• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KOTA MAKASSAR"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 1 of 90

LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2013

PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR

KOTA MAKASSAR

(COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT – INTERNATIONAL FUND

FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT)

DISUSUN KONSULTAN PIU KOTA MAKASSAR

RUSTAM

MAKASSAR, 13 JANUARI 2014

(2)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 2 of 90 KATA PENGANTAR

Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir

(PMP). Tujuan proyek ini untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir yang terlibat dalam kegiatan kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Proyek ini merupakan respon langsung terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia, khusunya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengentasan kemiskinan, penerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan (Pro-poor, job, growth dan

pro-sustainability) yang sejalan dengan program IFAD

Kota Makassar merupakan salah satu kabupaten/Kota diantara 13

kabupaten/kota, dalam 10 propinsi, yang terpilih menjadi lokasi proyek ini berdasarkan keberhasilan daerah dalam berpartisipasi melakukan kegiatan-kegiatan kelautan dan perikanan sebelumnya. Hal ini termasuk komitmen dan dukungan keuangan pemerintah kota Makassar tersebut untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan potensinya dalam meningkatkan nilai tambah dari hasil produk kelautan dan perikanan lainnya, dan meningkatkan kegiatan dari proyek tersebut untuk dideseminasi. Di Kota Makassar akan dikembangkan 15 desa/kelurahan pesisir. Dari 15 desa/kelurahan tersebut telah dipilih 9 desa/kelurahan 3 kelurahan pada tahun pertama dan 6 kelurahan pada tahun kedua berdasarkan kriteria, antara lain: (i) tingkat kemiskinan tiap lokasi minimal 20%; (ii) motivasi dan kesuksesan berpartisipasi dalam program-program sebelumnya; (iii) potensi untuk produksi dan pertambahan nilai (value added) kelautan dan perikanan; dan (iv) dimasukkannya pulau-pulau kecil di setiap lokasi kabupaten/kota yang memiliki pulau. Sisanya 6 desa akan dipilih pada tahun ketiga jika 9 desa sebelumnya telah berhasil. Proyek PMP ini akan dibina selama 5 tahun kegiatan. Proyek pemberdayaan masyarakat pesisir (PMP) ini terdiri dari 3 komponen dan dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Komponen 1; pemberdayaan masyarakat pesisir, pembangunan dan pengelolaan sumberdya pesisir; Komponen 2. Pengembangan Ekonomi berbasis kelautan dan perikanan dan Komponen 3; Pengelolaan proyek.

(3)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 3 of 90

Ucapan terima kasih di sampaikan kepada segala pihak yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan kegiatan CCDP-IFAD di Kota Makassar , diantaranya pemerintah pusat (KKP), Bappenas, DKP Sulsel, DPRD, BPSPL, Program Mitra Bahari, UNHAS, UMI, Bappeda, Pemda Kota Makassar dan masyarakat kota Makassar dan semua pihak yang telah membatu program CCDP-IFAD Kota Makassar semoga seluruh bantuan dan kerjasamanya dapat menjadi pendukung dalam pencapaian tujuan program secara utuh. Pada akhirnya, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna meskipun telah berusaha sebaik mungkin dengan Laporan pembangunan masyarakat pesisir Kota Makassar denganivmengerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Makassar, 13 Januari 2014 PIU CCDP- IFAD KOTA MAKASSAR

(4)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 4 of 90 GLOSSARY/DAFTAR ISTILAH

IFAD International Fund Agricultural Development

CCDP Community Coastal Development Project

APBD Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara

AWPB Annual Work Plan and Budgeting

NSC Tim Pengarah Nasional

CSOP Country Strategic Opportunities Programme

PMO Kantor Pengelola Proyek

KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan

KP3K Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

VWG Village Working Group

PIU Unit Pelaksana Proyek di Kabupaten

DOB District Oversight Board

UPT Unit Pelaksana Tekhnis

TPD Tenaga Pendamping Desa

BLM Bantuan Langsung Masyarakat

RPDP Rencana Pengembangan Desa Pesisir

RKK Rencana Kerja Kelompok

RKAKL Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian/Lembaga

ROK Rencana Operasi Kegiatan

POK Petunjuk Operasional Kegiatan

SAK Satuan Akuntansi Keuangan

(5)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 5 of 90 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... iv GLOSSARY/DAFTAR ISTILAH ... iv RINGAKSAN EKSEKUTIF ... v 1. PENDAHULUAN ... 2 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan sasaran proyek ... 2

1.3. Struktur Kelembagaan Proyek ... 2

1.4. Tahapan Kegiatan, Komponen dan Strategi Implementasi Proyek ... 3

1.5. Pemantauan, Evaluasi dan Indikator Kinerja Proyek ... 3

1.6. Deskripsi Singkat Capaian kegiatan Tahun 2013 ... 4

2. GAMBARAN UMUM LOKASI CCDP IFAD ... 2

2.1. Profil sngkat Desa Target CCDP IFAD ... 1

2.2. Potensi Ekonomi Kelautan dan Perikanan ... 2

2.3. Distribusi dan Pemasaran hasil Kelautan dan Perikanan ... 2

2.4. Jenis kegiatan dan Kelembagaan Nelayan Masyarakat Pesisir ... 3

3. PERAN KONSULTAN PIU KABUPATEN ... 2

3.1. Tugas dan Tanggung Jawab ... 1

3.2. Kegiatan dan Intervensi yang Dilakukan ... 1

3.3. Hasil Yang Dicapai dan Indikatornya ... 1

3.4. Strategi yang Dilakukan dalam Melakukan Konsultansi ... 2

4. IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK ... 2

5. ANALISIS/STRATEGI UNTUK OPTIMALISASI PENDAMPINGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM CCDP TAHUN 2014 ... 2

6. ANALISIS/STRATEGIS UNTUK EFEKTIFITAS PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN USAHA DALAM CCDP IFAD TAHUN 2014 ... 2

(6)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 6 of 90

7. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 2

7.3. Pemantauan kegiatan ... 1

7.4. Evaluasi ... 1

7.5. Pelapora ... 5

8. GENDER PROSPEKTIF ... 2

8.3. Gambaran Singkat pada keterlibatan wanita dalam berbagai aktifitas ... 1

8.4. Keterlibatan Perempuan dalam lembaga aktivitas CCDP IFAD ... 1

8.5. Keterlibatan Perempuan dalam kelompok masyarakat CCDP- IFAD ... 2

8.6. Hal Yang Perlu dilakukan untuk meningkatkan peran perempuan ... 3

9. PENGEMBANGAN KAPASITAS/PELATIHAN/WORKSHOP 10. PERAN STRATEGI DAN KORDINASI KELEMBAGAAN ... 2

10.3. PMO ... 1

10.4. PIU Kabupaten/Kota ... 1

10.5. Komite Pesisir ... 2

10.6. Tim Pendamping Desa (TPD)/Penyuluh ... 3

10.7. Kelompok Masyarakat ... 3

10.8. Pihak yang Terlibat ... 4

11. KENDALA DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI ... 2

11.3. Kendala Teknis ... 1

11.4. Kendala Non teknis ... 1

12. FOKUS DAN RENCANA IMPLEMENTASI PROGRAM TAHUN 2014 ... 2

12.3. Rencana kegiatan/kegiatan prioritas yang akan dilakukan tahun 2014 .... 1

12.4. Tahapan Pelaksanaan ... 1

12.5. Strategi untuk Mengefektifkan Implementasi Proyek ... 2

12.6. Strategi Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat ... 3

12.7. Strategi pemasrana dan pengembangan usaha/value chain ... 3

12.8. Kordinasi dan Kelembagaan ... 4

12.9. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan kegiatan ... 4

13. REKOMENDASI STRATEGIS... 2 15. PENUTUP

(7)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 7 of 90 RINGKASAN EKSEKUTIF

Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir

(PMP). Tujuan proyek ini untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir yang terlibat dalam kegiatan kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Proyek ini merupakan respon langsung terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia, khusunya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengentasan kemiskinan, penerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan (Pro-poor, job, growth dan pro-sustainability) yang sejalan dengan program IFAD. Proyek pemberdayaan masyarakat pesisir (PMP) ini terdiri dari 3 komponen dan dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Komponen 1; pemberdayaan masyarakat pesisir, pembangunan dan pengelolaan sumberdya pesisir; Komponen 2. Pengembangan Ekonomi berbasis kelautan dan perikanan dan Komponen 3; Pengelolaan proyek.

Kota Makassar merupakan salah satu kabupaten/Kota diantara 13

kabupaten/kota, dalam 10 propinsi, yang terpilih menjadi lokasi proyek ini berdasarkan keberhasilan daerah dalam berpartisipasi melakukan kegiatan-kegiatan kelautan dan perikanan sebelumnya. Hal ini termasuk komitmen dan dukungan keuangan pemerintah kota Makassar tersebut untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan potensinya dalam meningkatkan nilai tambah dari hasil produk kelautan dan perikanan lainnya, dan meningkatkan kegiatan dari proyek tersebut untuk dideseminasi. Di Kota Makassar akan dikembangkan 15 kelurahan pesisir. Dari 15 kelurahan tersebut telah dipilih 9 kelurahan, 3 kelurahan pada tahun pertama (2013) yaitu kelurahan lakkang, Cambaya, Tanjung Merdeka dan 6 kelurahan pada tahun kedua (2014) yaitu kelurahan Barombong, Untia, Buloa, Tallo, Barrang Caddi dan Kodingareng berdasarkan kriteria, antara lain: (i) tingkat kemiskinan tiap lokasi minimal 20%; (ii) motivasi dan kesuksesan berpartisipasi dalam program-program sebelumnya; (iii) potensi untuk produksi dan pertambahan nilai (value added) kelautan dan perikanan; dan (iv) dimasukkannya pulau-pulau kecil di setiap lokasi kabupaten/kota yang memiliki pulau. Sisanya 6 desa akan dipilih pada tahun ketiga jika 9 desa sebelumnya telah berhasil. Proyek PMP ini akan dibina selama 5 tahun kegiatan.

Proyek pemberdayaan masyarakat pesisir (PMP) ini terdiri dari 3 komponen dan dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Komponen 1; pemberdayaan masyarakat pesisir, pembangunan dan pengelolaan sumberdya pesisir; dengan sub komponen 1.1. Fasilitasi, perencanaan, dan pengelolaan sumberdaya pesisir 1.2. Penilaian, perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan 1.3. pembangunan desa yang berorientasi terhadap pasar. Komponen 2. Pengembangan Ekonomi berbasis kelautan dan perikanan dengan sub komponen 2.1. Dukungan pengembangan usaha perikanan skala kecil dan 2.2. Dukungan pemasaran tata niaga dan rantai pasok dan Komponen 3; Pengelolaan proyek.

(8)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 8 of 90

Capaian kegiatan CCDP-IFAD Kota Makassar pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan dari berbagai komponen yaitu ; pembentukan layanan fasilitator, sosialisasi desa, penilaian desa berbasis masyarakat, pertemuan desa (perencanaan, pengawasan dan evaluasi), pelatihan peningkatan kapasitas pokmas, inventori sumberdaya pesisir berbasis masyarakat, pembangunan pondok informasi, pembentukan dan pelatihan Co-management Group, persiapan detail village coastal marine Co-management Plan, Workshop coastal marine resources Co-management, fasilitasi pusat pemberdayaan dan pelayanan masyarakat pesisir (P3MP), penyusunan dan pelatihan system monitoring sumberdaya pesisir, Dana community enterprise Group dan infrastructure, pelatihan market awareness, pengembangan alternative Income generatin dan jaringan pemasaran, sinkronisasi dan perencanaan, pertemuan tim teknis, survey RIMS, Annual Outcome survey dan Market Study. Program CCDP-IFAD kota Makassar Tahun 2013 di 3 kelurahan, telah terbentuk 1 kelompok Infrastruktur di masiing kelurahan, 6 kelompok usaha dimasing-masing kelurahan dan 1 kelompok pengelolaan sumberdaya di masing-masing kelurahan, sehingga total kelompok yang terbentuk sebanyak 24 kelompok. Kelompok Infrastruktur telah terbangun 9 pondok informasi, 1 tamba labuh, 3 pengelolaan air bersih,1 tapak jalan, Kelompok Usaha telah terbentuk usaha nelayan, pengolahan perikanan , polikultur udang dengan ikan dan usaha keramba jarring apung (lele dan nila). Sedengakna kelompok pengelolaan sumberdaya telah terbentuk kelompok pengelola sumberdaya alam di 9 kelurahan. Ralisasi anggaran kategori program CCDP-IFAD Kota Makassar tahun 2013 yang bersumber dari IFAD Loan pagu anggaran sebesar Rp.1.611.750.000,- realisasi Rp.1.600.544.858,-, Spanish Trust Loan pagu anggaran sebesar 1.259.120.000,-, realisasi anggaran Rp. 1.254.605.000,- dan dari Rupiah murni pagu Anggaraan sebesar Rp. 102.300.000,- , realisasi Rp. 100.471.400,-.. Berdasarkan realisasi persentase perkembangan anggaran CCDP IFAD tahun 2013 di Kota Makassar sebesar 99.41%.

(9)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 9 of 90

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development

(CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP). Tujuan proyek ini untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir yang terlibat dalam kegiatan kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Proyek ini merupakan respon langsung terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia, khusunya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengentasan kemiskinan, penerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan (Pro-poor, pro-job, pro-growth dan pro-sustainability) yang sejalan dengan program IFAD. Proyek pemberdayaan masyarakat pesisir (PMP) ini terdiri dari 3 komponen dan dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Komponen 1; pemberdayaan masyarakat pesisir, pembangunan dan pengelolaan sumberdya pesisir; Komponen 2. Pengembangan Ekonomi berbasis kelautan dan perikanan dan Komponen 3; Pengelolaan proyek.

Kota Makassar merupakan salah satu kabupaten/Kota diantara 13 kabupaten/kota, dalam 10 propinsi, yang terpilih menjadi lokasi proyek ini berdasarkan keberhasilan daerah dalam berpartisipasi melakukan kegiatan-kegiatan kelautan dan perikanan sebelumnya. Hal ini termasuk komitmen dan dukungan keuangan pemerintah kota Makassar tersebut untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan potensinya dalam meningkatkan nilai tambah dari hasil produk kelautan dan perikanan lainnya, dan meningkatkan kegiatan dari proyek tersebut untuk dideseminasi. Di Kota Makassar akan dikembangkan 15 kelurahan pesisir. Dari 15 kelurahan tersebut telah dipilih 9 kelurahan, 3 kelurahan pada tahun pertama (2013) yaitu kelurahan lakkang, Cambaya, Tanjung Merdeka dan 6 kelurahan pada tahun kedua (2014) yaitu kelurahan Barombong, Untia, Buloa, Tallo, Barrang Caddi dan Kodingareng berdasarkan kriteria, antara lain: (i) tingkat kemiskinan tiap lokasi minimal 20%; (ii) motivasi dan kesuksesan berpartisipasi dalam program-program sebelumnya; (iii) potensi untuk produksi dan pertambahan nilai (value added) kelautan dan perikanan; dan (iv) dimasukkannya pulau-pulau kecil di setiap lokasi kabupaten/kota yang

(10)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 10 of 90

memiliki pulau. Sisanya 6 desa akan dipilih pada tahun ketiga jika 9 desa sebelumnya telah berhasil. Proyek PMP ini akan dibina selama 5 tahun kegiatan. Proyek pemberdayaan masyarakat pesisir (PMP) ini terdiri dari 3 komponen dan dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Komponen 1; pemberdayaan masyarakat pesisir, pembangunan dan pengelolaan sumberdya pesisir; dengan sub komponen 1.1. Fasilitasi, perencanaan, dan pengelolaan sumberdaya pesisir 1.2. Penilaian, perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan 1.3. pembangunan desa yang berorientasi terhadap pasar. Komponen 2. Pengembangan Ekonomi berbasis kelautan dan perikanan dengan sub komponen 2.1. Dukungan pengembangan usaha perikanan skala kecil dan 2.2. Dukungan pemasaran tata niaga dan rantai pasok dan Komponen 3; Pengelolaan proyek.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PROYEK A. Tujuan

Tujuan proyek ini untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir yang terlibat dalam kegiatan kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

B. Sasaran

Sasaran Proyek PMP adalah:

1. Terfasilitasinya rumah tangga masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Makassar di 15 kelurahan; dan

2. Terfasilitasinya pusat pembelajaran (learning center) di 1 kabupaten (Kabupaten Badung).

1.3. STRUKTUR KELEMBAGAAN PROYEK

Kelembagaan Proyek PMP dibentuk dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri – KKP, tugas dan tanggung jawab setiap pengelola proyek. Secara umum struktur kelembagaan Proyek PMP sebagai berikut:

(11)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 11 of 90

NCS (National Steering

Commitee

Kantor Pengelola Proyek Direktur PMO

Kelompok Kerja Teknis ad hoc Pemerintah Propinsi Dinas KP UPT KP3K Pemerintah Kabupaten/Kota Bupati Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dinas KP Kabupaten/Kota

Unit Pelaksana Proyek (PIU)

Desa-desa pesisir lainnya Tenaga Pendamping Desa/Penyuluh

Pemerintah Desa Kelompok Kerja Desa (VWG) Kelompok Prasarana Kelompok Pengelolaan Sumberdaya Kelompok Usaha Kelompok Tabungan Konsultan Desa Kabupaten Propinsi Nasional Konsultan PIU

(12)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 12 of 90 A. Tim Pengarah Nasional (NSC)

Tim Pengarah Nasional (NSC) bertanggung jawab dalam menyetujui kebijakan, perencanaan, penganggaran dan prosedur operasional pelaksanaan serta penetapan petugas yang penting didalam kelembagaan Proyek PMP. Secara khusus, NSC melakukan pengawasan, menyetujui program kerja dan anggaran tahunan, dan meninjau laporan kemajuan. NSC terdiri dari unsur - unsur Direktorat Jenderal KP3K, Direktorat Jenderal P2HP, Seketariat Jenderal KKP, Bappenas, dan Kementerian Keuangan. NSC diketuai oleh Direktur Jenderal KP3K dengan anggota pejabat eselon II Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Keuangan dan Bappenas.

B. Kantor Pengelola Proyek (PMO)

PMO bertanggung jawab terhadap operasionalisasi keseluruhan pelaksanaan fisik dan keuangan proyek, termasuk administrasi keuangan, pertanggung jawaban, pengadaan barang dan jasa, akuntansi proyek, rekrutment personil, pelatihan, pelaporan, pemantauan, dan evaluasi, serta peningkatan kinerja proyek secara nasional. PMO dipimpin oleh Direktur PMO, didukung oleh 1 orang Sekretaris Eksekutif, 2 orang Asisten Direktur (Asdir) dan 5 orang Pembantu Asisten Direktur (Banasdir), 2 Kelompok Kerja yaitu Kelompok Kerja Pemberdayaan dan Kelompok Kerja Pemasaran. Sekretaris Eksekutif sehari-hari bertindak sebagai Project Manager dalam pengelolaan Proyek PMP. Asdir dan Banasdir bertanggung jawab kepada Direktur PMO melalui Sekretaris Eksekutif. Seketariat PMO dibantu oleh beberapa staf pengelola teknis danadministrasi sesuai kebutuhan. Direktur PMO melapor dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal KP3K selaku Ketua Tim Pengarah.

(13)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 13 of 90

Gambar 1.2. Struktur Kelembagaan PMO

C. Unit Pelaksana Proyek Kabupaten/Kota (PIU)

Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab terhadap keseluruhan proyek di kabupaten/kota. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai Ketua PIU bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek dan secara langsung akan melaksanakan proyek tersebut. Sekretaris Proyek dijabat oleh Kepala Bidang atau Kepala Seksi yang senior yang membawahi urusan pesisir dan pemberdayaan masyarakat, yang juga sebagai Manajer Proyek. Sekretaris Proyekber tanggung jawab kepada Kepala Dinas dengan tanggung jawab operasional penuh untuk kegiatan proyek dan secara de facto menjadi Manajer Proyek di PIU. PIU akan melekat di dalam dan dikelola oleh staf teknis dan administrasi Dinas, dilengkapi dengan staf konsultan jangka panjang dan jangka pendek. Staf tambahan Dinas akan ditugaskan secara penuh waktu atau paruh waktu pada proyek, dengan tugas khusus yang ditetapkan dalam kerangka acuan PIU. Staf penuh waktu dan paruh waktu sebagai tambahan pendukung dapat diangkat dari Dinas atau badan lainnya sesuai kebutuhan staf dan kualifikasi individu, motivasi, kemampuan bekerja, inovasi, dan keseimbangan gender.

(14)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 14 of 90

Gambar 1.3. Struktur Kelembagaan PIU Kabupaten/Kota

Tim Pendamping Desa/ .Motivator Desa Fasilitasi Masyarakat dan

Pengelolaan Sumber Daya Pesisir

Kepala Bagian Dinas PK (penuh waktu) Konsultan Pasar, Lembaga dan Prasarana

Staf kabupaten lainnya Kepala Bagian Dinas PK (penuh waktu)

Konsultan Pemberdayaan dan Pengelolaan Sumber Daya Staf kabupaten lainnya

Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan

dan Pengelolaan Sumber Daya

Administrasi Konsultan

Bendahara

Pejabat Keuangan dan anggaran/ perencanaan Pejabat Monev/SAKIP

Pejabat Pengadaan barang/jasa Pejabat pengadaan

Sekretaris

bertanggung jawab atas operasi harian proyek (Kepala Bidang Dinas KP penuh waktu)

KOMITE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR Bappeda, Dinas KP Kab/Kota,

LSM, Organsasi Wanita, Perguruan Tinggi, UPT BPSPL/BKKPN, Dinas KP Propinsi, Pengusaha Perikanan,

(9-11 orang) Dinas KP

Kepala Dinas, atau Kepala Dinas Perikanan di Kabupaten

Ketua PIU

tanggung jawab administratif keseluruhan terhadap proyek

BUPATI/WALIKOTA

Bupati, atau Kepala Administratif Kabupaten

Kelompok Usaha Masyarakat dan Kelompok Kerja Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Desa

Motivator Desa (ketua Kelompok Kerja Desa)

Investasi kabupaten dalam kapasitas prasarana dan kelembagaan Perikanan

Berskala Kecil Dukungan Pasar/Rantai

Pasok Pengembangan usaha, tabungan

(15)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 15 of 90

Gambar 1.4. Struktur Kelembagaan CCDP-IFAD Kota Makassar Tahun 2013

D. Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (District Oversight Board/DOB)

Setiap kabupaten/kota akan membuat Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (District Oversight Board/DOB) untuk memberikan saran dan dukungan serta rekomendasi kepada Bupati, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, dan PIU serta kelompok sasaran. Keanggotaan KPMP/DOB terdiri dari unsur-unsur: (i) Bappeda kabupaten/kota; (ii) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi; (iii) Dinas Kelautan dan

Perikanan kabupaten/kota; (iv) dinas/badan pemberdayaan masyarakat

kabupaten/kota; (v) LSM/HNSI; (vi) dunia usaha perikanan; (vii) UPT Ditjen KP3K; (viii) kelompok wanita; (ix) perguruan tinggi. Jumlah anggota KPMP/DOB sekurang-kurangnya 9 orang dan sebanyak-banyaknya 11 orang. Untuk menjaga netralitas dan objektifitas penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat pesisir, maka Ketua dan Sekretaris DOB dipilih dari hasil musyawarah/mufakat para anggota yang dilakukan secara bergilir setiap tahun. Adapun struktur kelembagaan KPMP/DOB sebagaimana tertera sebagai berikut:

(16)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 16 of 90

Gambar 1.5. Struktur Kelembagaan DOB Kota Makassar

Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dalam pelaksanaan proyek ini melakukan koordinasi antar pusat-pusat pertumbuhan di wilayah provinsi, misalnya Makassar sebagai pusat rantai pasok (value chain) merupakan pusat perdagangan dan logistik ikan serta pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sulawesi Selatan. Peran provinsi akan menjadi lebih besar setelah ada produk-produk kelautan dan perikanan hasil Proyek PMPyang dipasarkan.

Sedang peranan UPT Ditjen KP3K diperlukan karena perencanaan dan pelaksanaan Proyek PMP berbasis sumber daya pesisir mulai dari tingkat desa. Balai/Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (Balai/Loka PSPL) dan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) yang merupakan UPT KP3K mempunyai

DINAS KP

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tanggung jawab administratif keseluruhan terhadap proyek

KOMITE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR

Bappeda, Dinas KP Kab/Kota, LSM, Organisasi Wanita,

Perguruan Tinggi, UPT BPSPL/BKKPN, Dinas KP Propinsi,

Pengusaha Perikanan, (9-11 orang)

Sekretaris PIU

Bertanggung jawab atas pelaksanaan harian proyek

(Kepala Bidang Pesisir Dinas KP)

BUPATI/WALIKOTA Ditjen KP3K

KKP

Direktur Proyek PMO

No Nama Jabatan Instansi

1 Ir.H.Andi Chairil Anwar, MM Ketua DKP Sul-Sel 2 Muhammad Ridha, SPi, MS Anggota DKP Sul-Sel

3. Ir. Aminuddin Sappe, MSi Anggota Bappeda Makassar

4. Johanis Nurak S. ST. Anggota DKPPPP Makassar

5. Asriadi, S. Kel.M.Si Anggota BPSPL Makassar

6. Dr. Ir. Rijal Idrus, MSc Anggota UNHAS

7. Ir. Juni Astuti, M.Si Anggota Pengusaha Perikanan

8. Suharto, S.Kel, M.Si Anggota LSM Lemsa

(17)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 17 of 90

tugas: (i) Melakukan pendampingan Proyek PMP dan supervisi melalui DOB. (ii) Melakukan pembinaan teknis dalam perencanaan berbasis sumberdaya pesisir termasuk konservasi perairannya, (iii) Ikut di dalam perencanaan tahunan, dan (iv) Ikut di dalam monitoring dan evaluasi kegiatan Proyek PMP.

1.4. TAHAPAN KEGIATAN, KOMPONEN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PROYEK

Proyek PMP terdiri dari 3 komponen dan dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Komponen dan tahapan kegiatan tersebut tertuang di dalam Design

Completion Report CCD-IFAD dan Financing Agreement CCD-IFAD A. Komponen Kegiatan

Proyek ini memiliki 3 komponen dengan total 5 sub-komponen sebagai berikut:

1. Komponen 1 – Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir

Komponen 1 merupakan inti dari proyek ini dan menyediakan dana untuk kegiatan inti yang mewakili lebih dari dua pertiga investasi proyek. Semua kegiatan dipusatkan pada masyarakat pesisir sasaran dan didorong oleh proses partisipatif dan penentuandesa/kelurahan prioritas untuk pembangunan kelautan dan perikanantermasuk pengelolaan sumber daya pesisir secara berkelanjutan.

a. Sub-Komponen 1.1 – Fasilitasi, Perencanaan dan Pemantauan

Masyarakat memberikan kerangka kerja bagi keterlibatan kelompok sasaran, menyediakan alat sosial dan keterampilan pengelolaan proyek yang diperlukan untuk melaksanakan proyek di tingkat desa. Kualitas, dedikasi dan keterampilan para Tenaga Pendamping Desa (TPD), Tenaga Konsultan dan kualitas kepemimpinan dari para pemimpin kelompok desa akan menentukan faktor-faktor dalam mencapai hasil.

b. Sub-Komponen 1.2 – Penilaian, Perencanaan, dan Pengelolaan

Sumber Daya Pesisir menetapkan visi dari hasil konsensus yang luas dari desa untuk pemanfaatan dan konservasi sumber daya pesisir secara berkelanjutan di desa/kelurahan dan struktur hubungannya dengan desa sekitar dan para pengguna sumber daya dari luar masyarakat desa tersebut. Hal ini dirancang untuk membangun keterpaduan antarwilayah dan ekosistem pesisir untuk pembangunan ekonomi berbasis kelautan.

(18)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 18 of 90 c. Sub-Komponen 1.3 – Pembangunan Desa yang berorientasi

terhadap Pasar menyediakan investasi dalam pembangunan ekonomi. Komponen ini adalah pendorong inti dari peningkatan penghidupan dan pengurangan kemiskinan di masyarakat sasaran. Empat jenis investasi akan disediakan,semuanya dalam bentuk dana hibah/BLM kepada kelompok masyarakat yaitu : (i) untuk prasarana desa, khususnya terkait dengan ekonomi kelautan, (ii) untuk sarana jasa ekonomi terkait dengan ekonomi kelautan, (iii) untuk usaha yang terlibat dalam produksi dan pemasaran dan kegiatan ekonomi sepanjang rantai pasok berdasarkan kegiatan ekonomi kelautan, (iv) dana bersama untuk kelompok tabungan, ditargetkan terutama pada rumah tangga tanpa tabungan atau dengan tabungan rendah dan dipertimbangkan sebagai sarana transisi dari kelompok tabungan ke kelompok usaha.

2. Komponen 2 Pengembangan Ekonomi Berbasis Kelautan dan Perikanan

Komponen 2 membangun kapasitas kabupaten/kota sasaran untuk mendukung kegiatan pemberdayaanekonomi masyarakat pesisir yang jadi sasaran melalui (i) dukungan dibidang prasarana utama, inovasi, keterampilan dan kepemimpinan dan (ii) dukungan untuk pembangunan rantai pasok (value chain) berdasarkan kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan.

a. Sub-Komponen 2.1 – Dukungan Pengembangan Usaha Perikanan

Skala Kecil di Kabupaten/Kota. Dana pembangunan kabupaten/kota untuk perikanan skala kecil, atau fasilitas akan dikelola oleh PIU dan digunakan untuk menyediakan prasarana utamaguna mendukung kegiatan yang inovatif, misalnya pabrik es mini untuk mendukung kumpulan nelayan skala kecil. Dukungan juga akan diberikan untuk pengelolaan pengetahuan, pelatihan, kepemimpinan, dan pembuatan kegiatan proyek yang lebih baik.

b. Sub-Komponen 2.2 – Dukungan Pemasaran tata niaga dan Rantai

Pasok (supply chain and value added ). Komponen ini akan mengidentifikasi, menyusun dan mendukung pembangunan dari berbagai rantai pasok (value chain), menghubungkan produsen di desa pesisir ke pasar, mengemas produk sesuai dengan klusterisasi, meningkatkan kualitas, standarisasi dan peningkatan nilai tambah produk. Komponen ini dapat mendukung operasional Pusat Pembelajaran (Learning Center) di Kabupaten Badung. Namun, hal ini akan bergantung pada persiapan yang matang dari rencana terperinci dan kebijakan KKP.

(19)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 19 of 90 3. Komponen 3 – Pengelolaan Proyek

Pada komponen dilakukan koordinasi pelaksanaan menyeluruh di tingkat pusat melalui kantor Pengelola Proyek (PMO) yang berbasis di Ditjen KP3K KKP, layanan konsultan terkait, berikut pelatihan, pemantauan dan evaluasi dan penyusunan kegiatan anggaran biaya dan pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota melalui 13 Unit Pelaksana Proyek (PIU) kabupaten/kota.Komponen ini juga akan mendukung pekerjaan Panitia Pengarah Nasional, dan 12 Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (

District Oversight Board ) dan memfasilitasi agar terjadi transparansi dan

keterlibatan masyarakat pesisir terkait. Komponen ini juga membangun sarana untuk pembuatan kegiatan proyek yang lebih baik untuk skala nasional.

Proyek ini akan dilaksanakan secara terdesentralisir sesuai dengan kebijakan nasional tentang desentralisasi dan dengan keputusan utama proyek yang dibuat di tingkat masyarakat sejalan dengan penekanan pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakat. PMO di KKP akan melaporkan secara berkala kepada Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan saran, keputusan dan pengawasan dari Komite pengarah. Dalam setiap kabupaten/kota, PIU akan bertanggung jawab atas kegiatan proyek dan beroperasi di bawah kepala daerah kabupaten/kota dan berkoordinasi dengan DOB.

B. Tahapan Kegiatan

Proyek PMP tahun 2013 diawali dengan pembentukan Kantor Pengelola Proyek yang meliputi Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, dan Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara. Pada tahap kedua, untuk kelancaran pelaksanaan Proyek PMP di lapangan selanjutnya dilakukan rekrutmen Tenaga Pendamping sebanyak 6 orang yang bertugas di tiga desa. Tenaga Pendamping tersebut direkrut dan ditetapkan oleh PIU/Kepala Dinas yang terlebih dahulu mendapat verifikasi dari Ditjen KP3K. Selanjutnya Tenaga Pendamping tersebut akan mendapatkan pelatihan oleh Ditjen KP3K.

(20)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 20 of 90 Gambar 1.6 Tahapan Kegiatan Proyek PMP

*) Kegiatan di Pusat

Pembentukan Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir yang beranggotakan 9 di Kota Makassar berasal dari SKPD terkait LSM, dunia usaha, perguruan tinggi, Bappeda, BPSPL, Dinas KP Propinsi, di tingkat kabupaten/kota. DOB mencakup perwakilan dari Bappeda kabupaten/kota (Dinas Perencanaan Kota Makassar); wakil dari UPT KP3K dan Wakil dari Dinas Propinsi, organisasi nelayan, LSM pelestarian ekosistem; dan pihak berwenang lainnya.Selanjutnya PIU/Kepala Dinas membentuk Kelompok Kerja Desa/Village Working Group (VWG) terdiri dari lima anggota, dua di antaranya adalah perempuan. VWG ini akan mencakup seorang ketua, sekretaris dan tiga anggota biasa yang semuanya diambil dari rumah tangga sasaran. Tahap ketiga, dilakukan pembentukan Kelompok Masyarakat Pesisir (Pokmas Pesisir) yang meliputi: identifikasi dan seleksi. Proses pembentukan Pokmas Pesisir dijelaskan pada bab berikutnya.

Tahap keempat terdiri atas dua kegiatan yang dilakukan secara simultan, yaitu (i) pengembangan Kapasitas Masyarakat Pesisir melalui pelatihan-pelatihan serta (ii) penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP). Proses penyusunan RPDP ini dilakukan melalui konsultasi publik dan Musyawarah Pembangunan

Pembentukan Tim Pengelola Kegiatan (KPA, KPA, Pejabat Penandatangan tangan SPM)

1. Rekrutmen Tenaga Pendamping 2. Pembentukan Komite Pemberdayaan Masyarakat 3. Pembentukan VWG Pembentukan Kelompok Masyarakat Pesisir (Pokmas Pesisir): 1. Identifikasi 2. Seleksi 3. Verifikasi

Pelatihan Tenaga Pendamping*

Pengembangan Kapasitas Masyarakat Pesisir (Pelatihan-pelatihan) Review dan Prioritisasi Penyusunan

Rencana Pengembangan Desa

Penyusunan Profil Desa* Penyusunan Rencana Kerja

Kelompok (RKK) / Proposal: - Pendampingan

- Verifikasi Penyusunan Rencana

Detail Kegiatan

Penyaluran dan Pelaksanaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Monitoring dan Evaluasi *

(21)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 21 of 90 Desa (Musrenbang-Des). Desa yang telah memiliki draft RPDP, akan dilakukan review dan prioritisasi kegiatan dari dokumen yang sudah ada. Selanjutnya RPDP ditetapkan oleh Kepala Desa sebagai acuan pelaksanaan Proyek PMP. Tahap kelima, penyusunan Rencana Kerja Kelompok (RKK) oleh Pokmas Pesisir yang didampingi oleh VWG dan Tenaga Pendamping. Penyusunan RKK harus sesuai dengan skala prioritas pembangunan desa pada Dokumen RPD. Proses penyusunan dan pengajuan serta penetapan RKK akan dijelaskan pada bab selanjutnya. Tahap keenam, penyusunan Rencana Detail Kegiatan merupakan bagian dari penyusunan RKK. Dokumen Rencana Detail Kegiatan tersebut merupakan bagian dari proposal RKK dalam pengajuan BLM. Tahap ketujuh, Penyaluran dan Pelaksanaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dilakukan setelah Proposal RKK beserta kelengkapan dokumen administrasi telah lolos verifikasi ditetapkan oleh PIU/kepala dinas kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan BLM oleh Pokmas Pesisir dengan didampingi TPD dan VWG, agar kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan, output dan target kegiatan.

1.5. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN INDIKATOR KINERJA PROYEK

PMO membentuk sistem monitoring dan evaluasi (monev) dan sistem penyusunan basis data (baseline data) pada tahun pertama pelaksanaan Proyek. Sistem monev ini akan terintegrasi di semua tingkat dan dapat menggambarkan dampak kegiatan Proyek pada semua penerima manfaat dan pemangku kepentingan. Sistem monev tersebut akan meliputi pelaporan keuangan dan fisik sesuai dengan persyaratan dari pemerintah dan IFAD, termasuk data Sistem Pemantauan Hasil dan Dampak (Result

and Impact Management System-RIMS), dan juga mencakup pemantauan kemajuan

dan dampak/hasil.

Pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan di tingkat pusat dilakukan oleh Tim Monev Direktorat Jenderal KP3K, sedangkan di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas Kabupaten/Kota, dengan uraian sebagai berikut:

A. Monitoring

Monitoring merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang perkembangan pelaksanaan Proyek PMP yang dilakukan secara periodik dan berjenjang untuk memastikan tercapainya tujuan, sasaran, dan indikator keberhasilan. Hasil

(22)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 22 of 90

monitoring diharapkan dapat memberikan informasi yang menyangkut masukan (input), pelaksanaan (proses), keluaran (output), tujuan, dan sasaran kegiatan, serta kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap rencana tahapan monitoring. Monitoring dilakukan secara berjenjang dari Dinas Kota Makassar, Dinas Provinsi, UPT KP3K dan Ditjen KP3K sesuai dengan kewenangannya.

B. Evaluasi

Evaluasi kegiatan Proyek PMP dilakukan untuk menilai kinerja pelaksanaan kegiatan berdasarkan hasil monitoring dengan menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan berikut kualitasnya. Evaluasi dilakukan pada akhir pelaksanaan Proyek PMP untuk melihat dampak kegiatan secara keseluruhan sehingga dapat dijadikan sebagai dasar bagi upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi hambatan yang terjadi pada pelaksanaan Proyek PMP tahun berikutnya.

C. Pelaporan

1. Pelaporan Satker

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.08/2011 tentang Tata CaraPemantauan dan Evaluasi atas Pinjaman dan Hibah kepada Pemerintah, setiap Satker Dinas Kabupaten/Kota diwajibkan menyampaikan laporan.

Terkait dengan pelaksanaan Proyek PMP, terdapat 4 (empat) jenis laporan yang harus dipersiapkan oleh masing-masing satker yaitu:

a. Laporan Monitoring Pelaksanaan DIPA/RKAKL Form A; b. Laporan Keuangan dan Barang (SAK dan SIMAK-BMN);

c. Laporan Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Audit/Pemeriksaan; dan d. Laporan Pelaksanaan Kegiatan.

Target kinerja dan ukuran keberhasilan Proyek PMP sebagaimana tertuang dalam Main Report mengenai ukuran keberhasilan kegiatan. Dalam rangka pencapaian indikator tersebut, setiap Satker Dinas Kabupaten/Kota agar melaksanakan kegiatan dan melaporkannya kepada Ditjen KP3K sesuai yang tertuang pada tabel 1.1 berikut:

(23)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 23 of 90

Tabel 1.1. Kerangka Kerja Proyek PMP

Jenjang Hasil Indikator Verifikasi Alat Risiko (R) dan Asumsi (A) Tujuan. Penurunan angka

kemiskinan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi di antara kaum miskin yang aktif di masyarakat pesisir dan pulau kecil

1. 9.900 tambahan rumah tangga dengan peningkatan indeks kepemilikan aset rumah tangga

2. Penurunan sebesar 40% dari kasus kekurangan nutrisi pada anak-anak

Garis dasar kuantitatif, tinjauan pertengahan (mid-term review), survei penyelesaian proyek Statistik kesehatan Kajian-kajian pelengkap

data berbasis indikator Tujuan Pembangunan.

Meningkatnya penghasilan rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan kelautan dan perikanan di masyarakat miskin pesisir dan pulau kecil

1. Nilai produk kelautan dan perikanan yang dijual oleh rumah tangga yang berpartisipasi meningkat rata-rata 30%, dibandingkan dengan tingkat penjualan pra-proyek

2. 13.200 rumah tangga tambahan yang tingkat jaminan makannya telah membaik

Garis dasar kuantitatif, tinjauan pertengahan, survei penyelesaian

proyek Catatan keuangan kelompok usaha proyek Kajian kualitatif sebagai

pelengkap indikator

(A) Berbagai kalangan dari masyarakat miskin aktif dalam rumah tangga masyarakat pesisir dan nelayan mampu ikut serta dalam kegiatan proyek

(A) Kegiatan ekonomi kolektif berbasis kelompok layak bagi kondisi sosial dan pasar di dalam mayoritas besar desa-desa sasaran proyek

Komponen 1.

Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir

Hasil 1. Masyarakat sasaran proyek menjalankan kegiatan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang menguntungkan dan berkesinambungan tanpa dampak merusak terhadap sumber daya pesisir

1. 60% kelompok usaha yang didanai proyek masih dinilai meraih keuntungan pada akhir proyek

2. Kesehatan sumber daya pesisir terpelihara atau meningkat dari 80% daerah yang dikelola oleh proyek dan desa-desa yang berdampingan Penilaian mandiri terhadap kinerja kelompok usaha Catatan rekening kelompok usaha Inventaris dan penilaian

sumber daya berbasis persepsi masyarakat

(A) Akses bagi rumah tangga sasaran proyek untuk daerah tangkapan ikan dan tempat pembudidayaan terkendali/terkelola secara efektif (R) Penangkapan ikan oleh kapal

komersil membatasi hasil tangkapan nelayan sasaran proyek

Hasil 1.1 Prioritas

pembangunan rumah tangga masyarakat pesisir dan perikanan teridentifikasi, disepakati dan

terdokumentasi

1. 70% rencana desa pesisir mewakili prioritas mereka (dikelompokkan

berdasarkan status kemiskinan)

2. 50% wanita menyatakan bahwa rencana desa mewakili prioritas mereka

Laporan triwulan proyek kabupaten Penilaian dampak terhadap desa Catatan M&E proyek

Survei sampel

(R) Risiko terpilihnya kaum elit desa dalam proses

perencanaan/prioritisasi

(A) Rumah tangga masyarakat pesisir dalam desa sasaran tidak memiliki potensi mengganggu dalam proses perencanaan

Hasil 1.2 Daerah pengelolaan sumber daya pesisir berbasis masyarakat terkelola dengan efektif

1. 40 daerah pengelolaan sumber daya pesisir berbasis masyarakat telah dibuat garis batasnya (demarkasi), diumumkan dan disahkan (melalui Perdes) dan daftar masyarakat pengguna sumber daya telah dibuat dan dipelihara

2. Statistik pendaratan ikan dari kapal yang terletak di desa sasaran proyek dan desa yang berdampingan tidak menunjukkan penurunan tingkat tangkapan

Laporan triwulan proyek kabupaten Catatan M&E proyek

Laporan komite pengelolaan bersama

dalam desa sasaran proyek Daftar masyarakat pengguna sumber daya

(R) Pemerintah pengelola akan sangat beragam antara desa

(R) Desa yang berdampingan menolak untuk ikut serta dalam kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir proyek ini

(24)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 24 of 90 Hasil 1.3 Kelompok usaha

masyarakat dengan kelangsungan keuangan yang stabil terbentuk melalui proyek ini

1. Sekurangnya 66% kelompok usaha dan usaha jasa berbasis desa yang didukung proyek ini menunjukkan pertumbuhan kumulatif dari neraca mereka (yaitu aset bersih kelompok) sekurang-kurangnya 10% di atas nilai investasi awal yang didukung proyek (termasuk sumbangan para penerima manfaat) tiga tahun setelah kelompok itu menerima dana hibah awal yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kemiskinan rumah tangga anggota

Laporan triwulan proyek kabupaten Catatan M&E proyek

Catatan keuangan kelompok usaha yang

didukung proyek (neraca dan pernyataan

laba-rugi)

(R) Terbatasnya aset rumah tangga sasaran dan lambatnya

pertambahan tabungan, membatasi keikutsertaan dalam kelompok-kelompok usaha

(A) Perbandingan antara harga faktor masukan dan ikan tetap baik (A) Peluang ekonomi yang cukup

menjanjikan untuk menarik kelompok-kelompok usaha yang tengah berkembang

Hasil 1.4 Prasarana masyarakat dilaksanakan di bawah proyek yang mendukung kegiatan ekonomi berbasis sumber daya pesisir di desa-desa sasaran

1. Dua pertiga prasarana masyarakat yang didanai proyek ini beroperasi dan digunakan oleh rumah tangga masyarakat pesisir, dinilai dalam 1 hingga 3 tahun setelah

pembuatannya

Catatan M&E proyek Penilaian dampak

proyek Survei kelompok usaha

untuk menentukan efektifitas prasarana

(A) Prasarana yang terkait untuk meningkatkan/mendukung kegiatan ekonomi berbasis sumber daya pesisir mendapat prioritas dalam rencana pembangunan Proyek PMP (R) Prioritas pemerintah didahulukan di

atas keputusan yang telah disepakati masyarakat mengenai prasarana proyek

Komponen 2. Dukungan Kabupaten untuk Pembangunan Ekonomi Berbasis Sumber daya pesisir

Hasil 2. Pengembangan peluang ekonomi dalam kabupaten sasaran untuk kegiatan kelautan dan perikanan berskala kecil, berbasis pasar, yang berkesinambungan

1. Peningkatan 5% dalam kembalinya laba bersih pada tinjauan pertengahan dan peningkatan 10% pada akhir proyek dari kegiatan berbasis kelautan dan perikanan berskala kecil dalam hal produk yang terjual oleh kabupaten sasaran pada pasar lokal, nasional, dan ekspor (volume terpasarkan/harga diterima)

Survei dampak dari pendaratan ikan dan kembalinya laba bersih

berskala kecil Catatan keuangan dari

kapal nelayan yang lebih besar Catatan M&E proyek

(A) Peluang ekonomi dan investasi yang layak dan dapat diakses oleh rumah tangga sasaran

(R) Kegiatan menangkap ikan berskala lebih besar memengaruhi keputusan investasi

Hasil 2.1 Membaiknya prasarana dan layanan jasa yang mendukung kegiatan kelautan dan perikanan berskala kecil yang dibentuk dalam kabupaten sasaran

1. 70% fasilitas, layanan jasa dan prasarana yang didanai proyek beroperasi/tersedia dan digunakan oleh para pelaku usaha kelautan dan perikanan dalam

mendukung produksi dan pemasaran hasil perikanan 2. 20 proyek yang didanai oleh

Dana Kabupaten untuk Mendukung Perikanan Berskala Kecil mendorong adanya bisnis-bisnis baru dan menguntungkan desa sasaran

Survei rumah tangga masyarakat pesisir di desa-desa sasaran Catatan M&E proyek Audit kelompok usaha dan prasarana proyek

(A) Staf kabupaten termotivasi dan secara aktif mempersembahkan waktu mereka untuk pelaksanaan proyek

(25)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 25 of 90 Hasil 2.2 Meningkatnya

keikutsertaan dan

pendapatan oleh nelayan dan produsen kelautan dan perikanan berskala kecil dari produk berpotensi tinggi yang diprioritaskan di setiap kabupaten sasaran proyek

1. Rata-rata 300 rumah tangga tambahan di setiap kabupaten sasaran secara aktif berpartisipasi dalam rantai pasok produk berpotensi tinggi yang diprioritaskan, dua tahun setelah keterlibatan awal dan terus berlanjut dengan keikutsertaan mereka 2. Sekurangnya empat

pembeli secara aktif membeli produk di setiap kabupaten dalam sekurangnya dua pertiga rantai pasok yang diprioritaskan

Survei penjualan oleh parapelakuusaha kelautan dan perikanan

Survei pasar Catatan M&E proyek

(A) Nelayan dan produsen kelautan dan perikanan berskala kecil mampu bersaing pada tingkat nasional dalam hal mutu dan harga

Komponen 3. Pengelolaan Proyek

Hasil 3. Proyek dikelola secara efisien dan transparan untuk manfaat bagi rumah tangga dan masyarakat sasaran proyek

1. 80% dana proyek dicairkan pada waktu yang tepat sejalan dengan target yang ditetapkan di APWB dan untuk memuaskan rumah tangga masyarakat pesisir sasaran

Evaluasi keikutsertaan desa atas kinerja

proyek Laporan dari forum pemangku kepentingan dari kabupaten mengenai pengelolaan proyek Catatan keuangan proyek

(A) Komitmen politik dan pengelolaan terhadap pembangunan dan pengentasan kemiskinan dalam masyarakat sasaran melalui pendekatan berbasis pasar

Hasil 3.1 PMO dan 12 PIU didirikan dan beroperasi secara efektif

1. Kinerja 75% staf penting proyek (termasuk Direktur Proyek dan Sekretaris Eksekutif PMO dan PUI, Konsultan Kabupaten dan Tenaga Pendamping Desa dinilai memuaskan pada tinjauan pertengahan

Laporan triwulan proyek kabupaten Catatan M&E proyek

Catatan evaluasi kinerja staf dan pembayaran insentif

mereka

(A) Cukupnya jumlah staf yang termotivasi yang bekerja dengan PIU dan jumlahnya berubah ketika diperlukan

(A) Para pimpinan kabupaten sangat memahami proyek ini dan berkomitmen terhadap tujuannya dan memfasilitasi segala kegiatannya

Hasil 3.2 Terfasilitasinya replikasi bahkan membuat kegiatan proyek yang lebih baik lagi

1. Sekurangnya 24 kabupaten tambahan telah memulai pelaksanaan pendekatan dan kegiatan pada akhirProyek PMP 2. Proyek ini telah diperluas

hingga sekurangnya 60 desa tambahan dalam 12 kabupaten sasaran.

Catatan M&E proyek, audit dan pengawasan

(A) Pemerintah dan kabupaten dalam propinsi sasaran termotivasi untuk memperluas dan memulai pendekatan dan kegiatan proyek (A) Dana tersedia dari Pemerintah untuk

kegiatan proyek yang lebih baik lagi

* Indikator terkait, akan dikelompokkan berdasarkan gender.

Adapun penjelasan Laporan yang harus dipersiapkan masing-masing satker sebagai berikut:

2. Laporan Monitoring Pelaksanaan DIPA/RKAKL (Form A)

Satker Dinas Kota Makassar pelaksanaan Proyek PMP tahun 2013 wajib membuat Laporan Triwulanan Pelaksanaan DIPA/RKA-KL dengan menggunakan Form-A. Format Form-A mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Laporan Triwulanan Pelaksanaan DIPA/RKA-KL memuat antara lain rincian jenis belanja, kegiatan dan sub kegiatan sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran DIPA/PO-DIPA (RKAKL). Disamping itu juga, dilaporkan

(26)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 26 of 90

permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan dengan mengisi kolom permasalahan. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara target dalam Rencana Operasional Kegiatan (ROK) dengan realisasi, baik fisik maupun keuangan maka wajib dijelaskan permasalahannyadan upaya menyelesaikan permasalahan dimaksud. Laporan Triwulanan Pelaksanaan DIPA/RKA-KL (Form A) disampaikan ke Direktorat Jenderal KP3K setiap triwulan paling lambat tanggal 5 (lima), setelah triwulan berakhir.

3. Laporan Keuangan dan Barang (SAK dan SIMAK-BMN)

Laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari Laporan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Manajemen dan Akutansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN. Dalam pelaksanaannya Laporan SAK berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, sedangkan Laporan SIMAK-BMN berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara. Laporan ini agar disampaikan ke Direktorat Jenderal KP3K setiap triwulan paling lambat tanggal 5 setelah triwulan berakhir.

4. Laporan Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Audit/Pemeriksaan

Laporan Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Audit (TL-LHA) dan Laporan Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TL-LHP) adalah laporan yang harus dibuat oleh KPA berisikan tindak lanjut terhadap rekomendasi yang disampaikan Auditor/Pemeriksa Laporan Hasil Pemeriksaan baik yang dilakukan oleh Auditor/Pemeriksa Internal maupun Eksternal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, disebutkan bahwa:“Jawaban atau penjelasan sebagaimana disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima”.

Setiap pejabat yang diperiksa/satker wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah LHA/LHP diterima. Apabila ada hambatan yang dihadapi dalam proses penyelesaiannya agar diinformasikan dengan obyektif dan lengkap penyebab dari

(27)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 27 of 90

hambatan tersebut. Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit (TL-LHA) dan Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TL-LHP) agar melampirkan antara lain:

a. Bukti setor uang ke kas Negara;

b. Surat Keputusan pejabat yang berwenang;

c. Berita Acara yang terkait dengan Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit (TL-LHA) dan Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TL-LHP);

d. Surat/Nota Dinas/Memorandum perihal instruksi/perintah, teguran, koordinasi, usulan, laporan dsb yang terkait dengan Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit LHA) dan Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TL-LHP); dan

e. Foto-foto pendukung Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit (TL-LHA) dan Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TL-LHP).

Berkas Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit (TL-LHA) dan Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TL-LHP) yang telah ada harus segera dikirimkan kepada:

a. Instansi Pengawas (BPK/BPKP/ITJEN) berupa bukti asli; dan

b. Direktorat Jenderal KP3K - cq. Sekretariat Ditjen KP3K (bukti fotocopy).

5. Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Laporan Pelaksanaan Kegiatan antara lain sebagai berikut:

a. Pokmas Pesisir didampingi Tenaga Pendamping membuat Laporan Pemanfaatan BLM Proyek PMP dan ditujukan kepada Ketua PIU/Kepala Dinas Kabupaten/Kota setelah BLM cair;

b. TPD menyampaikan laporan kepada Ketua PIU/Kepala Dinas Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 setiap bulannya;

c. DOB menyampaikan Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan kepada Ketua PIU/Kepala Dinas Kabupaten/Kota setelah penyaluran BLM selesai dari masing-masing Pokmas Pesisir;

d. Pokmas Pesisir didampingi Tenaga Pendamping mencatat jumlah hasil usaha dan melaporkannya kepada PIU/Dinas Kabupaten/Kota; e. PIU/Dinas Kabupaten/Kota menyampaikan Laporan Pelaksanaan

Proyek PMP kepada PMO Direktorat Jenderal KP3K dan Dinas Provinsi setempat paling lambat tanggal 10 setiap bulan; dan

f. Direktur Jenderal KP3K menyampaikan Laporan Pelaksanaan Proyek PMP kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, IFAD dan lembaga terkait pada setiap triwulan, semester, dan akhir tahun.

(28)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 28 of 90 1.6. DESKRIPSI SINGKAT CAPAIAN KEGIATAN TAHUN 2013

No. Nama Kegiatan Capaian Kegiatan

1 Komponen 1. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Serta Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

1 Pembentukan Layanan

Fasilitator

Tersedianya layanan fasilitator berupa Tenaga Pendamping bagi kegiatan

PMP/CCD-IFAD, yang terdiri dari 3 orang Tenaga Pendamping Desa (TPD) dengan kontrak penuh dan 3 orang Tenaga

Pendamping yang berasal dari Penyuluh/Pendamping.

2 Sosialisasi Desa Tersosialisasinya proyek Pemberdayaan

Masyarakat Pesisir (CCD-IFAD) 3 Penilaian Desa Berbasis

Masyarakat

Review hasil kegiatan di setiap Desa/Keluaran

4 Pertemuan Desa

(Perencanaan,

Pengawasan, dan Evaluasi)

Output yang dihasilkan adalah perencanaan pembangunan desa

berbasis kelautan dan perikanan selama 3 tahun; daftar kegiatan yang diusulkan; berita acara pertemuan.

5 Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Pokmas

Output kegiatan ini adalah Pokmas Pesisir diharapkan dapat menyelesaikan proposal rinci untuk kegiatan yang termasuk sub komponen

6 Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat

Diperoleh data mengenai potensi dan permasalahan sumberdaya disetiap keluraan

7 Pembangunan Pondok

Informasi

Terbangunnya fasilitas umum untuk mendukung program IFAD dan untuk kepentingan masyarakat pada umumnya

8 Pembentukan dan

Pelatihan Co-Management Group

Terbentuknya Kelompok Pengelola Sumberdaya di 3 Desa/Kelurahan Tahun 2013 yang terlatih

(29)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 29 of 90

9 Persiapan Detail Village Coastal Marine Co-Management Plan

Terfasilitasinya persiapan dalam rangka perencanaan detail tentang pengelolaan pesisir di desa; fasilitasi pembuatan peraturan desa dll untuk 3

Desa/Kelurahan 10 Workshop Coastal Marine

Resources Co-Management

Masukan bagi kebijakan dibidang

pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil

11 Fasilitasi Pusat Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Pesisir (P3MP)

− Teridentifikasinya permasalahan sosial budaya masyarakat pesisir, dan potensi budaya, termasuk kearifan lokal;

− Kajian-kajian sosial budaya masyarakat pesisir dan langkah pemecahan masalah;

− Terfasilitasinya kelompok-kelompok usaha bidang kelautan dan

perikanan; dan

− Terwujudnya pola pikir dan sikap mental yang peduli terhadap pengelolaan SDKP yang berkelanjutan.

12 Penyusunan dan Pelatihan Sistem Monitoring

Sumberdaya Pesisir

terfasilitasinya bimbingan tehnik sistem monitoring sumberdaya pesisir bagi Pokmas Pengelola Sumberdaya Pesisir. 13 Pelatihan Market

Awareness

Meningkatnya kemampuan anggota kelompok dalam prospek pasar 2. Komponen 2.

Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan dan Perikanan

2.1 Pengembangan Alternative Income Generating dan Jaringan Pemasaran

Terfasilitasinya temu usaha dalam rangka pengembangan alternatif usaha bagi masyarakat pesisir serta pengembangan jejaring pemasaran.

3. Komponen 3. Pengelolan Proyek

(30)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 30 of 90

3 .1 Sinkronisasi Perencanaan dan Koordinasi

Terfasilitasinya pertemuan dalam rangka sinkronisasi perencanaan dan koordinasi. 3.2. Pertemuan Tim Teknis Terfasilitasinya pertemuan Komite

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir proyek CCD-IFAD, untuk menghasilkan

rekomendasi atas proposal Pokmas

2. GAMBARAN UMUM LOKASI CCDP-IFAD

2.1. PROFIL SINGKAT DESA TARGET CCDP-IFAD

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi, dahulu disebut Ujung Pandang, yang terletak antara antara 119:18'38” sampai 119:32'31”Bujur Timur dan antara 5:30'30” sampai 5:14'49” Lintang Selatan, yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km2. Luas laut dihitung dari 12 mil dari daratan sebesar 29,9 Km2, dengan ketinggian topografi dengan kemiringan 0: sampai 9:. Terdapat 12 pulau-pulau kecil, 11 diantaranya telah diberi nama dan 1 pulau yang belum diberi nama. Kota Makassar memiliki garis pantai kurang lebih 100 km yang dilewati oleh dua sungai yaitu Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang.

Berdasarkan data Tahun 2011 BPS Kota Makassar wilayah administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 143 kelurahan, dengan 971 RW, dan 4789 RT, dengan total Luas wilayah administrasi Kota Makassar adalah 175,77 km2. Prosentase luas wilayah kecamatan yang tergolong cukup luas adalah Kecamatan Biringkanaya (27,43%), Tamalanrea (18,11%), Manggala (13,73%) dan Tamalate (11,50%) dari luas total luas wilayah Kota Makassar 31.84 km2

Sesuai hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, Jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2011 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 667.995 perempuan, rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan di Kota Makassar sebesar 97,55% dan yang

(31)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 31 of 90

terbesar terdapat di Kecamatan Ujung Tanah (100,31%) dan Kecamatan Tallo (100,30%).

Gambar 2.1. Peta Kota Makassar

2.1.1. Kelurahan Tanjung Merdeka

Kelurahan Tanjung Merdeka memiliki jumlah penduduk ± 7.087 Jiwa dan

1.829 KK. Kelurahan Tanjung Merdeka terbagi atas 8 Rukun Warga (RW)

dengan rincian jumlah penduduk setiap RW sebagai berikut :

1. Jumlah Penduduk Kelurahan Tanjung Merdeka Kecamatan Tamalate Kota Makassar

No. Jenis

Kelamin Jumlah Total Persentase

(%) RW

1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6 RW 7 RW 8

1 Laki-laki 723 260 215 661 570 415 598 399 3841 54 2 Perempuan 619 148 321 458 490 409 431 370 3246 46

- Sebelah Barat : Selat Makassar - Sebelah Timur : Kab. Gowa

(32)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 32 of 90

Jumlah 1342 408 536 1119 1060 824 1029 769 7087 100

Untuk wilayah Pemukiman Penduduk Kelurahan Tanjung Merdeka di huni oleh penduduk asli Kota Makassar yaitu Suku Mangkasara (Makassar) sedangkan untuk daerah pemukiman Baru (Perumahan) dihuni sebagian oleh Suku Makassar yang telah bersosialisasi dan berintegrasi dengan suku-suku pendatang yang ada seperti Bugis, Toraja dan Mandar.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin yang ada dikelurahan Tanjung Merdeka sebanyak 701 KK (± 2.453) Jiwa atau sekitar 34,6

% dari jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Merdeka. Potensi Perikanan

Perikanan Budidaya

Potensi perikanan terbesar pada wilayah Kelurahan Tanjung Merdeka adalah Budidaya Air Tawar. Sampai saat ini jumlah keramba yang ada di Kelurahan Tanjung Merdeka sebanyak 80 Keramba dan 12 Kolam pembudidaya yang terkonsentrasi pada wilayah RW 1 dan RW 2. Adapun jenis komoditi yang dibudidayakan adalah ikan Nila, Lele, Patin, Bawal, Gurami dan Ikan Hias. Selain itu juga terdapat kelompok pengolahan hasil budidaya untuk dijadikan kerupuk dan abon ikan.

2.1.1. Kelurahan Lakkang

Kelurahan Lakkang (S 5° 7'17.07", E 119°28'0.59") adalah Kelurahan dan merupakan daerah kepulauan yang ada di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Lakkang berada di delta sungai Tallo dan Pampang

No Luas Lahan Area Budidaya Periakan (M2)

Tambak -

Kolam 290

(33)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 33 of 90

dan terbentuk sebagai akibat sedimentasi sungai selama ratusan tahun. Kelurahan Lakkang memiliki luas wilayah ±195 Ha² dan dikelilingi oleh vegetasi yang beragam.

Gambar. 2.2. Lokasi Kelurahan Lakkang

Kelurahan Lakkang memiliki jumlah penduduk sebanyak 952 Jiwa dan 300 KK. Kelurahan Lakkang terbagi atas 2 Rukun Warga (RW) yaitu RW 001 yang terdiri dari 4 RT dan RW.002 yang terdiri 4 RT. Sebagian besar warga Kelurahan Lakkang bekerja sebagai nelayan, penyewa sawah, peternak, petambak, pedagang, buruh, PNS dan keryawan/pegawai swasta. Bahkan masih ada masyarakat yang belum memiliki pekerjaan dan begantung pada keluarga.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar No. Jenis Kelamin Jumlah Total Persentase (%) RW.01 RW.02 1 Laki-laki 262 220 504 51 2 Perempuan 242 228 448 49 Jumlah 504 448 952 100

(34)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 34 of 90 Tabel 2.2. Kualifikasi Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar

No. Uraian (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) L P 1 0 - 5 49 31 80 8,8 2 6 - 12 81 62 143 13,8 3 13 - 16 61 45 106 9,5 4 17 - 30 127 109 236 26,1 5 31 - 40 85 91 176 19,1 6 40 ≤ 101 110 211 22,7 Jumlah 504 448 952 100

Tabel 2.3. Mata Pencaharian/Pekerjaan Penduduk Kelurahan Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar

No. Uraian Jumlah Total Persentase (%)

RW.01 RW.02 1 Petani / Nelayan 89 83 172 18,3 2 Penjual / Pedagang 25 24 49 4,2 3 Mahasiswa / Pelajar 129 101 230 25,4 4 Buruh Harian 44 48 92 8,7 5 PNS / POLRI / TNI 2 5 7 0,8

6 Karyawan / Pegawai Swasta 25 19 44 3,4

7 Anak-anak / Tidak Bekerja 177 153 330 36,5

8 Dan lain-lain 13 15 28 2,7

Jumlah 504 448 952 100

Kondisi Geografis

Secara administratif, wilayah ini terbagi atas 2 RW. Sebelah utara Kelurahan Lakkang berbatasan dengan Kecamatan Tamalanrea (Kelurahan Kapasa dan Kelurahan Parang Loe), sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Panakkukang (Kelurahan Pampang), sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Rappo Kalling dan Kelurahan Parang Loe sedangkan di Timur berbatasan dengan Kecamatan Tamalanrea (Kelurahan Tamalanrea Indah). jarak Kelurahan Lakkang dari pusat pemerintahan Kecamatan Tallo adalah ±15 km.

(35)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 35 of 90 Kondisi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Tabel 2.4. Peruntukan Lahan di Kelurahan Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar

NO LAHAN LUAS

1 Tambak/Empang 122,01 Ha²

2 Persawahan 15,01 Ha²

3 Pemukiman dan Perkebunan 25,62 Ha²

4 Fasilitas Umum 2,62 Ha²

- Perkantoran 700 m² - Sekolah 2400 m² - Pustu 900 m² - Masjid 750 m² - TPU (Pemakaman) 5.000 m²

- Lapangan Olah Raga 3.950 m²

- Jalanan dll 12.500 m²

Tabel 2.5. Potensi Lahan Budidaya di Kelurahan Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar No Usaha Budidaya Luas Lahan Area Budidaya Perikanan

Aktual (Ha) Potensial (Ha²)

1 Tambak / Empang 75 122,01

Kegiatan budidaya tambak memegang peranan penting baik dalam ragam atau jenis produk, jumlah, volume atau ekspor, maupun nilainya terhadap perekonomiaan dan kesejahteraan masyarakat. Peranan penting ini merupakan kontribusi dari pemanfaatan sumberdaya perikanan, yaitu sumber daya perairan sebagai tempat hidup dan berkembangnya ikan, sumber daya buatan manusia sebagai pelaku usaha perikanan (petambak, pengelolaan, dan pedagang) dan berbagai kegiatan kebijakan pemerintah.

RTP (Rumah Tangga Perikanan) masyarakat Lakkang mempunyai kegiatan usaha yang terdiri dari pembudidaya ikan yakni polikultur ikan bandeng dan udang windu, Penangkap ikan, dan terdapat Juga Rumah Tangga Perikanan yang mempunyai jenis usaha pengolahan dan pemasaran.

(36)

LAPORAN AKHIR KONSULTAN KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 36 of 90 2.1.3. Kelurahan Cambaya

Luas wilayah kelurahan cambaya 0,5 km², terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 22 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun 2010 ± 6.000 jiwa, jumlah KK sekitar ± 1.400. Untuk lebih lengkapnya jumlah penduduk Kelurahan Cambaya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2,6. Jumlah Penduduk kelurahan Cambaya Kota Makassar

NO RW JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KEPALA KELUARGA

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 RW 01 613 627 272 29 2 RW 02 723 738 312 39 3 RW 03 939 826 383 42 4 RW 04 603 493 238 37 5 RW 05 224 237 87 14 J U M L A H 3.102 2.921 1.292 161

Tingkat Kesejahtraan Masyarakat Cambayya terbagi menjadi 4 golongan, Yaitu :  Keluarga Prasejahtera sebanyak 594 Keluarga

 Keluarga Sejahtera 1 sebanyak 538 Keluarga  Keluarga sejahtera 2 Sebanyak 316 Keluarga  Keluarga Sejahtera 3 sebanyak 40 Keluarga

2.2. POTENSI EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar memiliki potensi perikanan yang sangat besar, karena akses pada laut sangat terbuka. Namun perikanan pada pulau kecil kebanyakan berskala kecil. Kegiatan perikanan sering dihadapkan dengan masalah cold storage, pemasaran, alat tangkap tradisional bahkan kekurangan stok ikan.

2.2.1 Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi bagi Kota Makassar, karena kontribusinya dalam penyediaan pangan yang berasal dari laut seperti berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, kerang-kerangan dan hewan lunak lainnya, serta penghasil devisa daerah yang potensial, walaupun selama ini ekspor ikan tidak

Gambar

Gambar 1.1.Struktur Kelembagaan Keseluruhan Proyek PMP
Gambar 1.2. Struktur Kelembagaan PMO
Gambar 1.3. Struktur Kelembagaan PIU Kabupaten/Kota
Gambar 1.4. Struktur Kelembagaan CCDP-IFAD Kota Makassar Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya lokal; Meningkatnya kegiatan ekonomi, pengembangan sumberdaya manusia, dan infrastruktur lingkungan perdesaan secara terpadu di

Dari segi ekonomi, peningkatan produksi sangat memungkinkan untuk dapat ditingkatkan, pentingnya pengembangan sumberdaya manusia yang ada dan dukungan kelembagaan

Kabupaten Simeulue merupakan daerah dengan potensi sumberdaya alam yang baik, sektor pertanian Kabupaten Simeulue memiliki potensi penting sebagai salah satu subjek pelaku

PEMB mengedepanka program pengelolaan potensi sumberdaya pesisir dan laut, baik yaang telah rusak maupun yang masih bisa dimanfaatkan, serta kondisi sumberdaya manusia

PEMB mengedepanka program pengelolaan potensi sumberdaya pesisir dan laut, baik yaang telah rusak maupun yang masih bisa dimanfaatkan, serta kondisi sumberdaya manusia

Proyek memiliki 3 (tiga) komponen kegiatan: (i) Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya; (ii) Dukungan Kabupaten bagi Pembangunan Ekonomi Kelautan

Potensi pengembangan wisata bahari di Kota Makassar, sangat terbuka luas untuk dikelola menjadi industri wisata bahari yang memperhatikan keberlanjutan

5 Menganalisis perubahan karakterisitik lokasi dari waktu ke waktu berdasarkan aspek fisik dan sosial.. 1 Menjelaskan potensi sumber daya alam Potensi Ekonomi Lingkungan