• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANGAU (SENBAZURU) KARYA YASUNARI KAWABATA YASUNARI KAWABATA NI YOTTE KAKARETA SHOUSETSU (SENBAZURU) NO SHUJINKOU NI TAISHURU SHINRITEKI BUNSEKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BANGAU (SENBAZURU) KARYA YASUNARI KAWABATA YASUNARI KAWABATA NI YOTTE KAKARETA SHOUSETSU (SENBAZURU) NO SHUJINKOU NI TAISHURU SHINRITEKI BUNSEKI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL SERIBU BANGAU (SENBAZURU) KARYA YASUNARI KAWABATA

YASUNARI KAWABATA NI YOTTE KAKARETA SHOUSETSU (SENBAZURU) NO SHUJINKOU NI TAISHURU SHINRITEKI BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH : LENNI HAIRANI

130708031

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah-nya penulis diberikan kesehatan selama mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Usaha yang diiringi dengan doa merupakan dua hal yang membuat penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi yang berjudul ‘’Analisis Psikologis Tokoh Utama Pada Novel Seribu Bangau Karya Yasunari Kawabata’’ ini penulis susun sebagai salah satu Syarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Drs. Hanzon situmorang, M.S, Ph.D., selaku ketua dan dosen pembimbing pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera utara yang telah ikhlas member dorongan dan meluangkan banyak waktu, fikiran, serta tenaga dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

3. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini.

(3)

4. Para penulis selama perkuliahan sampai penulisan skripsi ini. Para pengajar beserta staf pegawai di Fakultas Ilmu Budaya, Khususnya pada Program Studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis selama pekuliahan sampai penulisan skripsi ini.

5. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang sangat penulis cintai. Bapak Ahmad Yani Nasution dan ibunda Masdalifah Batubara, atas kasih sayang, kesabaran, dan tidak pernah lelah mendidik dan memberikan cinta yang tulus dan ikhlas kepada penulis sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka. Dan juga terima kasih kepada bibik ku Maslia Batubara dan tulang ku Ahmad Dawar Batubara, terima kasih atas dukungan dan doanya.

6. Untuk teman-teman penulis di Sastra Jepang Stambuk 2013, Nindia Kartika Syahfitri, Novia Syahfitri, Nur Helan Harahap, Hamsaruddin, Wahyuni, Helly, Hilda, Wulandari, M. Irsan dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan dan perjuangan selama empat tahun ini, setiap harinya akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Terima kasih atas canda dan tawa dan semua kekonyolan yang memberikan semangat.

7. Untuk alumni SMA NEG.1 HUTABARGOT sangat beruntung dikelompokkan dengan kalian. Semoga persaudaraan ini dapat terjalin sampai yang akan datang. Dan terima kasih atascanda tawa dan semua kekonyolan yang memberikan semangat. Dan, kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

(4)

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa yang akan datang.

Ahir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, November 2017 Penulis,

Lenni Hairani

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR………...i

DAFTAR ISI………...iv

BAB I PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang masalah……….1

1.2 Rumusan masalah………...4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……….5

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori………...6

1.4.1 Tinjauan Pustaka………...6

1.4.2 Kerangka Teori………...8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian………..11

1.5.1 Tujuan Penelitian………..11

1.5.2 Manfaat Penelitian………11

1.6 Metode Penelitian………..12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SERIBU BANGAU (SENBAZURU) TOKOH UTAMA DAN PSIKOANALISA PREUD 2.1 Definisi Novel………..14

2.2 Resensi Dalam Novel Seribu Bangau ( Senbazuru)……….16

2.2.1 tema……….17

(6)

2.2.alur/plot………..18

2.2.3 tokoh………19

2.2.4 setting………..20

2.3 Biografi pengarang………..23

2.4 Psikoanalisa Sigmund freud………23

2.4.1 Psikoanalisa sebagai teori kepribadian………...24

2.4.2 Struktur Kepribadian………25

2.4.3 Dinamika Kepribadian………...28

BAB III ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA PADA NOVEL SERIBU BANGAU ( SENBAZURU ) KARYA YASUNARI KAWABATA 3.1 Sinopsis Cerita……….31

3.2 Analisis Kondisi Psikologis dan Struktur Kepribadian………..36

3.2.1. Id………...36

3.2.2 ego………..41

3.2.3 super ego……….45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan………...47

4.2 Saran……….48

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah ungkapan paribadi manusia yang berupa pengalaman, pamikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Zainuddin,1995 :99).

Menurut ReneWellek dalam Badrun (1983 :16) karya sastra adalah seni yang bersifat imajinatif. Artinya segenap kejadian atau peristiwa yang di kemukakan dalam karya bukanlah pengalaman atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang di bayangkan saja dan memiliki efek yang fositif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Karya sastra pada umumnya, sastrawan selalu memasuki pengalaman serta imajinasinya kedalam karya tersebut. Karya sastra menurut Wellek dan Weren dalam Pradopo (2002 : 81) pada hakekatnya merupakan sebuah hasil imajinasi dari seseorang pengarang. Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, novellette, essai dan cerita bergambar. Karya sastra yang yang bersifat nonfiksi berupa puisi dan drama.

novel adalah karangan prosa yang panjang. Mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang di kelilinginya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku Poerwadaminta (1996 ;694).

(8)

Salah satu hasil hasil karya sastra yang di minati para pembaca adalah novel;

Hakekat novel menurut Nugrahaesi Eko Wantari (2009;15) mengemukakan bahwa novel adalah fiksi yang mengungkapkan cerita tentang kehidupan tokoh dengan problematika yang dihadapi tokoh dalam dunianya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa novel merupakan suatu karya fiksi yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh- tokoh dan peristiwa- peristiwa rekaan. Sebuah novel juga biasanya memuat tokoh-tokoh dan peristiwa- peristiwa nyata.

Dalam sebuah novel yang berpengaruh dalam karya tersebut yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud seperti tema, plot,latar, penokohan, bahasa dan sudut pandang cerita. Sedangkan yang di maksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Seperti kebudayaan, sosial, psikologis, politik, agama dan lain-lain. Yang dapat mempengaruhi pengarang dalam menulis karyanya tersebut. Unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik ini juga terdapat di dalam salah satu karya sastra fiksi yang berupa novel. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Dalam mendeskripsikan tokoh pengarang memiliki kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh dalam kehidupan sosiologis, psikologis, maupun pisiologi.

(9)

Salah satu hasil karya sastra fiksi Jepang yang mengungkapkan psikologi adalah novel Seribu Bangau novel ini menceritakan tentang Kikuji selaku tokoh utama yang di tulis oleh Yasunari Kawabata.

novel ini merupakan karya sastra yang menarik karena novel yang berjudul Seribu Bangau ini menceritakan kisah tentang tokoh utama yang tertekan bathin dikarenakan putus cinta dan mempunyai gangguan tingkah laku yang bernama Kikuji. Masalah kejiwaan yang di alami Kikuji dapat berupa konflik bathin.

Kelainan prilaku atau abnormalitas, dan bahkan kondisi psikologis yang lebih parah, sehingga mengakibatkan kesulitan dan tragedi. Sempat terfikir dia ingin melakukan pembunuhan karena ia merasa dihianati kekasihnya sendiri.

Bagaimana penyebab gangguan seperti itu dan bagaimana perubahan sikap yang sudah di di alaminya.Dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini mempengaruhi orang bagaimana dia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.Kesan di akhir masa ketika Kikuji berfikir bahwa cinta hanya bisa melihat hal baik saja, cinta mampu menaklukkan segalanya.

Menurut penulis alasan untuk membahas novel ini dikarenakan novel mengandung unsur psikologi terkait tindak kejahatan baik yang pernah di alami maupun yang di lakukan Kikuji sendiri, yang di kemas secara rapi dan menarik di setiap babnya. Pengarang juga ingin menjelaskan bahwa kejadian yang di gambarkan dalam novel merupakan kejadian yang pernah terjadi dalam pergaulan remaja sekarang.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana gangguan psikologis pada tokoh utama pada novel Seribu Bangau dan bagaimana

(10)

struktur jiwa tokoh utama dalm novel ini. Untuk itu penulis membahasnya dalam Skripsi dengan judul ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL SERIBU BANGAU ( SENBAZURU ) KARYA YASUNARI KAWABATA

1.2 Perumusan Masalah

Dalam novel Seribu Bangau karya Yasunari Kawabata.Penulis melihat berbeda dengan novel lain yang menggambarkan nuansa romantis dan drama.

Novel ini menonjolkan masalah yaitu tentang pembunuhan yang menyebabkan kondisi psikologis.Dalam novel ini pengarang menggambarkan Kikuji selaku tokoh utama memiliki prilaku yang berbeda dari remaja normal seusianya.Pemikiran yang sulit di tebak dan wajahnya yang lugu membuat semua orang yakin bahwa Kikuji seperti remaja biasa. Pengarang juga menggambarkan Kikuji memiliki gangguan kejiwaan abnormal karena rasa cemas akan kekasih yang meninggalkannya karena selingkuh kemudian meninggalkannya tanpaalasan yang jelas. Kecemasan yang dimiliki Kikuji mempengaruhi perkembangan Id yang ada pada dirinya.

Di lihat dari tingkah laku dan perbuatan kikuji dalam penyesalannya untuk hidup lebih baik di masa depan, hal yang telah ia lakukan merupakan perilaku yang berbahaya. Untuk mengatasi kondisi pada kejiwaannya inilah super ego

harus berperan aktif dalam mencegah pemuasan Id dan ego yang ada pada dirinya, oleh karena itu novel yang berjudul seribu bangau yang mengangkat masalah

psikologi dapat diamati dari penjelasan yang di gambarkan oleh pengarang dalam

(11)

novel tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1 Bagaimanakondisi psikologis tokoh utama pada novel Seribu Bangau (Senbazuru) ?

2 Bagaimanastruktur jiwa tokoh utamaseperti Id, Ego dan Super Ego yang saling mengisi dalam jiwa tokoh utama. Yang di ungkapkan oleh Yasunari Kawabata pada novel Seribu Bangau (Senbazuru) ?

1.3 Ruang Lingkup

Dari permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini di maksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan tidak berkembang jauh sehingga penulis dapat lebih terarah dan terfokus. Di dalam penelitian ini penulis hanya terfokus membahas tentang kondisi psikologi tokoh utama dan struktur jiwa tokoh seperti Id, ego, dan super ego.

Penulis menganalisis novel ini dengan mengambil beberapa cuplikan cerita dari novel Seribu Bangau. Kemudian penulis akan mengomentari cuplikan tersebut terutama yang terdapat indeks kondisi psikologis tokoh utama yang di ekspresikan oleh Yasunari Kawabata dalam novel Seribu Bangau ini. Dalam analisis psikologis tersebut akan di lihat keterkaitannya dengan konsep Id, Ego dan Super Ego Sigmund Freud yang menitik beratkan pada struktur jiwa kepribadian yang terdapat pada novel Seribu Bangau.

(12)

Supaya penjelasan di dalam pembahasan masalah dalam skripsi ini menjadi jelas dan memiliki akurasi data yang tepat dan objektif, maka penulis juga menjelaskan mengenai definisi novel, setting novel, dan biografi pengarang yang ada di dalam novel. Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunakan psikologi analisa Sigmund Freud sebagai acuan penelitian.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Karya sastra merupakan media yang di gunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, karya sastra di gunakan untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang di amati di lingkungannya ( Sugihastuti, 2007:81 ).

Di dalam karya sastra khususnya karya sastra fiksi seperti novel, terdapat dua unsur yang sangat mempengaruhi sebuah cerita. Unsur itu terdiri dari unsur intrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Salah satu unsur intrinsik yang akan di telaah dalam sebuah novel adalah tokoh. Tokoh adalah para pelaku yang mengembangkan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita ( Aminuddin, 2000:79 ).

Watak setiap tokoh di dalam karya fiksi selalu berbeda-beda seperti halnya dalam kehidupan nyata. Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologi

(13)

tokoh tersebut. Walaupun psikologi termasuk unsur ekstrinsik, namun keberadaannya sangat mempengaruhi jalan sebuah cerita dari karya fiksi tersebut.

Psikologi sastra adalah studi tipe atau pribadi dan hukum-hukum psikologi yang di terapkan pada karya sastra ( Wellek dan Weren dalam Budianto, 1989:90). Psikologi sastra di pengaruhi oleh beberapa hal, pertama karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berbeda pada situasi setengah sadar (subconscious), setelah jelas baru di tuangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious). Kedua, kajian psikologi sastra di samping meneliti perwatakan tokoh secara psikologis, juga meneliti aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang kadang kala membuat dirinya merasaterlibat dalam cerita (Endraswara dalam Albertine, 2010:55).

Sejauh pengamatan penulis, sudah banyak penelitian yang mengungkap masalah tentang kejiwaan (psikis) dalam berbagai karya sastra dengan menggunakan pendekatan psikologis terutama yang menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud, namun belum ada penelitian yang menganalisis karya sastra Yasunari Kawabata yang berjudul Seribu Bangau dengan mengunakan teori tersebut. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah yang pertama menganalisis novel Seribu Bangau dengan mengkaji kondisi psikologi tokoh yang menggunakan teori psikologi analisis Sigmund Freud.

(14)

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran-gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang di pakai sebagai landasan penelitian yang akan di lakukan. Untuk menganalisis suatu karya sastra di perlukan suatu teori pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis suatu karya sastra tersebut.

Menurut Harjana ( dalam Nurgyantoro, 1995:60 ), pendekatan psikologi sastra dapat di artikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan.

Untuk mengetahui kondisi psikologis tokoh utama Kikuji dalam novel Seribu Bangau, penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam teori tersebut terdapat struktur kepribadian atau kejiwaan dan dinamika kepribadian ( Sigmund Freud dalam Koeswara, 1991:32 ). Struktur kejiwaan ada 3 yaitu Id, ego, dan super ego. Id adalah sistem kepribadian manusia yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan dan di landasi dengan maksud menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.

Dalam perkembangan Id tumbuhlah ego yang perilakunya di dasarkan atas perinsip kenyataan. Ego bekerja dengan melandaskan pada prinsip realita yang dikerjakan melalui peroses sekunder, yaitu berfikir realistis menyusun rencana

(15)

dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud (Alwisol dalam Calvin Hall 1995:15-16)

Super ego adalah kekuatan moral dari kepribadian yang beroperasi memakai prinsip idealistik. Prinsip ini mempunyai dua prinsip yaitu prinsip menghukum tingkah laku yang salah dan menghadiahi tingkah laku yang benar dengan tujuan untuk membedakan antara yang benar dan salah (Alwisol dalam Calvin Hall 1995:16). Superego berperan sebagai hati nurani yang mengontrol dan mengkritik perbuatan diri sendiri.

Dalam teori psikoanalisa Freud, khususnya dalam mengkaji psikologi tokoh utama dalam novel ini terdapat dinamika kepribadian yang berkaitan, yaitu insting dan kecemasan. Insting adalah representasi psikologi bawaan dari eksitasi pada tubuh yang di akibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh misalnya makan, minum, dan seks. Freud beranggapan bahwa insting terdiri dari dua macam, yaitu insting hidup dan insting mati. Insting hidup mengatakan bahwa insting kehidupan berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan. Bentuk energi psikis yang di pakai dalam insting kehidupan adalah libido, yaitu mengarahkan seseorang pada pemikiran dan perilaku dengan prinsip kesenangan.

Seperti keinginan untuk bunuh diri. Sedangakan insting mati adalah suatu kebutuhan atau keinginan dalam tubuh untuk menghancurkan, berkuasa dan membunuh(http//risky13.web.unair.ac.id).

Kecemasan adalah dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, di pandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang

utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang

(16)

kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat di siapkan suatu reaksi adaftif yang sesuai (Alwisol 2009:22).

Menurut Sigmund Freud ( dalam Surya Brata, 2010:139 ), ada tiga aspek kecemasan diantaranya:

a. Kecemasan tentang kenyataan, yaitu suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan suatu bahaya dalam dunia luar.

b. Kecemasan neurotis ( syaraf ), yaitu suatu rasa ketakutan tentang apa yang mungkin terjadi. Kecemasan neurotis selalu berdasarkan kecemasan tentang kenyataan, dalam arti kata bahwa seseorang harus menghubungkan suatu tuntutan naluriah dengan bahaya dari luar sebelum ia belajar merasa takut terhadap naluri-nalurinya.

c. Kecemasan moral, yaitu rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri.

Orang yang hati nuraninya cukup cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

Untuk meganalisis psikologi tokoh utama Kikuji. Penulis menggunakan teori semiotika. Menurut pradopo dkk ( 2001:71 ), semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda dan lambang. Dalam pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda, bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain disebut makna ( Nurgyantoro, 1995:39 ).

Dengan teori ini maka penulis akan menganalisis tanda-tanda atau indeksikal perilaku tokoh utama yang memiliki kondisi kejiwaan abnormal sehingga dengan pendekatan semiotik ini penulis akan mengetahui dan menunjukkan masalah

(17)

psikologis yang dialami oleh tokoh utama Kikuji dalam novel Seribu Bangau karya Yasunari Kawabata berdasarkan teori psikoanalisa Sigmund Freud.

1.5 Tujauan dan Manfaat penelitian 1.5.1 Tujauan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah di kemukakan pada bagian latar belakang, merupakan faktor pendorong di lakukannya penelitian ini. Sedangkan tujuan penelitiannya sesuai dengan pokok permasalahan, maka penulis menyimpulkan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi psikologis tokoh utama pada novel Seribu Bangau (Senbazuru).

2. Untuk mengetahui struktur jiwatokoh utama seperti Id, Ego dan Super Ego yang saling mengisi jiwa tokoh utama. Yang di ungkapkan Yasunari Kawabata pada novel Seribu Bangau (Senbazuru).

1.5.2 Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian adalah:

1. Bagi peneliti dan pembaca, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai psikologis tokoh dalam karya sastra fiksi.

(18)

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan penunjang untuk Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bahan.

1.6 Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat diperlukan metode penelitian sebagai cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Joko Subagyo (1997 :1 ) menyatakan bahwa metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya sehingga dapat memahami objek sasaran yang di kehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif.

Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koentjaningrat, 1976:30).Penulis menguraikan dan menjelaskan secara cermat mengenai masalah-masalah yang terdapat dalam novel ini dengan menggunakan beberapa teori yang ada. Teori-teori tersebut adalah teori psikologiskhususnya teori psikoanalisa Sigmund Freud dan teori semiotika.

Sementara itu teknik penulisan yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah metode kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data-data pendukung. Menurut Nawawi (1991:133) studi kepustakaan adalah suatu metode penulisan penelitian yang mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, diantaranya adalah buku-buku, hasilpenelitian baik yang ilmiah seperti skripsi,

(19)

tesis ataupun yang non ilmiah yang berhubungan dengan masalah pencarian dan pengumpulan data yang diperlukan dalam proses penulisan penelitian tersebut.

Penulis juga melakukan penelusuran data melalui situs-situs internet seperti blog yang membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel Seribu Bangau karya Yasunari Kawabata. Setelah penulis mengumpulkan data-data tersebut, maka kemudian penulis membaca dan menganalisis berbagai masalah yang ada dengan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan ini.

(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SERIBU BANGAU

(SENBAZURU) TOKOH UTAMA DAN PSIKOANALISA FREUD

2.1 Defenisi Novel

Istilah novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella, yang mengandung makna harfiah sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian di artikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa ( Abrams dalam Nurgyantoro, 2009 : 9 ). Lebih jauh, Nurgyantoro (2009 :10 ) menambahkan dewasa ini novel di deskripsikan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang namun tidak terlalu panjang dan terlalu pendek.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2000: 969 ) novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel termasuk cerita fiksi yang kajiaanya bukan cerita pentas, yang artinya lebih tepat di pahami dan di nikmati melalui kegiatan apresiatif.

Sebagaimana karya sastra yang lain, novel yang menawarkan berbagai macam permasalahan yang di alami kehidupan manusia. Novel atau yang sering di sebut sebagai karya fiksi merupakan bentuk penceritaan kehidupan manusia dan kemanusiaan yang bersifat fragmentaris, teknik pengungkapannya padat, dan pembentuk strukturnya bersifat padu. Koherensi dan kepaduan unsur cerita membentuk suatu totalitas merupakan faktor penentu keindahan dan keberhasilan novel sebagai karya sastra fiksi ( Nurgiyantoro 1995 : 4 ).

(21)

Unsur karya fiksi novel dapat diklasifikasikan menjadi unsur bentuk dan unsur isi. Unsur bentuk adalah semua elemen linguistik yang digunakan untuk menuangkan isi ke dalam unsur fakta cerita, sarana cerita, tema cerita, sedangkan unsur isi adalah ide dan emosi yang dituangkan ke dalam karya sastra ( Wellek dan Warren, 1993 :140 ).

Di dalam karya fiksi, novel biasanya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki alur/plot yang konpleks, berbagai peristiwa dalam novel di tampilkan saling berkaitan sehingga novel dapat bercerita panjang lebar, membahas persoalan secara luas, dan lebih mendalam.

b. Tema dalam novel tidak hanya satu, tetapi muncul tema-tema sampingan. Oleh karena itu, pengarang novel dapat membahas hampir semua segi persoalan.

c. Tokoh/karakter tokoh dalam novel bisa banyak. Dalam novel, pengarang sering menghidupkan banyak tokoh cerita yang masing-masing digambarkan lengkap dan utuh.

d. Novel bersifat realistis yang artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya.

Nurgyantoro (1995 :18-19) membagi novel dalam dua kategori, yaitu novel popular dan novel serius. Novel populer adalah novel yang popular pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja.

Novel popular tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Bersifat sementara dan cepat ketinggalan zaman dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Novel serius adalah novel yang dapat memberikan serba

(22)

kemungkinan. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang universal.

Disamping memberikan hiburan, novel serius juga terimplisit tujuan untuk memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca dan mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang kemukakan. Novel Seribu Bangau ini termasuk ke dalam salah satu novel serius. Bahwa pengarang mengangkat nilai yang mungkin dihadapi oleh masyarakat atau pembaca sehingga pembaca mengetahui isi-isi pesan yang terdapat dalam novel ini.

Dalam setiap karya fiksi terutama novel mempunyai dua unsur yang mendukung, baik dari dalam sastra itu sendiri (unsur instrinsik) maupun dari luar novel tersebut (unsur ekstrinsik). Kedua unsur ini secara tidak langsung mempengaruhi jalan dan cerita sebuah karya sastra.

2.2 Resensi Dalam Novel Seribu Bangau

Resensi pada umumnya dipahami sebagai ulasan dan penilaian terhadap sebuah karya. Karya tersebut dapat bermacam-macam, mungkin film, buku, karya seni, atau mungkin pula sebuah produk teknologi. Penilaian tersebut harus berkaitan dengan kualitas dari karya yang sedang di cermati atau diresensi tersebut.

Dalam meresensi sebuah karya sastra seperti novel, ada beberapa unsur yang terkait. Unsur-unsur tersebut seperti tema, alur ,setting, dan lainnya.

(23)

2.2.1 Tema

Tema sebuah cerita atau karya sastra pada umumnya adalah ide sentral atau ide yang mendominasi karya itu. Dengan kata lain, tema sebuah cerita adalah sebuah pengertian generalisasi tentang kehidupan yang ada dalam diri pengarang berdasarkan pengalamannya. (Kennedy dalam Rahardi, 1996:91) mengatakan bahwa tema adalah arti. Tema adalah arti yang disampaikan oleh sebuah cerita.

Tema bisa saja arti yang di temukan penulis. Dengan dasar apa yang dikatakan oleh Kennedy itulah cerita-cerita dri data yang ada dapat disimpulkan temanya.

Temadapat lebih dari satu buah dalam sebuah cerita, tetapi yang akan diambil adalah yang memiliki signifikasi dan relevansi jelas dalam kehidupan.

Menurut Wiyatmi dalam pradopo (2003 :43 ) tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Disamping itu juga berfungsi untuk melayani visi atau response pengarang terhadap pengalaman dan hubungan dengan kehidupannya.

Tema yang di ungkapkan Yasunari Kawabata dalam novel Seribu Bangau adalah tentang putus cinta dengan kekasihnya, dimana kekasihnya itu sangat mendominasi pada setiap kejadian yang digambarkan dengan berbagai konflik yang ada.

Di dalam novel ini diceritakan tentang tragedi pembunuhan yang dilakukan oleh Kikuji tanpa bantuan dari orang lain. Kikuji melakukan tindak kejahatan itu dengan di latar belakangi oleh kekasihnya yang meninggalkan dirinya dan menyebabkan sakit hati, dimana ia sangat mencintai kekasihnya.

(24)

Karena tragedi itulah Kikuji memiliki keinginan untuk membunuh kekasihnya dengan tangannya. Baginya, kematian kekasihnya adalah yang paling utama.

2.2.2 Alur/plot

Alur/plot dapat didefinisikan dalam dua arti. Arti pertama adalah ringkasan cerita, arti kedua adalah penataan insiden atau kejadian-kejadian dalam debuah cerita untuk memperoleh efek tertentu. Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai inter relasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi (Semi, 1988 :43).

Luxembug ( dalam Fananie, 2000: 93 ) menyebut alur/plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan pembaca atau peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan dan dialami oleh para pelaku. Plot berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan peristiwa yang lain

Di dalam karya sastra terdapat tiga alur yaitu

1. Alur maju (progresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan masalah, terjadinya konflik, klimaks, dan penyelesaian masalah.

2. Alur mundur (regresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian masalah.

3. Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur.

Dalam novel ini, alur cerita diawali dengan perjuangan Kikuji untuk memiliki kekasihnya dalam menantikan kebahagiaan, dari awal cerita tersebut, pengarang kemudian menghubungkan dan mengaitkan antar tokoh dalam suatu

(25)

cerita yang efektif dan kompleks. Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju, dimana terdapat percakapan yang menceritakan masa depan sebagai penguat dan penjelas cerita.

2.2.3 Tokoh

Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema (Fannie, 2000 : 86).

Tokoh dalam cerita memiliki karakter dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang di inginkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung dimana ia di tempatkan. Hal inilah yang disebut dengan penokohan.

Menurut Nurgiyantoro (1995 :166), penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik. Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa saja tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.

Didalam sebuah cerita biasanya terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Dalam menentukan siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel, pembaca dapat menentukannya dengan

(26)

jalan melihat keseringan permunculannya dalam sebuah cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan permunculannya, dalam menentukan tokoh utama serta tokoh pembantu dapat juga dilakukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya ( Aminuddin, 2000 :79-80).

Tokoh utama dalam novel ini adalah Kikuji, merupakan sosok seorang remaja yang mempunyai luka yang dalam karena di tinggal oleh kekasihnya.

Kikuji yang merupakan anak tuan mitani yang telah membunuh kekasihnya tanpa sepengetahuan tuan mitani.

2.2.4 Setting

Secara Umum setting adalah gambaran tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam suatu cerita yang akan mempengaruhi inti cerita dan pengambilan nilai-nilai yang ingin di ungkapkan pengarang, melingkupi keadaan pelaku dalam sebuah cerita. Kennedy (dalam Rahardi 1966 : 38), mengatakan bahwa setting adalah sebuah kejadian yang pasti terjadi di sebuah tempat dan pada suatu waktu tertentu. Latar erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita. Oleh sebab itu, latar juga sangat mempengaruhi suasana peristiwa, pokok persoalan dalam cerita, dan tema cerita.

Nurgiyantoro (1995 : 227), mengatakan latar atau setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat

(27)

dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

1. Latar tempat

Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin

berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis sangat penting untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa seolah-olah yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat di dalam cerita.

Latar tempat yang dibahas dalam novel Seribu Bangau ini adalah di Negara Jepang dengan mengambil beberapa tempat, yaitu di kamakura dan Kuil Engakuji.

2. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial karena pada umumnya memang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

(28)

Latar waktu yang digunakan oleh Yasunari Kawabata dalam novel Seribu Bangau adalah pada saat musim hujan, musim gugur, dan pada zaman jepang modern. Dengan semakin majunya zaman seperti sekarang ini, banyak terjadi tindakan kriminalitas di dikalangan remaja saat ini. Novel Seribu Bangau menggambarkan latar waktu dimana telah terjadi tindak kejahatan seperti pembunuhan di kota kamakura yang awalnya di kenal sebagai kota yang aman, damai dan tentram, kini sudah tidak aman lagi.

3. Latar sosial

Latar soial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan social masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan cara bersikap. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial yang terdapat dalam novel Seribu Bangau ini adalah cara bersikap, yaitu sikap yang tertutup terhadap siapa pun. Pada novel ini, Tokoh Kikuji di kenal sangat cuek oleh teman-temannya dan dia tidak pernah bergaul dengan bebas. Dalam kesehariannya, ia selalu menyibukkan dirinya untuk bekerja seperti pergi ke kantor ayahnya dan pergi menyendiri ke kebun teh ayahnya. Status sosial Kikuji dalam novel Seribu Banngau ini termasuk dalam kategori yang mapan.

(29)

2.3 Biografi Pengarang

Yasunari Kawabata di lahirkan di Osaka pada 1899. Pada 1968 dia menjadi penulis Jepang pertama yang menerima Penghargaan Novel Untuk Karya Sastra. Karya pertama dari salah satu novelis ternama dari Jepang ini diterbitkan semasa SMA. Dia lulus dari Tokyo Imperial University pada 1924.Cerita pendeknya, ‘’The Izu Dancer,’’ untuk pertama kalinya diterbitkan oleh The Atlantic Monthly pada 1925. Kawabata menulis beberapa novel, termasuk Snow Country (1956), yang mengokohkan posisinya sebagai penulis besar di zamannya, begitu pula Thousand Cranes/Seribu Bangau (1959). The Sound of the Mountain (1970), The Master of Go (1972), Dan beauty and Sadness (1975). Dia mengabdikan diri selama beberapa tahun sebagai ketua kelompok P.E.N (Poets, Essayists and Novelist) Jepang dan pada 1959 menerima penghargaan The Ghoethe Medal. Menikah menetap di kota Samurai Kuno, kamakura sebelah barat daya Tokyo tahun (1931). Kawabata meninggal pada 1972.

2.4 Psikoanalisa Sigmund Freud

Menurut Sigmund Freud ( dalam Suryabrata, 2002 ;120 ) kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran. Yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Freud mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan bagian besarnya adalah ketidak sadaran. Berbagai kelainan tingkah laku dapat disebabkan karena faktor-faktor yang terdapat dalam alam ketidak sadaran ini. Bagian ini mencakup segala sesuatu yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Karena itu

(30)

untuk mempelajari jiwa seseorang kita harus menganalisa jiwa orang itu sampai kita dapat melihat keadaan alam ketidak sadarannya yang terletak jauh di dalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran.

Sehubungan dengan eksprimen-eksprimen yang dilakukan Freud dan teori yang dikemukakannya, maka psikoanalisa di kenal dengan tiga aspek yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan dianalisis maka dari ketiga aspek tersebut yang akan dibicarakan adalah teori kepribadian.

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Teori kepribadian psikoanalisa merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Menurut Freud (dalam Fudyartanta, 2005;89) lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat di dalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan.

Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud membandingkan jiwa manusia dengan gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul dipermukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koeswara, 1991 :60). Di dalam daerah ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu- nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaan yang di tekan. Sigmund Freud (dalam Supratiknya, 1993:32) mendeskripsikan kepribadian ada tiga pokok pembahasan, yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.

(31)

Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian dan dinamika kepribadian. Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai struktur kejiwaan yang terdiri dari Id, Ego, dan Super ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia. Dalam dinamika kepribadian, Freud membahas naluri (Insting) dan kecemasan sebagai komponen penting bagi manusia untuk beraktifitas.

2.4.2 Struktur Kepribadian 1. Id

Id merupakan bagian dari komponen kepribadian yang asli atau natural yang dibawa sejak lahirnya seorang individu. Id juga merupakan komponen dari psikologi yang mempunyai sifat primitif dan naluriah. Id adalah sumber segala energi psikis sehingga komponen utama kepribadian Id akan didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar- benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id munculnya Ego.

(32)

2. Ego

Prinsip kepribadian jenis ego ini adalah seputar mengenai hal yang berhubungan dengan realitas serta kenyataan yang ada. Ego juga dimulai dan dibawa sejak lahir, tetapi berkembang bersamaan dengan hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan, maka individu tersebut tidak bisa hanya semata-mata bertindak mengikuti impuls- impuls atau dorongan-dorongan, individu harus bisa menghadapi realitas yang ada dan ini lebih kompleks dari sekedar Id saja. Contoh mudahnya adalah bila seorang anak merasakan lapar maka ia akan berusaha untuk mendapatkan makanan untuk mengatasi laparnya. Hanya saja sekarang ia akan berusaha melihat kenyataan bagaimana cara mendapatkan makanan dengan baiktanpa ada yang merasa di salahkan ataupun ia salah dalam melakukan tindakan untuk mendapatkan makanan tersebut karena didorong oleh rasa laparnya itu.

Menurut Freud (dalam Suryabrata, 2002:131) Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realita, yang berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai dia memiliki kesempatan untuk memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah terjadi di dalam situasi yang berupa masa lalu, dan membuat rencana tang realistic di masa depan. Fungsi ego ini juga berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan yang ada.

(33)

3. Super ego

Super ego ataupun aspek sosiologis merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal yang berhubungan dengan baik-buruk). Super ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu Super ego dapat dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian itu sendiri. Dan juga merupakan aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua serta masyarakat. Super ego memberikan pedoman untuk membuat sebuah penilaian. Fungsi dari Super ego adalah:

1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impulus-implus tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.

2. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral daripada dengan kenyataan.

3. Mendorong individu kepada kesempurnaan.

Bersamaan dengan ego. Super ego mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang bermaksud untuk memuaskan dorongan-dorongan dari Id, yaitu melalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan-keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Freud berpendapat manusia sebagai suatu sistem yang kompleks memakai energi untuk berbagai tujuan seperti halnya bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Super ego bekerja berdasarkan dua prinsip yang dijadikan pedoman, perinsip tersebut antara lain:

(34)

1. Conscience, yaitu prinsip yang bertugas untuk menghukum diri dengan perasaan bersalah atau berdosa ketika seseorang memenuhi kebutuhannya dengan cara yang bertentangan dengan moral dan aturan. Sebagai contoh, seseorang mendapatkan makanan dari hasil curian, pada saat itu prinsip conscience ini akan menghukum ego atau diri orang tersebut dengan perasaan bersalah.

2. Ich Ideal atau diri ideal, yaitu tugas Super ego untuk mengarahkan diri kita agar dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik, apa yang harusnya dilakukan ketika berada ditempat umum, dan lain sebagainya.

Ketiga struktur kepribadian di atas terus berinteraksi, dengan Ego yangberfungsi sebagai pengambil keputusan. Ego bertugas untuk menjembatani dan menyeimbangkan antara kebutuhan Id untuk mencapai kenikmatan dan kebutuhan Super ego untuk mencapai kesempurnaan.

2.4.3 Dinamika Kepribadian 1. Naluri (insting)

Naluri (insting) merupakan representasi psikologi bawaan dari eksitasi pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh, misalnya makan, minum, dan seks. Freud beranggapan bahwa naluri manusia ada dua macam yaitu:

1. Insting internal (life instincts), mengatakan bahwa tujuan hidup ini adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Insting kehidupan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan.

(35)

2. Insting eksternal (death instincts), sesuai pembelajaran biologi, Freud mengemukakan fakta yang jelas bahwa semua yang hidup dapat rusak dan mati. Salah satu komponen dari death instincts adalah dorongan agresi, paksaan untuk menghancurkan, keinginan untuk berkuasa, dan membunuh.

3. Kecemasan

Kecemasan merupakan bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud, artinya kecemasan ini merupakan variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Pada umumnya kecemasan dapat didefenisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan.

Fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan bahaya, ia merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan, (Suryabrata, 2010 :139).

Apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong orang untuk melakukan sesuatu atau tindakan supaya tegangan dapat dihilangkan. Untuk menghadapi kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan tekanan itu disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap kecemasan. Freud mengemukakan tiga jenis kecemasan, yaitu:

1. Kecemasan Realitas

Menurut E Koeswara (1991:45), kecemasan realitas adalah kecemasan individu terhadap bahaya-bahaya yang akan datang dari luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. Kecemasan realitas ini merupakan kecemasan individu yang diakibatkan dari rasa ketakutan dalam

(36)

menghadapi kenyataan disekitarnya atau ketakutan terhadap dunia luar. Bahaya itu berasal dari keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya.

2. Kecemasan Neurotis

Kecemasan neurotis adalah kecemasan karena khawatir tidak mampu mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya, ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman. Menurut Freud ( dalam Suryabrata, 2002:139 ), kecemasan neurotis adalah kecemasan kalau insting-insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat di hukum.

3. Kecemasan Moral

Menurut Suryabrata, (2010:139), kecemasan moral adalah kecemasan kata hati. Kecemasan moral adalah hasil dari konflik antara Id dan Super ego, yang secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termasuk dalam Super ego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya Super ego. Biasanya individu dengan kata hati yang kuat akan mengalami konflik yang lebih hebat daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar.

(37)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL SERIBU BANGAU (SENBAZURU) KARYA YASUNARI KAWABATA

3.1 Sinopsis Cerita

Seribu Bangau dikenal sebagai novel serius yang tergolong misteri, yakni menonjolkan cerita tentang pembunuhan mengerikan terhadap seorang wanita yang korbannya terbunuh karena dianggap telah membuat patah hati terhadap Kikuji. Yang dianggap membunuh kekasihnya sendiri. Cerita ini di selingi dimana Kikuji mempunyai seorang sahabat yang baik, namun lima bulan kemudian kekasihnya itu meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Kisah ini tentang hasrat yang menyala, penyesalan dan juga kenangan yang sangat sensual yang menghubungkan betapa Kikuji dekat dengan yang hidup dan yang sudah mati.

Kikuji adalah seorang laki-laki yang umurnya beranjak usia remaja.

Dimana saat ia ber umur delapan tahun Kikuji telah di ajak ayahnya mengunjungi rumah kekasihnya, dan mereka melihatnya diruang sarapan. Kemudian Kikuji bertemu dengan si gadis pemilik kain Seribu Bangau itu di Kuil Engakuji dalam acara minum teh. Dimana pertemuan dengan sigadis, Yukiko Inamura, di tentukan oleh Kurimoto Chikako sorang perempuan ( atau laki-laki ) yang telah mengabdi pada ayah Kikuji untuk merawat pondok teh. Tak hanya bertemu dengan kekasihnya, Kikuji juga bertemu dengan sahabatnya Fumiko.

(38)

Cerita ini dimulai saat Kikuji berusia sekitar duapuluh tahun. Dan kekasihnya berusia empat puluh lima tahun, namun ia telah membuat Kikuji melupakan usianya itu saat mereka bercinta. Kikuji merasa bahwa dia tengah mendekap perempuan yang lebih muda darinya. Dalam upacara minum teh dia berlaku sigap dengan penuh semangat. Kikuji merasakan seluas senyuman menghiasi bibirnya, dan kemudian tampak dua perempuan muda bergegas di belakangnya. Dia berhenti, memberi mereka kesempatan mendahuluinya.

‘’Apakah anda tahu pondok yang dipesan Nona Kurimoto mungkin ke arah ini?’’

‘’Ya, benar.’’Keduanya menjawab bersamaan.

Kikuji sudah tahu, dan dia bisa melihat dari pakaian mereka bahwa mereka sedang menuju ke sebuah upacara minum teh. Dia bertanya sebab dia ingin meyakinkan diri bahwa dirinya benar-benar hendak serta. Salah satu gadis itu jelita dia menjinjing sesuatu yang di bungkus dengan tablak, corak Seribu Bangau menghiasi kain krep berwarna merah muda itu. Kemudian terjadi percakapan yang cukup panjang tentang Kikuji dan mendiang kekasihnya hingga berakhir pada hubungan terlarang.

Kikuji bersembunyi- sembunyi membututi seorang laki-laki. Kikuji juga sering menakut-nakuti kekasihnya. Seluruh kecemburuannya yang terpendam seakan meledak. Kekasihnya yang pendiam dan bijaksana, terkejut oleh campur tangan yang membara itu, khawatir akan apa yang mungkin dipikirkan oleh Kikuji dan yang dipikirkan orang lain.

(39)

‘’Cobalah untuk tidak menebar racun terlalu luas, bila kamu tidak keberatan.’’ Bahkan ibu Tokoh Utama butuh protes.

‘’ Kamu simpan saja racun sialan itu di tubuhmu, itu sumber persoalannya. Kuasai dirimu, tumpahkan semuanya keluar. Lihat betapa kurusnya dirimu. Memang ada sesuatu yang tidak baik dengan kekasihnya itu. Kikuji mengira kalau dia menangis bergulingan, semua orang akan mengerti dengan perasaan sakit hatinya, tetapi kekasihnya sendiri tidak peduli dengan perasaannya itu. Dalam perkiraannya kekasihnya telah mengabaikan perasaannya.

Angin senja menggerisikkan dedaun muda. Kikuji melangkah berlahan, topinya ada di tangan. Dari kejauhan dia melihat kekasihnya berdiri dibawah bayangan gerbang utama. Dia mencari jalan untuk menghindarinya. Jika berjalan ke atas ke kanan atau ke kiri, dia mungkin bisa meninggalkan kuil melalui pintu keluar yang lain. Pada akhirnya dia berjalan menuju gerbang. Rasa gusar tertampang di wajahnya. Sangat jelas dia tidak ingin bertemu dengan ku.’’Kata- kata itu mungkin lugas, juga mungkin penuh dengan pertimbangan, namun jawabannya cukup terus terang.

Kikuji amat tidak nyaman, Dan tampak ganjil Karena mengharapkan rasa simpati kekasihnya sebagai suatu keharusan. Namun suasana hatinya tak jelas apakah tidak merasa suka atau tidak percaya. Di dalamnya ada nostalgia yang dalam dan penuh kasih. Kekejaman yang di rasakan Tokoh Utama, akibat apa yang dilakukan kekasihnya itu telah membuatnya kehilangan sebagian kekuatannya, meskipun belum sepenuhnya musnah. Masih saja terlihat kemungkinan bahwa kekasihnya itu memperlakukan dirinya dengan hina. Tokoh

(40)

Utama melihat tanda-tanda melihat kekejian dalam dirinya sendiri, dan dia menemukan sesuatu yang menggoda dalam benaknya bahwa dia bisa melukai kekasihnya itu dengan ringan hati. ‘’Apakah kamu sering datang datang ke acara Kurimoto?’’ Tokoh Utama bertanya. ‘’Bukankah kamu sudah cukup bersamanya?’’

‘’ Aku menerima surat darinya, aku amat sangat merindukannya , aku merasa sangat kesepian. ‘’Dia bicara dengan kepala tertunduk. “Dan apakah dia ikut serta?’’ dia telah menyeberangi rel kreta dan melewati Stasiun Kamakura Utara, dan menaiki bukit di seberang Kuil Engakuji. Mereka pergi ke losmen di atas bukit untuk menikmati makan malam, kareana kekasihnya masih bicara tentang kekasihnya. Tokoh utama tidak harus mendengarkan. Sungguh itu suatu perasaan ganjil, dan jauh di lubuk hatinya bersemayam seberkas bayangan gelap, seakan menebar bisa bersama rasa sesal datang pula rasa ternoda dan jijik, dan kebencian pada kekasihnya dan menekannya hingga membuatnya mengatakan sesuatu yang lebih keji. “Namun aku memang merasa sedikit ingin mencekik seseorang’’dia menekuk leher jenjangnya. ‘’Leherku kurus, kamu pasti tidak akan kesulitan. ‘’Bisakah kamu mati sekarang?’’ tidak ada bedanya aku akan menua dan mati karena satu atau lain hal. Tiba-tiba Kikuji mencekik leher kekasihnya itu, Kemudian terkena serangan jantung. Kekasihnya merasa takut dan tidak tahu mau berbuat apalagi. Kikuji tidak segera menelpon dokter. Dan berlahan-lahan kekasihnya tidak berdaya dan akhirnya meninggal dunia. Dia melihat mentari senja kala sebagaimana yang ia lihat setelah menghabiskan malam bersama kekasihnya. Rona merah sang surya itu tampak hendak mengalir menyelusup di

(41)

antara reranting. Taman itu nyenyat dalam gelap membelakangi mentari. Sinar mentari yang mengalir di sela-sela reranting itu tenggelam di dalam mata letihnya, dan ia mengatupkannya. Burung-burung bangau pada kain kekasihnya itu terbang membelah mentari senja, yang sirep di dalam matanya.

Dihari setelah hari ketujuh sejak upacara pemakaman. Kikuji merasa menyesal karena mengatakan hal buruk kepada kekasihnya itu, dan bertanya apakah yang membuatnya mati, terpikir disaat itu bahwa Kikuji mengakui bahwa penyebabnya adalah pebuatannya yang keji. Setelah mengirim kekasihnya ke liang lahad, seharusnya hari-hari damai itu kembali. Namun kenyataannya tidak begitu. Perbuatannya itu membuatnya gelisah. Setelah kejadian itu Kikuji sering menghabiskan waktunya di kamar, tidak mau bertemu muka dengan siapa pun.

Karena terus mengingat kejadian itu dan tidak bisa menahannya lagi. ’’Aku adalah orang yang harus merasa malu.’’Rasa malu itu meutupi wajahnya.’’Seandainya aku bisa menghilang.’’Rasa sakit menusuk menembus dadanya.’’ Aku membuatnya mati.’’Saya pikir sudah cukup bila orang yang meninggal di maafkan, mungkin dia meminta dimaafkan. Apakah ada keringanan beban juga bagi si mati? mendengar kata-kata Fumiko membuat diri kuatir akan orang yang telah mati, apakah dalam banyak hal itu suatu kesalahan. Orang mati tidak menuntut pertimbangan moral pada orang yang masih hidup. Kikuji kembali menatap foto kekasihnya.

Cerita ini berakhir dengan Kikuji bertemu dengan sahabat baiknya dengan seorang gadis yang bernama Fumiko. Hubungan Fumiko dan Kikuji pun menjadi dekat. Namun masih dibayangi oleh kematian kekasihnya. Fumiko telah

(42)

mengatakan bahwa kematian ada dikakinya. Kaki Kikuji pun mendadak membeku. Dia mengusap mukanya dengan sapu tangan. Darahnya terasa hilang ketika dia mengusap, sapu tangan itu basah dan gelap. Dia merasakan keringat dingin membasahi punggungnya. Dan lima bulan kemudian Fumiko menghilang dan menjauh darinya tanpa alasan yang jelas. Gadis itu telah menjadi mutlak dan tak ada bandingannya. Gadis itu telah menjelma sebuah keputusan dan tujuan.

Kikuji pada akhirnya mampu menguak jalan menembus tirai yang gelap, dan buruk itu. Kenyataannya orang mungkin berfikir, menunjukkan betapa dalam Kikuji telah tenggelam dalam jerat kutukan itu, betapa menyeluruh kelumpuhannya. Namun Kikuji merasakan sebaliknya, bahwa dia sudah terlepas dari kutukan dan kelumpuhannya. Itu serupa dengan seorang pecandu yang telah terbebaskan dari kecanduannya dengan menenggak obat dalam dosis besar.

Seakan ingin meraih kembali kebahagiaan yang tercuri selama ini.

3.2 Analisis Kondisi Psikologis Dan Struktur Kepribadian Tokoh Utama 3.2.1 Id

Cuplikan 1 ( hal 60)

Masih saja terlihat bahwa kekasihnya memperlakukan Kikuji dengan hina. Kikuji banyak menemukan tanda-tanda kekejian di dalam dirinya dan suatu hari dia menemukan sesuatu yang menggoda dalam benaknya bahwa dia bisa melukai kekasihnya itu dengan ringan hati.

(43)

‘’Kamu jangan bercanda soal itu. Namun aku memang merasa ingin mencekik seseorang.’’Oh? Terima kasih.’’Dia menekuk lehernya.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Kikuji begitu menderita. Hari demi hari bayangan cemburu selalu menghantui fikirannya dan itu membuat Id yang merupakan keinginan bawah sadar manusia muncul. Karena kebingungan atas apa yang menimpa dirinya. Kikuji berusaha untuk menghabisi kekasihnya sendiri.

Yang terlintas dipikirannya hanyalah memenuhi kinginan Id dan insting internalnya, yaitu membunuh. Jika kekasihnya mati, mungkin masalah yang menimpanya sudah selesai. Dalam hal ini Ego melakukan tindakan yang diinginkan oleh Id. Hal ini sesuai dengan teori Sigmund Freud bahwa Id selalu menginginkan atau mendorong hal-hal yang dikehendaki agar perasaan puas segera diwujudkan.

Kondisi psikologis yang dialami Kikuji adalah kecemasan tentang kenyataan yang harus diterima bahwa kekasihnya telah berselingkuh. Karena sudah kecewa kehidupannya menjadi tidak tenang. Insting eksternal yang ada dalam pikirannya sejalan dengan Id nya sehingga membuat Ego sulit untuk mengontrol keduanya.

Cuplikan 2 (hal 54)

‘’Maafkan aku aku ingin bertemu dengan mu, dan aku tidak bisa pergi.’’

(44)

Di sekitar matanya ada cekungan dan kerutan, dan noda gelap dibawahnya.

Lipatan kelopak matanya mempertegas adanya kepedihan. Dan mata yang memohon itu berkilau oleh air mata.

Analisis

Nampak dalam kalimat ‘’Maafkan aku, aku ingin bertemu dengan mu, dan aku tidak bisa pergi.

Bahwa terdapat indeksikal dorongan keinginan Id yang besar. Keinginan untuk tidak menerima kenyataan, keinginan untuk tidak membiarkan kekasihya selingkuh.

Kondisi psikologis Kikuji yaitu ia merasa akan selalu ada bayang-bayang masa lalunya dengan kekasihnya, dan Kikuji akan sulit melupakan semua kenangannya. Insting internal yang ada dalam fikirannya di tambah dengan kecemasan yang ada dalam hatinya, menimbulkan Id sebagai pembunuhan alam bawah sadarnya.

Cuplikan 3 (hal 93)

Setiap kali ia melihat kekasihnya itu, sesuatu yang kelam di dalam hati Kikuji semakin tumbuh besar. Dia semakin merasa sesak.

‘’Ya. Aku bilang agar tidak ada yang menghalangi.’’Tidak ada jalan lain selain membunuhnya.’’

(45)

Analisis

Nampak bahwa insting mati (eksternal) yang ada di dalam dirinya mendorong keinginan Id dan insting mati (eksternal) yang besar, yaitu membunuh. Selain itu, kecemasan atas kenyataan yang telah terjadi pada Kikuji, yaitu pengalaman buruknya terus mempengaruhi alam bawah sadarnya sehingga menutup kemungkinan Ego dan Super ego dapat mengontrol keinginan dari Id dan instingnya.

Cuplikan 4 (hal 101)

‘’Mengapa membawa mangkuk ini’’ ? ‘’kenapa jawab fumiko.’’Kikuji menyentuh mangkuk itu dan memutar-mutar mangkuk itu di atas lututnya. Namun ia menghindari menyentuh bibir mangkuk itu.

Sejak hari itu. Kikuji tersiksa oleh ingatannya lagi. Setiap kali ia melihat mangkuk itu. Sentuhan tangan yang menjijikkan seperti meniupkan napas di sekujur tubuhnya. Ketakutan mengguncang dalam hatinya. Ia bertekad akan memecahkan mangkuk yang sering di gunakan kakasihnya itu.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa kecemasan dan insting eksternal yang ada dalam hati Kikuji terus menghantui pikirannya. Kekasihnya telah meninggalkan luka dalam hatinya, semua hal itu membuat Kikuji tidak bisa tenang. Id yang merupakan dorongan bawah sadar muncul dan mendorong Ego untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan dari Id tersebut. Karena takut di hantui

(46)

bayangan kekasihnya. Kikuji memecahkan mangkuk itu. Ego yang seharusnya dapat menahan impuls dari Id, tidak dapat mengontrol keinginan dari Id tersebut.

Cuplikan 5 ( Hal 107 )

Kikuji menghabiskan waktunya di dalam kamar, tidak mau bertemu muka dengan siapapun. Tubuhya, terus gemetaran. Wajahnya yang gelisah, dan penghianatan kekasihnya tidak lepas dari ingatannya. Semakin bertambah hari, bukannya semakin lupa, tapi dia semakin ingat dan ingat, seperti merasakan semua lagi.

Suatu malam, Kikuji tidak bisa menahannya lagi, jadi dia mengurung dirinya di kamar, Jadi dia tak sadarkan diri dikamar, jatuh pingsan. Tidak peduli dirinya mati atau pun hidup. Saat dia sadar. Namun ternyata dia ada di rumah sakit dan di sebelahnya ada sahabatnya yang sedang menangis

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Kikuji begitu menderita. Hari demi hari bayangan kekasihnya selalu menghantui fikirannya dan itu membuat Id yang merupakan keinginan bawah sadar manusia muncul. Karna penderitaan yang menimpa dirinya. Kikuji berusaha menghabisi dirinya sendiri. Yang terlintas difikirannya hanyalah memenuhi keinginan Id dan Insting internalnya yang ingin bunuh diri. Jika dirinya mati, mungkin masalah yang menimpanya sudah selesai, namun dia tidak memikirkan bagaimana perasaan sahabatnya jika nyawanya tidak tertolong. Dalam hal ini ego melakukan tindakan yang di inginkan Id. Di sini berarti ego mengalami kegagalan dalam hal mengontrol keseimbangan Id dan

(47)

superego. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Id selalu menginginkan atau mendorong hal-hal yang dikehendaki agar perasaan puas segera diwujudkan.

Kondisi psikologis yang dialami Kikuji adalah kecemasan tentang kenyataan yang harus di terima bahwa dirinya telah membunuh kekasihnya sendiri. Insting internal yang adadalam fikirannya sejalan dengan Id nya sehingga membuat ego sulit untuk mengontrol keduanya.

3.2.2 Ego

Cuplikan 1 ( Hal 109 )

‘’Aku tidak ingin melihat wajahnya.’’Kikuji menuntut kepada sahabatnya.

Namun, sahabatnya memandang Kikuji dengan tatapan serius. ‘’Tidak… kau akan menemui kekasihmu.” ’’Hah?’’ Kikuji menutup telinganya. Menemuinya?

Apa yang kau katakan? Adalah tidak mungkin, jika tidak ada kehidupan di dalam dirimu.

Analisis

Dalam cuplikan “Tidak…kau akan menemui kekasihmu.’’ Adalah tidak mungkin jika tidak ada Kehidupan di dalam dirimu. Sahabatnya mengatakan bahwa Kikuji harus tetap menemui kekasihnya. Tidak semua manusia harus membenci dan dendam terhadap orang yang kita sayangi. Kata maaf bisa membendung kesalahan yang di lakukan seseorang. Di sini super ego mengalami keberhasilan karna ego dapat mengontrol keseimbangan antara Id dan super ego.

(48)

Cuplikan 2 ( Hal 118 )

‘’Sekarang cepat kembali nanti sahabatmu khawatir.’’

Kekasihnya yang sudah puas langsung pergi dengan selingkuhannya tanpa mengucapkan terima kasih. Kikuji berfikir jika memang dia harus membunuhnya, harus secepatnya.

Mungkin ada satpam keamanan di daerah taman, maupun di sekelilingnya. Tapi saat itu Kikuji tidak bertekad untuk melakukan rencananya setelah satu bulan Kikuji menemui kekasihnya di tempat yang sama dan dia memang melakukannya.

Analisis

Cuplikan di atas menggambarkan bahwa Id yang ada dalam diri Kikuji dapat dikontrol oleh ego. Hal ini dapat terlihat dalam kalimat ‘’Kikuji berfikir jika memang dia harus membunuhnya, harus secepatnya. Ego bekerja sebagai prinsip realita berusaha mengontrol Id dan Insting mati (eksternal) untuk behati-hati melihat kenyataan. Kenyataan bahwa mungkin ada yang memantau gerak- geriknya atau pun yang bisa dijadikan barang bukti atas tindakan yang dilakukannya.

Cuplikan 3 ( Hal 120 )

Setelah pekerjaan selesai. Sebenarnya Kikuji hari ini ingin menjalankan rencananya, tapi mau gimana lagi. Kikuji tidak boleh melakukan tindakan mencurigakan, seperti membolos saat pekerjaan di kantornya belum selesai.

(49)

Analisis

Dari cuplikan diatas terlihat bahwa Ego dan kecemasan neurotis yang merupakan suatu kecemasan atas apa yang mungkin terjadi, yang dalam hal ini adalah kecemasan atas kemungkinan diketahuinya gerak-gerik Kikuji dalam melakukan proses pembunuhan, dapat mengontrol dorongan Id nyaa itu.

Keinginan Id untuk segera dipuaskan dapat terhenti oleh Ego dan juga kecemasan neurotis. Ego di dalam dirinya memutuskan untuk jangan gegabah dan ter buru- buru dalam bertindak. Dalam hal ini Id mengikuti keinginan dari Ego.

Cuplikan 4 ( Hal 122 )

‘’Apa ada yang datang?’’ Tanya Kikuji.

‘’Ah, tidak ada yang datang, mugkin karna tempat ini agak terpencil juga.’’Kata sahabatnya.

Percakapan berhenti disitu, tapi Kikuji sudah bisa sedikit lega. Saat ini tidak apa-apa. Hanya itu yang menjadi penolongnya.

‘’Pasti tidak ada apa-apa yang ditemukan di daerah taman itu. Yang penting, lebih baik setelah ini tidak membunuh lagi.’’Bisik Kikuji dalam hati.

Sambil memaksa dirinya percaya seperti itu, hari senin dia bekerja seperti biasanya. Namun, kekhawatirannya jika penyelidikan tiba-tiba berbalik arah tidak bisa ia hilangkan. Mungkin bagi dia sudah tidak ada lagi kehidupan masa depan. Dengan perasaan yang berat dia pun melanjutkan pekerjaannya.

(50)

Analisis

Dari cuplikan di atas bahwa Kikuji merasa cemas atas tindakan yang sudah dia lakukan. Ego yang terus saja berbisik di dalam hatinya meyakinkan dirinya untuk tidak memenuhi keinginan Id, yaitu membunuh. Dengan kata lain, Ego dapat mengontrol keinginan atau kebutuhan dari Id. Dan lagi, kecemasan moral mendorong Ego dan super ego dalam mengalahkan Id. Ketika Kikuji sadar atas perbuatannya, dia merasa ketakutan dan menyesal. Takut menerima hukuman dari tindakannya yang tidak sesuai dengan aturan moral.

Cuplikan 5 ( Hal 126 )

‘’Kenapa aku jadi seperti ini? Padahal kekasih ku sudah mati. Knapa

perasaan ku gelisah? Lebih baik aku tidak menimbulkan bahaya.’’Pikir Kikuji.

Lebih dari ini akan berbahaya. Lebih baik dia menghentikannya. Tentu saja Kikuji mengerti hal itu dari kepalanya, tapi perasaannya yang kuat semakin berubah menjadi ombak yang liar dan seperti hendak menyobek kekasihnya itu.

Analisis

Dari cuplikan kalimat ‘’Lebih baik aku tidak menimbulkan bahaya.’’

Tentu

Saja Kikuji mengerti hal itu dari kepalanya, tapi perasaannya yang kuat semakin berubah menjadi ombak yang liar dan seperti hendak menyobek kekasihnya. Terlihat bahwa Ego Kikuji berusaha untuk mengontrol Id nya. Id yang merupakan keinginan bawah sadar, yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah, terus beselisih dengan Ego yang merupakan setengah sadar (pra

(51)

sadar) Ego dan Superego terus berusaha agar keinginan Id yang melanggar aturan itu dapat di kalahkan, namun Id masih terus berusaha agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Di dalam cuplikan ini terlihat bahwa Id, Ego, Super ego, saling bergejolak.

3.2.3 Super Ego Cuplikan 1 ( Hal 132 )

Saat itulah Kikuji bisa mengerti semuanya. Kekasihnya yang meninggalkannya, memperlihatkan seolah dirinya baru saja di aniaya. Siapa yang pergi membawa barang bukti.

Dia di sini……

Seorang kekasih yang menghianati kekasihnya Kikuji berkata’’Dengan ini, semua sudah berakhir’’

Analisis

Cuplikan di atas menjelaskan superego Kikuji hadir setelah dia mengetahui siapa membantunya dalam memuaskan Id nya itu. Siapa yang membantunya menghilangkan jejak pembunuhan, dan siapa yang berusaha menghilangkan bukti bahwa Kikuji membunuh kekasihnya sendiri. Ternyata ada seorang sahabat yang rela mengubah penderitaannya menjadi kebahagiaan.

Superego yang ada di dalam dirinya meyakinkan dirinya untuk berkelakuan sesuai aturan-aturan ataupun norma-norma yang berlaku, agar Kikuji kelak tidak menjadi seorang yang amat jahat kedepannya.

(52)

Cuplikan 2 ( Hal 142 )

Kikuji akhirnya bisa menyadarinya. Yang menjadi kawannya bukanlah surga, tapi penyesalannya yang amat dalam. Dia bersyukur mempunyai seorang sahabat. Begitulah yang dirasakan Kikuji.’’Iya dengan ini semuanya sudah berakhir. Mulai sekarang tidak akan terulang lagi kesalahan yang sama.’’ Kikuji mengangguk sambil memandang mata sahabatnya.

Bel pintu berbunyi. Kikuji berjalan ke pintu sambil memandang kebun teh dengan perasaan jernih.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Kikuji menyadari besarnya kasih saying seorang sahabat. Kata syukur yang di ucapkan Kikuji, dan juga kebebasan atas beban yang dideritanya menandakan bahwa superego behasil mengontrol Id dan ego nya sehingga ketiga struktur kepribadian atau kejiwaannya berjalan selaras.

Referensi

Dokumen terkait

Latar sosial menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra fiksi.. Tata cara kehidupan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa psikologi sastra adalah sebuah pendekatan yang tepat untuk pengkajian karya sastra yang berdimensi dan berperspektif kejiwaan

Dan yang terakhir adalah amanat, menurut Siswanto (2008: 162), amanat adalah gagasan yang mendasari sebuah karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca

Dalam novel peraih Nobel Sastra ini sajian yang kental di berikan adalah teori atau pendekatan new historicism menempatkan sastrawan pada posisi atau kedudukan yang terhormat.

2.4 Studi Pragmatik Semiotika Sastra Dalam penelitian ini penulis menggunakan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Momiji” karya

Di dalam karya sastra fiksi terdapat dua unsur yang sangat mempengaruhi. yaitu unsur intrinsik dan

dilakukan dihasilkan Hiroshima sebagai karya sastra nonfiksi yang ditulis dengan..

Maka dengan pandangan kerangka teori diatas penulis dapat menganalisis watak psikologis tokoh Yoru Morino dalam komik Goth karya Otsu Ichi yang berkaitan dengan struktur jiwa