LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM KLINIK IV
INTERVENSI KESEHATAN ERGONOMIK DALAM BEKERJA
KARYAWAN PANDAWA24JAM DIGITAL PRINTING
DEPOK, JAWA BARAT
Kelas A1 Kelompok 1
Anissa Maharani
Cut Annisa Meidina
Fadhilah Rahmah
Fannya Ayu Permatasari
Faradita Haryuningtyas
Merry Natalia S
Nurul Jannah
Rosdiana Lukitasari
Tifanne Winesa
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan anugrah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul “Laporan Kegiatan Praktikum Klinik IV Intervensi Kesehatan Ergonomik Dalam Bekerja Karyawan Pandawa24jam Digital Printing, Depok, Jawa Barat 2017”. Adapun dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik. Pada kesempatan ini, kelompok ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. CV. Pandawa24Jam Digital Printing, Depok, Jawa Barat 2. Bapak Suki Hananto selaku Koordinator Mata Ajar 3. Ibu Poppy Fitriyani selaku Fasilitator
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka apabila ada kritikan dan saran yang membangun sangat kelompok harapkan dari semua pihak. Akhirnya dengan segala keterbatasan, kelompok mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan industri yang semakin pesat akan berpengaruh terhadap bahan, alat, dan proses produksi, terutama produktivitas kerja yang merupakan tujuan utama dari suatu bidang usaha atau perusahaan. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan cara kerja yang baik, aman, nyaman, dan selamat. Setiap jenis kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu terdapat kemungkinan terjadinya risiko serta bahaya kecelakaan, kesehatan, mau pun penyakit akibat kerja.
Berdasarkan profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% karyawan mengalami gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan pernapasan (3%), dan gangguan THT (1,5%) (Hendra, 2010). OSHA (2000) menyatakan bahwa nyeri punggung bagian bawah akibat pekerjaan merupakan salah satu keluhan sistem muskuloskeletal yang merupakan masalah yang paling penting bagi pekerja. Masalah ini cenderung meningkat sehingga tingkat absensi yang tinggi, kehilangan pendapatan, biaya pengobatan yang meningkat dan akhirnya ketidakmampuan untuk bekerja.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Melakukan pengambilan data pengkajian pada agregat pekerja
2. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada pekerja di Pandawa24Jam Digital Printing
3. Melakukan analisis data hasil pengkajian pada pekerja di Pandawa24Jam Digital Printing
4. Menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian pada pekerja di Pandawa24Jam Digital Printing
5. Menentukan prioritas masalah kesehatan yang ditemukan pada pekerja di Pandawa24Jam Digital Printing
6. Menginformasikan perencanaan asuhan keperawatan komunitas yang akan diberikan pada pekerja di Pandawa24Jam Digital Printing
7. Menginformasikan pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada pekerja di Pandawa24Jam Digital Printing
1.3 MANFAAT PENULISAN
1.3.1 Pandawa24Jam Digital Printing
Memperoleh gambaran kondisi kesehatan para pekerja berdasarkan data yang diambi, serta dapat memperbaiki sistem pelayanan kesehatan yang tersedia untuk memperbaiki masalah yang ada dan juga meningkatkan status kesehatan para pekerjanya.
1.3.2 Pekerja
Mendapatkan informasi mengenai status kesehatan yang dirasakan saat ini, serta memperoleh pengetahuan baru terkait ergonomi dan cara mengatasi kelelahan yang muncul saat bekerja.
1.3.3 Mahasiswa
berdasarkan teori yang sudah dipelajari sebelumnya pada mata ajar Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan (KKMP).
1.4 METODE PENULISAN
Penulis menggunakan metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah. Referensi didapatkan dari buku bacaan wajib, jurnal, dan artikel web.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
Kata ‘ergonomik’ berasal dari bahasa Yunani ‘ergon’ yang berarti kerja dan ‘nomos’ yang berarti aturan yaitu hukum atau aturan yang berkaitan dengan kerja (Bridger, 2013). Menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Kerja RI, ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, engineering, manajemen dan desain (International Ergonomic Association, 2010). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan penerapan multidisiplin ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan pekerjaan, lingkungan kerja, serta alat kerja dimana manusia sebagai fokus utama agar tercipta kesesuaian sehingga tercapainya produktivitas dan efisiensi yang optimal.
2.3.2 Tujuan Ergonomi
Tarwaka, et. al. (2011) menjelaskan secara rinci beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ergonomi di tempat kerja, yaitu:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental serta mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Menurut Kurniawidjaja (2010), terdapat beberapa manfaat dari penerapan ergonomi, diantaranya yaitu ergonomi dapat berperan dalam desain pekerjaan pada suatu organisasi, seperti penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal shift kerja, dan peningkatan variasi pekerjaan. Selain itu, ergonomi juga dapat berperan terhadap faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Manfaat penerapan ergonomi lainnya yaitu untuk desain dan evaluasi produk, dimana produk-produk tersebut dengan mudah dapat diterapkan pada sejumlah masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan terjadinya bahaya atau risiko dalam penggunaannya. Selain itu, ergonomi juga berperan dalam menciptakan kenyamanan kerja dan menghindari timbulnya kelelahan kerja.
2.3.3 Ruang Lingkup Ergonomi
Ergonomi merupakan perpaduan dari berbagai macam disiplin ilmu sehingga dapat diterapkan dalam berbagai sektor. Ruang lingkup ergonomi menurut Bridger (2013) terbagi menjadi:
a. Ergonomi fisik, yang berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik fisiologi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktivitas fisik.
b. Ergonomi kognitif, yang berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem.
c. Ergonomi organisasi, yang berkaitan dengan optimasi sistem sosioelektrik, termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses.
d. Ergonomi lingkungan, yang berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran.
2.3.4 Ergonomi Pekerja
postur kerja. Pekerja dalam melakukan pekerjaannya yang berkaitan dengan dokumen atau desain selama kurang lebih 3-9 jam per hari dengan menggunakan peralatan kerja seperti komputer, meja, kursi, keyboard dan mouse (Hendra, 2010). Selain di depan komputer, pekerja pada rumah produksi juga terkadang mengangkat beban barang produksi yang cukup berat setiap harinya. Oleh karena itu, sangatlah penting penerapan aspek ergonomi, agar pekerja terhindar dari cedera, keluhan kesehatan dan untuk meningkatkan produktivitas kerja.
2.3.5 Posisi Duduk Ideal di Depan Komputer
Saat duduk, tidak sembarang posisi dapat dilakukan. Kesalahan dalam posisi duduk dapat menyebabkan pegal-pegal bahkan hingga timbul cedera. Menurut Worksafe Travail Securitaire, (2010), posisi duduk yang ideal adalah sebagai berikut:
Kepala tegak dan di atas bahu
Mata tampak sedikit ke bawah (30˚ berkisar dari garis pandang horizontal) tanpa membungkuk dari leher
Jarak pandang 35-40 cm
Punggung tegak harus disanggah oleh sandaran kursi yang dapat menopang sampai bagian punggung bawah
Siku membentuk sudut 90˚, lengan horizontal, bahu harus rileks
Posisi tangan datar atau sejajar dengan keyboard
Paha horisontal membentuk sudut 90˚-110˚ sudut di pinggul
Kaki sepenuhnya menapak dan rata di lantai. Jika ini tidak mungkin, maka seharusnya kaki dapat diletakkan dipijakan kaki.
Posisi duduk yang idela didukung pula oleh kursi yang nayaman digunakan. Standar kursi yang tepat digunakan menurut Worksafe Travail Securitaire, (2010) adalah:
Memiliki tinggi yang sesuai dengan tinggi badan
Memiliki sandaran sehingga punggung lebih rileks
Terdapat pengatur kursi
Tidak terlalu sempit, pas dengan ukuran tubuh
Terdapat penyangga tangan
Gambar 2. Posisi Duduk Ideal pada Kursi Kerja
2.3.6 Posisi Menggunakan Keyboard dan Mouse
Menggunakan keyboard adalah suatu kebutuhan yang tidak tepisahkan saat sedang bekerja pada perangkat komputer ataupun laptop. Kesalahan posisi saat
menggunakannya juga dapat menyebabkan beberapa penyakit dan cedera
muskuloskeletal. Oleh karena itu, berikut adalah posisi menggunakan keyboard yang tepat berdasarkan Worksafe Travail Securitaire, (2010):
Keyboard harus dalam posisi datar
Keyboard sejajar dengan lengan bawah
Posisi keyboard sesuai dengan meja kerja. Umumnya keyboard berada pada permukaan yang lebih rendah
Selain keyboard, mouse juga menjadi perangkat yang senantiasa membersamai saat bekerja menggunakan komputer. Berikut adalah cara memegang mouse yang tepat menurut Worksafe Travail Securitaire, (2010):
Merubah posisi tangan atau alat untu membantu mengontrol kejadian cedera berulang
Istirahatkan tangan bila sedang berpikir sebelum melanjutkan tugas pekerjaan, ketika membaca dari layar monitor, atau saat sedang menunggu unduhan berkas
Regangkan otot-otot tangan dan jari atau pijat agar terhindar dari gejala cedera
Gambar 3. Posisi Menggunakan Keyboard dan Mouse
2.3.7 Posisi Lifting yang Tepat
cedera. Posisi yang tepat saat mengangkat benda, dapat dilakukan dengan: (Iowa State University, 2017)
1. Usahakan benda bedara dekat dengan tubuh.
2. Posisi tubuh berlutut (kaki dominan atau terkuat digunakan sebagai tumpuan). 3. Posisikan tubuh tetap tegak.
4. Tidak memutar atau membungkuk kesamping. 5. Menghindari gerakan yang cepat dan tersentak. 6. Meminta bantuan jika beban terlalu berat atau besar.
Gambar 4. Posisi Mengangkat Barang yang Benar
2.3.8 Beban Maksimal (ILO)
Selain posisi mengangkan benda yang tepat, berat benda juga mempengaruhi ada atau tidaknya risiko cedera saat mengangkat benda. Dalam poin keenam pada langkah-langkah posisi mengangkat benda dengan tepat dikatakan “meminta bantuan jika beban terlalu berat atau besar”. Secara umum terdapat berat maksimum benda yang dapat diangkat oleh satu orang, dan berat tersebut berbeda antara laki-laki dan perempuan. Beban yang diangkat harus mengikuti aturan ILO, yaitu: (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Laki-laki dewasa, berat benda yang diangkat tidak lebih dari 40 kg.
Laki-laki (usia 16 – 18 tahun), berat benda yang diangkat tidak lebih dari 15 – 20 kg.
Wanita (usia 16 – 18 tahun), berat benda yang diangkat tidak lebih dari 12 – 15 kg.
Jika pekerja mengangkat benda dengan menggunakan bahu, berat benda yang dapat diangkat tidak boleh lebih dari 10 kg untuk laki-laki dan 7 kg untuk wanita. Sedangkan, berat maksimum benda yang diangkat dan membutuhkan untuk dijauhkan dari tubuh tidak boleh lebih dari 5 kg untuk laki-laki dan 3 kg untuk wanita. (Hunt, 2017)
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
O:
- Pekerja terlihat sangat fokus selama penjelasan
- Tidak ada pekerja yang memalingkan pandangan dari layer power point selama 15 menit pertama penjelasan
- Terdapat satu dari dua belas peserta yang meninggalkan ruangan setelah 30 menit penjelasan dilakukan
A:
- Masalah terkait defisiensi kesehatan komunitas sudah teratasi sebagian P:
2. Jelaskan mengenai ergonomi komputer yang baik, meliputi posisi ideal duduk (di komputer), jarak mata antar computer dan posisi tangan memegang beberapa posisi mereka yang salah adalah mengangkat beban berat di punggung, mata tidak lebih tinggi dari computer, dan mengangkat barang dengan posisi yang slaah
O :
- Pekerja dapat memperagakan ergonomic yang benar ketika sedang diberi penjelaskan
A:
- Masalah terkait defisiensi kesehatan komunitas sudah teratasi sebagian P:
1. Jelaskan terkait pentingnya kebutuhan APD (sarung tangan, masker)
S :
- Pekerja menanyakan APD pada sinar radiasi mesin fotocopy dan APD pada bau menyengat pada banner yang baru di cetak - Pekerja mengatakan sudah mengerti APD
yang tepat pada setiap pekerjaan yang dilakukan
O :
- Pekerja terlihat sangat fokus dan antusias selama sesi tanya jawab mengenai APD A:
- Masalah terkait defisiensi kesehatan komunitas sudah teratasi sebagian P:
- Perlunya advokasi pengadaan APD pada pihak supervisor agar pelaksanaan penggunaan APD dapat terlaksana
3.2 HAMBATAN
3.2.1 Pada saat Pengkajian
- Jumlah karyawan yang hadir pada saat pengkajian ada 10 orang. Jumlah karyawan yang dikaji sesuai dengan janji awal dari kesanggupan perusahaan untuk menyediakan 10 pekerja.
- Ada satu pertanyaan yang tertulis di angket dan kuesioner masih menggunakan bahasa yang cukup sulit untuk dipahami oleh beberapa karyawan, yaitu kata “APD”. Ternyata kata APD masih belum menjadi kata yang umum, sehingga karyawan bertanya kepada mahasiswa. - Pengkajian dimulai sekitar jam 14.20, hal tersebut disebabkan karena
3.2.2 Pada saat Intervensi
- Tidak banyak hambatan teknis yang berarti saat kegiatan intervensi. Namun seperti hari saat pengkajian, kami sudah siap terlebih dahulu, karyawan masih harus di telfon oleh karyawan lainnya untuk segera hadir. Walau demikian, sepuluh karyawan dapat menghadiri penyuluhan kami.
- Perbedaan usia membuat pemateri sedikit bingung bagaimana berinteraksi dengan karyawan. Sehingga ada yang menyebut kakak-kakak, ada juga yang menyebut “mas” dan “mbak”.
BAB IV PENUTUPAN 4.1 KESIMPULAN
Pekerja merupakan salah satu agregat di dalam keperawatan komunitas yang sangat perlu diberikan perhatian akan masalah kesehatan yang dapat terjadi di lingkungan kerja maupun masalah kesehatan pada diri pekerja. Masalah-masalah kesehatan dapat terjadi lebih sering karena tidak diterapkannya prinsip-prinsip ergonomi di lingkungan bekerja serta pihak perusahaan yang masih belum menyediakan fasilitas seperti kursi, bangku, dan APD yang memadai untuk karyawannya. Selain itu, masih banyak perusahaan yang belum memberikan pelatihan ergonomi kepada karyawannya.
Perawat sebagai tenaga kesehatan juga bertanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pekerja untuk meminimalisasi faktor risiko yang terjadi akibat tidak diterapkannya prinsip-prinsip ergonomi dalam bekerja. Asuhan keperawatan yang diberikan dapat berupa pemberian edukasi mengenai posisi-posisi ergonomi, pelatihan, serta diskusi kepada pegawai. Selain memberikan edukasi, perawat juga dapat menjadi pihak yang mendidik serta melobi pimpinan perusahaan dalam pembuatan kebijakan terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaannya. Dengan demikian, adanya sinergisasi antara perusahaan dan pekerja akan meningkatkan kesejahteraan perusahaan dan juga pegawai.
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Bridger, R.S. (2013). Introduction to ergonomics, 2nd edition. NY, USA: Taylor & Francis
Group.
Genaidy, A. (2006). Human adaption in the workplace: the occupational ergonomic handbook. New York: Taylor & Francis Inc.
Hendra, O. (2010). Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada aktivitas manual handling pekerja jasa pengiriman barang. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Khoiriah, H. (2013). Studi faktor risiko ergonomi dan keluhan subjektif work-related
musculoskeletal disorders (WMSDs) pada pekerja yang menggunakan computer di PT. Relife Properti tahun 2013. [skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Kurniawidjaja, L.M. (2010). Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta, UI Press.
McKeown, C. (2008). Office ergonomics: practical applications. Boca Raton: CRC Press. Occupational Safety and Health Administration (OSHA). (2000). Ergonomics: the study of
work. USA: Department of Labor.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 48 tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Tarwaka, et.al. (2011). Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.
Worksafe Travail Securitaire. (2010, January). Office ergonomics: Guidelines for preventing musculoskeletal injuries. pg. 5-8.