang lengkap menjadi benar atau lengkap dan keterampilan siswa sehingga dapat membuat siswa terampil dan kompeten dalam belajar. 2. Bagi siswa
Dapat memberikan pengalaman langsung yang dapat menantang pemikiran siswa dalam melakukan perubahan konsep ke arah yang lebih benar atau lengkap serta merangsang siswa menjadi terampil dan kompeten.
3. Bagi peneliti selanjutnya
BAB II
DASAR TEORI
A. Teori BelajarBelajar menurut pandangan konstruktivistik adalah lebih dari sekedar mengingat. Seseorang yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah sendiri, menemukan (discovery) sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan berbagai gagasan. Inti sari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi (Anni dkk., 2004: 50).
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar (Dimyati & Mudjiono, 1999: 10). Dengan demikian, belajar merupakan seperangkat kognitif seseorang yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi sehingga timbul kapabilitas baru.
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama, berhubungan dengan cara informasi atau
8
materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 1988: 134). Pengetahuan awal yang dimiliki siswa memiliki peran yang sangat penting dalam proses penemuan konsep baru yang dibentuk dari suatu kegiatan untuk memperoleh informasi baru.
David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1988: 137). Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran dapat menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi prasyarat yaitu; 1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, dan 2) anak yang akan belajar atau siswa bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna (meaningful learning set) (Dahar, 1988: 142). Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang (Dimyati & Mudjiono, 1999: 13).
9
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar bukan merupakan sesuatu yang bisa dilakukan dengan cepat tetapi lebih banyak pada proses. Belajar bukan hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah hasil saja tetapi proses belajar merupakan sebuah langkah untuk mendapatkan pengetahuan.
B. Konsep
1. Pengertian Konsep
10
kemampuan untuk belajar dengan cara lebih mudah dan lebih efektif di masa depan (Winataputra, 1992: 35).
Euwee van Berg berpendapat bahwa dalam fisika, konsep adalah segala pengertian yang sudah ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi dan ciri-ciri yang menjadi obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan (Kartika Budi, 1992: 39).
Contoh konsep dalam fisika antara lain: kecepatan, momentum, gaya, gelombang, listrik, dan sebagainya. Dengan demikian pendekatan konsep dalam fisika pengajarannya berpangkal pada peran pembantu konsep dan keterkaitannya sehingga memberi makna pada siswa.
2. Teori Perubahan Konsep
11
adalah proses membantu siswa melakukan asimilasi dan akomodasi; sehingga pengertian siswa menjadi benar dan lengkap.
Posner, Strike, Hewson, and Gertzog (1982, dalam Sharon, 1997: 108) menjelaskan bahwa proses akomodasi memerlukan keadaan tertentu untuk dapat terjadi, antara lain:
a. Siswa merasa tidakpuas terhadap konsep mereka yang ada. Siswa mengubah konsep mereka jika mereka percaya bahwa konsep yang telah mereka punyai tidak dapat lagi digunakan untuk memecahkan masalah.
b. Konsep yang baru harus dapat dimengerti; Siswa dapat mengerti bagaimana pengalaman-pengalaman baru dapat didekati dengan konsep-konsep baru tersebut.
c. Konsep yang baru harus masuk akal, yaitu mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dimunculkan oleh para pendahulu.
d. Konsep baru harus berguna bagi perkembangan penelitian dan memiliki kemampuan untuk dikembangkan dan membuka penemuan yang baru.
12
yang sering dilakukan oleh siswa atau ilmuwan dalam menghadapi data anomali, antara lain sebagai berikut:
a. Mengesampingkan atau menolaknya. Melihat bahwa kenyataan yang dihadapi berbeda dengan konsep yang telah ia punyai, siswa atau ilmuwan tidak mau menggunakan kenyataan atau data itu. Mereka menolaknya. Dengan demikian tidak terjadi perubahan konsep. b. Mengeluarkan data itu dari teori yang ada. Data yang berlainan dari
konsep yang dipikirkan itu dikeluarkan dari teori yang digunakan. Dengan demikian data dianggap sebagai perkecualian saja dari teori yang telah dibangunnya. Sehingga tidak terjadi perubahan konsep ke arah yang lebih benar.
c. Menginterpretasikan kembali data itu. Melihat data yang berlainan tersebut, siswa atau ilmuwan menginterpretasikan kembali atau mengartikan kembali data itu. Dengan menginterpretasikan yang baru dapat terjadi data diterima sehingga terjadi perubahan, tetapi juga dapat terjadi dan tidak diterima sehingga tidak terjadi perubahan konsep.
13
e. Menerima data itu dan merubah teorinya. Data yang berlainan dengan konsep yang telah dipunyai diterima. Akibatnya, konsep yang tidak cocok dengan data itu harus diubah. Maka terjadi proses akomodasi secara kuat.
3. Hubungan Teori Perubahan Konsep Dengan Teori Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997: 53) pengetahuan siswa tidak sekali jadi, melainkan merupakan suatu proses perkembangan yang terus-menerus. Dalam perkembangan itu ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan terjadi bila siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
14
pada siswa sehingga pemahaman mereka lebih sesuai dengan pemahaman ilmuwan.
Konstruktivisme dan teori perubahan konsep memberikan pengertian bahwa setiap siswa dapat membentuk pengertian yang berbeda dengan pengertian para ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukanlah akhir perkembangan, karena setiap saat siswa masih dapat mengubah pemahamannya sehingga lebih sesuai dengan pemahaman ilmuwan. “salah pengertian” dalam memahami sesuatu, menurut teori konstruktivisme dan teori perubahan konsep, bukanlah akhir segala-galanya, melainkan awal untuk perkembangan yang lebih baik (Suparno, 1997).
4. Metode Pengajaran Perubahan Konsep
Davis dkk, (dalam Suparno, 2005: 99), merangkum beberapa metode pengajaran perubahan konsep sebagai berikut:
a. Metode pengajaran berdasarkan konflik kognitif siswa. b. Metode pengajaran berdasarkan perkembangan ide-ide siswa.
15
c. Metode pengajaran berdasarkan metode pembelajaran fisika yang dapat membantu perubahan konsep siswa.
Beberapa peneliti, ahli, dan pendidik fisika menemukan beberapa metode pembelajaran fisika yang telah terbukti dapat membantu perubahan konsep, terutama perubahan konsep fisika yang kurang benar kearah yang lebih benar.
Beberapa metode itu antara lain, adalah: 1) Analogi penghubung
2) Simulasi komputer 3) Wawancara diagnosis 4) Diskusi kelompok 5) Peta konsep 6) Problem solving
7) Percobaan atau pengalaman lapangan 8) Pertanyaan terus-menerus di kelas
5. Pemahaman Konsep
16
belajar fisika supaya dapat memahami konsep adalah dengan melakukan proses keilmuan dan memilih sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut.
Seperti yang ditulis oleh Kartika Budi (1987, dalam Juniarsih, 2008: 6) tentang: “KONSEP: Pembentukkan dan Penanamannya” bahwa pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, maka untuk dapat memahami prinsip dan teori harus memahami terlebih dulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak mengabaikan aspek-aspek lain.
Toulmin menyebut bahwa bagian terpenting dalam pemahaman siswa adalah perkembangan konsepnya yang evolutif, terus berubah pelan-pelan dan bukan konsep-konsep yang telah baku, prosedur yang stereotip, atau konsep yang tidak dapat diubah. Dalam perkembangan konsep, siswa mengubah gagasannya lebih maju. Rasionalitas siswa justru terletak pada bagaimana siswa mengubah konsep, prosedur, dan gagasannya untuk semakin maju (Suparno, 2005: 85).
17
Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman siswa akan suatu konsep antara lain:
a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri.
b. Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain.
c. Dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum. d. Dapat menerapkan konsep untuk 1) menganalisis dan menjelaskan
gejala-gejala alam, 2) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis, 3) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.
e. Dapat mempelajari konsep lain berkaitan dengan lebih cepat.
f. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan.
g. Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.
C. Metode Eksperimen
18
pengertian siswa dengan kenyataan. Yang perlu diperhatikan adalah, percobaan yang tidak menyeluruh sering kali dapat menyebabkan miskonsepsi yang baru. Jelas bahwa pemilihan percobaan dan pengalaman pun perlu diperhatikan agar benar-benar dipilih yang membantu perkembangan konsep siswa, dan bukan yang sebaliknya.
Metode eksperimen menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri, dicari dan ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Dalam metode ini, murid mencari dan menyelidiki sendiri kebenaran dari suatu obyek maupun proses. Murid mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan keterangan guru ataupun penjelasan yang diuraikan dalam suatu buku pelajaran.
Menurut Karo-karo (1984) seperti dikutip Hira Prihandoko (2006: 8), secara umum metode pengajaran eksperimen dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut ini:
Langkah pertama
Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan diadakannya eksperimen, misalnya agar pelajar mengetahui proses apa yang terjadi, cara bekerjanya alat tertentu, benar atau tidaknya hipotesa.
Langkah kedua
19
Langkah ketiga
Dalam langkah ini menjelaskan urutan langkah-langkah dalam mempertunjukkan atau mencobakan sesuatu.
Langkah keempat
Pelaksanaan dari eksperimen. Langkah kelima
Mencatat dan menyimpulkan hasil. Langkah keenam
Dalam langkah ini diadakan penilaian atau membicarakan kebaikan-kebaikan dari apa yang telah dikerjakan atau membicarakan kekurangan-kekurangan dan cara menanggulanginya.
Dari uraian diatas pembelajaran dengan metode eksperimen terlihat tidak terlalu sukar untuk dilaksanakan tetapi harus diingat bahwa dalam pelaksanaannya memerlukan biaya dan tenaga yang besar sehingga sebagai guru fisika harus ahli dalam mendesain kegiatan eksperimen untuk siswanya. Namun demikian, hendaknya hal tersebut tidak menjadi momok bagi guru dalam mempersiapkan penggunaannya di kelas, akan tetapi justru menjadi tantangan bagi guru untuk mempersiapkan eksperimen sebaik-baiknya agar pembelajaran fisika dapat efektif.
Kebaikan atau keuntungan metode eksperimen: 1. Meniadakan kemungkinan timbulnya verbalisme.
20
3. Karena mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, maka menjadi benar-benar yakin akan hasil atau akibat suatu proses.
4. Menjadi lebih bersikap hati-hati, teliti, mampu berfikir analitis dan tidak begitu saja percaya pada “kata orang”.
5. Sesuai dengan perkembangan jiwa murid yang selalu tertarik pada realitas atau obyek-obyek yang nyata dari alam sekitarnya.
6. Sesuai dengan jiwa anak yang selalu mengadakan eksplorasi (penjelajahan) untuk menemukan hal-hal yang baru baginya.
7. Sesuai dengan prinsip didaktik modern, yaitu mengembangkan sikap inovatif (mencari sesuatu yang baru, hasrat menemukan sesuatu yang baru).
8. Memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah. 9. Membangkitkan hasrat ingin tahu pada anak.
10.Memperkaya pengalaman dan meningkatkan keterampilan.
Sedangkan kerugian atau kelemahan metode eksperimen antara lain: 1. Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan metode ini. Tidak
semua hal dapat dieksperimenkan. Hanya hal-hal yang kongkrit dapat dilakukan eksperimen. Itupun jika tidak membahayakan kesehatan maupun keselamatan jiwa dan jasmani yang bersangkutan.
21
3. Mahalnya alat-alat praktikum di sekolah sering merupakan hambatan untuk melakukan eksperimen-eksperimen di laboratorium sekolah maupun di kelas. Eksperimen terpaksa dikerjakan berkelompok yang berarti bahwa tidak semua murid dapat mengalami sendiri suatu eksperimen.
D. Lembar Kerja Siswa
Dalam eksperimen yang akan dilakukan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) untuk menuntun siswa dalam melakukan eksperimen. Biasanya LKS disajikan sebagai media dalam bentuk lembaran yang berisi serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. LKS yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik pelajaran yang disampaikan guru. Selain itu format LKS harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan penalaran siswa yang sedang melaksanakan proses belajar. Kesesuaian format LKS ini akan mempengaruhi motivasi dan minat siswa untuk mempelajari fisika. Format LKS harus dengan urutan tertentu dan sesuai dengan penalaran siswa sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
22
dijawab oleh siswa. Jadi yang dimaksud dengan lembar kerja siswa (LKS) adalah media pembelajaran yang menggunakan lembar kerja yang harus diikuti oleh siswa yang belajar sebagai pelengkap dari kegiatan pembelajaran.
Selain dengan kelebihannya, LKS juga memiliki kelemahan yaitu, siswa terus menerus fokus mengikuti petunjuk dalam LKS, misalnya saja dalam menjawab pertanyaan atau membaca uraian dalam LKS. Jika siswa tidak benar-benar memahami salah satu bagian dalam LKS maka akan sangat dimungkinkan siswa akan mengalami kebingungan pada langkah berikutnya hal ini disebabkan karena bagian-bagian dalam LKS saling berkaitan satu sama lain.
E. Evaluasi
23
Secara kalsik tujuan evaluasi hasil belajar adlah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik. (Tim PEKERTI-AA PPSP LPP, 2007: 10).
Menurut prosedur pelaksanaannya, evaluasi dapat digolongkan menjadi:
1. Tes
a. Tes tertulis: tes uraian, tes singkat, dan tes obyektif. b. Tes lisan: kelompok atau individu.
c. Tes perbuatan: kelompok atau individu. 2. Non tes
a. Observasi. b. Wawancara.
Sedangkan menurut fungsinya tes dapat dibedakan atas:
1. Tes seleksi, tes untuk menentukan apakah seseorang memenuhi untuk masuk ke program tertentu.
2. Tes diagnostis, tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan-kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
3. Tes penempatan, tes untuk mengetahui program apa yang paling cocok untuk siswa.
24
demikian luas pengetahuan dan jenjang pengetahuan siswa akan benar-benar dapat dievaluasi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyusunan evaluasi (tes) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan mengadakan tes.
2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang diteskan. 3. Merumuskan indikator hasil belajar dari setiap bahan.
4. Menderetkan semua indikator hasil belajar dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator hasil belajar itu.
5. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator hasil belajar yang sudah dituliskan pada tabel indikator hasil belajar dan aspek tingkah laku yang dicakup (Suharsimi Arikunto, 1991:151-152).
25
penggolongan menurut Bloom, yang lebih dikenal dengan taksonomi Bloom.
Menurut Bloom, penggolongan jenjang pengetahuan adalah:
1. Daerah kognitif: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.
2. Daerah psikomotorik (keterampilan). 3. Daerah afektif (sikap).
Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes kognitif dan tes psikomotorik (keterampilan). Menurut Taksonomi Bloom (Sax, 1980, dalam Haryati, 2007: 22) tujuan aspek kognitif berorentasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Aspek kognitif terdiri dari atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Enam tingkat tersebut (Haryati, 2007:23-24) yaitu: 1. Tingkat pengetahuan (knowledge). Pada tahap ini menuntut siswa untuk
mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.
26
Pada tahap ini siswa diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan (aplication). Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tingkat analisis (analysis). Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini siswa diharapkan meunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5. Tingkat sintesis (syntesis). Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang beda sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
27
Berdasarkan sistematika jenjang pengetahuan taksonomi Bloom di atas maka tingkat pemahaman seseorang akan suatu konsep dapat diketahui. Dengan membandingkan tingkat pemahaman siswa di awal dan di akhir proses pembelajaran akan diketahui bagaimana perubahan tingkat pemahaman siswa tersebut. Dengan demikian akan diperoleh informasi yang lebih jelas mengenai tingkat pemahaman siswa akan suatu konsep sebelum dan sesudah proses pembelajaran dan juga perubahannya.
Mager dalam Haryati 2007: 25 berpendapat bahwa mata ajar yang termasuk dalam kelompok mata ajar psikomotorik adalah mata ajar yang mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan.
Menurut Leighbody (1968, dalam Haryati 2007: 26) dalam melakukan penilaian hasil belajar keterampilan sebaiknya mencakup: Pertama, kemampuan siswa menggunakan alat dan sikap kerja. Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan pekerjaan. Ketiga kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Keempat, kemampuan siswa dalam membaca gambar dan atau simbol. Kelima, keserasian bentuk dengan yang diharapakan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
28
hasil belajar ranah psikomotorik dilakukan dengan menggunakan tes unjuk kerja, lembar tugas atau lembar pengamatan.
F. Getaran Pada Bandul Sederhana
Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak periodik. Pergeseran partikel yang bergerak periodik selalu dapat dinyatakan dalam fungsi sinus dan cosinus. Karena pernyataan yang memuat fungsi ini diberi istilah harmonik, maka gerak periodik sering juga disebut gerak harmonik.
Bandul sederhana merupakan contoh dari gerak harmonik sederhana. Bandul sederhana adalah benda yang digantungkan pada salah satu ujung seutas tali, sedangkan ujung lain tali diikatkan pada tempat yang kokoh (statif).
Gambar 2.1 Bandul Pada Statif
29
kesetimbangannya. Jadi gerak bandul dapat digolongkan ke dalam getaran. Dari kejadian diatas dapat diketahui definisi getaran yaitu gerakan bolak-balik yang terjadi secara teratur melalui titik keseimbangan.
Jika suatu partikel dalam gerak periodik bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama, geraknya disebut gerak osilasi atau vibrasi (getaran).
Titik kesetimbangan
A B X C
Simpangan
Gambar 2.2 Titik Kesetimbangan dan Simpangan
30
C A B
L
X
Gambar 2.3 Bandul Sederhana
Dalam mempelajari getaran, ada dua besaran penting yang harus dimengerti dengan baik, yaitu periode dan frekuensi getaran. Periode T suatu gerak harmonik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu lintasan lengkap dari geraknya, yaitu satu getaran penuh atau satu putaran (cycle). Frekuensi gerak v adalah banyaknya getaran (atau putaran) tiap satuan waktu. Jadi frekuensi adalah kebalikan dari periode. Satuan SI untuk frekuensi adalah putaran (cycle) per detik, atau hertz (Hz). Satuan frekuensi ini diberi nama menurut nama Heinrich Hertz (1857-1894) yang penelitiannya memberikan dukungan eksperimen bagi gelombang elektromagnetik yang diramalkan oleh James Clerk Maxwell (1831-1879).
Secara matematis, hubungan antara periode dan frekuensi getaran dirumuskan:
f T = 1 atau
31
Berdasarkan gambar 2.3 yang dimaksud satu periode adalah selang waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari posisi B ke posisi B lagi melalui lintasan B – A – C – A – B atau dari posisi C ke posisi C lagi melalui lintasan C – A – B – A – C. Dengan demikian, satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergetar dari suatu posisi tertentu kembali ke posisi itu lagi.
Nilai periode pada bandul sederhana hanya dipengaruhi oleh panjang tali, semakin panjang tali maka nilai periode getarannya juga akan semakin besar, sedangkan besarnya simpangan dan massa bandul tidak akan mempengaruhi nilai periode getaran.
G. Kaitan Antara Dasar Teori Dengan Penelitian
32
pemahaman. Akan tetapi apabila tidak ada perubahan pemahaman siswa yang lebih baik, maka dikatakan tidak terjadi peningkatan pemahaman. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan untuk mengajar yaitu metode pembelajaran eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS).
Perubahan pemahaman dalam penelitian ini hanya ditinjau dari aspek kognitif. Aspek kognitif menurut Bloom meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam aspek kognitif ini akan digunakan untuk membuat soal pretes dan postes. Soal pretes dan postes ini digunakan untuk mengetahui pemahaman awal dan pemahaman akhir siswa. Untuk penilaian kemampuan keterampilan siswa dalam pembelajaran maka digunakan penilaian aspek psikomotorik.
Latihan atau pengalaman belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen terbimbing menggunakan LKS. Metode pembelajaran ini merupakan metode yang menekankan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.
Sedangkan materi yang diajarkan dengan metode pembelajaran ini adalah getaran pada bandul sederhana. Materi tersebut dipilih karena diajarkan di semester II kelas VIII SMP dan juga karena peristiwa yang berhubungan dengan materi tersebut banyak terjadi di kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental kuantitatif. Dikatakan eksperimental karena pada penelitian ini ada perlakuan pada partisipan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing, sedangkan dikatakan kuantitatif karena data yang diperoleh dalam bentuk skor atau angka yang memberikan penjelasan dan mendeskripsikan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana dan peningkatan pemahaman yang terjadi.
B. Waktu Penelitian
Tempat : SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta Waktu : 19 – 27 Januari 2009
C. Partisipan Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah rancangan pembelajaran dalam sebuah kelas pada sekolah tertentu. Hasil penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa-siswi yang diteliti saja. Kesimpulan yang diperoleh peneliti tidak dapat digeneralisasikan pada keadaan-keadaan diluar kasus yang diteliti. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing ini dilakukan pada kelas VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta.
34
D. Desain Penelitian
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran dengan Eksperimen
Terbimbing
Pretes Menyusun Instrumen
Data Pretes Postes
Data Postes
Pemahaman Akhir Siswa
dianalisis
Pemahaman Awal Siswa
dianalisis
dianalisis
Perubahan pemahaman
Siswa
Kemampuan Keterampilan
Siswa
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
35
memberikan pretes pada siswa untuk mengetahui pemahaman awal dan masalah yang dihadapi oleh siswa. Setelah diperoleh data dari pretes peneliti menganalisis pemahaman awal yang dimiliki siswa serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menjawab soal.
Dari hasil analisis pretes yang telah diperoleh, peneliti merancang kegiatan pembelajaran untuk membantu peningkatan pemahaman siswa. Pembelajaran tersebut sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Kemudian siswa diberi pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Tahap pertama: Pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS.
1. Peneliti memberikan pengertian secukupnya kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan.
2. Peneliti membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang kemudian memberi nama setiap kelompok: kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4 untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar.
36
4. Peneliti membimbing siswa melakukan percobaan.
5. Selama pembelajaran berlangsung peneliti memperhatikan dan mencatat kemampuan keterampilan siswa pada lembar penilaian.
Tahap kedua: Memperkuat terjadinya asimilasi dan akomodasi kognitif 1. Peneliti menjelaskan konsep getaran pada bandul sederhana sambil
mengulang beberapa percobaan yang sudah dilakukan agar lebih meyakinkan siswa bahwa konsepsinya kurang tepat dan juga memberikan kesempatan untuk tanya jawab jka ada siswa yang bertanya. 2. Siswa diharapkan mencatat hal-hal penting dari penjelasan peneliti
mengenai getaran pada bandul sederhana.
37
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang digunakan peneliti dalam proses pembelajaran di kelas.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah 1) identifikasi yang meliputi: Mata Pelajaran, Satuan Pendidikan, Kelas dan Semester, Metode Pembelajaran, dan Alokasi Waktu, 2) Kompetensi Dasar, 3) Indikator Hasil Belajar 4) Materi Pembelajaran, 5) Langkah-langkah Kegiatan, 6) Sumber Pembelajaran, dan 7) Penilaian.
Untuk mengukur pencapaian indikator hasil belajar maka dilakukan evaluasi yang tertuang dalam butir-butir soal. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Lampiran)
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dalam menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), perlu diperhatikan komponen–komponen penting yang terdapat dalam LKS yaitu: 1) Petunjuk Umum, 2), Ringkasan Materi, dan 3) Kegiatan Belajar. (Lampiran)
2. Instrumen Pengumpulan Data
38
penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini instrumen tersebut adalah soal pretes, soal postes, dan penilaian kemampuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Pretes
Penelitian ini menggunakan pretes (tes awal) agar peneliti mengetahui pemahaman konsep awal siswa mengenai getaran pada bandul sederhana dan permasalahan yang dihadapi sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS. Soal pretes terdiri dari 20 soal berbentuk uraian.
b. Postes
Postes (tes akhir) yaitu soal yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Postes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai getaran pada bandul sederhana.
39
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes Menurut Indikator Hasil Belajar dan Aspek yang Diukur
Aspek yang diukur Indikator Hasil Belajar Jml
soal Ingatan Pemahaman Penerapan Sintesis Analitis Evaluasi Dapat mendefinisikan getaran 1 1 (1)
Dapat menunjukkan lintasan bandul yang
mengalami 1 getaran penuh 2 2(2, 3) Dapat mendefiniskan amplitudo getaran dan
menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan sederhana
2 1(4) 1(5)
Dapat mendefiniskan periode getaran dan menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan sederhana
2 1(6) 1(7)
Dapat mendefiniskan frekuensi getaran dan menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan sederhana
3 1(8) 1(9, 10)
Dapat menunjukkan hubungan periode-frekuensi getaran dan menggunakan konsep hubungan antara periode-frekuensi getaran untuk menyelesaikan persoalan sederhana
5 1(11) 4(12, 13, 14, 15)
Dapat menjelaskan pengaruh simpangan
terhadap periode getaran 1 1(16)
Dapat menjelaskan pengaruh massa bandul
terhadap periode getaran 1 1(17)
Dapat menjelaskan pengaruh panjang tali
terhadap periode getaran 2 2(18, 19)
Dapat menjelaskan faktor yang
mempengaruhi periode getaran 1 1(20)
Total 20 5 2 3 4 4 1
40
3. Instrumen Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa
Soal untuk menilai hasil belajar siswa khususnya aspek psikomotor dapat berupa soal, lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja dan lembar eksperimen. Sedangkan instrumen untuk mengamati jawaban siswa dapat berupa lembar observasi, lembar penilaian dan portofolio.
Lembar penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai kinerja siswa atau untuk menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek psikomotor atau keterampilan yang diamati. Untuk distribusi penilaian kemampuan keterampilan siswa menurut aspek yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Distribusi Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa Menurut
Aspek yang Dikembangkan
No Aspek yang dikembangkan Jumlah dan No Soal 1. Menyiapkan alat dan bahan percobaan. (4)
2, 3, 4, 5 2. Membaca panduan percobaan. (2)
1, 20 3. Menyusun alat dan melaksanakan
percobaan.
(13)
6, 7, 8, 11, 12, 24, 25, 36, 37, 39, 48, 49, 51
4. Melakukan pengamatan dan pengukuran.
(11)
41
No Aspek yang dikembangkan Jumlah dan No Soal 5. Menuliskan data hasil pengamatan dan
pengukuran dalam tabel.
(9)
14, 16, 28, 30, 31, 42, 43, 53, 54
6. Menjawab pertanyaan dalam LKS. (6)
10, 19, 23, 34, 46, 56 7. Menyimpulkan hasil percobaan. (3)
35, 47, 57
8. Bertanya kepada peneliti. (5)
18, 22, 33, 45, 55
9. Diskusi dalam kelompok. (4)
17, 21, 32, 44
10. Ketelitian. (1)
1 11. Mengembalikan alat dan bahan
percobaan.
(1) 1 12. Menjaga kebersihan dan kerapihan. (1)
1
42
F. Metode Analisis Data
Data hasil penelitian ini akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis Pemahaman Awal dan Pemahaman Akhir Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana
Hasil jawaban siswa untuk soal pretes dan postes dianalisis dengan acuan konsep ideal yang harus dipahami oleh setiap siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Analisis data dalam penelitian ini melewati dua tahap yakni:
a. Pemberian Skor Untuk Soal Pretes dan Postes.
Tabel 3.3 Penskoran Untuk Masing-Masing Aspek dan Soal
Aspek No soal Skor
Ingatan • Memberikan
jawaban definisi yang jelas dan lengkap. • Memberikan
jawaban definisi yang kurang jelas dan kurang lengkap. • Memberikan
jawaban definisi yang tidak jelas tetapi terdapat unsur kebenaran.
• Memberikan jawaban salah atau tidak memberikan jawaban.
1, 4, 6, 8, 11
3
2
1
43
Aspek No soal Skor
Pemahaman
• Menjawab dengan benar dan lengkap. • Memberikan
jawaban hampir benar/ kurang lengkap. • Memberikan
jawaban yang salah atau tidak memberikan jawaban. 2, 3 3 1 0 Penerapan • Memberikan jawaban beserta rumus, analisis dan satuan benar. • Memberikan
jawaban beserta rumus dan analisis benar tetapi satuan tidak ada atau salah. • Memberikan
jawaban benar tetapi tanpa rumus, analisis dan satuan.
• Memberikan jawaban salah atau tidak memberikan jawaban.
5, 7, 9, 10
3 2 1 0 Sintesis • Memberikan
jawaban yang benar dan alasan benar. • Memberikan
jawaban yang benar dan alasan salah. • Memberikan
jawaban yang salah dan alasan benar. • Memberikan
jawaban yang salah atau tidak menjawab.
16, 17, 18, 19
3
2
1
44
Aspek No soal Skor
Analitis • Memberikan
jawaban beserta rumus, analisis dan satuan benar. • Memberikan
jawaban beserta rumus dan analisis benar tetapi satuan tidak ada atau salah. • Memberikan
jawaban benar tetapi tanpa rumus, analisis dan satuan.
• Memberikan jawaban salah atau tidak memberikan jawaban.
12, 13, 14, 15
3
2
1
0
Evaluasi
• Menjawab dengan tepat.
• Menjawab salah tetapi terdapat unsur kebenaran.
• Menjawab salah atau tidak menjawab.
20
3
1
45
Tabel 3.4 Skor Maksimum Tiap Aspek
No Aspek Jumlah Soal Skor maksimum
1. Ingatan 5 3
2. Pemahaman 2 3
3. Penerapan 4 3
4. Sintesis 4 3
5. Analitis 4 3
6. Evaluasi 1 3
Total 20 60
Dengan menggunakan ketentuan seperti penilaian diatas, ditentukan:
Skor yang diperoleh setiap siswa (%):
S = ×100% Sm
Ss
= 100% 60× Ss
Ket: =
S Skor setiap siswa (%)
Ss= Jumlah skor yang diperoleh siswa
Sm= Skor maksimum (Juml. soal x Skor maks tiap soal = 60)
46
Penentuan interval skor dan kualifikasi (Masidjo, 1995): 1). Menentukan passing score
Passing score adalah skor terendah untuk nilai cukup. Ditetapkan pasing score untuk kualifikasi cukup yaitu 60 %.
2). Menentukan aturan konversi a). Kelompok atas:
Untuk kelompok atas banyaknya kualifikasi ada 3 yaitu cukup, baik, dan sangat baik. Lebar interval skornya: 100 – 59 = 41. Bila ditetapkan lebar interval skor sama untuk setiap kualifikasi, maka setiap kualifikasi menempati interval skor yang lebarnya = 41 : 3 = 13 sisa 2. Ditetapkan satu kualifikasi, yaitu cukup menempati interval skor yang lebarnya 13, dua kualifikasi yaitu baik dan sangat baik menempati interval skor yang lebarnya 13. jadi kualifikasi cukup interval skornya 60 % – 73 %, kualifikasi baik interval skornya 74 % - 87 %, dan kualifikasi sangat baik interval skornya 88 % - 100 %.
b). Kelompok bawah:
47
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut: Tabel 3.5 Kualifikasi Pemahaman Siswa
Interval Skor (%) Kualifikasi 88 – 100 Sangat baik
74 – 87 Baik
60 – 73 Cukup
50 – 59 Kurang
0 – 49 Sangat Kurang
b. Mengelompokkan Variasi Jawaban dan Mendeskripsikan Jawaban Tiap Soal
Variasi jawaban untuk soal baik pretes maupun postes dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.6 Variasi Jawaban Untuk Soal Pretes Maupun Postes
No. Soal
Jawaban
Variasi Jawaban
Jumlah Siswa
Jumlah Siswa (%)
Kualifikasi pemahaman
48
2. Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa
Untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah hasil dari pretes dan postes. Data ini didistribusikan dalam tabel kualifikasi pemahaman untuk setiap siswa dan untuk keseluruhan siswa yang diteliti. Kualifikasi pemahaman konsep ini dibagi dalam 3 macam yaitu kurang lengkap, tidak paham, dan tidak menjawab seperti dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.7 Perubahan Pemahaman Konsep Siswa
Pretes Postes
Konsep No
soal Kurang lengkap (%) Tidak paham (%) Tidak menjawab (%) Kurang lengkap (%) Tidak paham (%) Tidak menjawab (%)
Sedangkan untuk mengetahui tingkat peningkatan pemahaman konsep siswa, data dimasukkan dalam tabel peningkatan pemahaman konsep di bawah ini untuk keseluruhan siswa.
Tabel 3.8 Peningkatan Pemahaman Seluruh Siswa
Prosentase ( % ) Konsep No
soal Pretes (%) Postes (%)
Peningkatan Pemahaman
49
3. Analisis Kemampuan Keterampilan Siswa
Untuk mengetahui apakah siswa berkompeten dalam pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing peneliti memperoleh data dari pengisian lembar penilaian kemampuan keterampilan siswa.
Untuk data penilaian kemampuan keterampilan siswa dilakukan chek list (√) dibawah kolom skor dengan ketentuan sebagai berikut: a. Skor 5 bila cara siswa melakukan aspek keterampilan sangat tepat. b. Skor 4 bila cara siswa melakukan aspek keterampilan tersebut tepat. c. Skor 3 bila cara siswa melakukan aspek keterampilan tersebut cukup
tepat.
d. Skor 2 bila cara siswa melakukan aspek keterampilan tersebut tidak tepat.
e. Skor 1 bila cara siswa melakukan aspek keterampilan tersebut sangat tidak tepat.
50
Untuk mengetahui prosentase kemampuan keterampilan perorangan maupun seluruh siswa digunakan rumus:
% 100 x total skor Jumlah
dicapai yang
skor Jumlah
Selanjutnya kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut: sangat kompeten, kompeten, cukup kompeten, tidak kompeten, sangat tidak kompeten.
Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa
Interval Skor (%) Kriteria Kompeten
86 – 100 Sangat Kompeten
71 – 85 Kompeten
56 – 70 Cukup Kompeten
50 – 55 Tidak Kompeten
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta pada tanggal 19 Januari 2009 dan berakhir pada tanggal 27 Januari 2009. Peneliti memilih SMP Karitas Ngaglik sebagai tempat penelitian karena sekolah ini masih berada dalam kawasan yang bisa dijangkau dan cukup mudah bagi peneliti untuk bermobilisasi. Penelitian ini dilakukan pada saat jam pelajaran yang dibagi dalam 5 kali pertemuan. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, yaitu mengetahui peningkatan pemahaman siswa melalui metode pembelajaran eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS) maka diperlukan data yang menunjukkan pemahaman siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung. Pokok bahasan yang diajarkan dalam penelitian ini adalah getaran pada bandul sederhana dengan sub pokok bahasan: pengertian satu getaran penuh, komponen-komponen getaran (amplitudo, periode getaran, frekuensi getaran), hubungan periode dan frekuensi getaran, pengaruh simpangan terhadap nilai periode getaran, pengaruh massa bandul terhadap nilai periode getaran, dan pengaruh panjang tali terhadap nilai periode getaran. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kerja siswa (LKS). LKS berisi langkah-langkah proses eksperimen yang akan dilaksanakan siswa dan juga
52
pertanyaan yang membantu siswa untuk membuat kesimpulan dari eksperimen yang telah dilakukan.
Penelitian dimulai dengan observasi kelas, yaitu kelas VIII yang merupakan kelas yang ditunjuk oleh guru fisika di sekolah tersebut. Observasi ini bertujuan agar peneliti dan siswa dapat saling mengenal agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik. Selain itu observasi ini juga bertujuan agar peneliti dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan keadaan siswa.
53
siswa selama proses pembelajaran berlangsung, menjaga kedisiplinan kelas, melihat, memperhatikan, menjawab pertanyaan siswa jika ada yang bertanya, dan bersama satu orang pengamat, peneliti dibantu untuk mengisi lembar penilaian kemampuan keterampilan siswa.
Setelah proses pembelajaran selesai maka dilakukan postes kepada seluruh siswa dengan jumlah soal, materi soal dan waktu yang sama seperti pada saat pretes dilakukan.
Secara rinci, proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut: Pada penelitian ini, proses pembelajaran dilakukan di kelas. Pembelajaran dimulai dengan pemberian informasi dari peneliti mengenai tujuan pembelajaran dan kompetensi apa yang hendak dicapai. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada setiap akhir kegiatan eksperimen peneliti meminta setiap kelompok membacakan kesimpulan hasil eksperimen mereka.
54
Eksperimen selanjutnya pada tanggal 23 Januari 2009 yaitu eksperimen pengaruh panjang tali terhadap nilai periode getaran dan pengaruh massa bandul terhadap nilai periode getaran. Sebagai penutup peneliti memberikan kesimpulan mengenai keseluruhan kegiatan eksperimen yang telah dilaksanakan. Masing-masing pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran yaitu selama ±90 menit.
Pada proses pembelajaran pertama siswa melakukan eksperimen untuk memahami pengertian getaran dengan mengamati gerakan pada bandul yang bergerak bolak-balik. Secara umum kegiatan ini berjalan lancar, semua kelompok melakukan kegiatan sesuai petunjuk dalam LKS. Hanya saja keadaan kelas agak ribut, beberapa siswa bermain-main menggunakan alat dan bahan eksperimen yang disediakan. Konsentrasi siswa terbagi antara mengikuti proses pembelajaran dan ketertarikan siswa dengan alat-alat eksperimen.
55
mengerti dan memahami konsep periode dan frekuensi getaran dengan baik. Kerjasama dalam kelompok juga terlihat, namun kerjasama ini masih terbatas pada kerjasama dalam melakukan kegiatan eksperimen dan kurang bekerjasama dalam hal menyelesaikan masalah yang ada dan menyimpulkan hasil eksperimen. Biasanya siswa akan diam atau ribut setelah selesai melaksanakan eksperimen, sehingga peneliti harus mengingatkan siswa untuk menganalisis dan merumuskan kesimpulan hasil eksperimen mereka.
Kegiatan berikutnya, siswa membaca uraian singkat dan menjawab beberapa pertanyaan guna mengerti konsep amplitudo dan merumuskan hubungan antara periode dan frekuensi getaran. Pada kegiatan ini siswa mampu merumuskan pengertian periode dan frekuensi getaran dengan baik, namun siswa kurang mampu menghubungkannya sehingga peneliti membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membantu siswa menemukan hubungan antara periode dan frekuensi getaran.
56
B. Data
1. Hasil pretes
Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Siswa
Skor No Kode
siswa No
soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jml skor
Jml Skor (%)
1. 001 0 21 1 0 2 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 12 20
2. 002 0 00 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 5 8,3
3. 003 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 3 5
4. 004 0 01 1 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 8 13,3
5. 005 0 0 0 0 3 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 10 16,7
6. 006 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 0 1 6 10
7. 007 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 3 0 9 15
8. 008 0 00 0 2 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 10 16,7
9. 009 0 00 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 3 2 1 8 13,3
10. 010 0 20 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 10 16,7
11. 011 0 20 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 10 16,7
12. 012 0 10 0 0 0 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0 2 3 2 0 13 21,7
57
Lanjutan
13. 013 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 1 8 13,3
14. 014 0 2 2 0 0 2 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 16 26,7
15. 015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3,3
16. 016 2 0 0 0 0 2 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 13 20,6
17. 017 0 0 0 0 3 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 0 10 16,7
18. 018 0 0 0 2 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 11 18,3
19. 019 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3,3
58
2. Hasil postes
Tabel 4.2 Data Hasil Postes Siswa
Skor No Kode
siswa No
soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jml skor
Jml skor (%)
1. 001 2 3 3 2 3 3 0 3 0 3 3 3 3 3 3 0 0 3 3 1 44 73,3 2. 002 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 2 0 0 11 18,3 3. 003 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 55 91,7 4. 004 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 10 16,7 5. 005 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52 86,7 6. 006 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 10 7. 007 2 3 3 2 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 3 44 71,7 8. 008 0 3 3 1 0 3 0 2 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 30 9. 009 1 3 3 2 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 2 2 0 43 71,7 10. 010 2 3 3 2 3 3 0 2 3 3 3 3 3 3 3 0 0 3 3 3 48 80 11. 011 2 3 3 2 3 3 3 3 0 3 3 3 3 0 0 2 2 2 2 3 45 75 12. 012 2 3 3 3 3 3 0 2 3 3 3 0 0 0 0 0 2 2 2 3 37 61,7 13. 013 1 3 3 0 0 3 0 0 3 3 3 0 0 0 0 0 0 3 3 1 26 43,3
59
Lanjutan
14. 014 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 95 15. 015 1 3 3 3 0 3 0 2 3 3 3 0 0 0 0 0 0 0 2 3 29 48,3 16. 016 2 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 54 90 17. 017 0 3 3 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 20 18. 018 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 55 90 19. 019 3 3 3 2 0 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 29 48,3
60
61
3. Hasil Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Keterampilan Siswa
No Kode Siswa Total Skor
1. 001 276
2. 002 192
3. 003 277
4. 004 99
5. 005 154
6. 006 153
7. 007 260
8. 008 190
9. 009 189
10. 010 263
11. 011 258
12. 012 279
13. 013 152
14. 014 279
15. 015 187
16. 016 290
17. 017 233
18. 018 287
19. 019 150
62
C. Analisis
1. Pemahaman Awal Siswa Mengenai Getaran Pada Bandul Sederhana
Tabel 4.4 Kualifikasi dan Prosentase Hasil Pretes
Interval Skor (%)
Kualifikasi Jumlah Siswa
Presentase Jumlah Siswa
(%)
88 – 100 Sangat baik 0 0
74 – 87 Baik 0 0
60 – 73 Cukup 0 0
50 – 59 Kurang 0 0
0 – 49 Sangat Kurang 19 100
63
Tabel 4.5 Variasi Jawaban Siswa Soal Pretes
No
Soal Jawaban
Variasi Jawaban Jml Siswa Jml Siswa (%) Kualifikasi pemahaman Gerakan bolak balik melalui titik kesetimbangan
1 5,26 Kurang lengkap
Putaran benda yang berpindah arah dan kembali ke tempat semula
1 5,26 Tidak paham
Gerakan 4 21,06 Tidak paham Gerakan akibat
sentuhan 3 15,79 Tidak paham Gerakan karena
pengaruh benda lain
1 5,26 Tidak paham
Bunyi yang
merambat 2 10,53 Tidak paham Hantaran 1 5,26 Tidak paham Gerakan yang
bergeser 2 10,53 Tidak paham Pengaruh
frekuensi dan amplitudo
1 5,26 Tidak paham
Tidak menjawab 3 15,79
1. Gerakan bolak-balik yang terj