• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION ENDAPAN PERASAN WORTEL (Daucus carota, Linn.) : TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN SORBITOL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION ENDAPAN PERASAN WORTEL (Daucus carota, Linn.) : TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN SORBITOL SKRIPSI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION ENDAPAN PERASAN WORTEL (Daucus carota, Linn.) :

TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN SORBITOL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Ineke Verani Dewi

NIM : 048114120

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION ENDAPAN PERASAN WORTEL (Daucus carota, Linn.) :

TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN SORBITOL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Ineke Verani Dewi

NIM : 048114120

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

iii Skripsi

OPTIMASI FORMULA GEL UV PROTECTION ENDAPAN PERASAN WORTEL (Daucus carota, Linn.) :

TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN SORBITOL

Yang diajukan oleh : Ineke Verani Dewi

NIM : 048114120

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

(4)
(5)
(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ineke Verani Dewi Nomor Mahasiswa : 048114120

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Optimasi Formula Gel UV Protection Endapan Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.) : Tinjauan Terhadap Gliserol dan Sorbitol beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Januari 2008

Yang menyatakan,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul Optimasi Formula Gel UV Protection Endapan Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.) : Tinjauan Terhadap Gliserol dan Sorbitol. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm) Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik bimbingan, dorongan, kritik maupun saran. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus buat segalanya.

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Agatha Budi Susiana L., M.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, kritik dan saran.

5. Rina Kuswahyuning, M.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran.

6. Dra. A. Nora Iska Harnita, M.Si., Apt., yang telah memberikan masukan, kritik, kepedulian dan sarannya.

(8)

viii

menempuh perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 8. Papah dan Mamah tercinta, terimakasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan.

Terimakasih buat semua apa yang papah dan mamah sudah berikan.

9. Adikku Ratna dan Senjaya terimakasih buat doa dan semangat yang diberikan. 10.Ko Robby W. buat semua doa, dukungan, dan semangat.

11.Carrot’s team: Deka, Dessy , Silvi, Budiaji, Finza, Ela, dan Andrian untuk doa, kebersamaan, kesetiaan, dukungan, pengorbanan, semangat, keceriaan, kepercayaan, dan persahabatan yang luar biasa.

12.Heni dan Deka, atas doa, dukungan, persahabatan kita.

13.Semua teman-temanku kost Amakusa, terimakasih buat doa, dukungan, keceriaan, pertemanan kita.

14.Staf Laboratorium: Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Ottok, Mas Heru, Mas Kunto, Mas Parlan, Mas Sarwanto, dan Mas Andri atas bantuan dan kerjasamanya.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk semua dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Januari 2008 Penulis

(10)

ix INTISARI

Penelitian ini tentang optimasi formula sediaan gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) : tinjauan terhadap gliserol dan sorbitol. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh profil campuran yang optimum dari humectant yang digunakan. Penelitian ini termasuk rancangan eksperimental murni dengan metode Simplex Lattice Design 2 komponen dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula UV Protection endapan perasan wortel dengan sifat sifik dan stabilitas yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat (acceptable).

Setiap formula diuji untuk mengetahui respon daya sebar, viskositas dan persen pergeseran viskositas. Analisis persamaan Simplex Lattice Design yang diperoleh, kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan uji F dengan taraf kepercayaan 95%. Efektivitas dari ekstrak beta karoten terhadap radiasi UV dilakukan dengan uji SFF secara in vitro.

Dari penelitian dilakukan optimasi formula dengan kriteria, yaitu nilai daya sebar dengan diameter penyebaran sebesar 4-5 cm, nilai viskositas antara 305 dPa.s hingga 315 dPa.s dan persen pergeseran viskositas kurang dari 5%. Pada penelitian ini tidak diperoleh range komposisi optimum. Berdasarkan hasil percobaan dipilih formula II (25% gliserol dan 75% sorbitol) sebagai formula optimum yang menghasilkan gel dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Profil respon daya sebar dan viskositas berbentuk kurva melengkung terbuka ke bawah, sedangkan profil respon pergeseran viskositas berbentuk kurva melengkung terbuka ke atas.

(11)

x ABSTRACT

The research about optimization of carrot’s pulp sediment UV Protection gel formula : review to glycerol and sorbitol. Purpose of this research was achieved optimum composition profil from glycerol dan sorbitol. This research including in pure experimental design with two component’s Simplex Lattice Design method, which was searching UV Protection gel with good physical characteristic dan stability and acceptable.

Every formula was tested to know spreadability, viscosity, and alteration of viscosity response. Analysis result using Simplex Lattice Design and also F test statistic analysis with 5%. Effectivity test beta carotene extract of carrot’s pulp sediment for UV radiation was done with in vitro SPF test.

Optimization formula based on optimum composition range with criteria, diameter spreadability was determined around 4-5 cm, viscosity lies between 305 dPa.s until 315 dPa.s and the viscocity change was less then 5%. This research is not obtained optimum composition range. Based on result of this research, formula II as optimum formula which results gel with good physical characteristic dan stability. The profile of speadability and viscosity respon was shape curve open at the bottom, and profile of viscocity change respon was curve open at the top.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

(13)

xii

B. Beta Karoten ... 8

C. Antioksidan ... 9

D. Gel ... 10

E. Carbomer ... 11

F. Humectant ... 13

G. Gliserol ... 14

H. Sorbitol ... 15

I. Sinar UV .………... 16

J. Sun Protection Factor (SPF) ... 17

K. Spektrofotometri UV ... 19

L. Metode Simplex Lattice Design ... 21

M. Mikromeritik ………... 22

N. Keterangan Empiris ……….……… 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel dalam Penelitian ... 25

C. Definisi Operasional ... 26

D. Bahan dan Alat Penelitian ... 27

E. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) ………...……... 24

(14)

xiii

dengan basis carbopol ...

4. Uji sifat fisik dan stabilitas gel UV Protection …... 32

5. Pengukuran diameter partikel endapan perasan wortel dalam gel UV Protection secara mikromeritik ... 33

F. Analisis Data dan Optimasi ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pembuatan Jus Wortel dan Ekstraksi Beta Karoten ... 35

B. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel ... 36

C. Uji SPF... 40

D. Sifat Fisik dan Stabilitas Gel UV Protection Endapan Perasan Wortel ... 45

E. Mikromeritik ... ... 48

F. Optimasi Formula ... ... 50

G. Uji pH ……….. 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 67

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula Simplex Lattice Design ... 31 Tabel II. Jumlah Bahan Yang Digunakan Dalam Tiap Formula ... 32 Tabel III. Pengukuran Serapan Larutan Baku Beta Karoten Dalam

Pelarut Aseton : Heksan (1:9) Menggunakan Spektrofotometer Visibel Genesys TM 10 ………... 37 Tabel IV. Pengukuran Serapan Ekstrak Beta Karoten Dalam Endapan

Perasan Wortel ... 39 Tabel V. Hasil Pengukuran SPF gel UV Protection Endapan Perasan

Wortel …………...……….. 42

Tabel VI. Pengukuran Serapan Seri Larutan Baku Beta Karoten Dalam Pelarut Aseton : Heksan (1:9) Menggunakan Spektrofotometer Visibel Perkin Elmer Lambda 20 Pada 452,2 nm ... 44 Tabel VII. Pengukuran Nilai Serapan dan Nilai SPF Ekstrak Beta Karoten

Dalam Endapan Perasan Wortel Diukur Pada 365 nm ...… 45 Tabel VIII. Hasil Pengukuran Sifat Fisik Gel ………..…. 47 Tabel IX. Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Endapan Perasaan Wortel

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur all-trans -karoten ... 8 Gambar 2. Struktur Gliserol ... 14 Gambar 3. Struktur Sorbitol ... 15 Gambar 4. Kurva Baku Larutan Standar Beta Karoten Dalam Pelarut

Aseton : Heksan (1:9) Menggunakan Spektrofotometer Visibel Genesys TM 10 Pada 452 nm ……….…………...…………... 37 Gambar 5. Scanning Panjang Gelombang Larutan Beta Karoten Standar

Dalam Pelarut Kloroform Dengan Menggunakan Spektrofotometer Visibel Genesys TM 10 ……….…... 40 Gambar 6. Scanning Panjang Gelombang Ekstrak Beta Karoten Endapan

Perasan Wortel dalam Pelarut Kloroform Dengan Menggunakan Spektrofotometer Visibel Genesys TM 10 ... 40 Gambar 7. Hasil Scanning maks Larutan Baku Beta Karoten

Menggunakan Spektrofotometer Visibel Perkin Elmer Lambda 20 ……... 43 Gambar 8. Kurva Baku Larutan Standar Beta Karoten Dalam Pelarut

Aseton : Heksan (1:9) Menggunakan Spektrofotometer Visibel Perkin Elmer Lambda 20 ... 44 Gambar 9. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Endapan Perasan Wortel

(17)

xvi

Perasan Wortel ... 52 Gambar 11. Contour Plot Daya Sebar Gel UV Protection ... 53 Gambar 12. Profil Viskositas Gel UV Protection Endapan Perasan Wortel . 56 Gambar 13. Profil Pergeseran Viskositas Gel UV Protection Endapan

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan

Wortel ... 67

Lampiran 2. Penetapan Nilai SPF Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel ... 72

Lampiran 3. Data Penimbangan Gel ... 78

Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Gel ... 79

Lampiran 5. Persamaan Simplex Lattice Design ... 81

Lampiran 6. Perhitungan Persamaan Regresi Uji F ... 85

Lampiran 7. Perbandingan Komposisi Basis Pada Kriteria Penerimaan Masing-masing Sifat Fisik Gel ... 91

Lampiran 8. Data Uji Mikromeritik ... 93

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sinar UV adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang

lebih pendek dari sinar visible, tetapi lebih panjang dari sinar X (Anonim, 2007d).

Lebih dari 40 tahun, bukti-bukti diakumulasikan dari range luas yang merupakan

hasil studi eksperimental pada hewan dan manusia yang secara jelas menunjukkan

bahwa Ultraviolet Radiation (UVR) dari pemaparan sinar matahari mempunyai

berbagai macam efek yang sangat besar pada kulit, baik akut dan kronik. Radiasi

ultraviolet bertanggungjawab terhadap terjadinya kanker kulit, penuaan dini,

penyakit fotosensitifitas. Namun tidak semua radiasi UV tersebut berbahaya, sinar

ultraviolet juga mempunyai efek pada sistem imun yang merupakan keuntungan

dari UVR dalam pengobatan medis pada beberapa penyakit seperti psoriasis,

atopic dermatitis, mycosis fungoid, dan vitiligo (Leyden dan Lavker, 2002). Efek

positif dari sinar UV B dapat menginduksi produksi vitamin D pada kulit

(Anonim, 2007d).

Sinar ultraviolet dibagi menjadi tiga, yaitu: gelombang yang sangat

pendek UVC (tidak mencapai permukaan bumi), UVB (290-320 nm), dan UVA

dibagi menjadi dua menjadi UVA II (320-340 nm) dan UVA I (340-400 nm).

Sinar UVA kira-kira 95% dari UVR rmencapai permukaan bumi. Hingga

(20)

peranan terhadap terjadinya kanker dan modulation imun. Radiasi UVB lebih

besar energinya daripada UVA dan secara tepat merupakan faktor utama dalam

pembentukan squamous cell dan berperan penting atas terjadinya kanker pada sel

bassal. Dalam sepuluh tahun, studi in vivo pada manusia menunjukkan pemberian

berkali-kali dosis rendah UVA II dan UVA I dapat dibandingkan untuk

pemaparan setiap hari selama aktivitas dapat juga memberikan efek yang besar

pada kulit (Leyden dan Lavker, 2002).

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kulit akibat pemaparan UV,

maka diperlukan suatu antioksidan yang bekerja dengan menangkap radikal bebas

yang ada dalam kulit. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang

akan digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi

berhenti (Anonim, 2007b).

Banyak penelitian mengatakan bahwa beta karoten dapat melindungi

kulit. Beta karoten sebagai antioksidan dikembangkan dalam bentuk sediaan oral,

yaitu dalam bentuk dietary supplement. Kelebihan dari antioksidan yaitu dapat

berfungsi sebagai UV Protection. Penggunaan antioksidan secara oral mempunyai

keuntungan yaitu dapat melindungi seluruh permukaan kulit. Sekarang ini banyak

dikembangkan UV Protection dalam bentuk sediaan topikal, berupa sediaan krim,

lotion, dan gel. Bentuk sediaan krim merupakan sediaan semipadat yang berupa

emulsi, sedangkan lotion dapat berupa sediaan emulsi, larutan, ataupun suspensi.

Sediaan krim biasanya mengandung fase minyak dan fase air sehingga dapat

menimbulkan rasa lengket dan rasa tidak nyaman ketika diaplikasikan pada kulit,

(21)

bertahan lama pada kulit karena cepat mengering dan efeknya cepat berkurang.

Oleh karena itu, dikembangkan sediaan UV Protection yang mempunyai sifat fisik

dan stabilitas yang lebih baik, nyaman dan dapat diterima oleh masyarakat

(acceptable) yaitu sediaan gel.

Produk UV Protection yang telah banyak beredar dipasaran biasanya

mengandung bahan aktif berupa bahan sintetik. Penggunaan bahan sintetik

mempunyai efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu dalam penelitian ini,

dikembangkan UV Protection dengan zat aktif yang berasal dari bahan alam.

Dalam penelitian ini, dipilih bahan aktif yang berasal dari bahan alam

yaitu perasan wortel (Daucus carota, Linn.). Pada wortel diketahui mengandung

senyawa beta karoten. Penggunaan dari bahan alam memberikan toleransi yang

lebih baik pada kulit terhadap terjadinya reaksi sentisifikasi dan iritasi.

Penelitian ini merupakan salah satu upaya dalam memberikan inovasi

baru dalam pengembangan beta karoten dalam sediaan topikal berupa gel UV

protection. Dalam penelitian ini digunakan basis carbopol dan humectant gliserol

dan sorbitol dalam berbagai variasi komposisi dengan tujuan untuk mendapatkan

sediaan dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik serta acceptable. Pemilihan

carbopol sebagai basis gel karena carbopol dapat meningkatkan viskositas dengan

membentuk badan gel dan carbopol dapat membentuk lapisan film pada

permukaan kulit. Carbopol merupakan gelling agent sintetik yang mempunyai

stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan gelling agent alami dan semi

sintetik. Gliserol sebagai humectant berfungsi untuk mempertahankan

(22)

yang sangat efektif digunakan sebagai humectant (Jellineck, 1970). Pemilihan

gliserol dan sorbitol karena gliserol dapat menstabilkan sistem gel carbopol

karena sifat higroskopis yang besar dapat menjaga konsistensi gel, sedangkan

sorbitol bersifat inert dan compatible dengan bahan lain. Dengan kombinasi kedua

humectant dengan variasi konsentrasi tertentu diharapkan dapat menghasilkan

sediaan gel dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik.

Sediaan gel UV Protection yang dihasilkan dalam penelitian ini

diharapkan memenuhi parameter kualitas fisik sediaan gel yang meliputi daya

sebar, viskositas, dan parameter stabilitas fisik.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana profil sifat fisis dan stabilitas campuran gliserol dan sorbitol

sebagai humectant dalam gel UV Protection endapan perasan wortel?

2. Apakah dapat ditemukan range komposisi optimum formula gel UV

Protection endapan perasan wortel yang memenuhi persyaratan mutu?

3. Berapa jumlah komposisi humectant gliserol dan sorbitol dalam gel UV

Protection yang menghasilkan formula optimum?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang

formulasi sediaan gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota,

Linn.) dengan menggunakan gliserol dan sorbitol sebagai humectant belum

(23)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang sediaan gel UV Protection

yang berasal dari bahan alam dengan menggunakan humectant gliserol dan

sorbitol.

2. Manfaat Metodologis

Menambah informasi dalam ilmu pengetahuan kefarmasian, mengenai upaya

pengembangan dan aplikasi metode Simplex Lattice Design.

3. Manfaat Praktis

a. Mengetahui serapan endapan perasan wortel pada range panjang

gelombang UVA - UVB, mengetahui pengaruh perbedaan komposisi

gliserol dan sorbitol dalam menentukan sifat fisik, dan mengetahui

formula gel yang optimum berdasarkan contour plot superimposed.

b. Menghasilkan sediaan berupa gel endapan perasan wortel yang

berkhasiat sebagai UV Protection, dan dapat diterima masyarakat.

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil sifat fisis dan stabilitas campuran gliserol dan sorbitol

sebagai humectant dalam gel UV Protection endapan perasan wortel.

2. Mengetahui apakah ditemukan range komposisi optimum formula gel UV

Protection endapan perasan wortel yang memenuhi persyaratan mutu.

3. Mengetahui jumlah komposisi humectant gliserol dan sorbitol dalam gel UV

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wortel

1. Nama daerah

Di Indonesia wortel mempunyai nama daerah, antara lain :

Sunda : bortol

Jawa : wertel, wertal, wortol, dan bortol

Madura : ortel

(Cahyono, 2002)

2. Morfologi

Wortel (Daucus carota L.) termasuk jenis tanaman sayuran umbi

semusim, berbentuk semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara

30 cm-100 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietasnya. Wortel digolongkan

sebahgai tanaman semusim karena hanya berproduksi satu kali dan kemudian

mati. Tanaman wortel berumur pendek, yakni berkisar antara 70-120 hari,

tergantung varietasnya (Cahyono, 2002).

Umbi wortel terbentuk dari akar tunggang yang berubah fungsi menjadi

tempat penyimpanan cadangan makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air). Kulit umbi tipis berwarna kuning kemerahan atau jingga

kekuningan, karena kandungan karoten yang tinggi. Umbi wortel memiliki ukuran

(25)

panjang dengan ujung runcing, bulat panjang dengan ujung tumpul, ataupun bulat

pendek atau panjang dengan ujung antara runcing dan tumpul (Cahyono, 2002).

3. Kandungan kimia

Kandungan nilai gizi dan kalori dalam umbi wortel per 100 g bahan segar

mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, natrium,

serat, abu, Vitamin A, Vitamin B-1, Vitamin B-2, Vitamin C, Niacin, dan air.

Kandungan terbesar dalam wortel adalah vitamin A 12000 S.I (Cahyono, 2002).

4. Kegunaan

Wortel dan bahan ikutannya (misalnya daun) memiliki

bermacam-macam manfaat, antara lain:

a. Bahan makanan

b. Bahan obat-obatan

Wortel adalah salah satu sumber makanan detoksifikasi yang

mempunyai kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh. Wortel

kaya akan zat antioksidan beta karoten yang mampu mencegah radikal bebas

menjadikan kanker. Mengkonsumsi secara rutin wortel dapat mengurangi

keganasan dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2007). Beta karoten juga

bermanfaat untuk menyamarkan flek (noda cokelat) pada kulit (Cahyono, 2002).

Warna oranye tua pada wortel menandakan kandungan beta karoten yang tinggi.

Semakin jingga warna wortel, makin tinggi kadar beta karotennya (Anonim,

(26)

Enzim pencernaan yang terdapat pada wortel dapat berfungsi sebagai

diuretik. Wortel sangat kaya akan vitamin A yang diperlukan untuk menjaga

kesehatan mata dan memelihara jaringan epitel (Cahyono, 2002).

c. Bahan kosmetika

Umbi wortel juga dapat digunakan untuk keperluan kosmetik, yakni untuk

merawat kecantikan wajah dan kulit. Karoten dalam umbi wortel bermanfaat

untuk menjaga kelembapan kulit, melembutkan kulit, dan memperlambat

timbulnya kerutan pada wajah (Cahyono, 2002).

B. Beta Karoten

Gambar 1. Struktur all-trans -karoten (Anonim, 1989)

Beta karoten larut dalam CS2, benzena, kloroform, mudah larut dalam

eter, petroleum eter, dan minyak, sedikit larut dalam metanol dan etanol (Anonim,

1989).

Beta karoten adalah anggota karotenoid. Seperti anggota karotenoid

lainnya, beta karoten merupakan pigmen alam yang larut lemak, ditemukan dalam

tanaman algae dan bakteri fotosintetik. Fungsi beta karoten diantaranya sebagai

prekursor vitamin A. Beta karoten menjadi suatu nutrisi esensial bila pasokan

retinol (vitamin A) tidak tercukupi. Beta karoten juga diketahui mempunyai

(27)

bebas menginduksi lipid peroksidase. Beta karoten mempunyai kemampuan

mengikat singlet oksigen (OA) yang baik, mengikat radikal peroksil dan

menginhibisi (Leo dan Lieber, 1999).

C. Antioksidan

Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir

radikal bebas and mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas

terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas

dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan

menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang

dapat menimbulkan stres oksidatif. Ada beberapa bentuk antioksidan, di antaranya

vitamin, mineral, dan fitokimia. Berbagai tipe antioksidan berkerja bersama dalam

melindungi sel normal dan menetralisir radikal bebas (Anonim, 2007b).

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat oksidasi radikal

bebas. Sebagai bahan aktif, antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari

kerusakan akibat oksidasi dan mencegah penuaan dini (Anonim, 2007a). Radikal

bebas adalah molekul atau atom yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak

berpasangan. Elektron tersebut sangat reaktif dan cepat bereaksi dengan molekul

lain sehingga terbentuk radikal bebas baru dalam jumlah besar secara

terus-menerus. Radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan di berbagai bagian sel dan

menyebabkan berbagai penyakit seperti tumor, kanker, arterosklerosis, katarak,

(28)

D. Gel

Gel merupakan sistem dispers berupa sediaan cair semi padat yang

mempunyai konsistensi tertentu, mempunyai kegunaan dan praktis dalam

penggunaan. Berbeda dengan emulsi, gel secara umum tidak terdiri dari 2 fase

yang berlawanan liofilisitasnya. Polaritas dan kelarutan dari substansi yang

dimasukkan adalah hidrofilik dalam hidrogel atau lipofilik dalam lipogel

(oleogel). Konsistensi dari gel disebabkan adanya gelling agent (thickening),

biasanya berupa polimer, yang membentuk struktur 3 dimensi. Gaya

intermolekuler mengikat molekul solvent terhadap struktur polimerik dan

kemudian mengurangi mobilitas dari molekul dalam struktur sistem dengan

peningkatan viskositas. Produk gel mempunyai estetika dan menjadi lebih popular

pada produk cosmetic care. Gel dapat berfungsi sebagai basis untuk formulasi

yang lebih kompleks (Nairn, 1997).

Suatu sediaan gel biasanya mengandung bahan pengembang, air,

penahan lembab, dan pengawet. Penahan lembab (humectant) seperti gliserin,

sorbitol atau propilen glikol adalah substansi higroskopis yang secara umum larut

air dan biasanya digunakan untuk mencegah proses pengeringan dari formula itu

sendiri (Barel et al, 2001).

Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer

yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa

menyimpan air dalam strukturnya. Gel bersifat tiksotropik yaitu berbentuk

(29)

pada umumnya mempunyai sifat rheologi pseudoplatic (Nairn, 1997, Lieberman,

1996).

Bentuk sediaan gel berbasis senyawa hidrofilik dipilih dalam penelitian

ini. Gel ini mengandung komponen bahan pembentuk gel, penahan lembab dan

bahan pengawet. Penahan lembab yang ditambahkan membuat sediaan ini

menjadi lunak, memberikan kelembutan, daya sebar yang cukup, dan menghindari

kemungkinan terjadinya pengeringan. Sebagai bahan pelembab digunakan

gliserol, etilenglikol, dan propilenglikol dalam kosentrasi 10-20%. Keuntungan

lain dari gel ini tidak berlemak, membentuk lapisan film tembus pandang elastis

setelah kering dengan daya lekat yang tinggi, tidak menyumbat pori-pori,

pernafasan tidak terganggu, dan dapat mudah dicuci dengan air. Gel ini

selanjutnya bisa sebagai pendingin dan pelindung kulit (Voigt, 1994).

E. Carbomer (Polyacrylic Acid)

Polimer bersifat asam (Carbopal, Goodrich) dapat didispersikan dalam air

pada pH 2,8 – 3,2, tetapi tidak larut. Untuk menetralkan fungsi asam yaitu dengan

basa, seperti sodium, potasium, ammonium hidroksi, menghasilkan muatan

negatif gugus karboksilat (Zatz dan Kushla, 1996). Penambahan basa kuat atau

basa inorganik lemah dapat meningkatkan konsistensi dan mengurangi

kekeruhannya (Barry, 1983). Hal ini menyebabkan polimer terurai dan

memberikan sistem aqueous kental. Carbomer juga larut dalam berbagai macam

pelarut organik. Carbomer merupakan bahan pengental yang efisien dalam

(30)

garam monovalent dan lebih cepat lagi dengan garam yang mengandung kation di-

dan trivalent (Zatz dan Kushla, 1996).

Carbopol memiliki beberapa sifat yang unik sehingga cocok digunakan

dalam pembuatan sediaan gel, yaitu :

1. memiliki sifat alir pseudoplastic sehingga mudah diproses

2. stabil dalam penyimpanan

3. memiliki range pH yang lebar

4. memiliki kompatibilitas yang baik dengan bahan peningkat penetrasi ke kulit.

(Stephenson danKarsa, 2000)

Carbopol ® 940 memiliki sifat pengental yang baik pada konsentrasi tinggi serta menghasilkan gel yang jernih, sangat cocok digunakan pada kosmetik

dan sediaan topikal (Anonim, 2006b). Larutan carbomer memiliki sifat alir

pseudoplastic, yaitu viskositas menurun seiring dengan kecepatan pencampuran

yang meningkat (Zatz dan Kuhsla, 1996). Carbomer akan menghasilkan gel yang

jernih dan stabil pada pH netral. Pada larutan asam (pH 3,5-4), carbomer

membentuk sistem dispersi dengan viskositas rendah hingga sedang. Antara pH

5-10, polimer akan mencapai viskositas yang optimal saat membentuk gel. Pada

pH di atas 10, struktur gel rusak dan viskositas menurun. Dispersi carbomer akan

meningkat viskositasnya seiring dengan peningkatan konsentrasi polimer

(Anonim, 2001).

Beberapa mekanisme mungkin bertanggung jawab pada pembentukan

gel dan sepertinya kombinasi dari beberapa proses terjadi. Pada kondisi asam,

(31)

gulungan yang lentur. Penambahan basa memutuskan lebih banyak gugus dan

gaya tolak-menolak elektrostatis antara tempat-tempat yang diserang

memperbesar molekul, membuatnya menjadi gel yang rigid (kaku) dan

mengembang. Akan tetapi, penambahan basa yang berlebihan membuat gel

menjadi cair (encer) karena kation-kation melindungi gugus-gugus karboksil dan

juga mengurangi gaya tolak-menolak elektrostatis. Jika ditambahkan amina yang

berlebih pada sistem dispersi carbopol, konsistensinya tidak berkurang,

kemungkinan karena efek sterik mencegah pelindung karboksil yang diserang

(Barry, 1983).

Carbomer biasa digunakan sebagai pengental, suspending dan dispersing

agent, stabilizer dan emulsifier. Carbomer biasa digunakan dalam kosmetik pada

pH 6 sampai 9 dengan konsentrasi di bawah 1% (Anonim, 2001).

F. Humectant

Humectant merupakan zat yang bersifat higroskopis. Humectant

seringkali merupakan molekul dengan beberapa gugus hidrofilik, kebanyakkan

gugus hidroksil, tetapi gugus amin dan karboksil, yang diesterikasi, dapat juga

digunakan. Afinitas untuk membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air sangat

penting (Anonim , 2007c).

Substansi higroskopis menyerap air dari udara, penggunaan humectant

sebagai food additive berguna menjaga kelembaban bahan makanan. Humectant

ditemukan dalam beberapa produk kosmetik ketika kelembaban diinginkan,

(32)

Humectant dalam produk kosmetik dimaksudkan untuk mencegah

hilangnya lembab dari sediaan dan meningkatkan kelembaban pada lapisan kulit

terluar ketika sediaan digunakan (Loden, 2001). Contoh humectant meliputi,

gliserin, propilen glikol, gliseril triasetat. Dapat juga digunakan polyol seperti

sorbitol, silitol, maltitol, atau polimer polyol seperti polidekstrosa atau ekstrak

alami seperti quillaia, asam laktat atau urea (Anonim , 2007c).

G. Gliserol

CH2OH – CHOH – CH2OH

Gambar 2. Struktur Gliserol ( Anonim, 1979)

Pemerian cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis

diikuti rasa hangat. Bersifat higroskopik, namun jika disimpan beberapa lama

pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang

tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 oC ( Anonim, 1979).

Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis. Dapat

bercampur dengan air dan alkohol. Sebagai suatu pelarut, dapat disamakan dengan

alkohol, tapi karena kekentalannya, zat terlarut dapat larut dengan pemanasan.

Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai

stabilisator dan digunakan untuk meningkatkan kelarutan zat dalam air atau

alkohol (Ansel, 1989). Gliserin digunakan dalam kosmetik sebagai pendenaturasi

dan humectant dalam berbagai macam produk, termasuk pewarna rambut dan

kondisioner, produk makeup, mouthwashes, penyegar kulit, krim, lotion

(33)

Gliserol diklasifikasikan sebagai humectant, pasticizer, pelarut dan bahan

pengisotonis dalam produk farmasetikal (Smolinske, 2002). Gliserol mempunyai

sifat alir newtonian (Aulton, 2002). Gliserol digunakan sebagai emolient dan

humectant dalam sediaan topikal dengan rentang konsentrasi 0,2-65,7%

(Smolinske, 1992).

H. Sorbitol

Gambar 3. Struktur Sorbitol (Anonim, 1979)

Sorbitol merupakan serbuk, granul, atau serpihan berwarna putih bersifat

higroskopik, berasa manis, biasanya meleleh pada suhu sekitar 96%. Satu gram

sorbitol larut dalam 0,45 ml air, sedikit larut dalam alkohol, metanol, atau asam

asetat (Anonim, 2000). Sorbitol seringkali digunakan dalam kosmetik modern

sebagai humectant dan bahan pengental (thickening). Beberapa gel transparan

dapat hanya dibuat dengan sorbitol karena mempunyai indeks refraksi yang cukup

tinggi untuk formula yang transparan.

Larutan sorbitol berupa cairan seperti sirup yang tidak berwarna, jernih,

berasa manis, tidak memiliki bau yang khas dan bersifat netral. Larutan sorbitol

tidak untuk diinjeksikan (Anonim, 2006). Sorbitol sangat tidak larut dalam pelarut

(34)

lainnya (Loden, 2001). Sorbitol relatif inert secara kimiawi dan compatible

terhadap banyak eksipien.

Saat ini sering digunakan dalam kosmetik modern sebagai humectant dan

bahan pembengkak (thickener) karena sifatnya yang higroskopis (Anonim, 2005).

Sorbitol dibawah kondisi 25 ºC dengan kelembaban relatif 50%, memiliki

higroskopisitas 1 mg H2O / 100 mg dan kapasitas menahan air sebesar 21 mg H2O

/ 100 mg (Rawlings et al, 2002).

I. Sinar UV

Radiasi UV merupakan bagian dari spektra elektromagnetik yang terletak

antara sinar-X (X rays) dan sinar tampak, yaitu antara 40-400 nm. Spektra UV

dibagi menjadi vacuum UV (40-190 nm), UV jauh (190-220 nm), UVC (220-290

nm), UVB (290-320 nm), dan UVA (320-400 nm) (Zeman, 2007). Badan

kesehatan dunia (WHO) membagi spektra UV menjadi UVC (200-290 nm), UVB

(290-320 nm), dan UVA (320-400 nm) (Lucas et al., 2006).

Sinar UVC sangat berbahaya, tetapi diserap oleh lapisan ozon dan

gas-gas lain yang ada di atmosfer (Walters, 1997). UVB merupakan bentuk radiasi

UV yang paling merusak karena memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan

kerusakan fotokimia DNA seluler dan hanya sekitar 90% UVB diabsorbsi ozon di

atmosfer (Lucas et al., 2006). Sinar UVB bertanggungjawab terhadap terbakarnya

kulit setelah terpapar oleh sinar matahari. Pewarnaan kulit akibat sinar matahari

(35)

(Walters, 1997). UVB dibutuhkan manusia untuk sintesis vitamin D (Anonim,

2006d; Zeman, 2007).

UVA merupakan tipe sinar UV yang paling sering dijumpai. UVA

dengan panjang gelombang yang lebih besar hanya diabsorbsi dengan jumlah

yang sangat sedikit oleh lapisan ozon UVA mampu mencapai dermis, yaitu

lapisan kulit yang terletak di bawah epidermis (Zeman, 2007).

J. Sun Protection Factor (SPF)

Sun Protection Factor didefinisikan sebagai ratio jumlah energi

ultraviolet yang diterima untuk menghasilkan eritema pada kulit yang diproteksi

oleh sunscreen terhadap jumlah energi yang diterima untuk menghasilkan eritema

yang sama pada kulit yang tidak diproteksi (Anonim, 2002). Kondisi standar

ditetapkan dosis sunscreen adalah 2 mg/cm2.

SPF =

Meskipun pengukuran SPF dapat dilakukan secara alami dengan melihat

respon yang tidak diketahui hubungannya dengan sifat kimia, hubungan tersebut

dapat diperkirakan dengan menghubungkan antara serapan dan SPF.

(36)

A = - log 10 SPF

1

= log 10 SPF

I0 sebagai intensitas sinar yang sampai ke kulit tanpa sunscreen, I sebagai

intensitas sinar dengan keberadaan sunscreen dan A merupakan serapan

(Stanfield, 1993; Walters, 1997).

Tingkat perlindungan produk sunscreen dari sunburn dan kerusakan lain

dari pemaparan sinar matahari bervariasi sesuai dengan tipe kulit dari

masing-masing individu. Sistem klasifikasi untuk produk sunscreen terdiri dari 5

penandaan kategori produk (Product Category Designations (PCD)) untuk

menunjukkan kebutuhan pemakai dengan tipe kulit yang berbeda. Berikut ini

adalah 6 kategori tipe kulit dan nilai SPF yang direkomendasikan:

1. Tipe 1: selalu terbakar dengan mudah; tidak berwarna coklat (sensitif). Nilai

SPF yang direkomendasikan adalah 8 atau lebih.

2. Tipe 2: selalu terbakar dengan mudah; warna coklat minimal (sensitif). Nilai

SPF yang direkomendasikan adalah 6-7.

3. Tipe 3: cukup terbakar; berwarna coklat secara sedikit demi sedikit (coklat

terang) (normal). Nilai SPF yang direkomendasikan adalah 4-5.

4. Tipe 4: selalu berwarna coklat (coklat sedang) (normal). Nilai SPF yang

direkomendasikan adalah 2-3.

5. Tipe 5: hampir tidak/sedikit terbakar; warna sangat coklat (coklat gelap)

(insensitif). Nilai SPF yang direkomendasikan adalah 2.

6. Tipe 6: tidak pernah terbakar; pigmentasi mendalam (insensitif). Tidak ada

nilai SPF yang ditunjukkan.

(37)

Macam-macam kategori dari PCD:

1. PCD 1: Minimal Sun Protection Product. Memberikan nilai SPF 2 - <4 dan

memberikan paling sedikit perlindungan, menyebabkan terjadinya suntan.

2. PCD 2: Moderate Sun Protection Product. Nilai SPF 4 - <6 dan memberikan

perlindungan sedang terhadap terjadinya sunburn, beberapa menyebabkan

suntan.

3. PCD 3: Extra Sun Protection Product. Nilai SPF 6 - <8 dan memberikan

perlindungan ekstra terhadap sunburn, menyebabkan suntan dalam jumlah

yang terbatas.

4. PCD 4: Maximal Sun Protection Product. Nilai SPF 8 - <15 dan menawarkan

perlindungan maksimal terhadap sunburn, menyebabkan sedikit atau tidak

terjadinya suntan.

5. PCD 5: Ultra Sun Protection Product. Nilai SPF 15 atau lebih dan

memberikan perlindungan yang paling besar terhadap terjadinya sunburn,

tidak menyebabkan suntan.

(Harry, 1982)

K. Spektrofotometri UV

Spektrofotometri ultraviolet adalah anggota analisis spektroskopik yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dengan

instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometri

ultraviolet merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis suatu senyawa

(38)

Kromofor adalah gugus fungsi yang mempunyai spektrum absorbsi

karakteristik pada daerah ultraviolet atau sinar tampak. Gugus ini mengandung

ikatan kovalen tak jenuh (rangkap dua atau tiga), contoh: ikatan C=C, C=O, N=O,

N=N (Silverstein, Bassler and Morril, 1991). Gugus auksokrom adalah gugus

yang tidak menyerap radiasi namun jika terikat bersama kromofor dapat

meningkatkan penyerapan oleh kromofor atau mengubah panjang gelombang

penyerapan. Contoh dari gugus auksokrom adalah -OCH, -Cl, dan –OH

(Christian, 2004).

Spektrofotometri UV dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang

berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu

diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai, antara lain:

1. pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi

pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.

2. tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.

3. kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.

(Mulja dan Suharman, 1995)

Pada umumnya pelarut yang sering dipakai dalam analisis

Spektrofotometri UV adalah air, etanol, siklohekssan dan isopropanol. Namun

demikian perlu diperhatikan absorpsi pelarut yang dipakai di daerah UV (penggal

UV = UV cut off). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam masalah pemilihan

pelarut adaalah polaritas yang dipakai, karena akan sangat berpengaruh terhadap

(39)

Pada analisis kuantitatif, pengukuran serapan dilakukan pada panjang

gelombang maksimum. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang

gelombang dimana suatu senyawa memberikan absorbansi maksimum. Pada

panjang gelombang maksimum, perubahan absorbansi untuk tiap satuan

konsentrasi paling besar sehingga akan didapat kepekaan analisis yang maksimal

(Mulja dan Suharman, 1995).

L. Metode Simplex Lattice Design

Respon permukaan dan daerah optimal dari formulasi didapat dari

penggunaan Simplex Lattice Design. Dalam desainnya, jumlah total bagian

komposisi campuran dibuat tetap, yaitu sama dengan satu (Bolton, 1997).

Dalam pendekatan Simplex Lattice Design akan dihasilkan suatu

persamaan sebagai berikut Y = B1 (A) + B2 (B) + B12 (A) (B)

Keterangan :

Y = Respon atau hasil penelitian

A = Kadar proporsi komponen A

B = Kadar proporsi komponen B

B1, B2, B12 = Koefisien yang dihitung dari hasil percobaannya

(Bolton, 1997)

Untuk mendapatkan persamaan di atas diperlukan tiga titik desain atau

tiga formula. Ketiga formula tersebut adalah menggunakan 100% komponen X1

(formula I), menggunakan 100% komponen X2 (formula II), dan menggunakan

(40)

dengan hasil percobaan untuk mengetahui apakah model persamaan Simplex

Lattice Design yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan respon dari

kombinasi komposisi bahan yang lain (Bolton, 1997).

Respon , Y, dapat kemudian diprediksi untuk semua kombinasi dari A

dan B, dimana (A) + (B) = 1.0 (100%). Proporsi dari masing-masing komponen

biasanya ditunjukkan sebagai desimal daripada sebagai persentase (Bolton, 1997).

M. Mikromeritik

Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama adalah mikromeritik oleh

Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat

dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk

halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Mikroskop optik adalah mungkin

untuk menggunakan mikroskop biasa untuk pengukuran ukuran partikel yang

berkisar 0,2 m sampai kira-kira 100 m. Menurut metode mikroskopis, suatu

emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide

dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat

dimana ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat

diproyeksikan ke sebuah layar dimana partikel-partikel tersebut mudah diukur,

atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan

ke latar untuk diukur (Martin, 1993).

Suatu kelemahan dari metoda mikroskopi adalah bahwa diameternya

diperoleh dari hanya dua dimensi dari pertikel, panjang dan lebar. Tidak ada

(41)

(sekitar 300 sampai 500) agar diperoleh perkiraan yang baik dari distribusi

membuat metode ini agak lamban adan melelahkan (Moechtar, 1990).

Lepas daripada itu semua, pengujian mikroskopik dari suatu sampel

harus selalu dilakukan, meskipun telah digunakan lain metoda analisa, karena

adanya agglomerat dan partikel-partikel yang terdiri lebih dari suatu komponen

sering dapat dideteksi (Moechtar, 1990).

N. Keterangan Empiris

Radiasi UV mempunyai dampak yang buruk pada kulit. Untuk mengatasi

dampak pemaparan sinar UV pada kulit, maka banyak masyarakat menggunakan

sediaan UV Protection. Salah satu mekanisme aksi dari sediaan UV Protection

adalah menangkap radikal bebas. Kemampuannya ini disebabkan karena adanya

gugus kromofor. Pada wortel mengandung senyawa beta karoten, dimana pada

strukturnya terdapat adanya gugus kromofor yang bertanggungjawab terhadap

penangkapan radikal bebas.

Untuk mendapatkan sediaan UV Protection yang memenuhi kriteria:

mudah digunakan, praktis, nyaman dan diterima masyarakat (acceptable). Bentuk

sediaan farmasi yang akan diteliti adalah sediaan dalam bentuk gel dengan basis

senyawa hidrofilik. Pemilihan bentuk sediaan gel dengan basis senyawa hidrofilik

karena memiliki konsistensi lembut, memberikan rasa dingin pada kulit yang

merupakan hasil evaporasi dari air. Selain itu, bentuk sediaan gel yang dipilih

dapat membentuk lapisan film tipis pada kulit yang merupakan hasil evaporasi air,

(42)

Sekarang ini, masyarakat lebih memilih untuk back to nature sehingga

masyarakat lebih menyukai produk farmasi yang berasal dari bahan alam karena

efeknya lebih ringan bila dibandingkan dengan bahan sintetik. Dalam penelitian

ini dilakukan optimasi formula gel UVProtection endapan perasan wortel dengan

basis carbopol dan humectant berupa gliserol dan sorbitol pada berbagai

komposisi. Dalam suatu formula gel, basis (gelling agent) dan humectant

mempunyai peranan yang sangat penting. Optimasi dilakukan terhadap komposisi

dari gliserol dan sorbitol. Hal ini disebabkan karena dalam formula gel UV

Protection,humectant mempunyai peranan yang sangat penting karena humectant

berfungsi untuk menjaga kelembaban sediaan. Dengan penggunaan carbopol

sebagai basis dan gliserol dan sorbitol sebagai humectant diharapkan diperoleh

formula gel yang mempunyai sifat fisik dan stabilitas yang baik.

Sifat fisik dan stabilitas fisis formula dapat diketahui dari formula yang

memiliki viskositas tertentu yang ketika diaplikasikan dapat tersebar merata pada

kulit. Selain itu juga dapat dilihat dari daya sebar yang baik, artinya tanpa

tekanan besar mampu menyebar secara merata ketika diaplikasikan pada kulit

sehingga menjamin pemerataan dosis sehingga dapat bekerja secara efektif.

Formula dengan konsistensi yang lebih encer diasumsikan memiliki daya sebar

yang lebih baik (Garg et al., 2002). Nilai SPF secara in vitro dapat diketahui

dengan mengukur serapan endapan perasan wortel dengan menggunakan

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis rancangan eksperimental murni

dan bersifat eksploratif, yaitu mencari komposisi humectant gliserol dan sorbitol

yang optimal dalam formula gel UV Protection endapan perasan wortel yang

mempunyai sifat fisik dan stabilitas yang baik serta dapat diterima masyarakat

(acceptable).

B. Variabel dalam Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi komposisi humectant

gliserol dan sorbitol dalam formula Gel UV Protection endapan perasan wortel

(Daucus carota, Linn.) berbasis carbopol.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik (daya sebar dan

viskositas setelah pembuatan) dan stabilitas (pergeseran viskositas setelah

penyimpanan 1 bulan) formula gel UV Protection endapan perasan wortel

(Daucus carota, Linn.).

(44)

3. Variabel Pengacau Terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama

pengadukan, kecepatan pengadukan, dan wadah penyimpanan.

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan

kelembaban ruang.

C. Definisi Operasional

a. Gel UV Protection endapan perasan wortel adalah bentuk sediaan semisolid

yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang dibuat dari endapan

perasan wortel.

b. Endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) adalah endapan yang

diperoleh dari hasil sentrifugasi perasan wortel dengan kecepatan 4000 rpm

selama 15 menit. Perasan wortel merupakan juice wortel yang telah disaring

sebanyak tiga kali.

c. Humectant adalahzat yang digunakan untuk menjaga kelembaban permukaan

kulit dengan cara mengambil kelembaban dari lingkungan luar. Pada

penelitian ini digunakan humectant gliserol dan sorbitol.

d. Sifat fisik gel adalah sifat gel yang dapat dilihat kenampakan fisiknya dan

dapat diukur secara kuantitatif meliputi daya sebar dan viskositas.

e. Stabilitas gel adalah parameter yang menggambarkan stabilitas dari gel. Pada

(45)

f. Pergeseran viskositas adalah persentase selisih viskositas gel setelah

penyimpanan selama 1 bulan dengan viskositas rata-rata awal (setelah dibuat)

dibagi dengan viskositas awal (setelah dibuat) dikali dengan 100%.

g. Contour plot adalah grafik yang menunjukkan hasil dari respon sifat fisis

(daya sebar dan viskositas gel) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas setelah

penyimpanan satu bulan).

h. Contour plot superimposed adalah grafik yang merupakan penggabungan dari

contour plot dari respon sifat fisis dan stabilitas gel yang digunakan untuk

menentukan ada tidaknya prediksi range komposisi optimum gel.

i. Sediaan gel yang optimum adalah sediaan gel yang mempunyai respon daya

sebar 4-5 cm, viskositas 305-315 dPa.s serta mempunyai pergeseran viskositas

setelah penyimpanan selama 1 bulan <5%.

D. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah endapan perasan wortel

(Daucus carota, Linn.), baku beta karoten (E. Merck), etanol (kualitas p.a), etanol

(kualitas teknis), gliserol (kualitas farmasetis), sorbitol (kualitas farmasetis),

carbopol (kualitas farmasetis), triethanolamine (TEA), metil paraben, aquadest.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas

(Pyrex-Germany), neraca analitik, sentrifuges, stirrer, mixer (Erweka-Germany), juicer

(Miyako), Viscotester seri VT 04 (Rion-Japan), Spectrophotometer UV Perkin

(46)

(Thermospectronic-USA), PHmeter seri VT 03 (Rion-Japan), lemari pendingin (Refrigerator

Toshiba).

E. Tata Cara Penelitian

1. Penetapan Kadar Beta Karoten Dalam Endapan Perasan Wortel (Daucus

carota, Linn.)

a. Ekstraksi beta karoten dalam wortel

1. Pembuatan Jus Wortel

Wortel segar dibersihkan dan dipotong–potong, lalu

ditimbang kurang lebih 1 kg wortel yang telah dibersihkan kemudian

dijus menggunakan juicer. Hasil jus disaring menggunakan saringan

teh. Kemudian hasil penyaringan dipisahkan dengan menggunakan

sentrifugasi kecepatan 4000 rpm selama 15 menit sehingga didapatkan

filtrat wortel dan endapan wortel. Kemudian filtrat dan endapan

dipisahkan. Bagian endapan digunakan sebagai zat aktif dari sediaan

gel UV Protection.

2. Ekstraksi beta karoten

Endapan perasan wortel ditimbang secara seksama 0,50

gram. Kemudian sampel diekstraksi dengan 2 x 25 ml aseton,

kemudian dengan 25 ml heksan. Fase aseton dihilangkan dari ekstrak

dengan 5 x 100 ml H2O. Kemudian lapisan paling atas (fraksi heksan)

diambil, lalu masukkan dalam labu ukur 25 ml kemudian ditambahkan

(47)

b. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel secara

spektrofotometri

1. Pembuatan larutan induk beta karoten

Timbang seksama 10,0 mg baku beta karoten, lalu masukkan

ke dalam bekker glass dan dilarutkan dengan pelarut aseton : heksan

(1:9), diaduk hingga larut sempurna. Kemudian dimasukkan ke dalam

labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9)

hingga tanda.

2. Pembuatan larutan intermediet beta karoten

Ambil 2,5 mL larutan induk beta karoten, kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan pelarut

aseton : heksan (1:9) hingga tanda.

3. Pembuatan kurva baku beta karoten

Kurva baku beta karoten dibuat dengan 5 seri konsentrasi

yaitu 2; 4; 6; 8; 10 ppm. Seri konsentrasi larutan baku diukur

serapannya pada max yang diperoleh. Kemudian dimasukkan dalam

program regresi linier antara konsentrasi dengan absorbansi sehingga

diperoleh persamaan Y = Bx + A.

4. Scanning panjang gelombang serapan maksimum larutan baku beta

karoten pada 390 nm – 500 nm

Larutan baku beta karoten (2, 6, dan 10 ppm) diukur

serapannya pada Scaning 390-500 nm.Kemudian ketiga seri larutan

(48)

c. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel

Hasil ekstraksi beta karoten diencerkan dengan pelarut hingga 25

ml. Kemudian diukur serapannya pada max. Nilai absorbansi yang

diperoleh dimasukkan dalam persamaan regresi kurva baku sehingga

diperoleh kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel.

2. Uji SPF ekstrak beta karoten dalam endapan perasan wortel

a. Scanning serapan pada panjang gelombang 365 nm

Timbang seksama 0,04 g endapan perasan wortel. Larutkan dalam

kloroform hingga 25 ml, kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang 365 nm.

b. Penentuan dan pengukuran serapan ekstrak beta karoten

Dari hasil scanning serapan pada 365 nm, serapan yang

diperoleh dihitung sebagai nilai SPF dengan menggunakan rumus:

logT

3. Optimasi Formula Gel UV Ptotection Endapan Perasan Wortel

a. Formula Clear Aqueous Gel with Dimethicone

Purified water 59,8 %

Carbomer 934 0,5 %

Triethanolamine 1,2

(49)

Propilen glikol 2,0

Dimetichon copolyol 2,3

(Allen, 2005)

Dalam optimasi formula ini dilakukan modifikasi formula dengan

berbagai komposisi gliserol dan sorbitol dengan menggunakan metode

Simplex Lattice Design. Formula modifikasi untuk 100 gram gel:

Carbopol 1,0

Formula tersebut di atas, dibuat sediaan gel yang mempunyai efek

UVProtection dengan basis carbopol dan humectant gliserol dan sorbitol.

Berikut ini adalah rancangan Simplex Lattice Design antara gliserol dan

sorbitol yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel I. Formula Simplex Lattice Design

Formula Gliserol

(50)

Tabel II. Jumlah bahan yang digunakan dalam formula

b. Pembuatan gel UV Protection endapan perasan wortel

Carbopol dimasukkan ke dalam air dan diaduk menggunakan

mixer dengan kecepatan 400 rpm selama 10 menit (campuran 1).

Kemudian campur humectant gliserol dan sorbitol dengan menggunakan

mixer dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit (campuran 2). Campuran

2 dimasukkan dalam campuran 1 diaduk menggunakan mixer dengan

kecepatan 200 rpm selama 5 menit. Tambahkan endapan perasan wortel

dan diaduk hingga homogen. Tambahkan trietanolamin (TEA), aduk

hingga homogen.

4. Uji Sifat Fisik Dan Stabilitas Gel UV Protection

a. Uji sifat fisik gel

Uji sifat fisik yang dilakukan adalah uji daya sebar dan nilai

viskositas dari gel UV Protection endapan perasan wortel.

1. Uji daya sebar

Pengukuran daya sebar gel UV Protection endapan perasan

wortel dilakukan 24 jam setelah pembuatan gel. Pengukuran dilakukan

dengan mengukur diameter terpanjang setelah 0,5 gram gel pada kaca

(51)

sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan 1 menit,

kemudian catat diameter penyebarannya (Garg, Aggarwal, Garg, dan

Sigla, 2002).

2. Uji viskositas

Pengukuran viskositas gel dilakukan segera setelah

pembuatan gel. Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester

Rion seri VT 04 dengan cara: gel dimasukkan dalam wadah dan

dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel diketahui dengan

mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas pada skala yang dipakai

(Voigt, 1994).

b. Uji Stabilitas Gel

Uji stabilitas yang dilakukan adalah uji viskositas setelah

penyimpanan selama satu bulan.

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri

VT 04 dengan cara: gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada

portable viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan

jarum penunjuk viskositas pada skala yang dipakai (Voigt, 1994).

5. Pengukuran Diameter Partikel Endapan Perasan Wortel Secara

Mikromeritik

Pengukuran diameter partikel endapan perasan wortel dalam gel UV

Protection secara mikromeritik dengan menggunakan alat mikroskop.

Sebelum dilakukan pengukuran, maka terlebih dahulu mengkalibrasi lensa

(52)

gel pada object glass. Pengamatan pada mikroskop dilakukan sebanyak 500

partikel endapan perasan wortel. Kemudian hitung diameter rata-rata ukuran

partikel.

F. Analisis Data dan Optimasi

Data kuantitatif yang diperoleh melalui uji sifat fisik (daya sebar dan

viskositas) dan stabilitas fisik (pergeseran viskositas setelah penyimpanaan satu

bulan) dianalisis dengan pendekatan Simplex Lattice Design. Formula komposisi

gliserol dan sorbitol yang optimum diperoleh dari penggabungan contour plot

masing-masing respon ke dalam contour plot superimposed.

Analisis statistik yang digunakan adalah uji F dengan taraf kepercayaan

95%. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah persamaan Simplex Lattice

Design dari masing-masing respon bersifat regresi. Persamaan Simplex Lattice

Design yang regresi diperoleh jika harga F hitung lebih besar daripada F tabel.

Persamaan Simplex Lattice Design yang regresi dapat digunakan untuk

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Jus Wortel Dan Ekstraksi Beta Karoten

Pembuatan jus wortel dimulai dari pengumpulan umbi wortel (Daucus

carota, Linn.) yang diperoleh dari Kopeng. Setelah pengumpulan umbi wortel

dilakukan, selanjutnya umbi wortel dicuci bersih di bawah air mengalir untuk

menghilangkan tanah dan kotoran–kotoran lain yang melekat pada umbi wortel.

Wortel dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Perajangan bertujuan untuk

mempermudah pembuatan jus perasan wortel dan tidak boleh terlalu tipis. Dalam

pembuatan jus wortel digunakan juicer. Juicer ini dipilih karena hanya untuk

mendapatkan air perasan wortel saja, tanpa adanya penambahan cairan (air).

Setelah didapatkan perasan wortel, kemudian jus perasan wortel tersebut disaring

sebanyak tiga kali untuk menghilangkan ampas sehingga hanya didapatkan air

perasan wortel. Penyaringan tiga kali dilakukan karena dengan penyaringan

tersebut diharapkan air perasan wortel sudah terpisah dengan ampas wortel.

Setelah didapatkan perasan wortel, selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan

4000 rpm selama 15 menit. Tujuan dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan

filtrat dan endapan dari air perasan jus wortel. Pemilihan kecepatan putar 4000

rpm selama 15 menit karena dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit sudah

dapat memisahkan filtrat dan endapan.

Pada penelitian ini, digunakan endapan dari air perasan jus wortel

sebagai sumber beta karoten. Beta karoten dalam endapan diperoleh dengan cara

(54)

ekstraksi dengan menggunakan corong pisah dengan pelarut aseton : heksan (1:

9). Proses ekstraksi yang dilakukan mengacu pada AOAC dengan modifikasi.

Proses ekstraksi dilakukan dengan cara menimbang 0,5 gram endapan kemudian

tambahkan aseton sebanyak 25 ml lalu distirrer selama 2,5 menit, kemudian

disaring. Endapan yang masih tersisa diekstraksi lagi dengan aseton 25 ml lalu

distirrer selama 2,5 menit. Proses ekstraksi dilakukan secara bertahap agar

diperoleh hasil ekstraksi dalam jumlah yang lebih besar. Setelah itu ditambahkan

heksan lalu distirer selama 1 menit. Penambahan heksan bertujuan untuk

memisahkan beta karoten dengan komponen lain yang bersifat polar yang terdapat

dalam endapan wortel sehingga beta karoten banyak yang masuk ke pelarut

heksan. Hal ini disebabkan karena heksan lebih non polar dibandingkan dengan

aseton. Fraksi heksan yang didapat kemudian dicuci dengan aquadest sebanyak 5

kali 100 ml untuk menghilangkan sisa-sisa aseton. Proses tersebut dilakukan

dengan menggunakan corong pisah. Setiap penambahan aquadest dilakukan

penggojogan selama 2 menit. Tujuan penggojogan agar aseton lebih terikat pada

air karena polaritasnya yang mirip sehingga hanya diperoleh beta karoten dalam

fase heksan.

B. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel

1. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Baku Beta Karoten

Penetapan kadar beta karoten dilakukan pada panjang gelombang

maksimum. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang suatu

(55)

scanning panjang gelombang larutan beta keta karoten standar. Tujuan dari

scanning adalah untuk mengetahui panjang gelombang beta karoten yang

memberikan serapan terbesar. Scanning panjang gelombang baku beta karoten

dengan menggunakan larutan baku beta karoten 2, 6, 10 ppm. Pengukuran

panjang gelombang maksimum menggunakan Spektrofotometer Visibel

Genesys TM 10 pada range panjang gelombang 390–500 nm. Berdasarkan hasil

scanning diperoleh panjang gelombang maksimum beta karoten pada 452 nm.

2. Pembuatan Kurva Baku Beta Karoten

Tujuan dari pembuatan kurva baku adalah untuk memperoleh

persamaan garis regresi. Persamaan regresi untuk kurva baku yang diperoleh

selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar beta karoten dalam endapan

perasan wortel. Pada penelitian ini, penetapan kurva baku dilakukan dengan 5

seri konsentrasi. Pembuatan kurva baku dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

Tujuan dilakukan replikasi adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih valid.

Tabel III. Pengukuran serapan larutan baku beta karoten dalam pelarut

aseton : heksan (1:9) dengan menggunakan Spektrofotometer Visibel Genesys

(56)

Berdasarkan kurva baku yang diperoleh, persamaan kurva baku Y =

0,15912 X - 0,0761 dengan r = 0,99915 digunakan untuk penetapan kadar beta

karoten dalam endapan perasan wortel karena dari ketiga persamaan kurva

baku yang diperoleh, kurva baku dengan persamaan Y = 0,15912 X - 0,0761

mempunyai nilai r yang paling mendekati ± 1. Nilai r yang diperoleh lebih

besar daripada r tabel. Berikut ini adalah kurva baku hubungan antara kadar vs

absorbansi:

Kurva Baku Kadar VS Absorbansi

y =

0.1

Gambar 4. Kurva baku larutan standar beta karoten

Dari kurva baku di atas dapat diketahui hubungan yang linear antara

kadar dengan absorbansi, yaitu dimana semakin tinggi kadar maka semakin

tinggi nilai absorbansinya.

3. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel

Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengukuran absorbansi

endapan wortel dilakukan pada panjang gelombang 452 nm. Penetapan kadar

beta karoten bertujuan untuk mengetahui kadar beta karoten dalam endapan

Gambar

Gambar 13. Profil Pergeseran Viskositas Gel UV Protection Endapan
Gambar 1. Struktur all-trans �-karoten (Anonim, 1989)
Gambar 2. Struktur Gliserol ( Anonim, 1979)
Gambar 3. Struktur Sorbitol (Anonim, 1979)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tersebut, semua responden yang menyatakan bahwa pengembangan karir pegawai harus didasarkan pada kompetensi, yaitu sebanyak 158 orang (100%) berpendapat bahwa perlu

Berdasarkan hasil observasi lapang terungkap bahwa kinerja pabrik gula BUMN secara umum makin tidak efisien, yang antara lain disebabkan oleh : (1) Rendahnya rendemen pasokan

Dari hasil tabel temuan studi diatas dapat diketahui penyebab ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi didalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang yaitu

Caput nyamuk Anopheles betina (kiri) memperlihatkan antena tipe pilose (A) dan sepasang palpus maksilaris (C) yang hampir sama panjang dengan probosis, dan Anopheles jantan

RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk

Mikroskop cahaya yang biasa digunakan di laboratorium IPA/ Biologi yang pengamatannya menggunakan mata secara langsung, dengan sedikit sentuhan inovasi, diubah

Berdasarkan capaian hasil belajar siswa tersebut penulis yang juga sebagai guru kelas 2 SD Negeri Mojoagung 01 Kecamatan Trangkil menyadari adanya masalah dalam