• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PROFIL KABUPATEN KARANGANYAR - DOCRPIJM 1504075905Bab 4 Gambaran Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 4 PROFIL KABUPATEN KARANGANYAR - DOCRPIJM 1504075905Bab 4 Gambaran Umum"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

PROFIL KABUPATEN KARANGANYAR

4.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 110°40”–110°70” Bujur Timur dan 7°28” - 7°46” Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperature 22°–31°.

Rata – rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berada di atas permukaan laut yakni sebesar 511 m, adapun wilayah terendah di kabupaten Karanganyar berada di kecamatan Jaten yang hanya 90 m dan wilayah tertinggi berada di kecamatan Tawangmangu yang mencapai 2.000 m diatas permukaan laut.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Kabupaten Sragen  Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

 Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo  Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali

(2)

Peta 4.1

(3)

4.2. Demografi

Data mengenai kependudukan digunakan sabagai dasar untuk perencanaan pada berbagai bidang pembangunan dan untuk melakukan evaluasi dari hasil pembangunan. Berdasarkan data Kabupaten Karanganyar Dalam Angka Tahun 2014, Penduduk Kabupaten Karanganyar pada tahun 2013 mencapai 840.171 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 97,87% ; yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 98 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Karanganyar pada tahun 2013 mencapai 1.086 jiwa/km2. Tahun 2013 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Colomadu yang mencapai angka 4.696 jiwa/km2. Rasio jenis kelamin dan kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013

Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka, 2014

(4)

Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka, 2014 Gambar 4.1

Piramida Penduduk di Kabupaten Karanganyar Tahun 2014

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Karanganyar bersifat fluktuatif setiap tahunnya. Jumlah dan pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel IV.2

Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karanganyar

Tahun Jumlah

Penduduk Pertambahan

Pertumbuhan Penduduk (%)

2009 819.186 - -

2010 813.196 - 5.990 - 0,73

2011 825.671 12.474 1,53

2012 838.762 13.091 1,58

2013 840.171 1.049 0,12

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2014

(5)

Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka, 2014 Gambar 4.2

Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2014

Diagram di atas menggambarkan persebaran penduduk di Kabupaten Karanganyar, di mana Kecamatan Jaten merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk paling tinggi di Kabupaten Karanganyar sedangkan wilayah dengan jumlah penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Jaten.

Tabel IV.3

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemskinan (P2) dan Garis Kemiskinan Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah

Uraian Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah

2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

(6)

Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di Kabupaten Karanganyar cenderung mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun 2009 hingga 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan. Selain itu ketimpangan penduduk miskin juga menjadi semakin besar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Provinsi Jawa Tengah di mana Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan relatif mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan pengeluaran penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan serta ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga menjadi semakin kecil. Oleh karena itu, kebijakan untuk penanganan kemiskinan di Kabupaten Karanganyar perlu untuk segera diberikan solusi penyelesaian untuk meminimalisir permasalahanan-permasalahan yang akan terjadi di masa mendatang.

Tabel IV.4

Persentase Penduduk Miskin Menurut Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah

Uraian Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

Faktor tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemiskinan di suatu wilayah. Tabel di atas menunjukkan persentase penduduk miskin menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Karangnyar dan Provinsi Jawa Tengah. Dari tabel di atas diketahui bahawa sebagian besar penduduk miskin di Kabupaten Karanganyar memiliki tingkat pendidikan sebatas hanya tamatan sekolah dasar ataupun sekolah menengah pertama. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat memiliki tidak memiliki kemampuan dan keterampilan yang cukup yang berdampak pada jenis pekerjaan yang mereka jalani. Dengan tingkat pendidikan rendah dan keterampilan yang terbatas, penduduk miskin tidak dapat memperoleh pekerjaan yang layak dengan pendapatan yang memadai. Oleh karena itu pendidikan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Karanganyar.

Tabel IV.5

Angka Melek Huruf dan Angka Patisipasi Sekolah Penduduk Miskin Menurut Golongan Umur di Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah

Uraian Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

(7)

bahwa untuk angka melek huruf terutama pada usia 15-55 tahun belum mencapai 100%, artinya bahwa masih terdapat penduduk yang belum memiliki kemampuan pendidikan yang baik. Begitu pula untuk angka partisipasi sekolah baik di Kabupaten Karanganyar maupun provinsi Jawa Tengah belum mencapai 100% namun relatif mengalami peningkatan atau perbaikan setiap tahunnya, hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan terhadap kesadaran untuk mendapatkan pendidikan secara lebih baik.

Tabel IV.6

Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas di Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah

Uraian Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah 2011 2012 2013 2011 2012 2013

Tabel di atas menunjukkan persentase penduduk miskin berdasarkan pekerjaan. Diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Karanganyar baik yang tidak bekerja maupun yang bekerja di sektor pertanian dan bukan pertanian memiliki proporsi yang hampir. Hal yang perlu menjadi perhatian lebih adalah penduduk miskin yang tidak bekerja, ini dikarenakan jika kondisi tersebut dibiarkan maka dapat menambah jumlah pengangguran di Kabupaten Karanganyar dan berpotensi untuk menimbulkan permasalahan-permasalahan baru ke depannya.

4.3. Topografi

Kemiringan Lahan Tiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

Kecamatan Tinggi Tempat (meter) di Atas

Permukaan Laut Kemiringan Tanah

(8)

Peta 4.2

(9)

4.4. Hidrogeologi

Kondisi Hidrologi di Kabupaten Karanganyar ditunjukkan adanya air permukaan dan air tanah. Air permukaan merupakan air yang mengalir saluran dan sungai-sungai. Air permukaan di Kabupaten Karanganyar sebagian besar wilayah relatif rendah disuplat dari waduk Gajahmungkur dan banyak digunakan untuk keperluan irigasi, air minum maupun kepentingan lainnya. Kondisi air tanah di Kabupaten Karanganyar yang berupa air tanah dangkal yang banyak dijumpai didaerah dataran(bagian Barat) dan derah perbukitan (Bagian Timur). Kedudukan muka air tanah semakin ke arah Timur semakin dalam. Sedangkan kondisi air tanah dalam, diketahui bahwa kedudukan akuifer berada pada kedalaman 20 m sampai lebih dari 150 m, yang terdapat pada akuifer dari tufa pasiran, pasir tufaan, pasir kerakal, dan lempung pasiran yang bersifat tufaan.

4.5. Klimatologi

Kabupaten Karanganyar termasuk dalam daerah yang memiliki iklim tropis dengan pergantian musim kemarau dan musim penghujan setiap tahun. Temperatur rata-rata di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 22 – 31 0C. Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2010 adalah 154,5 hari dengan rata-rata curah hujan 9.307,5 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan Maret. Sedangkan yang terendah pada Bulan Juli dan Agustus.

Tabel IV.8

Data Curah Hujan Rata-Rata, Suhu Udara Terendah dan Suhu Udara Tertinggi di Kabupaten Karanganyar

Data Tahun

2011 2012 2013

Rata-rata curah hujan (mm) 9.307,5 5.965,92 5.965,08

Rata-rata hari hujan (hr) 154,5 116,6 116,7

Suhu udara terendah (C) 26,5 22 22

Suhu udara tertinggi (C) 31 31 31

Sumber : www.karanganyarkab.go.id

Tabel IV.9

Banyaknya Hari Hujan (HR) dan Curah Hujan (MM) Menurut Bulan dan Tempat Pengukuran di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013

Bulan Colomadu Tasikmadu Mojogedang Jumapolo Karangpandan Rata-rata

HR MM HR MM HR MM HR MM HR MM HR MM

(10)

Peta 4.3

(11)

4.6. Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Geologi dari hidrogeologi Map, batuan di Kabupaten Karanganyar terdiri dari : 1. Batuan Terobosan

Batuan ini terdiri profir mikrodiorit yang berwarna ciklat berbintik coklat tua dan hitam, pejal, lapuk, bertekstur holokristalin subdiabas porfirit dengan fenokris feldspar dan mineral-mineral femis yang sebagian telah lapuk sehingga terbentuk rongga-rongga. Batuan terobosan ini juga terdiri dari diorit yang berbutir sedang-kasar. Menurut Djuri dkk. (1996), batuan terobosan ini berumur Miosen Akhir.

2. Formasi Rambatan

Formasi Rambatan ini terdiri dari serpih, napal dan batupasir gampingan. Napal berselang-seling dengan batu pasir gampingan berwarna kelabu muda. Banyak dijumpai lapisan tipis klasit yang tegak lurus dengan kemiringan lapisan. Banyak mengandung foraminifera kecil. Tebal lapisan sekiar 300 meter. Menurut Djuri dkk. (1996), Formasi Rambatan ini berumur Miosen Tengah dandiendapkan pada lingkungan dengan mekanisme arus turbidit sistem kipas bawah laut (Kertanegara dkk., 1987). Diatasnya diendapkan secara selaras Formasi Halang, tetapi setempat menjemari (Kertanegara dkk., 1987).

3. Formasi Halang

Formasi ini terdiri dari batupasir, andesit, konglomerat tufan & napal yang bersisipan batupasir andesit. Terdapat bekas jejak cacing pada bagian atas lapisan batupasir. Formasi ini mengandung foraminifera kecil yang menunjukan umur Miosen Atas (Condon dkk., 1975 op.cit. Santoso dan Murtolo, 1994). Formasi ini memiliki umur Miosen Tengah –Miosen Akhir (Djuri dkk., 1996). Formasi ini memiliki ketebalan 300-500m dan diendapkan dalam mekanisme arus turbidit pada sistem kipas bawah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan volkanisme (Kertanegara dkk., 1987). Diatasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Kumbang.

4. Formasi Kumbang

Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari breksi dengan komponen yang menyudut, ditemukan lapisan lava andesit, sedangkan diatasnya terdiri dari tuf yang berselang-seling dengan breksi & batupasir tufan. Formasi ini berumur Miosen Tengah (Djuri dkk., 1996) dan memiliki ketebalan mencapai 750 m.

5. Formasi Tapak

Batuan penyusun formasi ini berupa batupasir kasar berwarna kehijauan dan konglomerat, setempat dijumpai breksi. Dibagain atasnya terdiri atas batupasir gampingan & napal berwarna hijau yang mengandung pecahan moluska. Formasi Tapak mengandung dua anggota, yaitu anggota breksi dan batu gamping. Anggota breksi terdiri dari breksi gunungapi dengan massa dasar batupasir tufan, di beberapa tempat terdapat kalsit yang mengisi celah-celah. Anggota batu gamping terdiri atas lensa-lensa berwarna kelabu kekuningan, tidak berlapis. Formasi ini memiliki ketebalan 500 m, memiliki umur Miosen Tengah-Pliosen Awal (Djuri dkk., 1996), diendapkan secara tidak selaras diatas Foramsi Kumbang & diendapkan pada lingkungan laut dangkal-laut dalam (Kertanegara dkk., 1987). Diatasnya diendapkan selaras Formasi Kalibiuk. 6. Formasi Kalibiuk

(12)

7. Formasi Ligung

Formasi Ligung terdiri dari Anggota Atas dan Anggota Bawah. Anggota bawah Formasi Ligung terdiri dari lempung tufan, batupasir tufan berlapis silang-siur, konglomerat dan lignit; mengandung sisa tumbuhan. Anggota Atas Formasi Ligung terdiri dari aglomerat andesit, breksi dan tuff kelabu. Formasi Ligung terbentuk dalam peralihan darat ketika terjadi pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Umur dari Formasi ini Pliosen Akhir-Plistosen Awal (Djuri dkk., 1996).

8. Satuan Tuff

Satuan ini terdiri dari perlapisan batupasir tufan berlapis, pasir tuf, konglomerat dan breksi tufan.

9. Satuan Lava Andesit dan Batuan Klastika Gunungapi

Satuan batuan ini terdiri dari lava andesit hipersten, setempat mengandung hornblenda dan basal olivin. Selain itu juga terdapat aliran lava dan beberapa breksi piroklastika dan lahar. 10. Hasil Gunungapi Tak Terpisahkan

Satuan ini terdiri dari atas breksi, lava, lapili dan tuf yang berasal dari Gunung Slamet dan beberapa pusat erupsi disebelah baratnya. Selain itu terdapat pula aliran lava andesitan berongga

11. Satuan Aluvial

(13)

Peta 4.4

(14)

Sementara itu persebaran tanah di Kabupaten Karanganyar ditunjukkan oleh Peta Tanah Tinjau skala 1 : 250.000. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, macam tanah di wilayah ini meliputi :

1. Aluvial Kelabu

Merupakan tanah dengan bahan induk endapan liat dan fisiografi dataran. Di Kabupaten Karanganyar tanah ini tersebar di Kecamatan Jaten dan sebagian wilayah Kecamatan Kebak Kramat

2. Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan

Tanah ini merupakan kombinasi campuran antara tanah alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan. Bahan induknya adalah endapan liat dan pasir dengan fisiografi dataran. Di Kabupaten Karanganyar jenis tanah ini berada di sebagian kecil wilayah Kecamatan Jaten dan Kebakkramat sebelah barat.

3. Regosol Kelasu

Tanah ini berada di Kecamatan Colomadu yang merupakan kecamatan dengan wilayahnya terpisah dari Kabupaten Karanganyar. Luas tanah ini meliputi seluruh wilayah Kecamatan Colomadu yaitu sebesar 6.533,94 ha. Bahan induknya adalah abu / pasir volkan intermedier dan berada pada fisiografi volkan.

4. Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol

Tanah ini berada didaerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian diatas 800 meter yang di Kabupaten Karanganyar terdapat di wilayah atas Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Tawangmangu dan Kecamatan Ngargoyoso. Luas. Bahan induknya adalah abu / pasir dan Tuf Volkan Intermedier yang menempati fisiografi volkan. Tanah ini termasuk jenis tanah aluvial yang salah satu sifatnya tergantung dari asal tanah itu diendapkan sehingga kesuburannya ditentukan oleh keadaan bahan asalnya.

5. Grumusol Kelabu

Tanah grumusol berasal dari batu kapur, batuan lempung yang di Kabupaten Karanganyar terdapat di sebagian kecil wilayah Kecamatan Jaten. Bahan induknya tanah ini adalah tuf volkan intermediair yang menempati fisiografi vulkan.

6. Asosiasi Grumusol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat kemerahan

Tanah grumusol berasal dari batu kapur, batuan lempung sedangkan tanah Mediteran berasal dari batuan kapur keras (limestone) dengan warna tanah coklat hingga merah. Di Kabupaten Karanganyar tanah asosiasi ini terdapat di Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Kebakkramat sebelah utara dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Mojogedang bagian barat. Bahan induknya tanah ini adalah tuf volkan Alkasi basis yang menempati fisiografi volkan.

7. Mediteran Coklat

Bahan induknya tanah ini adalah tuf volkan intermediair yang menempati fisiografi vulkan. Di Kabupaten Karanganyar terdapat di wilayah Kecamatan Gondangrejo sebelah Timur dan utara, Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Matesih dan Kecamatan Karangpandan.

8. Mediteran Coklat Tua

Bahan induknya tanah ini adalah tuf volkan intermediair yang menempati fisiografi vulkan dan bukit lipatan.

9. Mediteran Coklat Kemerahan

(15)

10. Latosol Coklat

Tanah latosol tersebar didaerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300-1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut. Bahan induknya tanah ini adalah tuf volkan intermediair yang menempati fisiografi vulkan. Tanah jenis Latosol coklat tersebar di Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Matesih, dan Kecamatan Jenawi.

11. Latosol Kemerahan

(16)

Peta 4.5

(17)

4.7. Tata Guna Lahan

Kabupaten Karanganyar memiliku luas wilayah sebesar 77.378,64 ha yang terbagi ke dalam 17 kecamatan, di mana kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Tawangmangu dengan luas wilayah sebesar 7.003,16 ha dan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Colomadu dengan luas wilayah sebesar 1.564,17 ha.

Secara garis besar penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi tanah sawah (22.340,45 ha) dan tanah kering (55.038,19 ha). Berikut dapat dilihat penggunaan lahan tanah sawah di Kabupaten Karanganyar.

Tabel IV.10

Luas Wilayah Tanah Kering Berdasar Jenis Penggunaan Tanah Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013

JUMLAH 19.212,51 1.895,60 1.232,34

2012 16.024,61 4.395,06 2.145,77

2011 14.361,57 6.229,28 1.542,00

2010 12.918,37 7.586,58 1.955,00

(18)

Sedangkan dilihat dari penggunaan lahan untuk tanah kering di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.11

Luas Wilayah Tanah Kering Berdasar Jenis Penggunaan Tanah Kering Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 Sumber : BPS, Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2014

(19)

Peta 4.6

(20)

4.8. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya 4.8.1 Kondisi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 Kabupaten Karanganyar atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp. 12.857.290.060.000,- dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp. 6.414.504.100.000,-. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh perkembangan PDRB pada tahun 2013 ADHB sebesar 12,12 % dan ADHK sebesar 5,38 %. Jika dilihat dari sektor ADHB maka sektor industry pengolahan mempunyai kontribusi yang paling besar yaitu 43,98 %, sektor pertanian 22,39 %, sektor perdagangan 12,64 %, sektor jasa-jasa 8,90 %, sedang sektor yang lain kurang dari 5 %.

Tabel IV.12

PDRB Kabupaten Karanganyar Atas Harga Berlaku dan Konstan

PDRB Tahun Atas Harga Berlaku (juta) Atas Dasar Harga Konstan (juta)

2008 7.679.675,35 4.921.454,72

Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka, 2014

Tabel IV.13

PDRB Berdasarkan Harga Konstan 2000 Dan Harga Berlaku (Juta Rupiah) Kabupaten Karanganyar Tahun 2012-2013

No Sektor 2012 2013

Berlaku Konstan Berlaku Konstan 1 Pertanian 2.615.668,35 105,10 2.878.175,05 102,96

a. Tanaman Bahan Makanan 1.829.261,29 105,87 1.829.261,29 101,75

b. Tanaman Perkebunan 193.114,69 102,87 214.055,84 104,22

c. Peternakan 563.675,95 103,92 627.221,73 106,05

d. Kehutanan 12.441,35 104,02 14.322,40 100,70

e. Perikanan 17.175,07 99,56 18.820,23 103,21

2 Pertambangan dan Penggalian 118.212,15 104,00 132.777,47 105,42 3 Industri Pengolahan 4.453.619,29 106,20 5.654.961,01 105,99 4 Listrik, Gas dan air minum 181.277,00 106,31 212.445,55 107,77

5 Bangunan 375.925,21 105,14 421.481,39 107,04

6 Perdagangan 1.434.761,05 105,24 1.614.521,25 106,30 7 Angkuran & Komunikasi 369.416,35 107,49 419.535,95 105,50

8 Lembaga Keuangan, Sewa

(21)

4.8.2 Kondisi Sosial Budaya

Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi yang sangat tinggi dalam hal seni budaya. Karena kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan yang masih berkembang dan tumbuh subur di Bumi Intanpari. Hal ini menjadikan daya tarik wisata baik wisatawan domestik maupun manca Negara. Untuk itulah Pemerintah Daerah berupaya penuh untuk menjaga, mengembangkan dan melestarikan seni budaya yang ada.

Sumber : www.karanganyarkab.go.id

Gambar 4.3

Kesenian Tradisional Masyarakat Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar memiliki beragam budaya yang hingga saat ini masih menjadi tradisi masyarakatnya. Salah satunya adalah perayaan upacara Adat Mandhasiya yang termasuk upacara religi, ini dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Tawangmangu khususnya di Kelurahan Pancot, Blumbang dan Kalisoro, sedangkan Kecamatan Jenawi di desa Anggrasmanis dan Gumeng. Kegiatan ini dilaksanakan tiap hari Selasa Kliwon pada Wuku Mandhasiya. Pada intinya upacara Mandhasiya adalah kegiatan bersih desa dan sedekah bumi. Selain upacara adat Kabupaten Karanganyar juga memiliki banyak kekayaan budaya lainnya dari berbagai unsur seperti :

 kekayaan bahasa daerah (dialek Karanganyar) seperti Kata Seru / Sisipan apa saja yang digunakan penduduk Karanganyar yang berbeda dengan daerah lainnya, misalnya kata “ lae -lae” atau “e-lae”,

 pakaian adat ( Mayang Mekar di Kecamatan Ngargoyoso), masih ada dan dilestarikan oleh masyarakat Ngargoyoso Kecamatan Ngargoyoso yang dipakai pada acara –acara tertentu namun kadang juga digunakan pada hari-hari biasa. Pakaian ini dipakai / digunakan oleh laki-laki maupun perempuan

 Kesenian daerah (Srandhil) yang berkembang di daerah Matesih yang dipentaskan pada acara/ upacara yang ada di Matesih

 Unsur Arsitektur Tradisional Rumah Limasan merupakan arsitektur khas Karanganyar yang keberadaannya hamper punah

Gambar

Tabel IV.1
Tabel IV.2 Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karanganyar
Gambar 4.2 Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2014
Tabel IV.4 Persentase Penduduk Miskin Menurut Pendidikan Tertinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, hipotesis yang diajukan diterima dan sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi positif terhadap

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana

Interaksi edukatif yang dilaksanakan termuat di dalamnya tujuan yang ingin dicapai, prosedur penginteraksian, materi yang diinteraksikan, aktivitas siswa di dalam

Dari penelitian yang dilakukan, maka didapatkan hasil perancangan ulang perosotan, panjatan globe, panjatan setengah lingkaran, ayunan adalah dalam bentuk gambar 2

Pada tahap ini pelaksanaan dilakukan oleh penulis sendiri sebagai peneliti sekaligus praktis dalam pembelajaran di kelas dan kalaborasi dengan guru kelas III Sekolah

Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk menurunkan logam berat yang terkandung dalam kerang bulu sebelum

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di instalasi rawat inap Rumah Sakit “X” Klaten tahun 2015