• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika topik luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar ditinjau dari sikap dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika topik luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar ditinjau dari sikap dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno."

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI SIKAP DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B

SMP PANGUDI LUHUR GANTIWARNO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Agathon Charis Irawan

081414062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TOPIK LUAS PERMUKAAN

DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI SIKAP DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B

SMP PANGUDI LUHUR GANTIWARNO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Agathon Charis Irawan

081414062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Milikilah impian, apapun itu, yakinlah semua akan

tercapai, karena tidak ada yang mustahil jika kita

yakin dalam usaha dan doa

Jangan pernah kamu mengubah impianmu, jika impianmu itu belum tercapai

Tetapi ubahlah cara mencapainya.

Never give up

Dengan Penuh Syukur Karya Ini Kupersembahkan Untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang Selalu Mendengarkan Doa- doaku

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

AGATHON CHARIS IRAWAN. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Matematika Topik Luas Permukaan Dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Sikap dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sikap siswa setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), (2) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas VIII SMP

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 23 siswa. Data diperoleh dari observasi, tes hasil belajar dan angket sikap. Data sikap siswa dianalisis dengan menentukan skor setiap pernyataan siswa dan menentukan kriteria sikap siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai kuis dan tes akhir kemudian dianalisis dengan persentase ketuntasan, rata-rata dan kriteria hasil belajar.

Hasil penelitian pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) menunjukkan bahwa: (1) Sikap siswa secara individu dalam mengikuti pembelajaran masuk dalam kriteria Positif dan Sangat Positif, dimana persentase terendah sebesar 60,83% dan persentase tertinggi sebesar 96,67%. Secara keseluruhan atau rata-rata kelas, sikap siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 77,97% yang termasuk dalam kriteria

Sangat Positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pembelajaran, seluruh siswa mau menerima pembelajaran matematika. (2) Hasil belajar sebagai berikut Kuis I memiliki ketuntasan belajar 82,61%, dengan rata-rata kelas 77,61 menurut KKM masuk dalam kategori

Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Baik. Kuis II memiliki ketuntasan belajar 56,52%, dengan rata-rata kelas 55,43 menurtut KKM masuk dalam kategori Belum Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Kurang. Tes akhir memiliki ketuntasan belajar 69,57% , dengan rata-rata kelas 65,74 menurut KKM masuk dalam kategori Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Cukup. Dari hasil belajar siswa yang telah diperoleh maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(9)

viii

ABSTRACT

AGATHON CHARIS IRAWAN. 2012. The Implementation Cooperative Learning Model of STAD type in Teaching Mathematic on Surface Area and Volume of Polyhedron Topics Seen From Attitude and Learning Result on Eight Grade Student of Pangudi Luhur Junior High School in Gantiwarno. Thesis. Mathematics Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aimed (1) to determine the attitudes of the students after learning with cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions), (2) to determine the student learning result in learning by using cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions) on eighth grade students of SMP

The reaserch used quantitative descriptive methods. The research was conducted in May 2012. The subjects of this study were junior high school students of class VIII B Pangudi Luhur Gantiwarno in the academic year 2011/2012, amounting to 23 students. Data obtained from observations, achievement test, and questionnaire. Data were analyzed to determine the attitudes of students score each statement and determine the criteria for student attitudes. Student learning outcomes derived from the value of quizzes and final test and then analyzed by percentage of completeness, average and learning result.

The results of the research on learning to implement cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions) show that: (1) The attitude of students individually in participating in the study criteria Positive and Very Positive, where the lowest percentage of 60.83% and the highest percentage of 96.67%. Overall or average grade, the attitude of students in learning to type STAD cooperative learning model at 77.97%, which is included in the criteria for Very Positive. (2) The following learning mastery learning quiz I have 82.61%, with the average grade 77.61 menurtut KKM Completed categorized according to the criteria and learning result in the category of good. Quiz II has a mastery learning 56.52%, with an average of 55.43 menurtut KKM class in the category of Not Completed and learning result according to the criteria in the category less. Final test mastery learning has 69.57%, with the average grade 65.74 menurtut KKM Completed categorized according to the criteria and learning result in the category of Self. From the learning result of students who have obtained the type STAD cooperative learning model can be used as an alternative learning can be done by teachers to improve student learning result.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan

ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP.

2. Bapak Drs. A. Atmadi. M.Si. selaku ketua JPMIPA.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan

Matematika.

4. Bapak Dominikus Arif Budi P., S.Si., M.Si, selaku dosen pembimbing

yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan

pengarahan dan bimbingan selama ini.

5. Bapak Drs. L. Sri Widodo, selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur

Gantiwarno yang telah berkenan memberikan ijin pada penelitian ini.

6. Bapak T. Suhadi, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Pogram Studi Pendidikan

Matematika yang telah membantu memperlancar skripsi ini.

8. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno yang telah

(11)

x

9. Bapak, Ibu, Adik-adikku tercinta terima kasih atas doa dan dukungan

yang telah kalian berikan.

10. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008 atas segala doa,

dukungan dan motivasi yang telah diberikan.

11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu

per satu.

Penulis mengharap kritik dan saran demi penyempurnaan penelitian di

masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi banyak pihak.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

(13)

xii

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Belajar dan Pembelajaran ... 10

1. Belajar ... 10

2. Pembelajaran ... 11

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

2. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

5. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

C. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 18

1. Pengertian STAD ... 18

2. Tahap-tahap Pelaksanaan Tipe STAD ... 18

D. Hasil Belajar ... 20

E. Sikap ... 22

1. Pengertian ... 22

2. Struktur Pembentuk Sikap ... 24

(14)

xiii

F. Materi ... 27

1. Pengertian Luas Permukaan dan Volume ... 27

2. Materi Luas Permukaan dan Volume ... 28

a) Kubus ... 28

b) Balok ... 31

c) Prisma ... 35

d) Limas ... 38

G. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu ... 42

C. Subjek Penelitian ... 42

D. Objek Penelitian ... 43

E. Rancangan Penelitian ... 43

F. Bentuk Data ... 44

G. Instrumen Penelitian ... 45

H. Metode Analisis Data ... 52

I. Penjadwalan Kegiatan ... 55

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA, ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ... 57

(15)

xiv

1. Observasi ... 57

2. Deskripsi Pelaksanaaan Penelitian ... 58

B. Data Penelitian ... 68

1. Sikap Siswa ... 68

2. Hasil Belajar ... 72

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 72

1. Analisis Sikap ... 72

2. Analisis Hasil Belajar ... 79

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

1. Sikap Siswa ... 83

2. Hasil Belajar Siswa ... 87

BAB V PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(16)

xv

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kriteria Sikap Siswa ... 73

Tabel 4.9 Kriteria Setiap Indikator ... 75

Tabel 4.10 Ketuntasan Siswa pada Tes Awal ... 79

Tabel 4.11 Ketuntasan siswa pada Kuis ... 81

Tabel 4.12 Ketuntasan Siswa pada Tes Akhir ... 82

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kubus Dan Jaring-Jaring Kubus ... 28

Gambar 2.2 Kubus Dengan Ukuran 1 Satuan ... 29

Gambar 2.3 Kubus Dengan Panjang Rusuk 2 Satuan ... 29

Gambar 2.4 Kubus Dengan Panjang Rusuk 3 Satuan ... 30

Gambar 2.5 Kubus Dengan Panjang Rusuk 4 Satuan ... 30

Gambar 2.6 Balok Dan Jaring-Jaring Balok ... 32

Gambar 2.7 Kubus Dengan Ukuran 1 Satuan ... 33

Gambar 2.8 Balok Dengan Ukuran 3 x 4 x 2 ... 33

Gambar 2.9 Balok Dengan Ukuran 5 x 3 x 2 ... 34

Gambar 2.10 Balok Dengan Ukuran 4 x 3 x 3 ... 34

Gambar 2.11 Prisma Segitiga Siku-Siku Dan Jaring-Jaring Prisma ... 35

Gambar 2.12 Balok Yang Dipotong ... 36

Gambar 2.13 Prisma ... 37

Gambar 2.14 Limas Dan Jaring-Jaring Limas ... 38

Gambar 2.15 Diagonal-Diagonal Ruang Balok Yang Membentuk Limas .... 39

Gambar 4.1 Guru Melakukan Presentasi Kelas Dan Siswa Memperhatikan . 75 Gambar 4.2 Suasana Saat Diskusi Kelompok ... 76

Gambar 4.3 Interaksi Yang Terjadi Saat Diskusi Kelompok ... 77

Gambar 4.4 Suasana Saat Presentasi Kelompok Secara Klasikal ... 78

Gambar 4.5 Siswa Memperagakan Alat Peraga ... 79

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran A1 Surat Keterangan Telah Penelitian ... 95

Lampiran A2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 96

Lampiran A3 Lembar Kerja Siswa ... 102

LAMPIRAN B Lampiran B1 Soal dan Kunci Kuis 1 ... 119

Lampiran B2 Soal dan Kunci Kuis 2 ... 122

Lampiran B3 Soal dan Kunci Tes Akhir ... 124

Lampiran B4 Angket Sikap ... 128

Lampiran B5 Lembar Pengamatan ... 132

LAMPIRAN C Lampiran C1 Data Skor Angket ... 133

Lampiran C2 Perhitungan Penghargaan Kelompok ... 135

Lampiran C3 Data Lembar Pengamatan Sikap ... 137

LAMPIRAN D Lampiran D1 Hasil Pekerjaan Kuis I ... 139

Lampiran D2 Hasil Pekerjaan Kuis II ... 142

Lampiran D3 Hasil Pekerjaan Tes Akhir ... 145

(19)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini, ilmu pengetahuan telah berkembang secara

pesat dan setiap orang dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut.

Untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut maka setiap orang harus

menempuh suatu pendidikan baik itu pendidikan formal maupun non formal.

Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh mutu atau kualitas proses

pembalajaran yang terjadi di dalamnya. Di dalam meningkatkan kualitas

proses pembelajaran, guru sangat berperan penting karena terlibat langsung

dalam proses pembelajaran, sehingga di sini guru diharapkan mempunyai

kreatifitas dalam pembelajaran untuk dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran.

Sebagai upaya untuk mengembangkan kreatifitas pembelajaran adalah

dengan menerapkan suatu strategi dan model-model pembelajaran yang

bervariasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru

adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu model pembelajaran yang menyenangkan dan terpusat

pada siswa. Model pembelajaran ini mengutamakan kerja sama antar siswa.

Guru bertugas sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa dalam proses

(20)

Teams Achievement Division (STAD), tipe ini merupakan tipe yang paling

sederhana dalam model pembelajaran kooperatif. Dalam tipe ini siswa diajak

untuk bekerja sama dalam kelompok dalam memahami materi. diharapkan

dengan model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) ini siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran

terutama pelajaran matematika.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangatlah berpengaruh

terhadap keberhasilan belajar siswa. Guru harus mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang menarik bagi siswa dan tidak hanya terpusat pada guru. Di

sini guru diharapkan mampu menerapkan suatu metode atau model

pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan terpusat pada siswa.

Selain proses pembelajaran ada hal lain yang berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar siswa yaitu usaha siswa sendiri atau faktor dari dalam

diri siswa. Salah satu faktor yang dari dalam siswa yang berpengaruh

terhadap keberhasilan belajar siswa adalah sikap siswa terhadap matematika.

Secara tidak disadari pada keadaan awal proses belajar mengajar, sikap siswa

ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar dari proses belajar mengajar itu

sendiri. Sikap siswa yang mau menerima atau senang terhadap matematika

maka dengan sendirinya siswa tersebut akan lebih mudah dalam menerima

atau mengikuti pembelajaran matematika, sebaliknya jika siswa tidak

menerima atau tidak senang terhadap pelajaran matematika maka siswa

tersebut akan mengalami kesulitan dalam menerima atau mengikuti

(21)

Namun dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada bulan April 2012 di SMP Pangudi Luhur Gantiwarno pada kelas VIII. Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa cenderung kurang memperhatikan pelajaran dengan baik, ini terlihat pada saat proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru banyak siswa yang mengobrol dengan teman lain, serta melakukan aktivitas lain yang tidak mendukung dalam pembelajaran. Ini mungkin terjadi karena mereka merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tetapi sebagian dari mereka terlihat aktif ketika siswa disuruh untuk maju mengerjakan soal, sebagian dari mereka maju dengan suka rela tanpa ditunjuk oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran yang dilakukan, diketahui bahwa dalam penyampaian pembelajaran, guru selalu menggunakan

teknik ceramah, karena teknik ceramah sering digunakan maka ini metode ini

merupakan metode pembelajaran konvensional. Dalam metode ini

pembelajaran lebih berpusat pada guru. Guru lebih menekankan pada

penyampaian informasi yang bersumber dari buku paket, referensi atau

pengalaman pribadi dengan menggunakan teknik ceramah, sehingga peran

guru disini adalah sebagai sumber dan pemberi informasi, sedangkan siswa

hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dalam proses

pembelajaran guru memberikan definisi dan rumus kemudian memberikan

contoh soal, setelah itu latihan soal yang terdapat pada buku. Dengan

demikian, peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa dalam proses

(22)

Secara garis besar, dari hasil pengamatan yang diperoleh bahwa

langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan

metode konvensional yakni guru memberikan penjelasan tentang materi,

memberikan contoh soal dan terakhir memberikan latihan soal yang harus

dikerjakan oleh siswa. Apabila guru tetap menggunakan cara pembelajaran

yang seperti itu maka siswa akan merasa cepat bosan dan malas dalam

mengikuti pelajaran matematika. Dalam penyampaian proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru ini dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap

pelajaran dan akhirnya akan berpengaruh pula pada hasil belajar siswa.

Seharusnya guru harus mampu menciptakan suatu pembelajaran yang

berbeda, menarik, dan menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa menjadi

lebih antusias dan tidak cepat bosan dalam mengikuti pelajaran matematika.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka peneliti akan melakukan

penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari sikap dan hasil belajar

matematika pada siswa di kelas VIII.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru belum terpusat pada siswa

sehingga dalam proses pembelajaran guru lebih berperan aktif dalam

(23)

2. Dalam menyampaikan materi guru masih cenderung dengan

menggunakan metode ceramah, media yang digunakan papan tulis dan

dengan sumber belajar buku paket.

3. Selama proses pembelajaran sebagian siswa cenderung tidak

memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung.

4. Siswa kurang terlibat dan cenderung pasif selama proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

diatas, maka penelitian yang akan dilakukan hanya dibatasi pada sikap siswa

terhadap matematika dan hasil belajar matematika pada pembelajaran dengan

model pembalajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) pada kelas VIII B dengan materi luas permukaan dan volume bangun

ruang sisi datar (kubus, balok, limas dan prisma).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a.Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(24)

b.Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) pada siswa SMP kelas VIII?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas yang telah diuraikan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah mancari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

muncul diatas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) pada siswa SMP kelas VIII.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa

SMP kelas VIII

F. Batasan Istilah

1. Sikap

Sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan untuk

menerima atau menolak matematika berdasarkan penilaian siswa

terhadap matematika sebagai obyek yang berharga atau tidak bagi siswa.

Siswa akan mempunyai sikap positif terhadap matematika apabila siswa

menilai matematika berguna baginya, sebaliknya jika siswa menilai

(25)

terhadap matematika. Dalam penelitian ini ditunjukkan dengan skor

angket sikap siswa terhadap matematika dan lembar pengamatan.

2. Hasil belajar

Hasil belajar siswa dalam matematika adalah tingkat keberhasilan

yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar

dalam matematika. Dalam penelitian ini ditunjukkan dengan skor tes

awal, kuis dan tes akhir.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa

untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

4. Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Tipe Student Teams Achievement Divisions adalah salah satu tipe

dalam model pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a) Guru melakukan presentasi tentang materi pelajaran yang akan

dilaksanakan.

b) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang heterogen

(terdiri dari 4-5 siswa ).

c) Siswa mendiskusikan bahan ajar LKS di dalam kelompok.

d) Siswa mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompok, sehingga

(26)

e) Guru melakukan penilaian secara individu dengan kuis atau ulangan.

5. Siswa

Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi

Luhur Gantiwarno.

6. Materi

Materi pokok dalam penelitian ini adalah luas permukaan dan

volume bangun ruang sisi datar. Pada penelitian ini materi luas

permukaan dan volume bangun ruang sisi datar hanya dibatasi oleh

kubus, balok, prisma dan limas. Untuk materi prisma dan limas yang

dibahas adalah prisma sisi tegak dan limas sisi tegak.

Arti judul dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan

hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions). Sikap dalam hal ini

adalah apakah siswa mau menerima pelajaran matematika ataupun proses

pembelajaran matematika. Sikap ini diperoleh dari angket dan

pengamatan, sedangkan hasil belajar dalam hal ini adalah nilai yang

diperoleh siswa dari tes yang diberikan pada materi luas dan volume

bangun ruang sisi datar.

(27)

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

sehingga guru dalam melakukan variasi dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Siswa

Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa memilki sikap

yang baik terhadap matematika dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa

semakin baik. Dalam penelitian ini juga melatih siswa agar dapat bekerja

sama dan dapat mengembangkan konsep pikiran mereka sendiri.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan

sekolah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di SMP.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman dalam meningkatkan

(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah

laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel,2009:59).

Sedangkan Suyono dan Hariyanto (2011:9) mengemukanan bahwa

belajar merupakan suatu untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

ketrampilan, memperbaiki tingkah laku, sikap dan mengokohkan

kepribadian.(belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar,2011,

remaja rosda karya, Bandung)

Menurut Herman Hudojo (1988:1) belajar merupakan kegiatan bagi

setiap orang, pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap

seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar.

Karena itu seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang

itu menjadi proses kegiatan yag mengakibatkan suatu perubahan tingkah

(29)

disertai dengan usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu

mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakan. Kegiatan dan usaha

untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar

sedang perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Dengan demikian

belajar menyangkut proses belajar dan hasil belajar.

Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pandangan di atas jadi dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses dimana seseorang akan memperoleh

pengetahuan atau ilmu, ketrampilan, perubahan tingkah laku dan sikap

serta menguatkan kepribadian yang di dapat dari pengalamannya dalam

berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

2. Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian

pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar.

Menurut Erman Suherman dkk (2001:8) proses pembelajaran dalam

arti sempit adalah proses pendidikan dalam lingkungan sekolah, sehingga

arti proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan

(30)

siswa. Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya ( Muhammad surya, 2004:7)

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan

kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian

intern yang langsung dialami siswa (Winkel, 2009).

Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan belajar dan mengajar,

ketiganya terjadi scara bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru

atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal, sedangkan

mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama antar siswa pada kelompoknya dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (modul PLPG,

2011:103). Menurut Suyatno (2009:51) Model pembelajaran kooperatif

adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja

sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan,

(31)

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar ( Sugiyanto, 2010: 37)

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan

asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan

benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif . model

pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya

menekankan kerja sama (Anita Lie, 2010).

Dari beberapa uraian tentang pengertian model pembelajaran

kooperatif diatas dapat disimpulkan bahwa model pemebelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan adanya kerja

sama antar anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu materi yang

diberikan oleh guru.

2. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini adalah beberapa unsur-unsur yang terkandung di dalam

model pembelajaran kooperatif :

a. Setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab terhadap segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya di samping

(32)

b. Setiap siswa harus mengetahui bahwa setiap semua siswa mempunyai

tujuan yang sama.

c. Setiap siswa dalam kelompok harus membagi tugas dan tanggung

jawab yang sama diantara anggota kelompok.

d. Setiap siswa akan dikenai evaluasi yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi dalam kelompokknya.

e. Setiap siswa dalam kelompok berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama.

f. Setiap siswa dalam kelompok dimintai mempertanggungjawabkan

secara individu materi yang ditangani dalam kelompok tersebut.

3. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa ciri dalam menggunakan model pembelajaran

kooperatif bagi siswa agar dalam pembelajaran dapat berjalan dengan

lancer. Adapun cirri-ciri tersebut sebagai berikut :

a. Siswa bekerja secara kooperatif dalam kelompoknya untuk

menyelesaikan materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang bervariasai, ditinjau dari

kemampuan akademis, ras, suku, budaya, jenis kelamin, dan lain-lain.

(33)

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Secara garis besar langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta

memotivasi siswa.

b. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

c. Guru menginformasikan pengelompokkan kepada siswa.

d. Guru membimbing, memotivasi, serta memfasilitasi kerja siswa dalam

kelompok belajar.

e. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

f. Guru memberi penghargaan hasil belajar baik secara individu maupun

kelompok.

5. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran dalam model pembalajaran

kooperatif. Menurut Slavin, tipe-tipe model pembelajaran kooperatif

tersebut adalah :

a. Student Teams Achievement Divisions ( STAD)

Dalam STAD siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap

kelompok anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Dalam pembelajarannya

guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian

(34)

seluruh anggota menuntaskan pelajaran tersebut. Dan akhirnya semua

siswa diberi kuis individual tentang bahan yang ajar tersebut. Dari kuis

individual tersebut siswa memperoleh skor individu dan skor individu

itu untuk menentukan poin perbaikan dengan cara membandingkan

skor individu dengan skor dasar mereka yang lalu. Dari poin perbaikan

masing-masing siswa tersebut dalam setiap kelompok kemudian

dijumlah untuk mendapat skor kelompok. Dari rata-rata skor kelompok

yang memenuhi kriteria dapat penghargaan kelompok.

b. Jigsaw

Pada jigsaw siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil

secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberi tugas untuk

mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka

bertugas menjadi “ahli” pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan

topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut setiap “ahli”

dibebaskan mengemukaan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi

untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang

menjadi bagiannya, para “ahli” tersebut kembali ke kelompoknya

masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada

teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari jigsaw adalah

pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dan

penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu

(35)

c. Team Games Tournament (TGT)

Hampir sama dengan STAD, siswa dikelompokkan secara

heterogen, setiap kelompok anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Dalam

pembelajarannya guru memulai dengan mempresentasikan sebuah

pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk

memastikan bahwa seluruh anggota menuntaskan pelajaran tersebut.Di

TGT tidak ada kuis tetapi hasil belajar di evaluasi dengan permainan

akademik seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan

ditentukan oleh prestasi kelompok.

d. Learning Together

Pengajar melakukan presentasi bahan pelajaran. Setelah itu pelajar

dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 6 orang mengerjakan

satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pengajar

kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh

pengajar sebagai hasil kerja individual.

e. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan

kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua pelajar di kelas.

Pengajar diharapkan untuk menerima tanggung jawab besar untuk

menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok

mereka sendiri bagaimana cara manguasai materi, dan memutuskan

bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh

(36)

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian STAD

STAD (Student Teams Achievement Divisions) dikembangkan oleh

Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Tipe

STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Dalam pembelajaran ini guru mengadakan presentasi kemudian

siswa berkelompok mengerjakan soal-soal latihan pada lembar kerja.

Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, yang terdiri dari siswa yang

berkemampuan tinggi, siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang

berkemampuan rendah. Setelah semua kelompok selesai bekerja, siswa

melakukan presentasi dan kemudian setelah presentasi selesai guru

melakukan evaluasi secara individu.

2. Tahap-tahap Pelaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Presentasi Kelas

Di awal pembelajaran guru melakukan presentasi kelas tentang

(37)

b. Kerja/diskusi kelompok

Dalam pembelajaran siswa belajar dalam kelompok yang terdiri

dari 4-5 orang mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru

sebagai fasilitator dan pembimbing apabila siswa megalami

kesulitan.

c. Presentasi Kelompok

Setelah setiap kelompok menyelesaikan diskusi kelompok, maka

dilakukan presentasi kelompok dimana setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi mereka.

d. Evaluasi/Kuis inidvidu

Setelah pembelajaran berakhir guru memberikan evaluasi/kuis

secara individu kepada siswa untuk mengetahui apakah siswa sudah

memahami materi yang telah dipelajari.

e. Skor Peningkatan Individual

Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar yang dihitung dari

kinerja rat-rata setiap siswa pada tes serupa sebelumnya. Kemudian

siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada banyak skor

kuis/tes melampaui skor dasar mereka. Adapun aturan pemberian

(38)

Tabel 2.1. Kriteria Skor Peningkatan Individu

Kriteria Skor Peningkatan

Lebih dari 10 angka di bawah skor dasar 5

1 sampai 10 angka di bawah skor dasar 10

Skor dasar sampai 10 angka di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 angka di atas skor dasar 30

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30

f. Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang skor

rata-rata kelompok melampaui kriteria tertentu. Berikut ini adalah

kriteria yang digunakan dalam memberikan penghargaan kelompok:

Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Rata-rata Skor Kelompok Kriteria

15 ≤ rata-rata skor < 20 Kelompok baik (good team) 20 ≤ rata-rata skor < 25 Kelompok hebat (great team) 25 ≤ rata-rata skor ≤ 30 Kelompok super (super team)

D. Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan

menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai

pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab

yang besar dalam membantu keberhasilan belajar siswa. Dalam setiap

mengikuti proses pembelajaran di sekolah setiap siswa mengharap

mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat

membantu siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

(39)

bidang, yaitu bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif

(berhubungan dengan sikap dan nilai), dan bidang psikomotorik

(kemampuan ketrampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri

sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, bahkan

membentuk hubungan hierarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai,

ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh

karena itu, ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar

siswa dari proses pengajaran. Di antara ketiga ranah tersebut ranah

kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran (Nana Sudjana, 2010 : 22-23).

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada

diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan

terjadinya perubahan dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya, seperti dari tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu

menjadi tahu, dan tidak sopan menjadi lebih sopan.

Hasil belajar matematika dapat diartikan penguasaan terhadap materi

pelajaran matematika, meningkatkan sikap positif terhadap matematika,

dan terampil menggunakan matematika untuk memecahkan

masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini untuk

mengetahui tingkat hasil belajar siswa ditinjau dari segi kognitifnya saja

(40)

E. Sikap

1. Pengertian

Menurut Slameto (2010:188) Salah satu faktor yang mempengaruhi

hasil belajar adalah sikap. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan

sikap menentukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi serta

menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.

Dalam studi kepustakaan mengenai sikap diuraikan bahwa sikap

merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi

sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada

obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut

dipengaruhi oleh lingkungan social dan kesediaan untuk bereaksi dari

orang tersebut terhadap obyek. (Mar’at,1981;9)

Menurut Winkel (2009:177) mengemukakan bahwa sikap (attitude)

adalah kecenderungan seseorang menerima atau menolak suatu obyek

berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau

tidak. Bila obyek dinilai baik bagi dirinya maka dia mempunyai sikap

positif, sedangkan bila obyek dinilai jelek bagi dirinya maka dia

mempunyai sikap negatif.

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon evaluatif

berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya

didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

(41)

positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangka, yang kemudian mengkristal

sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,1995;15).

Menurut beberapa pandangan tentang pengertian sikap diatas,

dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk

menerima atau menolak sesuatu hal berdasarkan penilainnya terhadap hal

tersebut apakah hal tesebut baik atau tidak baik bagi dirinya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sikap.

Maka sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan siswa

menerima atau menolak pelajaran matematika berdasarkan penilaian

siswa terhadap pelajaran matematika sebagai suatu pelajaran yang

baik/berharga atau tidak baik/tidak berharga bagi siswa.

Dengan sikap yang positif maka dalam diri peserta didik akan

tumbuh dan berkembang minat belajar, akan mudah diberi motivasi dan

akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan. Sikap

yang positif siswa terhadap mata pelajaran matematika dapat dijadikan

sebagai pedoman yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Sebaliknya, sikap siswa yang negatif terhadap pelajaran matematika

dapat menghambat mereka dalam mengikuti proses pembelajaran

(42)

2. Struktur Pembentuk Sikap

Ada tiga komponen yang membentuk sikap yaitu kognisi, afeksi dan

konasi, dimana ketiganya saling menunjang, seperti yang dikemukakan

oleh Saifuddin Azwar, sebagai berikut:

a. Komponen kognitif

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau

apa yang benar bagi objek sikap. Sebagai contoh, misalnya ada

seorang siswa pernah mengalami kejadian dimana saat dia

bersekolah dia selalu mempunyai seorang guru matematika yang

sangat galak, jadi dia mempunyai kepercayaan dan kesimpulan

bahwa semua guru matematika adalah guru yang galak.

b. Komponen afeksi

Menyangkut masalah yang emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Komponen ini berkenaan dengan

perasaan yang dimiliki seseorang dalam menanggapi obyek. Sebagai

contoh, seorang siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika

karena guru matematikanya galak .

c. Komponen konasi / perilaku

Menunjukkan perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada

dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya. Komponen ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan

dan perasaan seseorang terhadap stimulus tertentu. Sebagai contoh,

(43)

yang menjadikan siswa itu tidak menyukai matematika maka ia akan

enggan untuk mengikuti segala kegiatan dalam pembelajaran

matematika.

3. Faktor-faktor Pembentuk Sikap

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

manusia terhadap suatu objek yang dikemukakan oleh Saifuddin Azwar,

sebagai berikut:

a. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah atau sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk

dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus

mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat yang melibatkan

faktor emosional, dengan begitu maka sikap akan lebih mudah

terbentuk.

b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita

harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat

kita, seseorang yang tidak mungkin kita kecewakan, atau seseorang

yang berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi

(44)

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa kita sadari,

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan

kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam

pembentukan sikap individual. d. Media Massa

Sebagai saran komunikasi, media massa mempunyai pengaruh

besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif

baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan

sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat,

akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moraldalam diri

individu. Pemahaman akan baik dan buruk, benar dan salah, garis

pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajarannya.

(45)

yang ikut berperan dalamm menentukan sikap individu terhadap

suatu hal.

f. Pengaruh Faktor Emosional

Suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap

yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah menghilang

akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan

bertahan lama.

F. Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar 1. Pengertian Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang

a. Luas Permukaan

Luas adalah banyaknya persegi satuan yang dapat digunakan

untuk menutup (secara tepat) suatu daerah.

Luas permukaan adalah banyaknya persegi satuan yang dapat

digunakan untuk menutupi seluruh permukaan bangun ruang.

b. Volume

Volume adalah banyaknya kubus satuan yang dapat menempati

(46)

2. Materi Luas Permukaan Dan Volume Bangun Ruang Sisi datar a. Kubus

Kubus adalah benda ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar

yang masing-masing berbentuk persegi yang sama dan sebangun

atau kongruen.

1) Luas permukaan Kubus

Bagaimana menentukan luas permukaan kubus?

Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH beserta jaring-jaringnya

di bawah ini

Gambar 2.1 kubus dan jaring-jaring kubus Kubus ABCD.EFGH di atas memiliki panjang rusuk r satuan.

Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti kita sama saja

menghitung luas jaring kubus tersebut. Oleh karena

jaring-jaring kubus merupakan 6 persegi yang sama dan kongruen maka

(47)

Jika suatu kubus memiliki panjang rusuk r satuan, maka luas

permukaan kubus dirumuskan:

2) Volume Kubus

Bagaimana menentukan volume kubus?

Dengan bantuan kubus satuan kita dapat menentukan volume

suatu kubus. Menentukan volume suatu kubus berarti menentukan

banyak kubus satuan yang dapat mengisi suatu kubus sampai

penuh.

Gambar 2.2 Kubus dengan ukuran 1 Satuan

Untuk menentukan volume kubus perhatikan langkah-langkah

berikut ini

Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar 2.3 kubus dengan panjang rusuk 2 satuan KUBUS A memiliki panjang rusuk 2 satuan.

Banyaknya kubus satuan yang digunakan untuk mengisi KUBUS A hingga penuh adalah 2 × 2 × 2 = 8 kubus satuan

Luas permukaan kubus = 6r2

1 satuan

1 kubus satuan

(48)

Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar 2.4 kubus dengan panjang rusuk 3 satuan KUBUS B memiliki panjang rusuk 3 satuan.

Banyaknya kubus satuan yang digunakan untuk mengisi KUBUS B hingga penuh adalah 3 × 3 × 3 = 9 kubus satuan

Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar 2.5 kubus dengan panjang rusuk 4 satuan KUBUS B

(49)

KUBUS C memiliki panjang rusuk 4 satuan.

Banyaknya kubus satuan yang digunakan untuk mengisi KUBUS C hingga penuh adalah 4 × 4 × 4 = 64 kubus satuan

Tabel 2.3 Volume Kubus

Panjang rusuk kubus Volume kubus

2 cm 2 × 2 × 2 = 8 = 2 3 cm3

3 cm 3 × 3 × 3 = 9 = 3 3 cm3

4 cm 4 × 4 × 4 = 64 = 43 cm3

5 cm 5 × 5 × 5 = 125 = 53 cm3

r cm r × r × r = r3 cm3

Jika suatu kubus memiliki panjang rusuk s satuan, maka volume

kubus dirumuskan :

b. Balok

Balok adalah benda ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar

yang masing-masing berbentuk persegi panjang.

1) Luas permukaan

Bagaimana menentukan luas permukaan balok?

Perhatikan gambar balok ABCD.EFGH beserta jaring-jaringnya

di bawah ini, kemudian jawablah pertanyaan yang ada.

(50)

Gambar 2.6 balok dan jaring-jaring balok

Balok ABCD.EFGH di atas memiliki ukuran panjang p satuan,

lebar l satuan dan tinggi t satuan. Dengan demikian, luas

permukaan balok tersebut adalah

Luas Permukaan balok

= Luas persegi panjang ABCD + Luas persegi panjang ADEH +

Luas persegi panjang CBFG + Luas persegi panjang DCGH +

Luas persegi panjang ABEF + Luas persegi panjang EFGH

= (p x l) + (l x t ) + (l x t) + (p x t) + (p x t) + ( p x l)

= 2 (p x l) + 2 (l x t ) + 2 (p x t)

= 2 { (p x l) + (l x t ) + (p x t) }

= 2 ( pl x lt x pt )

Jika suatu balok berukuran panjang p satuan , lebar l satuan , dan

tinggi t satuan, maka luas permukaan balok dirumuskan:

(51)

2) Volume

Bagaimana cara menentukan volume balok?

Dengan bantuan kubus satuan, kalian dapat menentukan volume

balok. Menentukan volume balok berarti menentukan banyaknya

kubus satuan yang digunakan untuk mengisi balok hingga penuh.

Gambar 2.7 kubus dengan ukuran 1 satuan Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.8 balok dengan ukuran 3 x 4 x 2 Berdasarkan gambar di atas, BALOK A memiliki ukuran panjang 3 satuan, lebar 4 satuan dan tinggi 2 satuan.

Banyaknya kubus satuan yang mengisi BALOK A hingga penuh adalah 3 × 4 × 2 = 24 kubus satuan

Perhatikan gambar di bawah ini!

1 satuan

1 kubus satuan

(52)

Gambar 2.9 balok dengan ukuran 5 x 3 x 2 Berdasarkan gambar di atas, BALOK B memiliki ukuran panjang 5 satuan, lebar 3 satuan dan tinggi 2 satuan.

Banyaknya kubus satuan yang mengisi BALOK Bhingga penuh adalah 5 × 3 × 2 = 30 kubus satuan

Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar 2.10 balok dengan ukuran 4 x 3 x 3

Berdasarkan gambar di atas, BALOK C memiliki ukuran panjang 4 satuan, lebar 3 satuan dan tinggi 2 satuan..

Banyaknya kubus satuan yang mengisi BALOK C hingga penuh adalah 4 × 3 × 2 = 24 kubus satuan

BALOK B

(53)

Tabel 2.4 Volume Balok

Panjang balok Lebar balok Tinggi balok Volume balok

3 cm 4 cm 2 cm 3 × 4 × 2 = 24 cm3

5 cm 3 cm 2 cm 5 × 3 × 2 = 30 cm3

4 cm 3 cm 3 cm 4 × 3 × 3 = 36 cm3

6 cm 5 cm 4 cm 6 × 5 × 4 = 120 cm3

p cm l cm t cm p × l × t = plt cm3

Jika suatu balok berukuran panjang satuan , lebar satuan ,

dan tinggi t satuan, maka volume balok dirumuskan:

c. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang

sejajar (bidang alas dan bidang atas) dan oleh bidang-bidang lain

(bidang-bidang sisi) yang saling berpotongan menurut rusuk-rusuk

yang sejajar.

1) Luas permukaan

Bagaimana menentukan luas permukaan prisma?

Perhatikan prisma ABCD.EFGH beserta jaring-jaringnya berikut

ini.

(54)

Terlihat bahwa prisma segitiga ABCdan segitiga DEF memiliki

sepasang segitiga yang identik dan tiga buah persegipanjang

sebagai sisi tegak. Dengan demikian, luas permukaan prisma

segitiga tersebut adalah :

Luas Permukaan Prisma

Bagaimana Menentukan volume prisma ?

Balok ABCD.EFGH memiliki ukuran panjang p satuan, lebar l

satuan dan tinggi t satuan.

Selanjutnya perhatikan ilustrasi berikut ini.

Gambar 2.12 balok yang dipotong

(55)

Apabila balok ABCD.EFGH tersebut dipotong menurut bidang

diagonal ACGE, maka akan diperoleh dua prisma yang saling

kongruen. Salah satunya prisma ABC.DEF seperti tampak pada

gambar di bawah ini:

Gambar 2.13 prisma

Ternyata hasil belahan balok tersebut membentuk prisma

segitiga seperti pada gambar diatas. Dengan demikian, volume

prisma segitiga adalah setengah kali volume balok.

Volume Prisma ABC.EFG

= ½ x Volume balok ABCD.EFGH

= ½ x ( p x l x t )

= ( ½ x p x l ) x t

= Luas alas x tinggi

Jadi, volume prisma yang dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut :

F

C

A B

G E

p l

t

(56)

d. Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang

alas yang berbentuk segi-n dan oleh bidang-bidang sisi yang

berbentuk segitiga.

1) Luas permukaan

Bagaimana menentukan luas permukaan limas?

Agar lebih jelas, perhatikan limas T.ABCD beserta

jaring-jaringnya berikut, kemudian tentukan luas permukaan limas

tersebut.

Gambar 2.14 limas dan jaring-jaring limas

Gambar di atas adalah sebuah Limas terbentuk dari alas

berbentuk persegi, dan 4 buah segitiga yang kongruen.

Luas permukaan Limas:

= L. alas + 4. L. segitiga

= (2a x 2a) + (4 .½ at)

= (2a)2 + 2at

Jadi, luas permukaan Limas dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Luas Permukaan Limas = Luas alas + jumlah Luas sisi tegak

(57)

2) Volume

Bagaimana menentukan volume limas?

Volume limas dapat diperoleh dari volume suatu kubus.

Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 2.15 diagonal-diagonal ruang balok yang membentuk limas Gambar di atas memperlihatkan sebuah kubus ABCD.EFGH

yang panjang rusuknya 2r satuan. Empat diagonal ruangnya

saling berpotongan di titik T sehingga terbentuk suatu limas. Jika

diamati secara cermat, keempat diagonal ruang tersebut

membentuk 6 buah limas segiempat, yaitu limas segiempat

T.ABCD, T.BCFG, T. ABEF, T. ADEH, T. DCGH, T. EFGH.

Dengan demikian, volume kubus ABCD.EFGH merupakan

gabungan volume keenam limas tersebut.

(58)

=

Jadi, Volume Limas dapat dirumuskan sebagai berikut :

G. Kerangka Berpikir

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Pada proses pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih berperan aktif sedangkan

siswa hanya pasif. Memungkinkan siswa menjadi bosan dalam mengikuti

pelajaran dan ini dapat mempengaruhi sikap siswa yang akan menerima

matematika secara negatif, sehingga siswa akan merasa tidak nyaman apabila

belajar matematika. Apabila ini terjadi maka pada akhirnya akan

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Oleh karena itu untuk mengatasi hal itu maka guru bisa menggunakan

model pembelajaran kooperatif, dalam pembelajaran kooperatif ini

diharapkan proses pembelajaran dapat berpusat pada siswa sehingga siswa

dapat menyusun konsep suatu materi dengan cara mereka sendiri tidak

bergantung pada guru saja. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah

Volume Limas =

3 1

(59)

tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Tipe merupakan salah

model pembelajaran kooperatif yang sederhana. Diharapkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat memberikan kesan yang positif

terhadap siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan lagi dengan proses

pembelajaran. Maka pada akhirnya model pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini dapat menumbuhkan sikap siswa yang positif terhadap pelajaran

matematika, sikap yang positif diantaranya mengikuti pelajaran dengan baik,

memperhatikan penjelasan dari guru, mengerjakan tugas, membantu teman

yang mengalami kesulitan dan mau bekerja sama dalam kelompok. Dengan

sikap yang positif maka dalam diri peserta didik akan tumbuh dan

berkembang minat belajar, akan mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah

menyerap materi pelajaran yang disampaikan.

Pada akhirnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat

memberikan dampak yang positif kepada siswa, sehingga siswa mempunyai

(60)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian menggunakan pendekatan metode

deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendiskripsikan hasil kuantitatif yang

diperoleh dari hasil belajar dan angket sikap siswa yang didukung dengan

pengamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap dan

hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas

VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno. Untuk meneliti sikap dengan

menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada siswa dan melalui lembar

pengamatan yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran

berlangsung. Sedangkan untuk meneliti hasil belajar peneliti menggunakan

tes awal, kuis dan tes akhir serta dengan pengamatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur Gantiwarno pada kelas

VIII B semester genap tahun ajaran 2011/2012, dengan waktu penelitian pada

bulan Mei 2012.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur

(61)

jumlah siswa putra 11 orang dan jumlah siswa putri 12 orang. Jadi jumlah

subyek yang akan diteliti adalah 23 siswa. Guru dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri.

D. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah sikap dan hasil belajar pada pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIII

SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.

E. Rancangan Penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada satu kelas, dimana kelas tersebut diberi

perlakuan khusus yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. Di

dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru, jadi peneliti terlibat aktif

dalam situasi yang akan diteliti. Dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dibagi ke dalam 5 kelompok.

Setiap siswa diberikan LKS yang digunakan untuk berdiskusi dalam setiap

kelompok. Setelah berdiskusi siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

mereka di depan kelas dan di akhir sub bab siswa diberi kuis.

Sebelum pembelajaran pada materi luas permukaan dan volume bangun

ruang sisi datar dimulai, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal. Tes

awal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap

(62)

adalah materi yang akan mereka terima yaitu luas permukaan dan volume

bangun ruang sisi datar meliputi kubus, balok, limas dan prisma, untuk materi

volume kubus dan balok sudah pernah diajarkan pada tingkat Sekolah Dasar.

Tes awal ini juga digunakan untuk membentuk kelompok yang akan

digunakan dalam pembelajaran kooperatif. Setalah semua materi telah

dipelajari siswa kemudian diberi tes akhir. Tes akhir ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain tes awal dan tes akhir

untuk mengetahui hasil belajar juga dilakukan dengan memberikan kuis, kuis

ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa akan materi yang baru

mereka terima pada setiap sub bab dan juga dengan pengamatan selama

proses pembelajaran berlangsung.

Selama proses pembelajaran peneliti juga melakukan observasi terhadap

sikap siswa terhadap matematika dengan bantuan teman observer. Dan juga di

akhir pembelajaran peneliti memberikan angket sikap siswa. Sikap siswa

dianalisis dari hasil pengamatan dan angket sikap siswa.

F. Bentuk Data

1. Data Sikap Siswa

Data sikap siswa berupa skor yang diperoleh dari kuisioner yang diisi

oleh siswa, dan hasil pengamatan dengan lembar pengamatan selama

(63)

2. Data Hasil Balajar Siswa

Data hasil belajar siswa diambil dari nilai siswa yang berupa angka.

Alat yang digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa berupa test

hasil belajar siswa berdasarkan kisi-kisi dan indikator yang telah

ditentukan.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang akan digunakan.

Adapun instrumen-instrumen tersebut adalah:

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal tes, dan LKS yang dibuat dengan

mengacu pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan materi luas permukaan dan volume bangun

ruang sisi datar.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun oleh peneliti dengan mengacu pada pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada topik luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar.

Supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai

dengan harapan, maka RPP dibagi menjadi dua bagian. RPP 1

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Skor Peningkatan Individu
Gambar 2.2 Kubus dengan ukuran 1 Satuan
Gambar 2.4 kubus dengan panjang rusuk 3 satuan
Tabel 2.3 Volume Kubus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar Sistem

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolaborasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Model Pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-C

1) Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau

Dengan model model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), diharapkan peserta didik lebih termotivasi dan bersemangat dalam pembelajaran

Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada prestasi tim yang diperoleh dari jumlah

Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Teams Achievement Division merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang