HIDUP DAN KEHUTANAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
OLEH :
BEBY NURUL SURYA 150301081
AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HIDUP DAN KEHUTANAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
OLEH :
BEBY NURUL SURYA 150301081
AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
Bawah Tegakan Eucalyptus spp pada Lahan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun dibimbing oleh Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D dan Dr. Ir. Posma Marbun, MP.
Pertumbuhan tanaman Eucalyptus spp dipengaruhi oleh sifat fisika tanah dan cadangan karbon hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa sifat fisika tanah dan mengetahui cadangan karbon hutan di bawah tegakan tanaman Eucalyptus spp pada lahan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2019 hingga Oktober 2019 pada lahan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Metode penelitian dengan survey sistem grid bebas untuk 10 titik sampel sifat fisik tanah beserta data tanaman, dan metode carbon pools (bagian atas permukaan, serasah, kayu-kayu mati dan tanah) untuk menghitung cadangan karbon hutan, dengan 3 setting plot yaitu : Eucalyptus murni, Eucalyptus-Pinus dan Eucalyptus dengan pohon lainnya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya volume pohon berbanding terbalik dengan nilai BD (bulk density), evaporasi dan berbanding lurus dengan permeabilitas. Total cadangan karbon untuk setting plot Eucalyptus murni sebesar 346.92 ton/ha, Eucalyptus-Pinus sebesar 207.02 ton/ha dan Eucalyptus dengan pohon lainnya sebesar 147.06 ton/ha.
Kata kunci : Sifat Fisika Tanah, Cadangan Karbon, Eucalyptus spp.
Stocks Under the Standing of Eucalyptus spp on the Aek Nauli Research and Development Center for Environment and Forestry, Simalungun Regency guided by Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D and Dr. Ir. Posma Marbun, MP.
Eucalyptus spp plant growth is influenced by soil physical factors and forest carbon stocks. This study aims to examine some soil physical properties and determine forest carbon stocks under the stands of Eucalyptus spp on the Aek Nauli Research and Development Center for Environment and Forestry in Simalungun Regency. This research was conducted in May 2019 to October 2019 on the land of the Aek Nauli Environment and Forestry Research and Development Center in Simalungun Regency. The research method is a free grid system survey for 10 sample points of soil physical properties along with plant data, and the carbon pools method (top surface, litter, dead wood and soil) to calculate forest carbon stocks, with 3 plot settings, namely: pure Eucalyptus , Eucalyptus-Pine and Eucalyptus with other trees.
The results of this study indicate that the volume of trees is inversely proportional to the value of BD (bulk density), evaporation and directly proportional to the permeability. The total carbon stock for the setting plot of pure Eucalyptus is 346.92 tons / ha, Eucalyptus-Pine is 207.02 tons / ha and Eucalyptus with other trees is 147.06 tons / ha.
Keywords: Soil Physical Properties, Carbon Stocks, Eucalyptus spp.
segala berkat dan karunia-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Kajian Sifat Fisika Tanah dan Cadangan Karbon di Bawah Tegakan Eucalyptus spp. pada Lahan Balai Penelitian dan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D dan Dr. Ir. Posma Marbun, M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat serta selalu mendoakan hingga sampai pada saat ini, juga kepada teman-teman yang turut membantu dan mendukung Penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2019
Penulis
Penulis, Beby Nurul Surya, lahir di Kisaran, 06 July 1997, putri dari pasangan Bapak Indra Surya, SE. M.MA dan Ibu Juarningsih, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Lulus dari SDN 010097 Selawan Kisaran pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Kisaran dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2015 lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran dan pada tahun yang sama diterima di Fakultas Pertanian USU jalur SNMPTN pada program studi Agroteknologi dan memilih minat studi Ilmu Tanah.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis bergabung dan aktif dalam anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK), Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUS HIMITI), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) BKM AL – MUKHLISIN, Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) AD-DAKWAH USU, dan aktif sebagai kepala departemen Pemberdayaan Perempuan di Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FP USU. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Dasar Perlindungan Tanaman sub Penyakit.
Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rantau Prapat, dari tanggal 17 Juli sampai 25 Agustus 2018 dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai, dari tanggal 22 Juli sampai 27 Agustus 2019.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penulisan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Eucalyptus spp ... 4
Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Sifat Fisika Tanah ... 6
Tekstur Tanah ... 6
Kerapatan Isi (Bulk Density) ... 7
Permeabilitas ... 8
Evaporasi ... 9
Cadangan Karbon Hutan ... 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Penelitian ... 16
Tahap Kegiatan di Lapangan ... 16
Tahap Analisis Laboratorium... 18
Parameter Penelitian ... 18
A. Tanah ... 18
Tekstur Tanah ... 18
Kerapatan Isi (Bulk Density) ... 18
Permeabilitas ... 18
Evaporasi ... 19
B. Tanaman ... 19
Diameter Batang Pohon ... 19
Tinggi Pohon ... 19
Volume Pohon ... 19
C. Total Cadangan Karbon Hutan ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22
Kondisi Umum Daerah Penelitian ... 22
Tanah ... 22
Tanaman ... 23
Total Cadangan Karbon Hutan ... 29
Pembahasan ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
LAMPIRAN ... 43
No Judul Halaman
1 Kelas Permeabilitas ... 9
2 Data Sifat Fisika Tanah di Bawah Tegakan Eucalyptus spp ... 22
3 Data Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Volume Pohon Eucalyptus spp. ... 23
4 Data Tanaman dan Sifat Fisika Tanah... 24
5 Korelasi antara Volume Pohon dan Sifat Fisika Tanah... 29
6 Total Cadangan Karbon pada Setting Plot Eucalyptus Murni... 29
7 Total Cadangan Karbon pada Setting Plot Eucalyptus – Pinus ... 30
8 Total Cadangan Karbon pada Setting Plot Eucalyptus – Pohon Lainnya ... 31
No Judul Halaman
1 Setting Plot Cadangan Karbon Hutan... 17
2 Grafik Volume Pohon dengan Kerapatan Isi... 25
3 Grafik Volume Pohon dengan Permeabilitas ... 26
4 Grafik Volume Pohon dengan Evaporasi ... 27
5 Grafik Volume Pohon dengan Sifat Fisika Tanah ... 28
No Judul Halaman
1 Data BTKO, Volume Ring dan BD ... 43
2 Perhitungan Bulk Density ... . 43
3 Data Permeabilitas ... 44
4 Data Evaporasi ... 45
5 Perhitungan Evaporasi ... 45
6 Data Tinggi Tanaman ... 46
7 Perhitungan Tinggi Tanaman ... 46
8 Data Volume Pohon ... 47
9 Perhitungan Volume Pohon ... 47
10 Perhitungan Cadangan Karbon pada Serasah ... 48
11 Perhitungan Cadangan Karbon pada Nekromas ... 49
12 Perhitungan Karbon Tanah ... 49
13 Perhitungan Total Cadangan Karbon ... 52
14 Foto Pengambilan Data Tanaman ... 53
15 Foto Pengambilan Sampel Tanah ... 53
16 Foto Setting Plot Cadangan Karbon ... 54
17 Peta Titik Sampel Penelitian ... 55
18 Peta Citra Satelit dan Status Kawasan KHDTK BPK Aek Nauli ... 56
19 Peta Tipe Tanah KHDTK BPK Aek Nauli ... 57
PENDAHULUAN Latar Belakang
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming) yang kian marak dibahas merupakan salah satu isu penting lingkungan, sehingga dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim, Indonesia dapat meningkatkan stok karbon pada skim REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation Plus) melalui sustainable forest management atau SFM, dengan
cara: (1) penurunan emisi karbon dari deforestasi (pada konversi hutan), (2) penurunan emisi dari degradasi hutan (pada praktek pengelolaan hutan lestari), (3) penahanan emisi/stok karbon (pada hutan konservasi), dan (4) peningkatan stok karbon (Nugroho et al., 2012).
Salah satu peranan hutan dalam konteks perubahan iklim adalah sebagai penyimpan karbon/rosot karbon (carbon sink) yaitu vegetasi hidup di dalam hutan melalui proses fotosintesis mampu menyerap gas CO2 dan menyimpannya dalam bentuk biomassa. Disamping pengendalian terhadap laju deforestasi, upaya mitigasi perubahan iklim dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas kemampuan hutan dalam mereduksi emisi CO2 di atmosfer dan menyimpannya sebagai cadangan karbon (carbon stock) (Yunita, 2016).
Eucalyptus spp. merupakan salah satu jenis tanaman penyumbang
cadangan karbon yang besar, selain itu juga merupakan tanaman prioritas yang dikembangkan untuk pengelolaan HTI karena tanaman ini termasuk dalam salah satu spesies tanaman cepat tumbuh (fast growing species). Keunggulan Eucalyptus spp. sebagai tanaman cepat tumbuh adalah rotasi pendek, sedikit
serangan penyakit, banyak manfaatnya, dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Sulichantini, 2016).
Selain untuk kebutuhan industri pulp and paper, Eucalyptus spp. juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Daun, ranting dan kulit tanamannya dapat diproses menjadi minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki aktivitas antibakteri karena mengandung gugus fenol seperti carvacrol berpotensi sebagai antibakteri yang dapat digunakan sebagai obat gosok dan obat batuk, sedangkan buahnya berkhasiat sebagai pelega perut (Damanik, 2009).
Salah satu instansi yang membudidayakan tanaman Eucalyptus spp. adalah Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli yang memiliki luas lahan 1.900 ha. Kawasan ini berada di daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.100 - 1.750 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 3 - 65 %. Kawasan Hutan Aek Nauli memiliki ekosistem yang sangat beragam dan dikelompokkan menjadi hutan primer, hutan sekunder, hutan tanaman/dominansi pinus, semak belukar dan rerumputan, dominansi jenis tertentu.
Pertumbuhan tanaman berhubungan erat dengan pengelolaan tempat tumbuhnya, yaitu tanah. Sifat fisika tanah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Apabila sifat fisika tanah tidak baik (seperti tekstur, struktur, kerapatan dan porositas) maka unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak dapat diserap secara maksimal, karena terganggunya perkembangan akar tanaman yang akan menyebabkan sulitnya akar tersebut menembus tanah atau berkembang dalam tanah dan juga akan mengganggu aktifitas biologi tanah (Musyafa et al., 2016).
Selain itu suatu tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman tersebut memiliki kesesuaian antara syarat tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan tempat tumbuhnya. Jika karakteristik lahan yang ada, dalam hal ini sifat fisik sesuai dengan kriteria sifat tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman tersebut maka akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya (Widiastuti, 2011).
Berdasarkan hal di atas Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kajian sifat fisika tanah dan cadangan karbon hutan di bawah tegakan tanaman Eucalyptus spp. pada lahan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
Tujuan Penelitian
Untuk mengkaji beberapa sifat fisika tanah dan mengetahui cadangan karbon di bawah tegakan tanaman Eucalyptus spp pada lahan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Eucalyptus spp.
Eucalyptus spp. merupakan salah satu jenis tanaman prioritas yang
dikembangkan dalam pengelolaan HTI dan diperuntukkan sebagai kayu serat.
Eucalyptus spp. cocok dikembangkan di daerah tropis, dipanen pada umur 6 - 7
tahun, dan layak untuk bahan baku pulp pada umur 4 - 5 tahun, selain diperuntukkan sebagai bahan baku pulp and paper, kayu nya juga dapat digunakan sebagai kayu gergajian, dan konstruksi finir. Oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan (Maharani, 2014).
Tanaman ini sangat membutuhkan cahaya, dan dapat bertunas kembali setelah dipangkas serta agak tahan terhadap serangan rayap. Sistem perakarannya yang sangat muda cepat sekali memanjang, menembus ke dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping (Departemen Kehutanan, 1994).
Botani Tanaman
Eucalyptus spp. termasuk family Myrtaceae yang terdiri dari 500 - 700
jenis dan 138 varietas dan merupakan tumbuhan yang endemik di Australia dan kepulauan sebelah Utara Timur, Irian dan Filipina. Adapun botani nya menurut sistematikanya yaitu:
Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospemae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae
Genus : Eucalyptus
Spesies : Eucalyptus spp. (Departemen Kehutanan, 1994).
Tanaman Eucalyptus spp. merupakan tanaman pohon, ketinggiannya dapat mencapai 70 meter. Diameter batang dapat mencapai 140 cm, kulit batang halus.
Daun pada umumnya berbentuk lanset sampai bulat telur, bagian ujungnya agak berkait, panjang daun 10 - 15 cm dan lebar 1,5 - 5 cm. Pada pohon yang masih muda kedudukan daun berhadapan, sedangkan pada pohon yang sudah tua kedudukan daun agak berhadapan dan memiliki tangkai daun yang pendek. Buah berbentuk bulat seperti lonceng gereja dengan ukuran 6 - 16 mm, berwarna hijau kekuningan, berisi banyak biji (Nurrohman dan Tri, 2011).
Syarat Tumbuh
Eucalyptus spp. dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu,
lembah, berawa, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari yang mempunyai kandungan hara kurang sampai tanah yang baik dan subur (Muliawan, 2009).
Jenis Eucalyptus spp dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi petumbuhannya 0 - 1 bulan dan suhu rata- rata per tahun 200 - 320C. Ketinggian tempat yang sesuai untuk Eucalyptus spp berbeda-beda. Jenis hue, leda dan lainnya dapat tumbuh pada ketinggian antara 0 - 100 mdpl. Untuk jenis Urophylla, Hybrida dan grandis ketinggian tempat yang sesuai masing-masing 600 - 2300 mdpl (Nurrohman dan Tri, 2011).
Sifat Fisika Tanah Tekstur Tanah
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya < 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif (Agus et al., 2006).
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fisik liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian luasnya, seperti koloidal (Hutapea et al., 2015).
Partikel diatas 2,0 mm dikelompokkan sebagai kerikil, pasir antara 0,05 mm dan 2,0 mm, geluh atau silt antara 0,002 sampai 0,05 mm dan lempeng atau clay kurang dari 0,002 mm. Berdasarkan ukuran bahan padatan terebut, tanah digolongkan menjadi 3 partikel yaitu pasir, debu, dan liat. Ketiga partikel tersebut dinyatakan dalam % bersama-sama menyusun tanah dan disebut tekstur tanah.
Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyimpan dan menyediakan unsur hara bagi tanaman (Sinulingga dan Sri, 2012).
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi, mudahnya tanah meloloskan air (permeabilitas) dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi
perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan.Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Purba, 2009).
Kerapatan Isi (Bulk density)
Kerapatan isi (Bulk density) adalah bobot isi tanah kondisi lapangan yang dikering ovenkan per satuan volume tanah. Tanah lapisan permukaan yang kaya bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan lindak lebih rendah dari lapisan bawah yang pejal dengan kandungan humus rendah (Tambunan, 2008).
Bobot isi sangat erat kaitannya dengan permeabilitas dan porositas, jika bobot isi tinggi maka permeabilitas dan porositas rendah dan sebaliknya jika permeabilitas dan porositas tinggi maka bobot isi rendah. Semakin tinggi bobot isi maka semakin padat tanah, sehingga semakin rendah permeabilitas tanah semakin pertumbuhan tanaman tidak baik, karena akar tanaman sulit untuk menembus tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman apabila nilai bobot isi tanah rendah dan porositas meningkat (Arabia et al., 2012).
Pada lahan hutan mempunyai nilai bobot isi yang lebih rendah, dikarenakan memiliki tutupan tajuk yang sama-sama rapat dan teratur sehingga memungkinkan lebih banyak butiran air hujan yang dapat diintersepsi, tajuk tanaman akan menyerap dampak air hujan dan membiarkan air jatuh dengan lembut ke tanah tanpa memecahkan agregat, dan menyebabkan kesempatan jatuhnya butiran air hujan langsung ke permukaaan tanah lebih kecil (Lubis et al., 2016).
Tingginya nilai bulk density tanah juga dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Karena kesuburan tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanah yang sedikit kandungan C-organiknya umumnya memiliki nilai bulk density yang tinggi karena tanah menjadi padat (Tarigan et al., 2015).
Nilai kerapatan isi tanah berbanding terbalik dengan ruang pori total tanah. Nilai kerapatan isi tanah yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut lebih padat dibandingkan dengan tanah yang memiliki nilai kerapatan isi tanah yang lebih rendah, semakin padat suatu tanah, volume pori tanah tersebut semakin rendah (Alibasyah, 2016).
Bulk density atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan
perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
Bulk density =
Permeabilitas Tanah
Permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata air tanah. Bagi tanah - tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai permeabilitas terkecil (Utami, 2009).
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata - rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Lapisan permeabilitas
lempung yang bercelah lebih besar daripada lempung yang tidak bercelah (unfissured) (Rohmat, 2009).
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Air larian inilah yang akan merusak permukaan tanah (Maro’ah, 2011).
Tabel 1. Kelas Permeabilitas
Kelas Permeabilitas Nilai Kode
Cepat (rapid) > 25,4 1
Sedang sampai cepat (moderate to rapid) 12,7 - 25,4 2
Sedang (moderate) 6,3 – 12,7 3
Sedang sampai lambat (moderate to low) 2,0 – 6,3 4
Lambat (slow) 0,5 – 2,0 5
Sangat lambat (very slow) < 0,5 6
Evaporasi
Evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa menguapnya air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan dari vegetasi lainnya. Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air (Wati et al. 2015).
Proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan energi bahang dan gradient / defisit tekanan uap air yang tergantung pada faktor cuaca seperti suhu
udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari, kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang berevaporasi. Faktor - faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor lokasi geografis, musim, interval waktu dan lain- lain (Wati et al. 2015).
Besarnya evaporasi dari tanah sangat dipengaruhi jenis, tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik tanah. Kandungan bahan organik tanah bukan hanya berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi tanaman, akan tetapi juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, khususnya pertumbuhan vegetatif (Sarawa et al. 2014).
Cadangan Karbon Hutan
Hutan merupakan salah satu penyerap CO2 terbesar, dimana fungsi hutan sebagai penyerap CO2 menyebabkan konservasi hutan secara global akan mengurangi gas-gas rumah kaca di atmosfer dan CO2 tersebut akan disimpan dalam biomassa hutan. Peranan hutan sebagai penyimpan dan penyerap karbon sangat penting dalam rangka mengatasi masalah efek Gas Rumah Kaca (GRK) yang mengakibatkan pemanasan global (Yuniawati, 2013).
Karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Total cadangan karbon hutan dapat diperoleh dari karbon yang tersimpan pada tanaman, tumbuhan bawah, serasah, nekromas dan tanah. Tingkat penyerapan karbon di hutan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain iklim, topografi, karakteristik lahan, umur dan kerapatan vegetasi, komposisi jenis serta kualitas tempat tumbuh. Tempat penyimpanan utama karbon adalah terdapat dalam biomassanya (termasuk bagian atas yang meliputi batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah serta bagian bawah yang meliputi akar), bahan organik mati, tanah dan tersimpan dalam produk kayu yang nantinya dapat diemisikan untuk produk jangka panjang.
(Widyasari, 2010).
Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu komponen penting dalam proses fotosintesis. Karbondioksida yang diserap oleh tegakan akan menyusun karbohidrat sebagai hasil fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Oleh karena itu, besarnya biomassa tegakan dapat dijadikan dasar dalam menentukan jumlah cadangan karbon atau jumlah CO2 yang diserap dan disimpan oleh tegakan (Uthbah et al., 2017).
Cadangan karbon pada berbagai kelas penutupan lahan di hutan alam berkisar antara 7,5 - 264,70 ton C/ha . Secara umum pada hutan lahan kering primer mampu menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan hutan lahan kering sekunder karena pada hutan sekunder telah terjadi gangguan terhadap tegakannya. Kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam dan kejadian atau aktivitas lainnya di kawasan hutan yang menyebabkan berkurangnya potensi biomassa yang berindikasi langsung terhadap kemampuannya menyimpan karbon. Pola tersebut juga terjadi pada hutan rawa primer dan hutan rawa sekunder. Selanjutnya, pada hutan lahan kering relatif memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar daripada hutan rawa dan mangrove karena kemampuannya yang dapat membangun tegakan tinggi dan berdiameter besar sebagai tempat menyimpan karbon (Balitbang Kehutanan, 2010).
Tanah merupakan salah satu dari tiga penyimpan karbon (carbon pool) di darat. Penyimpan lainnya adalah pada biomassa tanaman hidup dan tanaman yang mati atau nekromas dan serasah. Karbon tanah dipengaruhi oleh kerapatan masa tanah atau nilai bulk density serta % C-organik pada tanah (Edwin, 2016).
Pengukuran jumlah cadangan karbon dilakukan berdasarkan hasil perhitungan biomassa tegakan pada masing-masing kelompok umur. Data biomassa tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus perhitungan jumlah cadangan karbon. Perhitungan jumlah karbon tersimpan dihitung dengan persamaan dari Brown (1997) yang menyatakan bahwa 50% biomassa dari vegetasi hutan tersusun atas karbon sehingga untuk perhitungan cadangan karbon dilakukan berdasarkan jumlah biomassa yang diperoleh (ton.ha-1) (Putri dan Wulandari, 2015).
Proses penimbunan karbon (C) dalam tubuh tanaman hidup dinamakan sekuestrasi C (C-Sequestrastion). Besarnya jumlah C yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknnya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Pengukuran C yang masih tersimpan dalam bagian tubuh tumbuhan yang telah mati (nekromas) secara tidak langsung dapat menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke udara melalui pembakaran.
Tempat penimbunan ataupun penyimpanan C yang lebih besar terdapat pada tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran (agroforestry), hal ini terjadi dikarenakan adanya banyak keragaman jenis pepohonan dan serasah (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Tinggi rendahnya biomassa dan karbon tergantung pada tempat tumbuh, sinar matahari dan vegetasi yang menggugurkan daunnya. Biomassa serasah lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan bawah. Jumlah biomassa yang dihasilkan oleh tumbuhan bawah seperti semak-semak, tumbuhan merambat, dan herba dapat bervariasi, tetapi umumnya pada kebanyakan hutan persentasenya sekitar 3% dari total keseluruhan biomassa di atas permukaan (Tuah et al., 2017).
Karbon yang tersimpan dalam serasah ditentukan oleh biomassa dan persen organik serasah yang dihasilkan, karena semakin besar biomassa dan persen karbon yang diproduksi atau dihasilkan pohon maka akan semakin besar cadangan karbon yang tersimpan. Faktor penyebab jumlah serasah bervariasi disebabkan secara umum terjadi karena penambahan biomassa serasah seiring dengan bertambahnya kerapatan tajuk. Kerapatan tajuk atau tegakan merupakan faktor yang mempengaruhi jatuhnya serasah hutan karena adanya persaingan untuk mendapatkan sinar matahari. Semakin rapat suatu tegakan atau tajuk akan menghasilkan jumlah serasah yang lebih banyak karena pohon-pohon yang tumbuh dalam hutan yang agak rapat lekas melepaskan cabang-cabang dan daun- daun mulai dari bawah, sebab cahaya tidak cukup baginya untuk proses fotosintesis (Budiman et al., 2015).
Produktivitas serasah juga dipengaruhi vegetasi dan curah hujan. Curah hujan mempengaruhi fisiologi vegetasi karena semakin tinggi curah hujan maka semakin rendah guguran daun, ranting, bunga dan buah, pada saat curah hujan tinggi kelembaban akan meningkat maka penguapan daun akan menurun sehingga daun tetap segar dan tidak mudah gugur (Hardiansyah et al., 2015).
Karbon di dalam tanah merupakan indikator kesuburan tanah. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik. Tingginya karbon dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme tanah, sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan
P, fiksasi N dan sebagainya. Penambatan karbon dari atmosfer menjadi karbon jaringan tanaman dan bahan organik tanah penting untuk menurunkan konsentrasi gas rumah kaca (Yunita, 2016).
Salah satu komponen pokok tempat penyimpanan C adalah bahan organik.
Jumlah C yang tersimpan pada bahan organik kecil dibandingkan jumlah total karbon pada hutan tersebut. Bahan organik tersebut sebagian besar berasal dari jaringan tumbuhan atau serasah dan nekromas yang merupakan penyumbang karbon (Yunita, 2016).
Data cadangan karbon memperhitungkan 5 sumber (carbon pools) sebagai berikut: 1). Biomassa di atas tanah (aboveground biomass), 2). Biomassa di bawah tanah (belowground biomass), 3). Pohon mati (dead wood), 4). Seresah (Litter) dan 5). Tanah (Soil) (Arifanti et al., 2014).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara pada ketinggian tempat ± 1.100 – 1.750 mdpl. Analisis tanah di Laboratorium BPTP Sumut dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan Oktober 2019.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah untuk dianalisis sifat fisika tanahnya dan bahan kimia yang dibutuhkan dalam analisis sifat fisika tanah di lahan tanaman Eucalyptus spp.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Administrasi Aek Nauli Kabupaten Simalungun, GPS (Global Position System) untuk mengetahui titik koordinat pengambilan sampel tanah, ring sampel untuk mengambil sampel tanah, bor tanah untuk mengambil sampel tanah terganggu, kantong plastik 1 kg sebagai wadah tanah, kertas label sebagai penanda sampel tanah, spidol untuk menandai kertas label, kamera untuk foto dokumentasi sampel tanah serta keadaan daerah penelitian, timbangan analitik untuk menimbang berat awal dan akhir tanah, meteran untuk mengukur jarak antar pohon, phiband untuk mengukur diameter pohon, Haga Hypsometer untuk mengukur tinggi pohon, serta alat laboratorium untuk analisis tanah dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei sistem grid bebas dengan 10 titik sampel di bawah tegakan tanaman Eucalyptus spp. untuk mengkaji beberapa sifat fisika tanahnya. Dibuat 3 setting plot di lapangan yaitu Eucalyptus murni, Eucalyptus dan Pinus, serta Eucalyptus dan pohon lainnya, untuk menghitung cadangan karbon hutan. Penelitian dimulai dengan melakukan survei pendahuluan (pra survey) untuk menentukan lokasi penelitian. Selanjutnya, dilakukan survei utama untuk pengamatan di lapangan, pengambilan sampel tanah dan penghitungan cadangan karbon hutan di 4 karbon pool (bagian atas permukaan (BAP), serasah, kayu mati (nekromas) dan tanah).
Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang diperlukan, mengadakan pra survei ke lapangan dan penyediaan bahan serta peralatan yang digunakan di lapangan.
Tahap Kegiatan di Lapangan
Lokasi penelitian ditetapkan atas dasar peta lokasi penelitian dan peta jenis tanah. Untuk menghitung cadangan karbon dibuat 3 setting plot yaitu Eucalyptus murni, Eucalyptus dan Pinus, serta Eucalyptus dengan pohon lainnya. Pada masing-masing setting plot dibuat sub plot dengan ukuran: A (1m x 1m), B (2m x 2m), C (5m x 5m), dan D (10m x 10m), seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Setting Plot Cadangan Karbon Hutan Keterangan : A = sub plot untuk bagian atas permukaan (BAP)
B = sub plot untuk serasah
C = sub plot untuk kayu mati (nekromas) D = karbon tanah
Pada sub plot bagian atas permukaan (BAP), serasah, dan kayu mati (nekromas) diambil biomassa nya untuk perhitungan cadangan karbon dan di sub plot karbon tanah dihitung nilai kerapatan isi (bulk density) pada setiap kedalaman 0 - 5 cm, 5 - 10 cm, 10 - 20 cm, dan 20 - 30 cm, serta dianalisis % C-organik sehingga akan didapatkan besar cadangan karbonnya.
A
B
C
D
Tahap Analisis Laboratorium
Sampel tanah yang telah diambil dari daerah penelitian, selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Parameter Penelitian A. Tanah
Tesktur tanah
Tekstur tanah dianalisis menggunakan metode Hydrometer.
Kerapatan isi (g/cm3)
Kerapatan massa tanah (Bulk density) dengan ring sampel, dianalisis dengan rumus:
Bd = BTKO VT
Bd = kerapatan isi (g/cm3)
BTKO = Berat Tanah Kering Oven (g) VT = Volume total tanah (cm3).
Permeabilitas tanah (cm/jam)
Permeabilitas tanah dengan ring sampel, dianalisis dengan rumus:
Q = laju air fluida (cc/detik) k = permeabilitas, darcy μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm A = luas penampang (cm)
Evaporasi (g/hari)
Dengan cara mengambil tanah di pagi hari dengan menggunakan ring sampel lalu dipindah ke plastik dan dihitung beratnya lalu dihitung kembali saat sore hari, berat yang hilang diindikasikan sebagai besarnya evaporasi dari tanah.
B. Tanaman
Diamater Batang Pohon (cm)
Diukur diameter batang pohon dengan cara melilitkan phiband.
Tinggi Pohon (m)
Diukur tinggi pohon dengan menggunakan alat ukur Haga Hypsometer.
Haga merupakan salah satu alat ukur tinggi dengan prinsip Trigonometri yang mempunyai skala tinggi yang langsung dapat dibaca pada alat.
Volume Pohon (m3)
Perhitungan volume kayu yang digunakan yaitu volume kayu termanfaatkan (merchantable volume) tiap pohon dihitung berdasarkan diameter (d) dan tinggi pohon (t) yang bersangkutan (Mindawati, 2009).
Volume Pohon = ¼ . π . d2 . t. f Dimana : π = 22/7 = 3.14
d = diameter pohon (m) t = tinggi pohon (m) f = faktor bentukan = 0.7
C. Total Cadangan Karbon Hutan
Total cadangan karbon hutan dihitung dengan menggunakan karbon pool berikut ini :
- Karbon dari biomassa di atas permukaan tanah (Understorey), dihitung dengan rumus:
Cbap = BO x % C-organik Keterangan : BO = Biomassa
- Karbon dari biomassa serasah (Litter), dihitung dengan rumus:
Cserasah = BO x % C-organik Keterangan : BO = Biomassa
- Karbon dari biomassa pohon mati dan kayu mati (Nekromas), dihitung dengan rumus :
Ckayu mati + pohon mati = BO x % C-organik Keterangan : BO = Biomassa
- Karbon tanah, yang diambil pada kedalaman 0 - 5 cm, 5 - 10 cm, 10 - 20 cm, dan 20 - 30 cm, dihitung dengan rumus :
Ctanah = Kd x ρ x % C-organik
Dimana: Kd = Kedalaman tanah (cm) , ρ = Bulk density (g/cm3).
- Karbon Total, dihitung dengan rumus :
Ctotal = Cbap +Cserasah + Ckayu mati + pohon mati + Ctanah
Sumber : Wayan, 2014.
Perhitungan jumlah karbon tersimpan untuk bagian atas permukaan, serasah dan nekromas dihitung dengan persamaan dari Brown (1997) dalam
Uthbah et al (2017) yang menyatakan bahwa 50% biomassa dari vegetasi hutan tersusun atas karbon, sehingga untuk perhitungan cadangan karbon dilakukan berdasarkan jumlah biomassa yang diperoleh (ton/ha) yaitu dengan rumus :
C = Yn × 0.5
Keterangan: Yn = Biomassa tegakan (ton/ha)
0.5 = Faktor konversi untuk pendugaan karbon (C-organik 50%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Kondisi Umum Daerah Penelitian
Kawasan KHDTK Aek Nauli berada pada daerah pegunungan pada ketinggian sekitar 1.000 - 1.750 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 3 - 65 % (rata-rata antara 25 - 40%). Secara geografis KHDTK Aek Nauli terletak diantara 2˚41‟ – 2˚44‟ LU dan 98˚57‟ – 98˚58‟ BT. Kawasan berada pada pinggir Kaldera Toba yang terbentuk dari letusan Supervolcano Toba sekitar 75 km, sehingga memiliki kondisi topografi yang umumnya perbukitan dan pegunungan dengan kondisi geologis yang tidak stabil dan mempunyai tingkat kerawanan erosi tanah sangat tinggi. Curah hujan bulanan rata-rata sebesar 206,5 mm dan curah hujan tahunan rata - rata sebesar 2452 mm dengan jumlah hari hujan sekitar 151 hari/tahun. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 19.
A. Tanah
Data hasil pengukuran sifat fisika tanah berupa tekstur tanah, kerapatan isi (bulk density), permeabilitas dan evaporasi (Lampiran 1,2,3 dan 4) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Data Sifat Fisika Tanah di Bawah Tegakan Eucalyptus spp.
Sampel
Sifat Fisika Tanah Tekstur Tanah Kerapatan Isi
(g/cm3)
Permeabilitas (cm/jam)
Evaporasi (g/hari)
1 Pasir Berlempung 0.59 13.60 0.18
2 Pasir Berlempung 0.79 9.45 0.43
3 Pasir Berlempung 1.02 8.52 0.46
4 Pasir 0.59 14.30 0.11
5 Pasir 0.53 14.57 0.09
6 Pasir Berlempung 0.81 9.32 0.42
7 Pasir Berlempung 0.70 10.40 0.40
8 Pasir Berlempung 0.62 13.20 0.20
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa tekstur tanah di bawah tegakan Eucalyptus spp umumnya bertekstur pasir berlempung. Kerapatan isi tertinggi
terdapat pada sampel 3 sebesar 1.02 g/cm3 dan terendah terdapat pada sampel 5 sebesar 0.53 g/cm3. Permeabilitas tertinggi terdapat pada sampel 5 sebesar 14.57 cm/jam (sedang sampai cepat) dan terendah terdapat pada sampel 3 sebesar 8.52 cm/jam (sedang). Evaporasi tertinggi terdapat pada sampel 10 sebesar 0.52 g/hari. dan terendah terdapat pada sampel 5 sebesar 0.09 g/hari.
B. Tanaman
Data hasil pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, dan volume pohon (Lampiran 6,7,8 dan 9) pada tanaman Eucalyptus spp dapat dilihat pada Tabel 3 dan data tanaman dengan sifat fisika tanah dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 3. Data Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Volume Pohon Eucalyptus spp.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada sampel 5 sebesar 21.5 meter dan terendah pada sampel 2 dan sampel 7 sebesar 15 meter. Diameter batang terbesar terdapat pada sampel 4 sebesar 0.60 meter dan
9 Pasir Berlempung 0.68 11.50 0.36
10 Pasir Berlempung 0.85 9.00 0.52
Sampel Tinggi Tanaman (m) Diameter Batang (m) Volume Pohon (m3)
1 20.5 0.51 2.93
2 15 0.362 1.08
3 16 0.33 0.96
4 15.5 0.60 3.07
5 21.5 0.52 3.19
6 17.5 0.33 1.05
7 15 0.437 1.57
8 19 0.48 2.41
9 18 0.49 2.37
10 17.5 0.32 0.98
terkecil pada sampel 10 sebesar 0.32 meter. Volume pohon terbesar terdapat pada sampel 5 sebesar 3.19 m3 dan terkecil pada sampel 3 sebesar 0.96 m3.
Tabel 4. Data Tanaman dan Sifat Fisika Tanah
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa volume pohon terbesar terdapat pada sampel 5 sebesar 3.19 m3, dengan nilai kerapatan isi terendah sebesar 0.53 g/cm3, nilai permeabilitas tertinggi yaitu sebesar 14.57 cm/jam dan nilai evaporasi terendah sebesar 0.09 g/hari sedangkan volume pohon terkecil terdapat pada sampel 3 sebesar 0.96 m3 dengan nilai kerapatan isi tertinggi sebesar 1.02 g/cm3, nilai permeabilitas terendah yaitu 8.52 cm/jam dan nilai evaporasi sebesar 0.46 g/hari.
Sampel Volume Pohon (m3)
Kerapatan Isi (g/cm3)
Permeabilitas (cm/jam)
Evaporasi (g/hari)
1 2.93 0.59 13.60 0.18
2 1.08 0.79 9.45 0.43
3 0.96 1.02 8.52 0.46
4 3.07 0.59 14.30 0.11
5 3.19 0.53 14.57 0.09
6 1.05 0.81 9.32 0.42
7 1.57 0.70 10.40 0.40
8 2.41 0.62 13.20 0.20
9 2.37 0.68 11.50 0.36
10 0.98 0.85 9.00 0.52
Gambar 2. Grafik Volume Pohon dengan Kerapatan Isi
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai kerapatan isi maka semakin menurun volume pohon, dimana penurunannya secara linier – negatif dengan persamaan garis y = -5.5937x + 5.9773 (r = 0.90). Volume pohon terbesar terdapat pada sampel 5 sebesar 3.19 m3, dengan nilai kerapatan isi terendah yaitu 0.53 g/cm3, sedangkan volume pohon terkecil terdapat pada sampel 3 sebesar 0.96 m3 dengan nilai kerapatan isi tertinggi yaitu 1.02 g/cm3.
r = 0.90
Gambar 3. Grafik Volume Pohon dengan Permeabilitas
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi permeabilitas maka semakin meningkat volume pohon, dimana peningkatannya secara linier – positif dengan persamaan garis y = 0.3888x – 2.4656 (r = 0.98). Volume pohon terbesar terdapat pada sampel 5 sebesar 3.19 m3, dengan nilai permeabilitas tertinggi yaitu 14.57 cm/jam (sedang sampai cepat) dan volume pohon terkecil terdapat pada sampel 3 sebesar 0.96 m3 dengan nilai permeabilitas terendah yaitu 8.52 cm/jam (sedang).
r = 0.98
Gambar 4. Grafik Volume Pohon dengan Evaporasi
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai evaporasi maka semakin menurun volume pohon, dimana penurunannya secara linier – negatif dengan persamaan garis y = -5.6406x + 3.749 (r = 0.95). Volume pohon terbesar terdapat pada sampel 5 sebesar 3.19 m3, dengan nilai evaporasi sebesar 0.09 g/hari dan volume pohon terkecil terdapat pada sampel 3 sebesar 0.96 m3 dengan nilai evaporasi sebesar 0.46 g/hari.
r = 0.95
Gambar 5. Grafik Volume Pohon dengan Sifat Fisika Tanah
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai kerapatan isi dan evaporasi semakin menurunnya volume pohon, dimana penurunannya secara linier – negatif dengan persamaan garis yk = -5.5937x + 5.9773 (r= 0.90) dan ye = -5.6406x + 3.7491 (r = 0.98), namun semakin tinggi nilai permeabilitas maka semakin meningkat volume pohon, dimana peningkatannya secara linier-positif dengan persamaan garis yp = 0.3888x-2.4656 (r= 0.95). Volume pohon terbesar terdapat pada sampel 5 sebesar 3.19 m3, dengan nilai nilai kerapatan isi sebesar 0.53 g/cm3, pemeabilitas sebesar 14.57cm/jam (sedang sampai cepat) dan evaporasi sebesar 0.09 g/hari sedangkan volume pohon terkecil terdapat pada sampel 3 sebesar 0.96 m3 dengan nilai kerapatan isi sebesar 1.02 g/cm3 , permeabilitas sebesar 8.52 cm/jam (sedang) dan evaporasi sebesar 0.46 g/hari.
r= 0.90 r= 0.98 r= 0.95
Tabel 5. Korelasi antara Volume Pohon (m3) dan Sifat Fisika Tanah
Keterangan : r tabel = 0.765
** masing-masing nyata pada taraf 1%.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa korelasi antara volume pohon dengan sifat fisika tanah mempunyai nilai r hitung > r tabel, sehingga volume pohon berkorelasi sangat nyata terhadap sifat fisika tanah.
C. Total Cadangan Karbon Hutan
Data hasil perhitungan total cadangan karbon hutan pada setiap setting plot (Eucalyptus murni, Eucalyptus - Pinus, Eucalyptus dan Pohon lainnya) (Lampiran 10,11,12 dan 13) dapat lihat pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8 di bawah ini:
Tabel 6. Data Total Cadangan Karbon Hutan pada Setting Plot Eucalyptus Murni
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada bagian atas permukaan (BAP) memiliki total biomassa sebesar 4.33 ton/ha dan cadangan karbon sebesar
Parameter Kerapatan Isi (g/cm3)
Permeabilitas (cm/jam)
Evaporasi (g/hari) Volume Pohon
(m3) 0.90** 0.98** 0.95**
Karbon Pool
Total Biomassa
(ton/ha)
C-organik (%)
Cadangan Karbon (ton/ha)
Bagian Atas Permukaan 4.33 50 2.16
Serasah (Litter) 1.49 50 0.75
Kayu Mati (Nekromas) 3.56 50 1.78
Tanah
0-5 cm (BD = 0.51 g/cm3) 5-10 cm (BD = 0.7 g/cm3) 10-20 cm (BD = 0.97 g/cm3) 20-30 cm (BD = 1.11 g/cm3)
15.91 40.57
13.08 45.78
12.91 125.23
11.77 130.65
Sub Total Tanah 342.23
Total Cadangan Karbon 346.92
cadangan karbon sebesar 0.75 ton/ha. Kayu mati (nekromas) memiliki total biomassa sebesar 3.56 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 1.78 ton/ha. Tanah pada kedalaman 0 - 5 cm dengan nilai kerapatan isi sebesar 0.51 g/cm3, C-organik sebesar 15.91% dan cadangan karbon sebesar 40.57 ton/ha, pada kedalaman 5 - 10 cm memiliki nilai kerapatan isi sebesar 0.7 g/cm3, C-organik sebesar 13.08% dan cadangan karbon sebesar 45.78 ton/ha, pada kedalaman 10 - 20 cm memiliki nilai kerapatan isi sebesar 0.97 g/cm3, C-organik sebesar 12.91% dan cadangan karbon sebesar 125.23 ton/ha, pada kedalaman 20 - 30 cm memiliki kerapatan isi sebesar 1.11 g/cm3, C-organik sebesar 11.77% dan cadangan karbon sebesar 130.65 ton/ha, sehingga total cadangan karbon pada tanah sebesar 342.23 ton/ha. Total cadangan karbon pada setting plot Eucalyptus murni yaitu sebesar 346.92 ton/ha.
Tabel 7. Data Total Cadangan Karbon Hutan pada Setting Plot Eucalyptus - Pinus
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa pada bagian atas permukaan (BAP) memiliki total biomassa sebesar 3.51 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 1.75 ton/ha. Serasah (litter) memiliki total biomassa sebesar 1.38 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 0.69 ton/ha. Kayu mati (nekromas) memiliki total biomassa sebesar 3.14 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 1.57 ton/ha. Tanah
Karbon Pool
Total Biomassa
(ton/ha)
C-organik (%)
Cadangan Karbon (ton/ha)
Bagian Atas Permukaan 3.51 50 1.75
Serasah (Litter) 1.38 50 0.69
Kayu Mati (Nekromas) 3.14 50 1.57
Tanah
0-5 cm (BD = 0.64 g/cm3) 5-10 cm (BD = 0.83 g/cm3) 10-20 cm (BD = 0.95 g/cm3) 20-30 cm (BD = 1.00 g/cm3)
10.04 32.13
7.71 32.00
7.25 68.88
7.00 70.00
Sub Total Tanah 203.01
Total Cadangan Karbon 207.02
pada kedalaman 0 - 5 cm dengan nilai kerapatan isi sebesar 0.64 g/cm3, C-organik sebesar 10.04 % dan cadangan karbon sebesar 32.13 ton/ha, pada kedalaman 5 - 10 cm memiliki nilai kerapatan isi sebesar 0.83 g/cm3, C-organik sebesar 7.71%
dan cadangan karbon sebesar 32.00 ton/ha, pada kedalaman 10 - 20 cm memiliki nilai kerapatan isi sebesar 0.95 g/cm3, C-organik sebesar 7.25% dan cadangan karbon sebesar 68.88 ton/ha, pada kedalaman 20 - 30 cm memiliki kerapatan isi sebesar 1.00 g/cm3, C-organik sebesar 7% dan cadangan karbon sebesar 70.00 ton/ha, sehingga total cadangan karbon pada tanah sebesar 203.01 ton/ha.
Total cadangan karbon pada setting plot Eucalyptus - Pinus yaitu sebesar 207.02 ton/ha.
Tabel 8. Data Total Cadangan Karbon Hutan pada Setting Plot Eucalyptus – Pohon Lainnya
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa pada bagian atas permukaan (BAP) memiliki total biomassa sebesar 5.21 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 2.60 ton/ha. Serasah (litter) memiliki total biomassa sebesar 1.44 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 0.72 ton/ha. Kayu mati (nekromas) memiliki total biomassa sebesar 3.34 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 1.67 ton/ha. Tanah pada kedalaman 0 - 5 cm dengan nilai kerapatan isi sebesar 0.52 g/cm3,
Karbon Pool
Total Biomassa
(ton/ha)
C-organik (%)
Cadangan Karbon (ton/ha)
Bagian Atas Permukaan 5.21 50 2.60
Serasah (Litter) 1.44 50 0.72
Kayu Mati (Nekromas) 3.34 50 1.67
Tanah
0-5 cm (BD = 0.52 g/cm3) 5-10 cm (BD = 0.66 g/cm3) 10-20 cm (BD = 1.08 g/cm3) 20-30 cm (BD = 1.11 g/cm3)
7.96 20.70
6.93 22.87
5.42 58.54
3.60 39.96
Sub Total Tanah 142.07
Total Cadangan Karbon 147.06
C-organik sebesar 7.96% dan cadangan karbon sebesar 20.70 ton/ha, pada kedalaman 5 - 10 cm memiliki nilai kerapatan isi sebesar 0.66 g/cm3, C-organik 6.93% dan cadangan karbon sebesar 22.87 ton/ha, pada kedalaman 10 - 20 cm memiliki nilai kerapatan isi sebesar 1.08 g/cm3, C-organik sebesar 5.42% dan cadangan karbon sebesar 58.54 ton/ha, pada kedalaman 20 - 30 cm memiliki kerapatan isi sebesar 1.11 g/cm3, C-organik sebesar 3.60% dan cadangan karbon sebesar 39.96 ton/ha, sehingga total cadangan karbon pada tanah sebesar 142.07 ton/ha. Total cadangan karbon pada setting plot Eucalyptus - Pohon lainnya yaitu sebesar 147.06 ton/ha.
Pembahasan Tanah
Berdasarkan Tabel 2 pada penelitian ini diketahui bahwa tekstur tanah pada KHDTK Aek Nauli secara umum adalah pasir berlempung. Tanah di wilayah ini didominasi oleh fraksi pasir sehingga akan mempengaruhi sifat-sifat tanah lainnya seperti permeabilitas, dan kerapatan isi tanah serta memiliki pori- pori tanah yang besar hal ini sesuai dengan Purba (2009) yang menyatakan bahwa tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi, mudahnya tanah meloloskan air (permeabilitas) dan laju pergerakan air (perkolasi).
Kerapatan isi tanah (bulk density) pada penelitian ini berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada sampel 3 sebesar 1.02 g/cm3 dan terendah terdapat pada sampel 5 sebesar 0.53 g/cm3, yang masih tergolong rendah dikarenakan lahan hutan memiliki kerapatan tanaman yang tinggi sehingga air hujan tidak langsung jatuh ke tanah dan memecahkan agregrat tanah hal ini sesuai dengan penelitian Lubis et al (2016) yang menyatakan bahwa pada lahan hutan mempunyai nilai bobot isi yang lebih rendah, dikarenakan memiliki tutupan tajuk yang sama–sama rapat dan teratur sehingga memungkinkan lebih banyak butiran air hujan yang dapat diintersepsi, tajuk tanaman akan menyerap dampak air hujan dan membiarkan air jatuh dengan lembut ke tanah tanpa memecahkan agregat, dan menyebabkan kesempatan jatuhnya butiran air hujan langsung ke permukaaan tanah lebih kecil.
Kelas permeabilitas pada penelitian ini berdasarkan Tabel 2 diketahui termasuk pada kelas sedang sampai dengan cepat, dikarenakan tekstur tanah
didominasi oleh fraksi pasir sehingga tanah lebih mudah meloloskan air hal ini sesuai dengan Rohmat (2009) yang menyatakan bahwa koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Nilai evaporasi pada penelitian ini berdasarkan Tabel 2 diketahui berkisar antara 0.09 g/hari - 0.52 g/hari, nilai evaporasi ini dipengaruhi oleh kondisi geografis yang mana pada penelitian ini kondisi geografis nya merupakan perbukitan dan pegunungan, iklim dan tanah itu sendiri seperti tekstur tanah nya yang didominasi oleh fraksi pasir hal ini sesuai dengan penelitian Sarawa et al (2014) yang menyatakan bahwa besarnya evaporasi dari tanah sangat dipengaruhi jenis, tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik tanah.
Tanaman
Berdasarkan Tabel 4 diketahui volume pohon terbesar terdapat pada sampel 5 yaitu sebesar 3.19 m3 dengan nilai kerapatan isi terendah sebesar 0.53 g/cm3, nilai permeabilitas tertinggi yaitu sebesar 14.57 cm/jam dan nilai evaporasi terendah sebesar 0.09 g/hari sedangkan volume pohon terkecil terdapat pada sampel 3 sebesar 0.96 m3 dengan nilai kerapatan isi tertinggi sebesar 1.02 g/cm3, nilai permeabilitas terendah sebesar 8.52 cm/jam dan nilai evaporasi sebesar 0.46 g/hari artinya besarnya volume pohon berbanding terbalik dengan nilai kerapatan isi, evaporasi dan berbanding lurus dengan permeabilitas. Semakin besar volume pohon, maka nilai kerapatan isi semakin rendah, evaporasi rendah dan permeabilitas tinggi. Tanah yang memiliki nilai kerapatan isi tinggi membuat
perakaran tanaman lebih susah untuk menembus tanah. Tingkat evaporasi pun juga harus rendah sehingga air tanah tetap tersedia pada tanaman, dan tingkat permeabilitas tinggi, yang berarti tanah mudah untuk meloloskan air dan diserap oleh tanaman hal ini sesuai dengan penelitian Arabia et al (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot isi maka semakin padat tanah, sehingga semakin rendah permeabilitas tanah semakin pertumbuhan tanaman tidak baik, karena akar tanaman sulit untuk menembus tanah.
Total Cadangan Karbon Hutan
Cadangan karbon pada tingkat bagian atas permukaan berdasarkan Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8 adalah sebesar 2.163 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus murni, 1.754 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus - Pinus dan 2.602 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus dengan pohon lainnya (Suren dan Damar).
Banyaknya cadangan karbon bergantung pada biomassa di pool ini, dikarenakan rumus cadangan karbon ialah biomassa x 0.5 dengan asumsi 50% biomassa merupakan cadangan karbon, sehingga semakin banyak biomassa maka semakin besar cadangan karbonnya hal ini sesuai dengan penelitian Uthbah et al (2017) yang menyatakan bahwa karbondioksida yang diserap oleh tegakan akan menyusun karbohidrat sebagai hasil fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomasa. Oleh karena itu, besarnya biomasa tegakan dapat dijadikan dasar dalam menentukan jumlah cadangan karbon atau jumlah CO2 yang diserap dan disimpan oleh tegakan.
Cadangan karbon pada tingkat serasah (litter) berdasarkan Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8 adalah sebesar 0.746 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus murni, 0.688 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus – Pinus dan 0.719 ton/ha untuk
setting plot Eucalyptus dan pohon lainnya (Suren dan Damar). Biomassa serasah
paling banyak terdapat pada Eucalyptus murni, sehingga pada setting plot ini memiliki cadangan karbon terbesar. Besar nya cadangan karbon yang terdapat pada tingkat pool ini mengindikasikan bahwa serasah yang berada di bawah tegakan pohon juga berfungsi dalam menyimpan karbon hutan hal ini sesuai dengan penelitian Budiman et al (2015) yang menyatakan bahwa kandungan karbon tersimpan dalam serasah ditentukan oleh biomassa dan persen organik serasah yang dihasilkan, karena semakin besar biomassa dan persen karbon yang diproduksi atau dihasilkan pohon maka akan semakin besar cadangan karbon yang tersimpan.
Cadangan karbon pada tingkat kayu - kayu mati (nekromas) berdasarkan Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8 adalah sebesar 1.778 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus murni, 1.568 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus - Pinus dan 1.672 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus dan pohon lainnya (Suren dan Damar).
Biomassa nekromas yang paling banyak terdapat pada setting plot Eucalyptus murni sehingga memiliki cadangan karbon terbesar. Kayu-kayu mati yang terdapat di bawah tegakan pohon memiliki fungsi untuk menyimpan karbon hutan hal ini sesuai dengan literatur Yunita (2016) yang menyatakan bahwa salah satu komponen pokok tempat penyimpanan C adalah bahan organik. Bahan organik tersebut sebagian besar berasal dari jaringan tumbuhan atau serasah dan nekromassa yang merupakan penyumbang karbon
Karbon tanah pada penelitian ini berdasarkan Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8 adalah sebesar 342.23 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus murni, 203.01 ton/ha untuk setting plot Eucalyptus – Pinus dan 142.07 ton/ha untuk setting plot
Eucalyptus dan pohon lainnya. Besar nya karbon tanah dipengaruhi oleh nilai kerapatan isi (bulk density), % C-organik serta kedalaman contoh tanah. Dimana semakin dalam tanah maka nilai kerapatan isi (bulk density) semakin tinggi dan
% C-organik semakin kecil hal ini sesuai dengan penelitian Edwin (2016) yang menyatakan bahwa tanah merupakan salah satu dari tiga penyimpan karbon (carbon pool) di darat. Karbon tanah dipengaruhi oleh kerapatan massa tanah atau nilai bulk density serta % C-organik pada tanah.
Total cadangan karbon hutan yang merupakan penambahan dari karbon tingkat bagian atas permukaan, serasah, kayu mati (nekromas) dan karbon tanah berdasarkan Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8 diketahui bahwa untuk setting plot Eucalyptus murni ialah sebesar 346.92 ton/ha, untuk setting plot Eucalyptus – Pinus 207.02 ton/ha dan untuk setting plot Eucalyptus - Pohon lainnya (Suren dan Damar) sebesar 147.06 ton/ha. Sehingga total cadangan karbon terbesar terdapat pada setting plot Eucalyptus murni dan yang terkecil terdapat pada setting plot Eucalyptus - Pohon lainnya (Suren dan Damar) hal ini sesuai dengan penelitian Widyasari (2010) yang menyatakan bahwa karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Total cadangan karbon hutan dapat diperoleh dari karbon yang tersimpan pada tanaman, tumbuhan bawah, serasah, nekromas dan pada tanah.
.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Besarnya volume pohon berbanding terbalik dengan nilai kerapatan isi (bulk density), evaporasi dan berbanding lurus dengan permeabilitas.
2. Total cadangan karbon terbesar terdapat pada setting plot Eucalyptus murni yaitu sebesar 346.92 ton/ha dan yang terkecil terdapat pada setting plot Eucalyptus-Pohon lainnya (Suren dan Damar) yaitu sebesar
147.06 ton/ha, yang diperoleh dari tingkat bagian atas permukaan, serasah, kayu-kayu mati (nekromas) dan tanah.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang lebih rinci untuk pendugaan biomassa dan cadangan karbon pada tingkat bagian atas permukaan, serasah, kayu-kayu mati (nekromas) dan tanah pada tegakan tanaman Eucalyptus spp.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., Yusrial dan S.Sutono. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Hal : 34.
Alibasyah, M. R. 2016 . Efek Sistem Olah dan Mulsa Jagung terhadap Stabilitas Agregat dan C-organik Tanah Ultisol pada Musim Tanaman ke 3.
J.Agrista.3(4), Hal: 228-237.
Arabia, T. 2009. Karakteristik Tanah Sawah pada Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di Daerah Bogor- Jakarta. Disertasi. Repository, Hal : 10.
Arabia, T., Zainabun, Ida, T. 2012. Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Juni 2012.Vol .1 No.1: Hal. 32- 42.
Arifanti, V.B. Wayan, S.D., Donny, W. 2014. Potensi Cadangan Karbon Tegakan Hutan Sub Montana di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor, Hal : 84-90.
Budiman,M. Gusti, H. Herlina, D. 2015. Estimasi Biomassa Karbon Serasah dan Tanah pada Basal Area Tegakan Meranti Merah (Shorea macrophylla) di Areal Arboretum Universitas Tanjungpura Pontianak. Jurnal Hutan Lestari (2015) Vol. 3 (1) Hal: 98 – 107.
Damanik, M., 2009. Kajian Minyak Atsiri pada Ekaliptus (Eucalyptus urophylla) Umur 4 Tahun di PT Toba Pulp Lestari Tbk, Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, [Skripsi], Hal : 28-30.
Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersial. Badan Litbang Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta, Hal : 14-15.
Edwin, M. 2016. Penilaian Stok Karbon Tanah Organik pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Hal : 289-320.
Hairiah K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre – ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia, Hal : 89-94.
Hardiansyah, G. Dewi, R. Ganjar, O.W. 2015. Potensi Biomassa dan Karbon pada Hutan Tanaman Eucalyptus pellita PT. Finnantara Intiga Kabupaten Sintang. Fakultas Kehutanan. Universitas Tanjung Pura. Pontianak, Hal: 55-63.
Hutapea, R.F., Zulkifli, N., Razali. 2015. Lokasi Penanaman Bawang Merah Lokal Samosir Berdasarkan Ketinggian Tempat di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Jurnal Agroekoteknologi Vol.4. No.1, Desember 2015. (561) Hal : 1713 – 1720.
Lubis, V. N., Abdul, R., Bintang. 2016. Karakteristik Fisika Tanah pada Beberapa Tegakan di Subdas Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Jurnal Agroekoteknologi. Vol.4. No.3, Juni 2016. (601) Hal: 2048 – 2054.
Maharani, P. L. 2014. Manajemen Tempat Tumbuh Tanaman Eucalyptus pellita di PT Perawang Sukses Perkasa Industri, Riau. Departemen Silvikultur.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, [Skripsi], Hal : 27-29.
Maro’ah, S., 2011. Kajian Laju Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah pada Beberapa Model Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
[Skripsi], Hal : 18-20.
Muliawan. 2009. Pengaruh Media Semai terhadap Pertumbuhan Eucalyptus pellita Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Skripsi], Hal : 19-22.
Musyafa, M., Afandi Dan Hery, N. 2016. Kajian Sifat Fisik Tanah pada Lahan Pertanaman Nanas (Ananas Comosus L.) Produksi Tinggi dan Rendah di PT. Great Giant Pineapple Lampung Tengah. J. Agrotek Tropika. Vol. 4, No. 1 Hal: 66 – 69.
Nugroho, Y. Syam’ani. Arfa, A. Susilawati. 2012. Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penutupan Lahan di Sub-Sub Das Amandit. Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 2, Hal : 345 - 380.
Nurrohman, E dan Tri, H.S. 2011. Info Teknis Arboretum Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan. Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok. Bangkinang, Hal : 13.
Putri, A.H.M. Wulandari C. 2015. Potensi Penyerapan Karbon pada Tegakan Damar Mata Kucing (Shorea javanica) di Pekon Gunung Kemala Krui Lampung Barat. Sylva Lestari. 3(2) Hal : 13 - 20.
Purba, M.P., 2009. Besar Aliran Permukaan pada Berbagai Tipe Kelerengan di Bawah Tegakan Eucalyptus spp. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan [Skripsi], Hal : 22.
Rohmat, A., 2009. Tipikal Kuantitas Infiltrasi Menurut Karakteristik Lahan.
Erlangga, Jakarta, Hal : 57.
Sarawa., Makmur,J.A., Maski, M. 2014. Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) pada Berbagai Interval Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang. Jurnal Agroteknos Juli 2014 Vol. 4 No. 2. Hal : 78-86.