• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSI SD NEGERI BURAT KECAMATAN KEPIL KABUPATEN WONOSOBO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSI SD NEGERI BURAT KECAMATAN KEPIL KABUPATEN WONOSOBO."

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah mencoba, karna di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk

berhasil. (Mario Teguh)

Anak-anak yang terlahir di dunia ini, dibekali Tuhan dengan berbagai macam kelebihan maupun kekurangan. Namun terkadang kelebihan maupun kekurangan

yang mereka miliki tidak dapat dipahami oleh pihak keluarga, sekolah maupun teman-temannya.

(6)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta Bapak Supriyadi dan Ibu Siti Aminah

2. Kedua Kakakku Hamami Alfasani Dewanto dan Hamami Betananda Setiyarto

(7)

Oleh

Airin Nisa Rahmani NIM 10101244035

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Pengelolaan perencanaan pembelajaran di kelas inklusi, (2) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi, (3) Pengelolaan evaluasi pembelajaran di kelas inklusi Sekolah Dasar Negeri Burat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini berjumlah empat orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas III, guru kelas V dan guru mata pelajaran agama. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji keabsahan data dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Teknik analisis data penelitian ini adalah adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian di kelas inklusi SD N Burat menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran belum dikelola secara tepat sesuai dengan pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi. Hal ini terjadi karena guru yang mengajar belum semuanya mendapatkan diklat tentang sekolah inklusi sehingga belum memahami pengelolaan pembelajaran di sekolah inklusi. Pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi perlu diperbaiki oleh pihak sekolah agar tidak merugikan siswa terutama siswa ABK. Hal ini terlihat dari hasil: (1) Pengelolaan perencanaan pembelajaran dilakukan dengan membuat silabus, RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembuatan RPP meliputi aspek perencanaan materi pembelajaran, perencanaan pendekatan, metode dan media pembelajaran. Pembuatan RPP berlaku untuk semua siswa di kelas inklusi sehingga tidak ada perbedaan dalam materi, metode, media maupun pendekatan dalam pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus. (2) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran dilakukan seperti pengelolaan pelaksanaan pembelajaran di kelas regular pada umumnya tanpa ada perbedaan kedalaman materi, pendekatan, metode, dan media. Pelayanan yang diberikan oleh guru seperti bimbingan terhadap ABK jarang dilakukan. (3) Pengelolaan evaluasi pembelajaran mencakup penilaian formatif dan sumatif juga penilaian sikap. Bentuk soal yang diberikan dalam penilaian formatif dan sumatif berupa soal tes tertulis. Soal ini diberikan di kelas inklusi tanpa ada perbedaan dalam hal tingkat kesulitan soal antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Pelaporan hasil belajar bagi siswa berkebutuhan di kelas inklusi terdiri dari dua macam rapor yakni rapor khusus yang ditulis secara deskripsi mengenai capaian ABK dan rapor umum yang ditulis dalam bentuk angka berupa angka hasil belajar ABK.

(8)
(9)
(10)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengelolaan ... 10

1. Pengertian Pengelolaan ... 10

2. Fungsi Pengelolaan ... 11

B. Pembelajaran Kelas Inklusi ... 14

1. Pengertian Pembelajaran Kelas Inklusi ... 14

2. Tujuan Pembelajaran Kelas Inklusi ... 17

3. Model Pembelajaran Kelas Inklusi ... 18

(11)

1. Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusi ... 24

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Inklusi ... 32

3. Evaluasi Pembelajaran Kelas Inklusi ... 39

D.Penelitian yang Relevan ... 42

E.Kerangka Berpikir ... 44

F. Pertanyaan Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Definisi Operasional ... 48

D. Subjek Penelitian ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Instrumen Penelitian ... 51

G. Teknik Keabsahan Data ... 52

H. Teknik Pengolahan Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 55

B. Deskripsi Data Penelitian ... 59

1. Data Pengelolaan Perencanaan Pembelajaran ... 60

2. Data PengelolaanPelaksanaan Pembelajaran ... 67

3. Data Pengelolaan Evaluasi Pembelajaran ... 74

C. Analisis Data ... 76

1. Analisis Data Perencanaan Pembelajaran ... 76

2. Analisis Data Pelaksanaan Pembelajaran ... 77

3. Analisis Data Evaluasi Pembelajaran... 79

D. Pembahasan ... 81

1. Pengelolaan Perencanaan Pembelajaran ... 81

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

Gambar 1. Kegiatan pembelajaran di kelas V ... 188

Gambar 2. Kegiatan pembelajaran di kelas III ... 188

Gambar 3. Siswa ABK (FY) dalam kegiatan pembelajaran ... 189

Gambar 4. Posisi duduk FY di kelas V ... 189

Gambar 5. Siswa ABK (FA) dalam kegiatan pembelajaran ... 190

Gambar 6. Siswa FA saat mengikuti olahraga ... 190

Gambar 7. Siswa WW mendapat perhatian guru di kelas III ... 191

Gambar 8. Posisi duduk PYR di kelas III ... 191

Gambar 9. Sumber belajar siswa ... 192

Gambar 10. Raport siswa ABK ... 192

(14)

Tabel 1. Perbedaan Kelas Tradisional dan Kelas Inklusi ... 37

Tabel 2. Data Siswa Berkebutuhan Khusus ... 57

Tabel 3. Data Jumlah Keseluruhan Siswa ... 58

(15)

Lampiran 1. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian... 105

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen ... 111

Lampiran 3. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi ... 114

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ... 122

Lampiran 5. Dokumen Pembelajaran ... 170

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak memandang kondisi fisik manusia, artinya manusia yang memiliki kebutuhan khusus tetap berhak atas pendidikannya. Hal tersebut merupakan amanat UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa “setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan”. Untuk memberikan hak pendidikan dan proses interaksi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pemerintah mulai mengembangkan pendidikan dari sistem pendidikan segregatif ke sistem pendidikan inklusi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi disebutkan bahwa

“Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik lainnya pada umumnya”.

Dengan adanya pendidikan inklusi, ABK dan siswa normal memiliki kesempatan untuk belajar dan berinteraksi dengan secara bersama-sama. Hal tersebut juga sebagai salah satu cara bagi ABK untuk berlatih interaksi dengan masyarakat awam ketika telah lulus dari pendidikan.

(17)

Lebih lanjut, anggota komisi E DPRD Jawa Tengah Zen dalam Ari Widodo (2014) diakses dari www.kompas.com mengungkapkan di Jawa Tengah hingga tahun 2014 jumlah ABK yang berada dalam kategori pendidikan dasar berjumlah 81 ribu dan ada 60 ribu anak yang belum terlayani hak pendidikannya. Namun demikian, saat ini telah berkembang sekolah inklusi di berbagai daerah sebagai upaya pemerintah memberikan hak pendidikan dan pemberlakukan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 pasal 4 tentang Pendidikan Inklusi yang menegaskan bahwa pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit satu sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan dan satu satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi yang wajib menerima peserta didik sebagaimana di maksud dalam pasal 3 ayat (1) yaitu setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik emosional, mental dan sosial atau memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuananya.

(18)

inklusi. Pembelajaran di kelas inklusi lebih menekankan pada bentuk layanan individual yang berguna untuk memberikan pembelajaran yang maksimal untuk peserta didik. Keberhasilan pembelajaran di sekolah inklusi terutama di kelas inklusi ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun, kemampuan mengelola pembelajaran di kelas inklusi masih menjadi kendala bagi guru. Ahmad Sofyan, dkk (2009) menyatakan bahwa persepsi kepala sekolah dan guru yang belum optimal terhadap konsep pendidikan inklusi, sistem pembelajaran dan strategi materi pembelajaran cenderung menggunakan sistem klasikal dan masih kurang menyentuh kebutuhan individu, serta dalam implementasi pelaksanaan pendidikan inklusi masih terbatas penerimaan siswa sedangkan layanan ABK menjadi prioritas kedua karena banyaknya ABK dan terbatasnya jumlah tenaga yang berlatar belakang PLB. Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan yang muncul dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi.

(19)

Hasil asesmen peserta didik di kelas inklusi digunakan sebagai pedoman dasar untuk penyusunan program pembelajaran agar proses pelaksanaanya berjalan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, Budiyanto (2010: 48).

(20)

Salah satu sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah SD Negeri Burat yang berlokasi di Jalan utama Wonosobo Purworejo tepatnya di Desa Burat Kepil, Wonosobo. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah inklusi yang ada di Kecamatan Kepil dan ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonosobo untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi berdasarkan Surat Keputusan nomor 421.7/346/2010 dari 42 Sekolah Dasar dan 12 Madrasah Ibtidaiyah yang ada. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah mengungkapkan bahwa jumlah ABK di sekolah ini sebanyak sebelas siswa yang terdiri dari sembilan siswa lambat belajar, satu siswa tunadaksa dan satu siswa tunagrahita. Siswa lambat belajar adalah siswa yang paling banyak di sekolah ini. Karakteristik siswa yang beragam menyebabkan siswa dalam proses pembelajaran ada yang cepat dan ada yang lamban dalam menerima materi. Siswa lambat belajar yang ada di sekolah ini, sebagian besar mengalami kesulitan dalam menerima materi sehingga dalam kegiatan pembelajaran mengalami ketertinggalan materi serta tidak dapat menyerap materi sepenuhnya

(21)

kemampuan belajar sehingga perencanaan yang dipersiapkan dapat tepat sasaran. Namun pengetahuan guru yang masih kurang dan tidak memahami cara untuk melakukan asesmen pembelajaran menyebabkan guru kelas maupun guru mata pelajaran tidak melakukan asesmen pembelajaran terhadap ABK. Oleh karena itu, selama siswa belajar di kelas inklusi guru tidak melakukan asesmen pembelajaran pada ABK di kelas inklusi.

Disamping itu, proses pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi berlangsung kurang interaktif antara guru dan siswa ABK. Hal ini menjadikan ABK juga pasif dalam mengikuti pembelajaran sehingga lebih sering terdiam. Guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa normal karena jumlah siswa normal yang lebih banyak daripada siswa berkebutuhan khusus. Hal ini berdampak pada layanan pembelajaran yang mementingkan siswa normal daripada ABK sehingga keberadaan ABK di kelas justru terabaikan.

Permasalahan lainnya yang diungkapkan oleh kepala sekolah adalah terkait dengan penyesuaian kurikulum dalam pembelajaran. Penyesuaian kurikulum pembelajaran yang seharusnya berlaku pada ABK belum bisa dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi. Tidak adanya penyesuaian dalam pembelajaran menyebabkan sebagian besar pembelajaran yang diberikan tidak tepat sesuai dengan kondisi ABK. Penyesuaikan pembelajaran merupakan bentuk layanan untuk memberikan kemudahan kepada ABK dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

(22)

menggunakan cara mengajar yang khusus untuk siswa terutama siswa yang memiliki kebutuhan khusus sehingga kemampuan siswa di kelas inklusi dapat maksimal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahannya yang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi mengalami kesulitan dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru di kelas inklusi sehingga selalu tertinggal oleh karenanya perlu pengelolaan pembelajaran yang sesuai.

2. Kegiatan assesmen belum dilakukan oleh guru sehingga dalam penyusunan perencanaan pembelajaran di kelas inklusi tidak memperhatikan kondisi peserta didik.

3. Guru kurang interaktif dalam mengajar siswa terutama untuk ABK di kelas inklusi sehingga ABK cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas inklusi.

4. Penyesuaian pembelajaran di kelas inklusi yang belum dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi sehingga pembelajaran yang diberikan tidak menyesuaikan kondisi siswa.

C. Batasan Masalah

(23)

tujuan pembelajaran dapat tercapai di kelas inklusi. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi terkait dengan aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di kelas di kelas inklusi SD Negeri Burat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

1. Bagaimana pengelolaan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat?

2. Bagaimana pengelolaan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat?

3. Bagaimana pengelolaan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Pengelolaan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat.

2. Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat.

(24)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik

Diharapkan dapat memberikan sumbangan kepustakaan dalam memperdalam kajian tentang pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi untuk sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, sebagai perbaikan untuk meningkatkan kualitas dalam mengelola pembelajaran di kelas inklusi.

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengelolaan

1. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management. Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan, dan agere yang berarti melakukan. Kata ini digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani, Usman (Onisimus Amtu, 2011: 1). Dalam bahasa Indonesia manajemen diterjemahkan menjadi pengelolaan. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2006: 17) mendefinisikan manajemen menjadi suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian manajemen memang tampaknya berbeda menurut sudut pandang masing-masing orang, walaupun demikian dari pandangan-pandangan di atas dapat dipahami bahwa manajemen pada prinsipnya merupakan suatu aktivitas dan proses mendayagunakan sumber daya yang ada dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(26)

2. Fungsi Pengelolaan

George R. Terry (Malayu S.P Hasibuan, 2007: 38) berpendapat fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling). Menurut William A Shcrode dan Dan Voice,Jr (Hartati Sukirman, dkk 2006: 6), fungsi manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan umumnya menggunakan fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini masing-masing penjelasan dari fungsi manajemen..

a. Perencanaan

Perencanaan adalah langkah awal merumuskan strategi agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Menurut Syaiful Sagala (2007: 56) perencanaan adalah proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut Sudjana (2004: 57) perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut mencakup proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi.

(27)

penilaiannya atas hasil pelaksanaannya yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa perencanaan merupakan proses menetapkan kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan dimasa mendatang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai. Melakukan kegiatan yang tidak diawali dengan perencanaan dapat mengakibatkan hasil yang tidak maksimal. Perencanaan merupakan pedoman dalam melakukan kegiatan oleh karenanya perencanaan perlu dipersiapkan secara matang.

b. Pelaksanaan

(28)

sebagai usaha menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit agar kegiatan dapat berjalan selaras dengan anggota unit lain dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan pengkomunikasian adalah suatu proses pembagian informasi, baik secara lisan dan tertulis kepada orang lain.

Dari pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang didalamnya terdapat kegiatan melaksanakan rencana yangtelah ditetapkan dengan membagi tugas, membimbing, mengarahkan dan mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang di suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

c. Evaluasi

Menurut Suharmini Arikunto (2004: 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Sedangkan menurut Sudjana (2004: 248) evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, serta dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.

(29)

Berbagai fungsi pengelolaan telah jelas dipaparkan di atas, oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa pengelolaan yang baik harus memenuhi minimal tiga fungsi pengelolaan yakni perencanaan, pelaksanaan dan evalausi. Masing-masing dari setiap fungsi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya oleh karenanya perlu pertimbangan yang tepat untuk menentukan aspek dari setiap fungsi pengelolaan

B. Pembelajaran Kelas Inklusi

1. Pengertian Pembelajaran Kelas Inklusi

(30)

dipersiapkan untuk membelajarkan peserta didik. Lebih lanjut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad (2011: 144) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapaianya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.

Dari pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa yang dilakukan secara sengaja sehingga siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru yang didukung dengan sarana penunjang. Pembelajaran diberikan tidak untuk siswa normal saja melainkan juga di siswa dengan kebutuhan khusus. Pemberian pembelajaran untuk siswa normal diberikan pada sekolah regular. Sedangkan untuk siswa berkebutuhan khusus biasanya di berikan pada sekolah khusus. Saat ini telah berkembang pembelajaran yang ditujukan untuk siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Ini di kenal dengan nama Pendidikan inklusi. Lay Kekeh Marthan (2007: 145) mengartikan pendidikan inklusi sebagai sebuah layanan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus di sekolah regular (SD, SMP, SMU, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik dalam arti kelainan, lamban belajar maupun kesulitan belajar.

(31)

inklusi tidak jauh berbeda dengan sistem belajar untuk sekolah regular yakni menggunakan kurikulum yang sama. Pembelajaran di kelas inklusi menerapkan sistem pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (student centered). Prinsip ini menghendaki agar dalam pembelajaran mempertimbangkan karakteristik individual baik dari segi potensi, hambatan maupun kecepatan masing-masing peserta didik.

Trimo (2012: 231) mengemukakan bahwa pembelajaran di kelas inklusi menekankan pada prinsip kooperatif bukan kompetitif. Dalam prinsip kooperatif semua anak diberikan kesempatan untuk terlibat dan saling berinteraksi untuk keberhasilan pembelajaran. Muatan pembelajaran yang diberikan di kelas inklusif dapat diperluas dan dipertajam, tidak hanya materi pembelajaran saja melainkan juga ketrampilan sosial dikembangkan nilai-nilai budaya dan karakter.

Pembelajaran di kelas inklusi mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kratif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran di kelas inklusi menghargai keanekaragaman dan tidak diskrimiatif. Dalam implementasi pembelajaran di kelas inklusi menghendaki agar perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP serta evaluasi atau penilaian di modifikasi sedemikian rupa disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang ada.

(32)

pembelajaran di kelas inklusi yakni perangkat pembelajaran yang dibuat dapat disesuaikan dengan kondisi peserta duduk yang ada di kelas inklusi

2. Tujuan Pembelajaran Kelas Inklusi

Pembelajaran di kelas inklusi pada dasarnya bertujuan untuk memberikan layanan pembelajaran yang optimal terhadap semua peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Lebih rinci Lay Kekeh Marthan (2007: 189) mengemukakn bahwa tujuan yang di capai dalam pembelajaran dengan setting inklusi antara lain:

a. Tujuan yang ingin dicapai oleh anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam setting inklusi antara lain:

1) Anak memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

2) Anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya, guru maupun masyarakat tempat anak tinggal.

3) Anak dapat belajar untuk menerima perbedaan yang ada dilingkungannya serta mampu menyesuaikan dengan teman-temannya sehingga mereka dapat belajar bersama-sama.

b. Tujuan yang akan dicapai oleh guru guru dalam setting inklusi

1) Guru memiliki kesempatan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya dalam mengajar.

2) Memiliki sikap positif terhadap orang tua, masyarakat dan anak-anak dalam kondisi dan situasi yang beragam.

3) Mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam memberikan layanan kepada anak di sekolah inklusi.

c. Tujuan yang dicapai bagi orang tua antara lain:

1) Orang tua dapat belajar lebih banyak dalam mendidik anaknya

2) Orang tua mampu terlibat untuk membantu anak dalam belajar dirumah. 3) Orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang ada di

sekolah, menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.

d. Tujuan yang diharapakan dapat dicapai oleh masyarakat:

1) Masyarakat akan merasakan suatu kebanggaan karena lebih banyak anak yang mengikuti pendidikan di sekolah yang ada di lingkungannya.

(33)

Dari tujuan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran dalam setting inklusi mengandung arti pembelajaran untuk beragam karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan, siswa, guru, masyarakat diberi kesempatan untuk mengenal dan mengahargai kondisi setiap siswa. Guru sebagai pengajar dapat memperdalam dan menggali cara untuk mendidik ssiwa dengan kebutuhan khusus.

3. Model Pembelajaran Kelas Inklusi

(34)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang digunakan di kelas inklusi bertitik pada kemampuan anak. Siswa dengan kebutuhan yang berat seperti tunanetra, tunagrahita akan lebih baik apabila dalam pembelajaran di kelas inklusi menggunakan model pembelajaran yang di individualkan, hal ini karena anak dapat memperoleh pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan anak sehingga tidak terkesan dipaksa melainkan mengikuti irama perkembangan anak.

4. Prinsip- Prinsip Pembelajaran Kelas Inklusi

Prinsip yang digunakan dalam membelajarkan siswa inklusi menurut Budiyanto, dkk (2010:21) dikemukankan sebagai berikut:

a. Prinsip motivasi

Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

b. Prinsip latar

Guru harus mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar dan semaksimal melakukan pengulangan-pengulangan materi pembelajaran bagi anak yang membutuhkan

c. Prinsip keterarahan

Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menyiapkan bahan dan alat yang sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.

d. Prinsip hubungan sosial

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan serta interaksi banyak arah

e. Prinsip belajar sambil bekerja

Dalam kegiatan pembelajaran guru harus banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan, atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian dan sebagainya. f. Prinsip individualisasi

(35)

maupun kelambatan dalam belajar dan perilakunya sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapatkan perhatian dan perlakukan yang sesuai.

g. Prinsip menemukan

Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang memancing anak untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental social dan emosional

h. Prinsip menemukan masalah

Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan/problem yang ada di lingkungan sekitar dan anak dilatih untuk merumuskan, mencari data, menganalisis dan memecahkannya sesuai dengan kemampuannya.

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam setting inklusi dapat memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran di atas. Prinsip pembelajaran inklusi di atas sudah disesuaikan dengan karakteristik siswa di kelas inklusi. Menggunakan prinsip pembelajaran secara tepat oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu peserta didik memperoleh hak belajar yang benar-benar sesuai dengan kondisinya.

5. Karakteristik Peserta Didik di Kelas Inklusi

(36)

a. Tunagrahita

Istilah tungrahita berasal dari bahasa sansekerta tuna yang berarti rugi dan grahita artinya berfikir, di Indonesia tunagrahita disebut dengan istilah lemah ingatan, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental, terbelakang mental dan lemah mental. Menurut Gunnar Dybward dalam Moh. Amin (1995: 16) mengemukakan “mental retardation is a condition which originates during the developmental period and

is characterized by markedly subaverage intellectual in social inadequacy”

maksudnya ialah keterbelakangan mental merupakan suatu kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibat secara rasial. Lebih lanjut Moh. Amin (1995:20) mengungkapkan bahwa seseorang baru digolongkan tunagrahita bila 1) kemampuan intelektual umum jelas berada di bawah rata-rata dan 2) kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan 3) terjadi dalam masa perkembangan. Apabila seseorang hanya menunjukkan salah satu dari ciri tersebut maka belum bisa digolongkan anak tunagrahita.

Dari pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki hambatan dalam hal kecerdasan dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial

b. Tunadaksa

(37)

dalam Mohammad Effendi (2006: 114). Sedangkan menurut Hallahan & Kauffman dalam Mumpuniarti (2001: 31) anak yang cacat fisik didefinisikan yang mengalami keterbatasan fisik nonindera atau problem kesehatan dan terganggu kehadirannya atau belajar di sekolah sehingga membutuhkan layanan khusus, latihan khusus, peralatan khusus, material dan fasilitas khusus.

Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa anak tunadaksa adalah anak yang memiliki hambatan pada fisiknya kecuali nonindera sehingga membutuhkan layanan khusus

c. Lambat Belajar

(38)

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa karateristik peserta didik di kelas inklusi bermacam-macam. Karakteristik tersebut dapat di lihat dari peserta didik yang memiliki kelainan dari tingkatan paling ringan hingga paling berat, dari kelainan tunggal, ganda hingga yang kompleks berkaitan dengan fisik, emosi, intelektual. Oleh karena itu sudah seyogyanya kondisi dan karakteristik siswa di kelas inklusi menjadi pertimbangan utama dalam memberikan pendidikan kepada siswa di kelas inklusi.

C. Pengelolaan Pembelajaran di Kelas Inklusi

Dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas inklusi, ada beberapa tahap yang harus dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara teratur dan sistematis. Manajemen pembelajaran menurut Syarafuddin & Irwan Nasution (2005: 79) merupakan proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan program pembelajaran Menurut Suprihadi Saputro, dkk. (2000: 6) beberapa tugas pembelajaran yang akan dilakukan adalah membuat keputusan tentang apa yang akan diajarkan, strategi, media, metode pembelajaran yang digunakan, alat dan meteri evaluasi pembelajaran sebagai dasar untuk mengetahui kemajuan belajar yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran selanjutnya melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang dibuat serta melakukan evaluasi pembelajaran.

(39)

merupakan komponen yang saling terkait antar satu dengan lainnnya. Apabila salah satu komponen tidak berjalan maka proses pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal. Dengan demikian agar komponen tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal maka masing-masing komponen perlu dikelola secara tepat.

Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi merupakan kegiatan mengatur pembelajaran yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di dalam kelas yang terdapat beragam karakteristik siswa. Berikut ini merupakan komponen dalam pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusi

(40)

sistematis sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan pembelajaran di kelas inklusi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan perencanaan pembelajaran di kelas biasa. Namun dalam perencanaan pembelajaran kiranya guru dapat menyusun perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang ada di kelas inklusi. Dalam hal ini, guru perlu merencanakan materi media, metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik di kelas inklusi.

a) Penyusunan silabus

Tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran salah satunya didukung dengan silabus. Abdul Majid (2006: 38) mengemukakan bahwa silabus merupakan rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Adapun langkah langkah pengembangan silabus menurut Depdiknas (Abdul majid, 2006: 40) meliputi:

(1) Penulisan identitas mata pelajaran (2) Perumusan standar kompetensi (3) Penentuan kompetensi dasar

(4) Penentuan materi pokok dan uraiannya (5) Penentuan pengalaman belajar

(6) Penentuan alokasi waktu (7) Penentuan sumber belajar.

(41)

oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok kerja guru dan dinas pendidikan. Silabus untuk pembelajaran di kelas inklusi pada dasarnya memiliki komponen yang sama seperti di atas, perbedaannya untuk setiap poin dalam silabus penyusunanya perlu disesuikan dengan kondisi dan kemampuan yang ada pada peserta didik berkebutuhan khusus.

b) Merencanakan bahan pelajaran

Bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan pembelajaran karena bahan pelajaranan itulah yang harus diberikan kepada siswa untuk dikuasai anak didik. Oleh karenanya materi pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran. Memilih materi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik berkebutuhan khusus merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh guru di kelas inklusi. Hal ini terjadi karena silabus dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok serta beragamnya karakteristik peserta didik yang ada di kelas inklusi mengharuskan guru untuk menyiapkan dan memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang ada di kelas inklusi.

(42)

kemampuan dan kondisi ABK. Oleh karena itu guru harus benar-benar memilihkan materi yang tentunya disesuaikan dengan kondisi ABK yang ada.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pada dasarnya merencanakan materi pembelajaran di kelas inklusi harus memperhatikan kondisi perkembangan siswa. Selain memperhatikan kondisi yang ada pada anak, merencanakan materi juga disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran. Artinya bahwa perencanaan materi pembelajaran di kelas inklusi selain memperhatikan kondisi siswa juga memperhatikan tujuan pembelajan yang akan dicapai. Dengan demikian perencanaan materi ajar berjalan beriringan baik berdasarkan kondisi maupun pada tujuan pembelajaran.

c) Merencanakan pendekatan belajar mengajar.

(43)

menetapkan pendekatan yang akan digunakan dalam mengajar di kelas inklusi. Guru dapat menggunakan pendekatan baik individual maupun klasikal secara bergantian dalam mengajar di kelas inklusi disesuaikan dengan kondisi siswa di kelas.

d) Merencanakan penggunaan sumber dan media pembelajaran

Dalam pembelajaran guru memerlukan media guna menarik perhatian dan memudahkan anak dalam memahami materi yang disampaikan sehingga tujuan dapat tercapai. Pemilihan media di kelas inklusi yang memiliki berbagai macam karakteristik dan kondisi siswa yang beragam membutuhkan pertimbangan yang matang. Menurut Anisatul Mufarokah (2009; 10) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima guna merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Menurut Wina Sanjaya (2006: 170) bahwa media pembelajaran terdapat berbagai macam yaitu:

1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara seperti radio dan rekaman suara 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat

3) Media audio visual, yaitu media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa di lihat.

Pada dasarnya media berfungsi untuk memudahkan penyampaian materi dari guru ke siswa oleh karenanya harus membutuhkan pertimbangan dalam memilih media. Mohammad Ali (2008: 92) mengemukakan bahwa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah:

1) Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan.

2) Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri karena setiap media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri

(44)

4) Fleksibilitas, tahan lama,dan kenyamanan media

5) Keefektifan suatu media dibandingkan dengan media dengan jenis lain untuk digunakan dalam pembelajaran.

Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa media merupakan segala sesuatu baik alat, teknik dan metode yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan sedangkan untuk macam macam media ada tiga yaitu media auditif, visual dan audiovisual. Pemilihan media di kelas inklusi membutuhkan pertimbangan yang tepat karena berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, apabila media yang dipilih tidak tepat maka keberhasilan pembelajaran tidak dapat maksimal.

e) Merencanakan metode pembelajaran

(45)

bahwa ada beberapa syarat yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode yakni sebagai berikut:

1) Metode harus disesuaikan dengan keadaan anak

2) Metode harus sesuai dengan bahan pengajaran yang diajarkan sehingga mudah dalam menerima pelajaran

3) Metode harus sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (sarana, prasarana, lingkungan daerah )

Oleh karenanya ketrampilan guru dalam memilih metode yang tepat untuk pembelajaran di kelas inklusi membutuhkan pertimbangan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pertimbangan tersebut tidak saja bergantung pada kebutuhan anak tetapi juga bergantung pada keefektifan dari penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang dipakai oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran ataupun untuk menggali pengalaman peserta didik pada saat pembelajaran sehingga memudahkan siswa di kelas inklusi untuk menerima dan memahami materi yang diberikan.

f) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(46)

asesmen sehingga sesuai dengan kondisi ABK. Menurut Tarmansyah (2007: 194-198). Rencana pembelajaran di kelas inklusi disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan menggunakan segitiga kurikulum, yaitu:

“Isi;artinya tema yang terdapat dalam kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik berdasar latar belakang, kemampuan dan perbedaan karakteristik peserta didik yang ada. Proses: adalah bagaimana kurikulum tersebut diajarkan dengan memanfaatkan metode yang sesuai dan tepat guna terutama metode dan stategi belajar siswa di keals inklusi. Lingkungan; yang dimaksud adalah sumber belajar dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan psiko-sosial peserta didik”

Adapun komponen yang terdapat dalam RPP menurut Jamil Suprihatiningrum, (2013: 115) meliputi:

1) Identifikasi Mata Pelajaran 2) Standar Kompetensi. 3) Kompetensi dasar

4) Indikator Pencapaian Kompetensi 5) Tujuan Pembelajaran

6) Materi Ajar 7) Alokasi Waktu 8) Matode Penbelajaran 9) Kegiatan Pembelajaran. 10)Penilaian Hasil Pembelajaran 11)Sumber Belajar.

(47)

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Inklusi

Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik dengan sumber belajar di lingkungan belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi ABK dan siswa normal memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dengan demikian dalam proses pelaksanaan pembelajaran ABK mendapatkan penangan yang berbeda dari siswa normal lainnya. Salah satu penanganan ABK dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan program pembelajaran individual sehingga ABK mendapatkan pembelajaran sesuai dengan kondisinya. Pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi terutama untuk ABK hendaknya sejalan dengan apa yang telah direncanakan dalam RPP dan program pembelajaran individual sehingga jelas tujuan yang akan dicapai dari siswa di kelas inklusi. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan dapat meliputi membuka pelajaran, kemudian kegiatan inti berupa penyampaian materi dan kegiatan penutup:

a. Kegiatan pendahuluan

(48)

1) Menarik perhatian siswa yang biasa dilakukan dengan

a) Meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya

b) Melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa seperti menggunakan alat bantu

c) Melakukan interaksi yang menyenangkan

2) Menimbulkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: a) Membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat

b) Menimbulkan rasa ingin tahu

c) Mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa

d) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan seperti:Mengemukakan tujuan yang akan dicapai

e) Menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran

3) Menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung.

Nani Triani dan Amir (2013: 27) mengungkapkan bahwa cara untuk memulai pembelajaran di kelas inklusi untuk anak yang memiliki kebutuhan dapat dilakukan dengan cara:

1) Memulai pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan bahwa anak benar-benar telah siap untuk belajar

2) Memberikan dorongan motivasi untuk belajar dan meyakinkan bahwa siswa akan berhasil mempelajari

3) Selalu didahului dengan kegiatan apersepsi atau mengakaitkan dengan konsep yang sudah dipahami oleh siswa

4) Memulai pembelajaran dari hal-hal yang diminati ssiwa kemudian siswa diarahkan secara perlahan pada materi yang akan diajarkan.

(49)

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran merupakan tahap terjadinya interaksi belaajr mengajar antara guru dan siswa.

1) Menyampaikan materi pelajaran

Materi pembelajaran merupakan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa yang digunakan untuk belajar sehingga apa yang telah ditetapkan dalam tujuan instruksional dapat tercapai. Menurut W.S Wingkel (1996: 296-297) materi yang akan diberikan harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Materi/bahan harus relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai, ini berarti bahwa: (1) materi pelajaran harus memungkinkan memperoleh jenis perilaku yang akan dituntut dari siswa yaitu jenis perilaku ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, (2) materi pelajaran harus memungkinkan untuk menguasai tujuan instruksional menurut aspek isi

b) Materi pelajaran harus sesuai dengan taraf kesulitan dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu

c) Materi/bahan pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup

d) Materi harus membantu melibatkan diri secara aktif baik dengan berfikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan

e) Materi pembelajaran harus sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti, misalnya menggunakan ceramah

f) Materi harus sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia

(50)

2) Penggunaan metode, media dan pendekatan

Kegiatan inti dalam pembelajaran tidak hanya berupa penyampaian materi pembelajaran saja melainkan juga menggunakan metode pembelajaran. Metode berguna untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Ada beragam metode yaag ada saat ini. Namun demikian penggunaan metode harus mempertimbangkan prinsip-prinsip yang ada. Adapun prinsip-prinsip dalam menerapkan metode pembelajaran menurut Kemis dan Atis Rosnawati (2013: 94) antara lain:

a) Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran b) Kesesuaian metode dengan materi pembelajaran

c) Kesesuaian metode dengan kemampuan guru d) Kesesuaian metode dengan kondisi siswa

e) Kesesuaian metode dengan sumber dan fasilitas yang tersedia f) Kesesuaian metode dengan situasi kondisi belajar

g) Kesesuaian metode dengan waktu yang tersedia

Pada dasarnya penggunaan metode harus mempertimbangkan keadaan yang ada seperti di atas sehingga penggunaan tersebut bisa maksimal. Metode yang digunkan dalam pembelajaran di kelas inklusi harus mengunaan prinsip umum dan khusus. Menurut Tarmansyah (2007: 191-194), mengungkapkan prinsip-prinsip umum:

(51)

pemecahan masalah yang menekankan pada pengajaran untuk berfikit tentang cara memecahkan masalah, mencari memproses dan merumuskan berbagai macam informasi.

Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan inti sangat membantu para siswa dalam memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. (Mohammad Ali, 2008: 89) Alangkah baiknya apabila seorang guru mampu membuat media dan menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Selain mempermudah siswa dalam memahami materi, penggunaan media pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru akan menumbukan kreativitas pada guru.

3) Pengelolaan Kelas.

(52)

Tabel 1. Perbedaan kelas tradisional dan kelas inklusi berdasarkan hubungan, kemampuan dan pengaturan tempat duduk

No. Perbedaan Kelas Tradisional Kelas Inklusi 1. Hubungan

Terdapat hubungan jarak

dengan peserta didik Ramah dan hangat 2.

Kemampuan

Guru dan peserta didik memiliki kemampuan duduk yang sama di tiap kelas

Pengaturan tempat duduk yang bervariasi atau duduk di bangku bersama-sama sehingga antar siswa dapat saling membantu dan melihat satu sama lainnya

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa di kelas inklusi hubungan dijalin secara ramah dan hangat tanpa ada sekat antara guru dan siswa mengenai kondisi dan karakteristik siswa sehingga kelas inklusi membutuhkan keramahtamahan dan kehangatan semua warga kelas. Hal ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab guru untuk menciptakan suasana di kelas inklusi yang saling mengahargai perbedaan menyangkut kemampuan dalam intelektual, kondisi fisik, maupun sosial

(53)

siswa dapat berinteraksi tanpa membedakan sehingga menciptakan sifat kepercayaan diri pada siswa berkebutuhan khusus. Pengaturan tempat duduk di kelas inklusi dapat menghilangkan sekat perbedaan pada ssiwa sehingga semua siswa dapat bertinteraksi satu dengan yang lainnya secara nyaman.

4) Membimbing Siswa

Guru di kelas inklusi diharapkan dapat bertindak sebagai pembimbing dengan penuh sabar dan telaten karena dalam membimbing siswa di kelas inklusi yang memiliki kerakteristik yang beragam membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Soetomo (1993: 27) mengatakan bahwa bimbingan yang diberikan kepada siswa memiliki fungsi:

a) Bimbingan sebagai pemahaman, dapat diartikan bahwa denagn bimbingan diharapkan anak dapat memahami keadaan dirinya baik kemampuan, minat, bakat maupun kepribadiannya.

b) Bimbingan sebagai pencegahan dari gejala tingkah laku anak yang akan melakukan kegiatan yang tidak sesuai denagn peraturan sekolah

c) Bimbingan sebagai pengembangan, dapat diartikan bahwa guru dalam memberikan bimbingan mempunyai tujuan agar bakat, kemampuan serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang dan tersalurkan

d) Bimbingan sebagai penyesuaian, bahwa dengan bimbingan diharapkan siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

Membimbing siswa dalam belajar diperlukan untuk membantu siswa agar lebih membantu siswa memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga harapannya siswa dapat maju dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu memiliki ketrampilan penunjang agar dapat membimbing siswa di kelas inklusi agar mereka dapat terlayani kebutuhannya.

c. Kegiatan Penutup.

(54)

tingkat pencapaian siswa dalam belajar. Adapau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menutup kegiatan pembelajaran antara lain:

1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran

2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik

5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

3. Evaluasi Pembelajaran Kelas Inklusi

a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Kelas Inklusi

Oemar Hamalik (2002: 210) evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang system pembelajaran. Evaluasi pembelajaran atau kegiatan penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan yang dilakukan oleh guru setelah pembelajaran selesai. Selanjutnya Oemar Hamalik (2002: 211-212) menyebutkan bahwa evaluasi pada umumnya mengandung fungsi dan tujuan sebagai berikut:

1) Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.

2) Untuk menempatkan para siswa ke dalam situasi mengajar yang tepat dengan tingkat kemampuan, minat dan kreativitas siswa

(55)

4) Sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar

Pada dasarnya tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran di kelas inklusi adalah untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran baik siswa normal maupun siswa yang memiliki kebutuhan. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 58 ayat 1 berbunyi “evaluasi belajar peserta didik dilakukan untuk oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan” sedangkan menurut Rusman (2010: 3) evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran.

b. Jenis Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran menurut Suharsimi Arikunto (2009: 36) secara garis besar dibedakan menjadi 2 yakni sebagai berikut:

1) Tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari.

2) Tes Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengejar berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

Lebih lanjut Mohammad Ali (1985: 127) membedakan evaluasi menjadi empat macam yaitu:

(56)

2) Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran program atau beberapa unit pelajaran tertentu. Sasaran yang dicapai untuk menilai keberhasilan proses belajar atau kurikulum berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa

3) Evaluasi diagnostik yaitu dilaksanakan untuk meneliti atau mencari sebab kegagalan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran.

4) Evaluasi penempatan dilakukan jika kurikulum menuntut adanya pembedaan peserta didik berdasarkan kelompok, baik keberhasilan atau program yang dipilih.

Dari penjelasan mengenai bentuk evaluasi di atas, hal tersebut masih bisa dijabarkan bahwa dalam penilaian baik formatif maupun sumatif biasanya berupa penilaian secara tertulis. Dimana dalam penilaian tertulis ini para peserta didik memberikan jawaban berupa tulisan. Lebih lanjut Suryosubroto (2005: 145) membedakan tes tertulis menjadi dua macam yakni:

1) tes essay ( uraian ) siswa menjawab soal-saol tes dengan cara menerangkan hal-hal lain sehingga ciri khas tes essay selalui dimulai dengan perintah, beri alasan, mengapa, dll.

2) tes obyektif, tes ini disebut demikian karena dapat memungkinkan dapat memperoleh penilaian obyektif daripihak guru. Ada 5 jenis tes obyektif yakni bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar salah, isian singkat, uraian (melengkapi)

(57)

yang tertanam pada diri peserta didik. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui pengamatan oleh guru dalam kegiatan sehari-hari.

Evaluasi pembelajaran di kelas inklusi perlu dilakukan secara berkelanjutan. Pendekatan ini merupakan bentuk evaluasi yang dapat mendorong kemampuan penelaahan dan pereflesian anak terhadap pembelajaran yang telah dilakukan guru serta mampu memberikan gambaran tentang bagaimana anak dapat menerapkan pembelajaran. Artinya merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terhenti serta berfokus pada ujian akhir saja namun semua proses perlu dilihat dengan seksama sehingga guru memperoleh gambaran yang utuh mengenai kondisi belajar anak dari awal sampai akhir, Lay Kekeh Marthan (2007: 159).

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa evaluasi belajar di kelas inklusi dilakukan untuk mengukur sejauhmana siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus memahami dan menguasai materi pembelajaran yang diberikan selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi belajara anak di kelas inklusi.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

(58)

untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran di Taman Penitipan Anak Book Monster Yogyakarta.

Vivit Nur Arista Putra (2013) tentang manajemen pembelajaran di pondok pesantren takwinul muballighin Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran secara prinsip dilengkapi silabus dan rancangan pelaksanaan pembelajaran namun belum terdokumentasikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan media seperti LCD, white board, dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan tanya jawab. Dalam evaluasi menggunakan evaluasi secara formatif.

(59)

Dari penelitian di atas, peneliti berpendapat bahwa judul penelitian tersebut dapat digunakan untuk pedoman/acuan serta sumber referensi dalam penelitian tentang pegelolaan pembelajaran. Hal ini karena penelitian tersebut membahas mengenai pengelolaan pembelajaran.

E. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan hak semua warga Negara tidak terkecuali ABK. Jumlah ABK yang semakin tahun meningkat menyebabkan tidak semua siswa mengenyam pendidikan. Oleh karena itu pemerintah berusaha memenuhi haknya melalui pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan dimana anak normal dan berkebutuhan khusus belajar bersama-sama di sekolah regular. Banyaknya ABK yang ada saat ini, berpengaruh terhadap semakin banyaknya sekolah inklusi. Karakteristik peserta didik yang beraneka ragam di kelas inklusi membutuhkan pengelolaan dalam kegiatan pembelajaran secara tepat sehingga tujuan pembelajaran di kelas inklusi tercapai. Kegiatan pembelajaran penting dikelola karena setiap hari semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran pada kelas inklusi. Pengelolaan kegiatan pembelajaran ini meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

(60)

Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan implementasi dari perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah bagaimana guru mengelola kegiatan pembelajaran di kelas inklusi dari membuka pelajaran, menyampaikan materi, menggunakan metode dan media yang tepat dalam pembelajaran di kelas inklusi.

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dalam pembelajaran dapar berupa evaluasi formatif, evaluasi sumatif maupun keduanya. Hasil dari evaluasi ini digunakan oleh guru untuk perbaikan dalam mengajar sehingga harapannya proses pembelajaran menjadi lebih baik.

Pengelolaan pembelajaran pada kelas inklusi penting dilakukan agar tujuan yang telah ditetapkan sejak awal dapat tercapai. Antar komponen dalam pengelolaan pembelajaran saling berkaitan. Perencanaan pembelajaran yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasi. Oleh karena itu pada perencanaan pembelajaran merupakan bagian yang membutuhkan pemikiran yang tepat karena berpengaruh terhadap hasil akhir pembelajaran. Oleh karena itu pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi sangatlah penting di persiapkan dengan matang dan jelas.

F. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaaan perencanaan pembelajaran oleh guru di kelas inklusi SD Negeri Burat?

(61)

b. Bagaimana perencanaan materi pembelaajran di kelas inklusi SD Negeri Burat?

c. Bagaimana perencanaan metode pembelajaran di kelas Inklusi SD Negeri Burat?

d. Bagaimana perencanaan media dan pendekatan di eklas inklusi SD Negeri Burat?

2. Bagaimana pengelolaan pelaksanaan pembelajaran oleh guru di kelas inklusi SD Negeri Burat?

a. Bagaimana kegiatan awal dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?

b. Bagaimana kegiatan inti dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?

c. Bagaimana kegiatan penutup dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?

d. Bagaimana pengelolaan kelas dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?

3. Bagaimana pengelolaan evaluasi pembelajaran oleh guru di kelas inklusi SD Negeri Burat?

a. Apa saja evaluasi yang dilakukan dalam pembelajran di kelas inklsi SD Negeri Burat?

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

(63)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengelolaan pembelajaran ABK pada sekolah inklusi dilakukan di SD Negeri Burat, Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo. Alasan pemilihan SD Negeri Burat sebagai tempat penelitian yakni SD Negeri Burat merupakan satu-satunya sekolah inklusi yang berada di Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo yang memiliki siswa tunagrahita, tunadaksa dan lamban belajar. Sedangkan untuk waktu penelitiannya ini yakni bulan September hingga November 2014. Adapun rincian waktu penelitiannya sebagai berikut:

1. Pengurusan surat ijin penelitiian dari fakultas hingga Dinas Pendidikan Wonosobo dilakukan pada tanggal 8-14 September 2014.

2. Menyampaikan surat dan ijin penelitian secara langsung kepada kepaala sekolah pada tanggal 20 September 2014

3. Proses pengambilan data dilakukan mulai tanggal 22 September 2014 Hingga 15 November 2014 pengambilan data tidak dilakukan secara terus menerus namun berselang tergantung pada data yang masih dibutuhkan

4. Proses pengolahan data dilakukan setelah proses pengambilan data selesai dilakukan, penulis menyajikan dalam bentuk transkrip wawancara

5. Penyusunan laporan dilakukan pada November akhir. C. Definisi Operasional

(64)

2. Pembelajaran kelas inklusi diartikan sebagai usaha guru untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik baik normal dan berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan kondisi siswa serta prinsip-prinsip pembelajaran di kelas inklusi.

3. Pengelolaan pembelajaran kelas inklusi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengelola proses pembelajaran dimulai dari perencanaan meliputi pembuatan RPP, silabus, merencanakan materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran mencakup penyampaian dan penggunaan strategi dalam mengajar serta evaluasi pembelajaran dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan yang ada pada siswa di kelas inklusi.

D. Subyek dan Obyek Penelitian

(65)

pembelajaran di kelas inklusi serta evaluasi pembelajaran yang dilakukan di kelas inklusi

E. Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi

1. Metode Wawancara.

Lexy J. Moleong (2005; 186) mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Dalam melakukan pengumpulan data, wawancara menjadi langkah awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dengan subyek. Peneliti melakukan wawancara dengan cara menetapkan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan, mengawali dan membuka alur wawancara, melangsungkan alur wawancara, mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan kemudian meuliskan hasil wawancara dalam transkip. Wawancara dilakukan pada guru dan kepala sekolah yang telah ditetapkan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat.

2. Metode Observasi

(66)

menggunakan seluruh indra. Data yang dibutuhkan dalam observasi ini berupa data yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas seperti penyampaian materi terutama interaksi siswa dengan guru, penggunaan strategi dan pengaturan kelas oleh guru. Observasi ini dilakukan pada 22, 25 September, 11 November 2014 untuk kelas III dan untuk kelas V yakni 23, 26, 27 September, 12, 13, 15 November 2014. Observasi dilakukan setelah peneliti mendapatkan RPP terlebih dahulu dari guru yang akan mengajar kemudian peneliti ikut langsung dengan guru yang mengajar untuk melakukan pengamatan dengan cara mengamati langsung pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas inklusi. Selain mendapatkan data mengenai pelaksanaan pembelajaran, observasi ini juga bertujuan untuk mengecek apakah rencana yang dibuat oleh guru dapat terlaksana di setiap kelas. 3. Dokumentasi

Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data dan informasi lebih mendalam. Studi dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi informasi dan pengumpulan data yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi Dokumen yang dapat digunakan oleh peneliti berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi,antara lain RPP dan silabus, hasil belajar siswa. Dokumen yang terkumpul ditelaah dan dirumuskan untuk pola yang terjadi. Hasil dari studi dokumen sebagai penguat dari hasil wawancara dan observasi.

F. Instrumen Penelitian.

(67)

diinginkan. Pelaksanaan penelitian ini, peneliti memilih menggunakan instrument pedoman wawancara, observasi, studi dokumen.

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan ketika wawancara dilakukan, sehingga tidak menyimpang dengan maksud dan tujuan dari penelitian. 2. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan sebagai acuan pada saat observasi berlangsung agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan.

3. Studi dokumen

Studi dokumen digunakan sebagai acuan pengumpulan dokumen-dokumen terkait dengan pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat.

G. Keabsahan Data

(68)

untuk menggali informasi yang sama namun dilakukan pada waktu yang berbeda guna mengetahui keselarasan informasi yang diperoleh.

Triangulasi teknik yakni peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data yaitu membandingkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dari sumber data. Peneliti menggunakan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi serta dokumentasi untuk memperoleh data dari sumber data.

H. Teknik Pengolahan Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis deskriptif. Terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data

Data yang berasal dari lapangan cukup banyak, oleh karena itu data perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal hal yang penting yang diperoleh dari hasil pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi serta catatan lapangan untuk difokuskan pada kesesuaian tujuan penelitian.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Pada penelitian kualitatif penyajian data yang sering digunakan adalah yang bersifat naratif.

(69)

memaparkan hasil wwancara antara guru kelas dan kepala sekoalah yang telah direduksi serta hasil pengamatan yang kemudian dipaparkan dan ditarik kesimpulan dari hasil tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan.

(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Burat yang berada di Kecamatan Kepil, Kabupaten. SD Negeri Burat beralamat di Jalan Purworejo km. 19, Desa Burat, Kepil, Wonosobo. Sekolah ini letaknya cukup strategis karena berlokasi di pinggir jalan yang menghubungkan Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Purworejo sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan. Adapun visi SD Negeri Burat adalah “Berpacu dalam ilmu, santun dalam perilaku berlandaskan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Dalam rangka mencapai visi tersebut, SD Negeri Burat memiliki misi sebagai berikut:

1. Membimbing siswa untuk menerima perbedaan

2. Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga setiap siswa semangat berusaha secara optimal

3. Menumbuhkan semangat berusaha secara intensif kepada seluruh siswa 4. Mendorong dan membantu setiap siswa mengenali potensi dirinya sehingga

dapat dikembangkan secara optimal.

5. Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas di lingkungan dalam dan luar sekolah

6. Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerja sama,saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif dan mandiri

(71)

8. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.

9. Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik dan manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan peserta didik

10.Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan,cinta damai, cinta tanah air,semangat kebangsaan dan hidup demokratis

SD Negeri Burat berdiri tahun 1928. Namun pada tahun 1978 jumlah anak usia sekolah di Desa Burat sangat banyak sehingga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengambil kebijakan untuk menambah satu SD yang dinamakan dengan SD Inpres Burat. Seiring dengan keberhasilan program keluarga berencana di Desa Burat, jumlah anak usia sekolah semakin berkurang. Maka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 12 Agustus 2002 meregrup dua SD tersebut menjadi satu kembali yakni SD Negeri Burat. SD Negeri Burat pada awalnya merupakan sekolah yang hanya mendidik siswa normal. Kemudian karena ada siswa yang memiliki kebutuhan khusus yang mengenyam pendidikan di SD Negeri Burat maka Dinas Pendidikan Kabupaten Wonososbo pada tahun 2010 menunjuk sekolah ini menjadi sekolah penyelenggara pendidikan terpadu (inklusi) di Kecamatan Kepil berdasarkan Surat Keputusan dari kepala Dinas Pendidikan Pemudan dan Olahraga Nomor: 421.7/346/2010.

(72)

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi yakni para siswa dibimbing dan diarahkan untuk menerima perbedaan yang ada dalam diri siswa serta dibimbing untuk mampu menyesuaikan diri. Oleh karenanya SD Negeri Burat senantiasa berusaha untuk menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan ramah tanpa ada perbedaan guna mendukung kegiatan pembelajaran dan penyelenggaraan sekolah inklusi. Berikut ini data siswa yang memiliki kebutuhan khusus di SD Negeri Burat tahun pelajaran 2014/2015.

Tabel 2. Data Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Negeri Burat No Nomor

Induk

Inisial L/P Kelas Jenis Ketunaan 1. 1352 WP L III Lamban Belajar 2. 1309 PYR P III Lamban Belajar 3. 1217 AM L IV Lamban Belajar 4. 1279 DN P IV Lamban Belajar 5. 1319 FR L IV Tunadaksa 6. 1201 WW L V Lamban Belajar 7. 1208 RW P V Lamban Belajar 8. 1222 FY L V Lamban Belajar 9. 1252 DRN P V Tunagrahita

10. 1256 FA L V Tunadaksa

(73)

anak. Berikut ini dijabarkan jumlah keseluruhan siswa di SD Negeri Burat yakni sebanyak 183 siswa yang tersebar di berbagai kelas.

Tabel 3. Jumlah Keseluruhan siswa tahun 2014/2015

No Kelas L P Jumlah ABK

Jenis kebutuhan Jumlah

1. Kelas I 15 12 - 27

2. Kelas II 19 9 - 28

3. Kelas III 16 13 2 Slow Learner 29 4. Kelas IV 16 11 3 Tunadaksa, Slow

Learner

27

5. Kelas V 26 19 5 Slow Learner,

Tunagrahita

45

6. Kelas VI 18 9 - 27

7. TOTAL 110 73 10 183

Data di atas diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dari pihak sekolah. Dari data tersebut terlihat keadaan peserta didik yang belajar di SD Negeri Burat. Data kelas V memperlihatkan bahwa selain terdapat ABK, kelas ini memiliki peserta didik yang paling banyak yakni 45 siswa, sebenarnya jumlah tersebut telah terbagi menjadi dua kelas ketika para siswa berada di kelas 1V namun berhubung salah satu guru kelas IV dipindahtugaskan maka setelah naik kelas V digabung menjadi satu kelas hingga tanggal 6 Oktober 2015 karena keterbatasan guru yang mengajar.

(74)

Tabel 4. Kondisi Guru dan Karyawan di SD Negeri Burat

No Nama Pendidikan Jabatan Status

1. ST S1 PGSD Kepala Sekolah PNS

2. SN S1 PGSD Guru Kelas VI PNS

3. NG S1 PGSD Guru Kelas V PNS

4. SU S1 PGSD Guru Kelas III PNS

5. LT Sarmud Guru Kelas IV PNS

6. IN SI PGSD Guru Bahasa Jawa GTT

7. ES SPG Guru Kelas II PNS

8. SL D-2 PGSD Guru Kelas I PNS

9. NR S1 Pendidikan Agama Islam

Guru Agama GTT

10. MY SMA Olahraga Guru Olahraga PNS

11. AN D-1 Manajemen TU PTT

12 PM SMP Penjaga sekolah PNS

Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah tenaga pendidik tetap sebanyak delapan orang, jumlah tenaga pendidik tidak tetap dua orang, pegawai tidak tetap satu orang dan penjaga sekolah satu orang. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SD Negeri Burat adalah guru yang memiliki kualifikasi sebagai guru SD. Kualifikasi tersebut dapat dikatakan mumpuni untuk mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah dasar.

B. Deskripsi Data Penelitian

Gambar

Tabel 1. Perbedaan kelas tradisional dan kelas inklusi berdasarkan
Tabel 2. Data Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Negeri Burat
Tabel 3. Jumlah Keseluruhan siswa tahun 2014/2015
Tabel Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Materi ajar, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Bahan/ Alat Sumber/ Jenis. Tagihan Instrumen Bentuk

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Bahan/ Alat Sumber/ Jenis. Tagihan Instrumen Bentuk

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Bahan/ Alat Sumber/ Jenis. Tagihan Instrumen Bentuk

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Bahan/ Alat Sumber/ Jenis. Tagihan Instrumen Bentuk

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Bahan/ Alat Sumber/ Jenis. Tagihan Instrumen Bentuk

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat Jenis Tagihan Bentuk Instrumen

Kelas VI.. Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat Jenis Tagihan Bentuk