NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL“MENDAYUNG IMPIAN” KARYA REYHAN ABDURROHMAN DAN NOVEL“KETIKA MAS GAGAH
PERGI” KARYA HELVY TIANA ROSA
VALUE EDUCATION IN NOVEL " MENDAYUNG IMPIAN " WRITTEN BY REYHAN ABDURROHMAN AND NOVEL " KETIKA MAS GAGAH
PERGI " WRITTEN BY HELVY TIANA ROSA
TESIS
Oleh
HIDAYAT MUH. NATSIR NIM 105.04.09.114. 14
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL“MENDAYUNG IMPIAN” KARYA REYHAN ABDURROHMAN DAN NOVEL“KETIKA MAS GAGAH
PERGI” KARYA HELVY TIANA ROSA
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister
Program Studi
Magister pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Kekhususan : pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Disusun dan diajukan oleh:
HIDAYAT MUH. NATSIR NIM 105.04.09.114. 14
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan penuh kesadaran, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hidayat Muh. Natsir
Nim : 105.04.09.114. 14
Program Studi : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Judul Tesis :Nilai Pendidikan Pada Novel“Mendayung Impian”
Karya Reyhan Abdurrohman Dan Novel“Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa
Menyatakan dengan sesunggunya bahwa tesis yang penulis buat adalah benar karya sendiri.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa tesis ini merupakan duplikat atau plagiat, maka saya bersedia dituntut secara hukum.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Makassar, 19 Pebruari 2016
Yang berjanji,
HIDAYAT MUH. NATSIR
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL“MENDAYUNG IMPIAN” KARYA REYHAN ABDURROHMAN DAN NOVEL“KETIKA MAS GAGAH PERGI” KARYA HELVY
TIANA ROSA
Yang disusun dan diajukan oleh:
HIDAYAT MUH. NATSIR NIM 105.04.09.114. 14
Telah dipertahakan di hadapan Panetia Ujian Tesis Pada tanggal ...
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M.Pd. Dr. Munirah, M. Pd.
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M.Pd.
Ketua Program Pascasarjana Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum
MOTTO
Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, Jika itu hanya dipikirkan.
Sebuah cita-cita juga adalah beban, Jika itu hanya angan-angan
Kupersembahkan:
Untuk ayahanda, Ibunda, adik, keluarga besar komunitas Akar Pelangi,
sahabat dan teman – teman penulis
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah rabbil alamin, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tesis ini berjudul ” Nilai Pendidikan Novel “Mendayung Impian”
Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan keberadaan tesis ini dapat embantu perbendaharaan ilmu penulis sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.
Tujuan utama penulisan tesis ini adalah mendeskripsikan
penggambaran nilai pendidikan. Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari
berbagai kendala dan hambatan, bahkan telah banyak menuntut
pengorbanan, namun penulis berusaha mengambil hikmah bahwa
semua ini merupakan romantika dalam mengarungi dunia pendidikan
yang serba kompleks. Seirama dengan dekap waktu perjalanan dalam mengarungi dunia pendidikan yang terjal, telah banyak menelan waktu,biaya, dan tenaga. Dengan mengarahkan semua porsi yang dimiliki oleh penulis tetapi berkat rahmat Allah SWT. segala sesuatu dapat diatasi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dorongan yang sangat berharga dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih, serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said, DM., M.Pd.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, kepada Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Ketua Program Studi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, pembimbing I Prof. Dr. H.
M. Ide Said DM, M.Pd Dan pembimbing II Dr.Munirah M.Pd , atas segala
arahan dan bimbingannya. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang
tulus penulis juga sampaikan kepada Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, Dr. H. Irwan Akib, M.Pd atas segala arahan yang diberikan
sejak masa perkuliahan sampai pada proses penyelesaian tesis ini.
Terima kasih teristimewa kepada seluruh keluarga dan kerabat yang telah membantu, khususnya kepada kawan-kawan seperjuangan, mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2015 atas kerja sama dan perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih nan tulus.
Penulis menyadari bahwa meskipun tesis ini telah dibuat dengan usaha yang maksimal, tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini senantiasa penulis harapkan. Penulis mengharapkan tesis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. Amin.
Makassar, februari 2016
HIDAYAT MUH. NATSIR
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS... HALAMAN PENGESAHAN... MOTO... Lembar Persetujuan Pembimbing ... Ii Kata Pengantar... Iii Daftar Isi ... V ABSTRAK... ABSTRACK... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Focus Penelitian... 9
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Manfaat Hasil Penelitian... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR
A. Tinjauan Pustaka... 12
1. Penelitian Relevan... 12
2. Nilai Pendidikan... 14
a. Nilai Religius... 20
b. Nilai Moral... 21
c. Nilai Sosial... 22
d. Nilai Budaya... 23
3. Pengertian Novel... 25
4. Jenis-jenis Novel...……... 26
5. Unsur-Unsur Pembangun Novel... 27
B. Kerangka Pikir... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 38
B. Focus Penelitian... 40
C. Data dan Sumber Data... 41
D. Teknik Pengumpulan Data... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 43
a. Nilai Religius... 43
b. Nilai Moral... 76
c. Nilai Sosial... 99
d. Nilai Budaya... 120
B. Pembahasan... 130
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 137
B. Saran... 138
DAFTAR PUSTAKA... 139
LAMPIRAN... 143
IDENTITAS PENULIS
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL PENELITIAN : NILAI PENDIDIKAN NOVEL “MENDAYUNG IMPIAN”
KARYA REYHAN ABDURROHMAN DAN NOVEL
“KETIKA MAS GAGAH PERGI” KARYA HELVY TIANA ROSA
NAMA MAHASISWA : HIDAYAT MUH. NATSIR
NIM : 105.04.09.114. 14
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BAHASA
KEKHUSUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Makassar, 19 Pebruari 2016
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M.Pd. Dr. Munirah, M. Pd.
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M.Pd.
Ketua Program Pascasarjana Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum
ABSTRAK
Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa , (2) mendeskripsikan bentuk penyampaian nilai pendidikan dalam novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa. Subjek penelitian ini adalah novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa , sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan dalam novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa dan bentuk penyampaian nilai pendidikan dalam novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa . Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi atau studi pustaka. Data hasil dokumentasi dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif.
Berdasalkan hasil yang peroleh nilai pendidikan yang paling banyak ditemukan dalam novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman ini adalah nilai pendidikan sosial dan novel “Ketiga Mas Gagah Pergi” karya Helvy Tiana Rosa adalah nilai pendidikan religius. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel ini sudah di dukung oleh teori-teori yang relevan. Pada dasarnya pengarang mendominasi novel
“Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman ini dengan nilai pendidikan sosial dikarenakan pengarang ingin pembaca khususnya masyarakat Indonesia sadar akan kepedulian mereka terhadap sesama khusunya dalam hal pendidikan dan novel “Ketiga Mas Gagah Pergi” karya Helvy Tiana Rosa, pengarang ingin pembaca khususnya masyarakat Indonesia agar sadar akan pentingnya memahami dan mengaplikasikan nilai religuis dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan sebagai umat yang beragama, islam pedoman yang paling utama dalam keshidupan.
Pengarang ingin menyadarkan nilai religius menjadi sebuah keutaman untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Peneliti menyarankan agar penganalisisan karya sastra terus dilakukan oleh penikmat sastra sehingga penikmat sastra dapat menambah wawasan dan mempertajam daya kritisnya terhadap permasalahan yang diungkapkan dalam karya sastra. selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa dengan sudut permasalahan yang berbeda sehingga pemahaman pembaca terhadap pesan yang disampaikan pengarang semakin mendalam.
Kata Kunci : sastra, Nilai Pendidikan
Abstract
This study aims to (1) describes the educational value in the novel “Mendayung Impian” by Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” by Helvy Tiana Rosa , (2) describes the deliver form of educational value in the novel Novel
“Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi”by Helvy Tiana. The subject of this research is the novel Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa, while the objects of this research are the educational value in the novel Novel “Mendayung Impian”by Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” by Helvy Tiana Rosa and the deliver form of educational value in the novel Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” by Karya Helvy Tiana Rosa. The data collection method which use in this research is the method of documentation. The documentation results were analyzed by qualitative descriptive techniques. Based on the results obtained educational value is most prevalent in the novel "Mendayung Impian" Reyhan M.Abdurrohman work are social and educational value of the novel "Ketika Mas Gagah Pergi" by Helvy Tiana Rosa is the value of religious education. The values contained in this novel is already supported by relevant theories. Basically the author dominates the novel "Mendayung Impian" by Reyhan M.Abdurrohman work with social educational value because the author wants the reader, especially the people of Indonesia are aware of their concern for others especially in terms of education
and the novel "Ketika Mas Gagah Pergi" by Helvy Tiana Rosa, author want readers especially the people of Indonesia to be aware of the importance of understanding and applying the values religuis in accordance with the guidance of life as a religious community, the Islamic guidelines for the most important in life. Author wants to awaken religious values to be a keystone to draw closer to Allah. Researchers suggest that analyzing literary work continues to be done by literature devotee so they could get more knowledge and sharpen critical to the problems expressed in the literature. Beside that, continuously research is needed to the novel “Mendayung Impian” by Reyhan Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” by Helvy Tiana Rosa with different point of views so the reader will understand the message that will given by the writer.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem Pendidikan Nasional N0.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 2 mengamanatkan bahwa Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakarkan nilai religius, nilai moral, nilai sosial, nilai kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggapan perubahan zaman.
Bangsa, sebenarnya kaya dengan ajaran dan nilai-nilai luhur yang bisa menetralisasikan dalam nilai pendidikan. Hampir setiap suku bangsa di Negeri ini, secara turun-temurun mengajarkan nilai-nilai yang mereka percaya sebagai suatu yang luhur kepada generasi penerusnya.
Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia sudah mulai melupakan nilai religius, nilai sosial, nilai moral dan budaya bangsa.Padahal, nilai religius, nilai sosial, nilai moral dan budaya, merupakan satu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan dalam diri kepada anak-anak. Dari berbagai peristiwa saat ini mulai dari kasus kekerasan anak dalam rumah tangga, kasus penipuan, kasus narkoba, kasus korupsi dan berbagai macam program acara televisi yang memiliki
dampak negatif didalam media ini pun kerap dengan mudah memengaruhui keseharian pada pemirsa, terkait soal adab dan akhlak masyarakat.
Maraknya tayangan kekerasa melalui media televisi, baik dengan berita kriminal maupun dari sinetron-sinetron yang tidak mendidik, telah memberi dampak negatif kepada pemirsanya. Berbagai berita kriminal, dianggap justru menginsprikan dan mendorong makin maraknya tindakan kriminal lain dimasyarakat. Sementara, tontonan yang mengandung tontonan yang mengandungi unsur kekerasan, juga ditengarai mendorong masyarakat berbuat yang sama. Selain itu, penelitian menunjukkan kekerasan di media meningkatkan kegelisahan, ke tidakutan dan perilaku agrasif, kurang tidur, serta masalah pendidikan dan perhatian kepada kalangan anak-anak.
Ditambah lagi anak-anak yang dihibur dengan kekerasan dapat menjadi kurang peka dan tidak menantang saat diger tidak, membuat lingkungan sekolah dan tempat tinggal lebih berbahaya bagi kehidupan anak.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Vetran Surbaya.
Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa pelaku kejahatan seperti pencurian, pembunuhan dan pemerkosaan banyak menyontek kejahatan yang dilakukan sebelumnya. Salah satunya, melalui referensi dari tayangan tindak kriminalitas di televisi yang akhirnya membuat membuat imitasi masyarakat,
Banyak faktor yang menyebabkan rutuhnya potensi bangsa Indonesia pada saat ini. Diantaranya dalah faktor pendidikan. tentu sadar bahwa
pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengaklerasi pembinaan karakter bangsa dan juga fungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan nilai-nilai pendidikan .
Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi nilai luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat hiroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Pendidikan sebagai sarana membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk membangkitkan daya saing bangsa, Pendidikan sebagai menginterealisasikan kedua aspek di atas yakni re- aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta compotitif, kedalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah.
Manusia sebagai makhluk sosial mampu mencip tidakan norma-norma untuk mengatur kehidupannya, baik kehidupan individu maupun kehidupan sosial. Pandangan manusia sebagai makhluk sosial didasari oleh keyakinan bahwa hati nurani manusia memiliki dasar nilai agama nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya yang baik. Nilai-nilai inilah yang mendorong manusia untuk berperilaku lebih baik.
Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat terle tidak sumber daya manusia Indonesia yang handal dalam penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diaplikasikan dalam nilai religius, nilai sosial, nilai moral dan nilai budaya.
Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.
Pengertian karya sastra di dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI),(Sugiono, 2008:1230), berarti sastra yang imbul setelah manua mengenal tulisan di Indonesia karya sasra mulai berlangsung setelah bangsa Indonesia berbaur dengan kebudayaan asing seperti kedayaan Hindu, Islam, dan Barat. Adapun kegunaan dan fungsi karya sastra dalam masyarakat yaitu sebagai nasehat atau pesan. Nasehat atau pesan berupa ajakan atau petuah, bimbingan larangan melakukan sesuatu tindakan. Hal ini berarti bahwa sastra mengandung nilai pendidikan atau pengajaran bagi manusia.
Karya sastra dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sastra lama (klasik) dan sastra baru (sastra modern). Sastra lama biasa juga disebut sastra daerah (regional) yang menggunakan bahasa daerah yang terbesar diseluruh Nusantara. Sastra modern atau sastra Indonesia( Nasional), menggunakan bahasa Indonesia. Secara teknis sastra lama dibedakan dua macam yaitusastra lisan dan sastra tulis.
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus.
Novel merupakan salah satu karya sastra dan merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan memunyai unsur interistik dan ektrinstik yang banyak mengambarkan tentang kehidupan manusia. Dalam sebuah novel si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk megarahkan si pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Sudjiman (1984:53).
Oleh karena itu, novel merupakan salah satu sumber penanaman nilai-nilai karakter bangsa yang harus dikembangkan.
Beberapa novel umumnya menceri tidakan peristiwa-peristiwa yang mengandung nilai-nilai. Nilai-nilai dalam sebuah novel menjadi cermin dalam kehidupan untuk disampaikan kepada pembacanya. Menurut Wellek dan Warren (1995: 335) nilai-nilai itu secara potensial ada pada struktur sastra, nilai itu dapat direalisasi dan dihargai hanya kalau dibaca dan direnungkan oleh pembaca yang memenuhi persyaratan. Di dalam sebuah novel tentunya
ada sebuah pesan yang bisa diambil oleh para pembacanya salah satunya yaitu nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia di lingkungannya. Oleh karena itu, novel merupakan salah satu sumber penanaman nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya bangsa yang harus dikembangkan.
Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” diterbitkan pertama kali pada September 1993 dan “Mendayung Impian” diterbitkan pertama kali pada Oktober 2014. Sejak kemunculan novel “Mendayung Impian” dan novel
“Ketika Mas Gagah Pergi” mendapatkan tanggapan positif dari penikmat sastra. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel “Mendayung Impian”
dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” menjadikan novel tersebut masuk dalam jajaran novel psikologi Islami pembangun jiwa dan karakter. Heyhan M.Abdurrohman dan Helvy Tiana Rosa telah membuat lompatan langkah yang gemilang untuk mengikuti jejak sang legenda Buya Hamka, berkarya dan mempunyai fenomena. Melalui novel kontemporernya yang diperkaya dengan muatan budaya yang Islami dan muatan Desa/Cita-cita Mustafa Karya Aman Datuk Majoindo, Reyhan M. Abdurrohman dan Helvy Tiana Rosa seolah mengulang kesuksesan sang pujangga Buya Hamka dan Aman Datuk Majoindo yang karya-karyanya popular hingga ke mancanegara seperti
“Merantau Ke Deli”, “Di Bawah Lindungan Ka’bah”, Desa/Cita-cita dan
”Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”. Meskipun nilai yang mendasari novel tersebut bersumber dari pembentukan karakter dan keIslam, berbagai
kalangan kaum muda serta bereligius dan berkepercayaan dapat menerimanya tanpa ada perasaan terancam termasuk usia.
Cerita novel “Mendayung Impian” dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi”
diperoleh dari mengeksplorasi kisah kehidupan untuk mewujudkan impian dan pendidikan di Indonesia. Novel “Mendayung Impian” dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” dikemas dengan bahasa yang sederhana imajinatif, namun tetap memperhatikan kualitas isi. Membaca novel “Mendayung Impian” dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” membuat pembaca seolah-olah melihat potret nyata kehidupan masyarakat Indonesia. Hal itu seperti tanggapan salah seorang penikmat novel “Mendayung Impian” dan novel
“Ketika Mas Gagah Pergi”, yaitu Pradita Seri Rahayu dan Tomy Satryatomo (editor senior dan penulis buku Mengikat Makna) ia menga tidakan bahwa,
“kata-kata Heyhan dan Helvy berhasil “menyihir jiwaku. Dia dapat dika tidakan mempunyai kemampuan mengolah kata sehingga memesona yang membacanya” (“Mendayung Impian” dan “Ketika Mas Gagah Pergi”: sampul depan).
Meskipun kisah yang terjadi dalam novel “Mendayung Impian” dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” sudah terjadi sangat lama, akan tetapi pada kenyataannya kisah “Mendayung Impian” dan “Ketika Mas Gagah Pergi”
masih ada di zaman sekarang. Banyak pengamat sastra yang memberikan penilaian berkaitan dengan suksesnya novel “Mendayung Impian” dan novel
“Ketika Mas Gagah Pergi” disebabkan novel tersebut muncul pada saat yang
tepat yaitu pada waktu masyarakat khususnya masyarakat yang merasa mengalami pendidikan yang sama seperti beberapa tokoh dalam novel tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sapardi Djoko, seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UI Ia menya tidakan “Mendayung Impian” dan “Ketika Mas Gagah Pergi”
merupakan Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan.
Isi novel “Mendayung Impian” dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi”
menegaskan bahwa berusaha dengan sungguh-sungguh seseorang dalam meraih cita-cita. Selain itu menegaskan usia seseorang tidak menghalangi untuk menjadi pribadi yang lebih peduli pada sekitar serata lebih mencintai Islam khususnya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengangkat judul
“Nilai-Nilai Pendidikan Pada Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa, peneliti berminat untuk mendeskripsikan dengan Alasan dipilih dari segi nilai pendidikan dua novel tersebut diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca, serta berbagai peristiwa yang menceri tidakan tokoh utama dan dalam novel tersebut penulis akan membawa pembaca menuju ke dalam nilai-nilai positif yang dapat diambil kemudian direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
B. Fokus Penelitian
Fokus yang dirumuskan dalam penelitian ini harus terbatas sebab fokus dalam penelitian di samping merupakan hal yang akan dibahas juga merupakan landasan dalam melakukan penelitian
Berdsarkan atar belakang dan uraian yang telah ditemukan, maka fokus dalam penelitian sebagai berikut:
1. Nilai religius dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa yaitu menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan.
2. Nilai moral dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.
Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa yaitu menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku.
Untuk karya menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.
3. Nilai sosial dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa yaitu Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu
4. Nilai budaya dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa yaitu pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan atau mendeskripsikan :
1. Mendeskripsikan nilai religius dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa.
2. Mendeskripsikan nilai moral, dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa.
3. Mendeskripsikan nilai sosial dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa.
4. Mendeskripsikan nilai budaya dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Pembaca akan memperoleh pengetahuan yang lebih meluas tentang nilai pendidikan dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa.
b. Pembaca akan mengetahui nilai pendidikan dan menjadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian bermanfaat sebagai bahan perbandingan dengan karya- karya ilmiah lainnya.
b. Diharapkan memberikan sumbangsi terhadap orang banyak.
c. Memberikan konstribusi terhadap perkembangan khazanah ilmu pengetahuan sastra pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian yang relevan
Kendati perbedaan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti telah diuraikan tidak berarti bahwa penelitian ini bertentangan dengannya. Bahkan, boleh dika tidakan tidak berarti bahwa penelitian ini bersifat melengkapi sekaligus memperkaya khasanah penelitian yang telah ada, khususnya penelitian yang berhubungan nilai pendidikan yang telah dilakukan olh beberapa peneliti sebelumnya.
Peneliti yang perna mengkaji nilai pendidikan antara lain, pertama Ni Kadek Parmini dkk. Dalam penelitian yang berjudul “Nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya Pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa novel Sang Pemimpi terkandung nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya, yaitu nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya. Dalam novel ini juga terkandung bentuk penyampaian nilai pendidikan. Nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya yang paling banyak ditemukan adalah nilai pendidikan sosial.
Kedua, Herlianingsih dalam penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Moral Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Novel Ayat-Ayat Cinta ini menjelaskan bahwa novel
Sang Pemimpi terkandung nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya, yaitu nilai pendidikan Nilai moral religius sosial dan budaya yaitu cara berprilaku dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari agar menjadi jati diri yang baik dan bisa menjadi contoh kepada orang lain dan sifat itu harus tertanam kepada setiap individu agar memiliki kehidupan yang baik.
Ketiga, Sabarani. dalam penelitian yang berjudul “Nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya Karakter Dalam Novel Laskar Pelangi”
Karya Andrea Hirata Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Hasil penelitian menunjukkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yakni nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai demokratis, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta tanah air, nilai menghargai prestasi, nilai komunikatif, nilai cinta damai, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli sosial, dan nilai tanggung jawab.
Dari uraian tersebut terdapat persamaan hasil penelitian relevan di atas, yaitu mengkaji nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya dengan judul novel yang berbeda, Penelitian ini bersifat kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian mengdan menafsirkan data yang ada. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah
yang menjadi sumber data, sedang isi catatan, subjek penelitian atau variabel penelitian. Teknik yang digunakan dalam mengdata yaitu mengalir dengan di awali reduksi data.
Selain itu, perbedaan pada hasil penelitian di atas adalah penggunaan teori, Novel Sang Pemimpi, nilai pendidikan yang digunakan adalah nilai sosial, (Rosyadi, 1995: 80) Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan.
sedangkan dalam Novel Ayat-Ayat Cinta hasil penelitian menemukan adalah nilai religius, (Rosyadi, 1995: 90). Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90), dan novel Laskar Pelangi hasil penelitian menemukan nilai budaya Uzey (2009: 1) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu dalam novel yang berbeda.
2. Nilai Pendidikan a) Definisi Nilai
Suatu nilai dikatakan tidakan memiliki nilai pendidikan apabila mempengaruhi dan mewarnai pola kehidupan manusia, sehingga menggejala dalam prilaku lahiriahnya. Tarigan (1985:194) menurutnya ada lima nilai dalam menginterpretasi sebuah karya sastra sebagai produk
dari proses pendidikan. Diantaranya : nilai hedonik, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis-moral-religius, dan nilai praktis
Nilai merupakan potensi diri menjadi nyata, potensi ini misalnya kemampuan untuk menjadi rasional, bermoral, mencari pencerahan dan penerangan akal budi. Menurut Latif (2009:73) ada beberapa cara dalam memperoleh nilai yaitu pertama, pencarian kebenaran dan keutamaan melalui filsafat, yakni melaui cara berfikir kontemplatif. Filsafat ini mengoptimalkan fungsi nalar untuk dapat menemukan makna yang tidak terjelaskan oleh ilmu pengetahuan. Kedua, nilai dapat diperoleh melalui paradigma berpikir logis-empiris. Nilai yang diperoleh melalui jalan ini banyak mengungkapkan kebenaran teoretik karena ditempuh melalui cara berpikir ilmiah. Ketiga, nilai melalui hati dan fungsi rasa, cara ini tidak lagi menyer tidakan pertimbangan logis (filsafat) atau logis-empiris (ilmu pengetahuan). Model dalam nilai ini dilakukan dengan cara pengembaraan batin pada wilayah supra-logis. Tipe nilai dapat dibedakan menjadi nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik merupakan nilai akhir yang menjadi tujuan, sedangkan nilai intrumen adalah sebagai alat untuk mencapai nilai intrinsik. Nilai juga mempunyai suatu kriteria. Maksud kriteria nilai adalah sesuatu yang menjadi ukuran dari nilai tersebut, bagaimana dika tidakan nilai yang baik dan tidak baik (Sadulloh, 2011:37).
Ada beberapa karakteristik yang berkaitan dengan nilai, yaitu:
i. Nilai objektif atau subjektif
Suatu nilai dikatakan tidakan objektif apabila nilai tersebut memiliki kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan penilaian manusia.
Nilai benar, baik dan indah merupakan bagian dari sifat yang dimiliki oleh tindakan atau benda tersebut. Nilai dika tidakan subjektif apabila nilai tersebut memiliki preferensi pribadi atau tanggapan dan penilaian dari seseorang. Sesuatu dianggap bernilai baik, benar atau indah bukan karena dalam dirinya melainkan karena penilaiaan dari seseorang.
ii. Nilai absolut atau berubah
Suatu nilai dika tidakan absolut atau abadi apabila nilai tersebut sudah berlaku sejak lama dan akan berlaku sepanjang waktu tanpa memperhatikan latar belakang atau kelas sosial manapun. Contoh dari nilai ini adalah nilai kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Nilai juga dapat berubah apabila nilai menemukan sesuatu yang baru seperti ajaran baru, penemuan baru, kemajuan teknologi dan lain-lain. Hal ini karena nilai dapat diperoleh dari suatu pengalaman dalam masyarakat.
Pendekatan terhadap nilai adalah cara empiris berdasarkan pengalaman manusia khususnya kegiatan sehari-hari. Nilai muncul dari keinginan, dorongan dan perasaan serta kebiasan manusia sesuai dengan wa tidak manusia sebagai kesatuan antar faktor biologis dan faktor sosial dalam diri dan kepribadiannya (Sadulloh, 2011:124). Nilai adalah suatu realitas dalam kehidupan yang dapat dimengerti sebagai
suatu wujud dalam perilaku manusia sebagai suatu pengetahuan dan suatu ide. Suatu pengetahuan dan ide dapat dika tidakan benar ketika mengandung kebaikan dan bermanfaat bagi manusia untuk penyesuaian diri dalam suatu lingkungan tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dianggap baik dan tepat berupa pandangan dan keyakinan.
b) Definisi Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek keperibadian manusia yang mencakup pengetahuannya, nilai dan sikapnya serta keterampilan. Pendidikan mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Dengan pendidikan manusia ingin berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memperbaiki nilai, hati nurani, perasaannya, pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan pada hakikatnya mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan nilai-nilai. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya sampai tutup usia.
Pada hakikatnya pendidikan dianggap sebagai suatu usaha dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Pendidikan adalah bagian dari kebutuhan hidup, hal ini karena pendidikan dianggap sebagai alat yang berfungsi guna pembaharuan hidup. Selama manusia berusaha dalam meningkatkan kehidupannya baik dalam meningkatkan dan mengembangkan kepribadiannya, selama itulah pendidikan masih berjalan terus. Menurut Horne (dalam Danim, 2010:3) pendidikan adalah sebagai proses penyesuaian yang berlangsung secara terus-menerus bagi perkembangan intelektual, emosional dan fisik manusia.
Sementara Frederick J.McDonald (dalam Danim, 2010:4) mendefenisikan pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan sebagai suatu proses pengembangan potensi dasar manusia yang berkaitan dengan moral, intelektual, dan jasmaninya untuk mencapai tujuan hidup dalam kerangka sistem sosial (Brubacher dalam Danim, 2010:4). Menutut H.A.R.
Tilaar (dalam Latif, 2009:10) pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan. Berkesinambungan di sini mengasumsikan adanya interaksi dengan lingkungan yang mencakup lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan budaya dan ekologinya. Dari uraian beberapa defenisi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang berkesinambungan dalam membentuk
karakter dan jati diri seseorang dengan memperhatikan pengembangan sikap dan intelektual seseorang.
Pendidikan sebagai bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Tujuan yang ingin dicapai harus dinya tidakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan mengabur. Secara singkat tujuan pendidikan ialah beriman dan ber tidakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan dan keterampilan, menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.
Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan pendidikan karena dengan memahami pendidikan manusia mampu memikirkan dan mencip tidakan norma untuk mengatur kehidupannya baik kehidupan individu maupun sekitarnya. Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan atau suatu sistem yang terpadu. Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah, pendidikan di mulai sejak seorang manusia lahir dan akan terus hingga manusia meninggal dunia sepanjang ia mampu menerima pengaruh- pengaruh. Proses pendidikan akan selalu berlangsung baik di tengah keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dengan pendidikan manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya terhadap perbuatan susila dalam perilakunya.
Melalui penjelasan dari uraian defenisi nilai dan pendidikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya adalah segala sesuatu hal baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap atau perilaku dalam upaya mendewasakan diri melalui proses pengembangan intelektual secara berkesinambungan. Nilai pendidikan harus dihayati dan dipahami manusia sebab mengarah kepada kebaikan dalam berpikir atau bertindak sehingga dapat mengembangkan budi pekerti dan pikiran.
Terdapat ada empat nilai pendidikan sebagai berikut:
a. Nilai Pendidikan Religius
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90).
Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan religius dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan
yang bersumber pada nilai-nilai religius. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.
Kehadiran unsur religi dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2005: 326). Semi (1993: 21) juga menambahkan, tidak mengerti hasil-hasil kebudayaanya, kecuali bila paham akan kepercayaan atau religius yang mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan pribadi manusia itu sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
b. Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Hasbullah (2005:194) menya tidakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu ,masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.Uzey (2009: 2) berpendapat bahwa nilai
moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. Moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku. Untuk karya menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.
c. Nilai Pendidikan Sosial
Sosial berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.
Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang
harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Abram Maslow (2013:280) menyampaikan teorinya tentang kebutuhan bertingkat yakni kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri. Teori ini digunakan sebagai langkah awal dalam menemukan nilai pendidikan pada novel “Mendayung Impian” dan Novel
“Ketika Mas Gagah Pergi” . Dengan mengaspek kebutuhan bertingkat tokoh Matari Anas dari pencapaian kebutuhan fisiologis, pencapaian kebutuhan rasa aman, pencapaian kebutuhan rasa cinta dan kebutuhan dalam mengaktualisasi diri diharapkan dapat membantu mengungkapkan nilai pendidikan dari tingkah laku dan sikap tokoh dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
d. Nilai Pendidikan budaya
Nilai-nilai budaya menurut Rosyadi (1995:74) merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada sutu masyarakat dan kebudayaannya.
Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Uzey (2009: 1)
berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat intersubyektif karena ditumbuh- kembangkan secara individual, namun dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan. Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen- elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
Karena itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dapat disimpulkan dari pendapat tersebut sistem nilai budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinya tidakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda- benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola. Adapun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
2. Pengertian Novel
Secara etimologi, novel berasal dari bahasa Latin novellus yang diturunkan dari kata novles yang berarti baru. Sedangkan secara istilah novel adalah sebagai salah satu jenis karya sastra dapat didefinisikan sebagai pemakaian bahasa yang indah yang menimbulkan rasa seni pada pembaca.
Seperti yang dikemukakan oleh Sumardjo (1984: 3) yang menurutnya bahwa novel (sastra) adalah ungkapan pribadi manusia merupakan pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Pada istilah lain ada yang membelikan pengertian , novel berasal dari Italia. Yaitu Novella “berita”. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebahagian kehidupan pelau utamanya yang terpenting, paling menarik, dan mengandungi konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku.
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang menuliskan secara naratif:
biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel biasanya disebut novelis, novel lebig panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih konfleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan stuktural dan metrikal sandiwara atau sajak.
Umumnya sebuah novel bercerita tokoh-tokoh dan kelakukan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi yang aneh naratif tersebut.
Viergina Wolf dalam tarigan (1985:164) mengemukan bahwa novel adalah sebuah ekplotasi atau kronik kehidupan; merenung dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, hasil, kehancuran, atau terciptanya gerak gerik manusia, demikian pula Broks dkk.Dalam Tarigan (1985:165) mengemukan bahwa novel harus memenuhi syarat: bergantung pada tokoh,menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi.
Berbeda dengan Sumardjo, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 9) mengungkapkan bahwa secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa novel merupakan cerita berbentuk prosa dalam ukuran luas yang menyajikan lebih dari objek berdasarkan struktur tertentu.
3. Jenis Novel
Dalam arti luas, novel adalah cerita berbentuk prosa dalam unsur yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat diartikan cerita dengan plot (alur).
Namun, yang kompleks, suasana yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun ukuran luas disini juga mutlak demikian, mungkin yang luas hanya saah satu unsur fiksi saja, misalnya sedang karakter dan setting hanya satu saja.
Sumardjo (1984: 16) membagi novel itu atas tiga jenis, yaitu novel percintaan, novel petualangan dan novel fantasi. Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria seimbang, bahkan kadang-kadang peranan wanita lebih dominan pelakunya. Novel petualangan hanya dominasi hanaya kaum pria, karena tokoh didalamnya pria dengan sendirinya melibatkan banyak masalah lelaki yang tidak ada hubungannya dengan wanita. Novel fantasi bercerita tantang hal yang tidak logis yang tidak sesuai dengan keadaan dalam hidup manusia. Jenis novel ini mementingkan ide, konsep dan gagasan sastrawan hanya dapat jelas kalau diutarakan bentuk cerita fantastic, artinya menyalami hukum empiris, hukum pengalaman sehari-hari.
4. Unsur yang Membangun Novel
Novel sebagai karya fiksi, dibangun oleh berbagai unsur yang tidak boleh dipisahkan dari sebuah karya fiksi(novel). Secara garis besarnya novel di bangun oleh dua unsur yaitu; (1) unsur luar (ekstristik) dan (2) unsur dalam (intrestik). Unsur luar fiksi adalah segala macam yang berbeda di luar karya fiksi yang ikut mempengaruhi kehadiran karya tersebut, misalnya faktor sosial, ekonomi, kebudayaan, politik, kereligiusan dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat. Sedangkan struktur dalam fiksi adalah unsur yang membentuk fiksi tersebut seperti perwatakan, tema, plot/alur, pusat penghiasan, latar dan gaya bahasa. Kedua unsur di atas (luar-dalam), merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai satu
struktur. Oleh karena itu, kedua unsur itu memengaruhi keseluruhan struktur fiksi itu.
Untuk mengkaji karya sastra dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Penelitian ini menggunakan pendekatan ekstrinsik dengan mengkaji nilai-nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya . Walaupun hakikatnya penelitian ini menitih beratkan pada aspek ekstrinsik tapi tidak ada salahnya kalau sedikit dideskriptifkan unsur intrinsik sebagai unsur internal karya sastra prosa berupa novel. Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut ini.
a. Tema
Tema adalah karya inti sari atau pokok bahasan karya sastra yang secara keseluruhan sehingga di dalam novel, tema menetukan panjang waktu yang diperlukan untuk mengungkapkan isi cerita, atau tema adalah gagasan utama pokok pikiran.
Menurut Aminuddin (1989: 91) istilah tema berasal dari bahasa Latin yang berarti “tempat mele tidakkan sesuatu perangkat”, sedangkan menurut Tarigan (1985: 125) tema merupakan pandangan- pandangan hidup yang terentu atau perasan tertentu mengenai kehidupan yang membentuk gagasan utama dari suatu karya sastra.
Selain itu, Robert stanson (dalam semi,1988:34) memberikan petunjuk atau saran untuk memahami tema suatu karya fiksi, yaitu
dengan jalan menanyakan sendiri mengapa pengarang menulis cerita itu. Apakah yang membuatnya anapak berharga. Tentu pertanyaan ini harus dijawab dengan membaca sendiri atau melihat bagaimana tema tersebut dalam detail cerita.
b. Tokoh dan Penokohan (Karakter) 1. Tokoh
Tokoh cerita adalah pelaku dalam sebuah cerita baik fiksi maupun non fiksi yang dapat dibedakan atas beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan yakni tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceri tidakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
2. Penokohan
Penokohan adalah sifat atau ciri khas pelaku yang diceri tidakan.
Masalah penokohan atau perwatakan merupakan salah satu di antara beberapa unsur dalam karya fiksi yang kehadirannya sangat memegang peranan panting, dika tidakan demikian karena tidak akan mungkin ada cerita tanpa adanya tokoh yang diceri tidakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak dan akhirnya membentuk alur cerita.
Menurut Suroto (1989: 22) penokohah adalah bagaimana pengarang
menampilkan tokoh-tokoh tersebut ini tampil berarti ada dua hal penting, yang pertama hubungan dengan teknik penyampaian sedangkan yang kedua berhubungan dengan wa tidak kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang sangat erat.
3. Karakter
Menurut Suhaeb (1979: 85) Karakter adalah sifat kemauan yang mengikuti seseorang pada beberapa prinsip tertentu yang oleh rasionya dipastikan sebagai yang tidak dapat diubah, baik fisik maupun moral yang membedakanya dengan orang lain secara khas. Selanjutnya, Tarigan (1985: 89) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan karakter adalah totalitas keadaan dan reaksi jiwa terhadap perangsangnya.
Dari definisi di atas dapatlah dika tidakan bahwa pensifatan sebagai simbol diri seseorang atau tokoh merupakan pembawaan yang melekat pada diri sebagai penggambaran ciri khas dirinya. Sifat seseorang atau tokoh merupakan cermin karakter yang ditunjukkan dan sebagai alat identifikasi yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Sehingga pensifatan diri seseorang adalah perwujudan nilai, ideologi, cara pandang yang menjadi anutan yang menyertainya.
4. Plot atau Alur
Plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusu satu persatu dan saling berkaitan menutut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita (Suroto, 1989: 89). Pendapat lain menga tidakan bahwa alur atau plot adalah struktur gerak dalam fiksi atau drama, (Tarigan, 1985: 126).
Ada beberapa alur yang dikenal antara lain: (a) alur maju, (b) alur mundur, (c) alur zikzak, (d) alur naik, (e) alur turun, (f) alur tunggal, (g) alur datar, (h) alur ganda dan (i) alur longgar.
Tahapan plot dibentuk oleh satuan-satuan peristiwa, setiap peristiwa selalu diemban oleh pelaku-pelaku dengan perwatan tentu, selalu memiliki setting tertentu dan selalu menampilkan suasana yang tentu pula.
5. Latar (setting)
Menurut Tarigan, (1985: 136) latar adalah latar belakang fiksi, unsur tempat dan ruang dalam cerita, sedangkan menurut Aminuddin (1999: 67) latar atau setting dalam karya fiksi adalah tempat peristiwa dalam karya fisi serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminuddin, 1999: 67).
Sebuah cerita akan senantiasa berlangsung pada ruang dan waktu tertentu, ruang dapat terwujud tempat tinggal Desa, kota atau
wilayah yang lebih luas. Waktu dapat tewujud siang, malam, hari, bulan atau tahun. Bahkan waktu dapat menunjukkan lamanya cerita berlangsung, sejam, sehari, sebulan, dan beberapa tahun. Sehubungan dengan hal tersebut, Suroto (1989: 94) menga tidakan yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran sutuasi tempat dan waktu serta terjadinya suatu peristiwa.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah segala keterangan mengenai waktu, tempat- tempat suasana terjadinya peristiwa serta memiliki fisikal dan fungsi psikologis yang dituliskan dalam suatu karya sastra.
6. Amanah
Sebuah karya sastra tercipta sebagai respon terhadap berbagai problem sosial yang kemudian diaktualisasikan penulis dalam sebuah karya sastra. Melalui karya sastra tersebut penulis menuangkan pandangan-pandagan atau pesan, baik pesan secara tersirat maupun tersurat yang akan menjadi medan tafsir bagi pembaca. Hal ini, senada dengan pandangan Zaidan,dkk (1994:27) yang menurutnya bahwa amanah adalah pesan pengarang kepada pembaca, baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan melalui karya sastra. Selain itu, menurut Suroto, (1989: 89) Amanah adalah pemecahan persoalan
biasanya berisi pandangan pengarang tentang bagaimana sikap kalau menghadapai persoalan tersebut.
Pendapat lain menga tidakan bahwa amanah adalah keseluruhan makna atau isi suatu wacana konsep dan perasaan yang ingin disampaikan pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar (Kridalaksana, 2001: 11)
Sebuah karya sastra betapa pun susahnya atau rumitnya, senantiasa memuat dua hal yaitu:
1) Keindahan dan kenikmatan; dan 2) Ide, gagasan dan ajaran.
Menurut Junaedi, (1992: 98) ada dua jenjang amanah yakni utama, amanah bawahan. Amanah utama adalah amanah dasar cerita. Amanah bawahan adalah amanah tambahan atau amanah sampingan cerita.
7. Titik Pengisahan (Sudut Pandang)
Titik pengisahan adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Apakah ia ikut terlibat langsung dalam cerita itu atau hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita (Suroto, 1989:
96). Ini dapat dilihat dalam penggunaan kata ganti “aku” dan “dia” di dalam karangan.
Lebih lanjut Suroto (1989: 96) menguraikan penempatan diri pengarang dalam suatu cerita dapat bermacam-macam; (1) pengarang sebagai tokoh utama; (2) pengarang sebagai tokoh bawahan dan (3) pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita.
Menurut Aminuddin, (1999: 90) titik pandang atau biasa istilahkan dengan point of view (titik kisah) meliputi: (1) narrator omniscent, (2) narrator observer, (3) narrator observer omniscent and (4) narrator the third person omniscent.
Narrator observer omniscent adalah pengisah yang berfungsi sebafai pelaku cerita. Karena pelaku juga dalam pengisah, maka akhirnya pengisah juga merupakan penutur yang serba tahu tentang apa yang ada dalam benak pelaku utama maupun sejumlah pelaku lainnya.
Narrator observer adalah bila pengisah hanya berfungsi sebagai pengamat terhadap permunculan para tokoh serta hanya dalam batas tertentu tentang perilaku batin para pelaku. Dalam narrator omniscient pengarang meskipun hanya menjadi pengamat dari pelaku, dalam hal ini juga menyebut nama pelaku dengan ia, mereka.
Menurut pendapat Junaedi, (1992: 172) jika menghayati cerita fiksi dengan saksama akan ditemui cara pengisahan; (1) pengarang
berada di luar cerita; (2) pengarang terlibat di dalam pengisahan dan (3) pengarang larut sepenuhnya dalam cerita.
8. Gaya Bahasa
Istilah Style (gaya bahasa) berasal dari bahasa Latin, Stilus, yang mempunyai arti suatu alat untuk menulis di atas kertas (yang telah dilapisi) lilin. Poedjosoedarmo membicarakan gaya bahasa sebagai salah satu variasi bahas, yaitu termasuk ragam, ditandai oleh “suasana indah”, dalam artikelnya “Kode dan Alih Kode”
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa gaya basasa sebuah fiksi, terutama menekankan gaya bahasa perbandingan, sebab dalam gaya bahasa itulah tampak dengan jelas faktor intelektialitas, emosionalitas pengarang dalam karyanya.
B. Kerangka Pikir
Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir. Selanjutnya, landasan berpikir yang dimaksud tersebut akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan untuk itu akan menguraikan secara rinci landasan berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.
Karya prosa adalah karangan yang bersifat menerangkan secara terurai mengenai sesuatu masalah atau hal peristiwa dan lain-lain. Dengan demikian, karangan bentuk ini jelas tidak bisa disingkat dan pendek karena harus menerangkan secara panjang lebar dan sejelas-jelasnya akan sesuatu.
Itulah sebabnya ketetapan dan kejelasan kalimat menjadi sangat penting.
Karya sastra bentuk prosa pada dasarnya dibangun oleh unsur instinsik; yaitu tema, amanah, plot, perwatakan atau penokohan, latar, dan karakter, titik pengisahan serta gaya bahasa. Selah satu bagian unsur instrinsik adalah karakter perwatakan tidakan yang mempunyai peranan sangat penting, karena tanpa karakter perwatakan suatu cerita tidak akan tercipta.
Nilai-nilai Pendidikan
Moral
Karya Sastra
Novel
“Mendayung Impian”.
“Ketika Mas Gagah Pergi”
Nilai pendidikan yang paling banyak ditemukan dalam novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman ini adalah nilai pendidikan sosial dan novel “Ketiga Mas Gagah Pergi” karya Helvy Tiana Rosa adalah nilai religius.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel ini sudah di dukung oleh teori-teori yang relevan. Pada dasarnya pengarang mendominasi novel “Mendayung Impian”
Karya Reyhan M.Abdurrohman ini dengan nilai pendidikan sosial dikarenakan pengarang ingin pembaca khususnya masyarakat Indonesia sadar akan kepedulian mereka terhadap sesama khusunya dalam hal pendidikan dan novel
“Ketiga Mas Gagah Pergi” karya Helvy Tiana Rosa, pengarang ingin pembaca khususnya masyarakat Indonesia agar sadar akan pentingnya memahami dan pengamplikasikan nilai religuis dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan sebagai umat yang beragama, islam pedoman yang paling utama dalam keshidupan.
Pengarang ingin menyadarkan nilai religius menjadi sebuah keutaman untuk mendekatkan diri kepada Allah swt,
BAGAN KERANGKA PIKIR Analisis
Hasil
Budaya
Religius Sosial
Sastra
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini berisi proses pelaksanaan penelitian yang meliputi Desain penelitian, definisi, fokus penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknil analisis data.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian pada hakekatnya merupakan strategi yang mengatur ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian. Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih mengutamakan pada masalah proses dan makna/persepsi, di mana penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah. Pada tiap-tiap obyek akan dilihat kecenderungan, pola pikir, ketidakteraturan, serta tampilan perilaku dan integrasinya sebagaimana dalam studi kasus genetik (Muhadjir, 1996: 243).
Penelitian Kualitatif Memahami dan mengenal karakteristik penelitian kualitatif akan memudahkan peneliti untuk mengambil arah dan jalur yang benar, baik di dalam memilih topik penelitian, menyusun proposal, melakukan
pengumpulan data, analisis, dan juga mengembangkan laporan studinya.
Dalam perkembangan riset kualitatif yang semakin kaya variasinya, riset ini memiliki keluwesan bentuk dan strateginya. Kreasi pada pemikir dan peneliti kualitatif dalam berbagai bidang yang relative baru bagi peneliti ini, memungkinkan perumusan karakteristiknya tidak bersifat definitif (Sutopo, 1996). Dari beragam bentuk dan strategi yang telah dikembangkan selama ini terlihat karakteristik pokoknya yang semakin menonjol sehingga bisa dirumuskan secara lebih jelas. Dalam perjalanan pekembangan penelitian kualitatif selama ini karakteristik tersebut meski tidak selalu dimiliki oleh setiap jenis studi kualitatif namun merupakan milik metodologi penelitian kualitatif secara keseluruhan.
Dalam penyusunan Desain harus dirancang berdasarkan pada prinsip metode deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan, mengolah, mereduksi, mengdan menyajikan data secara objekti atau sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan untuk memperoleh data. Untuk itu, peneliti dalam menjaring data mendeskripsikan nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya dalam Novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M.Abdurrohman dan Novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa sebagaimana adanya.