Pembuatan Grease dari Palm Fatty Acid Distillate dengan Variasi Komposisi Base Oil, Thickening Agent dan
Asam Asetat sebagai Zat Aditif
Ryu Indah Pratiwi1*, Robert Junaidi2, Anerasari Meidinariasty3
1,2,3Jurusan Teknik Kimia, Program Studi Teknologi Kimia Industri, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang
*Koresponden email : [email protected]
Diterima: 9 September 2023 Disetujui: 22 September 2023
Abstract
Substitution of petroleum with vegetable oil as a lubricating material is carried out to produce environmentally friendly lubricating oil. One of the vegetable oils that has potential as a lubricant raw material is Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) which is a derivative product of palm oil that has not been utilized as a grease-making material. This study aims to obtain grease characteristics according to SNI and the best NLGI (National Grease Lubricating Institute) level. Materials and tools used are PFAD, NaOH, stearate acid, acetic acid distilled water, measuring cup, mass balance, thermometer stirrer, pycnometer, and hot plate. This study was conducted with the composition between base oil and thickening agent and additives. The best grease obtained in the composition of base oil: thickening agent 80:20 and additives 3.5% with a density of 0.9057 gr/ml, dropping point 98 ° C, penetration 241 mm, and NLGI grade 3.
Keywords: grease, PFAD (Palm Fatty Acid Distillate), NLGI (National Lubricant Grease Institute), base oil, thickening agent, dropping point
Abstrak
Substitusi minyak bumi dengan nabati sebagai bahan pelumas dilakukan untuk menghasilkan minyak pelumas yang ramah lingkungan. Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) menjadi salah satu produk turunan minyak kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan grease. Grease adalah bahan semi padatan campuran antara minyak base oil dengan bahan pengentalnya (Thickening Agent) yang berfungsi mengurangi gesekan dan keausan antara dua bidang yang saling bergesekan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik grease menurut SNI dan mendapatkan tingkat NLGI terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan komposisi antara base oil dan thickening agent dan zat aditif. Grease terbaik yang diperoleh termasuk dalam spesifikasi grease dan parameter kinerja untuk tingkat kualitas NLGI grade A dengan formulasi base oil : thickening agent 80:20 dengan penambahan zat aditif 3,5 ml, densitas 0,9057 gr/ml dan dropping point 98°C yang telah sesuai dengan SNI dengan penetrasi 241 mm yang mengindikasikan grease ke dalam kelas NLGI 3.
Kata Kunci: grease, PFAD (Palm Fatty Acid Distillate), NLGI (National Lubricant Grease Institut), base oil, thickening agent, dropping point
1. Pendahuluan
Saat ini, pelumas komersial umumnya terbuat dari minyak mineral/minyak bumi. Substitusi minyak bumi dengan minyak nabati sebagai bahan baku pelumas dilakukan untuk menghasilkan minyak yang ramah lingkungan [1]. Upaya menjaga lingkungan dan mengurangi kerusakan tanah mendorong industri grease untuk menggunakan minyak nabati sebagai minyak dasar produksinya. Salah satunya minyak nabati yang memiliki potensial sebagai bahan baku pelumas adalah kelapa sawit karena produksinya cukup banyak. Keuntungan dari bio-pelumas dari minyak sawit dibandingkan dengan minyak mineral/ bumi adalah ramah lingkungan, terbarukan, dan terurai secara hayati [2].
Turunan minyak sawit khususnya gliserol dan asam oleat dapat dikembangkan sebagai bahan baku produksi pelumas sintetik [3]. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memproduksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 44,76 juta ton pada tahun 2020. Jumlah tersebut dihasilkan dari lahan seluas 11,99 juta hektar (ha). Pengolahan CPO menjadi produk untuk diolah lebih lanjut memberikan nilai tambah yang tinggi. Produk olahan berbahan dasar CPO dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu pangan dan non pangan. Makanan terutama minyak goreng dan margarin. Produk non nutrisi khususnya produk minyak kimia yaitu ester, asam lemak, surfaktan, gliserin dan turunannya. Menanggapi permasalahan tersebut produksi lemak perlu dikembangkan, karena ini mungkin merupakan solusi strategis yang tepat
untuk pengembangan turunan minyak sawit mentah [4]. PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) merupakan hasil samping dari CPO (Crude Palm Oil) atau penyulingan minyak sawit yang banyak mengandung asam lemak bebas (ALB), kandungan ALB yang cukup tinggi yaitu sebesar 83% sehingga dapat digunakan bahan baku pembuatan grease dengan cara saponifikasi terhadap asam lemak untuk menjadikan minyak sebagai base oil [5]. Berikut karakteristik pada Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteritik PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)
Parameter Rata- rata
Asam Lemak Kadar air
Bahan tidak tersabunkan Bilangan Penyabun
83,3 0,08
2,5 198 Sumber : Moridho, (2019) [6]
Pada penelitian sebelumnya pembuatan grease atau grease pelumas telah menggunakan beberapa minyak nabati seperti yang telah dilakukan oleh [7] yang membuat grease dengan menggunakan minyak biji alpukat sebagai base oil dan thickening agent NaOH serta zat aditif berupa fenol, gliserol, asam stearat dan aquades. Karakteristik grease didapat dengan densitas 0,845 gr/ml penetrasi 243, titik leleh (dropping point) 242˚C serta NLGI konsistensi pada tingkat 3. Sedangkan [6] mengganti base oil menggunakan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) sebagai base oil dan zinc stearat sebagai thickening agent dengan densitas yang diperoleh 0.83 gr/ml, dropping point 95˚C dengan konsistensi NLGI pada tingkat 6. Base oil diganti dengan menggunakan minyak biji karet dengan bantuan thickening agent NaOH yang menghasilkan grease dengan dropping point sebesar 125˚C dan NLGI konsistensi pada tingkat 3 [8], mengganti base oil dengan menggunakan minyak jarak menghasilkan densitas yang telah sesuai dengan yang dipasarkan yaitu 0.082 gr/ml dan dropping point mencapai 118˚C dimana berdasarkan teori bahwa pelumas padat memiliki batas minimum yaitu 80 ˚C serta parameter unjuk kerja pelumas padat tingkat mutu NLGI GA SNI 06-7069-8- 2005 [9].
Densitas suatu grease dipengaruhi oleh penggunaan logam pada campuran thickening agent [10].
Peningkatan dropping point dapat sebabkan oleh agen pengompleks yang digunakan pada campuran thickening agent dengan asam asetat yang dicampurkan dengan sabun kalsium [2]. Sedangkan dalam penelitian yang menggunakan minyak jelantah sebagai base oil dan kalsium kompleks sebagai thickening agent. Hasil yang didapat adalah karakteristik grease yang gelap, berserat akibat penambahan asam asetat dan bertekstur lembut. Penggunaan complexing agent pada thickener menjadi salah satu tujuan untuk meningkatkan dropping point [11]
Penggunaan minyak sawit dalam produksi lemak dan minyak bertindak sebagai pengganti komponen minyak dasar dan pengental. Minyak sawit yang digunakan berupa Palm Fatty Acid Distillate (PFAD).
PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) merupakan produk sampingan selama pemurnian CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit yang tinggi kandungan asam lemak bebas (ALB). PFAD meliputi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Pada suhu kamar, PFAD yang mengandung asam lemak jenuh terbentuk dalam bentuk padat atau majalah. Disisi lain, untuk asam lemak tak jenuh, PFAD dalam keadaan cair. Selama ini pemanfaatan PFAD masih sangat terbatas yaitu sebagai bahan baku pembuatan sabun kadar rendah [12]. Berikut komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh yang terdapat pada PFAD pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh dalam PFAD Asam lemak Komposisi (%) berat Jenis Asam Lemak
Miristat 0,95 – 1,5 Jenuh
Palmintat 42,9 – 51,0 Jenuh
Stearat 4,1 – 4,9 Jenuh
Oleat 32,8 – 39, 8 Tak jenih
Asam Linoleat 8,6 – 11,3 Tak jenuh
Sumber : Dharmoko, (2003) [12]
Warna grease yang cerah direkomendasikan karena memberikan tampilan yang bersih, tekstur lembut dan berserabut serta drop yang tinggi dibandingkan dengan grease yang berwarna gelap, sehingga dapat memperpanjang umur grease saat digunakan [19]. Berdasarkan penelitian–penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penulis ingin melakukan penelitian terhadap pembuatan grease dengan mengganti
base oil berupa PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dengan tujuan ingin mendapatkan spesifikasi grease yang sesuai dengan standar, minat pasar dan karakteristik terbaik dengan menggunakan campuran Logam Na yang mempunyai harga lebih murah dari litium serta penambahan asam asetat sebagai bahan pengompleks untuk kinerja dari grease.
2. Metode Penelitian
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya. Sebagian analisa dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) Jakarta Selatan.
2.2 Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) yang berasal dari Produk samping minyak sawit dari PT Sinar Alam Permai (Wilmar Group) Banyuasin Sumatera Selatan, NaOH, Asam stearat, aquades dan Asam asetat
2.3 Rancangan Penelitian, Variabel dan Kondisi Proses
Variabel proses yan digunakan antara lain variabel tetap berupa suhu 120°C, kecepatan pengadukan 650 rpm selama 2 jam dan variabel bebas berupa variasi base oil dan thickening agent (90:10,80:20,70:30,60:40)% serta variasi penambahan zat aditif berupa asam asetat (3,3,5 dan 4)% dari berat total.
2.4 Prosedur
2.4.1 Pembuatan Grease
Menyiapkan PFAD sebanyak 90 gram kemudian di panaskan dengan suhu 70°C sambil dilakukan pengadukan dengan kecepatan 350 rpm kemudian menambahkan thickeninga agent yang berasa dari campuran asam stearat dan NaOH sebanyak 10 gram serta menambahkan asam asetat sebanyak 3,5% dari berat total bahan yang masuk. Kemudian menaikkan suhu hingga 130° dan menaikkan kecepatan menjadi 650 rpm selama 120 menit. Melakukan homogenasi dengan menurunkan suhu dari 130°- 35°C sambil dilakukan pengadukan dengan kecepatan 650 rpm.
2.5 Uji Analisa Grease
Grease yang dihasilkan harus stabil kualitasnya, sehingga harus dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui kualitas grease itu sendiri. Kualitas grease ditentukan berdasarkan beberapa parameter pengujian. jenis dan jumlah pengental serta densitas grease, warna dan struktur diamati secara visual serta ketahanannya berupa dropping point dan konsistensi (penetrasi) [17]. Uji analisa grease dilakukan dengan menggunakan parameter analisa yaitu, Penetrasi (ASTM D217), Dropping point (ASTM D566) [20,21]
dilakukan di Laboratorium Balai Pengujian Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) Jakarta selatan dan densitas dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya.
3. Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini hasil yang didapat berupa data dan gambar produk, yang kemudian dilakukan pengolahan data berupa: pernyataan (komentar), tabel dan grafik.
3.1 Pengaruh Perbandingan Variasi Terhadap Densitas
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai dari densitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh komposisi thickening agent. penelitian menggunakan logam Li-Ca sebagai thickening agent menghasilkan densitas sebesar 0,79 – 0,95 gr/ml [10], Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh [6] densitas yang dihasilkan di pengaruhi oleh banyak thickening agent yang digunakan dimana densitas grease yang dihasilkan berkisaran antara 0,83 - 0,95 gr/ml, sedangkan densitas minimum grease komersial adalah sebesar 0,82 gr/ ml [3]. Pada penelitian ini densitas grease yang dihasilkan memiliki kecenderungan meningkat pada seiring dengan penambahan komposisi thickening agent seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Hubungan komposisi base oil: thickening agent dan zat aditif terhadap densitas Sumber : Penulis (2023)
Terlihat pada Gambar 1 diatas semakin tinggi komposisi thickening agent dan jumlah zat aditif yang ditambahkan maka semakin tinggi pula densitas yang dihasilkan. Densitas terendah terdapat pada variasi base oil : thickening agent ( 90 : 10) dengan zat aditif 3 ml yaitu 0,879 gr/ml sedangkan densitas tertinggi terdapat pada variasi base oil thickening agent (60 : 40) dengan zat aditif 4 ml yaitu 0,9497 gr/ml. Kenaikan densitas ini dipengaruhi juga oleh densitas logam yang digunakan yaitu Natrium yang berasal dari Natrium Hidroksida dengan densitas sebesar 2,13 gr/ml dan juga densitas dari asam asetat yang digunakan sebagai zat aditif yang memiliki densitas 1,05 gr/ml sehingga semakin banyak asam asetat yang digunakan volumenya maka densitasnya juga akan semakin besar [11].
3.2 Pengaruh Perbandingan Variasi Terhadap Dropping Point
Dropping point merupakan temperatur dimana grease mulai mencair dan menetes jatuh yang mengindikasikan jika temperaturnya tinggi maka grease tersebut dapat mempertahankan strukturnya [3].
Gambar 2. Hubungan antara komposisi base oil, thickening agent dan zat aditif terhadap dropping point Sumber : Penulis (2023)
Dari Gambar 2 di atas terlihat bahwa semakin berkurang komposisi dari base oil dan meningkatnya jumlah zat aditif yang ditambahkan akan berbanding lurus dengan temperatur yang dihasilkan. Dropping point tertinggi terdapat pada komposisi perbandingan Base oil : thickening agent 60 : 40 dengan penambahan zat aditif 4ml sebesar 105°C dan terendah berada pada komposisi 90 : 10 dengan penambahan
zat aditif 3 % sebesar 74°C. Dropping point minimum yang diperbolehkan berdasarkan SNI 06-7069.8- 2005 adalah 80°C [3] sehingga grease yang memenuhi standar adalah grease yang memiliki dropping point diatas 80°C sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh [6] dropping point yang dihasilkan 87°C - 95°C sedangkan dropping point pada grease yang menggunakan Li-Ca sebagai thickening agent sebesar 70 °C - 105°C [10]. Semakin tinggi dropping point grease maka semakin baik dalam mempertahankan kondisi fisiknya, hal ini sesuai dengan SNI 06-0769.8-2005, spesifikasi grease serta parameter kinerjanya [6,13,14].
Peningkatan dropping point semakin tinggi saat komposisi thickening agent dan zat aditif ditambahkan disebabkan oleh logam yang dan juga asam asetat yang digunakan, dimana asam asetat dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul zat padat lainnya. Ini dapat menyebabkan molekul-molekul zat padat saling terikat lebih erat, sehingga memerlukan lebih banyak energi untuk melepaskan ikatan-ikatan ini dan membuat dropping point menjadi lebih tinggi [6,8].
3.3 Pengaruh Perbandingan Variasi Terhadap Penetrasi
Penetrasi atau konsistensi adalah suatu sifat yang menunjukkan kekerasan suatu grease, yang ditentukan dengan uji penetrasi menggunakan alat khusus yang disebut One Quarter Scale Cone Equipment atau Penetrometer [16] Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian nilai penetrasi grease menunjukkan tren semakin mengecil seiring dengan perubahan komposisi grease yang artinya terjadi kenaikan nilai konsistensi pada grease yang dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Hubungan antara komposisi base oil, thickening agent dan zat aditif terhadap Penetrasi Sumber : Penulis (2023)
Penetrasi menyatakan sifat konsistensi atau kekerasan dari suatu grease. Berdasarkan grafik pada Gambar 3 pengaruh penambahan komposisi thickening agent dan zat aditif menghasilkan angka penetrasi yang semakin menurun. Nilai penetrasi terbesar terdapat pada komposisi base oil : thickening agent (90:10) dengan zat aditif 3 ml sebesar 270 mm. Sedangkan nilai penetrasi terkecil terdapat pada komposisi base oil : thickening agent (90:10) dengan zat aditif 4 ml sebesar 200 mm. Nilai penetrasi pada penambahan zat aditif 4 ml rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan penambahan zat aditif 3 ml. Hal ini sebabkan karena konsistensi grease sangat dipengaruhi oleh mikrostrukturnya yang semakin banyak logam digunakan dan semakin lama pengadukan, selain itu juga kandungan asam linoleat (C18) yang mengandung atom karbon membuat grease yang dihasilkan semakin keras sehingga dapat meningkatkan konsistensi dari suatu grease [8].
Selain itu zat aditif berupa asam asetat yang digunakan sebagai antioksidan yang dapat mempengaruhi karakteristik grease tidak hanya oksidasi tetapi juga kekerasan dan dropping point [15].
Penurunan nilai penetrasi ini disebabkan karena semakin menurunnya komposisi dari PFAD [6]. Nilai penetrasi yang dihasilkan telah sesuai dengan konsistensi grease oleh NLGI (National Lubricating Grease Institut). Berdasarkan Tabel 3 di baawah ini Komposisi Base oil : thickening agent (90:10) dengan penetrasi (265-270 mm) termasuk dalam NLGI 2, Komposisi Base oil : thickening agent (80:20) dan (70:30) dengan penetrasi (221-249 mm) termasuk dalam NLGI 3 dan komposisi Base oil : thickening agent (60:40) dengan penetrasi (200-205 mm) termasuk ke dalam NLGI 4.
Tabel 3. Tingkat Konsistensi grease oleh NLGI (National Lubricant Grease Institut) NLGI Penetrasi Pada suhu 25°C (0,1mm)
( Metode ASTM D-217)
Konsistensi
000 445-475 Semi cair
00 400-430 Semi cair
0 355-385 Semi cair
1 310-340 Lembut
2 265-295 Grease Normal
3 220-250 Semi padat
4 175-205 Semi padat
5 130-160 Semi padat
6 85-115 Keras
Sumber : Lansdown, A. R (2007) [ 18]
3.4 Pengaruh Variasi Komposisi Terhadap Keadaan Visual Grease
Grease memiliki warna yang bervariasi tergantung pada komposisi bahan yang digunakan sehingga komposisi base oil (minyak dasar), thickening agent (bahan pengental), dan zat aditif dalam grease dapat berpengaruh signifikan terhadap keadaan visual grease, yaitu penampilan dan konsistensi fisik dari produk grease [19].
Gambar 4. Perbandingan tekstur pada variasi komposisi base oil : thickening agent (a) 90:10 (b) 80:20 (c) 70:30 (d) 60:40
Sumber : Penulis (2023)
Gambar 5. Perbandingan grease hasil penelitian komposisi base oil:
thickening agent (80:20) dengan variasi zat aditif (a) 3% (b) 3,5 % (c) 4%
Sumber : Penulis (2023)
Berdasarkan Gambar 4 yang merupakan hasil dari pembuatan grease dengan perbandingan komposisi base oil : thickening agent yang berbeda-beda. Perbandingan komposisi grease antara base oil, thickening agent memang sangat berpengaruh. Semakin banyak thickening agent yang digunakan maka konsistensi grease yang dihasilkan semakin baik. Sedangkan berdasarkan Gambar 5 penambahan zat aditif yang berasal dari asam asetat menyebabkan perubahan warna pada pembuatan grease seperti yang terlihat pada komposisi (80:20) base oil : thickening agent , semakin banyak zat aditif yang ditambahkan maka warna grease yang dihasilkan semakin gelap.
3.5 Perbandingan grease hasil penelitian dan grease komersial
Untuk mengetahui performa dari grease yang dibuat, maka hasil uji secara keseluruhan dibandingkan dengan kemampuan dari grease komersial merek bulgari. berikut Tabel 3 dan Gambar 7 hasil pengujian
yang dibandingkan dengan komposisi grease (80:20) base oil: thickening agent dengan zat aditif 4% yang telah mendekati SNI.
Tabel 4. perbandingan grease hasil penelitian dan grease komersial
Perbandingan Grease hasil penelitian Grease komersial (Bulgari) Densitas
Dropping point Penetrasi Klasifikasi NLGI Warna
Tekstur
0,87 - 0,94 gr/ml 77°C - 105 °C 200– 270 mm
2,3 dan 4
Kuning - Coklat kehitaman Sedikit berserat
0, 85 gr/ml 199 °C 240 mm
3
Kuning transparan berserat Sumber : Penulis (2023)
Gambar 7. Perbandingan (a) grease hasil penelitian (b) grease komersial (bulgari) Sumber : Penulis (2023)
Terlihat dari Tabel 4 dan Gambar 7 di atas bahwa grease penelitian yang diperoleh hampir mendekati grease komersial dalam sifat dan kinerjanya. Walaupun nilai drop point dari grease penelitian ini sangat jauh dibandingkan dengan grease komersial, hal ini disebabkan karena bahan dasar dari gemuk komersial tersebut menggunakan minyak bumi. Minyak bumi mempunyai kandungan hidrokarbon yang lebih tinggi dibandingkan minyak nabati, sehingga dapat membentuk ikatan yang lebih kuat antara molekul minyak dengan bahan pengentalnya [16]. Penggunaan grease tersebut disesuaikan dengan kebutuhan, lingkungan dan kondisi kerja, artinya grease yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan pada peralatan yang tidak menghasilkan panas terlalu banyak, sehingga grease hasil penelitian ini dapat digolongkan sebagai grease melumasi bagian cassis atau rangka kendaraan.
4. Kesimpulan
Grease yang dihasilkan telah melewati serangkaian uji mutu sesuai dengan spesifikasi karakteristik dan parameter unjuk kerja yang diatur dalam tingkat mutu NLGI dan SNI 06-706-8-2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi terbaik yang ditemukan adalah dengan perbandingan 80:20, yang kemudian diperkaya dengan penambahan zat aditif sebesar 3,5%. Selain itu, grease ini memiliki karakteristik densitas sebesar 0,9057 gr/ml, yang sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). Dropping point dari grease ini mencapai suhu 98°C, juga memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan dalam standar tersebut. Nilai penetrasi sebesar 241mm menunjukkan bahwa grease ini masuk ke dalam golongan NLGI (National Lubricant Grease Institute) No 3, yang menegaskan kualitas dan kinerjanya. Grease ini merupakan produk berkualitas tinggi yang memenuhi standar nasional dan internasional dalam industri pelumasan.
5. Daftar Pustaka
[1] M. L. Hakim, E. Hambali, and D. Styaningsih, “Formulasi Pembuatan Biogrease Dengan Base Oil Epoksi RBDPO,” Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 31 (3): 364-370 ISSN: 0216-3160 EISSN:
2252-3901, 2021.
[2] E. Hambali and N.I.A Puspita, “Epoxidation of Palm Olein as Base Oil for Calcium Complex Bio Grease,” International Journal of Oil Palm, ISSN: 2599-3496 Volume 4, Number 1 hal 22-30, 2021.
[3] I.B. Dharmawan and M. Ichwan, “Analisa Pemanfaatan Limbah B3 Pelumas Oli Bekas Sebagai Alternatif Pelumas Padat (Grease),” SNITT, Politeknik Negeri Balikpapan, ISBN : 978-602-51450- 3-2, 2021.
[4] Y. W. Mirzayanti, K. Udyani, A. M. Parikesit, V. D Utamy, “Konversi PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) Menjadi Biodiesel dengan Katalis p-TSA, ” Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, 2010.
[5] D. Noviati, “Pra Rancangan Pabrik Biodiesel Dari Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) Dengan Kapasitas 130.000 Ton/Tahun”, Skripsi. Fakultas Teknik, Unversitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2021.
[6] Moridho, R. Imelza, Sukmawati, P. P. Lestari, “Optimasi Rasio Zink Stearat Sebagai Sabun Logam Dan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) Pada Pembuatan Pelumas Padat (Grease).” Jurusan Teknik Kimia – Institut Teknologi Medan, 2019.
[7] M. Daya, I. Gurning, Sukmawati, P. P. Lestari, “Optimasi Rasio Sabun Logam Natrium Dan Minyak Biji Alpukat Terhadap Karakteristik Pelumas Padat (Grease),” Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Volume III, Nomor 1, Hal 1-6 e-ISSN 2615-3378, 2019
[8] P.A. Yolanda, Irdoni, Bahrudin, “Pembuatan Grease dari Minyak Biji Karet: Pengaruh Campuran LiOH NaOH dan Rasio Base Oil:Thickening Agent Terhadap Karakteristik Grease,” Fakultas Teknik, Universitas Riau, 2020.
[9] S. Lestari, Irdoni, Nirwana, “Pembuatan grease dari minyak biji karet: mempelajari pengaruh campuran LiOH-Ca(OH)2 dan rasio base oil,” Jom FTEKNIK. 6(2):1-7, 2022.
[10] Sukmawati, and T. H. Jatmiko, “Optimasi Rasio Palm Fatty Acid Destilate (PFAD) dan Sabun Logam Pada Pembuatan Pelumas Padat (grease) Biodegradable,” ITM. Medan, 2018.
[11] L. Ni’mah and N. Maharani,”Pembuatan Sabun Kalsium Kompleks Sebagai Thickener Pelumas Padat (Grease) Dari Minyak Jelantah,” Jurnal konversi volume 11 No 1 ISSN : 2255-7311, 2022.
[12] S. Dharmoko, D.N. Eka, Elishabeth, J,”Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya,” Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, 2003
[13] Sukmawati, P. P. Lestari, E. Yusnita, “Pemanfaatan Minyak Jarak Sebagai Base Oil Dalam Pembuatan Pelumas Padat (Grease) Untuk Industri Otomotif,” Journal Of Chemistry, Education, And Science, 2022.
[14] P. Lestari and Sukmawati, “Pembuatan sabun logam campuran (Al-Ca) sebagai thickener pelumas padat (grease) dari palm fatty acid distillate (PFAD),” SEMNASTEK UISU. 2(1):49-52, 2019.
[15] T. Yanto, R. Naufalin and Erminawati, “Karakteristik Pelumas Food Grade Grease Berbahan Dasar Minyak Sawit Dengan Tambahan Antioksidan,” Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2018] 1-8, 2018.
[16] M. Fibria, C. Yuliani, T. Purnami, “Pembuatan Gemuk Lumas Bio Menggunakan Thickener Berbasis 12-hsa Produksi Lokal,” Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi, Vol. 50 No. 1, hal:
21 – 27, 2016.
[17] Miyazaki, “Grease Base Oil And Grease Composition Containing Said Grease Base Oil,” United States Patent.Us, 11,441,091 B2, 2022.
[18] A.R. Lansdown, “Lubrication A Practical Guide to Lubricant Selection. A Practical Guide, Third Edition, London: Professional Engineering Publishing Limited. Pergamon Press.United Kingdom, 2007.
[19] H. Arif, “Pengaruh Penambahan Zat Aditif Pada Grease Ramah Lingkungan Terhadap Sifat Fisik Dan Tribology,” Diploma thesis, Universitas Andalas, 2019.
[20] American Society for Testing Material (ASTM), “ASTM D217.Standard Test Methods for Cone Penetration of Lubricating Grease” Pennsylvania (US) American Society for Testing Material, 2002.
[21] American Society for Testing Material (ASTM), “ASTM D566 Standard Test Methods for Dropping Point of Lubricating Grease”. Pennsylvania (US): American Society for Testing Material, 2002.