• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Program Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Indolakto Jl. Raya Medan Km 11.5 Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Program Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Indolakto Jl. Raya Medan Km 11.5 Tanjung Morawa"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Kompensasi

Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi

manajemen sumber daya manusia yang berhubungan dengan semua jenis

pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas

organisasi. Kompensasi merupakan imbalan yang diberikan oleh perusahaan

kepada karyawan atas jasanya dalam melakukan tugas, kewjiban, dan tanggung

jawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Hasibuan (2007 : 118) kompensasi adalah semua pendapatan yang

berbentuk uang, barang, langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan

sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Besarnya balas jasa

telah ditentukan dan di ketahui sebelumnya, sehingga karyawan akan secara pasti

mengetahui besarnya kompensasi yang akan diterimanya.

Besarnya kompensasi mencerminkan status, pengakuan, dan tingkat

pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan tersebut bersama

keluarganya. Jika balas jasa yang diterima karyawan semakin besar berarti

jabatannya semakin tinggi, statusnya semakin baik, dan pemenuhan kebutuhan

yang dinikmatinya semakin banyak pula. Sulistiyani dan Rosidah (2003:206),

mengungkapkan bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh

(2)

karyawan harus mempunyai dasar yang logis dan rasional. Menurut Panggabean

(2004:75) kompensasi dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan

yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka

berikan kepada organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa kompensasi merupakan imbalan yang diberikan

oleh perusahaan kepada karyawan atas jasanya dalam melakukan tugas, kewjiban,

dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan

perusahaan. Kompensai merupakan faktor penting yang mempengaruhi

bagaimana dan mengapa orang – orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan

pada organisasi yang lain.

2.1.2 Tujuan Kompensasi

Pemberian kompensasi dalam suatu organisasi harus diatur sedemikianrupa.

Menurut Hasibuan (2007:121) tujuan dari pemberian kompensasi adalah :

a. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian kompensai terjalinlah ikatan kerja sama formal antara

pengusaha dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas – tugasnya

dengan baik, sedangkan pengusaha wajib membayar kompensasi sesuai dengan

perjanjian yang disepakatai.

b. Kepuasan Kerja

Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan fisik

seperti (makan, minum tempat tinggal), status sosial karena manusia tergantung

satu sama lain maka terdapat kebutuhan yang hanya bisa dipuaskan apabila

(3)

yaitu berhubungan dengan keinginan orang utnuk bebas, untuk mengerjakan

sesuatu sendiri dan untuk puas karena berhasil menyelesaikannya. Dengan

terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan tersebut sehingga memperoleh kepuasan

kerja dari jabatannya.

c. Pengadaan Efektif

Jika progam kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang

qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.

d. Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi

bawahannya.

e. Stabilitas Karyawan

Dengan program kompensasi atau prinsip adil dan layak serta eksternal

konsistensi yang kompetatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena

turnover relative kecil.

f. Displin

Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin maka karyawan

semakin baik. Mereka akan menyadari serta menaati peraturan-peraturan yang

berlaku.

g. Pengaruh Serikat Buruh.

Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan

(4)

h. Pengaruh Pemerintah.

Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuan yang berlaku

(seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

Adapun tujuan dari pemberian kompensasi menurut Ishak Arep dan Hendri

Tanjung (2003:197) yaitu:

1. Memperoleh karyawan yang berkualitas dengan cara menarik karywan

yang handal ke dalam organisasi. Jika kompensasi yang diberikan tinggi,

maka banyak orang yang berminat bekerja di tempat tersebut, sehingga

seleksi dapat dilakukan dengan cara yang sangat ketat.

2. Meningkatan gairah dan semangat kerja melalui memotivasi karyawan

untuk mencapai prestasi unggul.

3. Timbulnya Long Life Employment ( bekerja seumur hidup atau timbul

loyalitas dalam bekerja di tempat tersebut).

2.1.3 Jenis - Jenis Kompensasi

Sofyandi (2008:160) mengkategorikan kompensasi ke dalam dua bentuk

yaitu kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung.

1) Kompensasi Langsung

Kompensasi langsung adalah suatu balas jasa yang diberikan perussahaan kepada

karyawan karena telah memberikan prestasinya demi kepentingan perusahaan.

Kompensasi ini diberikan karena berkaitan secara langsung dengan pekerjaan

(5)

2) Kompensasi tidak langsung

Kompensasi tidak langsung adalah pemberian kompensasi kepada karyawan

sebagai tambahan yang didasarkan kepada kebijakan pimpinan dalam rangka

upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan. Pemberian kompensasi ini tidak

secara langsung tersebut berupa tunjangan hari raya, tunjangan pensiun, tunjangan

kesehatan, termasuk fasilitas – fasilitas yang diberikan perusahaan.

2.1.4 Komponen Kompensasi

1) Gaji/upah

Panggabean (2004:77) mendefinisikan gaji sebagai imbalan finansial yang

dibayarkan kepada karyawan secara teratur, seperti tahunan, caturwulan, bulanan

atau mingguan dan umumnya disesuaikan dengan jabatan dan kedudukan

seseorang dalam suatu organisasi. Upah menurut Panggabean (2004:77)

merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada para pekerja

berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan, atau banyaknya pelayanan

yang diberikan. Rivai (2004:360) mengartikan gaji sebagai balas jasa dalam

bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukannya

sebagai seseorang karena memberikan sumbangan tenaga dan pikiran dalam

mencapai tujuan perusahaan. Upah menurut Rivai (2004:360-362) merupakan

imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam

kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan.

Tidak seperti gaji yang jumlahnya tetap, besarnya upah dapat berubah –

ubah. Upah dan gaji sama – sama merupakan imbalan finansial langsung, yang

(6)

tersebut diberikan. Adapun sistem pembayaran kompensasi meurut hasibuan

(2007:124) adalah :

a. Sistem waktu

Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji/upah) ditetapkan

berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Administrasi

pengupahan sistem waktu relatif mudah serta dapat diterapkan kepada

karyawan tetap maupun pekerja harian. Sistem waktu biasanya ditetapkan

jika prestasi kerja sulit diukur per unitnya dan bagi karyawan tetap

kompensasinya dibayar atas sistem waktu secara periodik setiap bulannya.

Besar kompesasi sistem waktu hanya didasarkan kepada lamanya bekerja

bukan dikaitkan dengan prestasi kerjanya.

b. Sistem Hasil ( Output )

Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi/upah ditentukan atas kesatuan

unit yang dihasilkan pekerja, seperti ukuran perpotong, meter, liter, dan

kilogram. Besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada

banyaknya hasil yang dipekerjakan bukan kepada lamanya waktu

mengerjakannya. Sistem hasil ini tidak dapat diterapkan kepada karyawan

tetap ( sistem waktu ) dan jenis pekerjaan yang tidak mempunyai standar

fisik, seperti bagi karyawan administrasi. Pada sistem hasil yang mendapat

perhatian sungguh – sungguh adalah kualitas barang yang dihasilkan

karena ada kecenderungan dari karyawan untuk mencapai produksi yang

lebih besar sehingga kurang memperhatikan kualitasnya. Manajer juga

(7)

bekerja di luar kemampuannya sehingga kurang memperhatikan

keselamatannya.

c. Sistem Borongan

Sistem borongan merupakan cara pengupahan yang penetapan besarnya

jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.

Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan sistem borongan cukup rumit,

lama mengerjakannya, serta banyak alat yang diperlukan untuk

menyelesaikannya.

2) Insentif

Hasibuan (2007:118) menyatakan bahwa insentif adalah tambahan balas jasa

yang diberikan kepada karyawan yang prestasinya di atas prestasi standar.

Semakin tinggi prestasinya semakin besar pula insentif yang akan diberikan.

Insentif diberikan untuk menaikkan semangat kerja karyawan dan mendorong

karyawan dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Sedangkan

menurut Panggabean ( 2004:77) insentif merupakan imbalan langsung yang

dibayarkan kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan.

3) Kompensasi Tidak Langsung

Kompensasi tidak langsung menurut Rivai (2004:362) merupakan kompensasi

tambahan yang diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua

karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya

(8)

2.1.5 Asas Kompensasi

Program kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak supaya

kompensasi yang diberikan dapat meningkatkan gairah dan kepuasan kerja

karyawan.

a. Asas Adil

Menurut Hasibuan (2007:122) besarnya kompensasi yang dibayar kepada

setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, risiko

pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerja. Jadi adil bukan berarti setiap

karyawan menerima kompensasi yang sama besarnya. Asas adil harus menjadi

dasar penilaian, perlakuan, dan pemberian hadiah atau hukuman bagi setiap

karyawan.

Siagian (2004:255) menjelaskan sistem imbalan yang mengandung prinsip

keadilan ialah para pegawai yang melaksanakan tugas sejenis mendapat imbalan

yang sama pula. tentunya ada faktor – faktor lain yang harus dipertimbangkan,

seperti masa kerja, jumlah tanggungan dan sebagainya, yang dapat berakibat pada

perbedaan penghasilan para pegawai meskipun melaksanakan pekerjaan yang

sejenis.

b. Asas Layak dan Wajar

Menurut Hasibuan (2007:123) kompensasi yang diterima karyawan dapat

memenuhi kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur layak

adalah relatif, penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas upah minimal

(9)

2.1.6 Proses Penentuan Kompensasi

Panggabean (2004:82) menjelaskan proses atau tahap – tahapan yang

dilalui dalam pemberian kompensasi supaya terasa adil terdiri atas :

1. Menyelenggarakan survei gaji.

Survei mengenai jumlah gaji yang diberikan bagi pekerjaan yang sebanding di

perusahaan lain.

2. Menentukan nilai tiap pekerjaan dalam perusahaan melalui evaluasi pekerjaan.

3. Mengelompokkan pekerjaan yang sama/sejenis ke dalam, tingkat upah yang

sama pula.

4. Menetapkan harga tiap tingkatan gaji dengan menggunakan garis upah.

5. Menyesuaikan tingkat upah dengan peraturan perundang – undangan yang

berlaku.

2.1.7 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “MOVERE” yang berarti dorongan atau

menggerakkan (Hasibuan, 2007:141) motivasi ini hanya ditujukan kepada sumber

daya manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Pentingnya

motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan

mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai

hasil yang optimal. Motivasi di perlukan karyawan karena pimpinan telah

membagikan pekerjaan kepada karywan supaya dikerjakan dengan baik.

Menurut Rivai (2004:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan

nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai

(10)

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan

orang yang lain berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di dalam

bekerja.

Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti memiliki suatu faktor yang

mendorong aktivitas tersebut. Sutrisno (2009:119) menyatakan bahwa motivasi

adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas

tertentu, oleh karena itu motivasi seringkali diartikan pula sebagai faktor

pendorong perilaku seseorang. Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan

mampu, cakap, dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan untukmencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan

kecakapan karyawan tidak ada artinya jika mereka tidak ada kemauan untuk

bekerja dengan giat sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan dan

berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2006:61) motivasi terbentuk dari sikap karyawan

dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan. Motivasi merupakan kondisi atau

energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk

mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan

positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk

mencapai kinerja maksimal. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong

gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memeberikan

semua kemampuan dan ketrampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan orang yang lain berbeda

(11)

seorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan

beberapa definisi dan komponen pokok diatas dapat dirumuskan motivasi

merupakan daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan

perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan.

2.1.8 Jenis - Jenis Motivasi

Hasibuan (2007: 150) mengelompokkan jenis-jenis motivasi menjadi dua

jenis yaitu :

1) Motivasi positif

Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka

yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan

akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang

baik-baik saja.

2) Motivasi negatif

Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka

yang pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif

ini semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena

takut dihukum.

2.1.9 Tujuan Motivasi

Adapun tujuan dari motivasi menurut Hasibuan (2007:146) yaitu:

1) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

2) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

3) Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.

(12)

5) Mengefektifkan pengadaan karyawan.

6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

7) Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.

8) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.

9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas - tugasnya.

10) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

2.1.10 Metode Motivasi

Menurut Hasibuan (2007: 1149), ada dua metode motivasi, yaitu:

1. Motivasi Langsung (Direct Motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan

serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan,

tunjangan hari raya, dan sebagainya.

2. Motivasi Tak Langsung (Indirect Motivation)

Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran

tugas, sehingga karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.

Misalnya, kursi yang empuk, mesin – mesin yang baik, ruangan kerja yang

(13)

2.1.11 Teori-teori Motivasi

Teori-teori Motivasi menurut Mangkunegara (2006:62-73) yaitu :

1. Teori-Teori Kebutuhan tentang Motivasi

a. Maslow’s Need Hierarchy Theory

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah

sebagai berikut :

1. Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan

fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah

atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,

bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

3. Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

kelompok, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh

orang lain.

5. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan

kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan

mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

b. Hezberg Two Factor Theory

Dua faktor yang menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut

hezberg, yaitu faktor pemeliharaan dan faktor pemotivasian. Faktor

pemeliharaan disebut pula dissatisfiers, hygience factor, job context, extrinsic

(14)

pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan subordinat, upah,

keamanan kerja, kondisi kerja, dan status. Sedangkan faktor pemotivasian

disebut pulak satisfier, motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi

dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan, work it self, kesempatan

berkembang, dan tanggung jawab.

c. Achievement Theory

Produktivitas seseorang dipengaruhi oleh virus mental virus yang

merupakan kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai

prestasinya secara maksimal.Virus mental yang dimaksud terdiri dari 3 (tiga)

dorongan kebutuhan, yaitu :

1. Kebutuhan untuk berprestasi

2. Kebutuhan untuk memperluas pergaulan

3. Kebutuhan untuk menguasai sesuatu

2. Teori Kognitif tentang Motivasi

a. Expectancy Theory

Motivasi merupakan suatu produk dari bagaimana seseorang

menginginkan aksi tertentu yang akan menuntunnya. Pengharapan merupakan

kekuatan pada suatu perlakuan diikuti dengan hasil khusus. Jika saeorang

pegawai mempunyai keinginan kuat utnuk suatu keamjuan, maka kekuatan

(15)

b. Equity Theory

Teori ini dikembangkan oleh Adam. Adapun komponen dari teori ini

adalah input, outcome,comparison person, dan equity in equity. Input adalah

semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja.

Misalnya pendidikan, pengalaman, skill, usaha, peralatan pribadi, jumlah jam

kerja. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai.

Misalnya upah, keuntungan tambahan,status symbol, pengenalan kembali,

kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri. Sedangkan

Comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama,

seorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam

pekerjaan sebelumnya.

Menurut teori ini , puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari

membandingkan antar outcome dirinya dengan perbandingan

input-outcome pegawai lain. Jadi, jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang

maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi apabila terjadi tidak

seimbang dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu ketidakseimbangan

yang menguntungkan dirinya dan sebaliknya ketidakseimbangan yang

menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding.

Keadilan merupakan proses memotivasi semangat kerja seseorang, atasan

harus bertindak adil sperti dalam pemberian hadiah dan hukuman terhadap

semua bawahannya yang dilakukan secara objektif. Jika hal ini diterapkan

(16)

c. Goal-Setting Theory

Teori penetapan tujuan ini merupakan teori motivasi dengan pendekatan

kognitif yang dikembangkan oleh Edwin Locke. ia berkesimpulan bahwa

penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh pada pekerjaan saja, tetapi

juga merangsang karyawan untuk mencari atau menggunakan metode kerja

yang paling efektif.

2.1.12 Pengertian Kinerja

Soeprihanto (2002:7) menyatakan kinerja seorang karyawan adalah hasil

kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, misalnya standard, target/sasaran atau kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Perusahaan dalam

menentukan seberapa besar kompensasi yang diberikan kepada karyawan

didasarkan pada kinerja karyawannya. Karyawan perlu dimotivasi agar bekrja

lebih bersemangat dan lebih giat lagi sehingga menghasilkan kinerja yang

maksimal. Menurut Mangkunegara (2006:9) kinerja karyawan (prestasi kerja)

adalah hasil dari kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Kinerja seorang karyawan pada dasarnya adalah suatu hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesanggupan serta waktu

(17)

seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta

peran dan tingkat motivasi seorang karyawan.

2.1.13 Tujuan Manajemen Kinerja

Tujuan penilaian kinerja atau prestasi kinerja karyawan pada dasarya

meliputi (Rivai, 2004 :312) :

a. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini

b. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji

berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa, insentif uang

c. Mendorong pertanggung jawaban dari karyawan

d. Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lain

e. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi kedalam :

1. Penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer, rotasi

pekerjaan

2. Promosi, kenaikan jabatan

3. Training atau latihan

f. Meningkatkan motivasi kerja

g. Meningkatkan etos kerja

h. Memperkuat hubungan antar karyawan dengan supervisor melalui diskusi

tentang kemajuan kerja mereka

i. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk

memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karir

(18)

j. Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai untuk

mencapai hasil yang baik secara menyeluruh.

k. Mengembankan dan menetaokan kompensasi pekerjaan.

2.1.14 Metode Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2004: 324) Metode atau teknik penilaian kinerja karyawan

dapat digunakan dengan pendekatan yang berorientasi masa lalu dan masa depan.

1) Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu

Dengan metode penilaian yang berorientasi pada masa lalu, katyawan dapat

memperoleh umpan balik dari upaya – upaya mereka yang mengarah kepad

aperbaikan – perbaikan kinerja yang meliputi:

a. Skala Peringkat

Merupakan metode yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam

penilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian

yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu,

mulai dari yang paling rendah sampai paling tinggi.

b. Daftar Pertanyaan

Penilaian berdasarkan metode ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang

menjelaskam beraneka macam tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu.

c. Metode dengan Pilihan Terarah

Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi

(19)

d. Metode Peristiwa Kritis

Metode ini merupakan pemilihan yang mendasarkan pada catatan kritis penilai

atas perilaku karyawan, seperti sangat baik atau sangat jelek di dalam

melaksanakan pekerjaan.

e. Metode Catatan Prestasi

Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan

penyempuraan yang banyak digunakan terutama oleh para profesional.

f. Skala Peringkat dikaitkan dengan tingkah laku

Metode ini merupakan suatu cara penilaian prestasi kerja karyawan untuk

satu kurun waktu tertentu di masa lalu dengan mengaitkan skala peringkat

prestasi kerja dengan perilaku tertentu.

g. Metode Peninjauan Lapangan

Di sini penyelia turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM.

h. Tes dan Observasi Prestasi Kerja

Pertimbangan dan keterbatasan penilaian presrasi dapat didasarkan pada tes

pengetahuan dan keterampilan, berupa tes tertulis dan peragaan, syaratnya tes

harus valid dan dapat dipercaya.

i. Pendekatan Evaluasi Komparatif

Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seorang dengan

(20)

2) Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan

a. Penilaian Diri Sendiri

Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri

dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan

dan kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasikan aspek-aspek

perilaku kerja di masa yang akan datang.

b. Manajemen Berdasarkan Sasaran

Manajemen berdasaekan sasaran yaitu, suatu bentuk penilaian di mana

karyawan dan penyelia bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau

sasaran-sasaran pelaksana kerja di waktu yang akan datang.

c. Penilaian Secara Psikologis

Proses penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi untuk mengetahui

potensi seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti

kemampuan intelektual, motivasi, dan lain-lain yang bersifat psikologis.

d. Pusat Penilaian

Pusat penilaian adalah penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik

penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi

(21)

2.1.15 Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Mangkunegara (2006:13-14) dalam pembahasan mengenai

permasalahan kinerja karyawan maka tidak terlepas dari berbagai macam faktor

yang mempengaruhi pencapaian kinerja diantaranya :

1) Faktor kemampuan (Ability).

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan reality (knowledge + skill) diatas rata- rata dengan pendidikan

yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekrjaan

sehari – hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

2) Faktor Motivasi (motivation).

Motivasi diartikan suatu sikap terhadap situasi kerja di lingkungan

organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan

menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap

negative terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang

rendah. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang

terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Sedangkan menurut Siagian (2007:114), ada banyak faktor yang

mempengaruhi kinerja yaitu :

1. Gaji yang cukup

2. Lingkungan dan iklim kerja

3. Harga diri perlu mendapat perhatian

4. Menempatkan pegawai pada posisi yang tepat

(22)

6. Perasaan aman untuk masa depan perlu diperhatikan

7. Usahakan agar karyawan mempunyai loyalitas

8. Sesekali para karyawan perlu diajak berunding

9. Pemberian insentif yang menyenangkan

10.Kapasitas kerja

2.1.16 Indikator Kinerja

Sutrisno (2009:152) menjelaskan ada enam indikator kinerja yaitu:

1. Hasil kerja

Meliputi tingkat kualitas maupun kuantitas y ang telah dihasilkan dan sejauh

mana pengawasan dilakukan.

2. Pengetahuan pekerjaan.

Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas dan pekerjaan yang akan

berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas hasil kerja.

3. Inisiatif

Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khususnya dalam hal

penanganan masalah – masalah yang timbul.

4. Kecekatan mental.

Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan

menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada.

5. Sikap.

Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas

pekerjaan,

(23)

2.2 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja.

Ketika merekrut seorang karyawan, manajemen organisasi mengharapkan

karyawan melakukan pekerjaan atau tugas tertentu dengan cara tertentu dan

menghasilkan kinerja tertentu untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja yang

yang baik dan berkualitas akan memberikan kompensasi yang tinggi bagi

karyawan, dan dapat meningkatkan produktivitas dan menjaga kelangsungan

hidup perusahaan.. Para karyawan akan lebih terdorong bekerja dengan optimal

apabila perusahaan memperhatikan kebutuhan karyawan, terutama dalam hal

pemberian kompensasi. Kompensasi akan menentukan apakah pegawai akan tetap

bertahan untuk bekerja atau keluar dari tempatnya bekerja

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan perusahan kepada

karyawan secara adil dan layak, baik secara langsung maupun tidak langsung, atas

kinerja karyawan, karena kinerja karyawan memiliki peran besar terhadap usaha

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kompensasi bukan hanya penting bagi

karyawan, melainkan juga penting bagi perusahaan itu sendiri, apabila

kompensasi diberikan secara tepat dan benar maka karyawan akan memperoleh

kepuasan kerja dan termotivasi dalam meningkatkan kinerja yang lebih baik lagi.

Apabila komensasi yang diberikan kurang tepat atau tidak memadai, akan

menyebabkan kinerja kerja karyawan menurun karena karyawan merasa tidak

dihargai sesuai dengan apa yang karyawan lakukan untuk perusahaan dan

menyebabkan tingginya tingkat keluar masuknya karyawan, sehingga perusahaan

(24)

Bagi karyawan besarnya kompensasi mencerminkan status sosial mereka

di antara para karyawan itu sendiri dan masyarakat, selain itu kompensasi

merupakan sumber penghasilan bagi karyawan dan keluarganya, karena itu

besarnya kompensasi harus dapat memenuhi kebutuhan untuk diri karyawan dan

keluarganya. Program kompensasi sangat penting bagi perusahaan atau organisasi

karena program kompensasi merupakan upaya dari perusahaan untuk dapat

mempertahankan sumber daya manusia yang menjadi komponen utama dan

memotivasi karyawannya untuk bekerja lebih baik lagi.

Hasibuan (2007:122) menyatakan bahwa pemberian kompensasi

hendaknya memberikan kepuasan kepada semua pihak, karyawan dapat

memenuhi kebutuhannya, pengusaha mendapat laba, peraturan pemerintah dapat

ditaati, dan konsumen mendapatkan barang/jasa yang baik. Oleh karena itu,

semakin baik kinerja karyawan maka semakin tinggi pula kompensasi yang akan

diterima, karena karyawan merasa dihargai atas kontribusi karyawan kepada

perusahaan. Kompensasi diberikan kepada karyawan yang memberikan hasil

(25)

2.3 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan

Motivasi kerja bawahan sangat berpengaruh terhadap kinerja yang dicapai

dalam pekerjaan. Oleh sebab itu, pimpinan dituntut untuk dapat mengetahui serta

dapat menciptakan gairah kerja bawahannya serta dapat menyalurkannya sehingga

bawahan dapat termotivasi. Kinerja yang yang baik dan berkualitas akan

memberikan kompensasi yang tinggi bagi karyawan, dan dapat meningkatkan

produktivitas dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kinerja karyawan

perlu di dorong untuk semakin baik dan semakin optimal. Motivasi karyawan

untuk bekerja, mengembangkan kemampuan kerjanya yang dipengaruhi oleh

umpan balik mengenai hasil kerjanya. Menurut Mangkunegara (2006:61) motivasi

terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan.

Motivasi merupakan kondisi atau energi yang diri karyawan yang terarah atau

tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.

Apabila motivasi itu timbul dari dalam diri manusia dan sudah terlaksana

dengan baik, maka semangat kerja karyawan dapat meningkat dengan cepat

dimana semangat kerja yang meningkat akan dapat meningkatkan kinerja

karyawan diperusahaan itu. Usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan tersebut

merupakan tanggung jawab perusahaan. Setiap pimpinan dituntut untuk

menciptakan hasil kerja yang baik ataupun dituntut untuk meningkatkan

produktivitas usahanya. Kinerja bawahan, di dalamnya terkandung hasil kerja

pelayanan terbaik dari bawahan tersebut. Dimana untuk meningkatkan kinerja

bawahan terlebih dahulu harus ada motivasi yang kuat dari dalam diri karyawan

(26)

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sesuai dengan topik

penelitian penulis, antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Tahun Judul Hasil Penelitian

1 Doba Pradira Marpaung (2013)

2013 Pengaruh Pemberian

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi dan disiplin kerja

berpengaruh positif dan siginifikan terhadap kinerja pegawai PT. Jamsostek (Persero) Cabang Binjai. Hasil koefisien determinasi R2 menunjukkan bahwa hubungan antara kompensasi dan disiplin kerja memiliki hubungan yang erat terhadap kinerja pegawai PT. Jamsostek (Persero) Cabang Binjai. Nilai R Square sebesar 0,760 yang berarti 76% kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh kompensasi dan disiplin kerja, sedangkan sisanya 24% dapat dijelaskan oleh faktor – faktor yang tidak diteliti oleh penelitian ini.

2 Nurhikmah Manurung (2014)

2014 Pengaruh Motivasi dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motvasi dan

komitmen karyawan

(27)

kinerja karyawan. Nilai Adjusted R Square adalah 34,6% kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh motivasi dan

komitmen karyawan, sedangkan sisanya sebesar

65,4% dijelaskan oleh factor – faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3 Yensi (2010)

2010 Pengaruh

Kompensasi dan Motivasi

Terhadap Kinerja Guru Di SMANegeri 2 Argamakmur Bengkulu Utara

Hasil analisis kuantitatif diperoleh bahwa :

1) Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi dan motivasi terhadap kinerja guru di SMA N 2 Argamakmur Utara (R2 =45,6% ),

2) Secara Parsial terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan kompensasi terhadap kinerja guru di SMA

N 2 Argamakmur Bengkulu

Utara (α = 5%, r = 0,488),

3) Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan motivasi terhadap kinerja guru di SMA N 2 Argamakmur Bengkulu Utara.

4 Zubair

2009 Dampak Seleksi, Pelatihan,

(28)

Seleksi adalah (0,62) dan Penilaian Kinerja adalah (0.47), Semua hipotesis kami berdiri divalidasi sebagai hasilnya.

(29)

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan

diantara variabel-variabel (Azwar, 2004:41). Pada umumnya perusahaan akan

berusaha meningkatkan kinerja karyawan dalam perusahaannya. Diantaranya

dapat melalui kompensasi dan motivasi. Apabila kompensasi dan motivasi buruk

maka kinerja yang dihasilkan karyawan akan menjadi buruk dan begitu pula

sebaliknya. Kinerja menurut Hariandja (2007 : 195) merupakan hasil kerja yang

dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan

perannya dalam organisasi. Menurut Mangkunegara (2006:9) kinerja karyawan

(prestasi kerja) adalah hasil dari kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Manajemen perusahaan mengharapkan

karyawan melakukan pekerjaan dengan cara tertentu dan menghasilkan kinerja

tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan. Jika seseorang karyawan

menghasilkan kinerja yang diharapkan perusahaan, karyawan akan mendapatkan

kompensasi tertentu. Dalam kurun waktu, karyawan akan mendapatkan kenaikan

kompensasi jika memenuhi kinerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

(Panggabean,2004:81)

Program kompensasi harus dapat mendorong seseorang untuk bekerja

lebih baik lagi. Pemberian kompensasi harus mendapat perhatian yang utama,

karena dengan kompensasi yang memadai dapat memberikan pengaruh yang

positif terhadap kinerja karyawan. Menurut Hasibuan (2007 : 118) kompensasi

(30)

langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan

kepada perusahaan. Mathis dan Jackson (2002:118) mengungkapkan bahwa

kompensasi mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang – orang bekerja pada

suatu organisasi bukan organisasi lainnya. Besarnya kompensasi yang diberikan

perusahaan mencerminkan bagaimana kinerja yang dilakukan karyawan untuk

perusahaan, bila kinerja karyawan meningkat maka kompensasi yang diterima

meningkat pula.

Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang

mampu dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan untuk mencapai kinerja yang optimal. Kemampuan, keterampilan,

dan kecakapan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak

memiliki motivasi agar mau bekerja keras dengan mempergunakan semangat

bekerja yang dimilikinya. Menurut Mangkunegara (2006:61) motivasi terbentuk

dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan. Motivasi

merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah

atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Motivasi penting

karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja

keras dan antusias untuk mencapai kinerja yang tinggi. Apabila motivasi itu

timbul dari dalam diri manusia dan sudah terlaksana dengan baik, maka semangat

kerja karyawan dapat meningkat dengan cepat dimana semangat kerja yang

meningkat akan dapat meningkatkan kinerja karyawan diperusahaan itu.

Menurut Mangkunegara (2006:76) terdapat hubungan yang positif antara

(31)

motivasi tinggi akan mencapai kinerja yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang

kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerjanya rendah.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan, maka dapat dibuat kerangka

konseptual sebagai berikut :

Sumber : Azwar (2004:41), Hariandja (2007 : 195), Hasibuan (2007 : 118) Mathis dan Jackson (2002:118), Mangkunegara (2006:61),

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kompensasi ( X1 )

Kinerja Karyawan ( Y)

(32)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan (Sugiyono, 2006 :96). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka

konseptual yang sudah diuraikan maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut :

1. Terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan pada PT.

Indolakto.

2. Terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.

Indolakto.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompensasi dan motivasi

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Adjusted R Square sebesar 0,760 berarti 76,0% variabel produktivitas kerja karyawan dapat dijelaskan oleh peran kepemimpinan dan motivasi, sedangkan sisanya 24,0%

Hasil uji koefisien determinasi R Square = 0,706, berarti 70,6% prestasi kerja karyawan dapat dijelaskan oleh kesehatan, keselamatan dan motivasi, sedangkan sisanya 29,4%

Hasil uji koefisien determinasi R Square = 0,706, berarti 70,6% prestasi kerja karyawan dapat dijelaskan oleh kesehatan, keselamatan dan motivasi, sedangkan sisanya 29,4%

Morawa Sumatera Utara dengan kontribusi R Square sebesar 34,5% kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel lingkungan kerja dan disiplin kerja , sedangkan sisanya

Morawa Sumatera Utara dengan kontribusi R Square sebesar 34,5% kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel lingkungan kerja dan disiplin kerja , sedangkan sisanya

Penentuan besarnya kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan telah sesuai dengan masa kerja karyawan tersebut:.. Penentuan besarnya kompensasi yang diberikan

Saya berusaha menggunakan waktu seefisien mungkin dalam bekerja agar dapat mencapai target penjualan yang telah ditentukan. Pengetahuan pekerjaan yang saya miliki membuat saya

Pos Persero Lumajang dengan koefisien determinasi R2 diperoleh sebesar 0,228 yang membuktikan bahwa 22,8% kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel kompensasi dan motivasi