PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS DARI CFAD, PFAD DAN PKFAD PADA 3 WILAYAH DI PULAU SUMATERA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE TITRASI
LAPORAN TUGAS AKHIR
RESKI MAULINA 152401126
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS DARI CFAD, PFAD DAN PKFAD PADA 3 WILAYAH DI PULAU SUMATERA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE TITRASI
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
RESKI MAULINA 152401126
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
PERNYATAAN ORISINALITAS
PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS DARI CFAD, PFAD DAN PKFAD PADA 3 WILAYAH DI PULAU SUMATERA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE TITRASI
LAPORAN TUGAS AKHIR
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2018
Reski Maulina 152401126
PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS DARI CFAD, PFAD DAN PKFAD PADA 3 WILAYAH DI PULAU SUMATERA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE TITRASI
ABSTRAK
Penentuan Asam Lemak Bebas dari CFAD, PFAD dan PKFAD pada 3 wilayah di Pulau Sumatera dengan menggunakan metode titrasi didapatkan kadar Asam Lemak Bebas pada CFAD dari Rantauprapat adalah 73.276% ; Lampung adalah 73.302% ; Jambi adalah 73.358%. Kadar Asam Lemak Bebas pada PFAD dari Rantauprapat adalah 81.891% ; Lampung adalah 81.891% ; Jambi adalah 82.855%. Dan Kadar Asam Lemak Bebas pada PKFAD dari Rantauprapat adalah 70.874% ; Lampung adalah 72.059% ; Jambi adalah 74.297%. Dari hasil analisa yang telah dilakukan bahwa hasil yang didapatkan ada yang telah memenuhi standar mutu yang berlaku dan ada juga yang belum memenuhi standar mutu yang ada yaitu yang dikarenakan beberapa faktor : penimbangan yang kurang teliti, alat yang digunakan kurang bersih, penambahan pereaksi yang berlebihan dan hal lainnya.
Kata Kunci : Kadar Asam Lemak Bebas CFAD, PFAD dan PKFAD
DETERMINATION OF FREE FAT ACID FROM CFAD, PFAD AND PKFAD IN 3 REGIONS IN SUMATERA ISLAND USING TITRATION METHOD
ABSTRACT
Determination of Free Fatty Acids from CFAD, PFAD and PKFAD in 3 regions on Sumatera Island using titration method obtained free fatty acid content on CFAD from Rantauprapat was 73.276%; Lampung is 73.302%; Jambi is 73.358%. Fat Free Acid levels in PFAD from Rantauprapat were 81.891%; Lampung is 81.891%; Jambi is 82.855%. And free fatty acid content in PKFAD from Rantauprapat is 70.874%; Lampung is 72.059%; Jambi is 74.297%.
From the results of the analysis has been done that the results obtained there that have met the applicable quality standards and some are not yet meet the existing quality standards that is due to several factors: weighing the less thorough, tools used less clean, the addition of excessive reagents and Other things.
Keywords: Fat Free Acid Content of CFAD, PFAD and PKFAD
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir ini dengan Judul “Penentuan Asam Lemak Bebas Dari CFAD, PFAD Dan PKFAD Pada 3 Wilayah Di Pulau Sumatera Dengan Menggunakan Metode Titrasi”.
Tugas Akhir ini merupakan hasil kerja praktek lapangan di PT. PALMCOCO LABORATORIES. Karya Ilmiah ini merupakan satu persyaratan akademik mahasiswa/mahasiswi untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III untuk program studi Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulis Menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak maka penulis tidak dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dengan tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis kepada :
1. Orang Tua penulis, Ayahnda Edu Lumbantoruan dan Ibunda Murni Hutabarat untuk dukungan, moral, materi maupun doa yang slalu dipanjatkan sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu,tenaga, pikiran serta masukkan yang berguna dalam membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dra. Cut Fatimah Zuhra, M. Si selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Dekan dan pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh staff dan Dosen Kimia FMIPA USU.
6. Pemimpin dan seluruh staff maupun pegawai di PT. PALMCOCO LABORATORIES yang telah mengizinkan dan memberi fasilitas terhadap
penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan sebagai bahan dasar penulisan karya ilmiah ini.
7. Khitamul Hasan Dalimunthe seseorang istimewa yang selalu ada baik suka maupun duka dalam setiap keadaan yang memberikan dukungan, motivasi, semangat dan doa.
8. Teman-Teman PKL ( Halomoan barutu dan Bramwell Sitompul ), Dita Ulfie, Lisari Yohana Siregar, Anggi, Sheren Thessalonika, Adinda Mustika, Morry Butarbutar, Veronika Indriani, Oka Vivi dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas dukungan yang diberikan.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan D3 Kimia 2015 yang meberikan saran dan motivasi kepada penulis.
10. Seluruh Adik-adik 2017 yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam membantu menyelesaikan karya ilmiah ini.
11. Dan buat abang-abang alumni yaitu Surya Graha S, Rio Sinaga, Sahat Fernando Bakara dan Sofyan
Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai masukkan bagi penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.Tuhan Memberkati.
Medan, Juni 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ii
PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
PENGHARGAAN vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan 2
1.4. Manfaat 2
1.5. Hipotesis 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit 3
2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit 3
2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit 4
2.1.3. Pengolahan Buah Kelapa Sawit 5
2.2. Minyak Kelapa Sawit 6
2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit 6
2.2.2. Pemurnian Minyak Sawit 7
2.2.3 Pemanfaatan Minyak Sawit 9
2.3. Standar Mutu 10
2.4. Asam Lemak Bebas 10
2.5. Pengolahan Kelapa 11
2.6. Proses Terbentuknya CFAD 12
2.6.1. Proses Pengolahan 12
2.7. Proses Terbentuknya PFAD 13
2.7.1. Proses Pengolahan 13
2.8. Proses Terbentuknya PKFAD 14
2.8.1. Proses Pengolahan 14
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat 16
3.2. Bahan 16
3.3. Prosedur Percobaan 17
3.3.1. Prosedur Pembuatan Larutan KOH 0.0948 N dalam 1000 ml 17 3.3.2. Prosedur Pembuatan Indikator PP 1 % dalam 100 ml 17
3.3.3. Prosedur Analisa 17
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian 18
4.1.1. Data Penelitian Kadar Asam Lemak Bebas pada CFAD 18 4.1.2. Data Penelitian Kadar Asam Lemak Bebas pada PFAD 19 4.1.3. Data Penelitian Kadar Asam Lemak Bebas pada PKFAD 20
4.2. Reaksi dan Perhitungan 21
4.2.1. Reaksi Percobaan 21
4.2.2. Perhitungan 21
4.3. Pembahasan 22
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 23
5.2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 7
dengan Minyak Inti Kelapa Sawit
2.2 Standar Mutu Special Prime Bleach (SPB) 10
Dan Ordinary
2.3 Komposisi Asam Lemak pada PKFAD 15
DAFTAR SINGKATAN
CPO = Crude Palm Oil TBS = Tandan Buah Segar PFAD = Palm Fatty Acid Distillate CFAD = Crude Fatty Acid Distillate
PKFAD = Palm Kernel Fatty Acid Distillate PKO = Palm Kernel Oil
mm = Milimeter
RBD PO = Refined Bleached Deodorised Palm Oil ppm = Part Per Million
C = Celcius
mmHg = Milimeter raksa / milimeter hydragyrum PP = Phenolftalein
KOH = Kalium Hidroksida IPA = Iso Propil Alkohol ml = Mililiter
gr = Gram
N = Normalitas
FFA = Free Fatty Acid BM = Berat Molekul
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Standar Mutu PFAD 38
Lampiran 2 Standar Mutu PKFAD 38
Lampiran 3 Standar Mutu CFAD 38
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Indonesia memilikiberbagaikekayaanalam yang berpotensiuntukdikembangkanmenjadibahanpanganfungsional. Contohnya adalah Kelapa Sawit.
Kelapasawitmerupakantanaman yang dapattumbuhbaik di daerahberiklimtropisdengancurahhujan 2000 mm/ tahundankisaransuhunya adalah 22-32°C.
Saatini 5,5juta ha lahanperkebunankelapasawit di Indonesia yangtelahmemproduksiminyaksawitmentah (CPO) dengankapasitas minimal 16 juta ton per tahundanmerupakanprodusenterbesarkedua di duniasetelah Malaysia. ( Fauzi, Y. 2002)
ProdukutamadariTandanBuah Segar (TBS) kelapasawityaituminyakkelapasawitmentah(
Crude Palm Oil/CPO)danhasilsampingnyadiolahuntukpembuatankosmetikdanminyakgoreng.
Dalampengolahanminyakkelapasawitdanminyakkelapadiperolehbeberapaturunandiantaranya yang pertamayaitu :PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) yang merupakan hasil destilat dari minyak kelapa sawit mentah, yang banyakdigunakansebagaibahancampuranmakananternakdanakhir-
akhirinijugadigunakansebagaibahanbakubiodiesel. Yang kedua adalah : CFAD (Crude Fatty Acid Distillate) merupakan hasil destilat dari minyak kelapa murniyang digunakandalampembuatansabunsepertisabunmandi. Yang ketigaadalah :PKFAD (Palm Kernel Fatty Acid Distillate)merupakan hasil destilat dari minyak inti kelapa sawit yang jugadigunakandalampembuatansabuntapi dalam bentuksabuntransparandanturunanlainnya.
Standarmutumerupakanhal yang pentinguntukmenentukanminyak yang bermutubaik. Ada beberapafaktor yang mempengaruhistandarmutu, yaitu: kandunganasamlemakbebas, kandungan air dankotorandalamminyak, warnadanbilanganperoksida. (Ketaren,1986) .
Asamlemakbebasmerupakansalahsatufaktordaristandarmutudariminyakkelapasawit.
Apabilakadarasamlemakbebasnyatinggimakamutuminyaksawitnyarendah. Hal inidisebabkanolehadanyareaksihidrolisaminyaksawityaknitrigliseridadengan air danasam yang
menghasilkangliseroldenganasamlemakbebas, sehinggamutuminyakkelapa yang mengandungasamlemakbebasdalamjumlah yang tinggitidakdapatditerimaolehkonsumen. Faktor-
faktor yang memepengaruhikadarasamlemakbebaspadaminyaksawitialah:Suhu, Kandungan air, Pengadukandanpelumatanbuah, Kematanganbuah, Lama penyimpanan. (Tambun R,2002)
1.2 Permasalahan
1. Berapa kadar Asam Lemak Bebas dalam Coconut Fatty Acid Ditillate (CFAD), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD)?
2. Apakah kadar Asam Lemak Bebas pada Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD),Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan Palm Kernel Fatty Acid Destillate (PKFAD)memenuhi standar mutu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar Asam Lemak Bebas dalam Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD)
2. Untuk mengetahui apakah kadar Asam Lemak Bebas pada Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD),Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate telah memenuhi standar
1.4 Manfaat
Dengan mengetahui kadar asam lemak bebas dalam Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD)maka dapat diketahui apakah masih memenuhi syarat standar mutu dari minyak tersebut.
1.5 Hipotesis
1. Apakah Asam Lemak Bebas didalam CFAD, PFAD dan PKFAD berada dalam ambang batas?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) berasal dari Afrika Barat dan dikenal di Indonesia sejak tahun 1848, ketika ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman ini merupakan tumbuhan tropis dan tergolong dalam famili Palmae, mulai diusahakan secara komersial dalam skala perkebunan di Sumatera Utara sejak tahun 1911. Sebelumnya mulai dilakukan percobaan penanaman di Muara Enim (1869), Musi Hulu (1870) dan Bitung (1880).
Pada tahun 1939, Indonesia telah menjadi produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Di Malaysia, perusahaan perkebunan kelapa sawit muncul belakangan setelah Indonesia, pada awal pengusahaannyamereka menggunakan bibit kelapa sawit Deli. Adanya perang dunia sampai dengan tahun 1968, menjadikan perkebunan kelapa sawit Indonesia tertinggal oleh Malaysia yang sampai saat ini masih mendominasi pasar internasional minyak sawit.
Perkebunan kelapa sawit selain menghasilkan minyak sawit mentah (CPO;Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit (PKO; Palm Kernel Oil) juga menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dikembangkan sebagai produk setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah jadi meliputi Oleo Pangan (minyak goreng, margarin dan shortening) dan Oleokimia (asam lemak, alkohol dan gliserin). Sedangkan produk jadi terdiri dari sabun dan kosmetika (Basyar, A.H, 1999).
Kelapa sawit yang pada saat itu dibiarkan tumbuh liar di hutan-hutan telah dikenal oleh penduduk Afrika Barat sebagai tanaman pangan yang penting, yang diproses dengan sangat sederhana menjadikan minyak dan tuak sawit. Disamping itu kelapa sawit mulai
diperhitungkan sebagai penghasil produk dagangan sehingga di Eropa mulai muncul Pabrik atau Industri sabun dan margarin yang menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (CPO; Crude palm Oil) dan minyak inti sawit (PKO; Palm Kernel Oil) untuk proses operasionalnya. Oleh karena itu, maka timbullah keinginan para pemilik Industri sabun dan margarin untuk mendirikan Pabrik Minyak Sawit di daerah tersebut (Tim Penulis PS, 1998).
2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal 5 variaetas kelapa sawit, yaitu : 1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung.Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%.Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke negara Timur Jauh. Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal.Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging buah tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menghilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman batina yang steril sebab bungan betina gugur pada fase dini.Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan.Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Duraakan menghasilkan varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera.Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan-perkebunan pada saat ini.
Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi antara 60-96%.Tandan
buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikkawakkafera dan Diwikka-wakkatenera.Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.Rendemen minyak tinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24%, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18%.Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera (Tim Penulis PS, 1998).
2.1.3. Pengolahan Buah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda hal ini dikarenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia empat sampai enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagai periode matang, dimana periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar.
Terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati, semua komponen buah sawit dapat dimanfatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) sedangkan buah sawit diolah menjadi Palm Kernel dan cangkang biji sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.
Ketel uap merupakan suatu bejana yang digunakan sebagai tempat untuk memproduksi uap sebagai hasil pemanasan air pada temperatur tertentu untuk dipergunakan diluar bejana tersebut. Sebagai sebuah unit produksi, Industri Kelapa Sawit memerlukan sumber energi untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan lain yang memerlukan tenaga dalam jumlah besar.
Produk minyak goreng yang keras (stearin) dan lebih cair (olein) dihasilkan dari proses fraksinasi. Fraksinasi minyak sawit dapat dilakukan karena trigliserida didalam minyak mempunyai titik leleh yang berbeda. Trigliserida yang mempunyai titik leleh lebih rendah akan mengkristal menjadi padatan sehinggga memisahkan minyak sawit menjadi fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin). Fraksi yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan penyaringan.
Fraksinasi minyak sawit menjadi olein sawit dan stearin sawit di Indonesia dilakukan dengan dua jenis proses yang dikenal sebagai fraksinasi kering dan fraksinasi basah. Bahan baku yang digunakan dalam pabrik fraksinasi minyak sawit berupa Refined Bleached Deodorised Palm Oil (RBD PO) yang menghasilkan produk utama Refined Bleached Deodorised Palm Olein (RBD PL, olein) dan produk sampingan Refined Bleached Deodorised Palm Stearin (RBD PS, stearin). Fraksinasi kering digunakan untuk memisahkan olein sawit dan stearin sawit dari RBD PO yang diolah secara fisik. RBD PO dialirkan ke proses fraksinasi untuk mendapatkan beberapa olein sawit dan stearin sawit (Pahan, I. 2008).
2.2. Minyak Kelapa sawit
2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis;
kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk cair. Jika terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam proses pengolahan maka akan didapatkan berbagai jenis asam lemak. Masing-
masing bahan kimia tersebut mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga dari bahan itu dapat dikembangkan menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah jadi.
Tabel.2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit Asam Lemak Bebas Minyak kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
Asam kaprilat - 3-4
Asam Kaproat - 3-7
Asam Laurat - 46-52
Asam Miristat 1,1-2,5 14-17
Asam Palmitat 40-46 6,5-9
Asam Stearat 3,6-4,7 1-2,5
Asam Oleat 39-45 13-19
Asam Linoleat 7-11 0,5-2
(Sumber: Eckey, S.W. 1995) di Ketaren 1986 2.2.2. Pemurnian Minyak Sawit
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagau bahan mentah dalam industri.
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bernutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank). Setelah melalui pemurnian yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).
Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak. Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni dan hasil olahan lainnya.
Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap proses sebagai berikut :
1. Netralisasi
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun. Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan.
2. Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak dengan sejumlah adsorben, seperti tanah serap (Fuller Erath), lempung aktif (Activated Clay) dan arang aktif atau dapat juga dengan menggunakan bahan kimia.
Pemucatan minyak dengan bahan kimia banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat warnab diubah menjadi zat tidak berwarna yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak.
3. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum.
Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk bahan pangan.
Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan
pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi; misalnya lemak susu, lemak cokelat dan minyak jagung.
Proses deodorasi pada suhu tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih mudah menguap sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak bersama-sama uap panas. Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorasi dapat disebabkan oleh proses oksidasi, mikroba dan ion logam yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak (Ketaren. S, 1986).
2.2.3. Pemanfaatan Minyak Sawit
Minyak sawit dapat dimanfaatkan diberbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik dan farmasi.
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit. Produksi CPO indonesia sabagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue- kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker. Disamping itu, minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik.
Bentuk olahan pangan lain yang menggunakan bahan baku minyak sawit adalah margarin. Margarin ini dibuat dari campuran olein, minyak inti sawit dan stearin. Di indonesia, kualitas margarin yang dibuat dari seluruh komponen minyak sawit tergolong masih rendah.
Margarin yang berkualitas seperti itu digunakan untuk pabrik roti. Dalam penggunaannya sebagai bahan margarin, minyak sawit masih memiliki kekurangan terutama bila dikonsumsi di daerah dingin.
Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri non pangan. Produk non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin (Fauzi, Y. 2002).
2.3 Standar Mutu
Standar Mutu adalah hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik.
Ada beberapa parameter dalam menentukan standar mutu yaitu kandungan air, kotoran minyak, asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida dari minyak.
Mutu dari Minyak Kelapa Sawit yang baim mempunyai kadar air 0,1 persen dan kadar kotoran minyak lebih kecil dari 0,1 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang dari 2 persen), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas ion logam.
Tabel 2.2 Standar Mutu Special Prime Bleach (SPB) dan Ordinary (Ketaren, 2005)
Kandungan SPB Ordinary
Asam Lemak Bebas 1 - 2 3 – 5
Kadar Air (%) 0.1 0.1
Kotoran (%) 0.002 0.01
Besi ppm 10 10
Tembaga ppm 0.5 0.5
Bilangan Iod 53 ± 1.5 45 – 56
Karotene ppm 500 500 – 700
Tokoferol ppm 800 400 - 600
2.4. Asam lemak Bebas
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan kadar asam lemak bebas ini disebabkan adanyareaksi hidrolisa pada minyak. Reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor-faktor seperti panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang terbentuk.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :
− Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
− Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah,
− Penumpukan buah yang terlalu lama.dan
− Proses hidrolisa selama pemrosesan dipabrik. ( Tim Penulis PS ,1992)
2.5 Pengolahan Kelapa
Proses untuk membuat minyak kelapa secara umum dari daging buah kelapa segar dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a) Proses basah
Pada proses ini dilakukan dengan cara menambahkan air untuk mengekstraksi minyak . Biasanya proses ini dikenal dengan cara tradisional. Pada proses kering ini memiliki modifikasi bahan mentah yang diproses, yaitu daging buah kelapa segar. Bedanya dengan proses kering adalah buah kelapa segar tidak dibuat kopra , melainkan diparut dengan menggunakan mesin
selanjutnya daging buah kelapa parutan ini digoreng selama 30 menit dan dalam keadaan panas dimasukkan dalam expeller untuk diperas minyaknya.
b) Proses kering
Cara yang paling sederhana untuk memperoleh minyak dari kopra adalah dengan membungkus kopra dalam kain , kemudian ditumbuk menggunakan penumbuk dari kayu dan selanjutnya dimasukkan kedalam air mendidih. Minyak akan mengapung dipermukaan dan dapat dipisahkan dari air dengan mengambil minyaknya. Dengan demikian minyak yang diperolehnya hanya sedikit; untuk meningkatkan perolehanminyak , kopra diberi perlakuan penekanan pada wadah yang statis, yang selanjutnya berkembang dengan penggunaan penekan ulir.
2.6 Proses Terbentuknya CFAD ( Coconut Fatty Acid Destillate ) 2.6.1.Proses Pengolahan
Pemurnian minyak dan lemak dilakukan dengan beberapa cara untuk memindahkan kadar zat pengotor dari gliserida sehingga menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi untuk kehidupan. Komponen pengotor meliputi asam lemak , ion logam, produk oksidasi, dan zat yang mudah menguap.
Pemurnian minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara pemurnian secara fisika dan pemurnian secara kimia. Kedua cara ini saling berhubungan dalam pengerjaannya.
Proses pengerjaan dilakukan dengan cara destilasi yang bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas dan komponen yang menguap dari minyak. Proses awal pengerjaannya dilakukan dengan menghilangkan ion logam, kadar pengotor serta unsur fospor.
Pada proses penghilangan lemak, minyak kelapa dipanaskan pada suhu antara 80 – 900 C dengan menambahkan asam posfat yang konsentrasinya antara 0,05 – 0,10 % . Sedangkan pada proses pemucatan, minyak kelapa dipanaskan pada suhu 90 – 950 C. Setelah itu minyak dikeringkan didalam vacum dengan menambahkan jumlah antara tanah pemucat dan karbon aktif ( 10 : 1 ),lalu selanjutnya mengubah bentuk warna dan mengabsorpsi zat pengotornya.
Pemucatan minyak diperoleh dari hasil proses penyaringan , pengepresan, dan pemurnian yang dilakukan dengan berbagai cara .
Proses ini dilakukan pada suhu yang tinggi. Penghilangan bau, proses penghilangan lemak dan pemucatan minyak merupakan proses pemanasan yang dilakukan pada suhu 2400 C, pada proses ini menghasilkan hasil akhir yang bernilai ekonomis. Minyak yang berada dalam mesin pemanas berada dibawah unit kolom operasi yang memiliki tekanan sebesar 600 – 1000 Pa dari 4 bagian pemanas dalam ejektor. Minyak yang diperoleh berada pada bagian bawah dari kolom.
Didinginkan selama 1 – 1,5 h dari proses penghilangan lemak dan materi . Penguapan asam lemak adalah merupakan hasil destilasi dari asam lemak yang disebut dengan CFAD.
Penghilangan bau dari minyak kelapa keluar dari kolom dan setelah itu dilakukan proses pendinginan agar diperoleh pemucatan minyak dari bagian minyak mentahnya. Pendingingan diakhiri dimana temperatur berada pada suhu 40 -50 0C, kemudian ditambahkan Asam nitrit setelah penyaringan. . Untuk memperjelas uraian diatas dapat dilihat pada bagan berikut ini.
2.7Proses Terbentuknya Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) 2.7.1 Proses Pengolahan
Minyak kelapa sawit diekstraksi dari tandan buah segar yang mengandung sejumlah kecil komponen pengotor. Termasuk serabut buah air, asam lemakbebas, fosfolipid, logam berat, produk oksidasi dan senyawa-senyawa yang berbau. Ada dua metode yang digunakan pada proses pemurnian yaitu secara fisika dan kimia. Pada dasarnya ini dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas. Pemurnian secara fisika merupakan proses yang melibatkan beberapa pengujian yang sederhana, sehingga dalam proses ini menghasilkan penghilangan warna maupun bau pada minyak. Proses awal dilakukan dengan menghilangkan lemak pada minyak kelapa sawit, proses awal ini digunakan untuk mencampurkan minyak kelapa sawit dengan asam posfat pekat dan melakukan pembersihan secara adsorpsi dengan menggunakan adsorben. Minyak kelapa sawit dicampur dengan asam posfat (konsentrasinya 0.05 – 0,2% dari minyak), setelah itu dipanaskan pada suhu 90-100ºC lalu didinginkan selama 15-30 menit sebelum dialirkan kedalam alat untuk proses pemucatan, tanah bertindak sebagai adsorben.
Adsorben yang sering digunakan adalah tanah pemucatan dan karbon aktif. Pencampuran tanah pemucatan dan karbon aktif dengan perbandingan 1 : 25 ternyata menaikkan kemampuan daya pemucatan dibandingkan bila tanah pemucatan dan karbon aktif digunakan secara sendiri- sendiri (Pasaribu,2004). Tanah yang digunakan pada proses ini dibutuhkan 0,8%. Proses pemucatan dilakukan dalam vacum pada tekanan 20-25 mmHg dengan suhu dari 95 – 110ºC dengan waktu retensi dari 30 – 45 menit. Adsorben yang digunakan pada proses ini, disaring terlebih dahulu untuk memisahkan lemakKemudian minyak hasil dari proses awal tersebut dilanjutkan pada tahap penghilangan bau yang dilakukan dengan penghilangan asam lemak bebas, lalu minyak hasil dari proses pemucatan dipanaskan pada suhu 240 -270ºC dengan menggunakan pengganti panas sebelum dipompakan pada alat penghilang bau, setelah itu diperhatikan suasana vakum pada tekanan antara 2 – 5 mmHg. Pada kondisi ini asam lemak bebas yang ada dalam minyak hasil dari pemucatan (BPO) didestilasi bersama dengan senyawa- senyawa yang mudah menguap dan menghasilkan hasil ekstraksi seperti aldehil dan keton, dan hasilnya adalah Refined Bleaching Deodorized Palm Oil (RBDPO). Dimana hasil destilat dari RBDPO tersebut adalah Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). (Shahidi,F.,2005).
2.8 Proses Terbentuknya Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD) 2.8.1. Proses Pengolahan
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak murni yaitu pemurnian secara kimia/pemurnian dengan alkali dan pemurnian secara fisik.
Pemurnian minyak mentah secara fisik adalah proses yang paling umum digunakan karena prosesnya lebih sederhana, lebih efisien, kerugian yang lebih rendah, biaya operasi yang lebih sedikit, modal yang dikeluarkan lebih sedikit, dan limbah buangannya lebih mudah ditangani.
Proses awal pengolahan persis seperti pengolahan PFAD, digunakan asam posfat untuk menghilangkan lemak pada minyak kelapa sawit dan melakukan pembersihan secara adsorpsi dengan menggunakan adsorben. Proses pemucatan melibatkan penambahan tanah liat yang diaktifkan (bleaching earth) untuk menghilangkan kotoran yang tidak diinginkan. Pemucatan dilakukan menggunakan suhu 100ºC dan reaksi berlangsung selama setengah jam. Banyaknya tanah yang dibutuhkan biasanya berada pada kisaran 0,5% -1,0%.
Kemudian minyak hasil proses awal tersebut diolah kembali memasuki tahap penghilangan bau, kandungan asam lemak yang jauh tinggi telah dinetralkan. Lalu minyak hasil dari proses pemucatan dipanaskan pada suhu 220-240ºC, vakum pada tekanan 2-5Mbar. Asam lemak bebas yang ada dalam minyak hasil pemucatan distilasi dan dikumpulkan (Bright, 2012).Dimana produk samping yang diperoleh selama proses refining, bleaching, dan deodorization dari biji kelapa sawit adalah Palm Kernel Fatty Acid Distillate (http://repository.wima.ac.id.pdf)
Palm Kernel Fatty Acid Distillate digunakan untuk membuat sabun, produk mandi, dan produk pembersih rumah tangga dan sebagai surfaktan, agen pembersih, pengemulsi dan pembuat busa. Kandungan asam laurat yang tinggi, membuat sabun mandi yang dihasilkan berkualitas yang sangat baik.
Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Pada PKFAD Asam Lemak Jumlah (%)
Kaprilat 3.0 – 5.0
Dekanoat 3.0 – 5.0
Laurat 42 – 55
Miristat 14 – 20
Palmitat 7.0 – 14
Stearat 1.0 5.0
Oleat 2.0 – 1.8
Linoleat 0 – 5.0
Sumber : http://www.sjofartsverket.se/pages/10019/11-3-4.pdf
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat
− Buret Pyrex
− Statif dan Klem
− Timbangan Analisa Kern
− Erlenmeyer Pyrex
− Pipet Tetes
− Pipet Volume Pyrex
− Gelas Ukur Pyrex
− Beaker Glass Pyrex
− Spatula Pyrex
− Tissue Nice
3.2 Bahan
− CFAD
− PKFAD
− PFAD
− Larutan KOH 0,1%
− IPA (Iso Propil Alkohol)
− Indikator Phenolftalein 1% (PP)
− Aquadest
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1. Prosedur Pembuatan Larutan KOH 0.0948 N dalam 1000 ml
− Ditimbang sebanyak 5.3 gr kristal kedalam beaker glass250 ml.
− Dilarutkan dengan aquadest hingga 100 ml.
− Diaduk Larutan sampai Larut
− Dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml
− Dihomogenkan
− Kemudian di pindakan kedalam Botol Reagen
3.3.2 Prosedur Pembuatan Indikator phenolftalein 1 % dalam 100 ml
− Ditimbang sebanyak 1 gr Indikator PP pada beaker glass 100 ml.
− Dilarutkan dengan aquadest sampai 50 ml
− Diaduk larutan sampai larut
− Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas.
− Dihomogenkan.
3.3.3 Prosedur Analisa
− Ditimbang erlenmeyer kosong kemudian di nol kan
− Ditimbang masing-masing sampel sebanyak 0,1 gram
− Ditambahkan ke dalam masing-masing sampel 35 ml IPA (Iso Propil Alkohol) netral
− Ditambahkan ke dalam masing-masing sampel 3 tetes indikator PP 1%
− Ditirasi masing-masing sampel dengan Larutan KOH yang digunakan
− Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali
− Dicatat volume Larutan 0,0948 N KOH yang terpakai
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium PT. PALMCOCO LABORATORIES, maka didapatkan data dalam penentuan Kadar Asam Lemak Bebas data yang di peroleh adalah sebagai berikut :
4.1.1 Data Penelitian Kadar Asam Lemak Bebas pada CFAD Kode Nama BeratSampel
N KOH
Volume KOH FFA (% sebagai FFA (%) Sampe
l Sampel (gr) (ml) AsamLaurat) rata-rata
A
CFAD - I 0,1237 0,094 8
4,80 73,572
73,276 CFAD - II 0,1250 0,094
8
4,84 73,413
CFAD - III 0,1265 0,094 8
4,86 72,842
B
CFAD - I 0,1301 0,094 8
4,96 72,284
73,302 CFAD - II 0,1282 0,094
8
4,92 72,764
CFAD - III 0,1236 0,094 8
4,88 74,858
C
CFAD - I 0,1262 0,094 8
4,86 73,016
73,358 CFAD - II 0,1225 0,094
8
4,72 73,054
CFAD - III 0,1199 0,094 8
4,68 74,006
Keterangan : CFAD – I = Sampel Berasal Dari Rantauprapat CFAD – II = Sampel Berasal Dari Lampung CFAD – III = Sampel Berasal Dari Jambi
4.1.2 Data Penelitian Kadar Asam Lemak Bebas pada PFAD Kode Nama BeratSampel
N KOH
Volume KOH FFA (% sebagai FFA (%) Sampe
l Sampel (gr) (ml) AsamPalmitat) rata-rata
A
PFAD - I 0,1253 0,0948 4,24 82,123
81,668
PFAD - II 0,1217 0,0948 4,06 80,962
PFAD - III 0,1185 0,0948 4,00 81,920
B
PFAD - I 0,1228 0,0948 4,16 82,214
81,891
PFAD - II 0,1216 0,0948 4,12 82,227
PFAD - III 0,1201 0,0948 4,02 81,233
C
PFAD - I 0,1239 0,0948 4,28 83,834
82,855
PFAD - II 0,1214 0,0948 4,16 83,162
PFAD - III 0,1202 0,0948 4,04 81,569
Keterangan : PFAD – I = Sampel Berasal Dari Rantauprapat PFAD – II = Sampel Berasal Dari Lampung PFAD – III = Sampel Berasal Dari Jambi
4.1.3 Data Penelitian Kadar Asam Lemak Bebas pada PKFAD
Kode Nama BeratSampel N
KOH
Volume KOH FFA (% sebagai FFA (%)
Sampel Sampel (gr) (ml) AsamLaurat) rata-rata
A
PKFAD - I 0,1195 0,0948 4,34 68,859
70,874
PKFAD - II 0,1150 0,0948 4,30 70,894
PKFAD - III 0,1098 0,0948 4,22 72,870
B
PKFAD - I 0,1201 0,0948 4,68 73,882
72,059
PKFAD - II 0,1184 0,0948 4,50 72,061
PKFAD - III 0,1177 0,0948 4,36 70,234
C
PKFAD - I 0,1289 0,0948 4,88 71,780
74,297
PKFAD - II 0,1242 0,0948 4,86 74,191
PKFAD - III 0,1193 0,0948 4,84 76,921
Keterangan : PKFAD – I = Sampel Berasal Dari Rantauprapat PKFAD – II = Sampel Berasal Dari Lampung PKFAD – III = Sampel Berasal Dari Jambi
4.2 Reaksi dan Perhitungan 4.2.1 Reaksi Percobaan
4.2.2 Perhitungan
Untuk menghitung kadar Asam Lemak Bebas (free fatty acid) yang terkandung dalam Crude Fatty Acid Distillate (CFAD), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD)dapat menggunakan rumus yaitu :
Perhitungan :
%FFA =𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑥𝑥 𝑎𝑎𝑚𝑚 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑎𝑎𝑎𝑎𝑇𝑇
𝐵𝐵𝐵𝐵𝑇𝑇𝑎𝑎𝑇𝑇 𝑆𝑆𝑎𝑎𝑎𝑎𝑆𝑆𝐵𝐵𝑚𝑚 𝑥𝑥 100 %
Keterangan :
BM AsamPalmitat = 256 BM AsamLaurat = 200 BM AsamOleat = 282 BM AsamStearat = 284
%FFA = 𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑥𝑥 𝑎𝑎𝑚𝑚 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑎𝑎𝑎𝑎𝑇𝑇
𝐵𝐵𝐵𝐵𝑇𝑇𝑎𝑎𝑇𝑇 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑆𝑆𝐵𝐵𝑚𝑚 𝑥𝑥 100 % =200 𝑥𝑥 0.0948 𝑥𝑥 4,80
0,1237𝑥𝑥1000 𝑥𝑥 100%
= 73,572 %
UntukkodesampelPFAD dan PKFAD dapatdihitungseperticaradiatas.
4.3 Pembahasan
Kenaikan Asam Lemak Bebas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, penyimpanan yang telalu lama, cara penimbangan yang kurang teliti dan pemanasan. Cara penimbangan yang kurang teliti dapat menyebabkan naiknya kadar Asam Lemak Bebas karena semakin besar berat suatu sampel saat ditimbang maka semakin besar pula kadar asam lemak bebas yang didapat. Pemanasan dapat menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis pada minyak.
Hasil reaksi hidrolisis pada minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh dari kadar Asam lemak Bebas dari Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah 70% dimana hasil yang didapatkan pada analisa tersebut sesuai dengan standar mutu yang ada yaitu standar mutu kadar asam lemak bebas yang baik minimal 70% (http://futureprelude.com.my/file/file/REFINED%20OIL%20SPEC.pdf)dan pada Palm Fatty Acid Distillate lebih banyak mengandung Asam Palmitat.Pada AnalisaPalm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD) didapatkan hasil keseluruhan kadar Asam Lemak Bebasnya adalah 70% sedangkan jika di bandingkan dengan standar mutu yang berlaku adalah minimal 50%
(http://klagri.com/palm-oil-specifications) dan pada didalam Palm Kernel Fatty Acid Distillate dominan mengandung Asam Laurat. Bisa dikatakan bahwa hasil analisa yang didapatkan dengan standar mutu yang berlaku sangatlah jauh dan hal tersebut dikarenakan seperti beberapa faktor yang telah dijelaskan pada sebelumnya yaitu salah satunya pada saat penimbangan yang kurang teliti dan kurang akurat dimana berat sampel tersebut sangat berpengaruh sekali pada saat perhitungannya nanti yaitu semakin berat suatu sampel saat ditimbang maka hasil kadar asam lemak bebas yang didapatkan juga akan besar. Hasil Analisa ini mengakibatkan kualitas minyak tersebut menjadi kurang bagus. Dan pada Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) didapatkan hasil analisa yaitu 70%. Sedangkan menurut standar mutu yang berlaku kadar Asam Lemak Bebas yang baik adalah minimal 60%. Hasil yang didapatkan pun lumayan jauh dan hal tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yang sebelumnya sudah dijelaskan dan membuat suatu produk minyak tersebut menjadi kurang bagus atau kurang baik dan bukan itu aja jika hasil analisa yang didapatkan berbeda jauh menimbulkan perubahan warna yang berbeda dan yang paling dominan adalah bau dan ketengikan (www.nuansakimia.com/en/coconut-fatty-acid- distillate.html) .
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa kadar Asam Lemak Bebas pada CFAD dari Rantauprapat adalah 73.276 % ; Lampung adalah 73.302 % ; Jambi adalah 73.358 %. Kadar Asam Lemak Bebas pada PKFAD dari Rantauprapat adalah 70.874 % ; Lampung adalah 72.059
% ; Jambi adalah 74.297 %. Dan Kadar Asam Lemak Bebas pada PFAD dari Rantauprapat adalah 81.668 % ; Lampung adalah 81.891 % ; Jambi adalah 82.855 %
Dan Kadar Asam Lemak Bebas Pada CFAD, PKFAD, dan PFAD yang sudah diteliti telah memenuhi standar mutu,dimana %FFA CFAD (Asam Laurat) : 70% min, %FFA PKFAD (Asam laurat) : 60% min, dan PFAD (Asam Palmitat) : 70% min.
5.2 Saran
Diharapkan penelitian selanjutnya untuk menganalisa parameter yang berbeda seperti: Bilangan Iodine, kadar kotoran, bilangan peroksida, bilangan penyabunan dalam Coconut Fatty Acid Distillate, Palm Fatty Acid Distillate, dan Palm Kernel Fatty Acid Distillate.
DAFTAR PUSTAKA
Basyar, A.H. 1999. Perkebunan BesarKelapaSawit. Indonesia : E-law dan Cepas
Fauzi, Y. 2002. KelapaSawitBudidayaPemanfaatanHasildanLimbahAnalisa UsahadanPemasaran.
Jakarta :Penebar Swadaya
Ketaren, S. 1986. PengantarTeknologiMinyakdanLemakPangan. Edisi I.
CetakanPertama UI-Press. Jakarta.
Pahan, I. 2008. PanduanLengkapKelapaSawit. Jakarta :Penebarswadaya.
Tim Penulis PS. 1998. KelapaSawit Usaha Budidaya, PemanfaatanHasil, danAspekPemasaran.
Jakarta :Penebarswadaya.
Bright,Ibeawuchi. 2012. Refining Of Palm Kernel Oil. Enugu State : Caritas University-Press (www.nuansakimia.com/en/coconut-fatty-acid-distillate.html)
(http://klagri.com/palm-oil-specifications)
(http://futureprelude.com.my/file/file/REFINED%20OIL%20SPEC.pdf)
LAMPIRAN
Lampiran 1. PALM FATY ACID DISTILLATE (PFAD)
TEST PARAMETER UNIT SPECIFICATION ANALYSIS METHOD Free Fatty Acid (As.
Palmitic)
% 70.0 min AOCS CA 5a-40
MOISTURE &
IMPURITIES
% 1,0 max AOCS Ca 2e-84
AOCS 3a-46 SAPONIFIABLE
MATTER
% 95 min ( basis 97% ) MPOB p 3.8 ( Future Prelude SDN. BHD )
Lampiran 2. PALM KERNEL FATTY ACID DISTILLATE (PKFAD)
TEST PARAMETER UNIT SPECIFICATION ANALYSIS METHOD Free Fatty Acid (As.
Lauric)
% 50.0 min AOCS Ca 5a-40
MOISTURE &
IMPURITIES
% 1.0 max AOCS Ca 2e-84
AOCS Ca 3a-46 TOTAL FATTY
MATTER
% 95.0 min MPOB p 3.7
( Future Pelude SDN. BHD )
Lampiran 3. COCONUT FATTY ACID DISTILLATE (CFAD)
FFA (As. Lauric) 65% min Moisture & Impurities 2.0% max Iodine Value (WIJS) 15% max Saponification Value 250 min Total Fatty Matters 95% min Acid Value, mgKOH/gr 182 – 205
www.tantuco.com/coconut-fatty-acid-distillate.php