• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

3.1 Sejarah PT. Indonesia Power

Pada awal tahun 1990an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden no. 37 tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber daya swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir tahun 1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan kerangka dasar kebijakan (sasaran dan kebijakan pengembangan sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.

Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari perum menjadi persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT.PLN (persero) membentuk dua anak perusahaan yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.

Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan

(2)

sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Walaupun sebagai perusahaan komersil dibidang pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990an, Indonesia Power mewarisi berbagai aset berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.

Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan berbagai energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian dari pembangkit-pembangkit tersebut ada pula pembangkit-pembangkit paling tua Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini dapat dipandang bahwa secara kesejarahan paa dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia. Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh delapan unit bisnis pembangkit: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak dan Grati & Bali.

Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki kapasitas sebesar 7318 MW ini merupakan kapasitas terpasang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan pembangkitan di Indonesia.

3.2 Profil Perusahaan

3.2.1 Visi, Misi, Motto dan Paradigma Perusahaan • Visi

Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan

(3)

• Misi

Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan serta mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.

• Motto

Bersama...kita maju! • Paradigma

Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini.

3.2.2. Tujuan Perusahaan

• Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.

• Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.

• Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber yang menguntungkan.

• Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan.

(4)

3.2.3. Profil Unit Bisnis Pembangkit Priok

Untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah Jawa Barat dan Jakarta, pada akhir tahun 1960an dibangun dua pembangkit listrik tenaga uap yang masing-masing berkapasitas 25 MW yang bernama PLTU-1 dan PLTU-2.

Selanjutnya, pada tahun 1972 dibangun lagi 2 unit PLTU dengan kapasitas masing-masing 50 MW, yang diberi nama PLTU-3 dan PLTU-4. sejak tahun 1989, PLTU-1 dan PLTU-2 tidak dioperasikan lagi karena dianggap tidak efisien.

Sesuai dengan kebutuhan energi listrik, maka pada pertengahan tahun 1970an, Perusahaan Listrik Negara membangun beberapa pembangkit, diantaranya ialah 7 unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dengan kapasitas yang beragam, yaitu 20-50 MW.

Akan tetapi, pada awal tahun 1990an, kebutuhan akan listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang cukup pesat. Untuk menangani masalah tersebut, maka PLN membangun lagi beberapa buah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) secara bersamaan. Salah satunya ialah komplek PLTGU Priok yang berada dalam pengelolaan UBP Priok.

(5)

3.2.4. Susunan Organisasi Unit Bisnis Pembangkitan Priok

Susunan Organisasi Unit Bisnis Pembangkitan Priok terdiri atas: • Unsur Pimpinan : General Manager

• Unsur Pelaksana Operasional : 1. Manajer Operasi dan Niaga 2. Manajer Pemeliharaan 3. Manajer Logistik

4. Manajer Sistem dan SDM 5. Manajer Humas

6. Manajer Keuangan

• Unsur Pengawasan : Auditor

3.2.5. Peranan UBP Priok Dalam Sistem Kelistrikan Jawa-Bali

Listrik yang dibangkitkan di UBP priok adalah sebesar 7.500.000.000 KWh pertahun, atau rata-rata 20.000.000 KWH per harinya dan jumah itu menyumhang 11% dari jumlah keseluruhan kebutuhan listrik Jawa-Bali. Daya sebesar itu disalurkan ke gardu induk 150 KV dengan menggunakan kabel bawah tanah (underground cable) 150 KV, yaitu ke GI Plumpang dan GI Ancol. Akan tetapi pada saat sekarang ini, kabel bawah tanah ke arah GI Plumpang telah rusak, sehingga untuk penyalurannya digantikan dengan menggunakan hantaran udara. Selain itu, hantaran udara 150KV juga digunakan untuk menyalurkan daya ke arah GI Kemayoran dan GI Pegangsaan. Dari GI-GI tersebut sistem pembangkit menjadi terinterkoneksi dengan Jawa-Bali. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.

(6)

Gambar 3.1 : Diagram Satu Baris Unit Pembangkitan Priok

3.3 Orientasi Sistem

Tata Laksana/Prosedur yang Sedang Berjalan

Secara prinsip, pengiriman dan penerimaan data PLTGU dalam bentuk SMS ini sama dengan di seluler, yakni data-data berasal dari unit pada blok 1 (unit 1/GT 1.1, unit 2/GT 1.2, unit 3/GT 1.3) dan blok 2 (unit 4/GT 2.1, unit 5/GT 2.2, unit 6/GT 2.3)yang berupa temperature, vibrasi dan beban (MW) didapat melalui converter device unit PLTGU dalam bentuk analog dengan keluaran sinyal 4-20 mA.

Sinyal dari converter device ini terbagi dalam dua macam port, yakni port controller dan port recorder. Sebenarnya SCADAPack ini memiliki kemampuan berinteraksi dengan port kontroller secara aktif dalam bentuk

(7)

remote, karena sistemnya telah dilengkapi dengan Remote Terminal Unit (RTU).

Sinyal dari port recorder convertion device ini kemudian ditransmisikan oleh SmartWire tanpa mengubah nilainya (4-20mA). Dari input point to point (GT 1.1, GT 1.2, GT 1.3, GT 2.1, GT 2.2, GT 2.3) kemudian dikoreksi agar dapat dibaca sistem protokol ModBUS dengan perantara kabel RS-485. Data dari masing-masing blok yang terkumpul di setiap SmartWire kemudian dilewatkan protokol ModBUS agar dapat dikenali sebagai sebuah pesan, yang dapat dijalankan secara interaktif dan dibaca sebagai analog input oleh SCADAPack32 (dalam kode mA) melalui kabel RS-485. Pemilihan kabel RS-485 ini dilakukan dengan pertimbangan memiliki kemampuan transfer data yang cepat pada jarak yang tergolong jauh dan juga kemampuan mengoleksi data secara simultan.

Dalam SCADAPack ini, semua data yang diambil dari protokol ModBUS kemudian diolah oleh prosesor internal sekaligus dikonversikan ke dalam sinyal digital. Digital output ini kemudian ditransmisikan oleh kabel RS-232 menuju PC server, yang selanjutnya menampung data keluaran unit secara realtime. Dalam PC server inilah sebenarnya proses monitoring dilakukan sesuai keinginan user, dengan kata lain kustomisasi dan fleksibilitas data bisa disetting. Pada kondisi saat ini data di dalam database akan tertimpa data baru (overwriting) setiap 60 menit sekali sesuai setting. Dengan bantuan GSM modem web server akan mendistribusikan informasi data unit ke ponsel. Dan bila terdapat parameter pada data unit yang melebihi batasan tertentu sesuai setting SMS web server ini secara otomatis akan menarik data di dalam database PC server. Misalnya untuk data vibrasi

(8)

vertikal bantalan turbin gas, web server akan menarik data dari database, jika terdapat data vibrasi vertikal yang melebihi 8 mm/sec pada bearing turbin. Maka data akan langsung terdistribusi secara otomatis ke ponsel dan pop up ke client computer.

3.4 Konfigurasi SMS Alert System yang sedang berjalan

(9)

3.4.1 Ladder Logic Network yang sedang digunakan

(10)
(11)

Gambar 3.3.3 : Ladder Logic Network 3

(12)

Gambar 3.3.5 : Register pada Ladder Logic Network 3.5 Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan terdapat pada proses telemonitoring, dimana output dari display untuk GT 1.2,GT 1.3,GT 2.1,GT 2.2,GT 2.3,ST 1.4 & ST 2.4 tidak berjalan dengan benar setelah sistem berjalan selama tiga hari dan selanjutnya pada saat sistem dijalankan . Proses monitoring baru akan berjalan dengan normal setelah keseluruhan sistem di reset.

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. INDONESIA POWER yang terletak di Jl. Laks.Laut RE. Martadinata Jakarta, dan penelitian ini dilakukan sejak tanggal 3 Maret 2006 hingga 5 Mei 2006.

(13)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan instrumen kuisioner tertutup. Data yang ada digunakan untuk mengetahui kepuasan pengguna di PT INDONESIA POWER. Kuisioner yang ada terdiri dari dua bagian. Dimana pada bagian pertama kuisioner user diminta mengisi beberapa pernyataan mengenai kinerja pada SMS Alert System yang digunakan, dan pada bagian kedua user diminta mengisi pernyataan tentang harapan user terhadap SMS Alert System yang digunakan. Dalam pengukurannya digunakan Skala Likert dengan rentang jawaban 1-5, dimana data yang ada merupakan data ordinal. Untuk menilai kinerja yang ada diwakili dengan nilai 1 yang bermakna sangat kurang hingga dengan nilai 5 yang bermakna sangat baik. Sedangkan untuk menilai harapan terhadap sistem aplikasi yang digunakan diwakili dengan nilai 1 yang bermakna sangat tidak perlu hingga nilai 5 yang bermakna sangat perlu (tabel 3.1a dan 3.1b)

Bobot Keterangan 1 Sangat Kurang 2 Kurang 3 Cukup 4 Baik 5 Sangat Baik

Tabel 3.1 a: Skala Kinerja

Bobot Keterangan 1 Sangat Tidak Perlu

2 Kurang Perlu

3 Cukup Perlu

4 Perlu

5 Sangat Perlu

(14)

Berikut ini adalah frekuensi dari data yang terkumpul, yang didapat dari kuesioner berdasarkan kinerja suatu sistem yang sedang berjalan.

Kinerja

Soal Pernyataan Pilihan Jawaban Jumlah Persentase

1

Secara umum desain menarik perhatian (eye catching)

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 4 6 0 0 0 40 60 0 0 2

Informasi yang dihasilkan mudah dimengerti Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 1 6 2 1 0 10 60 20 10 0 3

Informasi yang dihasilkan jelas dan akurat dalam mendukung

kegiatan Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 4 4 2 0 0 40 40 20 0

4 Data ditampilkan sesuai kebutuhan Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 3 2 0 0 50 30 20 0

(15)

5 Data output turbin adalah benar dan yang terkini

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 7 3 0 0 0 70 30 0 0

6 Tidak memuat hal-hal yang tidak perlu Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 1 4 5 0 0 10 40 50 0 0 7

Pesan kesalahan yang ada mudah dimengerti Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 5 0 0 0 50 50 0 0 8

Sistem yang ada dapat dikembangkan sesuai kebutuhan

user Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 3 4 3 0 0 30 40 30 0 0

9 Istilah yang digunakan dapat dipahami oleh user dengan baik

Sangat baik Baik Cukup Kurang 1 4 4 1 10 40 40 10

(16)

Sangat kurang 0 0

10

Penggunaan software menghemat waktu dan biaya

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 4 6 0 0 0 40 60 0 0 11

Penggunaan software user friendly Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 4 1 0 0 50 40 10 0 12

Informasi tentang Lokasi terjadinya kesalahan dapat

diketahui Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 3 2 0 0 50 30 20 0 13

Transmisi data guna mendapat informasi berlangsung secara

cepat Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 6 4 0 0 0 60 40 0 0 14

Terdapat keterbatasan akses (hanya bisa diakses pada bagian

tertentu) Sangat baik Baik Cukup Kurang 1 3 4 1 10 30 40 10

(17)

Sangat kurang 1 10

15

Setiap user dapat menggunakan sistem yang ada sesuai dengan

keterbatasan akses Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 1 5 4 0 0 10 50 40 0 0 16

Prosedur dalam penggunaan mudah dipahami Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 5 0 0 0 50 50 0 0

17 Data tetap terjaga walau terdapat kegagalan sistem Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 4 1 0 0 50 40 10 0 18

Terdapat back up terhadap data yang ada Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 4 1 0 0 50 40 10 0

19 Data terjaga kerahasiaanya

Sangat baik Baik Cukup Kurang 1 4 5 0 10 40 50 0

(18)

Sangat kurang 0 0

20 Password menjamin keamanan akses Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 0 5 4 1 0 0 50 40 10 0

Tabel 3.2 : Frekuensi Kinerja Sumber : Data Hasil Kuesioner 3.8 TEKNIK ANALISA MASALAH PADA SISTEM

Suatu pendekatan sistematis untuk pemecahan masalah telah diciptakan yang terdiri dari tiga jenis usaha, yaitu :

• Persiapan • Definisi • Solusi

Dalam mempersiapkan pemecahan masalah, hal-hal yang perlu dipahami adalah lingkungan sistem dan identifikasi setiap subsistem. Dalam mendefinisikan masalah, analisa bergerak dari tingkat sistem ke subsistem dan menganalisis bagian-bagian sistem menurut suatu urutan tertentu. Dalam memecahkan masalah dilakukan identifikasi berbagai solusi altenatif, mengevaluasinya, memilih yang terbaik, menerapkannya, dan membuat tindak lanjut untuk memastikan bahwa solusi itu berjalan sebagai mana mestinya.

(19)

3.8.1 PEMECAHAN MASALAH

Dengan kenyataan tersebut, kita mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar bisa. Jadi pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya.

Pentingnya pemecahan masalah bukan didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya. Keputusan adalah pemilihan suatu strategi atau tindakan.

Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang diyakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut. Salah satu kunci pemecahan masalah adalah identifikasi berbagai alternatif keputusan. Solusi bagi suatu masalah harus mendayagunakan sistem untuk memenuhi tujuannya, seperti tercermin pada standar kinerja sistem. Standar ini menggambarkan keadaan yang diharapkan, apa yang harus dicapai oleh sistem.

Yang harus dimiliki selanjutnya adalah informasi yang terkini, informasi itu menggambarkan keadaan saat ini, apa yang sedang dicapai oleh sistem. Jika keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan sama, tidak terdapat masalah sehingga tidak perlu diambil tindakan. Jika kedua keadaan itu berbeda, sejumlah masalah merupakan penyebabnya dan harus dipecahkan.

Perbedaan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan menggambarkan kriteria solusi (solution criterion), atau apa yang

(20)

diperlukan untu mengubah keadaan saat ini menjadi keadaan yang diharapkan. Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan umtuk mengevaluasi tiap alternatif. Evaluasi ini harus mempertimbangkan berbagai kendala (constraints) yang mungkin, baik intern maupun extern / lingkungan.

1. Kendala intern yang berasal dari komponen-komponen sistem itu sendiri.

2. Kendala lingkungan dapat berupa tekanan dari berbagai elemen lingkungan, seperti : cuaca, suhu dan lain sebagainya.

Gejala adalah kondisi yang dihasilkan oleh masalah. Gejala dapat diperhatikan melalui lingkaran umpan balik. Namun gejala tidak mengungkapkan seluruhnya, bahwa suatu masalah adalah penyebab dari suatu persoalan, atau penyebab dari suatu peluang.

3.8.2 STRUKTUR MASALAH

Masalah terstruktur terdiri dari elemen-elemen dan hubungan-hubungan antar elemen yang semuanya dipahami oleh pemecah masalah. Masalah tak terstruktur berisikan elemen-elemen atau hubungan-hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah.

Sebenarnya dalam suatu sistem sangat sedikit permasalahan yang sepenuhnya terstruktur atau sepenuhnya tidak terstruktur. Sebagaian besar masalah adalah masalah semi-terstruktur, dimana kurangnya pemahaman mengenai elemen-elemen dan hubungannya. Masalah semi-terstruktur adalah masalah yang berisi sebagian

(21)

elemen-elemen atau hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah.

3.8.3 PENDEKATAN SISTEM

Proses pemecahan masalah secara sistematis bermula dari John Dewey, seorang profesor filosofi di Columbia University pada awal abad ini. Dalam bukunya tahun 1910, ia mengidentifikasi tiga seri penilaian yang terlibat dalam memecahkan masalah suatu kontroversi secara memadai yaitu:

1. Mengenali kontroversi 2. Menimbang klaim alternatif 3. Membentuk penilaian

Kerangka kerja yang dianjurkan untuk penggunaan komputer dikenal sebagai pendekatan sistem. Serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang memastikan bahwa masalah itu pertama-tama dipahami, solusi alternatif dipertimbangkan, dan solusi yang dipilih bekerja.

3.8.4 TAHAP PEMECAHAN MASALAH

Dalam memecahkan masalah terdapat tiga jenis usaha yang harus dilakukan, yaitu usaha persiapan, usaha definisi, dan usaha solusi / pemecahan.

• Usaha persiapan, persiapan memecahkan masalah dengan menyediakan orientasi sistem.

Tiga langkah persiapan tidak harus dilaksanakan secara berurutan, karena ketiganya bersama-sama menghasilkan kerangka pikir yang diinginkan untuk mengenai masalah. Ketiga masalah itu terdiri dari:

(22)

a. Mengenal lingkungan internal sistem b. Mengenal lingkungan eksternal sistem

c. Mengidentifikasikan subsistem-subsistem perusahaan

• Usaha definisi mencakup mengidentifikasikan masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya.

Usaha definisi mencakup dua langkah yaitu : a. Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem

b. Menganalisis bagian-bagian sistem dalam sustu urutan tertentu • Usaha solusi, mencakup mengidentifikasikan berbagai solusi

alternatif, mengevaluasinya, memilih salah satu yang tampaknya terbaik, menerapkan solusi itu dan membuat tindak lanjutnya untuk menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan.

Gambar

Gambar 3.1 : Diagram Satu Baris Unit Pembangkitan Priok
Gambar 3.2 : Konfigurasi SMS Alert System
Gambar 3.3.1 : Ladder Logic Network 1
Gambar 3.3.2 : Ladder Logic Network 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Anggaran pendapatan merupakan rencana yang dibuat perusahaan untuk memperoleh pendapatan pada kurun waktu tertentu. Anggaran pendapatan dapat disusun berdasarkan jenis produk,

Ibu–ibu PKK Kelurahan Kampung Laut sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan ini dengan banyak memberikan pertanyaan terkait dari pemanfaatan arang aktif cangkang

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kepadatan rotifera yang diberikan sebagai pakan berpengaruh nyata terhadap laju pemangsaan dan sintasan larva kepiting bakau..

Pada tahap pertama (2010) survey dilakukan terhadap 20 sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Yogyakarta. Data dikumpulkan menggunakan metode observasi, interview, dan

Data yang dipresentasikan pada Tabel 3 menunjukkan presisi dan akurasi yang secara statistik kurang memuaskan, diduga karena pengukuran radioaktivitas dilakukan dengan

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik,

Kondisi kulit yang normal, tidak ada luka maupun lesi yang menurut Hoppman dan Barron (2007) menjadi tanda infeksi fungi seperti hiperkeratosis, nekrosis,

Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan PPM dalam bentuk pelatihan usaha souvenir khas wisata Merapi adalah 1) para remaja putri mampu membuat aksesoris dan merchandiser