• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 483e398795 BAB IIBAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 483e398795 BAB IIBAB II"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

II - 1 bersebelahan dengan ibukota negara ini memberikan beberapa keuntungan di sisi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi, menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta.

Kota Bekasi mulai terbentuk sejak tahun 1997 dimana pada awalnya sejak 2001 sampai 2004 Kota Bekasi terbagi dalam 10 Kecamatan dan 52 kelurahan. Tetapi pada tahun tahun 2005 sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2004 tentang pemekaran Wilayah Administrasi Kecamatan dan kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan dengan 56 kelurahan dengan luas secara keseluruhan sekitar 21.049.000 Km2. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kota Bekasi yaitu Kecamatan Mustika Jaya atau sekitar 11,75% dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terendah adalah kecamatan Bekasi Timur dengan luas wilayah 1.349 Ha (1.349.000 km2) atau sekitar 6,41% dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Secara Geografis, Kota Bekasi terletak pada posisi antara 106048’28’’ – 107027’29’’ Bujur Timur dan 6010’6’’ – 6030’6’’ Lintang Selatan Batas-batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kota Bekasi adalah :

Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor Sebelah Barat : Propinsi DKI Jakarta Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

Selengkapnya luas wilayah Kota Bekasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kota Bekasi Menurut Kecamatan

(2)

II - 2

NO KECAMATAN

LUAS WILAYAH

(Km2)

(%)

5 Bantar Gebang 17.05 8.10

6 Mustika Jaya 24.73 11.75

7 Bekasi Timur 13.49 6.41

8 Rawa Lumbu 15.67 7.44

9 Bekasi Selatan 14.96 7.11

10 Bekasi Barat 18.89 8.97

11 Medan Satria 14.71 6.99

12 Bekasi Utara 19.65 9.34

JUMLAH 210.49 100

Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012

(3)

II - 3 Gambar 2.1

(4)

II - 4 2.2Gambaran Demografi

Dikarenakan letaknya yang strategis dan berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta mengakibatkan Kota Bekasi menjadi alternatif tempat tinggal yang potensial sehingga berdampak kepada pertambahan jumlah pendududuk. Kota Bekasi selalu mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar merupakan penduduk komuter yang datang untuk bekerja di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2007 adalah 1,800,746 jiwa dan jumlah tersebut terus meningkat sampai akhirnya menjadi 2.334.142 jiwa pada tahun 2012, dengan penyebaran tertinggi pada Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 12,84% (299.648 jiwa), Bekasi Barat 12,51% (292.015 jiwa), Bekasi Timur 11,52% (268.922) dan terendah di Kecamatan Bantargebang sebesar 3,86% (90.027 jiwa). Jumlah penduduk Kota Bekasi berdasar jenis kelamin dan wilayah Kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kota Bekasi Tahun 2012

NO KECAMATAN LAIK-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Pondok Gede 130,726 126,379 257,105

2 Jati Sampurna 48,294 46,190 94,484

3 Pondok Melati 70,765 67,752 138,517

4 Jati Asih 92,534 87,194 179,728

5 Bantar Gebang 46,457 43,570 90,027

6 Mustika Jaya 74,147 71,519 145,666

7 Bekasi Timur 137,043 131,879 268,922

8 Rawa Lumbu 102,099 99,844 201,943

9 Bekasi Selatan 106,871 103,626 210,497

10 Bekasi Barat 148,779 143,236 292,015

11 Medan Satria 79,437 76,153 155,590

12 Bekasi Utara 152,581 147,067 299,648

Kota Bekasi 1,189,733 1,144,409 2,334,142

(5)

II - 5 Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012

Gambar 2.2

Distribusi Penduduk Kota Bekasi Tahun 2012 (Jiwa)

Tabel 2.3

Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Per Km2 Menurut

Kecamatan

(6)

II - 6 2.3Gambaran Topografi

Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m dpl), yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk dalam satuan dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi (SLHD Kota Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan antara 0 – 2 %, dengan bentuk miring ke utara, dan menempati daerah yang paling luas di bagian tengah dan utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi mayoritas terdiri dari daerah datar yang berawa. Peta Topografi Kota Bekasi selain di dominasi oleh daerah berawa juga memiliki beberapa aliran sungai yang bersifat dendritik, berkelok – kelok. Dilihat dari sifat alirannya dapat terus ditelusuri jalur sungai utamanya. Aliran tersebut terpecah menjadi beberapa cabang teranyam.

2.4Gambaran Hidrologi

Kondisi Hidrologi di Kota Bekasi lebih di dominasi oleh sistem aliran sungai – sungai besar yang relatif tenang. Permukaan dan badan sungai relatif datar hingga landau dan tidak terjal. Secara keseluruhan terdapat 7 (tujuh) aliran sungai yang melalui wilayah Kota Bekasi yaitu Sungai Sunter, Sungai Buaran, Sungai cakung, Sungai Cileungsi, Sungai Bekasi, Sungai Sasak Jarang dan Sungai Cibitung. Rata – rata ukuran panjang dan lebar sungai cukup sempit sehingga kapasitas dan daya tampung debit air juga terbatas. Sebagian besar hulu sungai yang melewati wilayah Kota Bekasi adalah berasal dari Bogor dan Purwakarta, dan berhilir menuju wilayah Bekasi Utara serta berakhir hingga ke laut Utara. Jika dilihat dari segi sensitifitasnya, sungai – sungai yang melalui wilayah Kota Bekasi relatif tidak membahayakan.

(7)

II - 7

Hijau Permai). Sub das Kali Sasak jarang

7. Das Kali Jambe. Sub das Kali Siluman; Kali Bawang. 8. Das Rawa Lumbu ( Perumahan 4, Bumi Bekasi Baru ). 9. Das Cikeas ( Bandung Cikeas, Rawa polu).

Disamping sungai, di wilayah kota bekasi terdapat 4 simpangan air

Kondisi sungai yang terdapat di Wilayah Kota Bekasi sebagian besar sudah mengalami kerusakan. Pendangkalan, erosi akibat dari sampah dan penyalah gunaan fungsi sungai menjadi faktor penyebab kerusakan tersebut. Tebing dan tanggul sungai banyak yang mengalami erosi akibat penambangan pasir di sungai, dari gambar di bawah ini dapat kita lihat tata guna lahan wilayah Bekasi dan sekitarnya. Dari peta dapat kita lihat di beberapa titik di wilayah Kota Bekasi hampir 90% lahan digunakan sebagai pemukiman, sedangkan di bagian yang lain wilayah pemukiman hanya sekitar 20%. Dapat dilihat tata lahan yang tidak terstruktur berdampak pada aliran sungai yang melintasi Kota Bekasi beberapa titik ada yang mengalami pendangkalan dan di bagian lain mengalami erosi (Masterplan Jaringan Air Bersih Perkotaan,2008).

2.5Gambaran Klimatologi

Iklim di wilayah kota Bekasi dapat digolongkan kedalam kelompok C atau dikatakan basah sepanjang tahun akan tetapi pada musim kemarau daerah tersebut akan panas sekali. Tipe iklim C mempunyai jumlah bulan kering lebih banyak dibandingkan bulan hujan.

(8)

II - 8 Selama tahun 2012 tercatat terjadi 108 hari hujan dengan jumlah hari hujan terbanyak terjadi di bulan Februari. Sementara itu, debit air Kali Bekasi yang melintasi Kota Bekasi tahun 2012 rata-rata 68,89 m3/detik. Sayangnya alat untuk mengetahui rata-rata kekeruhan Kali Bekasi mengalami kerusakan, sehingga tahun 2012 tidak dapat diketahui seberapa besar kekeruhan Kali Bekasi.

Tabel 2.4

Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan di Kota Bekasi

NO BULAN HARI HUJAN CURAH HUJAN

Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012

2.6Kondisi Sosial Ekonomi

A. Kondisi Sosial

(9)

II - 9 penduduk Kota Bekasi. Saat ini kebutuhan perumahan terus meningkat, sementara jumlah rumah yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan. Perkiraan hingga tahun 2026, hanya ada 3 (tiga) kecamatan yang dapat menampung kebutuhan permukiman yang dibangun secara horizontal, sedangkan 9 kecamatan lainnya harus membangun perumahan vertikal (RP4D Kota Bekasi, 2007).

Beberapa permasalahan terkait dengan pola pertumbuhan dan penyebaran permukiman di Kota Bekasi adalah:

 Belum adanya konsep pengembangan permukiman yang dapat mengakomodir berkembangnya budaya multikultur.

 Masih banyaknya permukiman yang belum layak huni ditinjau dari segi kesehatan, keindahan, sosial, budaya dan lingkungan hidup.

 Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dasar permukiman seperti; drainase, sarana pengolahan air limbah, sarana air bersih, jalan lingkungan dan listrik.

 Meningkatnya bangunan liar dan permukiman kumuh

 Meningkatnya alih fungsi lahan tanpa izin dan pembangunan yang melanggar tata ruang

 Kebijakan tata ruang yang sulit untuk diimplementasikan dan belum dapat mengakomodir perkembangan permukiman.

Konsekuensi dari pesatnya perkembangan Kota Bekasi sebagai Kota Metropolitan, diindikasikan semakin terbatasnya lahan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman penduduk. Munculnya permasalahan permukiman kumuh timbul seiring dengan tumbuhnya ketidakseimbangan antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah dalam pemenuhan kebutuhan diperkotaan.

Beberapa dimensi persoalan kawasan kumuh di Kota Bekasi mencakup:

 Tidak memadainya sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas seperti; air bersih, drainase, listrik, sekolah, pelayanan kesehatan, dll,

 Rendahnya tingkat pendapatan karena terbatasnya akses terhadap lapangan kerja,

 Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, serta

 Terbatasnya akses penduduk miskin kepada kapital komunitas terbangun, individu, sosial dan lingkungan alam.

Terdapat beberapa tipologi kawasan kumuh perkotaan yang dijumpai di Kota Bekasi sebagai berikut:

(1) Permukiman kumuh di dekat pusat kegiatan sosial ekonomi, seperti kawasan industri, pusat perdagangan, pendidikan, dan pusat jasa serta ekonomi lainnya

(10)

II - 10 Kawasan ini merupakan permukiman kumuh yang terletak di tengah kota yang merupakan permukiman lama atau lingkungan permukiman yang diindikasikan mempunyai nilai warisan budaya yang tinggi dalam bentuk sebuah kota lama. Penyebab menurunnya kualitas lingkungan kawasan ini adalah karena adanya penurunan kondisi sosial ekonomi akibat perkembangan dari kota itu sendiri, dan adanya perencanaan yang kurang tepat sehingga kawasan ini mengalami degradasi status, dari kawasan pusat aktifitas menjadi kawasan mati karena tidak ada investasi lagi.

(3) Permukiman kumuh di pinggiran kota, yaitu permukiman kumuh yang berada di luar pusat kota (urban fringe) yang tumbuh dan berkembang sebagai konsekuensi dari perkembangan kota, pertumbuhan penduduk yang cepat serta tingkat urbanisasi yang tinggi.

(4) Permukiman kumuh di tepi sungai, yaitu permukiman yang berada di luar Garis Sempadan Sungai (GSS).

Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Bekasi tahun 2010, potensi besar dijumpai kawasan kumuh terdapat dibeberapa wilayah kecamatan seperti; Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Medan Satria dan Bantargebang. Hal ini terdapat kesamaan dengan prediksi yang tertuang dalam dokumen RDTR Kota Bekasi untuk tahun 2006-2007, bahwa Kecamatan Bekasi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berpotensi besar meningkatnya pertumbuhan kawasan kumuh karena merupakan pusat pengembangan permukiman, pusat perdagangan dan jasa, industri serta sebagai pusat pelayanan sosial.

Dalam konteks perkembangan kawasan kumuh di Kota Bekasi, dijumpai beberapa lokasi yang dominan tumbuh bangunan kumuh yaitu di Kelurahan Margajaya (10,05 Ha), dan Kelurahan Pekayon Jaya (6,8 Ha) di Kecamatan Bekasi Selatan, dan Kelurahan Jaka Setia (6 Ha) di Kecamatan Bekasi Selatan (Distarkim Kota Bekasi, 2006). Beberapa identifikasi permasalahan pada kegiatan permukiman di Kota Bekasi dewasa ini adalah a) ketidakseimbangan supply-demand, b) terbatas lahan untuk permukiman, c) masih banyaknya kawasan/bangunan kumuh, serta d) sarana dan prasarana yang masih banyak belum memadai.

Sementara dari sisi jumlah penduduk usia kerja, di wilayah Kota Bekasi sebanyak 91,83 % atau 994.799 Jiwa sudah terserap atau telah bekerja sementara 8,17 % atau 88.499 Jiwa dari masyarakat usia produktif belum memiliki kesempatan bekerja atau masih mencari kerja. Sisa populasi sebesar 640.137 jiwa bukan termasuk angkatan kerja lebih jelasnya dapat dilihat bersama pada table dibawah ini:

Tabel 2.5

(11)

II - 11

b.Mengurus Rumah Tangga 427,049 66.71

c. Lainnya 54,770 8.56

sumber : BPS Kota Bekasi, 2010

B. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian Kota Bekasi tidak terlepas dari letak Kota Bekasi sebagai kota satelit DKI Jakarta. aktifitas perekonomian Kota Bekasi secara tidak langsung dipengaruhi oleh hal tersebut. Kegiatan perekonomian di Kota Bekasi didominasi oleh sector industry, perdagangan, hotel dan restoran. Industri sebagai salah satu kegiatan perekonomian utama (44,41%) keberadaannya masih tersebar secara parsial di beberapa titik di wilayah Timur Bekasi seperti, kecamatan bantar gebang, rawa lumbu, Bekasi Utara dan Medan Satria. Berikut adalah peta persebaran industry di Kota Bekasi (Sumber: Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan-BPLH Kota Bekasi, 2009).

Perekonomian di Kota Bekasi dapat dikategorikan kedalam kondisi ekonomi wilayah Urban, dimana distribusi sektor tertier dan sekundernya masih lebih tinggi dibandingkan sektor primer. Distribusi sektor pertanian,listrik air dan Gas terus menurun atau tidak meningkat selama 7 tahun terakhir. Sektor industri pada tahun 2002 – 2003 mengalami peningkatan namun pada tahun 2006 mengalami penurunan walaupun tidak signifikan, akan tetapi persentase sektor industri tetap diatas 45%. Kota Bekasi memiliki potensi ekonomi di sector industri, perdagangan dan jasa. Ketiga sector tersebut terus memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bekasi PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, dimana Tahun dasar yang dipakai adalah Tahun 2000 Data yang disajikan adalah data series tahun 2009 sampai 2012. Disajikan menurut atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dimana PDRB tahun 2012 merupakan angka sangat sementara dan data tahun 2011 merupakan angka perbaikan.

(12)

II - 12 mengalami laju pertumbuhan paling tinggi dibanding tahun sebelumnya adalah sektor bangunan sebesar 12,09 persen. Sedangkan Sektor yang mengalami pertumbuhan paling lambat adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi di tahun 2011 pertumbuhannya mencapai 10,08 persen, di tahun 2012 pertumbuhannya hanya 3,27 persen.

(13)

II - 13 Tabel 2.6

Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga 2009 – 2012

Gambar

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Bekasi Menurut Kecamatan
Gambar 2.1 Peta Administratif Kota Bekasi
Tabel 2.2
Tabel 2.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Variabel gaya kepemimpinan delegating (X4) merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan outsourcing pada Mal Olympic Garden

(4) Pembangunan/Revitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar Rakyat yang pagu anggarannya lebih besar dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),

Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif observasional non eksperimental dengan memberikan gambaran tentang pemeriksaan laboratorium mengenai jumlah

kelayakan usaha yang diajukan mahasiswa dalam skema di bawah ini Usulan Proposal PMW TIDAK YA Proposal PMW Didanai Pembekalan PMW Program Magang ke Mitra Usaha PMW

Jadi, di sini ada di halaman 8 bahwa dalam permohonannya atau perbaikan Pemohon untuk memperkuat permohonannya kini Pemohon ada bukti, terus kami juga, dari

Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan upaya pewujudkan kesejahteraan, memberikan rasa aman sepanjang hidup manusia melalui pendekatan sistem peran negara dan msyarakat

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan kandungan hara boron tanah yang diperoleh melalui perbaikan sifat kimia tanah memiliki hubungan yang erat dengan penurunan