• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Rosaria Oktavitaria

NIM: 011114017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERSEPSI SISWA SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN

TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL

KONSELOR DI SEKOLAH MEREKA

TAHUN AJARAN 2008/2009

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Rosaria Oktavitaria

NIM: 011114017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii

TAHUN AJARAN 2008/2009

Oleh: Rosaria Oktavitaria

NIM : 011114017

Telah disetujui oleh:

Dr.M.M. Sri Hastuti. M.Si. Tanggal 25 Mei 2009 Pembimbing I

(4)

iii SKRIPSI

PERSEPSI SISWA SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL

KONSELOR DI SEKOLAH MEREKA TAHUN AJARAN 2008/2009

Dipersiapkan dan ditulis oleh Rosaria Oktavitaria

NIM: 01 1114017

Telah dipertahankan didepan panitia penguji Pada tanggal 8 Juni 2009

Dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan panitia penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. ………. Seketaris Setyandari. S.Pd., S.Psi.,Psi., M.A. ………. Anggota Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. ………. Anggota Fajar Santoadi, S.Pd ………. Anggota Drs. R.H. Dj.,Sinurat, M.A. ……….

Yogyakarta, 8 Juni 2009 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(5)

iv MOTO

JANGAN PERNAH MENYERAH, BERUSAHALAH SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan:

Bagi Tuhan ku Yesus Kristus

Yang senantiasa menuntun,menyayangi dan mencintaiku Bagi orang tuaku...

Yang senantiasa mendoakan, menyanyagi dan mengasihiku Bagi suamiku dan putriku...

(6)

v

PERYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau begian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 8 Juni 2009 Penulis

(7)

vi

Rosaria Oktavitaria Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009 .

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi siswa SMA St. Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor di sekolah mereka tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode surve. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI dan kelas XII SMA St Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2008/2009. Sample penelitian berjumlah 94 siswa (40% dari 237 siswa).

Pengumpulan data tentang persepsi siswa SMA St Bernardus terhadap kompetensi professional konselor di sekolah mereka menggunakan kuesioner persepsi siswa terhadap kompetensi professional konselor yang terdiri dari 5 (lima) aspek kompetensi profesional konselor yaitu: (1) Kemampuan konselor dalam menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu, (2)Kemampuan konselor dalam konsep dan praksis asesmen, (3) Kemampuan konselor dalam konsep dan praksisi bimbingan dan konseling, (4). Kemampuan konselor dalam pemilihan materi bimbingan, dan (5) Kemampuan konselor dalam menentukan sumber materi bimbingan yang akurat. Uji reliabilitas kompetensi professional konselor, rtt =0,695

(8)

vii ABSTRACT

THE PERCEPTION OF STUDENT’S OF St BERNARDUS PEKALONGAN SENIOR HIGH SCHOOL ON COUNSELOR

PROFESIONAL COMPETENCE IN THEIR SCHOOL IN ACADEMIC YEAR 2008/2009

Rosaria Oktavitaria Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

The objective of this research was to discover the perception of student’s of St Bernadus Pekalongan Senior High School on counselor professional competences in their school in the academic year of 2008/2009. This research was a descriptive research using survey method. The population of this research was students of eleventh and twelfth grade of St. Bernadus Pekalongan Senior High School in the academic year of 2008/2009. The sample of this research comprised of 94 students 40% or 237 students.

The data collection on the students perception of St. Bernardus Senior High School to the counselor’s professional competence in their school used questioner on students’ perception to the counselor’s professional competence, that comprises of 5 (five) aspects of counselor’s professional competence, i.e. (1) counselor’s competence in majoring the concept of attitude and individual development, (2) the counselor’s competence in the concept and practical assessment, (3) the counselor’s competency in the concept and practice of counseling and guidance, (4) the counselor’s competence in the selection of guidance materials, and (5) the counselor’s competence in determining the accurate source of guidance. Reliability test of counselor’s professional competence is rtt= 0,695.

(9)

viii

sarjana pendidikan. Tiada kata yang paling tepat untuk melukiskan kegembiraan penulis selain puji dan syukur kepada Tuhan yang maha penyayang karena berkat bimbingan dan penyertaannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Setelah melalui perjuangan yang panjang, namun penuh arti, akhirnya dapat menyelesikan skripsi ini dengan baik

Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si. Selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling.

2. Dr. M. M. Sri Hastuti,M. Si. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia dengan sabar meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Fajar Santoadi. S.Pd, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia dengan sabar meluangkan waktu dan pikiran, membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs.R.H.Dj, Sinurat.M.A. yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

menguji penulis saat ujian.

(10)

ix

6. Dra. Y. Winarni Mulyani dan Dra. Irene Risnanti, selaku Konselor Sekolah yang dengan tulus membantu dan mendampingi penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi SMA St. Bernardus Pekalongan, khusunya kelas XI dan XII yang bersedia mengisi Kuesioner.

8. Kedua orang tuaku, suamiku Vany, adekku Erlip, Cicilia, Wahyu, dan Tika, serta putri kecilku Carola Verlyta, yang telah memberikan dukungan, bantuan baik material maupun spritual.

9. Teman-teman BK angkatan 2001, Novi, Nida, Alphon, Wahyu .T., Sprianus Lita Lalu, Pater Emil dan semua yang tidak kesebut...terima kasih untuk kalian.

10. Sahabatku Alm. Fr. Frans Batik Mase. H.H.K. S. Pd. Trima kasih atas bantuan dan dukungan slama ini. Selamat Jalan..., ( Makasar, 15 Januari 2009, Pukul 10.00).

11. Teman-temanku Inyong (Ari), Uning, Sari (05), Agnes, trima kasih atas dukungan dan bantuannya slama ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati, saran, dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk kesmpurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

(11)

x Nama : Rosaria Oktavitaria Nomor Mahasiswa : 011114017

Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaa Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERSEPSI SISWA SMA St BERNARDUS PEKALONGAN TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELOR DI SEKOLAH MEREKA TAHUN AJARAN 2008/2009

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan data, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 26 Juni 2009

Yang menyatakan

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PEGESAHAN ...iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT...vii

KATA PENGANTAR ...xi

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. RumusanMasalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

E. Batasan Istilah ...6

F. Definisi Operasional ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA...8

(13)

xii

1. Pengertian Konselor Sekolah ...12

2. Karakteristik Konselor Sekolah ...14

C. Kompetensi konselor ...16

1. Pengertian Kompetensi Konselor ...16

2. Kompetensi Profesional Konselor Sekolah ...19

3. Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Profesional Konselor Sekolah ...25

BAB III METODE PENELITIAN ...26

A. Jenis Penelitian ...26

B. Populasi dan Sampel ...26

1. Populasi ...26

2. Sampel ...27

C. Instrumen Penelitian ...28

D. Validitas dan Reliabilitas ...32

1. Validitas ...32

2. Uji Daya Beda ...34

3. Reliabilitas ...37

(14)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...42

A. Hasil Penelitian ...42

B. Pembahasan hasil penelitian ...43

BABV. KESIMPULAN DAN SARAN ...47

A. Kesimpulan ...47

(15)

xiv

1. Jumlah Siswa Kelas XI dan Kelas XII SMA St Bernardus Pekalongan Tahun

Ajaran 2008/2009...27

2. Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Profesional Konselor Sekolah ...29

3. Rincian Jumlah Siswa yang Dipakai dalam uji coba ...31

4. Hasil Uji Coba Kuesioner ...34

5. Koefisien Reliabilitas ...37

6. Kompetensi Profesional Konselor Sekolah Menutut Persepsi Siswa SMA St Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2008/2009 ...42

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesional Konselor

Sekolah...50

2. Hasil Analisis Uji Validias Kuesioner Persepsi SiswaTerhadap Kompetensi Profesional Konselor Sekolah ...55

3. Hasil Penghitungan Skor Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesional Konselor Sekolah ...69

4. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesional Konselor Sekolah ...83

5. Kualifikasi Skor Persepsi Siswa Kelas XI dan Kelas XII ...85

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Jika sebuah sekolah menginginkan siswanya berkembang secara optimal, maka sekolah tersebut harus memberikan pelayanan pendidikan yang optimal pula. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004: 73), tujuan pelayanan bimbingan ialah supaya siswa dan mahasiswa berkembang seoptimal mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya selama bersekolah, dengan mengindahkan ciri-ciri kepribadiannya dan tuntutan kehidupan masyarakat di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Dalam mewujudkan tujuan pelayanan bimbingan, konselor sekolah mengupayakan program bimbingan yang dapat membantu siswa menemukan sendiri wujud nyata dari perkembangan dirinya sendiri yang optimal, sesuai dengan keunikan kepribadian masing-masing.

(18)

2

dalam bentuk layanan konseling yang berkaitan dengan masalah-masalah peserta didik, seperti masalah pribadi, masalah sosial, belajar dan pengembangan karir peserta didik.

Konselor sekolah merupakan salah satu tenaga penggerak pendidikan di sekolah yang mempunyai peranan penting di bidang pembinaan siswa. Pembinaan siswa dalam pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan dengan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pengajaran atau pembelajaran. Konselor sekolah dikatakan memiliki peranan penting karena bantuan yang diberikan kepada siswa bersifat psikis dan psikologis yang menunjang perkembangan diri siswa di bidang karir, akademik maupun pribadi sosial. Upaya yang digunakan oleh konselor sekolah untuk membantu siswa dengan memberikan layanan konseling, bimbingan kelompok, dan bimbingan klasikal.

Pada tahun 2005, organisasi profesi konseling, yaitu Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN) menetapkan tujuh kompetensi konselor, yaitu (a) penguasaan konsep dan praktis pendidikan, (b) kesadaran dan komitmen etika profesi, (c) pengusaan konsep perilaku dan perkembangan individu, (d) penguasaan konsep dan praksis asesmen, (e) penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling, (f) pengelolaan program bimbingan dan konseling, (g) penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling

(19)

bagian kemampuan yang dimiliki guru pembimbing dalam kegiatan bimbingan. Komponen kepribadian adalah bagian dari kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki guru pembimbing sebagai makluk pribadi sosial.

Persepsi yang negatif terhadap kompetensi konselor dapat menyebabkan keengganan siswa untuk berkomunikasi dengan konselor sekolah karena siswa memiliki perasaan takut, malu, dan berfikir bahwa dia mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004: 37), ada beberapa sikap siswa yang mencerminkan tanggapan negatif atau kurang perduli terhadap konselor. Hal tersebut dikarnakan adanya perasaan (a) takut dimarahi oleh konselor bila dipanggil menghadap konselor, (b) adanya perasaan takut mendapat ejekan dari teman-teman karena masuk ruangan BK (Bimbingan dan Konseling), (c) adanya rasa kurang percaya akan kemampuan konselor dalam membantu menangani masalah-masalah pribadi, dan (d) kurang percaya akan kemampuan konselor dalam memegang rahasia.

(20)

4

Penelitian ini lebih memusatkan perhatian pada kompetensi profesional konselor sekolah dari pada kompetensi yang lain. Menurut pengamatan penulis, masih banyak sekolah yang memberi tugas tambahan kepada konselor sekolah untuk mengajar mata pelajaran lain. Konselor kurang diberi kesempatan untuk memberikan bimbingan di dalam kelas sehingga para siswa kurang mengenal sosok dan tugas seorang konselor sekolah. Berdasarkan kenyataan di lapangan, peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi profesional konselor sekolah.

(21)

guru pembimbing ketika mereka di SMP, bahkan di SD. Siswa SMA St. Bernardus diminta untuk menilai kompetensi profesional konselor sekolahnya, tidak menutup kemungkinan pengalaman siswa saat berinteraksi dengan para konselor sekolah secara umum yang dikenal selama mereka studi setidaknya di SD, SMP, dan SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan sebuah masalah penelitian, yaitu bagaimana persepsi siswa SMA St Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor di sekolah mereka tahun ajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan sebuah tujuan penelitian yaitu mengetahui gambaran persepsi siswa SMA St. Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional yang dimiliki oleh konselor di sekolah mereka tahun ajaran 2008/2009.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi konselor sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi konselor sekolah, yaitu sebagai masukan untuk peningkatan kompetensi professional.

2. Bagi Penulis

(22)

6

profesional konselor sekolah sehingga dapat lebih siap menghadapi tugas-tugas yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan kepada siswa kelak.

E. Batasan Istilah

Agar penelitian ini lebih berfokus pada persepsi siswa terhadap kompetensi konselor maka diperlukan pembahasan istilah-istilah pokok sebagai berikut:

Adapun beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Konselor sekolah adalah seorang pendidik professional, baik pria maupun wanita, yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan menilai penyelenggaraan bimbingan di sekolah. Konselor memiliki latar belakang pendidikan jenjang strata1(S1) dalam bidang bimbingan dan konseling. dan jenjang srata 1 (S1). Konselor sekolah dalam penelitian ini adalah konselor sekolah SMA St Bernardus (Sekolah Menengah Atas) Sebagai sampel penelitian. Dan tidak menutup kemungkinan konselor yang pernah melayani siswa sepanjang studi di SD (Sekolah Dasar), SMP (sekolah Tingkat Pertama). 2. Kompetensi profesional adalah penguasaan konselor atas karakteristik pribadi peserta didik, pemberian materi bimbingan yang inheren pada pribadi peserta didik, upaya konselor dalam membantu peserta didik dan sejumlah kompetensi tambahan lainnya yang secara simultan.

(23)

F. Definisi Operasional

(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Sebagian besar tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsi terhadap obyek yang diamati. Arkinson, dkk (1994: 201) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses individu mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus atau rangsangan dalam lingkungan. Irwanto (1994: 201) mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsang (obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti. Davidoff (1988: 232), mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses mengorganisir dan menggabungkan data indra (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Thoha (1988: 138) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan maupun penciuman. Kata lain untuk persepsi adalah paradigma yang artinya cara orang memandang sesuatu, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu (Covey,2001: 31).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap persepsi

(25)

indra, yaitu melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuh.

Menurut Irwanto, 2002; Soemanto 1988; Walgito 2003, beberapa-berapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu : (a) perhatian yang selektif, (b) ciri-ciri rangsang, (c) nilai-nilai dan kebutuhan individu, dan (d) pengalaman terdahulu, dan (e) objek yang dipersepsi.

a. Perhatian yang selektif

Perhatian merupakan persiapan dalam proses pembentukan persepsi. Perhatian mengindikasikan adanya kesediaan individu untuk mengadakan persepsi. Rangsang yang mendapat perhatian individu akan disadari lebih mendalam dan ditanggapi dengan cepat, sedangkan rangsang yang kurang mendapat perhatian individu akan kurang disadari dan kurang ditanggapi (Walgito,1993: 56). Individu dapat menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya, namun ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya. Individu hanya memusatkan perhatiannya pada rangsangan tertentu saja. Dengan demikian, obyek atau gejala-gejala lain tidak akan tampak sebagai obyek pengamat (Irwanto, 2002: 96-97).

(26)

10

konselor, penerimaan konselor, usul saran, namun tidak semuanya dapat diterima oleh siswa. Perhatian siswa hanya terpusat pada beberapa hal saja. Dengan demikian ada kemungkinan siswa mengalami perhatian selektif sehingga persepsi siswa tentang konselor akan berbeda satu sama lain.

b. Ciri-Ciri Rangsangan

(27)

sekolah. Konselor sekolah yang menggunakan pakaian warna lembut atau cerah akan lebih menarik perhatian siswa.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Perhatian individu terhadap rangsangan turut ditentukan oleh besarnya perhatian terhadap rangsangan yang bernilai baginya lebih dari pada rangsangan yang kurang bernilai. Setiap individu memiliki prioritas nilai yang berbeda-beda, sehingga itu persepsi individu dapat berbeda-bedapula, selain itu, individu juga akan menaruh perhatian kepada rangsang yang sesuai dengan kebutuhannya dari pada rangsangan yang kurang sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, perhatian individu terhadap rangsangan bersifat subyektif, dan berbeda antara individu yang satu dari yang lainnya (Irwanto, 1994: 97). Jika konselor dapat memenuhi kebutuhan siswa melalui melalui berbagai layanan, maka persepsi siswa tentang konselor diduga baik (positif) sebaliknya, persepsi siswa tentang konselor diduga buruk (negatif).

d. Pengalaman terdahulu

(28)

12

pengalaman terdahulu. Pengetahuan hasil pengalaman terdahulu dapat berupa pengetahuan bersifat kognitif (mengetahui sesuatu berguna/bermanfaat atau tidak berguna/tidak bermanfaat) dan pengetahuan yang bersifat afektif (merasa puas/tidak puas terhadap sesuatu). Pengetahuan yang bersifat kognitif dan afektif menjadi dasar untuk bertindak /melakukan sesuatu.

e. Obyek yang dipersepsi.

Stimulus ditangkap melalui alat indra atau reseptor. Stimulus dapat berasal dari luar dan dapat berasal dari dalam diri individu yang mempersepsi dan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor (Walgito, 2003: 89). Obyek yang dipersepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat objek biasanya sangat berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya, misalnya, konselor sekolah yang baik, perhatian, ramah akan banyak didekati oleh para siswa. Sebaliknya konselor yang suka marah-marah akan dijauhi oleh para siswa.

B. Konselor Sekolah

1.Pengertian Konselor Sekolah

(29)

didiknya. Selain itu konselor sekolah adalah anggota staf sekolah yang bekerja secara profesional dengan kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya serta orang tua untuk memungkinkan perkembangan siswa secara total. Sukardi (1985: 19) mengatakan konselor sekolah adalah tenaga profesional, baik pria maupun wanita, yang mendapat pendidikan khusus Bimbingan dan Konseling. Secara ideal, berijasah Sarjana dari FIP-IKIP atau sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan atau jurusan program studi yang sejenis. Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah adalah tenaga profesional, baik pria maupun wanita, yang mendapat pendidikan khusus bimbingan dan konseling, berijasah sarjana lulusan bimbingan dan konseling jenjang srata (S1) atau program studi yang sejenis, yang bertugas merencanakan, melaksanakan, dan menilai penyelenggaraan bimbingan di sekolah.

(30)

14

ini adalah tenaga Part-time teacher dan part-time counselor, dengan perbandingan waktu 50%-50%. Guru konselor ini bukan tenaga profesional bimbingan.

Pada tahun 1980-1990 istilah guru pembimbing yang ditulis oleh beberapa ahli bimbingan mempunyai arti yang sama dengan istilah konselor sekolah yaitu sarjana lulusan Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi Bimbingan Konseling. Akan tetapi pada tahun 2000 sudah ada perubahan istilah guru pembimbing menjadi konselor sekolah (Winkel dan Sri Hastuti 2004). Sehingga ada perbedaan istilah pada makna guru pembimbing dan konselor sekolah.

2. Karakteristik konselor sekolah

Belkin (Winkel 1997: 198-199) menyajikan sejumlah kualitas kepribadian konselor sekolah, yaitu:

a. Mengenal diri sendiri (knowing one self)

Konselor sekolah harus menyadari kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan sendiri yang ditunjukkan dengan merasa aman dengan diri sendiri (security), percaya pada orang lain (trust), dan memiliki keteguhan hati (courage)

b. Memahami orang lain (understanding others)

(31)

sekolah mampu mengikuti pandangan-pandangan dan perasaan-perasaan siswa dengan berpedoman pada kerangka acuan internal siswa. Peka terhadap perasaan siswa yaitu konselor sekolah mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan siswa seolah-olah konselor menjadi siswa.

c. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain (relating to others)

konselor sekolah harus memiliki kemampuan untuk memahami orang lain yang ditunjukkan dalam sikap sejati, tulus atau iklas (genuine), dan bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain (nondominance)

Sukardi (1984: 30-32) mengemukakan bahwa konselor sekolah hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Konselor sekolah harus berperangai wajar dan dapat dicontoh.

b. Konselor sekolah harus memiliki emosi yang stabil, tenang, dan memberikan kesejukan batin demi terwujudnya suasana siswa yang baik.

c. Konselor sekolah dituntut mandiri untuk membantu siswa agar siswa mandiri.

d. Penampilan konselor sekolah hendaknya menampakkan integrasi/keterpaduan kepribadian, yaitu dewasa, matang dan emosinya stabil.

(32)

16

f. Konselor sekolah hendaknya mampu mawas terhadap diri sendiri, terhadap lingkungan, dan mawas terhadap orang yang dibimbingnya. Dengan demikian menjadi orang yang aktif dan bijaksana.

g. Konselor sekolah perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki usaha bimbingan dengan menampilkan pribadi tanpa topeng tertentu, berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik tertentu dengan segala resiko.

h. Konselor sekolah perlu memiliki inteligensi yang cukup tinggi sehingga mampu berfikir dan mengolah suasana untuk mengubah tingkah laku konseli.

i. Inteligensi yang tinggi memungkinkan konselor sekolah untuk menalar dengan lebih baik.

j. Konselor sekolah yang dapat menalar dengan baik akan memunculkan gagasan yang lebih baik.

C. Kompetensi konselor

1. Pengertian Kompetensi Konselor

(33)

Kompetensi konselor adalah kualitas yang dimiliki oleh seorang konselor, yaitu kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral sebagai pribadi yang digunakan konselor dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

Tugas konselor sekolah

Menurut Sukardi (1984: 20) tugas konselor sekolah adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab tentang keseluruhan pelaksanaan layanan konseling disekolah.

b. Mengumpulkan, menyusun, mengolah, serta menafsirkan data, yang kemudian dapat dipergunakan oleh semua staf bimbingan di sekolah. c. Memilih dan mempergunakan berbagai instrumen test psikologi untuk

memperolah berbagai informasi mengenai bakat khusus, minat, kepribadian, dan intelegensinya untuk masing-masing siswa.

d. Melaksanakan bimbingan kelompok maupun bimbingan individuil (wawancara konseling).

e. Membantu petugas bimbingan untuk mengumpulkan, menyusun, dan mempergunakan informasi tentang berbagai permasalahan pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir, yang dibutuhkan oleh guru bidang studi dalam proses belajar mengajar.

(34)

18

Dalam AKBIN (2005) disebutkan seorang konselor perlu memiliki beberapa kompetensi yaitu:

a. Kompetensi paedagogik

Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi pribadi

Kompetensi pribadi adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan konselor sekolah dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam arti, konselor sebagai bagaian dari masyarakat dapat bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, orang tua atau wali siswa, dan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi profesional

(35)

2. Kompetensi Profesional Konselor

Menurut Prayitno (1988: 129-132) kompetensi profesional dapat diartikan pengetahuan atau wawasan yang luas dan pemahaman terhadap siswa, lingkungan kerja serta kemampuan konselor dalam melaksanakan tugasnya. Menurut AKBIN Kompetensi profesional adalah penguasaan konselor atas karakteristik pribadi, pemberian materi bimbingan yang inheren pada pribadi peserta didik, upaya konselor dalam membantu peserta didik dan sejumlah kompetensi tambahan lainnya yang secara simultan.

Prayitno (1988: 129-132) mengatakan bahwa kompetensi profesional konselor sekolah terdiri dari dua komponen utama yaitu :

a.Komponen Isi

1. Pengukuran, yaitu pengetahuan tentang prosedur pengukuran dan penilaian.

2. Konsultasi, yaitu pengetahuan tentang proses wawancara, diskusi dan memberi saran

3. Tingkah laku manusia, yaitu pengetahuan tentang dinamika kepribadian, belajar, serta fungsi-fungsi hubungan antara pribadi dan kelompok.

4. Strategi, pemberian informasi pengetahuan mengenai langkah-langkah yang dapat digunakan untuk membantu pengembangan klien.

5. Riset, yaitu pengetahuan tentang latar belakang pentingnya metodologi, teknik dan alat-alat penelitian ilmiah.

6. Administrasi, pengetahuan tentang bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan, menilai dan memantapkan kegiatan.

7. Kelembagaan kerja, yaitu pengetahuan tentang kelompok dan lembaga baik resmi maupun swasta tempat konselor bekerja dan memberikan pelayanan.

(36)

20

9. Pengajaran, yaitu pengetahuan tentang metode mengajar/latihan. (metode ini tidak digunakan oleh konselor sekolah karena tidak mengajar tetapi konselor memberikan informasi yang diperlukan oleh siswa pada saat jam bimbingan)

10.Pasar kerja, yaitu pengetahuan tentang syarat-syarat khusus suatu pekerjaan, lowongan pekerjaan, kecenderungan dan pikiran perkembangan dunia kerja.

11.Hukum, yaitu pengetahuan tentang perundang-undangan baik daerah maupun nasional dan undang-undang ketenagakerjaan.

12.Struktur organisasi,yaitu pengetahuan tentang prosedur operasional dan garis kekuasaan yang ada dilembaga tempat ia bekerja.

13.Program, yaitu pengetahuan tentang kesempatan-kesempatan yang ditawarkan oleh lembaga tempat konselor bekerja.(misalnya untuk mengikuti seminar yang dapat membantu konselor dalam menyusun program untuk kemajuan kegiatan bimbingan dan sebagai masukan ilmu bagi konselor sendiri)

14.Kelompok khusus,yaitu pengetahuan tentang kebutuhan dan ciri-ciri yang dimiliki oleh kelompok-kelompok khusus seperti veteran, wanita, golongan cacat, pemuda, orang lanjut usia, kelompok budaya atau ras tertentu.

15.Supervisi, yaitu pengetahuan tentang latar belakang dan prosedur yang tepat untuk pengawasan.

16.Teknologi alat-alat, yaitu pengetahuan tentang tujuan, fungsi dan kemampuan berbagai alat.

b.Komponen Fungsi

1. Mengadministrasikan, yaitu ketrampilan merencana, mengorganisasi, menyelenggara, menilai, dan menjaga kelangsungan kegiatan.

2. Konseling, yaitu ketrampilan memperhatikan, memahami, berempati dan memprakarsai kegiatan terhadap klien.

3. Mengoperasikan,yaitu ketrampilan memakai alat-alat

4. Meneliti, yaitu ketrampilan merumuskan permasalahan merumuskan dan menguji hipotesis dan menarik kesimpulan dari kenyataan atau data yang diperoleh.

5. Mensupervisi, yaitu ketrampilan merangsang, membimbing dan mengarahkan orang yang berada di bawah pengawasannya.

6. Melatih, yaitu ketrampilan dalam merancang dan menyelenggarakan programbimbingan.

7. Mentes, yaitu ketrampilan mengadministrasikan, mengolah dan menafsirkan hasil-hasil pengukuran.

(37)

komponen isi terdapat kemampuan dasar konselor sekolah yang berupa pengetahuan-pengetahuan yang akan memperlancar tugas konselor sekolah. Di dalam komponen fungsi terdapat kemampuan dasar konselor sekolah yang berupa ketrampilan-ketrampilan untuk melaksanakan kegiatan bimbingan. Namun ada beberapa kompetensi yang menurut penulis tidak sesuai dengan mengajar atau melatih. Konselor sekolah tidak memberi pelajaran dan tidak melatih siswa dalam kaitannya dengan suatu bidang studi.

Pada tahun 2005 organisasi profesi konseling Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN) menetapkan tujuh kompetensi konselor yaitu:

a. Penguasaan konsep dan praktis pendidikan.

Konselor memahami landasan keilmuan pendidikan, menguasai landasan budaya yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan kelompok, sehingga dapat memahami dan menunjukkan sikap penerimaan terhadap perbedaan budaya klien.

b. Kesadaran dan komitmen etika professional.

(38)

22

c. Pengusaan konsep perilaku dan perkembangan individu.

Konselor mampu memahami orang lain serta konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu.

d. Penguasaan konsep dan praksis asesmen.

Konselor mampu memahami hakikat dan makna asesmen, dapat memilih strategi dan teknik asesmen yang yang tepat sehingga dapat menafsirkan hasilnya. Sehingga hasil asesmen dapat digunakan untuk kepentingan bimbingan dan konseling, seperti memperediksikan perkembangan individu atau kelompok dalam menghadapi perubahan.

e. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling.

Konselor dapat memahami konsep dasar, azas, fungsi, tujuan, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Konselor memahami bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling. Konselor menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan konseling. Konselor mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling

(39)

mampu mendesain perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling.

g. Penguasaan konsep dan praktis riset dalam bimbingan dan konseling. Konselor mampu memahami berbagai jenis dan metode riset, konselor mampu merancang riset bimbingan dan konseling, serta dapat memanfaatkan hasil riset dalam bimbingan dan konseling

Lebih lanjut AKBIN (2005) menguraikan kompetensi professional konselor sebagai berikut :

a. Menguasai konsep prilaku dan perkembangan individu.

Konselor memahami kaidah-kaidah perilaku individu dan kelompok, konselor memahami konsep kepribadian, konselor memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu, dan konselor menfasilitasi perkembangan individu.

b. Penguasaan konsep dan praksis asesmen.

Konselor memahami hakikat dan makna asesmen, konselor mampu memilih strategi dan teknik asesmen yang tepat, konselor mampu mengadministrasikan asesmen dan menafsirkan hasilnya.

c. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling.

(40)

24

konselor mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling.

d. Pengelolaan program bimbingan dan konseling.

Konselor memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, konselor mampu mengorganisasikan dan mengimplementasikan program bimbingan dan konseling, konselor mampu megevaluasi program bimbingan dan konseling, konselor mampu mendesain perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling. Pada pengelolaan program kompetensi profesional konselor, yang ingin diteliti lebih pada materi bimbingan.

e. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling. Konselor mampu memahami berbagai jenis metode riset, konselor mampu merancang riset bimbingan dan konseling, konselor melaksankan riset bimbingan dan konseling, konselor mampu melaksankan hasil riset dalam bimbingan dan konseling. Dalam riset ini yang ingin diteliti adalah sumber atau landasan ilmu menurut ahli.

(41)

dipersepsikan oleh siswa maka pada aspek ini peneliti mengganti dua aspek tersebut dengan aspek pemilihan materi dan keakuaratan sumber materi bimbingan.

D. Persepsi Siswa terhadap kompetensi profesional konselor sekolah

Setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda terhadap konselor sekolah dan layanan bimbingan yang diselenggarakan sekolah. Perbedaan persepsi siswa tersebut dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain ketika berhadapan dengan seorang konselor sekolah

(42)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey. Menurut Menurut Furchan (1982: 415) penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Sejalan dengan pendapat diatas, Arikunto (2000: 30) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan/melukiskan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa SMA St. Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor sekolah.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(43)

konselor sekolah. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI dan XII SMA St. Bernardus Pekalongan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah siswa kelas XI dan XII Tahun ajaran 2008/2009

2. Sampel

Furchan (1982: 198) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif dianjurkan mengambil sampel dari 10% atau 20% dari populasi. Dengan mempertimbangkan waktu dan biaya. Menurut Donald Ary dalam Furchan (1982:189), sampel survey adalah kelompok kecil yang diamati (sebagian) dari populasi yang dijadikan subyek penelitian. Untuk menentukan sampel peneliti menentuan kelas mana yang akan dijadikan sampel uji coba penulis menggunakan cara arisan/undian. Penulis membuat lipatan kertas sebanyak 9 lipatan kertas, dimana masing masing kertas sudah tertulis masing-masing nama kelas. Sembilan kertas tersebut penulis masukkan kedalam kaleng, kemudian penulis kocok dan mengeluarkan 4 kertas pertama sebagai kelompok uji coba sehingga sisa

Kelas Jumlah Kelas Jumlah XI Ia 1 21 XII Ia 1 22 XI Ia 2 24 XII Ia 2 24 XI Is 1 28 XII Is 1 29 XI Is 2 27 XII Is 2 32

XI Is3 30

Total 130 Total 107

Jumlah Siswa XI dan XII

(44)

28

dari keempat kelas yang sudah muncul nantinya akan penulis jadikan sampel penelitian.

Setelah mengadakan uji coba penelitian, peneliti melihat kembali kelengkapan lembar kuesioner yang di kerjakan siswa, tenyata ada 12 angket yang pengisiannya tidak lengkap. Sehingga yang diolah untuk penelitian (74%) dari 94 siswa. Proses penghitungan reliabilitas penelitian sama dengan proses penghitungan reliabilitas uji coba.

C. Instrumen Penelitian

1. Jenis Alat Ukur

Jenis alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Untuk keperluan uji coba, digunakan angket tertutup dan angket terbuka. Angket terbuka bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pertanyaan tertutup apakah ada pertanyaan yang tidak mereka pahami atau kurang jelas yang nantinya akan di gunakan oleh penulis untuk merefisi angket.

2. Penentuan Skor.

(45)

3. Kisi-kisi Kuesioner

Kisi-kisi kuesioner Persepsi Siswa SMA St Bernardus Pekalongan Terhadap Kompetensi Profesional Konselor Sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel. 3. Kisi-kisi Kuesioner kompetensi profesional konselor sekolah Kompetensi professional konselor

sekolah

Indikator No item

1. Kemampuan konselor dalam konsep prilaku dan

perkembangan individu

a. Konselor memahami kaidah kaidah perilaku individu dan kelompok.(bagaimana pemahaman konselor terhadap prilaku/ tingkah laku siswa)

b. Konselor memahami konsep kepribadian.(siswa memiliki sifat, ciri, hoby yang berbeda satu dengan yang lainnya)

c. Konselor memahami konsep dan prinsip-prinsip dan menfasilitasi perkembangan individu (upaya yang dilakukan konselor supaya prilaku dan kepribadian siswa yang unik tadi tidak menghambat perkembangan siswaterutama pada tugas perkembangan remaja)

1,2

3,4,5,6, 7,8,

2. Kemampuan konselor dalam Konsep dan praksis asesmen

a. Konselor memahami hakikat dan makna asesmen (asesmen adalah proses pengumpulan data guna kepentingan siswamelalui wawancara, sosiometri, anekdot, otobiografi, kunjungan rumah, kartu pribadi, tes psikologi) ) b. Konselor mampu memilih strategi

dan teknik asesmen yang tepat.(kemampuan konselor dalam menentukan alat-alat tes mana yang tepat untuk membantu siswa misalnya tes psikologi, konseling) c. Konselor mampu

mengadministrasikan asesmen dan menafsirkan hasilnya.(kemampuan konselor dalam menjelaskan alat

9,10,11,12,

13,14,15, 16

(46)

30

tes dan hasil tes Psikologi) 3. Kemampuan konselor dalam

konsep dan praksis bimbingan dan konseling.

a. Konselor memahami konsep dasar, landasan, asas, fungsi, tujuan bimbingan dan

konseling.(kemampuan konselor menjaga rahasia, memperbaiki prilaku negatif siswa menjadi positif, upaya pencegahan agar siswa tidak mengulangi perbuatan yang -, jangan sampai terjerumus pada hal-hal yang menghambat perkembangan siswa)

b. Konselor memahami bidang garapan bimbingan dan

konseling.(bidang pribadi misal masalah dengan pacar, orang tua. Sosial misalnya tempat kos, tempat tinggal dan sekolah. Belajar misal prestasi yang menurun. Karir misal pilihan studi lanjut )

c. Konselor menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik bimbingan dan konseling.(misalnya teknik penerimaan,pemberian informasi, pendekatan konseling dengan pendekatan TF berkaitan masalah pilihan jurusan, KB (behavioristik), RET berkaitan dengan masalah yang tidak rasional pengalaman dahulu, DI masalah penyesuaian pilihan pacar , IA masalah penyesuian tempat tinggal, kos )

d. Konselor mampu mengunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling.(folder, kliping, papan bimbingan)

22, 23, 24, 25, 26

27,28, 29. 30.

31,32,33,34,35,

36, 37, 38, 39, 40,

4. Kemampuan konselor dalamPemilihan materi bimbingan.( apakah disesuaikan dengan kebutuhan siswa,umur)

a. Materi bimbingan 41, 42, 43, 44

5. Kemampuan konselor dalam menentukan Sumber materi bimbingan (Informasi yang diberikan adalah informasi akurat, dibutuhkan saat ini dan dimasa yang akan

a. Sumber materi bimbingan. (majalah, koran, internet, buku-buku penunjang)

(47)

4. Uji coba

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, maka kuesioener diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas setiap item. Item yang memiliki kualitas yang baik yang dapat digunakan, sedangkan item yang kualitasnya tidak baik harus digugurkan/direvisi terlebih dahulu. Sebelum diuji cobakan maka terlebih dahulu harus memenuhi tuntutan validitas isi.

Tabel. 4. Rincian jumlah siswa yang dipakai dalam uji coba

Kelas XI Ia 2 XI Is 1 XII Ia 2 XII Is 2 Total Jumlah

siswa

24 28 24 32 111

Jumlah siswa

saat ujicoba

23 26 24 30 104

Tanggal uji coba

15-11-08 15-11-08 18-11-08 18-11-08

Pada saat uji coba ada 6 siswa yang tidak masuk sekolah sehingga jumlah siswa menjadi 104 siswa.

Hal yang diteliti dari data uji coba adalah daya beda item dan reliabilitas. Uji daya beda dilakukan melalui teknik korelasi item total. Kriteria penentuan datang)

(48)

32

item yang lolos didasarkan pada korelasi item-total dengan batasan rxy ≥ 0,3. Langkah selanjutnya menguji reliabilitas.

D. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti tingkat ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankankan fungsi ukur secara tepat, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut (Djaali dkk, 2000: 70).

Validitas terbagi atas tiga macam, yaitu validitas isi, validitas konstruksi atau konsep, dan validitas kriteria. Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen digunakan uji validitas isi. Menurut Azwar (2007: 45) validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi angket dengan analisis rasional atau lewat

profesional judgment (penilaian profesional). Dalam pelaksanaannya peneliti meminta pendapat para ahli dibidang bimbingan dan konseling.

(49)

2. Uji Daya Beda

Daya beda item adalah sejauh mana item tersebut mampu membedakan antar individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang di ukur (Azwar, 2005: 59). Pengujian daya beda item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri, komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rxy) yang dikenal dengan parameter daya beda item. Untuk koefisien korelasi item-total digunakan korelasiProduct-moment(Pearson) adalah sebagai berikut:

N∑xy - (∑x)(∑y)

rxy=−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−− √{ N∑x2- (∑x )2}{N∑y2- (∑y )2}

keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara xdan y

x : untuk skor untuk kelompok 1 item gasal y : untuk skor untuk kelompok II item genap N : jumlah responden dalam uji coba

(Masidjo, 1995: 209)

(50)

34

Tabel .5. Hasil uji coba kuesioner

No Item Uji coba Kompetensi professional

konselor sekolah menurut PP No.19 AKBIN 2005

Indikator

Gugur valid

a. Konselor memahami kaidah kaidah perilaku

individu dan

kelompok.(bagaimana pemahaman konselor terhadap prilaku/ tingkah laku siswa)

1,2 - 1,2

b. Konselor memahami konsep

kepribadian.(siswa memiliki sifat, ciri, hoby yang berbeda satu dengan yang lainnya)

3,4,5,6 6 3,4,5

c. Konselor memahami konsep dan prinsip-prinsip dan menfasilitasi perkembangan individu (upaya yang dilakukan konselor supaya prilaku dan kepribadian siswa yang unik tadi tidak menghambat

perkembangan

siswaterutama pada tugas perkembangan remaja)

a. Konselor memahami hakikat dan makna asesmen (asesmen adalah proses pengumpulan data guna kepentingan siswamelalui wawancara, sosiometri, anekdot, otobiografi, kunjungan rumah, kartu pribadi, tes psikologi) )

9,10,11,1 2,

(51)

b. Konselor mampu memilih strategi dan teknik asesmen yang tepat.(kemampuan konselor dalam menentukan alat-alat tes mana yang tepat untuk membantu siswa misalnya tes psikologi, konseling.

13,14,15 14 13,1 5

c. Konselor mampu mengadministrasikan asesmen dan menafsirkan hasilnya.(kemampuan konselor dalam

menjelaskan alat tes dan hasil tes Psikologi)

16 16

a. Konselor memahami konsep dasar, landasan, asas, fungsi, tujuan bimbingan dan

konseling.(kemampuan konselor menjaga rahasia, memperbaiki prilaku negatif siswa menjadi positif, upaya pencegahan agar siswa tidak mengulangi

perbuatan yang -, jangan sampai terjerumus pada hal-hal yang

menghambat

perkembangan siswa)

b. Konselor memahami bidang garapan bimbingan dan

konseling.(bidang pribadi misal masalah dengan pacar, orang tua. Sosial misalnya tempat kos, tempat tinggal dan sekolah. Belajar misal prestasi yang menurun. Karir misal pilihan studi lanjut )

c. Konselor menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik bimbingan

(52)

36 pendekatan TF berkaitan masalah pilihan jurusan, KB (behavioristik), RET berkaitan dengan

masalah yang tidak rasional pengalaman dahulu, DI masalah penyesuaian pilihan pacar , IA masalah penyesuian)

d. Konselor mampu mengunakan dan

a. Materi bimbingan 41, 42, 43, 44 ini dan dimasa yang akan datang)

a. Sumber materi bimbingan. (majalah, koran, internet, buku-buku penunjang)

45,46, - 45,4 6

(53)

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya/dapat diandalkan. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang mau diukur, yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 2005). Taraf reliabilitas suatu alat ukur dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas yang dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien reliabilitas angkanya antara -1,00 sampai 1,00. Semakin mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya semakin mendekati angka -1,00 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2007: 83). Untuk memberi arti terhadap koefisien reliabilitas yang diperoleh, maka dibandingkan dengan nilai r Product-moment (Pearson) dalam tabel statistik atas dasar taraf signifikan 5%. Besar koefisien reliabilitas didasarkan pada patokan dalam tabel berikut, (Masidjo,1995):

Tabel. 6. Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Klasifikasi 0,91-1,00 Sangat Tinggi 0,71 -0,90 Tinggi

0,41 -0,70 Cukup

0,21 -0,40 Rendah Negatif - 20 Sangat Rendah

(54)

38

Perhitungan tingkat reliabilitas kuesioner dilakukan dengan metode belah dua (split-half metod). Langkah-langkah penghitungan ini dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing item kemudian mentabulasi skor-skor tersebut. Selanjutnya, skor-skor yang memiliki kriteria lolos yang berasal dari item-item bernomor gasal dimasukkan kedalam belahan pertama (X) dan skor-skor dari item bernomor genap dimasukkan kedalam belahan kedua (Y). Kemudian skor total dari belahan pertama dikorelasikan dengan skor total dari belahan kedua, (Masidjo,1995).

Koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungn skor item gasal-genap adalah sebesar 0,695. Kemudian hasil koefisien kerelasi tersebut dikorelasikan menggunakan formula korelasi Spearman-Brown. Rumus korelasi (Spearman-Brown) adalah sebagai berikut (Masidjo, 1995):

Keterangan:

rtt : koefisien reliabilitas r99 : koefisien gasal genap

Untuk mengukur koefisien reliabilitas dalam penelitian , dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistik Program for social scinces) versi 13,0. Dari hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen atas dasar signifikan 5% untuk N = 104 dituntut rxy= 0,30. Koefisien reliabilitas

(55)

yang diperoleh rtt =0,695. Dengan demikian taraf reliabilitas uji coba kuesioner persepsi siswa SMA St Bernardus Pekalongan Terhadap Kompetensi Profesional Konselor Sekolah signifikan pada taraf signifikan 5% (rtt = 0,695 > 0,30) dan termasuk pada klasifikasi “cukup”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat penelitian yang digunakan adalah cukup reliabel.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data penelitian, yaitu bagaimana persepsi siswa SMA St. Bernardus terhadap kompetensi profesional konselor sekolah tahun ajaran 2008/2009 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor masing-masing alternatif jawaban dalam kuesioner dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir skala. Kemudian menghitunga total skor tiap item pertanyaan.

2. Mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu menghitung mean, standar deviasi dan mengkategorisasikan menurut kategori jenjang (Azwar, 199: 108) sebagai berikut:

(56)

40

keterangan:

X maksimum teoritik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh subyek penelitian.

X minimum teoritik : skor terendah yang mungkin diperoleh subyek penelitian.

Σ : standar deviasi adalah jarak rentangan dibagi

dalam enam satuan deviasi sebaran

Range : nilai tengah

μ : Mean teoritik adalah rata-rata teoritis dari skor

maksimum dan minimum.

Hasil perhitungannya adakah sebagai berikut ( dengan jumlah item total = 36) :

X maksimum teoritik : 36 x 4 = 144 X minimum teoritik : 36 x 1 = 36 Range : 144 -36 = 108

σ: 108:5 =18

(57)

Tabel.7. Kategorisasi Persepsi Siswa SMA St Bernardus Pekalongan Terhadap Kompetensi Profesional Konselor Sekolah Tahun Ajaran 2008/2009

Perhitungan Skor Persentase Klasifikasi X≤ì – 1,5 ó

X≤90 – 27

.... 63 ...47.72 Sangat tidak baik µ – 1,5 ó < X≤µ - 0,5 ó

90 – 27 < X≤90 – 9

64 – 81 48.48 – 61.36 Tidak baik µ – 0,5 ó < X≤µ + 0,5 ó

90 – 9 < X≤90 +9

82 – 99 62.12 – 75 Cukup baik µ + 0,5 ó < X≤µ + 1,5 ó

90 + 9 < X≤90 +27

100 – 117 75.75 – 88.63 Baik µ + 1,5 ó < X

90 + 27 < X

(58)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Hasil perhitungan persentase seluruh item persepsi siswa SMA St. Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor di sekolah mereka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 8. Kompetensi Profesional Konselor Sekolah Menurut Persepsi Siswa SMA St. Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2008/2009

Kategori Kompetensi Konselor

Skor Jumlah Subyek Persentase Sangat Tidak Kompeten .... 63 0 0%

Tidak Kompeten 64 – 81 0 0%

CukupKompeten 82 – 99 11 11,70%

Kompeten 100 – 117 59 62.76%

Sangat Kompeten 118 .... 24 25,53%

Total 94 100%

(59)

Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor di sekolah mereka dapat dikatakan baik.

Tabel 9. Persentase Skor Persepsi Siswa Kelas XI dan Kelas XII Kelas XI Kelas XII Kategori Skor Jumlah

Siswa

Persentase Jumlah Siswa

Persentase Sangat Tidak

Baik

...63 0 0 % 0 0 %

Tidak Baik 64 - 81 0 0 % 0 0 %

Cukup Baik 83 - 99 5 12,5 % 6 11,11 % Baik 100 - 117 22 55 % 37 68,51 % Sangat Baik 118... 13 32,5 % 11 20,37 %

Total 40 100 % 54 100%

Tabel 9. Menunjukkan bahwa mayoritas siswa kelas XI dan kelas XII memiliki persepsi konselor mereka memiliki kompetensi profesional. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang memiliki persepsi baik terhadap kompetensi profesional konselor yaitu 22 siswa kelas XI (55 % dari 40 ) dan 37 siswa kelas XII (68,51% dari 54 siswa).

B. Pembahasan

Pembahasan ini bermaksud mendiskusikan bagaimana persepsi siswa SMA St. Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor di sekolah mereka.

(60)

44

1. Siswa tahu bahwa konselor mereka lulusan Prodi BK. Dengan siswa mengetahui konselor mereka lulusan Prodi BK akan mambuat siswa percaya bahwa konselor adalah orang yang ahli dibidang bimbingan. Sehingga siswa menjadi tidak ragu-ragu untuk mengungkapkan semua permasalahanya karena siswa sudah tahu apa yang menjadi tugas seorang konselor sekolah. Tampaknya faktor jurusan dan Prodi asal seorang konselor juga sangat menentukan persepsi siswa di SMA St. Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor mereka.

2. Kompetensi konselor yang baik,

(61)

b. Konselor yang kaya informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Konselor bisa memberikan informasi terbaru dari sumber yang dapat dipercaya. Hal ini akan menimbulkan persepsi yang baik karena konselor merupakan orang yang ahli bimbingan dan memiliki segudang informasi yang dibutuhkan siswa.

c. Konselor memiliki kesempatan untuk masuk kelas dan menyampaikan materi bimbingan di dalam kelas. Konselor perlu mengetahui materi apa yang dibutuhkan oleh siswanya saat ini sehingga materi bimbingan yang diberikan dapat menarik perhatian siswa. Dalam pemilihan materi bimbingan sangatlah penting terutama bagi konselor yang memiliki kesempatan masuk dalam kelas. Konselor dapat lebih mengenal siswa, dan sebaliknya siswa dapat lebih mengenal konselornya. Sehingga akan menimbulkan persepsi terhadap kompetensi profesional konselor.

Dengan kinerja konselor yang baik siswa akan merasa puas karena siswa mendapatkan pelayanan yang baik dari konselor. Siswa dapat melihat kinerja konselor terutama pada saat konselor memberikan bimbingan di kelas, saat siswa datang keruang bimbingan untuk berkonsultasi, dan pada saat siswa merasakan manfaat dari bimbingan, hal ini dapat menimbulkan persepsi yang baik terhadap kompetensi profesional konselor.

(62)

46

(63)

47 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Pengalaman yang baik berinteraksi dengan konselor sekolah membuat persepsi baik bagi siswa kelas XI dan kelas XII SMA St. Bernardus Pekalongan terhadap kompetensi profesional konselor disekolah mereka. B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang ditujukan kepada beberapa pihak: 1. Konselor sekolah

Konselor dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan kualitas kompetensi terutama kompetensi profesional dalam mewujudkan layanan bimbingan konseling.

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian-penelitian sejenis diharapkan:

(64)

48

alternatif jawaban dalam penelitian ini tidak dapat digunakan karena memiliki kelemahan.

b. Mengadakan dan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam tentang kompetensi profesional konselor sekolahdan kompetensi yang lainnya. Karena dalam penelitian ini peneliti hanya melihat gambaran/ pandangan siswa tentang kompetensi profesional konselor di satu sekolah.

c. Apabila ada peneliti lain yang akan menggunakan alat ukur ini maka sebaiknya kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini perlu melakukan uji coba lagi, meskipun reliabilitasnya cukup. Karena tidak semua kompetensi profesional muncul dalam angket.

d. Kesimpulan hasil penelitian ini hanya berlaku untuk siswa kelas XI dan kelas XII SMA St. Bernardus saja bukan berlaku secara umum.

(65)

Arkinson,dkk. 1994.Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Covey, sean.2001. The 7 Habits of Higgly Teens1 (7 kebiasaan remaja yang sangat efektif)Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Davidoff,L.L. 1988.Psikologi Komunikasi. Suatu pengantar. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga

Irwanto, dkk.1988.Psikologi Umum Panduan Untuk Mahasiswa. Jakarta: Aptik. Makalah Seminar Nasionasl (2004). Quo Vadis profesi Konselor di Era

Gobalisasi. Yogyakarta: program studi bimbingan dan konseling Universitas sanata Dhama

Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konseling. Padang: FKIP.

Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan penyuluhan belajar disekolah. Surabaya: usaha nasional

1996.Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia

Thoha, Miftah. 1988. Perilaku Organisasi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 TH 2005). Jakarta: Sinar Grafika

Usman, U. 1997.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.Remaja Rasdakarya Walgito, Bimo. 1984.Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jakarta:

Garasindo

Winkel, W,S. dan Sri Hastuti.2004. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan.Jakarta: Grasindo.

(66)

KUESIONER PERSEPSI SISWA SMA St BERNARDUS PEKALONGAN TERHADAP KOMPETENSI KONSELOR SEKOLAH

TUJUAN

Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan anda terhadap kemampuan konselor sekolah dalam memberikan layanan bimbingan. Anda diharapkan menjawab kuesioner dengan jujur, sesuai dengan pengalaman anda. Jawaban tidak mempengaruhi nilai rapor anda. Jawaban akan diolah dan hasilnya digunakan untuk pengembangan program bimbingan dan konseling.

PETUNJUK

Berilah tanda ( V ) pada kolom yang tersedia di belakang setiap pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan pandangan anda.

IDENTITAS

Kelas :

Tanggal pengisian :

KETERANGAN

S : Selalu

SK : Seringkali

(67)

sekolah?

2. Apakah konselor memberi semangat dan dukungan bagi siswa yang kurang berprestasi ?

3. Apakah konselor membantu siswa dalam menumbuhkan rasa percaya dirinya?

4. Apakah konselor membantu siswa untuk dapat mengembangkan hobby?

5. Apakah konselor memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengikuti kegiatan sekolah yang sesuai dengan bakat dan minatnya?

6. Apakah konselor membantu siswa untuk mengenal bakat dan minat yang ada pada diri siswa?

7. Apakah konselor memberi informasi bagaimana menjalin pertemanan/persahabatan dengan orang lain? 8. Apakah konselor menumbuhkan keyakinan kepada

siswa bahwa dirinya akan terus berkembang?

9. Apakah konselor bertanya langsung kepada siswa tentang data pribadi siswa?

10. Apakah konselor melakukan kunjungan rumah siswa untuk mengumpulkan data tentang siswa dan keluarganya?

11. Apakah konselor meminta siswa untuk menulis riwayat hidupnya ?

12. Apakah konselor meminta siswa untuk mengisi angket tentang data diri seperti nama, alamat, umur, berat badan, tinggi badan?

13. Apakah konselor memberikan tes bakat kepada siswa?

14. Apakah konselor memberi tes kecerdasan kepada siswa ?

15. Apakah siswa diwajibkan mengikuti psikotes untuk keperluan pemilihan jurusan di SMA?

16. Apakah konselor menginformasikan hasil psikotes kepada siswa?

17. Apakah konselor membantu siswa memiliki rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri (misalnya, belajar dengan kesadaran sendiri bukan karena disuruh orang tua/guru)?

18. Apakah konselor menghormati keputusan yang diambil siswa (misal, pilihan kegiatan ekstrakurikuler, pilihan jurusan IPA/IPS)?

(68)

20. Apakah konselor mengajak siswa melihat kelebihan dan kekurangan dirinya sehingga siswa semakin mengenal dirinya?

21. Apakah konselor memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat?

22. Apakah konselor memanggil siswa yang bermasalah? 23. Apakah konselor bisa ikut merasakan apa yang

dirasakan siswa tanpa ikut larut dalam masalah siswa pada saat konseling?

24. Apakah konselor menanggapi pembicaraan siswa dengan ramah, sabar, tulus dan penuh pengertian saat konseling?

25. Apakah konselor sekolah memberikan bimbingan bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan orang tua?

26. Apakah konselor membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah?

27. Apakah konselor membantu siswa menemukan cara-cara belajar yang baik?

28. Apakah konselor mengenalkan kepada siswa berbagai macam profesi pekerjan dan pendidikan yang dituntut oleh profesi itu?

29. Apakah konselor menumbuhkan kepercayaan diri siswa yang memandang dirinya jelek/ kurang cerdas sehingga menarik diri dari pergaulan dengan teman? 30. Apakah konselor memberikan kiat-kiat meraih sukses

di masa depan?

31. Apakah konselor mampu menyimpulkan apa saja yang menjadi pokok permasalahan yang dihadapi oleh siswa ketika konseling?

32. Apakah saat konseling konselor mampu membantu siswa memilih alternatif jurusan atau fakultas atau perguruan tinggi melalui peninjauan setiap altenatif yang ada?

33. Apakah konselor mampu meringkas semua pembicaraan siswa dengan tepat pada saat konseling dan memberi dukungan atas keputusan yang telah diambil siswa?

34.

Apakah konselor membantu siswa mecari penyebab munculnya masalah?

35. Apakah konselor membantu siswa untuk melihat kembali sikap dan perilaku yang tidak tepat yang dilakukannya selama ini

36. Apakah konselor mengungkapkan kembali dengan lebih jelas pikiran dan perasaan yang telah diungkapkan siswa saat konseling?

(69)

Apa bila anda menemukan pertanyaan yang kurang jelas, tulis nomor dan berilah komentar Anda pada bagian dibawah ini:

... ... ... ... ... Apa yang Anda harapkan dari seorang Konselor sekolah:

...

Apakah konselor mengajak siswa untuk bersama-sama membuat papan bimbingan?

41 Apakah konselor mengajak siswa menonton film yang bertema pendidikan atau bimbingan dalam rangka kegiatan bimbingan?

42 Apakah konselor memberi materi bimbingan yang sesuaikan dengan kebutuhan siswa?(Misalnya informasi perguruan tinggi, jenis pekerjaan)

43 Apakah konselor memberikan informasi tentang peraturan sekolah dengan jelas?

44 Apakah konselor menghubungkan materi bimbingan dengan kehidupan sehari-hari?(hidup sehat dengan menjaga kebersihan diri)

45 Apakah konselor menggunakan majalah koran, film terbaru sebagai sumber materi bimbingan?

(70)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Valid 104 100.0

Excluded

(a) 0 .0

Cases

Total 104 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Total N of Items 46

Correlation Between Forms .532

Equal Length .695

Spearman-Brown Coefficient

Unequal Length .695

Guttman Split-Half Coefficient

.694

a The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16, Item17, Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23.

b The items are: Item24, Item25, Item26, Item27, Item28, Item29, Item30, Item31, Item32, Item33, Item34, Item35, Item36, Item37, Item38, Item39, Item40, Item41, Item42, Item43, Item44, Item45, Item46.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item1 139.29 101.722 .324 .812

Item2 139.75 101.820 .331 .812

Item3 139.31 101.807 .323 .812

Item4 139.76 100.747 .335 .812

Item5 139.18 102.345 .356 .812

Item6 139.22 105.378 .066 .818

Item7 139.48 99.864 .335 .812

Item8 139.27 101.286 .353 .811

Item9 139.54 100.717 .335 .812

Item10 139.36 100.833 .328 .812

Item11 139.42 106.324 -.026 .822

Item12 139.21 101.333 .356 .811

(71)

Item19 139.25 101.937 .308 .813

Item20 139.66 104.711 .128 .817

Item21 139.35 105.860 .013 .820

Item22 139.46 105.843 .012 .821

Item23 139.38 101.421 .313 .812

Item24 139.39 101.426 .325 .812

Item25 139.54 99.999 .426 .809

Item26 139.49 98.718 .457 .808

Item27 139.24 105.213 .077 .818

Item28 139.08 103.062 .312 .813

Item29 140.11 101.358 .333 .812

Item30 139.44 100.463 .426 .809

Item31 139.40 102.010 .301 .813

Item32 139.64 101.377 .305 .813

Item33 139.34 101.837 .328 .812

Item34 139.63 105.965 -.001 .821

Item35 139.59 100.963 .310 .812

Item36 139.48 100.602 .412 .810

Item37 139.35 105.549 .043 .819

Item38 139.27 101.888 .325 .812

Item39 139.75 101.374 .315 .812

Item40 139.70 102.075 .306 .813

Item41 140.37 107.632 -.112 .824

Item42 139.04 101.086 .369 .811

Item43 139.05 101.405 .363 .811

Item44 139.22 101.048 .323 .812

Item45 139.13 101.858 .306 .813

(72)
(73)
(74)

3 4 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 1 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 2

3 3 1 4 3 3 3 3 2 4 2 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 2 4 4 2 4 4 2

4 4 3 4 3 2 3 3 2 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 2 3 4 2

3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3

3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3

3 3 4 4 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 2 2 4 3 4 2 2 3

2 3 4 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 2 1 4 3 3 3 3 3

2 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2

3 3 2 2 1 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

4 3 2 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 4 2 2

2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 4 2 3

3 3 2 2 4 3 4 3 4 4 2 4 2 4 2 2 2 3 4 2 3 2 4 3 2 4 2 4

3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2

2 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3

3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 4 2 4 3 3 3

3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3 3 4 2 3 2 4 4 2 3 2 3 4 3 3 2 3 3

3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3 2 4 4 1 4 3 4 4 3 3 3 3 2

3 4 3 4 3 2 3 2 2 2 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 4 2

3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 2

3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3

3 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 2 4 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 2 3

3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 2 4 3 2 3

2 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 4 2 4 3 2 3

3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3

3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3

2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 4 3

2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4

Gambar

Tabel 1. Jumlah siswa kelas XI dan XII Tahun ajaran 2008/2009
Tabel. 3. Kisi-kisi Kuesioner kompetensi profesional konselor sekolah
Tabel. 4. Rincian jumlah siswa yang dipakai dalam uji coba
Tabel .5. Hasil uji coba kuesioner
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang

Pernyataan “Dalam berkomunikasi, saya termasuk orang yang sulit dalam merangkai kata” menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi