• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT KOTA PEMATANGSIANTAR OLEH: ARIEF WIBAWA DAMANIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT KOTA PEMATANGSIANTAR OLEH: ARIEF WIBAWA DAMANIK"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT

KOTA PEMATANGSIANTAR

OLEH:

ARIEF WIBAWA DAMANIK 140921006

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT

KOTA PEMATANGSIANTAR Nama : Arief Wibawa Damanik

NIM : 140921006

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Erika Revida, M.Si

Implementasi kebijakan merupakan wujud dari tahapan dari suatu kebijakan publik yang sudah dirumuskan.Implementasi sistem administrasi manunggal satu atap merupakan terobosan pelayanan di bidang pajak kendaraan bermotor.Implementasi sistem administrasi manunggal satu atap dituntut memberikan pelayanan yang maksimal.Namun sepertinya implementasi pelayanan pajak kendaraan bermotor tidak berjalan dengan lancar.Untuk menjawab permasalahan penelitian digunakan metode penelitian deskriftif dengan pendekatan kualtatif.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan kuisioner.Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik observasi serta dokumentasi. Proses analisis data yang dilakukan dengan mengelompokkan serta mengkombinasikan data yang diperoleh dan juga menetapkan serangkaian hubungan keterkaitan antara data tersebut. Sedangkan validitas data diuji melalui sumber data sehingga data yang disajikan merupakan data absah.Berdasarkan temuan data dilapangan menunjukkan bahwa implementasi pelayanan pajak kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar sudah diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari empat poin penting yakni menegenai struktur birokrasi yang sudah jelas dan terarah, sumber daya yang sudah terpenuhi, komunikasi yang baik serta disposisi dari pegawai SAMSAT Kota Pematangsiantar dan masyarakat yang mendukung terhadap kebijakan yang sudah berjalan. Namun dari letak strategis kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar masih kurang.

Kata Kunci : ImplementasiKebijakan, Sistem Administrasi manunggal satu atap,UPT Balige, Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Pertama-tama dan paling utama dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah serta rizki akhirnyaPenulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan penyusunan skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT KOTA PEMATANGSIANTAR”.Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, yang bukan saja memperlancar skripsi ini tetapi juga memberikan dorongan moril sehingga skripsi ini dapat disusun dengan sebaikbaiknya. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M. Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah sangat banyak memberikan ilmu, pengetahuan, masukan, nasehat, serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Kepada seluruh Staff Tata Usaha yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, kak Dian dan kak Mega yang telah banyak

(4)

membantu penulis dalam mempermudah segala urusan yang berkaitan dengan skripsi ini.

5. Kepada Ka.UPT SAMSAT Stabat Bapak H. Darwin S.H dan Sub.Bagian Tata Usaha Bapak Ali Umar Daulay S.Sos yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumaterra Utara UPT. Stabat

6. Kepada Bapak Fuad Dwi Syahputra S.H selaku Kepala Seksi Penagihan Pajak dan Ibu Nuraina S.E selaku Admin pelayanan SAMSAT Keliling yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Dan secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ayah, dan Ibu yang telah membesarkan dan mendoakan penulis hingga bisa sampai ke tahap yang sekarang ini, Kepada kak Roslinawaty dan abangda Hanyemisbar Siregar, abangda Thamrin, Abangda Fuad Harun, Abangda Hendra dan Kakak yang selalu memberikan semangat kepada penulis Kak Aina, Kak Umay , Kak Ony.

8. Sahabat-sahabat penulis : Fadhilau Utami, Tri Ningsih, Rida Maryetti, Aan Kardina ,Vivie , Feby , S.Indah Lestari, Misnah , Supiana, Ais Ningtyas, dan Riswan Ritonga.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan, dan jauh dari kata sempurna.Namun harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

(5)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK……….. i KATA PENGANTAR……… ii DAFTAR ISI………... iv DAFTAR TABEL………... vi DAFTAR GAMBAR……….. x DAFTAR LAMPIRAN ………. xi BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………..………… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 4

1.3 Tujuan Penelitian……… 4

1.4 Manfaat Penelitian……….. 4

1.5 Kerangka Teori………... 5

1.5.1 Implementasi Kebijakan……… 5

1.5.1.1 Model Implementasi Kebijakan………... 8

1.5.2 Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap………... 11

1.5.3 Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor……… 13

1.6 Defenisi Konsep……….16

BAB II METODE PENELITIAN………. 18

2.1 Bentuk Penelitian……….. 18

2.2 Lokasi Penelitian………...18

2.3 Responden Penelitian……… 18

2..4 Informan Penelitian……….. 19

2.5 Teknik Pengumpulan Data……… 19

2.6 Teknik Analisis Data………. 20

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……… 23

3.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar……….. 23

3.2 Sejarah Singkat Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar………… 24

3.3 Visi dan Misi……… 25

3.4 Susunan dan Struktur Organisasi……….. 26

3.5 Jenis-jenis Pelayanan dan Program Kerja………. 29

3.6 Mekanisme Pelayanan……….. 30

BAB IV HASIL PENELITIAN………. 33

4.1Penyajian Data Tentang Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap pada Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar………. 36

(6)

BAB VPEMBAHASAN……… 64

5.1 Analisis Aspek Struktur Birokrasi………. 65

5.2 Sumber Daya………. 68

5.3 Komunikasi………... 72

5.4 Disposisi………... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……… 77

6.1 Kesimpulan………... 77

6.2 Saran………. 78

DAFTAR PUSTAKA………. 80

(7)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin……... 34

4.2 Identitas responden berdasarkan usia………... 34

4.3 Identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir………….. 35 4.4 Identitas responden berdasarkan pekerjaan……….. 36 4.5 Distribusi jawaban responden apakah standard operating

system (SOP) SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik………... 37 4.6 Distribusi jawaban dengan pernyataan standard operating system

(SOP) SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik………... 38 4.7 Distribusi jawaban responden apakah pegawai SAMSAT Kota

Pematangsiantar selalu bekerja mengikuti SOP……….. 38 4.8 Distribusi jawaban dengan pernyataan pegawai SAMSAT Kota

Pematangsiantar selalu bekerja mengikuti SOP……….. 39 4.9 Distribusi jawaban responden apakah mengetahui struktur

organisasi yang dimiliki oleh SAMSAT Pematangsiantar…… 40 4.10 Distribusi jawaban dengan pernyataan mengetahui struktur

organisasi yang dimiliki oleh SAMSAT Pematangsiantar……. 40 4.11 Distribusi jawaban responden apakah pembagian tugas pada

kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik………... 41 4.12 Distribusi jawaban dengan pernyataan pembagian tugas pada

kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik………... 42 4.13 Distribusi jawaban responden apakah pihak Kantor SAMSAT

Kota Pematangsiantar bertanggungjawab jika ada pegawai yang

bekerja tidak mengikuti SOP………. 42 4.14 Distribusi jawaban dengan pernyataan pihak Kantor SAMSAT

Kota Pematangsiantar bertanggungjawab jika ada pegawai yang

bekerja tidak mengikut SOP………. 43 4.15 Distribusi jawaban responden apakah sumber daya manusia

yang bekerja di SAMSAT Pematangsiantar jumlahnya cukup untuk melayani pengurusan pajak kendaraan bermotor………… 44

(8)

4.16 Distribusi jawaban dengan pernyataan sumber daya manusia yang bekerja di SAMSAT Pematangsiantar jumlahnya cukup

untuk melayani pengurusan pajak kendaraan bermotor……… 45

4.17 Distribusi jawaban responden apakah sumber biaya yang dimiliki Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar sudah

memadai………... 45 4.18 Distribusi jawaban dengan pernyataan sumber biaya yang

dimiliki Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar sudah

memadai………... 46 4.19 Distribusi jawaban responden apakah dilayani petugas

SAMSAT Kota Pematangsiantar dengan terampil dan handal dalam pengurusan pkb……….. 46 4.20 Distribusi jawaban dengan pernyataan dilayani petugas

SAMSAT Kota Pematangsiantar dengan terampil dan handal dalam pengurusan pkb……….. 47 4.21 Distribusi jawaban responden apakah ada keluhan soal

kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki Kantor

SAMSAT Kota Pematangsiantar sewaktu mengurus pkb……… 47 4.22 Distribusi jawaban dengan pernyataan sarana dan prasarana di

kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar sudah lengkap………... 48 4.23 Distribusi jawaban responden apakah kantor SAMSAT

Pematangsiantar melakukan maintenance (pembaharuan,

perbaikan) terkait fasilitas sarana dan prasarana yang ada………49 4.24 Distribusi jawaban dengan pernyataan kantor SAMSAT

Pematangsiantar pernah melakukan maintenance (pembaharuan, perbaikan) terkait fasilitas sarana dan prasarana yang ada………... 49 4.25 Distribusi jawaban responden apakah komunikasi antar instansi

di kantor SAMSAT Pematangsiantar berjalan dengan baik……..50 4.26 Distribusi jawaban dengan pernyataan komunikasi antar

instansi

di kantor SAMSAT Pematangsiantar berjalan dengan baik……..51 4.27 Distribusi jawaban responden apakah anda pernah melihat

pegawai SAMSAT Pematangsiantar melakukan rapat kerja…… 52 4.28 Distribusi jawaban dengan pernyataan pernah melihat pegawai

SAMSAT Pematangsiantar melakukan rapat kerja……….. 52 4.29 Distribusi jawaban responden apakah komunikasi atasan dan

bawahan kantor SAMSAT Pematangsiantar terjalin dengan baik

(9)

4.30 Distribusi jawaban dengan pernyataan komunikasi atasan dan bawahan kantor SAMSAT Pematangsiantar terjalin dengan baik

sewaktu anda mengurus pkb………. 54 4.31 Distribusi jawaban responden apakah pernah mendengar atau

membaca di surat kabar atau radio terkait sosialisasi pembayaran

pkb……… 54

4.32 Distribusi jawaban dengan pernyataan pernah mendengar atau membaca di surat kabar atau radio terkait sosialisasi pembayaran

pkb……… 55

4.33 Distribusi jawaban responden apakah anda menjadi antusias dalam mengurus pkb karena sosialisasi yang dilakukan oleh

kantor SAMSAT Pematangsiantar………... 56 4.34 Distribusi jawaban dengan pernyataan menjadi antusias dalam

mengurus pkb karena sosialisasi yang dilakukan oleh kantor

SAMSAT Pematangsiantar……….. 56 4.35 Distribusi jawaban responden apakah pegawai SAMSAT

Pematangsiantar memiliki komitmen yang baik dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan dan juga terhadap masyarakat………... 57 4.36 Distribusi jawaban dengan pernyataan pegawai SAMSAT

Pematangsiantar memiliki komitmen yang baik dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan dan juga terhadap masyarakat………... 58 4. 37 Distribusi jawaban responden apakah pegawai SAMSAT

Pematangsiantar memiliki responsive yang baik saat masyarakat

mengurus pkb………... 59 4.38 Distribusi jawaban dengan pernyataan pegawai SAMSAT

Pematangsiantar memiliki responsive yang baik saat masyarakat

mengurus pkb………... 59 4.39 Distribusi jawaban responden apakah pegawai SAMSAT

Pematangsiantar menunjukkan sikap yang baik saat mengurus pkb……… 60

4.40 Distribusi jawaban dengan pernyataan pegawai SAMSAT Pematangsiantar menunjukkan sikap yang baik saat mengurus

(10)

pkb……… 60

4.41 Distribusi jawaban responden apakah pernah dipersulit pegawai

kantor SAMSAT Pematangsiantar saat mengurus pkb…………. 61 4.42 Distribusi jawaban dengan pernyataan pernah dipersulit

pegawai kantor SAMSAT Pematangsiantar saat mengurus pkb……… 61

4.43 Distribusi jawaban responden apakah masyarakat mendukung sistem atau kebijakan yang telah berjalan di SAMSAT

Pematangsiantar………... 62 4.44 Distribusi jawaban dengan pernyataan masyarakat mendukung

sistem atau kebijakan yang telah berjalan di SAMSAT

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Teori George Edward………... 11 2.1 Komponen Dalam Analisis Data……….. 22 3.1 Susunan dan Struktur Organisasi SAMSAT Kota

Pematangsiantar………... 26 3.2 Mekanisme Pelayanan SAMSAT Kota Pematangsiantar………. 30

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuosioner Penelitian……… 82 2 Draft Wawancara Penelitian……… 89

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Tingkat mobilitas masyarakat dalam menggunakan alat transportasi yang ada di Indonesia cukup tinggi dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari.Hampir setiap hari kita melihat semakin banyaknya jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang bermunculan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh pertambahan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang berdampak pula akan kebutuhan alat transportasi guna untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Sampai dengan tahun 2013 jumlah kendaraan bermotor di Sumatera Utara telah mencapai lebih dari 5 juta yang 80% adalah sepeda motor dan sisanya berupa mobil penumpang, mobil bus dan mobil gerobak (data dari BPS Sumatera Utara). Banyaknya pengguna kendaraan bermotor secara tidak langsung berkaitan dengan penambahan pajak daerah dalam hal pajak kendaraan bermotor.Pemilik kendaraan bermotor haruslah membayar pajak kendaraan bermotor.

Pemerintah daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Berdasarkan hal tersebut jelas diketahui bahwa salah satu sumber pendapatan daerah berasal dari pajak daerah.Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah.

Dengan adanya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah secara tertib dan benar sesuai ketentuan

(14)

perundang-undangan yang berlaku, maka diharapkan seluruh objek penerimaan daerah, baik berupa pajak, retribusi maupun berbagai penerimaan daerah lainnya yang sah dapat dioptimalkan sehingga roda pemerintahan dan jalannya pembangunan dapat terlaksana sesuai dengan program yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah.

Diantara sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor pajak daerah yang cukup penting dan potensial adalah Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) karena banyak menunjang pembiayaan daerah.

Pengelolaan pemungutan dan pengurusan pajak kendaraan bermotor dilakukan pada satu kantor yang melibatkan beberapa unsur yang terkait didalam pengelolaannya. Pemungutan pajak kendaraan bermotor yang dilaksanakan pada satu kantor ini dikenal dengan istilah SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), dimana didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang mempunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor (BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ)

Sebelum dilakukan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) kegiatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dilakukan tersendiri dikantor dinas pendapatan daerah provinsi dan cabang-cabang dinas, begitu juga dengan penyelesaian Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ)

(15)

ditempat yang berbeda pula, sehingga hal ini tdak memberikan pelayanan yang baik bagi pemilik kendaraan bermotor, karena akan memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.

Keadaan seperti diatas dapat menjadi penghambat dalam usaha memberikan pelayanan kepada pemilik kendaraan bermotor, dan juga dapat menyebabkan masyarakat menjadi malas untuk mengurus pajak kendaraan bermotor dan menjadi penghambat dalam usaha meningkatkan penerimaan dari sektor PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ karena tidak adanya keseragaman baik dalam hal pengurusan, administrasi, maupun besarnya tarif dalam proses pengurusannya.

Salah satu tujuan pemebentukan kantor bersama SAMSAT ini adalah untuk memudahkan pelaksanan pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) serta untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLLJ. Pengurusan pajak kendaraan bermotor yang dilakukan pada kantor SAMSAT adalah salah satu bentuk pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah kepada masyarakat meliputi banyak hal yang menyangkut semua kebutuhan masyarakat.

Kantor SAMSAT sebagai organisasi pelaksana tugas membuat atau merancang konsepsi-konsepsi untuk meberdayakan segala kemampuan agar dapat melaksanakan tugas pengutipan pajak kendaraan bermotor secara efektif, dimana persyaratannya adalah keahlian aparatur, seperti kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan pekerjaan, menyiapkan personalia untuk menangani

(16)

pelaksanaan tugas-tugas, mengetahui wewenang dan tanggung jawab, serta menyusun mekanisme koordinasi kepada antar unit kegiatan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dalam pelaksanaan pengurusan pajak kendaraan bermotor dikantor SAMSAT Pematangsiantar masih terdapat prosedur antar loket sehingga menyulitkan dan merepotkan para wajib pajak, dan dalam setiap loket menghabiskan waktu yang lama, sehingga hal tersebut mengakibatkan masih kurangnya efesien dalam hal waktu. Karena ada tiga instansi yang berada di SAMSAT sehingga proses terhambat pada sumber daya manusia/mental yang dimiliki oleh petugas/PNS untuk melayani masyarakat, misalnya apabila pengurusan telah selesai di DISPENDA tapi akan terhambat di POLRI, seperti itu sebaliknya. Masalah juga terdapat di masyarakat, yang kurang informasi mengenai prosedur dan mekanisme pembayaran Pajak kendaraan bermotor (PKB)/BBN-KB kendaraan yang dimiliki.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengungkapkanya dalam bentuk skripsi dengan judul: “Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap dalam pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

(17)

Implementasi Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap dalam Pengurusan Pajak Kendaraan pada SAMSAT Kota Pematangiantar?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraanya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa implementasi kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap dalam pengurusan Pajak kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan, kependidikan, khususnya mengenai implementasi sistem administrasi manunggal satu atap dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang menindaklanjuti penelitian ini dengan mengambil penelitian yang sama dan dengan informan penelitian yang lebih baik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi penulis, sebagai masukan dan menambah wawasan serta literatur perpustakaan yang berkaitan dengan Implementasi sistem administrasi manunggal satu atap dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor b. Bagi instansi SAMSAT Kota Pematangsiantar, hasil penelitian ini

(18)

kendaraan bermotor dan lebih meningkatkan pelayanan dalam hal pengurusan pajak kendaraan bermotor.

1.5 Kerangka Teori

Seperti yang dikemukakan oleh Nawawi (1992:149) dalam suatu studi penelitian perlu adanya kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan dan membahas masalah.Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan darimana sudut masalah tersebut dosorot.

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto,2002:92).

Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk mengambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

1.5.1 Implementasi Kebijakan

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2004:68) yang dimaksud dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan

(19)

tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan) terhadap undang-undang/peraturan yang bersangkutan).

Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky (dalam Tangkilisan, 2003 : 17), implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan menurut Tangkilisan (2003 : 18) adalah :

1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

(20)

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperolehapa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990 :59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan oleh Wahab (1990:51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan.Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.

Master dan Horn (Wahab, 1990:51), merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelii (Wibawa, 1994 :19), implementasi adalah sebagai berikut :”Dalam pengertian

(21)

luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”.

Menurut Friedrich (Soenarko, 2003:42-43) kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.Sedangkan menurut Dimock (Soenarko, 2003:44) kebijakan publik adalah perpaduan dan kristalisasi daripada pendapat-pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang atau golongan dalam masyarakat.

Menurut Anderson (Nyimas, dkk, 2004:7) kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan itu adalah :

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

(22)

5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa (otoritatip).

Maka berikut ini adalah pengertian tentang implementasi kebijakan yang sangat sederhana dalam Nyimas,dkk (2004:9) :

“Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif, atau Instruksi Presiden.(Wahab, 1991 :50)”

Menurut Wibawa (1994:22-23), implementasi kebijakan merupakan pengejahwantahan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam suatu Undang-Undang namun juga dapat berbentuk instruksi-instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan. Idealnya keputusan-keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara “menggambarkan struktur” proses implementasi tersebut. Tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah.

1.5.1.1 Model Implementasi Kebijakan • Model impelentasi dari George Edwards III

Dalam pandangan edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni (Subarsono,2005:90)

(23)

Secara umum edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni:

a. Transmisi

Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksananya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang langsung sebagaimana tampaknya. Banyak sekali ditemukana keputusan-keputusan diabaikan atau seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan yang dikeluarkan.

Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah-perintah implementasi.Pertama, pertentangan pendapat pelaksana dengan pemerintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan.Hal ini terjadi karena para pelaksana menggunakan keleluasaannya yang tidak dapat mereka elakkan dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan perintah-perintah umum.Kedua, informasi melewati berlapis-lapis hirarki.Ketiga, persepsi yang efektif dan ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan suatu kebijakan.

b. Konsistensi

Jika implementasi ingin berlangsung efektif, maka perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan

(24)

maka perintah akan memudahkan para pelaksana kebijakna menjalankan tugasnya dengan baik.

c. Kejelasan

Edwards mengidentifikasikan enam faktor terjadinya ketidakjelasan komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas kebijakan, keinginan untuk tidak menganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya konsensus mengenai tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan, dan sifat pembuatan kebijakan pengadilan.

2. Sumber Daya

Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif, tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, informasi, fasilitas danb sumber daya finansial.

3. Disposisi (kecendrungan atau tingkah laku)

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi dengan baik, maka dia akan dapat menjalankan kabijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memilki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi efektif.

(25)

Struktur birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.Salah satu dari aspek struktur yang penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operting procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementasi dalam bertindak.

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasaan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1.1: Gambar Teori George Edward 1.5.2 Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systema” yang mempunyai pengertian sebagai berikut:

(26)

a. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian

b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur

Sedangkan sistem merupakan suatu totalitas himpunan dari bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam suatu lingkungan.

Jadi, sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Bagian atau anak cabang dari suatu sistem menjadi induk dari bagian selanjutnya, begitulah seterusnya hingga bagian yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian akan menganggu kestabilan sistem itu sendiri secara keseluruhan.

Ada beberapa definisi administrasi, yaitu:

a. Suatu keseluruhan istilah yang meliputi banyak subjek yang semuanya cenderung berprasangka kearah efesiensi perusahaan

b. Pelayanan-pelayanan manajemen atau pelayanan kantor perusahaan c. Organisasi atau suatu kantor pusat suatu perusahaan yang mengawasi

sejumlah unit-unit produksi. Defensi ini dapat berlaku dalam jenis kelompok perusahaan yang mempunyai beberapa seksi.

Di dalam buku ilmu administrasi publik Syafei, dkk (1999:13-15), ada beberapa pengertian administrasi menurut pendapat para ahli, yaitu:

a. Menurut Herbert A. Simon, administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama

(27)

b. Menurut The Liang Gie, administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu

c. Menurut Sondang P. Siagian administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Menurut Hadari Nawawi, administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Diantara pendapat para ahli tersebut, pada prinsipnya administrasi mempunyai pengertian yang sama, yaitu antara lain:

a. Kerja sama b. Banyak orang

c. Untuk mencapai tujuan bersama

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), atau dalam Bahasa Inggris one roof system, adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung.

Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) adalah pelayanan administrasi dalam pengurusan kendaraan bermotor. Pelayanan pengurusan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama diberikan oleh Dinas Pendapatan Provinsi, Asuransi

(28)

Kecelakaan Lalu Lintas oleh Jasa Raharja, sedangkan pengurusan surat-surat kendaraan bermotor seperti BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), plat nomor, dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) diberikan oleh kepolisian. Namun dengan adanya SAMSAT, kesemuanya dapat dilayani dalam satu atap, atau bahkan satu loket.

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), dimana didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang mempunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor (BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

Peningkatan pelayanan prima dikantor bersama SAMSAT adalah merupakan kebutuhan organisasi untuk merespon tuntutan dan harapan masyarakat yang terus meningkat, maka sudah sewajarnya kantor bersama SAMSAT memberikan pelayanan yang baik dengan mengembangkan paradigma kepemerintahan yang ditandai dengan adanya: transparansi, akuntabilitas, penegakan hukum, profesionalisme, kesetaraan dan lain sebagainya.

1.5.3 Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, berdasarkan ketentuan Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa pemerintah daerah dibekali berbagai kewenangan untuk mengelola berbagai sumber pendapatan daerah, yaitu:

(29)

1. Pendapatan Asli daerah (PAD), yang terdiri dari: a. Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah c. Laba Perusahaan Daerah

d. Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah 2. Dana Perimbangan, yang terdiri dari:

a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus

3. Lain-lain Pendapatan yang sah, yang terdiri dari:

a. Bantuan Dana Kontijensi/ penyeimbangan dari Pemerintah b. Iuran Jasa Air

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Pajak adalah satu komponen pendapatan yang sangat penting bagi perkembangan dan pembangunan bangsa. Di sini pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk subsidi

(30)

Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengnya yang digunakan dijalan umum, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah sumber daya atau energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan yang bersangkutan, tidak termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar. Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.

Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor alat-alat besar yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang atau barang dijalan umum.

Dikecualikan sebagai objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh:

a. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah

b. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga internasional dengan asas timbal balik sebagaimana berlaku untuk pajak negara

c. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah

Subjek pajak kendaran bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor.Sedangkan wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi dan atau badan yang memiliki kendaraan bermotor.

Sementara itu dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok, yaitu:

(31)

a. Nilai jual kendaraan bermotor (diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor)

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor tersebut.

Setiap orang yang mempunyai kendaraan bermotor wajib memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak kendaraannya setiap tahun melalui kantor samsat dimana kendaraan itu terdaftar.

Persyaratan yang harus dipersiapkan sebelum menuju kantor samsat antara lain:

• fotocopy BPKB,

• fotocopy STNK yang habis masa pajaknya, • fotocopy KTP.

Kalau semua syarat ini dilengkapi maka nanti saat di kantor samsat tinggal mengikuti prosedur yang ada. Penyelengaraan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam bentuk BPKB (Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor) adalah untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas Kepolisian dan kepentingan bagi masyarakat juga. Dalam perundang-undangan sebagaimana tercantum pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 pasal 175 PP No.44 Tahun 1993 disebutkan bahwa “sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah terdaftar diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor serta Tanda Nomor Kendaraan Bermotor”. Dengan adanya Buku Pemilik Kendaraan Bermotor dan Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor maka

(32)

pengurusan pajak kendaraan dapat dilakukan untuk mmenui peraturan sebagai masyarakat wajib pajak.

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995 : 37)

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka definisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah, seperti petugas SAMSAT yang melakukan tugasnya berdasarkan indikator implementasi dari George Edwards yaitu :

a. Komunikasi

Komunikasi menurut William J. Seller adalah suatu proses dimana simbol non verbal dan verbal dikirimkan, diterima dan diberi makna

b. Sumber Daya

Sumber daya terbagi tiga yaitu :

1. sumber daya manusia, yaitu salah satu factor yang sangat penting yang tidak akan dapat dilepaskan dari sebuah organisasi

2. informasi, yaitu jenis acara yang mempengaruhi suatu negara dari sistem dinamis. Para konsep memiliki banyak arti lain

(33)

dalam konteks yang berbeda, informasi bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, intruksi

3. fasilitas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fasilitas adalah sarana untuk melaksanakan fungsi, kemudahan sosial yang disediakan oleh pemerintah atau swasta untuk masyarakat

c. Disposisi atau Sikap

Sikap dari petugas SAMSAT sebagai pelaksana kebijakan, apakah mendukung dalam pelaksanaannya.

d. Struktur Birokrasi

a. Standar Operating Procedures yang digunakan dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.

b. Fragmentasi, yakni koordinasi oleh instansi terkait dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.

(34)

BAB II

METODEPENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian

Bentukpenelitianyangdigunakanpenulisdalam penelitianiniadalah bentukpenelitiandeskriptifdenganpendekatankualitatif.MenurutNawawi, ciri pokokdaripenelitiandeskriptifadalah memusatkanperhatianpadamasalah- masalah yang ada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yangbersifataktualdanmenggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan intrepretasi rasional.

Penelitiankualitatif adalahpenelitianyangmengemukakangejala/keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan intrepretasi. Metodepenelitiankualitatif bertujuanuntukmenjelaskanrealitas secara kontekstual, interpretasi terhadap fenomena yang menjadi perhatian penelitidanmemahami perspektifpartisipanterhadapmasalahpelayananjasa tansportasikretaapi.Olehkarenaitudalam penelitianinidimaksudkanuntuk mencari realitas dan mengintepreasi suatu fenomena mengenai pelayanan SAMSAT dalampengurusan pajak kendaraan bermotor.

2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitianini adalah kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar Jl. Sangnawaluh no. 37 A Pematangsiantar.

2.3. Responden Penelitian

Responden penelitian ini adalah masyarakat yang menggunakan atau terlibat dalam pelayanan SAMSAT Kota Pematangsiantar.

(35)

2.4. Informan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif sehingga penentuansubjekpenelitiandalam

bentukinforman.Informanpenelitianyangdigunakandalam penelitian ini yaitu: a. Kepala UPT Samsat

b. Kasubag Tata Usaha

c. Pegawai DISPENDA dan staf d. Staf PT. Jasa Raharja

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitianiniteknikpengumpulandatadilakukandenganmencari dan mengumpulkandataberupateknikpengumpulandataprimerdanteknik pengumpulan data skunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknikpengumpulandataprimeradalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian.Teknikpengumpulandata primer dapat dilakukan dengan cara

a. Wawancara Mendalam,yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitiandengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antarapewawancaradenganinformanatauorangyangdiwawancara.

Dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama.

(36)

b. Kuisioner,yaituteknikpengumpulandatayangdilakukandengancaramem beriseperangkatpertanyaanatau pernyataantertuliskepada responden untuk dijawab.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data skunder adalah teknik pengumpulan data yang diperolehmelaluibahan kepustakaanuntukmendukungkelengkapandaridata primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara : a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catata atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitianseperti laporan tahunan dariSAMSAT Kota Pematangsiantarsendiri dan dari website resmi UPT ini.

b. StudiKepustakaan,yaitupengumpulandatayangdiperolehdaribuku- buku, literature, internet, data statistik dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. 2.5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitiankualitatif,analisisdatadilakukansejak awalpenelitian dan selamaproses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Teknis analisa data kulitatif dilakukandenganmenyajikandatayangdimulaidenganmenelaahseluruhdata

yangterkumpul,mempelajaridata,menelaah,danmenyusunnyakedalam satu- satuan,yangkemudiandikategorikan pada tahapberikutnya,dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

(37)

Proses analisis data dalam penelitianini adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, kuisioner (alat tambahan) dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian. Data yangdiperolehdariUPT.SAMSAT maupunliteratureyangberkaitan denganpelayananadministrasidalam pengurusanpajakkendaraan bermotor dikumpulkan unutk memenuhi kebutuhan penelitian.Data tersebutakanmembantupenelitidalam mengumpulkaninformasiyang mencukupiuntukmenganilisisimplementasi pelyanan SAMSAT.

2. Reduksi data

Reduksi datadilakukan untuk pemilihan dan pemilihan data yang berkaitandan berhubungan langsungdenganmasalahataupuntema penelitian. Data direduksi dengan tujuan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan proses

pengimplementasian pelayananSAMSAT. Datawawancara,kuisioner,dandokumentasilaporanhasilkerja jugaakanmendukung

analisis data sehingga akan cukup berimbang antara hasil analisisdengandukungandatayang terpercaya.Datayangdiperlukan merupakan data yang berkaitandenganpengimplementasianpelayanan SAMSAT dalampengurusan pajak kendaraan bermotor.

3. Penyajian data

Penyajian data merupakan upaya penyusunan data yang sudah dikumpulkandansudahdireduksiuntukdianalisisdan diolaholehpeneliti menjadisuatuinformasiyangmenjawab pertanyaanpenelitian.Datayang telah dikumpulkan dari penelitian dilapangan akan dianalisis secara kualitatif dan

(38)

deskriptif. Analisis secarakualitatifmerupakan analisis data dengan caramengelompokkan dan menyeleksi secara sistematis data primer diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan dengan teoriteoriyangdiperolehdaristudi kepustakaan,sehinggadapatdiperoleh jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Pengumpulandata

Penyajiandata

Reduksidata

Kesimpulan

Gambar 2.1: Komponen Dalam Analisis Data 4. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukandenganmeyimpulkantemuanyang diperoleh dari lapangan dan memberikan informasi yang sesuai.Sehingga bisa disimpulkan bagaimana implementasi kebijakan pelayanan SAMSAT dalamrangka mewujudkan pelayanan publik yang baik.

(39)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Kota Pematangsiantar 3.1.2. Letak dan Geografis

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00” Lintang Utara dan 99° 1’00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur, berada di tengah–tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km² terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km² atau sama dengan 28,41% dari total luas wilayah Kota Pematangsiantar.

Penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 236.947 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.963 jiwa per km².Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2012 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 115.488 jiwa dan penduduk perempuan 121.459 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,08.

3.1.3. Iklim

Kota Pematangsiantar tergolong ke dalam daerah tropis dan daerah datar, beriklim sedang dengan suhu maksimum rata-rata 30,3 oC dan suhu minimum rata-rata 21,1 ˚C. Selama tahun 2014 kelembaban udara rata-rata 84 persen. Rata-rata tertinggi pada bulan Oktober dan Desember masing-masing mencapai 88

(40)

persen, sedangkan curah hujan rata-rata 229 mm di mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yang mencapai 341 mm.

3.2. Sejarah Singkat Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar

Pada tanggal 1 april 1978 resmi didirikan Kantor Bersama SAMSAT Pematangsiantar, yang melayani pengurusan surat-surat kendaraan bermotor wilayah Kota Pematangsiantar. SAMSAT merupakan singkatan dari “ Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap” adalah gabungan dari tiga instansi yang mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda tetapi mempunyai objek data yang sama yaitu kendaraan bermotor yang berdomisili di daerah Provinsi Sumatera Utara.

Berdirinya kantor bersama SAMSAT merupakan tindak lanjut dari Surat Keputusan Bersama tiga Menteri (Menhankam, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri) yang membentuk kerjasama dengan system baru yang disebut Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap dengan tujuan sebagai berikut:

1. Sebagai usaha untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang berdomisili di daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara melalui penerimaan dari sektor PKB dan penerimaan dari sector BBN-KB. 3. Meningkatkan penerimaan Asuransi Kerugian Kecelakaan Jasa Raharja

Cabang Pematangsiantar.

4. Sebagai usaha menyeragamkan tindakan, ketertiban dan kelancaran dan pengadaan administrasi kendaraan bermotor

(41)

3.3. Visi dan Misi Visi :

1. Terwujudnya pelayanan prima yang berorientasi good governance dan berbasis teknologi

Misi :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui partisipasi masyarakat dan profesionalisme aparatur penyelenggara pelayan.

2. Mewujudkan system dan prosedur pelayanan yang sederhana, mudah, pasti, aman dan transparan berbasis teknologi informasi.

3. Meningkatkan system informasi dan komunikasi regiden ranmor sebagai bentuk tertib administrasi sebagai landasan penyelenggaraan fungsi control dan forensik kepolisian.

(42)

3.4. Susunan dan Struktur Organisasi

ANTONY SINAGA, S.H. M.Hum KEPALA UPT

KASUBAG TATA USAHA FREDDY SIMANJUNTAK, S.Sos.

KASI PENAGIHAN PAJAKKASI RETRIBUSI DAN PLL

RUDIANSYAH, S.E. AGUSTINA SIREGAR, S.H.

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 3.1 Susunan dan Struktur OrganisasiSAMSAT Kota Pematangsiantar Susunan Tugas Organisasi Pelaksana Teknis (UPT) SAMSAT Pematangsiantar adalah sebagai berikut :

a. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Kepala Unit Pelaksana Teknis mempunyai fungsi yaitu :

1) Menyempurnakan dan menyusun konsep standar-standar pendapatan potensi, pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan lain-lain

2) Menyelenggarakan optimalisasi potensi pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak

ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan lain-lain sesuai dengan standar yang ditetapkan.

(43)

3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

4) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas.

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi yaitu :

1) Menyusun dan menyampaikan rencana kebutuhan Keuangan, Personil dan Peralatan dan Ketatausahaan, UPTD, sesuai standar yang ditetapkan. 2) Menyelenggarakan pengolahan Keuangan, Personil, Peralatan, dan

Ketatausahaan, UPTD sesuai yang ditetapkan.

3) Menghimpun bahan atau data dari seksi lainnya, untuk pembukuan dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan lain-lain sesuai dengan standar yang ditetapkan. 4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala UPT sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya.

5) Memperjuangkan pelaksanaan tugasnya kepada UPTD sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

c. Kasi Penagihan Pajak

Kasi Penagihan Pajak mempunyai fungsi yaitu :

1) Melaksanakan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul/pengajuan keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan dan denda PKB dan BBN–KB sesuai dengan standar yang ditetapkan.

(44)

2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepada Kepala UPT sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala UPT sesuai dengan bidang dan tugasnya.

4) Memberikan masukan yang perlu kepada UPT sesuai bidang dan fungsinya. d. Kasi Retribusi dan PLL

Kasi Retribusi dan PLL mempunyai fungsi yaitu :

1) Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan, dan denda Retribusi sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya

3) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya.

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai fungsi yaitu :

1) Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan, dan denda Retribusi sesuai dengan bidang dan fungsinya. 2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan

bidang dan fungsinya.

3) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya.

(45)

3.5. Jenis-jenis Pelayanan dan Program Kerja A. Jenis-jenis Pelayanan

1. Perpanjangan STNK

2. Ganti STNK (teliti ulang 5 tahun)

3. Ganti STNK hilang, ganti warna, pindah alamat 4. Bea Balik Nama (BBN) II

5. Lapor tiba antar SAMSAT Sumatera Utara B. Program Kerja

1. Meningkatkan Mutu pelayanan kepada masyarakat

2. Meningkatkan keamanan registrasi identifikasi kendaraan bermotor 3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penerimaan

Negara

4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

5. Menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung terwujudnya pelayanan prima

(46)

3.6. Mekanisme Pelayanan

PEMILIK/PEMOHON

LOKET PENDAFTARAN & PENETAPAN A. AMBIL FORMULIR

B. MENDAFTAR

LOKET LOKET LOKET LOKET LOKET RAN BARU PERPANJANGAN PENGESAHAN MUTASI HAL-HAL

STNK STNK KHUSUS C. DITETAPKAN BIAYA ADM. BARU

• STNK

• ASURANSI JASA RAHARJA • PAJAK RANMOR

D. DITERIMA RESI

E. MEMBAYAR DI PAYMENT BANK SUMUT

F. VALIDASI

G. DICETAK

STNK, TNKB,TCKB, BTCKB, BPKB

(47)

I. MENERIMA STNK, TNKB

Gambar 3.2 Mekanisme Pelayanan Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar Dalam pelaksanaan SAMSAT dikenal beberapa pendaftaran dan persyaratan sebagai berikut:

a. Pendaftaran pertama:

1. Pendaftaran kendaraan bermotor

2. Pendaftaran kendaraan bermotor eks dump TNI/POLRI 3. Pendaftaran kendaraan bermotor eks lelang Negara 4. Pendaftara kendaraan bermotor CD/DC

5. Pendaftaran kendaraan bermotor badan Internasional lainnya 6. Pendaftaran kendaraan bermotor import

7. Pendaftaran kendaraan bermotor berdasarkan putusan pengadilan b. Pengesahan STNK setiap tahun dengan persyaratan sebagai berikut:

1. BPKP asli + foto copy 2. STNK asli + foto copy 3. KTP asli + foto copy 4. Hasil ceking fisik 5. SKPD tahun terakhir

c. Perpanjangan STNK setelah 5 (lima) tahun dengan persyaratan sebagai berikut: 1. BPKP asli + foto copy

2. STNK asli + foto copy 3. KTP asli + foto copy 4. SKPD tahun terakhir

d. Pendaftaran kendaraan mutasi dan BBN (Bea Balik Nama):

1. Pendaftaran kendaraan bermotor tukar nama atas dasar jual beli 2. Pendaftaran kendaraan bermotor pindah/dari luar daerah

(48)

3. Pendaftaran kendaraan bermor pindah alamat dalam wilayah kerja SAMSAT yang sama 4. Pendaftaran kendaraan bermotor rubah bentuk 4. Pendaftaran kendaraan ganti mesin, ganti warna

5. Pendaftaran kendaraan bermotor ganti nomor kendaraan

6. Pendaftaran kendaraan bermotor STNK, TNKB rusak atau hilang e. Pendaftaran kendaraan bermotor persyaratan khusus

1. Pendaftaran kendaraan bermotor tukar nama eks kendaraan dinas milik Negara

2. Pendaftaran kendaraan bermotor tukar nama atas dasar hibah/warisan 3. Pendaftaran kendaraan bermotor ganti nama badan hukum/penggabungan

perusahaan

4. Pendaftaran kendaraan bermotor eks CC/CD 5. Pendaftaran surat tanda coba kendaraan

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, melalui wawancara, kuisioner dan observasi atau pengamatan langsung di lapangan, maka diperoleh data informan dalam kaitannya dengan Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap pada SAMSAT Kota Pematangsiantar. Data yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk analisis data dengan menggunakan tabel jumlah informan dan persentase yang kemudian akan diinterpretasikan.

Penyajian data didapatkan melalui wawancara, pengisian kuisioner dan observasi atau pengamatan langsung di lapangan.Pihak-pihak yang diwawancarai sebanyak empat orang yaitu dengan Kepala Unit Teknis SAMSAT Balige, Kepala Sub Bagian Tata Usaha SAMSAT Balige, Kepala Unit Regident SAMSAT Balige, Staff P.T. Jasa Raharja.

Data adalah hasil yang diperoleh dari penelitian, maka diperoleh adanya penyajian data dalam suatu penelitian agar terihat sempurna.Penyajian data karakteristik responden bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki responden, sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis penelitian. Karakteristik responden dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

(50)

Tabel 4.1 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20 orang yang datang ke kantor SAMSAT Pematangsiantar terdapat 13 orang ( 65%) adalah berjenis kelamin laki-laki dan 7 orang (35%) berjenis kelamin Perempuan. Dari data ini tergambar bahwa orang yang mengurus pajak kendaraan bemotor berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada pasien berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat dari 20 responden yang datang mengurus pajak kendaraan bermotor di kantor SAMSAT Pematangsiantar paling banyak adalah yang berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 8 orang (40%), dan berusia 21-30

NO Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1 Laki-laki 13 65

2 Perempuan 7 35

Total 20 100

Usia Jumlah Presentase

<20 tahun 1 5 21-30 tahun 6 30 31-40 tahun 8 40 41-50 tahun 4 20 >50 tahun 1 5 Total 20 100

(51)

tahun sebanyak 6 orang (30%), berusia 41-50 tahun sebanyak 4 orang (20%), berusia diatas 50 tahun 1 orang (5%) dan berusia dibawah 20 tahun sebnyak 1 orang (5%)

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir Jenjang Pendidikan Jumlah Presentase

SD-SMP 3 15 SLTA 8 40 Diploma 4 20 Sarjana 5 25 Total 20 100 Sumber : kuesioner 2016

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 20 responden 8 responden (40%) berpendidikan SLTA, 5 responden (25%) berpendidikan Sarjana, 4 responden (20%) berpendidikan Diploma dan 3 responden (15%) dengan pendidikan terakhir SD-SMP, dan dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan dari orang yang mengurus pajak kendaraan bermotor pada kantor SAMSAT Pematangsiantar adalah tamatan SLTA.

(52)

Tabel 4.4 Identitas responden berdasarkan pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase

PNS 2 10 Buruh 4 20 Wiraswasta 7 35 Pegawai Swasta 3 15 Lainnya 4 20 Total 20 100

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang mengurus pajak kendaraan bermotor ke kantor samsat Kota Pematangsiantar yang paling banyak adalah masyarakat dengan pekerjaan wiraswata yaitu sebanyak 7 orang (35%), 4 orang (20%) memilih dengan lainnya, 4 orang (20%) bekerja sebagai buruh, dan 2 orang (10%) saja yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dapat dilihat masyarakat yang paling banyak mengurus pajak kendaraan bermotor ke kantor samsat Kota Pematangsiantar adalah dengan pekerjaan sebagai Wiraswasta yaitu dengan berjualan dan sebagainya.

4.1. Penyajian Data Tentang Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap pada Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap pegawai yang memiliki peran besar di Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar yaitu kepala SAMSAT UPT Pematangsiantar dan diikuti juga dengan wawancara kepada beberapa orang yang mengurus pajak kendaraan bermotor, dan memberikan

(53)

kuesioner kepada masyarakat yang mengurus pajak kendaraan bermotor ke Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar sebanyak 20 responden. Peneliti hanya menggunakan 20 responden dikarenakan sampai responden ke 20 jawaban yang diterima cenderung sama, dengan begitu peneliti menentukan titik jenuh dari jumlah responden. Dimana setiap pasien harus menjawab 20 buah pertanyaan dan 20 pernyataan berdasarkan indikator :

1. Struktur Birokrasi

Di dalam instruksi bersama tiga menteri yakni Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan, dijelaskan tentang struktur organisasi yang ada di setiap Unit Pelaksana Teknis Daerah (SAMSAT), bukan hanya itu di struktur birokrasi juga memiliki indikator besar yakni mengenai standar dan operating system. Menyangkut standard operating system ini mengenai pedoman, tugas pokok, fungsi, wewenang, mengenai standar waktu dan biaya.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan tanggapan masyarakat mengenai implementasi kebijakan yang dilakukan pada Kantor SAMSAT Kota Pematangsiantar :

Tabel 4.5 Distribusi jawaban responden apakah standard operating system (SOP) SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik

No Kategori Jumlah Presentase

1 Sering 18 90

2 Kadang-kadang 2 10

3 Tidak pernah - -

Total 20 100

(54)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang pernah mengurus pajak kendaraan bermotor ke SAMSAT Kota Pematangsiantar menganggap SOP SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik.Dari 20 responden terdapat 18 responden (90%) mengatakan hal demikian.Dan hanya 2 responden (10%) yang mengatakan kadang-kadang SOP SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik.

Berikut adalah tabel distribusi jawaban dari pernyataan yang mendukung untuk pertanyaan diatas.

Tabel 4.6 Distribusi jawaban dengan pernyataan standard operating system (SOP) SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik

No Kategori Jumlah Presentase

1 Setuju 18 90

2 Ragu-ragu 2 10

3 Tidak setuju - -

Total 20 100

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 18 responden (90%) setuju dengan standard operating system (SOP) SAMSAT Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik.

(55)

Tabel 4.7 Distribusi jawaban responden apakah pegawai SAMSAT Kota Pematangsiantar selalu bekerja mengikuti SOP

No Kategori Jumlah Presentase

1 Sering 17 85

2 Kadang-kadang 3 15

3 Tidak pernah - -

Total 20 100

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 16 responden (85%) menjawab pegawai SAMSAT Kota Pematangsiantar selalu bekerja mengikuti SOP. Terdapat 3 (15%) responden mengatakan kadang-kadang pegawai kantor SAMSAT Pematangiantar bekerja mengikuti SOP.

Tabel 4.8 Distribusi jawaban dengan pernyataan pegawai SAMSAT Kota Pematangsiantar selalu bekerja mengikuti SOP

No Kategori Jumlah Presentase

1 Setuju 17 85

2 Ragu-ragu 3 15

3 Tidak setuju - -

Total 20 100

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 17 responden (85%) setuju dengan pegawai SAMSAT Kota Pematangsiantar selalu bekerja mengikuti SOP. Masyarakat merasa dalam mengurus pajak kendaraan bermotor pegawai SAMSAT Kota Pematangsiantar melayani mereka sesuai dengan mekanisme pelayanan yang tertera pada kantor tersebut. Dan 3 responden (15%) rmengatakan

(56)

ragu-ragu dengan pegawai SAMSAT Kota Pematangsiantar selalu bekerja mengikuti SOP.

Tabel 4.9 Distribusi jawaban responden apakah mengetahui struktur organisasi yang dimiliki oleh SAMSAT Pematangsiantar

No Kategori Jawaban Presentase

1 Sering 6 30

2 Kadang-kadang

3 Tidak Pernah 14 70

Total 20 100

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20 responden terdapat 14 responden (70%) mengatakan tidak pernah mengetahui struktur organisasi yang dimiliki oleh SAMSAT Pematangsiantar. Kemudian 6 responden (30%) memilih sering. Berikut adalah distribusi jawaban responden atas pernyataan yang sama dengan pertanyaan diatas.

Tabel 4.10 Distribusi jawaban pernyataan masyarakat mengetahui struktur organisasi yang dimiliki oleh SAMSAT Pematangsiantar

No Kategori Jumlah Presentase

1 Setuju 6 30

2 Ragu-ragu - -

3 Tidak Setuju 14 70

Total 20 100

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 14 responden (70%) tidak setuju bahwa mereka mengetahui struktur organisasi yang dimiliki oleh SAMSAT

(57)

Pematangsiantar. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak tahu karena pada saat mereka mengurus pajak kendaraan bermotor, mereka tidak melihat adanya informasi yang tertera mengenai struktur organisasi yang dimiliki pada kantor SAMSAT Pematangsiantar. Kemudian 6 responden (30%) memilih setuju.

Kantor SAMSAT Pematangsiantar hendaknya membuat informasi berupa papan informasi yang berisi rincian struktur organisasi yang tercantum jelas di dalam ruangan kantor agar masyarakat dapat melihat dan mengetahui struktur organisasi yang dimiliki yang dimiliki SAMSAT Pematangsiantar.

Tabel 4.11 Distribusi jawaban responden atas pertanyaan apakah pembagian tugas pada kantor SAMSAT Pematangsiantar berjalan dengan baik

No Kategori Jawaban Presentase

1 Sering 20 20

2 Kadang-kadang - -

3 Tidak Pernah - -

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari tabel diatas dilihat bahwa dari 20 responden terdapat keseluruhan responden (100%) menjawab pembagian tugas pada kantor SAMSAT Pematangsiantar sering berjalan dengan baik.

Berikut adalah distribusi jawaban responden atas pernyataan yang sama dengan pertanyaan diatas.

Gambar

Gambar 1.1: Gambar Teori George Edward  1.5.2 Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
Gambar 2.1: Komponen Dalam Analisis Data  4.  Kesimpulan
Gambar 3.1 Susunan dan Struktur OrganisasiSAMSAT Kota Pematangsiantar
Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir  Jenjang Pendidikan  Jumlah  Presentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK : 

focusing on the malaysian army due to its ex- tensive experience in hadR missions, the study was attempted to determine empirically the effects of logistics, coordination and

Indikasi lain adalah mereka yang sulit dievaluasi pengobatan- nya, penderita yang keteraturannya minum obat tidak teijamin atau mereka dengan struma yang sangat besar dan mereka

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menngetahui dan menganalisis hubungan variabel makro ekonomi yaitu inflasi, nilai tukar, suku bunga SBI, PDB, dan pengangguran

prediktor yang memiliki hubungan paling kuat dengan manajemen diri (  =0,402, p&lt;0,05), dan pendidikan kesehatan tentang diabetes juga merupakan variabel. prediktor

a. Menyusun daftar nama dan nomor telepon orang, badan atau instansi yang sering berhubungan dengan Dekan. Mengatur tata ruang Dekan, tata letak buku-buku Dekan, ruang

Telah dilakukan analisa unsur hara besi yang terdapat dalam sampel tanah pada tanaman kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.. Analisis besi dilakukan dengan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa motivasi, pengawasan dan disiplin secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Latihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan