• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Tista Dara Ayuningtyas ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.Semakin tinggi kemandirian yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi pula kesiapan kerjanya.Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir dengan rentang usia 20an-30an tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua alat ukur yaitu skala kemandirian dan skala kesiapan kerja.Skala kemandirian memiliki reliabilitas 0,879 dan skala kesiapan kerja memiliki reliabilitas 0,914.Hasil korelasi antara kemandirian dengan kesiapan kerja sebesar 0,767 dengan signifikansi sebesar 0,000.Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja.

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN AUTONOMY AND READINESS TO WORK AMONG LAST-SEMESTER-STUDENT

Tista Dara Ayuningtyas

ABSTRACT

The aim of the research is to gain deeper understanding on the relation between autonomy and the readiness to work among last-semester-students. The hypothesis of this research is that there is a positive relation between autonomy and the readiness to have job. The higher

one’s autonomy is the higher level of readiness one possesses. The subject of this research is student currently studying on their last semester with age ranging from 20’s to 30’s. The data sampling tool used in this research consisted of two measuring tools, which are: autonomy scale and readiness-for-work scale. The reliability value of autonomy’s scale is 0.879, while readiness-for-work scale’s reliability value is 0.914. The correlation value between autonomy and readiness to work is 0.767, with a significance of 0.000. The result shows that autonomy and readiness to work has a positive relation.

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Tista Dara Ayuningtyas NIM : 109114069

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO

Your past can’t be changed, but you can change tomorrow by your actions today

-Mulan (Disney Word)-

-Pius Kalis Jati-

“Gelasku MASIH berisi setengah” bukan “Gelasku sudah

kosong setengah”

(7)

v

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Tista Dara Ayuningtyas ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Semakin tinggi kemandirian yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi pula kesiapan kerjanya. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir dengan rentang usia 20an-30an tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua alat ukur yaitu skala kemandirian dan skala kesiapan kerja. Skala kemandirian memiliki reliabilitas 0,879 dan skala kesiapan kerja memiliki reliabilitas 0,914. Hasil korelasi antara kemandirian dengan kesiapan kerja sebesar 0,767 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja.

(10)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN AUTONOMY AND READINESS TO WORK AMONG LAST-SEMESTER-STUDENT

Tista Dara Ayuningtyas

ABSTRACT

The aim of the research was to gain deeper understanding on the relation between autonomy and the readiness to work among last-semester-students. The hypothesis of this research was that there is a positive relation between autonomy and the readiness to have job. The higher

one’s autonomy was the higher level of readiness one possesses. The subjects of this research were students currently studying on their last semester with age ranging from 20’s to 30’s. The data sampling tool used in this research consisted of two measuring tools, which were: autonomy scale and readiness-for-work scale. The reliability value of autonomy’s scale was 0.879, while readiness-for-work scale’s reliability value was 0.914. The correlation value between autonomy and readiness to work was 0.767, with a significance of 0.000. The result showed that autonomy and readiness to work has a positive relation.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda

Maria atas berkat, bimbingan, penyertaan, serta kasih-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi).

Dalam proses penyelesaian skripsi, penulis menyadari bahwa ada banyak

pihak yang telah terlibat dalam memberikan bantuan, dukungan, bimbingan, dan

masukan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan sabar untuk

membimbing dan memberikan masukan selama pengerjaan skripsi ini

hingga selesai.

3. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang yang selalu memberi semangat dan masukan-masukan serta selalu

sabar kepada teman-teman Kelas B 2010.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan ilmu

dan pengetahuannya selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas

(13)

xi

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Mas Muji, Mas Doni, Mas

Gandung, Pak Gi’, Bu Nanik) yang telah membantu dan memberikan

pelayanan terbaik selama penulis belajar di Fakultas Psikologi ini.

6. Papa Eko Sidik Sulasto dan Mama Maria Pujiastuti, terima kasih atas

segala dukungan, doa, dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada

penulis. Terima kasih juga karena telah memberi semangat kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi dan bersabar menunggu hingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi tanpa mundur-mundur lagi.

7. My Sister, Novena, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis

dapat segera menyelesaikan skripsi serta mau berbagi ilmunya kepada

penulis.

8. Robert O.Y, yang selalu memberikan bantuan apa saja dan kapan saja,

mendukung dan memberi semangat kepada penulis ketika mencapai masa

jenuh dan sulit dalam skripsi.

9. Teman-teman kos, Ocha dan Tika, yang memberikan semangat kepada

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan teman berbagi cerita

selama di kos.

10.Sahabat-sahabatku sepaket dan seperjuangan; Anin, Daning, Esti “Ntonk”,

Dwi “Pinno”, Pudji, Lolla, Ghea, Fiona Damanik, Vienna yang selalu

mendukung, menemani, menghibur, dan menjadi sahabat disaat suka

maupun duka selama lima tahun ini. Bahagia bisa bertemu dan

(14)

xii

11.Sahabat-Sahabatku; Eric, Puspa, Rio yang memberikan motivasi dan

dukungan dalam segala situasi yang penulis alami. Terima kasih atas

kebahagiaan dan kesedihan yang kita lewati bersama.

12.Teman-temanku; Hoyi, Fiona “Simbah”, DeseptiningTyas, Naris, Koleta, Sandi, Yovidia, Tari, Tyas “Yippi”, Hendi yang memberikan tawa, senyuman, dan dukungan disaat bertemu dan berkumpul bersama. Engger,

yang telah membagi ilmu statistiknya dalam pengerjaan skripsi ini. Terima

kasih.

13.Teman-teman yang telah membantu dalam membagikan skala selama

proses pengerjaan skripsi. Terima kasih atas bantuan dan tenaga yang telah

kalian berikan sehingga pengambilan data dapat berjalan lancar.

14.Teman-teman satu bimbingan yang selalu saling memberikan semangat

dan saling menguatkan satu sama lain.

15.Teman-teman angkatan 2010, atas dinamika dan kebersamaan yang kita

lalui bersama selama kita belajar di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih

atas pengalaman, cerita dan kebahagiaan yang kalian berikan.

16.Teman-teman yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

Tanpa kalian skripsi ini tidak akan terselesaikan. Terima Kasih.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berterimakasih atas semua

masukan baik berupa kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis

berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

(16)

xiv

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. KESIAPAN KERJA ... 9

1. Definisi Kesiapan Kerja ... 9

2. Aspek-Aspek Kesiapan Kerja ... 10

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja ... 13

B. KEMANDIRIAN ... 18

1. Definisi Kemandirian ... 18

2. Aspek-Aspek Kemandirian ... 20

3. Dampak Kemandirian ... 21

C. MAHASISWA SEMESTER AKHIR ... 22

D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA ... 24

E. HIPOTESIS ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional ... 31

D. Subjek Penelitian ... 32

E. Metode Pengumpulan Data ... 33

F. Metode Analisis Data ... 37

1. Validitas ... 37

2. Seleksi Item ... 38

(17)

xv

G. Analisis Data ... 42

1. Uji Normalitas ... 42

2. Uji Linearitas ... 43

3. Uji Hipotesis ... 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 44

C. Deskripsi Data Penelitian ... 46

D. Hasil Penelitian ... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Linearitas ... 48

c. Uji Hipotesis ... 49

E. Analisis Data Tambahan... 51

F. Pembahasan ... 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Keterbatasan Penelitian ... 58

C. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Kemandirian ... 34

Tabel 2 Distribusi Item Skala Kemandirian ... 35

Tabel 3 Blue Print Skala Kesiapan Kerja ... 36

Tabel 4 Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja ... 37

Tabel 5 Distribusi Item Skala Kemandirian Setelah Seleksi Item ... 39

Tabel 6 Blue Print Skala Kemandirian Setelah Seleksi Item... 39

Tabel 7 Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja Setelah Seleksi Item ... 40

Tabel 8 Blue Print Skala Kesiapan Kerja ... 41

Tabel 9 Reliabilitas Try Out Skala Kemandirian ... 42

Tabel 10 Reliabilitas Try Out Skala Kesiapan Kerja ... 42

Tabel 11 Deskripsi Subjek Penelitian ... 45

Tabel 12 Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empirik ... 46

Tabel 13 Hasil Uji Normalitas ... 48

Tabel 14 Hasil Uji Linearitas ... 49

Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis ... 50

(19)

xvii

DAFTAR SKEMA

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Try Out ... 64

1.1 Skala ... 65

Lampiran 2 : Skala Setelah Try Out ... 80

2.1 Skala ... 81

Lampiran 3 : Reliabilitas ... 93

3.1 Reliabilitas Skala Kemandirian ... 94

3.2 Reliabilitas Skala Kesiapan Kerja ... 94

3.3 Seleksi Item ... 95

Lampiran 4 : Hasil Penelitian ... 99

4.1 Mean Empirik ... 100

4.2 One-Sample t-Test ... 100

4.3 Uji Normalitas ... 101

4.3 Uji Linearitas ... 101

4.4 Uji Hipotesis ... 102

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju

dewasa. Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau

permulaan usia 20-an dan berlangsung sampai usia 30-an (Santrock, 2003).

Menurut Kenniston (Santrock, 2003), masa muda (youth) adalah masa transisi

antara remaja dan dewasa yang merupakan waktu ketergantungan ekonomi

dan pribadi. Masa transisi tersebut sering berlangsung selama 2 hingga 8

tahun. Pada titik ini dalam perkembangan mereka, banyak individu masih

mengeksplorasi jalur karier yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu

seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan; hidup melajang,

hidup bersama, atau menikah (Santrock, 2012).

Sebagai seorang dewasa awal, kaum muda berbeda dengan remaja

karena adanya perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri dan

menjadi terlibat secara sosial, berlawanan dengan perjuangan remaja untuk

mendefinisikan dirinya (Santrock, 2002). Menjelang awal dan pertengahan

usia dua puluhan, banyak individu sudah menyelesaikan pendidikan dan

pelatihan mereka dan mulai bekerja penuh waktu. Sejak usia pertengahan dua

puluh hingga akhir masa dewasa awal, individu sering mencari kestabilan

untuk karier awal mereka di bidang tertentu (Santrock, 2012). Walaupun

(22)

pendidikan dan kerja, namun ada yang gagal dan tenggelam sehingga

memunculkan pengangguran (Papalia, Old, & Feldman, 2009).

Berdasarkan data BPS (2014), jumlah pengangguran di Indonesia pada

tahun 2013 sebesar 7.410.931 dengan jumlah lulusan universitas sebesar

434.158. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengangguran dari lulusan

universitas di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Menurut Iskandar

(2013), salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran yang berasal dari

lulusan universitas adalah tidak adanya kesesuaian antara kompetensi yang

dimiliki tenaga kerja dengan pasar kerja. Setiap calon tenaga kerja dituntut

memiliki kemampuan dan kompetensi yang sesuai agar dapat terjun langsung

ke lapangan kerja.

Ketidaksiapan lulusan perguruan tinggi sejatinya akan berdampak pada

angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Hal tersebut bukan dikarenakan

tidak adanya lapangan pekerjaan, melainkan lapangan pekerjaan yang ada

tidak dapat menampung banyaknya lulusan perguruan tinggi yang minim

keahlian dan keterampilan kerja (Hidayat, 2013).

Menurut Antono (2013), salah satu faktor yang mengakibatkan masih

tingginya angka pengangguran di DIY ialah banyaknya lulusan perguruan

tinggi (PT) yang dinilai belum siap dan belum memiliki pengalaman kerja.

Hal tersebut diperburuk lagi dengan belum adanya kesepahaman antara

lembaga pendidikan dan dunia kerja. Pasek (2012) mengungkapkan masih

(23)

para sarjana baru tersebut tidak bisa menutupi kebutuhan pasar kerja di

Indonesia.

Menurut Hersey dan Blancard (dalam Wijayanti, 2008), ketika

seseorang merasa tidak mampu dan tidak memiliki kesiapan akan

menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, tidak

mampu memimpin, menjadi prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya,

sering bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak

nyaman. Rendahnya soft skill yang membuat mahasiswa merasa belum siap

untuk memasuki dunia kerja dikeluhkan oleh perusahaan. Banyak perusahaan

yang memiliki harapan jika calon karyawannya nanti juga memiliki

keterampilan seperti: kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi,

kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam dunia kerja (Latief, 2011).

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang

kesiapan kerja, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2008)

tentang hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada

mahasiswa semester akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya

hubungan positif antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja. Penelitian

lain dilakukan oleh Saputro dan Suseno (2010) yang meneliti tentang

hubungan antara kepercayaan diri dengan employability pada mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan

diri dengan employability.

Pada saat memasuki sebuah pekerjaan menandakan dimulainya peran

(24)

pekerjaan dibutuhkan kesiapan kerja dari individu tersebut. Kesiapan kerja

dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang mengetahui keterampilan yang

digunakan di dunia kerja, seseorang dapat berbaur atau berinteraksi dengan

orang lain dan mengetahui kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru

(Ward&Riddle dalam Utadi, 2012).

Individu yang siap bekerja menurut Ward dan Riddle (dalam Utadi,

2012) dapat diartikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap

budaya kerja yang baru, mengetahui keterampilan yang dimiliki, mengetahui

dengan benar apa yang diinginkan, dan kapasitas untuk mempelajari sesuatu

yang baru. Individu dapat berbaur dengan orang lain, memiliki fleksibilitas

untuk beradaptasi dengan perubahan, mengerti apa yang menjadi harapan

dalam hidup, mengerti apa yang menjadi harapan orang lain, dan harapan

dalam pekerjaan.

Kesiapan kerja menurut Hersey dan Blanchard (Robbins, 2007)

merujuk pada tingkat seberapa jauh seseorang memiliki kemampuan dan

kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kesiapan kerja sangat

dibutuhkan pada setiap mahasiswa semester akhir. Diharapkan ketika

mahasiswa telah lulus dan mendapatkan gelar sarjana, mereka dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik berdasarkan bekal yang dimiliki.

Kesiapan kerja atau disebut juga kompetensi kerja adalah kemampuan

kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan

sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan (UU No. 13 Tahun

(25)

2009), kesiapan kerja merupakan suatu kemampuan dengan sedikit atau tanpa

bantuan dapat menemukan dan menyesuaikan pekerjaan yang dibutuhkan juga

dikehendaki.

Menurut Kartono (1985), salah satu faktor yang mempengaruhi

kesiapan kerja yaitu kepribadian. Bila seseorang memiliki kepribadian yang

kuat dan integritas yang tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada

umumnya, khususnya lingkungan kerjanya. Hal tersebut didukung dengan

pendapat Masrun (1986), salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting

dalam kehidupan manusia adalah kemandirian. Kemandirian merupakan salah

satu faktor kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kodrati yang

berupa umur dan jenis kelamin. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor-faktor

lingkungan seperti pola asuh dan pendidikan ibu (Pelawi, 2004).

Sebagai sesorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan

tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. Individu tak lagi harus

bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya.

Secara psikologis, mereka justru merasa tertantang untuk membuktikan

dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Segala urusan ataupun

masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri

tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua (Dariyo, 2003).

Namun, pada kenyataannya masih banyak bentuk ketidakmandirian

pada mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tyas

(26)

berhasil mencapai kemandirian. Dua partisipan mencapai kemandirian dalam

ketiga aspeknya, sedangkan satu partisipan tidak mencapai kemandirian dalam

ketiga aspeknya.

Di sisi lain, ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada

suatu situasi yang sulit ataupun tidak menarik, ia membutuhkan bantuan orang

lain untuk dapat menyelesaikannya (dalam Kristiani, 2013). Jika orang tidak

mandiri, maka ia akan menunggu bantuan dari orang lain dalam pemilihan

pekerjaannya dan dalam penyelesaian tugas tertentu. Seorang yang tidak

mandiri akan selalu membutuhkan bantuan orang lain dan tidak memiliki

kepercayaan akan kemampuan dirinya.

Menurut Santrock (2003) secara bersamaan aspek yang terkait dengan

perkembangan suatu identitas pada masa remaja dan masa dewasa awal adalah

kemandirian. Dengan adanya kemandirian yang kuat, maka seorang individu

dapat bertindak atas keinginannya sendiri, bertanggungjawab akan

perbuatannya, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, serta

tidak bergantung secara emosional pada orang lain (dalam Patriana, 2007).

Kemandirian mahasiswa semester akhir berkontribusi dalam menghadapi

dunia kerja dengan kondisi apapun.

Menurut Steinberg dan Silverberg (dalam Kristiani, 2013),

kemandirian adalah kemampuan untuk menahan tekanan teman sebaya dan

orang tua, terlepas dari kontrol orang tua dalam pengambilan keputusan,

mampu menangani masalah serta mampu membuat keputusan dengan percaya

(27)

Menurut Widjaja (dalam Asiyah, 2013), kemandirian menunjukkan

adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalah

tanpa bantuan orang lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat

berdiri sendiri, dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya,

mampu mengambil keputusan sendiri, mempunyai inisiatif dan kreatif tanpa

mengabaikan lingkungan dimana individu berada.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa masih banyak

mahasiswa lulusan universitas yang belum memiliki kesiapan kerja untuk

menghadapi dunia kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di

Indonesia. Di sisi lain, Banyak perusahaan yang memiliki harapan jika calon

karyawannya nanti tidak hanya memiliki kemampuan akademik saja tetapi

juga memiliki keterampilan softskill dalam dunia kerja. Salah satu faktor yang

mempengaruhi kesiapan kerja adalah kepribadian sedangkan salah satu unsur

kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adalah

kemandirian. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa

semester akhir.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kemandirian dengan

(28)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

penelitian-penelitian dalam Psikologi Perkembangan terutama

perkembangan dewasa awal tentang hubungan kemandirian dengan

kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

b. Manfaat Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi :

a. Mahasiswa semester akhir, memberikan gambaran mengenai

pentingnya kemandirian dalam mencapai kesiapan kerja. Diharapkan

hasil penelitian dapat menjadi sumber evaluasi dan refleksi diri bagi

mahasiswa semester akhir dalam melihat kemandirian di dalam dirinya

sehingga mahasiswa dapat melatih kemandirian dalam dirinya agar

lebih siap dalam menghadapi dunia kerja.

b. Bagi universitas, dapat memberikan masukan bagi universitas untuk

lebih memperhatikan kemandirian mahasiswanya dengan mengadakan

(29)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KESIAPAN KERJA

1. Definisi Kesiapan Kerja

Menurut Hamalik (2013) kesiapan adalah tingkatan atau keadaan

yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan

pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional. Berdasarkan kamus

besar Bahasa Indonesia, kerja diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan

sesuatu yang dilakukan atau diperbuat dan sesuatu yang dilakukan untuk

mencari nafkah, mata pencaharian.

Menurut Sukardi (1993) kesiapan kerja adalah daftar perilaku yang

bersangkutan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan

melaksanakan tujuan-tujuan bekerja yang tersedia bagi individu tertentu

sesuai dengan usia perkembangannya. Menurut Erickson (Monks, Knoers,

& Haditomo, 2006), hal yang paling menentukan dalam masa dewasa ialah

untuk menjadi produktif dan berguna dalam kehidupan, mampu

menyelesaikan masalah dan menghadapi tantangan, jika itu tidak terjadi

maka akan ada perasaan stagnasi.

Kesiapan berdasarkan definisi dari Hersey dan Blancard (dalam

Robbins, 2008) merujuk pada sampai tingkat mana orang memiliki

kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Individu

(30)

diartikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap budaya

kerja yang baru, mengetahui keterampilan yang dimiliki, mengetahui

dengan benar apa yang diinginkan, dan kapasitas untuk mempelajari

sesuatu yang baru. Individu dapat berbaur dengan orang lain, memiliki

fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan, mengerti apa yang

menjadi harapan dalam hidup, mengerti apa yang menjadi harapan orang

lain, dan harapan dalam pekerjaan.

Andrew (2005) menyatakan kesiapan kerja ialah satu set prestasi,

pemahaman dan atribut pribadi yang membuat individu lebih mungkin

untuk mendapatkan pekerjaan dan berhasil dalam karir yang mereka pilih.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesiapan

kerja adalah keseluruhan kondisi seseorang dalam pencapaian proses

perkembangan mental, fisik, sosial, emosional yang meliputi adanya

kemampuan, keterampilan, pemahaman, produktivitas, dan sikap kerja

yang dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan. Kesiapan kerja tersebut

meliputi kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan dunia kerja baru,

mengetahui kapasitas diri dan keterampilan yang dimiliki, mengetahui

yang menjadi keinginannya, dan mengetahui sikap apa yang harus

dilakukan dalam menghadapi suatu keadaan tertentu serta harapan dalam

pekerjaan.

2. Aspek-aspek Kesiapan Kerja

Brady (2010), menyebutkan adanya enam aspek dalam kesiapan

(31)

a. Tanggung jawab

Individu yang siap untuk bekerja memiliki perasaan atau

keinginan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Pekerja

yang bertanggung jawab datang tepat waktu dan bekerja sampai

waktu selesai. Misalnya Bertanggung jawab terhadap peralatan dan

perlengkapan, memenuhi standar kualitas kerja, dan menjaga

kerahasiaan kebijakan organisasi. Tanggung jawab melibatkan

integritas pribadi, kejujuran, dan kepercayaan.

b. Fleksibilitas atau keluwesan

Fleksibilitas merupakan upaya seseorang untuk

menyesuaikan diri secara mudah dan cepat. Individu yang dapat

beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan dari tempat kerja.

Individu yang luwes dapat menerima perubahan yang terjadi, baik

itu perubahan yang dapat diprediksikan ataupun perubahan yang

tidak dapat diprediksikan. Selain itu, individu dapat lebih aktif dan

siap untuk beradaptasi dengan perubahan pada jadwal kerja,

tugas-tugas, dan jam kerja.

c. Keterampilan

Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan

keahlian yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Individu

mengetahui jika keterampilan yang mereka miliki akan mereka

pergunakan di lingkungan kerja. Individu mampu untuk

(32)

mengerjakan tugasnya. Selain itu, mereka juga harus mau

mempelajari hal baru yang dituntut perusahan berkaitan dengan

pekerjaan.

d. Komunikasi

Individu yang mampu berkomunikasi dengan baik akan

lebih mudah berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan kerja

yang baru. Individu mampu untuk mengikuti perintah atau petunjuk,

memahami bagaimana cara meminta bantuan, dapat menerima kritik

dan masukan. Individu juga saling menghormati dan berhubungan

baik dengan rekan kerja.

e. Pandangan diri

Pandangan diri merupakan salah satu aspek yang penting

dalam komponen kesiapan kerja, karena teori-diri memiliki peranan

yang penting dalam pemahaman terhadap individu dan bagaimana

setiap orang memandang dirinya dalam hidup dan situasi kerja.

Pandangan diri berkaitan dengan proses intrapersonal individu,

tentang keyakinan tentang dirinya dan pekerjaan. Individu sadar

dengan kemampuan yang dimilikinya, penerimaan, keyakinan, dan

rasa kepercayaan diri yang ada dalam diri mereka.

f. Kebersihan diri dan keselamatan

Individu dapat menjaga keberhasilan dan kerapihan pribadi,

sehat secara fisik dan mental. Mereka juga dapat mengikuti

(33)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

yang menjadi aspek-aspek kesiapan kerja adalah tanggung jawab,

keluwesan atau mudah menyesuaikan, keterampilan, komunikasi,

pandangan diri, kebersihan diri dan keselamatan. Hal yang menjadi alasan

dalam pemilihan teori tersebut bahwa teori tersebut dirasa cukup mewakili

aspek-aspek yang akan digunakan untuk mengungkap kesiapan kerja pada

mahasiswa semester akhir.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

Menurut Kartono (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi

Kesiapan kerja, yaitu:

a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri (intern) meliputi:

1) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peran penting dalam berhasil

tidaknya seseorang melaksanakan tugas-tugasnya. Tambah sulit

dan majemuk suatu tugas bertambah tinggi kecerdasan yang

diperlukan untuk melaksanakannya.

2) Keterampilan dan kecakapan

Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan, kita

tidak perlu meniru-niru, karena kita melihat banyak orang

berhasil dalam hidupnya di berbagai macam bidang. Sebab

(34)

3) Bakat

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum kita

mempunyai pekerjaan tetap atau meneruskan belajar ialah:

menemukan bakat yang ada dalam diri sendiri dan

mempratekkannya. Dengan bekerja manusia dapat

mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada dalam

dirinya. Persesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan yang

dilakukan, akan menjadikan seseorang bekerja dengan baik,

giat, produktif dan sekaligus dapat menghayati makna kerja

yang dilakukan.

4) Kemampuan dan minat

Kita harus mengetahui apakah kemampuan dan minat

kita cocok dengan pekerjaan yang kita masuki. Untuk itu kita

harus mengetahui betul-betul kemampuan dan minat kita

terhadap suatu pekerjaan tertentu. Syarat untuk mendapatkan

ketenangan kerja bagi seseorang adalah : tugas dan jabatan yang

dipegangnya harus sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Tugas dan jabatan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan

minat banyak memberikan hambatan bagi kesuksesan dalam

bekerja. Kemampuan yang disertai dengan prestasi tinggi dapat

mengembangkan minat, sedang minat akan menyokong

(35)

5) Motivasi

Dalam mencapai keberhasilan kerja, perlu adanya

motif-motif yaitu motif-motif untuk kreatif, motif-motif mencari efisiensi, motif-motif

mencapai sesuatu, motif bekerja.

6) Kesehatan

Kesehatan sangat membantu proses kerja seseorang

dalam menyelesaikan segala tugas-tugasnya.

7) Kebutuhan psikologis

Hal ini berhubungan dengan kehidupan emosional

seseorang. Kerja merupakan salah satu kegiatan di dunia ini,

sehingga kebutuhan psikologis harus terpenuhi agar kehidupan

emosinya stabil.

8) Kepribadian

Pribadi yang berhasil yaitu bila seseorang sanggup

berhubungan baik serta dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya serta kenyataan hidup secara wajar dan efektif,

juga dapat memperoleh rasa puas atas hasil yang telah

dicapainya. Bila seseorang mempunyai kepribadian yang kuat

dan integritas tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan pada umumnya, dan khususnya dengan lingkungan

(36)

9) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja

Jika pekerjaan seseorang sudah merupakan cita-cita dan

tujuan sesuai dengan system nilainya, maka ia akan bekerja

dengan sungguh-sungguh, rajin, tanpa disertai dengan suatu

perasaan yang tertekan, yang sangat berguna bagi kesuksesan

kerjanya.

b. Faktor-faktor dari luar diri sendiri (ekstern) meliputi:

1) Lingkungan keluarga (rumah)

Keadaan rumah dapat mempengaruhi berhasil tidaknya

seseorang yang sedang bekerja. Anggota keluarga yang

mendorong dan mendukung kerja seseorang turut membantu

secara mental dan spiritual untuk berhasilnya seseorang dalam

kariernya.

2) Lingkungan dunia kerja

Situasi kerja dangat mempengaruhi keadaan diri pekerja,

karena setiap kali seseorang bekerja maka ia pun harus

memasuki situasi kerja tersebut. Macam-macam lingkungan

tempat kerja atau stuasi kerja, yaitu:

a) Rasa aman dalam pekerjaannya

Artinya pekerjaan yang dipegang oleh seseorang merupakan

pekerjaan yang aman dan tetap. Alangkah baiknya jika

seseorang dapat bekerja secara aman dan tetap, sehingga

(37)

melaksanakan pekerjaannya akan makin tumbuh dan

berkembang.

b) Kesempatan mendapatkan kemajuan

Kesempatan mendapatkan kemajuan dalam suatu lapangan

pekerjaan menunjang seseorang untuk lebih giat berusaha

agar dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.

c) Rekan sekerja

Hubungan sosial yang ada di antara rekan kerja berpengaruh

pada proses kerja seseorang.

d) Hubungan dengan pimpinan

Hubungan yang baik, yang cukup demokratis dan saling

menghargai merupakan hubungan yang ideal bagi pekerja

(karyawan), sehingga dalam melaksanakan tugas-tugasnya ia

dapat merasakan ketenangan dan keamanan.

e) Gaji

Gaji memang merupakan suatu perangsang bagi seseorang

untuk bekerja dengan baik dan rajin. Maka gaji adalah satu

hal yang penting yang dicari seseorang dalam bekerja.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah faktor-faktor dari

dalam diri sendiri meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan,

bakat, kemampuan dan minat, motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis,

(38)

sendiri meliputi lingkungan keluarga (rumah), lingkungan dunia kerja.

Pada faktor yang berasal dari dalam individu yaitu kepribadian yang

menyebutkan bahwa bila seseorang mempunyai kepribadian yang kuat dan

integritas tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan mengalami kesulitan

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada umumnya, dan

khususnya dengan lingkungan kerjanya. Menurut Masrun (1986), salah

satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia

adalah kemandirian. Kemandirian secara psikologis dianggap penting

karena seseorang berusaha untuk menyesuaikan diri secara aktif dengan

lingkungannya.

B. KEMANDIRIAN

1. Definisi Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah hal

atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Definisi menurut Agnew (1984) kemandirian adalah penguasaan atas diri

sendiri (self-governance) (meliputi kemampuan untuk membuat keputusan, self reliance, dan conformity); kemampuan untuk menolak

tuntutan dari orang lain, dan untuk bertindak atas wewenangnya sendiri.

Masrun dkk (1986) merumuskan definisi kemandirian pada

penelitiannya sebagai suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk

bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk

(39)

untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, ampu berpikir dan

bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mengatasi masalah

yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa

percaya terhadap kemampuan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari

usahanya.

Clarke (1999) mendefinisikan kemandirian sebagai seseorang yang

mampu bertindak menurut salah satu keyakinan atau keinginannya sendiri

tanpa gangguan dari orang lain. Kemandirian menurut Musdalifah (2007)

mengandung pengertian :

a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk

maju demi kebaikan dirinya.

b. Mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi

masalah yang dihadapi.

c. Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

d. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

Menurut Monk (2006), orang yang mandiri memperlihatkan

perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan

kreatif selain itu juga mampu bertindak kritis, bertanggung jawab terhadap

apa yang telah dilakukan, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai

kepuasan dalam melakukan aktivitasnya, mampu membebaskan diri dari

perlindungan orang tua dan mampu menerima realitas kehidupan.

Menurut Steinberg dan Silverberg (1986), kemandirian adalah

(40)

dari kontrol orang tua dalam pengambilan keputusan, mampu menangani

masalah serta mampu membuat keputusan dengan percaya diri.

Kemandirian menurut Mu‟tadin (dalam Asiyah, 2013) adalah suatu

keadaan dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi

kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk

mengatasi masalah yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri dalam

menyelesaikan tugas-tugas dan bertanggung jawab terhadap apa yang

dilakukan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengambil

keputusan, bertindak kritis, menangani masalah, menahan tekanan dari

orang lain, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, dan bertindak

atas keinginannya sendiri tanpa tergantung orang lain. Seseorang yang

mandiri dapat menguasai dirinya sendiri, memiliki kepercayaan diri,

kreatif, menghargai keadaan diri sendiri, dan bertindak sesuai

wewenangnya sendiri tanpa adanya bantuan atau ketergantungan dari

orang lain.

2. Aspek-Aspek Kemandirian

Lima aspek utama kemandirian menurut Masrun dkk (1986) yaitu :

a. Bebas

Ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak

sendiri, bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang

(41)

b. Progresif dan Ulet

Ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh

ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.

c. Inisiatif

Kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara original, kreatif

dan penuh inisiatif.

d. Pengendalian diri dalam (internal locus of control)

Perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi,

kemampuan untuk mengendalikan tindakannya serta kemampuan

mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

e. Kemantapan diri (self-esteem, self-confidence)

Rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya

dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

aspek-aspek kemandirian adalah bebas, progresif dan ulet, inisiatif, pengendalian

diri dan kemantapan diri. Aspek-aspek tersebut lebih mewakili dalam

mengukur kemandirian pada mahasiswa semester akhir.

3. Dampak Kemandirian

Dampak-dampak dari kemandirian, yaitu:

a. Mampu membuat keputusan yang didasarkan atas pertimbangannya

sendiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya

(42)

b. Mampu bersaing dengan orang lain, dapat mengambil keputusan

sendiri, mampu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya, tidak

terombang-ambing oleh derasnya informasi yang diterima (Steinberg,

2002).

C. MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 60 tahun 1999 tentang

perguruan tinggi, disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang

terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Pada umumnya, mahasiswa

memasuki semester akhir yaitu ketika mahasiswa telah memasuki semester 8

keatas atau sedang mengerjakan tugas akhir.

Berdasarkan rentang usianya, mahasiswa berada pada masa remaja

akhir yang mulai memasuki masa kedewasaan (Zarrett & Eceles, 2006).

Pengertian dewasa dalam bahasa Belanda adalah “volwassen”, “Vol” berarti

penuh dan “wassen” berarti tumbuh, sehingga volwassen berarti „sudah

tumbuh dengan penuh‟ atau „selesai tumbuh‟ (Monk dkk, 2006). Hal ini

terkait dengan pendapat Eccles dan Gootman (Zarrett & Eceles, 2006) yang

mengatakan bahwa pada masa mencapai kedewasaan seseorang harus beralih

dari ketergantungan terhadap orang tua, mulai mengambil tanggung jawab

dalam keluarga dan komunitas, mampu merencanakan masa depan dan

mengambil langkah yang tepat dalam menggapainya, dan memperoleh

kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam transisi

(43)

Mahasiswa semester akhir berada pada masa dewasa awal. Masa

dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan usia

20-an d20-an berl20-angsung sampai usia 30-20-an (S20-antrock, 2003). Menurut Papalia d20-an

Olds (dalam Ninawati, 2005) dewasa awal adalah jenjang usia dimana tahap

perkembangan seseorang sedang berada pada puncaknya. Peningkatan yang

terjadi dimanifestasikan melalui berbagai macam hal, seperti sosialisasi yang

luas, penelitian karir, semangat hidup yang tinggi, perencanaan yang jauh ke

depan, dan sebagainya. Berbagai keputusan penting yang mempengaruhi

kesehatan, karir, dan hubungan antar pribadi diambil pada masa dewasa awal.

Masa perkembangan dewasa muda ditandai dengan adanya keinginan

untuk mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang dimatangkan selama

mengikuti pendidikan tinggi (universitas atau akademi). Mereka bersemangat

untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Segala daya

upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh

dan diikuti, sebab dengan keberhasilan, ia akan meningkatkan harkat dan

martabat hidup di mata orang lain (Dariyo, 2003).

Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah

mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang

sehingga seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian itu dalam

(44)

D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA

Mahasiswa semester akhir berada pada masa dewasa awal.

Berdasarkan tugas perkembangannya, masa dewasa awal merupakan masa

peralihan dari ketergantungan ke masa kemandirian baik dari segi ekonomi,

kebebasan menentukan diri sendiri dan pandangan tentang masa depan yang

lebih realistis (Hurlock, 1990).

Kemandirian terbentuk dari adanya interaksi yang kompleks, yang

melibatkan unsur-unsur kognisi, afeksi dan konasi melalui proses

pengkondisian dan proses belajar yang akhirnya membentuk pengalaman

hidup. Tanpa kemandirian, seseorang tidak mungkin mempengaruhi dan

menguasai lingkungan dan dikuasai lingkungan. Dengan kata lain,

kemandirian merupakan modal dasar bagi manusia dalam menentukan sikap

dan perbuatan terhadap lingkungannya (Masrun, 1986). Bila seseorang

memiliki kemandirian yang tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada

umumnya, dan khususnya dengan lingkungan kerja (Kartono, 1985).

Individu yang mandiri ditunjukkan dengan adanya usaha untuk

mengejar prestasi dengan penuh ketekunan sehingga dapat menghasilkan

prestasi yang baik. Individu mampu merencanakan masa depannya dan

berusaha untuk dapat mewujudkan harapan-harapannya. Individu dapat

berpikir kritis serta kreatif dalam melakukan tugas-tugasnya sehingga tidak

(45)

masalah yang dihadapi serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya

sendiri. Selain itu, individu yang mandiri memiliki kepercayaan diri sehingga

mampu mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya tanpa tergantung

dengan orang lain dan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan penuh

tanggung jawab. Seseorang yang mandiri mampu menentukan pilihannya

sendiri misalnya dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah

sehingga pada akhirnya individu akan memperoleh kepuasan dari apa yang

telah dipilihnya (Masrun, 1986).

Tidak semua individu dapat mandiri. Individu yang tidak mandiri akan

membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain untuk menentukan

keputusan dan tindakannya (Turner & Turner, 1999). Keadaan ini membuat

individu yang tidak mandiri memiliki ketergantungan dengan orang lain.

Apabila tidak ada orang yang bisa membantunya, maka individu tersebut akan

mengalami keragu-raguan terhadap dirinya serta mengalami kesulitan untuk

beradaptasi. Ketidakpercayaan diri yang muncul pada diri individu tersebut

dapat menghambat laju perkembangan kemandirian individu. Pada saat

individu dihadapkan pada pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah

dalam kelompok ataupun dalam perkuliahan, maka individu tersebut akan

mengalami kebingungan dalam menentukan pilihannya. Pada saat individu

dihadapkan pada tugas-tugas kuliah yang berat, maka individu akan merasa

kesulitan dalam menyelesaikannya dikarenakan tidak ada yang membantunya.

(46)

meninggalkan tugas-tugas tersebut dan tidak menyelesaikan apa yang telah

menjadi tanggung jawabnya.

Dalam pencapaian kemandirian, yang paling diakui sebagai tanda

memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan

penuh waktu yang kurang lebih tetap. Hal ini biasanya terjadi pada saat

seseorang menyelesaikan sekolah menengah atas dan dari universitas. Ketika

individu memasuki sebuah pekerjaan untuk pertama kalinya, mereka mungkin

dihadapkan pada masalah dan kondisi yang tidak mereka antisipasi

sebelumnya (Santrock, 2002). Untuk itu, kemandirian berperan penting dalam

penyelesaian masalah-masalah tersebut. Kemandirian merupakan salah satu

unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia (Masrun,

1986). Kemandirian memiliki dampak positif bagi dewasa awal yaitu mampu

membuat keputusannya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan

yang diambilnya (Ardini, 2012). Didukung dengan pendapat dari Brady

(2010) yang menyebutkan bahwa individu yang memiliki perasaan atau

keinginan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, dapat beradaptasi

dengan perubahan dan tuntutan dari tempat kerja merupakan individu yang

siap bekerja. Individu juga mampu untuk mengidentifikasi kemampuan atau

kekuatan yang akan dipergunakan di dunia kerja. Berdasarkan penjelasan

diatas menunjukkan bahwa kemandirian yang dimiliki individu mendukung

juga kesiapan individu tersebut dalam menghadapi dunia kerja.

Mahasiswa semester akhir merupakan calon lulusan yang kemudian

(47)

untuk menyesuaikan diri dengan peran yang baru. Pada masa transisi untuk

memasuki dunia kerja dibutuhkan suatu kesiapan pada individu untuk dapat

menghadapi dunia kerja yang baru (Santrock, 2002). Namun, ketika seseorang

merasa tidak mampu dan tidak memiliki kesiapan akan menyebabkan

seseorang tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, tidak mampu

memimpin, menjadi prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya, sering

bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak nyaman

(Hersey & Blanchard dalam Robbins, 2008).

Individu yang siap bekerja menurut Ward dan Riddle (dalam Utadi,

2012) dapat diartikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap

budaya kerja yang baru, mengetahui keterampilan yang dimiliki, mengetahui

dengan benar apa yang diinginkan, dan kapasitas untuk mempelajari sesuatu

yang baru. Individu dapat berbaur dengan orang lain, memiliki fleksibilitas

untuk beradaptasi dengan perubahan, mengerti apa yang menjadi harapan

dalam hidup, mengerti apa yang menjadi harapan orang lain, dan harapan

dalam pekerjaan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat

kemandirian seseorang dapat mempengaruhi kesiapan kerja yang dimiliki oleh

orang tersebut. Dapat dikatakan bahwa ketika seseorang yang mandiri

dihadapkan pada dunia kerja yang baru, ia mampu beradaptasi dengan baik,

dapat lebih percaya diri dalam mengambil keputusan serta mampu

menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab tanpa tergantung

(48)

kesiapan kerja pada diri individu. Kesiapan kerja yang dimiliki individu dapat

(49)

SKEMA 1: Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kesiapan Kerja - Tidak bertanggungjawab

dalam mengambil

keputusan - Mampu membuat keputusan

yang didasarkan atas pertimbangannya sendiri - Dapat bertanggung jawab atas

keputusan yang diambilnya. -Melakukan tindakan berdasarkan

kehendak sendiri

-Memiliki usaha untuk mengejar prestasi

-Kreatif dan Inisiatif

-Perasaan mampu untuk

mangatasi masalah yang dihadapi

-Rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri

-Melakukan tindakan

berdasarkan bantuan orang lain

-Kurangnya usaha yang dimiliki untuk mengejar prestasi

-Tidak mampu untuk mangatasi masalah yang dihadapi

-Tidak percaya terhadap kemampuan diri sendiri

Kemandirian Tinggi Kemandirian Rendah

(50)

E. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara

kemandirian dan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Semakin

tinggi kemandirian yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi pula

(51)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif

korelasional. Penelitian korelasi adalah penelitian yang melibatkan hubungan

satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain (Purwanto, 2012).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemandirian.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kesiapan kerja.

C. Definisi Operasional 1. Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan mahasiswa untuk dapat

mengambil keputusan, bertindak kritis, menangani masalah, menahan

tekanan dari orang lain, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan,

(52)

Kemandirian diukur dengan menggunakan Skala Kemandirian.

Skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian yang

meliputi bebas, progresif dan ulet, inisiatif, internal locus of control, dan

kemantapan diri. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula

kemandirian mahasiswa semester akhir, sebaliknya semakin rendah skor

maka semakin rendah pula kemandirian mahasiswa semester akhir.

2. Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi mahasiswa dalam

pencapaian proses perkembangan mental, fisik, sosial, emosional yang

meliputi adanya kemampuan, keterampilan, pemahaman, produktivitas,

dan sikap kerja yang dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan.

Kesiapan kerja diukur dengan menggunakan Skala Kesiapan

Kerja. Skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek kesiapan kerja

yang meliputi tanggung jawab, fleksibilitas atau keluwesan, keterampilan,

komunikasi, pandangan diri, kebersihan diri dan keselamatan. Semakin

tinggi skor maka semakin tinggi pula kesiapan kerja mahasiswa semester

akhir, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin rendah pula

kesiapan kerja mahasiswa semester akhir.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang

memasuki semester akhir. Pada umumnya, mahasiswa memasuki semester

(53)

tersebut termasuk ke dalam masa dewasa awal dengan rentang usia 20an-30an

tahun. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik convenience

sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kemudahan

saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena secara kebetulan bertemu

dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang

ditentukan (Noor, 2011).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menyebarkan skala. Skala dalam penelitian ini menggunakan model

skala Likert yang terdiri dari 4 respon jawaban. Skala Likert merupakan jenis

skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011).

Terdapat 2 skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Skala Kemandirian

Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian.

Skala kemandirian terdiri dari aspek bebas, progresif dan ulet, inisiatif,

pengendalian diri dalam (internal locus of control), dan kemantapan diri.

Skala kemandirian ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Kategori penilaian untuk masing-masing item favorable adalah

nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk

(54)

Sebaliknya, kategori nilai untuk item unfavorable, yaitu nilai 1 untuk

Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai

(TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Penggunaan jumlah

genap opsi jawaban, untuk memaksa subjek memilih antara favorable atau

unfavorable. Artinya, tidak memberi kesempatan kepada subjek

memberikan jawaban netral (Anderson dalam Supratiknya, 2014).

a. Blue Print Skala Kemandirian

Tabel 1

Blue Print Skala Kemandirian

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Bebas 4 4 8 13 %

2. Progresif & Ulet

6 6 12 20 %

3. Inisiatif 8 8 16 27 %

4. Pengendalian Diri Dalam

6 6 12 20 %

5. Kemantapan Diri

6 6 12 20 %

(55)

b. Distribusi Item Skala Kemandirian

Tabel 2

Distribusi Item Skala Kemandirian

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Bebas 1, 11, 21, 29 6, 16, 34, 39 8 13 %

Kesiapan kerja diukur dengan menggunakan skala Kesiapan Kerja.

Skala Kesiapan Kerja terdiri dari aspek tanggung jawab, fleksibilitas,

keterampilan, komunikasi, pandangan diri, kebersihan diri dan

keselamatan. Skala kesiapan kerja ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai

(STS).

Kategori penilaian untuk masing-masing item favorable adalah

nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk

(56)

Sebaliknya, kategori nilai untuk item unfavorable, yaitu nilai 1 untuk

Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai

(TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Penggunaan jumlah

genap opsi jawaban, untuk memaksa subjek memilih antara favorable atau

unfavorable. Artinya, tidak memberi kesempatan kepada subjek

memberikan jawaban netral (Anderson dalam Supratiknya, 2014).

a. Blue Print Skala Kesiapan Kerja

Tabel 3

Blue Print Skala Kesiapan Kerja

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Tanggung Jawab

5 5 10 22 %

2. Fleksibilitas 3 3 6 13 %

3. Keterampilan 3 3 6 13 %

4. Komunikasi 5 5 10 22 %

5. Pandangan Diri

4 4 8 17 %

6. Kebersihan

diri dan

keselamatan

3 3 6 13 %

(57)

b. Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja

Tabel 4

Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Tanggung

Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana

suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak

diukurnya (Supratiknya, 2014). Validitas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menyangkut

tingkatan di mana butir skala yang mencerminkan domain konsep yang

(58)

sejauh mana item/butir tes mencakup keseluruhan kawasan sasaran ukur

yang hendak diukur (Noor, 2011).

2. Seleksi Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total,

biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai

koefisien minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item

yang memiliki harga rix atau ri(x-i) kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan

sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2011).

Uji coba skala dilakukan pada tanggal 14 Januari 2015 sampai

dengan tanggal 28 Januari 2015 terhadap mahasiswa semester 8 ke atas

dan dalam rentang usia 20an-30an. Terdapat 50 mahasiswa yang mengisi

skala kemandirian dan kesiapan kerja.

a. Skala Kemandirian

Setelah dilakukan uji coba dengan 60 item pertanyaan, 21 item

pernyataan dinyatakan gugur dan 39 item dinyatakan lolos seleksi

item. Item-item yang gugur adalah 2, 6, 7, 8, 9, 20, 21, 22, 26, 28, 31,

(59)

1) Tabel 5

Distribusi Item Skala Kemandirian Setelah Seleksi Item Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Bebas 1, 11, 29 16 4 10 %

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

(60)

b. Skala Kesiapan Kerja

Setelah dilakukan uji coba dengan 46 item pertanyaan, 9 item

pernyataan dinyatakan gugur dan 37 item dinyatakan lolos seleksi

item. Item-item yang gugur adalah 7, 20, 22, 34, 35, 37, 40, 44, dan 46.

1) Tabel 7

Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja Setelah Seleksi Item

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Tanggung Jawab 1, 19, 29, 41 18, 28, 38 7 19 %

2. Fleksibilitas 17, 27 2, 8 4 11 %

3. Keterampilan 3, 9, 21 16, 30, 36 6 16 %

4. Komunikasi 15, 31, 39, 45

4, 10, 26, 42 8 22 %

5. Pandangan Diri 5, 11, 23, 25 14, 32 6 16 %

6. Kebersihan diri dan keselamatan

13, 33, 43 6, 12, 24 6 16 %

(61)

2) Tabel 8

Blue Print Skala Kesiapan Kerja Setelah Seleksi Item

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Tanggung Jawab

4 3 7 19 %

2. Fleksibilitas 2 2 4 11 %

3. Keterampilan 3 3 6 16 %

4. Komunikasi 4 4 8 22 %

5. Pandangan Diri 4 2 6 16 %

6. Kebersihan diri dan

keselamatan

3 3 6 16 %

Total 20 17 37 100%

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur

pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi

individu atau kelompok (AERA, APA, & NCME dalam Supratiknya,

2014). Reliabilitas menunjukkan kemantapan/ konsistensi hasil

pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap dan konsisten, apabila

untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan

(62)

a. Skala Kemandirian

Tabel 9

Reliabilitas Try Out Skala Kemandirian Cronbach’s

Alpha

N of Items

0.879 60

Nilai Alpha Cronbach pada skala Kemandirian adalah 0.879. Hal

ini menunjukkan bahwa skala Kemandirian dapat dikatakan reliabel.

b. Skala Kesiapan Kerja

Tabel 10

Reliabilitas Try Out Skala Kesiapan Kerja Cronbach’s

Alpha

N of Items

0.914 46

Nilai Alpha Cronbach pada skala Kesiapan Kerja adalah 0.914.

Hal ini menunjukkan bahwa skala Kemandirian dapat dikatakan

reliabel.

G. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

(63)

untuk uji normalitas yaitu p > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika

p < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Priyatno, 2010).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

yang akan dikenai prosedur analisis statistik korelasional menunjukkan

hubungan yang linier atau tidak. Hubungan antara dua variabel dinyatakan

linier apabila p < 0,05 (Priyatno, 2010).

3. Uji Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Oleh

karena itu, teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product

Moment dari Spearman. Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan

(64)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2015 sampai 7 April

2015. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan skala kemandirian

dan skala kesiapan kerja kepada mahasiswa semester akhir dengan rentang

usia 20an-30an tahun. Penyebaran skala dilakukan dengan cara mendatangi

subjek dengan kriteria yang sesuai dengan ketentuan penelitian. Selain itu,

menitipkan skala kepada teman dan juga menggunakan internet untuk

memudahkan dalam menjangkau subjek yang berada di luar kota. Jumlah

subjek penelitian adalah 100 orang.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang.

Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan kesesuaian dengan karakteristik

(65)
(66)

7. Periode Kerja 0 bulan : 50 (50%) 100 (100%)

Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empirik

Variabel Data Teoritik Data Empirik One-Sample t-Test

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, skala kemandirian

memiliki nilai mean teoritik sebesar 97,5 dan mean empirik sebesar

122,92. Hasil ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada

Gambar

Blue PrintTabel 1  Skala Kemandirian
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini peneliti sebagai kelas mengadakan penelitian yang berjudul ” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Melalui Media Visual pada Pembelajaran

vrijednosti iznad 1000°C. Njegov utjecaj je značajan tek kod izgaranja u fluidiziranom sloju. Iz istog razloga nepravilna.. Fakultet strojarstva i brodogradnje 31 čestica ima

2) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan, jika keadaan mengizinkan, harus cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain yang

Tahapan pertama dari analisis ini adalah melakukan perbandingan antara sistem FRS manual dengan sistem FRS Online untuk mengetahui berbagai keuntungan yang dipicu

Telah dilakukan deposisi lapisan tipis aluminium pada substrat kaca dengan teknik evaporasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati sifat – sifat optik dari lapisan

Tulisan ini ingin menjelaskan pelembagaan partai politik lokal dalam transisi demokrasi di Aceh pasca konflik. Bagaimana institusionali- sasi partai politik lokal untuk

Agar pembahasan lebih terarah, maka ruang lingkup pembahasan hanya pada perancangan sistem yang mencakup pemberian informasi kepada pelanggan jasa ekspedisi mengenai keberadaan

Kami menyambut baik atas terbitnya pedoman pelaksanaan penetapan jabatan fungsional bagi guru bukan pegawai negeri sipil ini, dalam rangka implementasi Peraturan