BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan secara menyeluruh mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan asuhan pada bayi baru lahir. Asuhan kebidanan ini dilakukan untuk mendeteksi dini komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan asuhan pada bayi baru lahir dengan melakukan pengkajian secara menyeluruh, menentukan diagnosa secara tepat, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai dengan kebutuhan ibu, serta melakukan rujukan dengan tepat (Yulianingtiyas, 2016).
Area pelayanan bidan yaitu meliputi kehamilan dan persalinan normal. Fokus utama bidan adalah memberikan informasi, pendidikan kesehatan seputar kehamilan dan persalinan, dan dukungan. Perempuan hamil yang sehat mempunyai hak untuk memperoleh persalinan normal, seorang ibu/perempuan berhak memeriksakan kehamilannya terhadap kelahiran normal. Bidan memfasilitasi persalinan sesuai dengan konsep kebidanan dan memberikan asuhan persalinan fisiologis yang berkualitas (IBI, 2012).
Kehamilan normal dapat berubah menjadi kehamilan patologi, maka dari itu sebagai seorang bidan, untuk menapis adanya risiko tersebut yaitu dengan melakukan deteksi dini adanya komplikasi-komplikasi yang
terjadi pada ibu dan janin. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin yaitu meliputi perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum maupun nyeri perut bagian bawah dan ketuban pecah dini.
(Walyani & Purwoastuti. 2015). Dilihat dari rekam medik Bidan Praktik Mandiri Bidan N pada bulan Februari hingga Maret, dari 26 ibu bersalin 5 diantaranya mengalami ketuban pecah dini.
Agar terhindar dari ketuban pecah dini, maka ibu hamil dianjurkan untuk mengurangi aktifitas yang berat, menghindari goncangan, mengkonsumsi banyak vitamin C, melakukan kebiasaan hidup sehat dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat, minum cukup dan olahraga yang teratur (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Cakupan pelayanan ibu hamil K4 secara nasional mengalami penurunan, namun cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami kenaikan. Pelayanan antenatal memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tatalaksana dini komplikasi yang dapat timbul pada saat persalinan (SDKI, 2012).
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R dengan Ketuban Pecah Dini di BPM Bidan N di Cianjur”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.R di BPM bidan N?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di BPM Bidan N
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny.R pada saat kehamilan b. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny.R pada saat persalinan
dengan ketuban pecah dini
c. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny.R pada saat masa nifas d. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny.R pada saat bayi baru
lahir
e. Menyampaikan kesenjangan teori dan praktik D. Manfaat
1. Teoritis
Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan tentang asuhan kebidanan komprehensif di BPM Bidan N
2. Praktis a. Profesi
Hasil studi kasus ini dapat sebagai masukan bagi profesi bidan dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat dan tentunya dapat memberikan tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi dunia kebidanan.
b. Institusi Pendidikan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif dalam asuhan kebidanan komprehensif.
c. Klien
Agar klien mendapatkan pelayanan kebidanan berkualitas terutama asuhan kebidanan secara komprehensif.
E. Keaslian Laporan Tugas Akhir
Penulis menjamin bahwa laporan tugas akhir ini mengenai
“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.R di BPM Bidan N Kabupaten Cianjur 2018” ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan dibuktikan dengan adanya persetujuan klien yang terlampir dalam laporan ini. Laporan studi kasus ini dilakukan pada periode bulan Maret- Mei 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, kehamilan normal dapat berlangsung 40 minggu atau 280 hari. Kehamilan terbagi ke dalam 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 sampai minggu ke 27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 sampai 40 minggu) (Saifuddin, 2013).
2. Perubahan Fisiologi
1) Perubahan pada Sistem Reproduksi
Dengan terjadinya kehamilan, maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin di dalam rahim (Manuaba, 2010). Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi diantaranya adalah :
a) Rahim atau Uterus
Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. Hormon estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, dan hormon progesteron berperan dalam elastisitas uterus.
b). Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah (hipervaskularisasi) karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks) (Manuaba, 2012). Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih asam, keasaman berubah dari 4 menjadi 6,5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentang terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur (Tyastuti, 2016).
c). Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu. Setelah 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen (Tyastuti, 2016).
2) Perubahan pada Payudara
Menurut Tyastuti (2016) payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somatomammotropin.
Fungsi hormon dalam mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI antara lain :
a) Estrogen
Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara dan menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak membesar.
b) Progesteron
Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi dan menambah jumlah sel asinus.
c) Somatomammotropin
Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin, menimbun lemak sekitar alveolus payudara, dan merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.
3) Perubahan pada Sirkulasi Darah Ibu
Dijumpai perubahan peredaran darah pada Ibu hamil, diantaranya :
a) Volume Darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu.
b) Sel Darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.
c) Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Di samping itu, terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu.
d) Sistem Pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat, sehingga dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, dan konstipasi yang disebabkan oleh progesteron.
e) Traktus Urinarus
Karena pengaruh turunnya kepala bayi pada hamil tua, maka terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing.
Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air semakin lancar sehingga pembentukan air seni pun akan bertambah. Filtrasi glomerulus akan bertambah sekitar 69%-70%. Pada kehamilan
ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan urin.
f) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi semakin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI. Kebutuhan karbohidrat meningkat sapai 2300 kal/hari, apabila karbohidrat kurang maka mengambil cadangan lemak ibu untuk memenuhi kebutuhan.
g) Perubahan berat badan dan IMT
Peningkatan berat badan pada trimester II dan III merupakan petunjuk penting tentang perkembangan janin.
Peningkatan berat badan pada ibu hamil yang mempunyai BMI normal (19,8 – 26) yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada trimester pertama dan 0,4 kg perminggu. Perubahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan BB (berat badan) dan TB (tinggi badan) ibu sebelum hamil (BB/IMT) (Tyastuti,2016).
3. Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil
Trimester tiga sering di sebut sebagai periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Trimester ketiga merupakan waktu untuk persiapan kelahiran dan persiapan menjadi orangtua. Biasanya ibu menjadi lebih protektif terhadap bayi, ibu mulai memilih nama untuk
bayinya, mulai membeli pakaian-pakaian untuk bayi dan semua fikiran ibu difokuskan pada perawatan bayi. Sejumlah kekuatan muncul pada trimester ketiga, ibu mulai merasakan cemas dengan kehidupan bayinya dan kehidupannya sendiri. Untuk menghindarkan dari fikiran negatif biasanya ibu menyibukkan diri dengan hal-hal yang lebih positif.
Pada trimester ini ibu mulai merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang proses kelahiran (Walyani, 2015).
4. Kebutuhan Dasar ibu Hamil
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) kebutuhan dasar pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
1) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia termasuk pada ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen, maka ibu hamil perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Latihan nafas melalui senam hamil b. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi c. Makan tidak terlalu banyak
d. Kurangi atau hentikan merokok
e. Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti asma dan lain-lain.
2) Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan-makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi, meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada sewaktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhar, seharusnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi dan minum cairan yang cukup (menu seimbang).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susanti, Rusnoto &
Aisyah (2013) bahwa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi kejadian pantangan makanan adalah dengan memberikan pengertian serta penyuluhan bahwa pantangan makanan yang mengandung gizi dapat menyebabkan gizi ibu hamil terganggu. Ibu hamil pun dilarang minum jamu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati & Ariawan (2012) menyimpulkan bahwa ibu yang mengonsumsi jamu selama hamil mempunyai risiko 7 kali lebih besar untuk melahirkan bayi asfiksia.
Dilarang minuman keras atau merokok karena akan membahayakan kandungan. Apabila memang dibutuhkan untuk minum obat, tanyakan caranya kepada petugas kesehatan.
3) Eliminasi
Ibu hamil cenderung sering BAK, karena terjadi pembesaran uterus yang mendesak kandung kemih, sehingga kapasitasnya berkurang. Selain itu, ibu hamil pun sering mengalami konstipasi karena adanya pengaruh homon progesteron yang mempunyai efek santai pada otot polos, salahsatunya anus dan desakan usus oleh pembesaran janin pun menyebabkan bertambahnya konstipasi.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan air, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong.
4) Personal Hygiene
Kebersihan pada hamil harus selalu djaga, bu danjurkan untuk mandi 2 kali sehari, karena ibu hamil cenderung mengeluarkan banyak keringat. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian, karena serngkal mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.
5) Mobilisasi
Menurut Kusyanti, dkk (2012) mobilisasi pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
a. Pakailah sepatu dengan hak yang rendah/tanpa hak dan jangan terlalu sempit.
b. Posisi tubuh saat mengangkat beban, dalam keadaan tegak dan pastikan beban terfokus pada lengan.
c. Tidur dengan posisi kaki ditinggikan.
d. Duduk dengan posisi punggung tegak.
e. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi secara bergantian untuk mengurangi ketegangan otot.
6) Istirahat/tidur
Terdapat perubahan fisik pada ibu hamil salahsatunya adalah beban berat pada perut, terjadi perubahan sikap tubuh.
Tidak jarang ibu mengalami kelelahan. Oleh karena itu, istirahat dan tidur sangat dianjurkan bagi ibu hamil (Sulistyawati &
Nugraheny, 2009). Jika kesulitan tidur karena ibu merasa tidak nyaman atau gelisah maka ibu dianjurkan tidur berbaring miring ke kiri dengan posisi berbaring miring dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterin dan oksigenasi fetoplasental dan merupakan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur (Asrinah, 2010).
7) Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil. Imunisasi TT sebaiknya diberikan pada ibu hamil dengan umur kehamilan antara tiga bulan sampai satu bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal empat minggu.
8) Seksual
Menurut Tyastuti (2016) hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah :
a) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut.
b) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga kemungkinan dapat terjadi partus prematurus
c) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin.
d) Pada pasangan berisiko, hubungan seksual dengan memakai kondom supaya dilanjutkan, untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
5. Ketidaknyaman pada Kehamilan Trimester III a. Peningkatan frekuensi berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester ketiga terjadi ketika penurunan bagian terendah janin masuk ke dalam panggul dan menimbulkan tekanan pada kandung kemih secara langsung. Uterus yang membesar atau bagian presentasi uterus mengambil ruang di dalam rongga panggul sehingga ruang untuk distensi berkemih lebih kecil yang mengakibatkan timbulnya keinginan berkemih. Satu-satunya metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi berkemih adalah menjelaskan mengapa hal
tersebut terjadi dan mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam agar tidak mengganggu pada saat tidur (Rini Inggar, 2017).
6. Senam Hamil
Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukan untuk ibu hamil. Senam hamil berfungsi untuk melancarkan sirkulasi darah, menambah nafsu makan, membuat pencernaan lebih baik serta tidur menjadi nyenyak (Kusyanti, dkk, 2012).
Wanita hamil yang melakukan senam hamil akan mengalami risiko persalinan lebih kecil daripada yang tidak melakukan senam hamil dan sedikit yang memperoleh tindakan medis seperti penggunaan oksitosin, persalinan dengan forceps, dan seksio sesarea dan lebih dari 85%
persalinan pervaginam tanpa komplikasi serta lama persalinannya lebih singkat. Langkah-langkah senam hamil adalah sebagai berikut:
a. Periksa keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital b. Atur posisi senyaman mungkin
c. Anjurkan ibu rileks dan mengatur nafasnya
d. Melakukan senam hamil di ruangan yang tenang dan nyaman e. Melakukan senam hamil selama 30menit
f. Mengulanginya minimal 1 minggu sekali
g. Duduk tegak bersandar ditopang kedua tangan, kedua tungkai kaki diluruskan dan dibuka sedikit, seluruh tubuh lemas dan rileks.
h. Gerakkan kaki kiri jauh ke depan , kaki kanan jauh ke belakang.
Lalu sebaliknya, lakukan selama 8 kali.
i. Gerakkan kaki kanan dan kiri bersama-sama jauh ke depan dan ke belakang
j. Gerakkan kaki kanan dan kiri bersama sama kea rah dalam sampai ujung jari menyentuh lantai, lalu gerakkan kedua kaki ke arah luar.
k. Putarkan kedua kaki bersama-sama kekanan da ke kiri masing- masing 4 kali.
l. Angkat kedua lutut tanpa menggeser kedua tumit dan bokong, tekankan kedua tungkai kaki ke lantai sambal mengerutkan otot dubur, lalu Tarik otot-otot perut sevelah atas simfisis ke dalam (kempiskan perut) kemudian rileks kembali. Lakukan sebanyak 8 kali.
Latihan Inti
1. Latihan pembentukan sikap tubuh
a. Berbaring terlentang, kedua tangan disamping badan, kedua kaki ditekuk pada lutut dan rileks.
b. Angj\kat badan dan bahu, letakkan dagu di atas dada melihatlah ke arah vulva. Pertahankan hingga beberapa saat, lalu kembali ke sikap semula dan santailah. Latihan ini diulang 8 kali dengan interval 2 menit.
2. Latihan kontraksi relaksasi
a. Tidur terlentang kedua lengan di samping badan kedua kaki lurus lemaskan seluruh tubuh lakukan pernafasan secara teartur dan berirama.
b. Tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara katupkan rahang, kerutkan dahi, tegangkan otot-otot leher, kepalkan kedua tangan, tegangkan bahu, tegangkan otot-otot perut, kerutkan anus
tegangkan kedua tungkai kaki dan tahan nafas, setelah beberapa saat kembali ke sikap semula
3. Latihan pernafasan
a. Tidur terlentang, kedua lutut dipegang oleh kedua lengan, (posisi litotomi) dan rileks.
b. Buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya. Lalu tutup mulut. Latihan mengejan shan mengejan seperti buang air besar ke arah bawah dan depan. Setelah lelah mengejan, kembali ke posisi semula. Latihan ini diulang 4 kali dengan interval 2 menit.
4. Latihan Penenangan dan Rileksasi
a. Berbaring miring kea rah punggung janin, misalnya ke kiri, maka lutut kanan diletakkan di depan lutut kiri keduanya di tekuk. Tangan kanan ditekuk di depan badan, sedangkan tangan kiri dibelakang badan.
b. Tenang, lemaskan seluruh badan mata ditutup, hilangkan semua suara yang mengganggu, atasi tekanan. Lakukan selama 5 menit.
c. Tutup mata dan tekukkan semua persendian d. Lemaskan seluruh otot-otot badan termasuk muka.
e. Pilihlah tempat yang tenang atau tutuplah mata dan telinga.
f. Pusatkan fikiran pada suatu titik, misalnya pada irama pernafasan.
Pilihlah posisi relaksasi yang paling klien suka seperti osisi terlentang kedua kaki lurus, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, berbaring miring atau posisi relaksasi sedang duduk,
yaitu dengan duduk menghadap sandaran kursi dalam posisi membungkuk, kedua kaki ke lantai, kedua tangan diatas sandaran.
7. Pijat Perineum
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wewet Savitri, dkk (2014) pijat perineum pada saat antenatal dimulai dari kehamilan 35 minggu akan mengurangi kemungkinan trauma perineum yang memerlukan jahitan. Pijat perineum bermanfaat untuk menghilangkan nyeri perineum setelah persalinan. Pijat perimeum yang dilakukan sejak bulan-bulan terakhir kehamilan menyiapkan jaringan kulit perineum lebih elastis sehingga lebih mudah meregang. Selain itu, meningkatkan elastisitas vagina untuk membuka, sekaligus melatih ibu untuk aktif mengendurkan perineum ketika ia merasakan tekanan saat kepala bayi lahir, hal ini dapat mengurangi robekan perineum, mengurangi pemakaian episiotomi, dan mengurangi penggunaan alat bantu persalinan lainnya.
Langkah-langkah pijat perineum menurut Vitria (2017) antara lain sebagai berikut:
1. Memotong pendek kuku akan mencegah luka pada kulit atau rasa tidak nyaman pada tubuh.
2. Mencuci tangan hingga bersih dengan sabun dan air. Jangan sampai kuman masuk ke jalan lahir. Jadi, pastikan mencuci tangan dengan benar sebelum memulai.
3. Posisi ibu. Jika ibu melakukan pemijatan sendiri, posisinya adalah berdiri dengan satu kaki menapak dilantai dan satu kaki diangkat diletakkan dikursi. Gunakan ibu jari untuk memijat. Jika di pijat oleh pasangan, posisi ibu sebaiknya setengah berbaring, sangga punggung, leher, kepala, dan kedua kaki dengan bantal. Regangkan kaki, kemudian simapn bantal dibawah setiap kaki. Gunakan jari tengah dan telunjuk atau kedua jari telunjuk untuk memijat.
4. Ibu dapat menggunakan cermin untuk pertama kali guna mengetahui daerah perineum tersebut.
5. Menggunakan sarung tangan selama pemijatan untuk menjaga perineum tetap bersih dan higienis.
6. Gunakan minyak. Oleskan minyak pijat yang hangat yaitu minyak gandum yang kaya vitamin E, minyak sayur atau sweet almond, minyak zaitun pada telapak tangan dan perineum. Lakukan pemijatan sebelum mandi pagi dan sore.
7. Masukkan ibu jari tangan ke dalam vagina sekitar 3-4 cm (maksimal 7 cm) dengan posisi ditekuk, dan jari lainnya di luar perineum. Tekan ke bawah kemudian menyamping pada saat bersamaan. Peralahan-lahan coba regangkan daerah tersebut sampai ibu merasakan sensasi panas (slight burning).
8. Pijatlah dengan lembut bawah vagina, pijatlah membentuk huruf ‘’U’’
dengan menggerakkan ibu jari atas dan ke bawah berulang-ulang.
Cobalah untuk menenangkan otot-otot selama melakukan pijatan ini.
Lakukan gerakan ini selama dua hingga tiga menit.
9. Ulangi pijatan dan menghabiskan waktu 5 hingga 6 menit untuk memijat hingga selesai. Mungkin akan memakan waktu hingga berminggu-minggu hingga menyadari daerah perineum sudah lebih elastis.
10. Setelah pemijatan selesai lakukan kompres hangat pada jaringan perineum selama kurang lebih 10 menit dengan hati-hati. Kompres hangat akan meningkatkan relaksasi otot dan terbukti bersifat melindungi perineum.
B. Konsep Dasar Teori Persalinan 1. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan keluarnya janin, plasenta, dan selaput- selaput dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan peregangan serviks sebagai akibat dari kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur. Awalnya kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk dilalui oleh janin dari rahim ibu. (Rohani, dkk, 2011)
Sedangkan menurut Walyani & Purwoastuti (2015) mengatakan bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam.
2. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Menurut Damayanti, dkk (2014) tanda persalinan sudah dekat yaitu sebagai berikut:
1) Lightening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadinya penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul.
2) Terjadinya His Permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Adanya perubahan kadar hormone esterogen dan progesterone menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his permulaan.
3) Tanda Masuk dalam Persalinan
a. Terjadinya his persalinan, ciri-cirinya seperti:
(1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan
(2) Sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan biasanya terjadi pada 2 kali dalam 10 menit selama 40 hingga 50 detik
(3) Terjadinya pengeluaran lendir darah dan terjadinya perubahan serviks
(4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan maka kekuatannya bertambah.
b. Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan:
(1) Pendataran dan pembukaan
(2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kranalis servikalis terlepas
(3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun ternyata tidak tercapai, maka persalinan akan diakhiri dengan tindakan tertentu misalnya ekstraksi vakum atau section caesaria. Normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih dan tidak berbau (Walyani &Purwoastuti (2015).
d. Menurut buku Kesehatan Ibu dan Anak bahwa tanda-tanda persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut:
(1) perut mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin lama
(2) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban dari jalan lahir.
Menurut Damayanti, dkk (2014) bahwa tanda masuk dalam persalinan yaitu sebagai berikut:
(1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan his biasanya terjadi pada 2 kali dalam 10 menit selama 40 hingga 50 detik
(2) Terjadinya perubahan serviks, pengeluaran lendir darah, dan keluar air-air.
3. Tahapan Persalinan
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) tahapan persalinan adalah sebagai berikut:
1) Kala 1
Waktu untuk pembukaan servik sampai pembukaan lengkap (10 cm). dalam kala 1 dibagi menjadi dua fase yaitu sebagai berikut:
a. Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap. Pada fase ini biasanya berlangsung selama 8 jam, mulai dari pembukaan1 cm hingga 3 cm.
b. Fase Aktif
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
(2) Serviks membuka dari 4 cm hingga 10 cm`
(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin (4) Berlangsung selama 6 jam.
2) Kala II
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga keluar.
Ciri-ciri kala 2 adalah sebagai berkut:
1. His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2 hingga 3 menit sekali.
2. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektors
3. Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB 4. Anus membuka
Lama kala 2 pada primigravida dan multigravida yaitu:
a. Primipara kala 2 berlangsung 1,5 jam sampai 2 jam b. Multipara kala 2 berlangsung 0,5 jam sampai 1 jam
Menurut penelitian Larosa Putri (2009) terdapat perbedaan lama persalinan antara primipara dan multipara. Menurut Kemenkes RI (2013) dari pembukaan lengkap hingga bayi lahir 1 jam pada multipara dan 2 jam pada primipara Kala III
Kala tiga adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta setelah bayi lahir. Seluruh proses ini biasanya berlangsung 5 sampai 30 menit setelah bayi lahir. Menurut William (2016) Tanda-tanda pelepasan plasenta, adalah sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah mendadak dan singkat
Prinsif manajemen aktif kala tiga, adalah sebagai berikut:
a. Pemberian suntikan okstosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir (10 IU intramuskular pada 1/3 bagian atas paha luar).
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali c. Massase fundus uteri segera setelah plasenta lahir.
3) Kala IV
Tahap ini digunakan untuk pengawasan terhadap bahaya perdarahan, pengawasan ini biasanya dilakukan selama dua jam.
Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari jalan lahir, tapi tidak banyak yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang di sebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Sedangkan menurut William (2016) selama 2 jam masa nifas diperlukan pengawasan sebagai berikut:
1. Tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan darah yang keluar setap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua.
2. Massase uterus untuk membuat kontraksi menjadi baik
3. Pantau suhu tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca persalinan
4. Nilai perdarahan
4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah sebagai berikut:
a. Passage (Jalan Lahir) Jalan lahir terbagi atas :
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
b. Bagian lunak seperti otot-otot, jaringan-jaringan, ligament- ligament.
b. Power His dan Mengejan
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
a. His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut di dapat dari
“pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.
Pada waktu kontraksi, otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat sebagai berikut:
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan 3) Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion kearah segmen bawah rahim dan serviks. His memiliki sifat sebagai berikut:
a. Involutir b. Intermiten c. Terasa sakit d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
Perubahan-perubahan akibat his adalah sebagai berikut:
(1) Pada uterus dan servik yaitu uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauteri naik serta menyebabkan servik menjadi mendatar (affacement) dan terbuka (dilatasi).
(2) Pada ibu yaitu rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi uterus dan ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
(3) Pada janin yaitu pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenta kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis, jika benar-benar terjadi hipoksia
janin yang lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160 permenit, tidak teratur.
Pembagian dan sifatnya adalah sebagai berikut:
1) His palsu atau pendahuluan a) His tidak kuat, tidak teratur b) Dilatasi serviks tidak terjadi 2) His pembukaan kala I
a) His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap (10cm)
b) Mulai makin teratur dan sakit
3) His pengeluaran atau his mengejan kala II
a) Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama b) His untuk mengeluarkan janin
c) Koordinasi bersama antara his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament.
4) His pelepasan uri kala III
a) Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
5) His pengiring kala IV
a) Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang) pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.
b. Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang menentukan yakni passenger (janin), passage ( jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
c. Passanger
Passanger terdiri dari:
(1) Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetik dan kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal antara lain sebagai berikut:
a. Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus, janin macrosomia.
b. Kelainan pada letak kepala yaitu presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput.
c. Letak janin yaitu letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat).
d. Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir.
e. Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakan ke segala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam.
f. Letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.
(2) Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta yaitu waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus uteri menjadi sedikit di bawah pusat, karena pengecilan rahim. Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir.
(3) Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, air ketuban berfungsi sebagai
bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar.
4. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan
Menurut Walyani (2015) sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang komplek. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor yang megakibatkan persalinan. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar hormone eterogen dan progesterone. Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus.
Menurun kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1 sampai 2 minggu sebelum persalinan. Kadar progesterone dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga kehamilan aterm. Plasenta menjadi matang dengan matangnya usia kehamilan. Vili koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar esterogen dan progesterone menurun. Keadaan uterus yang semakin membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter., sehingga plasenta akan mengalami degenerasi.
Berkurangnya nutrisi pada janin, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
5. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan (1) Asuhan pada kala I persalinan
Asuhan yang diberikan selama kala I persalinan yaitu memonitor kemajuan persalinan dengan partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenangkan serta mendukung selama persalinan merupakan ciri dari asuhan kebidanan.
Dukungan tersebut antara lain:
a. Lingkungan
Lingkungan harus dipastikan agar orang yang masuk ke dalam ruangan persalinan bisa sesedikit mungkin dan harus diarahkan untuk menjaga suasana yang santai dan hening.
b. Pendamping persalinan
Dukugan persalinan kala I dapat diberikan dengan cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk mendampingi selama proses persalinan seperti suami, keluarga, atau teman dekat dan dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu. Dukungan yang membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat fisik dan emosional. Dukungan tersebut juga meliputi beberapa aspek perawatan seperti menggosok punggung ibu
atau memegang tangannya, mempertahankan kontak mata, diberikan kepastian bahwa ibu yang berada dalam persalinan tidak akan ditinggal sendirian (Rohani, dkk, 2011).
c. Mobilitas
Ibu dianjurkan untuk mengubah posisi dari waktu ke waktu agar merasa nyaman dan mungkin persalinan akan berjalan lebih cepat karena ibu merasa menguasai keadaan.
Rasa sakit akibat kontraksi akan semakin terasa sesuai dengan bertambahnya pembukaan serviks. Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman. Ada beberapa posisi tertentu yang dapat membantu mengurangi rasa sakit, misalnya posisi duduk, bersandar ke depan, berlutut ke depan, mengurut punggung atau bersandar pada suami (Rohani, dkk, 2011). Dalam mengatur posisi yang nyaman ibu dapat dibantu oleh pendamping persalinan menurut Walyani & Purwoastuti (2015) bahwa ibu dianjurkan untuk berjalan agar membantu proses turunnya bagian terendah janin, dan berbaring miring ke kiri untuk memberi rasa santai, nyaman, tenang dan memberikan oksigenasi yang baik ke janin).
d. Pemberian Informasi
Suami harus diberikan informasi selengkapnya tentang kemajuan persalinan dan perkembangannya selama proses persalinan. Setiap pengobatan atau intervensi yang mungkin dan akan dilakukan harus dijelaskan terlebih dahulu. Ibu dan suami dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
e. Teknik Relaksasi
Menurut Varney (2008) usapan pada punggung menunjukkan perhatian terhadap wanita sekaligus menjamin kehadiran orang lain selama usapan pada punggung diberikan.. pemberian tekanan eksternal pada tulang belakang menghilangkan tekanan internal pada tulang belakang oleh kepala janin sehingga mengurangi nyeri. Didukung penelitian yang dilakukan oleh Dwienda, dkk (2015) bahwa pemberian metode pijat efektif dalam mengurangi nyeri pada persalinan kala 1. Penelitian tersebut pun didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari & Astuti (2017) bahwa ada pengaruh massase punggung terhadap pengurangan nyeri persalinan kala 1 fase aktif.
Menurut Damayanti (2015) bahwa ada hubungan antara teknik pernafasan dengan kemajuan persalinan,
sehingga kemajuan persalinan berjalan dengan lancar, tenang dan dapat mengendalikan rasa sakit. Penelitian tersebut pun didukung dengan penelitian Lestari (2015) bahwa ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap respon adaptasi nyeri pada ibu inpartu kala 1 fase aktif.
f. Dorongan Semangat
Bidan harus berusaha memberikan dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinanya. Sebagian besar wanita akan mencapai suatu tahap dimana mereka merasa tidak bisa melanjutkan lagi proses persalinanya dan merasa putus asa. Hanya dengan beberpa kata yang diucapkan secara lembut setiap kontraksi atau beberapa kata pujian non verbal, sering sudah cukup memberi semangat.
Ibu dibuat merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuat kemajuan besar biasanya akan merespon dengan terus berusaha (Rohani, dkk, 2011).
g. Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat banyak. Bila memungkinkan ibu bisa mandi dan mengganti pakaiannya. Baju yang bersih dan terbuat dari bahan katun akan membuat ibu merasa nyaman (Rohani, dkk, 2011).
h. Memantau Kemajuan Persalinan
Memantau kemajuan persalinan adalah untuk menentukan apakah persalinan dalam kemajuan normal.
Pada fase laten maupun aktif tekanan darah dipantau setiap 4 jam sekali, suhu badan setiap 4 jam fase laten dan 2 jam pada fase aktif, nadi setiap 30 menit sekali pada fase laten dan fase aktif, denyut jantung janin dan kontraksi setiap 1 jam pada fase laten dan setiap 30 menit pada fase aktif, dan pembukaan serviks dipantau setiap 4 jam sekali pada fase laten maupun fase aktif (Walyani & Purwoastuti, 2015).
i. Pemberian Asupan Makanan dan Minuman
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) bahwa asupan makanan dan minuman pada ibu bisa menghindari dehidrasi, karena jika terjadi dehidrasi dapat memperlambat kontraksi menjadi kurang efektif.
j. Membantu pemenuhan eliminasi
Ibu dianjurkan untuk tidak menahan buang air kecil maupun buang air besar. Hal ini sesuai dengan teori Walyani & Purwoastuti (2015) bahwa anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering jika kandung kemih penuh, karena kandung kemih yang penuh dapat memperlambat turunnya
bagian terendah janin, menimbulkan rasa tidak nyaman, meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.
(2) Asuhan pada kala II persalinan
Asuhan yang diberikan pada kala II meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Menganjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarga/suami selama proses persalinan dan kelahiran bayinya.
b) Menganjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan.
c) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan atau kelahiran bayi.
d) Membantu ibu memilih posisi yang aman saat meneran.
e) Menganjurkan ibu untuk meneran hanya bila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran pada saat pembukaan sudah lengkap.
f) Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan.
g) Memberikan rasa aman dan semangat serta tentemkan hatinya selama proses persalinan berlangsung.
h) Keadaan hidrasi pada kala II persalinan dipengaruhi oleh hilangnya cairan melalui kulit dalam bentuk keringat dalam kala II persalinan. Wanita dapat berkeringat banyak karena usaha meneran. Oleh karena itu, bidan harus
tanggap terhadap kondisi pasien. Jika tidak ada keinginan untuk meneran, tawarkan ibu untuk minum.
i) Jika pembukaan sudah legkap, tetapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman. Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung yaitu bernapas melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut, pantau kondisi ibu dan janin kemudian catat dalam partograf
(3) Asuhan pada kala III Persalinan
Secara fisik ibu dalam kala ini mengalami suatu keadaan yang lelah setelah proses persalinan. Adapun kebutuhan ibu pada kala III menurut Sulistyawati &
Nugraheny (2010) yaitu:
a) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.
b) Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.
c) Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan.
d) Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu
kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
e) Bebas dari rasa tidak nyaman akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air ketuban.
f) Hidrasi.
Menurut penelitian Nowa Hilwah (2012) manajemen aktif kala tiga terdiri atas intervensi yang direncanakan yaitu untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan mencegah perdarahan pada postpartum dengan menghindari atonia uteri.
(4) Asuhan pada kala IV persalinan
Menurut Rohani, dkk (2011) secara umum dapat disimpulkan bahwa asuhan dan pemantauan kala IV adalah sebagai berikut:
a) Periksa fundus, tanda vital, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembukuh darah untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan.
b) Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah terjadinya dehidrasi. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
c) Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu pada posisi yang nyaman.
d) Biarkan bayi berada di dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
e) Segera setelah persalinan bayi langsung diberikan ASI, menyusui dapat membantu uterus berkontraksi.
f) Jika perlu ke kamar mandi, saat ibu dapat bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dua jam pasca persalinan.
g) Ajarkan ibu dan keluarga mengenai cara memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi, tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi.
6. Asuhan Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini 1. Pengertian
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu (Kemenkes RI, 2013).
Keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Setelah ketuban pecah biasanya disusul oleh persalinan. Pada kehamilan aterm 90% terjadidalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 sampai 34 minggu 50% persalinan 24 jam. (Sarwono, 2013).
Keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu (William, 2016). Menurut Hastuti, dkk (2016) ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Hal ini sejalan dengan penelitian Widyana (2016) ia mendefinisikan kpd merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Selain itu menurut penelitian Wiadnya, dkk (2016) mendefinisikan ketuban pecah dini sebagai pecahnya ketuban secara spontan pada saat sebelum inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda inpartu. Sedangkan menurut penelitian Sepdwiana (2013) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten).
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Maryunani & Puspita (2013) faktor risiko ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
a. Kehamilan multipel
b. Riwayat kehamilan preterm sebelumnya c. Perdarahan pervaginam
d. PH vagina diatas 4,5
e. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban f. Flora vagina abdominal
g. Fibronectin > 50 mg/ml
h. Kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stres psikologis dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
i. Inkompetensi serviks j. Polihidramnion
k. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya l. Trauma
m. Serviks tipis atau kurang dari 39 mm, serviks yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu
n. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tahir dkk (2012) bahwa faktor risiko terjadinya ketuban pecah dini adalah aktivitas fisik, riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya dan kehamilan kembar, sedangkan hubungan seksual merupakan faktor protektif terjadinya ketuban pecah dini, dimana hubungan seksual yang dilakukan pada saat hamil tidak menyebabkan ketuban pecah dini.
Menurut penelitan yang dilakukan oleh Aisyah dan Oktarina (2012) ketuban pecah dini lebih sering tejadi pada multipara, hal ini disebabkan karena secara anatomi sebagian besar kondisi serviks ibu bersalin
multipara sudah membuka akibat proses persalinannya yang lalu sehingga tidak bisa menahan dan melindungi selaput ketuban baik terhadap trauma maupun terhadap infeksi, seiring dengan tuanya kehamilan selaput ketuban akan mengalami pematangan dan penipisan, keadaan ini akan menyebabkan selaput ketuban mudah pecah.
3. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila saat duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Maryunani & Puspita, 2013).
4. Patofisiologi
Menurut Prawirohardjo (2013), ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, dan solusio plasenta.
5. Penegakan Diagnosa
Pemeriksaan yang mendukung diagnosa ketuban pecah dini (Sarwono, 2013) yaitu:
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.
d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban sudah pecah.
e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam menentukan usia kehamilan (melalui pengukuran diameter biparietal, sirkumferensia tubuh janin, dan panjangnya femur) , letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi.
6. Komplikasi
Menurut Sarwono (2013), komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini adalah dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio caesaria atau gagalnya persalinan normal.
7. Penatalaksanaan Medis a. Konservatif:
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin 3) Umur kehamilan kurang 37 minggu
4) Antibiotik profilaksis dengan amoksilin 3x500 mg selama 5 hari 5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin
6) Jangan melakukan pemeriksaan dalam vagina kecuali ada tanda- tanda persalinan
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin
8) Bila dalam 3x24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
b. Aktif:
1) Bila di dapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila di temukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan
2) Induksi atau akselerasi persalinan
3) Lakukan seksio sesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan
4) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
c. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban:
1) Pakai pembalut handuk yang bersih untuk mengatasi pengeluaran cairan ketuban
2) Tenangkan diri jangan bergerak terlalu banyak, lebih baik berbaring dengan pinggang yang diganjal supaya lebih tinggi untuk mengurangi pengeluaran cairan ketuban
d. Pimpinan persalinan:
1) Persalinan dapat dilakukan secara spontan, vacum extraksi, forceps extraksi, embriotomi bila anak sudah meninggal, dan sectio sesarea bila ada indikasi obstetric.
2) Bila anak belum viable (kurang dari 37 minggu) penderita istirahat di tempat tidur, pemberian obat antibiotika profilaktik spasmolitika dan roborantia dengan tujuan mengundur waktu sampai anak viable 3) Bila anak sudah viable dilakukan induksi persalinan 6-12 jam,
berikan antibiotika profilaktik.
C. Konsep Teori Nifas 1. Pengertian
Masa nifas adalah masa dimana beberapa jam setelah lahirnya plasenta hingga 6 minggu setelah persalinan. Selama proses pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis, sebenarnya sebagian bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan dengan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Yanti & Sundawati, 2011).
2. Kunjungan Nifas
Menurut Astuti, dkk (2015) asuhan pada masa nifas terbagi menjadi sebagai berikut :
1) Asuhan Nifas 2-6 jam Pertama Setelah Persalinan
Asuhan nifas pada minimalnya 2-6 jam pertama setelah persalinan sangat penting untuk menilai apakah terjadi perdarahan yang lebih banyak, agar dapat dilakukan tindakan segera, memeriksa bayi untuk pertama kali untuk memastikan bahwa bayi tetap terjaga kehangatannya dan diberi ASI. Pemeriksaan fisik dan penilaian dilakukan untuk memastikan keadaan ibu mengenali tanda-tanda risiko untuk deteksi dini ibu dan bayi sebagai upaya untuk mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik dan Penilaian 2-6 Jam Ibu Postpartum
Parameter Penemuan Normal Penemuan Abnormal
Kesehatan umum - Keadan ibu sadar sepenuhnya dan memberikan perhatian kepada bayinya
- Letih
- Ibu ingin makan dan minum
- Terlalu letih, lemah
- Ibu tidak mau makan minum setelah 2-3 jam
- Ibu tidak
memberikan
perhatian terhadap bayinya
- Ibu tidak mau menyusui bayinya Tanda-tanda vital - Tekanan darah
<140/90 mmHg, dapat terjadi kenaikan dari saat persalinan 1-3 hari pasca salin
- Suhu tubuh <38
- Denyut nadi 60- 10 x/menit
- Tekanan darah
>140/90mmHg
- Suhu tubuh >38C
- Denyut nadi >10 x/menit
Uterus - Tetap keras,
kontraksi baik
- Tidak bertambah besar
- Tinggi fundus tidak diatas ketinggian segera saat masa pasca salin
- Lembek
- TFU melebihi tinggi saat segera pasca salin
- Serviks tampak di vagina
Lochia - Merah hitam (lokia rubra)
- Bau biasa
- Tidak ada bekuan darah atau butir- butir darah beku (ukuran jeruk kecil)
- Jumlah
perdarahan sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 2- 4 jam)
- Merah terang
- Bau busuk
- Mengeluarkan darah beku
- Perdarahan banyak (ganti pembalut dalam beberapa menit sampai 2 jam)
- Perdarahan telah berhenti, tetapi ibu mengalami
kehilangan banyak darah setelah persalinan
Kandung kemih Bisa buang air kecil Ibu tidak bisa buang air kecil setelah 4 jam
Jalan lahir Tidak terjadi robekan pada jalan lahir
Ibu merasa nyeri dibagian jalan lahir atau terdapat hematoma di dalam vagina
Sumber : Astuti, dkk (2015)
Tujuan asuhan pada ibu nifas antara lain adalah sebagai berikut:
Mencegah Perdarahan Hebat
Setelah persalinan merupakan hal yang normal jika dari jalan lahir ibu mengeluarkan darah seperti pada saat menstruasi. Tindakan yang perlu dilakukan yaitu memeriksa uterus setiap 15 menit selama 1 jam berikutnya dan memeriksa denyut nadi dan tekanan darah setiap 15 menit selama 1 jam, kemudian setiap 1 jam dalam 4 jam berikutnya.
(1) Membantu Agar Uterus Lembek Berkontraksi
Bila uterus teraba lembek, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa kandung kemih
Kandung kemih yang terlalu penuh dapat menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik, maka ibu perlu dibantu untuk buang air kecil.
b. Masase uterus
Secara perlahan, tangan diletakkan diatas fundus uteri dan masase dengan gerakan berputar sambal menekan fundus selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2 menit, jika lembek, ulangi masase ibu.
(2) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
Isapan bayi dapat merangsang pengeluaran oksitosin.
Oksitosin dapat membuat uterus menjadi berkontraksi atau menjadi keras. Hal ini dapat mengurangi atau mencegah perdarahan. Penelitian yang dilakukan oleh Fahriani, dkk (2014) bahwa faktor yang terbukti mempengaruhi pemberian ASI ekslusif adalah dukungan keluarga, pengetahuan ibu yang benar tentang ASI ekslusif, konseling ASI dari petugas kesehatan dan faktor psikis ibu. Didukung oleh Amalia (2016) pula bahwa memang benar ada hubungan antara stress dengan kelancaran ASI.
(3) Merawat Kebersihan Jalan Lahir
Ibu perlu diberikan penjelasan agar selalu menjaga kebersihan tubuh dan mengganti pembalutnya secara teratur.
Ibu pun perlu diajarkan cara membersihkan daerah genital dengan air dan sabun setiap kali buang air kecil dan buang air besar dari atas (bagian depan) ke bawah daerah anus.
(4) Mengosongkan Kandung Kemih
Kandung kemih akan penuh setelah melahirkan. Ibu dianjurkan untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama pascasalin. Semakin lama urin tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi akibat tidak mobilisasi dini yang sempurna (Febriyani, 2015).
(5) Memberi Minum dan Makan
Ibu dianjurkan untuk makan dan minum setelah melahirkan dengan makanan yang bergizi. Penelitian oleh Nugraheni & Dyah (2014) bahwa kebutuhan gizi yang harus terpenuhi selama masa nifas adalah memperbanyak makan makanan seperti nasi, lauk, sayur, buah, tambahan vitamin dan makan tidak ada pantangan yang berguna untuk memperlancar ASI, mempercepat pemulihan dan kebutuhan gizi tercupi. Ibu dianjurkan untuk sering minum pada beberapa jam pertama.
(6) Mengenali Tanda-tanda Bahaya
Tanda-tanda bahaya yang perlu mendapat perhatian yaitu perdarahan hebat, mengeluarkan gumpulan darah, pusing, lemas yang berlebihan, suhu tubuh ibu >38֯C, nyeri
perut atau lokia berbau dan kejang-kejang. Bila terdapat satu atau lebih tanda bahaya tersebut, maka iberada dalam bahaya, tetapi masih bisa ditolong. Tentukan tindakan yang tepat, bila tidak segera rujuk ke rumah sakit.
2). Asuhan Nifas 2-6 Hari Pertama Setelah Persalinan
Pemeriksaan fisik terfokus kunjungan hari ke-2 sampai hari ke 6 yaitu sebagai berikut:
a. Tanda-tanda Vital
Mencakup pemeriksaan suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
b. Payudara
Dilakukan pemeriksaan putting dan raba pembengkakakan payudara. Hasil penelitian oleh Najmawati, Nurdin & Asriany (2014) bahwa semakin sering menyusui maka produksi ASI akan semakin meningkat. Sehingga ibu perlu diberikan penjelasan mengenai hal ini.
c. Uterus
Uterus harus teraba keras dan tinggi fundus uteri berada dibawah pusat. Ibu diberikan penjelasan bahwa uterus akan mengecil dalam waktu 2 minggu mendatang dan tidak dapat diraba dari luar.
d. Lokia
Warnanya masih merah, jumlahnya semakin berkurang dan tidak berbau. Ibu diberikan penjelasan bahwa dengan semakin mengecilnya uterus, maka sisa darah akan keluar berupa cairan vagina. Warna akan berubah dan kembali normal seiring berjalannya waktu. Bila tidak terjadi perubahan dan lokia bertambah banyak, maka ibu dianjurkan untuk beristirahat atau segera menghubungi bidan.
e. Perineum
Daerah perineum diperiksa kebersihannya, adanya pembengkakan serta nyeri. Ibu diingatkan untuk mencuci daerah perineum dengan air dan sabun setiap kali selesai BAK dan BAB dari bagian depan ke bagian anus. Setelah itu, ibu harus mencuci tangannya sampai bersih.
f. Pemeriksaan kaki
Dilakukan pemeriksaan terhadap adanya vena varises, kemerahan pada betis, serta edema.
Asuhan nifas 2-6 hari bisa diberikan konseling mengenai:
a. Personal Hygiene
Personal hygiene meliputi kebersihan tubuh, pakaian dan hygiene vagina, serta kebersihan alas tempat tidur dan lingkungan untuk mencegah infeksi.
b. Istirahat
Ibu memrlukan waktu istirahat 8 jam pada malam dan satu jam pada siang hari. Bila ibu kurang tidur atau kurang istirahat, maka akan mempengaruhi ASI nya menjadi kurang, involusi terlambat, perdarahan lebih banyak dan dapat menimbulkan defresi sehingga ibu kurang mampu merawat bayinya.
c. Latihan fisik/olahraga
Olahraga atau latihan dapat dilakukan beberapa menit setiap hari untuk mencegah nyeri punggung. Bagi ibu yang kurang bisa menahan buang air kecil, dapat melakukan latihan atau senam nifas.
d. Gizi
Ibu menyusui akan memerlukan makanan dengan gizi seimbang terutama kebutuhan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Penelitian oleh Radharisnawati, Kundre &
Pondaag (2017) diperoleh hasil bahwa kebutuhan gizi ibu menyusui harus lebih banyak dari biasanya karena ibu perlu gizi untuk dua orang yakni ibu dan bayinya. Ibu harus memperhatikan dan meningkatkan kebutuhan gizinya, karena dengan gizi yang seimbang akan mendukung pada kelancaran produksi ASI. Penelitian mengambil kesimpulan adanya
hubungan antara pemenuhan kebutuhan gizi ibu dengan kelancaran ASI.
e. Asupan air
Ibu dapat meminum air 2-3 liter setiap hari dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.
3) Asuhan Nifas 2-6 Minggu Setelah Persalinan
Asuhan nifas minggu ke-2 sampai minggu ke-6 yaitu melanjutkan pemantauan keadan ibu dan bayi dari kunjungan sebelumnya dan asuhan yang diberikan pun hamper sama . tujuan asuhan pada 2-6 minggu setelah persalinan yaitu untuk menanyakan tentang penyulit yang dialami ibu atau bayinya dan memberikan konseling KB.
Rekomendasi WHO (2017) jadwal kunjungan nifas yaitu kontak pertama pada hari ke 3 (42-72 jam) setelah persalinan, kontak kedua hari ke 7 hingga hari ke 14 setelah persalinan dan kontak terakhir pada saat 6 minggu setelah persalinan.
3. Perubahan Fisiologi dan Psikologi pada Masa Nifas 1. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1) Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi yaitu kembalinya rahim ke keadaan semula sebelum hamil setelah melahirkan. (Yanti &
Sundawati , 2011) Proses tersebut dimulai segera setelah plasenta