• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi di SD Negeri Sukomarto Jumo Temanggung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi di SD Negeri Sukomarto Jumo Temanggung)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Mutu Pendidikan

Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.Definisi ini disebut juga dengan istilah, mutu sesuai dengan persepsi (quality in perception).Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya.Ini merupakan definisi yang sangat penting.Sebab, ada satu resiko yang seringkali kita abaikan dari definisi ini, yakni kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan (Sallis, 2010:56).

Sedangkan Crosby (dalam Hadis, 2010:85) menyebutkan bahwa mutu ialah conformance to requirement (sesuai dengan kebutuhan). Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Sejalan dengan hal tersebut Deming (dalam Hadis, 2010:85) mengemukakan bahwa mutu ialah kesesuain dengan kebutuhan pasar atau konsumen.

(2)

harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik, sehingga kadar mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input (Widiyarti, 2010:4)

Dari keempat pendapat diatas dapat dikatakan bahwa Sallis menekankan pada kepuasan pelanggan dan dapat melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan, sedangkan Crosby dan Deming hanya kalau hasinya sudah sesuai dengan kebutuhan saja. Sedangkan dalam kontek pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan output pendidikan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah hasil pendidikan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan yang mencakup input, proses dan output pendidikan.

(3)

Menurut (Zamroni, 2007:16) ada tiga perencanaan strategi yang berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah, yaitu strategi yang menekankan pada hasil

(The output Orientid Strategy), Strategi yang menekankan pada proses (The Process Orientid Strategy), dan strategi komprehensif (The Comprehensive Strategy).

2.2.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Istilah manajemen berbsis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based manajement”.Istilah ini

pertama kali muncul di Amerika Serikat pada saat masyarakat mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat (Mulyasa, 2009:24).Manajemen Berbaisis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi.

Dari segi bahasa, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari kata Manajemen, Barbasis dan Sekolah. Manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran.Berbasis berasal dari kata dasar basis yang artinya dasar atau asas.Sekolah adalah tempat untuk belajar dan mengajar.Berdasarkan hal tersebut, maka MBS dapat diartikan sebagai pengguna sumberdaya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran (Nurkolis, 2003:1).

(4)

pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota.

Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan pengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orangtua, kelenturan pengelola sekolah, Peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan ini tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat, terutama masyarakat yang mampu dan peduli, terhadap pendidiikan, sedangkan masyarakat yang kurang mampu akan menjadi tanggungjawab pemerintah (Mulyasa, 2009:13)

(5)

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektifitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan yaitu: (1) Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru; (2) bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal; (3) efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah; (4) adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan (Fattah, 2000:17)

(6)

2.3.

Partisipasi Masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.Dalam hal ini, sekolah sebagai sistim sosial merupakan bagian integral dari sistim sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat.Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan (Mulyasa, 2009:50)

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara sekolah dengan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

(7)

Sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1) memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah (Mulyasa, 2009:50).

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB IV pasal1 disebutkan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.Maka dari itu sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakatpun tidak dapat dipisahkan dari sekolah.Dikatakan demikian, karena keduanya memiliki kepentingan.

(8)

peserta didik, dapat mengurangi dan mencegah kemungkinan anak berbuat nakal karena program yang padat dan menarik tidak memberi kesempatan ataukemungkinan kepada peserta didik untuk berkhayal atau berbuat yang kurang baik.

2.4.

Komite Sekolah

2.4.1. Pengertian Komite Sekolah

Komite Sekolah yang berkedudukan disetiap satuan pendidikan, merupakan badan mandiri yang tidak memiliki hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Komite Sekolah dapat terdiri dari satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang, tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggraan pendidikan, atau karena pertimbangan lain, tanpa intervensi dengan lembaga pemerintahan (Masaong dan Ansar, 2007:165)

(9)

pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan “

Dari ketiga pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa pendapat Masaong, Ansar dan Hasbullah menekankan pada kedudukan Komite Sekolah, sedangkan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 menekankan pada tujuan pembetukkan Komite Sekolah, yaitu peningkatan mutu pelayanan.

Jadi Komite Sekolah adalah suatu lembaga mandiri yang berkedudukan disetiap satuan pendidikan, serta merupakan badan mandiri yang tidak memiliki hubungan hierarki dengan lembaga pemerintahanyang berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat setempat, dan kalangan swastayang dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

(10)

Sedangkan tujuan Komite Sekolah adalah : (1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan di satuan pendidikan; (3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan (Haryanto, 2008:81).

2.4.2. Peran Komite Sekolah

Tugas dan fungsi Dewan Sekolah/Komite Sekolah antara lain: (1) menetapkan AD dan ART Komite Sekolah, memberi masukan terhadap muatan RAPBS dan Rencana Strategik Pengembangan serta Standar Pelayanan Sekolah; (2) menentukan dan membantu kesejahteraan personal, mengkaji pertanggung jawaban dan implementesinya; (3) mengkaji kinerja sekolah dan melakukan internal auditing (school self assessment), merekomendasikan, menerima Kepala Sekolah dan Guru. Tugas Dewan Sekolah/Komite Sekolah membantu menetapkan visi, misi dan standar pelayanan, menjaga jaminan mutu sekolah (quality assurance), memelihara, mengembangkan potensi, menggali sumber dana, mengevaluasi, merenovasi, mengidentifikasi, dan mengelola kontribusi masyarakat terhadap sekolah (Satori, 2001:71).

(11)

bahwa Komite Sekolah mengemban peran sebagai : (1) Pemberi pertimbangan (advisory agency); (2) Pendukung (supporting agency);(3) Pengawas

(controlling agency); dan (4) Penghubung (mediator agency).Disamping itu (Haryanto, 2008:81) menyebutka bahwa Komite sekolah mengemban empat peran sebagai berikut: (1) pemberi pertimbangan, (2) pendukung, (3) pengawas, dan (4) Mediator. Keempat peran Komite Sekolah tersebut bukan peran yang berdiri sendiri, melainkan peran yang saling terkait antara peran yang satu dengan peran lainya.

2.5.

Kinerja Komite Sekolah

(12)

yang sudah direncanakan, baik oleh pribadi maupun oleh organisasi.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa Adi Gunawan mengartikan kinerja sama dengan prestasi kerja, sedangkan Husain Umar kemampuan seseorang untuk bekerja sedemikian rupa sehinga mencapai tujuan kerja secara obtimal dengan pengorbanan rasio kecil dibandingkan dengan hasil yang dicapaidan Mulyasa merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Kinerja adalah Hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau organisasi yang dapat dicapai secara obtimal dengan pengorbanan rasio kecil dibandingkan dengan hasil yang dicapai.

Yang dimaksud dengan kinerja dalam penelitian ini adalah tingkat ketercapaian prestasi kerja dari Komite Sekolah, sesuai dengan peran dan fungsinya, yaitu sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengontrol dan penghubung di SD Negeri Sukomarto Jumo Temanggung, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

2.5.1. Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pemberi Pertimbangan (advisory agency)

(13)

program dan kegiatan sekolah, termasuk juga dalam merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah yang bersifat given, seperti di sekolah swasta dengan ciri khas tertentu (Haryanto, 2008:81).

Menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen (Depdiknas: 2004), peran Komite Sekolah diantaranya adalah sebagai badan Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan yang terdiri dari identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat; memberikan masukan untuk penyusunan RAPBS; menyelenggarakan rapat RAPBS (sekolah, orang tua siswa masyarakat); memberikan pertimbangan perubahan RAPBS; ikut mengesahkan RAPBS bersama kepala sekolah; memberikan masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan di sekolah; memberikan masukan terhadap proses pembelajaran kepada para guru; identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat; memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah memberikan pertimbangan tentang sarana dan prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah dan memberikan pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaatkan di sekolah.

2.5.2. Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Pemberi Dukungan (supporting agency)

(14)

sebagai pendukung dana , maka penekanan peran Komite Sekolah seharusnya bukan pada aspek dana saja tetapi juga aspek lainya, terutama berupa gagasan dalam rangka penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan (Haryanto, 2008: 82).

Menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen (Depdiknas: 2004), komponen dan indikator kinerja Komite Sekolah terkait pada peran sebagai badan pendukung (supporting agency) adalah: memantau ketenagaan pendidikan di sekolah; mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di sekolah; mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan di sekolah; memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah; mobilisasi bantuan sarana dan prasarana sekolah; mengkoordinasi dukungan sarana dan parasarana sekolah; mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah; memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah; memobilisasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah; mengkoordinasikan dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah; mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah

2.5.3. Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pengontrol (controlling agency)

(15)

inspektorat, atau bedan pemeriksa keuangan, maupun badan pengawasan fungsional lainya. Pengawasan sosial yang dilakukan lebih memiliki implikasi sosial, dan lebih dilaksanakan secara preventif, seperti ketika sekolah menyusun RAPBS, atau ketika sekolah menyusun laporan pertanggungjawaban kepada masyaraka (Haryanto, 2008:82).

Sedangkan menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen (Depdiknas: 2004), komponen dan indikator kinerja Komite Sekolah terkait pada perannya sebagai badan pengontrol (controlling agency) adalah: mengontrol proses pengambilan keputusan di sekolah; mengontrol kualitas kebijakan di sekolah; mengontrol proses perencanaan pendidikan di sekolah; pengawasan terhadap kualitas perencanaan sekolah; pengawasan terhadap kualitas program sekolah; memantau organisasi sekolah; memantau penjadwalan program sekolah; memantau alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah; memantau sumber daya pelaksana program sekolah; memantau partisipasi stake holder pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah; memantau hasil ujian akhir; memantau angka partisipasi sekolah; memantau angka mengulang sekolah; memantau angka bertahan di sekolah.

2.5.4.Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Penghubung (mediator agency)

(16)

pendidikan akan menjadi tali pengikat ukhuwah

antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Dengan demikian diharapkan akan menjadi kunci dalam upaya peningkatan mutu pendidikan (Haryanto, 2008:83).

Menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen (Depdiknas: 2004), komponen indikator kinerja Komite Sekolah terkait pada peran sebagai badan penghubung (mediator agency) adalah: menjadi penghubung antara Komite Sekolah dengan masyarakat, Komite Sekolah dengan sekolah, dan Komite Sekolah dengan Dewan Pendidikan; mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan; membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada sekolah; mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah kepada masyarakat; memfasilitasi berbagai masukan kebijakan program terhadap sekolah; menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah; mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap sekolah; mengindentifikasi kondisi sumber daya di sekolah; mengidentifikasi sumber-sumber daya masyarakat; memobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan di sekolah; mengkoordinasikan bantuan masyarakat.

(17)

industri, pemerintah, dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu Dikdasmen (Depdiknas: 2004).

(18)

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Semua organisasi seharusnya memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga AD/ART, Begitu pula Komite Sekolah. Dalam Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah juga menyebutkan bahwa Komite Sekolah wajib memiliki AD dan ART, yang sekurang-kurangnya memuat (1) nama dan tempat kedudukan; (2) dasar, tujuan dan kegiatan; (3) keanggotaan dan kepengurusan; (4) hak dan kewajiban anggota dan pengurus; (5) keuangan; (6) mekanisme dan rapat-rapat; dan (7) perubahan AD dan ART, serta pembubaran organisasi.

2.6.

Evaluasi Kinerja

Istilah evaluasi berasal bahasa Inggris “evaluation

(19)

tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Zaenal Arifin memandang evaluasi dari sudut bahasa sedangkan Anderson sebagai suatu proses menentukan hasil yang telah dicapai, Stufflebeam dan Suharsimi disamping proses penggambaran juga pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.Jadi dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengukur dan menilai kegiatan yang telah direncanakan dengan caramengumpulkan informasi tentang bekerjanya kegiatan tersebut, yang selanjutnya informasi itu digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputuan atau kebijakan.

Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan Mengginson (dalam Mangkunegara, 2000:69) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaanya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Selanjutnya Sikula (dalam Mangkunegara, 2000:69) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi sistimatis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dikembangkan.

(20)

membahas tentang penilaian pegawai merupakan evaluasi sistimatis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dikembangkan. Maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja Komite Sekolah adalah suatu penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan Komite Sekolah. Selain itu, juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada Komite Sekolah tersebut, sehingga dapat melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik dimasa yang akan datang dan dapat sebagai dasar untuk menentukan kebijakan.

Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan, maka kinerja yang dilakukan sudah terlaksana dengan baik, dan apabila pencapaian melebihi dari apa yang direncanakan dapat dikatakan kinerjanya sangat baik. Sebaliknya apabila pencapaian kurang sesuai dengan apa yang direncanakan atau tidak sesuai dari apa yang direncanakan, maka kinerjanya dapat dikatakan kurang baik. atau sangat buruk Smith (dalam Mulyasa, 2003:136)

(21)

Adapun indikator kinerja Komite Sekolah yang diakses dari Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen (Depdiknas: 2004) dapat dilihat pada tabel dibawah ini!

Tabel 2.1

Indikator Kinerja Komite SekolahdalamPerannya Sebagai Badan Pertimbangan

a. Identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat. b. Memberikan masukan untuk

penyusunan RAPBS.

c. Menyelenggarakan rapat RAPBS (sekolah, orang tua siswa, masyarakat)

d. Memberikan pertimbangan perubahan RAPBS.

a. Memberikan masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan di sekolah.

b. Memberikan masukan terhadap proses pembelajaran kepada para guru.

a. Identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat.

b. Memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah.

c. Memberikan pertimbangan tentang sarana dan prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah.

(22)

Tabel 2.2

Indikator Kinerja Komite SekolahdalamPerannya Sebagai Badan Pendukung

(Supporting Agency)

a. Memantau ketenagaan pendidikan di sekolah.

b. Mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di sekolah. c. Mobilisasi tenaga kependidikan

non guru untuk mengisi prasarana yang ada di sekolah. b. Mobilisasi bantuan sarana dan

parasarana sekolah.

c. Mengkoordinasi dukungan sarana dan parasarana sekolah

d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah.

1. Pengelolaa n Anggaran

a. Memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah.

b. Memobilisasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah.

c. Mengkoordinasikan dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah.

(23)

Tabel 2.3

Indikator Kinerja Komite SekolahdalamPerannya Sebagai Badan Pengontrol

a. Mengontrol proses pengambilan keputusan di sekolah.

b. Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah.

c. Mengontrol proses perencanaan pendidikan di sekolah

d. Pengawasan terhadap kualitas perencanaan sekolah

e. Pengawasan terhadap kualitas program sekolah.

2.Memantau pelaksanaan program sekolah

a. Memantau organisasi sekolah b. Memantau penjadwalan

program sekolah

c. Memantaua alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah.

d. Memantau sumber daya pelaksana program sekolah. e. Memantau partisipasi

stake-holder pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah. 3.Memantau

out put

pendidikan

a. Memantau hasil ujian akhir. b. Memanatau angka partisipasi

sekolah

c. Memantau angka mengulang sekolah

(24)

Tabel 2.4

Indikator Kinerja Komite SekolahdalamPerannya Sebagai Badan Penghubung

1.Perencanaan a. Menjadi penghubung antara Komite Sekolah dengan masyarakat, Komite Sekolah dengan sekolah, dan Komite Sekolah dengan Dewan Pendidikan.

b. Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan.

c. Membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada sekolah

2.Pelaksanaan program

a. Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah kepada masyarakat

b. Memfasilitasi berbagai masukan kebijakan program terhadap sekolah

c. Menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah. D. d. Mengkomunikasikan

pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap sekolah

3.Pengelolaan Sumber Daya pendidikan

a. Mengindentifikasi kondisi sumber daya di sekolah

b. Mengidentifikasi suber-sumber daya masyarakat

c. Memobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan di sekolah

(25)

2.7.

Penelitian Terdahulu

Sedangkan penelitian yang berhubungan dengan Komite Sekolah, yang dilaksanakan oleh peneliti sebelumnya diantaranya adalah yang dilakukan oleh Armansyah (2009) dengan penelitianya yang berjudul "Peranan dan Pemberdayaan Komite Sekolah dalam Penyelengaraan Pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai” menyimpulkan bahwa : (a) Komite Sekolah belum mampu melaksanakan peranannya sebagai pemberi pertimbangan, sebagai badan penghubung, badan pengontrol dan sebagai badan pendukung; (b) khusus dalam penggalangan dukungan dana dari masyarakat seperti dunia usaha/dunia industri, maupun dari tokoh masyarakat yang peduli pendidikan, Komite Sekolah belum mampu dan hanya memanfaatkan sumber dana yang berasal dari orang tua siswa dengan pengutipan uang Komite Sekolah; (c) Komite Sekolah pada SMA Negeri di kota Binjai dapat dikatakan belum diperdayakan sebagaimana mestinya, dan ini di sebabkan belum berperannya Dewan Pendidikan secara maksimal maupun Dinas Pendidikan di kota Binjai; (d) Komite Sekolah belum bisa menjalankan peranya secara maksimal sebagaimana yang diamanatkan keputusan mendiknas nomor 044/U/2002 dan ini disebabkan pihak sekolah/satuan pendidikan belum memberikan kepercayaan maupun kewenangan penuh kepada Komite Sekolah.

(26)

Negeri 1 Tuntang Kabupten Semarang”, mempunyai pendapat yang berbeda. Tesis ini menyimpulkan bahwa: (a) Komite Sekolah SMA Negeri I Tuntang telah menjalankan fungsinya sebagai badan pertimbangan (Advisory Agency) dalam penyusunan biaya pendidikan yang tertuang dalam RAPBS, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tidak terkendala oleh dana karena anggaran telah ditetapkan secara cermat. Komite Sekolah sebagai badan pertimbangan selalu mengupayakan penyusunan RAPBS secara efektif dan efisien sehingga tidak terjadi adanya dobel anggaran atau pemborosan biaya pendidikan; (b) Komite Sekolah SMA Negeri I Tuntang telah mampu menjadi Supporting Agency

sekaligus sebagai mediator dalam hal penggalangan dana dan alokasi biaya pendidikan, sehingga memperoleh kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat untuk mengelola biaya pendidikan.

(27)

memperbaiki manajemen biaya pendidikan di sekolah tersebut. Kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan komite dalam hal pengawasan dan evaluasi telah dapat memberikan informasi yang positif untuk penyusunan anggaran tahun berikutnya.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawan Kriswantoro (2013) yang menyimpulkan bahwa Komite Sekolah telah melaksanakan peranya sebagai badan pertimbangan, pendukung dan penghu bung. Namun dalam hal pengontrol kebijakan dan program sekolah, Komite Sekolah belum sepenuhnya melaksanakannya, karena Komite Sekolah sebagai organisasi yang bersifat sosial dan masing-masing anggota komite mempunyai kesibukan dalam profesi masing-masing sehingga belum mampu melaksanakan kontrol secara langsung di sekolah.

(28)

hasil pendidikan secara obtimal. Semakin banyaknya kebutuhan akan melibatkan lebih banyak staf di sekolah menengah administrasi telah membuat argumen untuk penggunaan komite lebih masuk akal. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Joyce Nyandoro (2013) dengan penelitianya yang berjudul “Effectiveness Of School Development Committees In Financial Management In Chimanimani West Circuit Primary Schools In Zimbabwe” (Keefektifan Komite Sekolah Dalam Membangun Manajemen Keuangan di Cimani-mani Barat Studi di Sekolah Dasar Zimbabwe) yang menyimpulkan bahwa: Adatiga kegagalan yang muncul dari penelitian ini. Pertama beberapa pengembangan sekolah komite di Chimanimani lingkungan sebelah barat dioperasikan tanpa undang-undang pasal 87 tahun 1992.Kegagalan kedua untuk mematuhi undang-undang pasal87 Tahun 1992 yang telah mendapatkan persetujuan mengalami penurunan pemahaman isinya oleh sebagian komite pengembangan sekolah.Kegagalan ketiga oleh masyarakat untuk membentuk komite pengembangan sekolah yang efektif yang bisa menggalang dana dari berbagai sumber.

(29)
(30)

desentralisasi dan manajemen pembangunan pada guru untuk memastikan mereka akan membantu dalam pelatihan orang tua dan anggota komite pengembangan sekolah. Peneliti cukup yakin bahwa ini akan membantu pemerintah untuk meningkatkan efektivitas komite pengembangan sekolah di seluruh penjuru negeri .

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja komite sekolah di berbagai tempat berbeda-beda. Ada Komite sekolah yang kinerjanya sudah sesuai dengan peran dan fungsinya, sementara ditempat lain belum bisa dilaksanakan.

2.8.

Kerangka Pikir Penelitian

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menganjurkan masyarakat untuk ikut ambil bagian atau berpartisipasi dalam pendidikan. Dengan adanya wadah partisipasi masyarakat melalui Komite Sekolah, diharapkan mampu menjawab dan mencari solusi permasalahan pendidikan pada satuan pendidikan sehingga dapat memacu peningkatan mutu pendidikan.

(31)

Gambar 2.1

EVALUASI KINERJA KOMITE SEKOLAH

Pemberi

Pertimbangan

Pendu kung

Pengon trol

Mediator

Rekomendasi /Kibijakan Mutu

Pendidikan

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 044/U/2001 TANGGAL 2 APRIL 2002 TENTANG

Gambar

Tabel 2.1  Indikator  Kinerja Komite SekolahdalamPerannya
Tabel 2.2  Indikator  Kinerja Komite SekolahdalamPerannya
 Tabel 2.3 Indikator  Kinerja Komite SekolahdalamPerannya
Tabel 2.4  Indikator  Kinerja Komite SekolahdalamPerannya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Prodi PGMI Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam mempertahankan komitmenya untuk memajukan kualitas lulusanya selalu berusaha memperbaruai dan mengupdate berbagai

Dari faktor-penyebab selisih (varians) diatas dapat diketahui bahwa suatu selisih baik itu menguntungkan (farforable) ataupun tidak menguntungkan (unfarforable), dimana

Penyakit Defisiensi "Ca" atau gejala Penyakit Defisiensi "Ca" atau gejala Anak.. Anak--anak anak : rakitis :

[r]

Kesehatan sangat di pengruhi oleh lingkungan bersih jika lingkungan kotor akan timbulkan penyakit yg melebar. Nama :Elvana Amelia NO,Absen:4

Dengan demikian pemberian seduhan kopi dapat meningkatkan kadar VEGF, yang selanjutnya dapat meningkatkan jumlah osteoklas dan resorpsi tulang serta meningkatkan jumlah

4. Saudara sekalian tahu bahwa, karena sebab² jang sekarang tidak perlu saja terangkan, produksi kapitalis bergerak melalui cyclus periodik tertentu. Ia bergerak melalui keadaan

Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam.. termit atau