• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB II"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Manajemen Berbasis Sekolah

Suparlan, dkk (2012) Manajemen Berbasis Sekolah sebagai terjemahan dari School Based Management, dapat diartikan sebagai pengalihan dalam pengambilan keputusan dari tingkat pusat sampai ke tingkat sekolah yang mempunyai peranan memberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan dipandang sebagai otonomi di tingkat sekolah dalam pemberdayaan sumber-sumber

(resources) sehingga sekolah mampu secara mandiri menggali, mengalokasikan, dan mempertanggungjawabkan

(akuntabilitas) kepada setiap yang berkepentingan

(stakeholders)

(2)

8 Fleksibelitas dan adaptabilitas yang tinggi dalam penyususnan perencanaan pengembangan sekolah.

Dari pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah adalah sistem pengolahan sekolah yang memberikan otonomi luas kepada sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik dengan cara meningkatkan kinerja staf, menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok-kelompok terkait dan juga meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.

Slamet (2000:4) mengemukakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah sebagai pengkoordinasian dan penyelarasan sumber daya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok stakeholder

dalam pengambilan keputusan yang partisipatif. Kelompok

stakeholder meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, konselor, tenaga administrasi, orang tua siswa, tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintah dan wakil organisasi pendidikan.

(3)

9 bagi siswa, serta bertanggung jawab penuh atas segala tindakannya itu. Lanjutnya, dalam manajemen berbasis sekolah, wilayah sekolah bukan hanya terbatas sampai pagar sekolah dengan anggota keluarga yang terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa dan staf administrasi saja, tetapi meluas sampai lingkungan masyarakat setempat. Anggota organisasi sekolah tidak hanya terbatas pada warga masyarakat lokal tetapi siapa saja yang mempunyai kepedulian terhadap urasan sekolah meskipun berdomisili sangat jauh dari sekolah.

Depdiknas (2001:2) memberi batasan Manajemen

Berbasis Sekolah sebagai “bentuk alternatif pengelolaan

sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan, yang ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan yang luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang relatif tinggi, dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Inti dari pengertian ini adalah keleluasaan sekolah dalam mengelola sumber daya dengan mengalokasikan dana sesuai dengan prioritas program serta lebih tanggap terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat setempat. Proses ini perlu didukung proses manajerial skill dan kerjasama dari masyarakat.

(4)

10 pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dari berbagai pendapat di atas, dapat dipahami mengenai esensi dari manajemen berbasis sekolah. Ada tiga pilar Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: Transparansi manajemen, Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan), dan Peran serta masyarakat.

Dengan demikian target utama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah di Indonesia adalah pemberdayaan sekolah untuk secara mandiri dapat meningkatkan mutu pendidikan masing-masing. Oleh karena itu, kemampuan kepemimpinan dan manajemen dari kepala sekolah dan ketersediaan sumber daya yang memadai merupakan persyaratan bagi keberhasilan pelaksanan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ini. Ada lima alasan latar belakang pentingnya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam konteks pengelolaan pendidikan di Indonesia yakni sebagai berikut: Pertama,

(5)

11 serta masyarakat sangat kecil dalam pengelolaan pendidikan. Kelima, Visi, misi dan strategi pendidikan di sekolah tidak bertumpu pada kemampuan lingkungan.

Dari lima alasan diatas yang menjadi dasar keberhasilan kinerja Komite Sekolah adalah peran serta masyarakat. Partisipasi orang tua siswa atau stakeholder ini merupakan pilar ketiga dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sehingga partisipasi dari orang tua inilah yang menjadi kunci keberhasilan kinerja Komite Sekolah dan penerapan manajemen sekolah yang baik.

2.2 Kinerja

Menurut Prawirosentono (dalam Hermawan, 2003) kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi, sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

(6)

12 seorang pekerja, sebuah proses manajemen, atau suatu organisasi keseluruhan, dimana hasil kerja harus dapat ditunjukkan bukti secara konkret dan dapat diukur dengan tolak ukur yang telah ditentukan.

Dari definisi yang diuraikan dapat ditarik beberapa kata kunci, yaitu hasil kerja, pekerja, proses atau organisasi, terbukti secara konkret, dapat diukur, dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Namun tidak semua kinerja mudah diukur tetapi harus dibandingkan dengan standar atau dibuktikan secara konkret.

Selanjutnya Irawan (dalam Hermawan, 2003) membagi kinerja dalam organisasi menjadi 3 (tiga macam), yaitu: kinerja organisasi, kinerja proses (proses manajemen administrasi) dan kinerja pegawai Ketiga macam kinerja itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kinerja organisasi tergantung pada kinerja proses dalam tiap-tiap unit kerja, sedangkan kinerja proses tergantung pada baik atau tidaknya kinerja orang-orang yang menggerakkan proses tersebut.

(7)

13 Menurut Kusriyanto (dalam Mangkunegara, 2005: 9) kinerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Mangkunegara, (2005: 9) kinerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas, dan kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang jawab yang diberikan kepadanya.

Mangkunegara, (2009:9) hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengantanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(8)

14 Menurut Bernardin dan Russel (dalam Gomes, 2000), kinerja merupakan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu dari kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Penilaian kinerja merupakan usaha yang dilakukan pimpinan untuk menilai hasil kerja bawahannya. Menurut Mengginson (dalam Mangkunegara, 2005: 10), penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Sikula (dalam Mangkunegara, 2005: 10) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan.

(9)

15 Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi dari SDM organisasi. Secara spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto (dalam Mangkunegara, 2005: 10) adalah: (1). Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja. (2). Mencatat dan mengakui hasil kerja seseorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu. (3). Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang. (4). Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya. (5). Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

Jadi kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja dari setiap proses atau kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang dalam suatu pekerjaan. Dimana kinerja yang baik adalah setiap orang yang melakukan proses pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana, aturan dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.3 Komite Sekolah

(10)

16 Irawan, dkk (2004:42) Komite Sekolah merupakan institusi yang dimunculkan untuk menampung dan menyalurkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Karena dijadikan sebagai wadah yang representatif. Kemunculan Komite Sekolah diharapkan bisa mewujudkan peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi dalam pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Baik padapendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Menurut Tim pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Posisi dewan pendidikan, komite sekolah, satuan pendidikan, dan lembaga-lembaga lainnya mengacu pada kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, Komite Sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan Sekolah, maupun jalur pendidikan luar Sekolah.

(11)

17 Sekolah dapat terdiri dari satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang, tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan yang di kelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan orang lain.

Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 54 ayat 3 dinyatakan bahwa: Komite sekolah adalah lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Komite Sekolah dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 /U/2002 dengan harapan agar masyarakat ikut serta mengambil bagian di dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, akan tetapi juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.

(12)

18 representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.

Komite sekolah terdiri atas orang tua atau wali murid, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha atau industri. Anggota komite dapat melibatkan dewan guru dan yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan maksimal berjumlah tiga orang. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa keanggotaan komite sekolah biasanya ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) atau Anggaran Rumah Tangga (ART). Untuk penamaan badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti komite sekolah, majelis madrasah, majelis sekolah, komite TK, atau nama-nama lain yang disepakati bersama. Sebelum dibentuk komite sekolah, dikenal adanya Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) di tiap-tiap sekolah dan Persatuan Orang tua Murid dan Guru (POMG).

2.3.2 Kedudukan Komite Sekolah

Berdasarkan buku Pedoman Kerja Komite Sekolah bab II pasal 4 kedudukan Komite Sekolah adalah sebagai lembaga mandiri atau organisasi diluar struktur organisasi sekolah yang lazim disebut organisasi nonstruktural, akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan sekolah sebagai mitra kerja sekolah.

(13)

19 madrasah negeri maupun swasta. Satuan pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan memiliki penyebaran lokasi dan beragam.

2.3.3. Tujuan Komite Sekolah

(14)

20 aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. Kedua, Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Ketiga, Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Dengan demikian tujuan dibentuknya komite sekolah adalah untuk mewadahi partisipasi para stakeholder agar turut serta dalam operasional manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah secara proposional, sehingga komite sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu, badan ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Keberadaan komite sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pembentukan komite sekolah harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada.

2.4. Kinerja Komite Sekolah

(15)

21 maupun jalur pendidikan luar sekolah. Kinerja Komite Sekolah akan tercapai dengan baik jika setiap satuan pendidikan benar-benar melakukan operasional Komite Sekolah dengan melibatkan masyarakat, pelaku dunia usaha, aktivis pendidikan dan mempunyai AD/ART, SDM, prasarana fisik kantor, administrasi keuangan, data, dan dokumen yang baik.

Keberhasilan dalam pelaksanaan kinerja Komite Sekolah dapat diukur mulai dari peringkat yang paling rendah sampai dengan tingkat yang paling tinggi. Ukuran tersebut dapat diklasifikasikan menurut Depertemen Pendidikan Nasional (2013) (lihat bab III).

Berdasarkan uraian sebelumnya, bahwa kinerja Komite Sekolah adalah hasil yang dicapai oleh seseorang yang berperan dalam menjalankan peran, tugas, dan fungsi sebagai Komite Sekolah. Selain itu, Komite Sekolah juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada di sekolah dan bertanggung jawab terhadap sekolah untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

(16)

22 keterlibatan masyarakat menjadi alat ukur dalam keberhasilan kebijakan dan program pada berbagai bidang, termasuk pendidikan. Untuk itu, sebagai badan atau lembaga yang non-strukural, Komite Sekolah memiliki peran yang sangat krusial sebagai jembatan dalam menggali berbagai aspirasi masyarakat tersebut, yang kemudian setelah diolah dan dianalisis kenyataannya secara objektif, akan menjadi masukan dan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan pendidikan. Keputusan yang telah dihasilkan dalam program kerja tersebut, tentu membutuhkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, agar menjadi lebih transparan dan dapat menjadi umpan balik bagi pengambil kebijakan di bidang pendidikan. Dalam hal ini tentu Komite Sekolah memiliki fungsi yang teramat penting dalam ikut melakukan kegiatan sosialisasi tersebut. Komite Sekolah dalam fungsi perencanaan memiliki peran mengidentifikasi sumber daya pendidikan di sekolah serta memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan RAPBS, termasuk dalam penyelenggaraan rapat RAPBS.

(17)

23 pendidikan di sekolah, termasuk proses pembelajarannya. Hal ini penting, sebab dengan berlakunya otonomi pendidikan dengan pengelolaan pendidikan yang lebih otonom di sekolah, guru memiliki peran yang penting dalam penciptaan proses pembelajaran yang kondusif bagi sarana demokratisasi pendidikan. Dalam pengelolaan terhadap sumber daya pendidikan, antara lain: SDM, Sarana dan prasarana, dan alokasi anggaran, Komite Sekolah berfungsi antara lain memberi pertimbangan kepada pengambil kebijakan pendidikan di daerah dalam upaya pengelolaan tenaga kependidikan (guru), baik yang menyangkut mengenai kualifikasi tenaga kependidikan (guru) yang diperlukan dan upaya dalam peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru) itu sendiri. Fungsi lain dari Komite Sekolah dalam pengelolaan tenaga kependidikan (guru) adalah memberikan pertimbangan dalam hal rotasi dan mutasi di daerah. Di samping itu, Komite Sekolah juga berfungsi dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu dalam memberikan pertimbangan tentang persyaratan fasilitas sekolah melalui penetapan indikator teknis sarana dan prasarana pendidikan. Dalam penetapan anggaran pendidikan, Komite Sekolah juga memiliki fungsi dalam memberikan pertimbangan terhadap sumber-sumber anggaran pendidikan di daerah.

(18)

24 yang ada dalam masyarakat. Fungsi ini akan dapat berguna dalam memberikan pertimbangan mengenai sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat yang dapat diperbantukan di sekolah.

Secara keseluruhan indikator kinerja Komite Sekolah dalam perannya sebagai badan pertimbangan dapat diamati pada Tabel 2.1

Tabel 2.1:

Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pertimbangan

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional

Komite Sekolah

1.1. Memberikan masukan,

pertimbangan, dan

rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: (1) kebijakan dan program pendidikan, (2) RAPBS, (3) kriteria kinerja satuan pendidikan, (4) kriteria tenaga kependidikan, (5) kriteria fasilitas pendidikan, dan (6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.

1.1.1. Mengadakan pendataan

kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya pendidikan dalam masyarakat. 1.1.2. Menganalisis hasil

pendataan sebagai bahan

1.1.4. Memberikan pertimbangan

kepada sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal.

1.1.5. Memberikan pertimbangan

kepada sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pelajaran yang menyenangkan

(19)

25

1.1.6. Memberikan masukan dan

pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan,

kebijakan, dan kegiatan sekolah

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency). Dalam perannya sebagai Badan Pendukung (supporting agency), Komite Sekolah berfungsi memantau kondisi tenaga kependidikan di sekolah. Hal ini penting karena akan dapat diketahui bagian mana yang harus mendapat perhatian serius dalam masalah tenaga kependidikan. Hal ini dimaksudkan agar kekurangan tenaga kependidikan dalam di sekolah tidak dibiarkan, sehingga akan mengganggu pelaksanaan pendidikan.

Komite Sekolah juga dapat mengidentifikasi tenaga ahli yang ada dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan bagi sekolah. Dengan demikian, aspek integrasi sekolah dengan masyarakat yang selama ini menjadi persoalan dalam pengelolaan pendidikan di sekolah dapat diatasi, karena masyarakat dapat terlibat dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan.

Sebagai bagian dari pelaksanaan proses

pendidikan, sarana dan prasarana juga harus mendapat

perhatian penting. Sekolah yang kurang memiliki sarana

dan prasarana memadai tentu akan mengalami kendala

dalam pencapaian hasil belajar. Karena itu, Komite

Sekolah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan

(20)

26 tentu Komite Sekolah akan memberdayakan bantuan

sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah melalui

sumber daya yang ada pada masyarakat.

Harus diakui, anggaran pendidikan yang pada

pemerintah (daerah) sangat terbatas. Karena itu

pemanfaatan sumber-sumber anggaran pendidikan yang

ada pada masyarakat menjadi kebutuhan yang

mendesak. Dalam era otonomi pendidikan yang

meletakkan otonomi sekolah sebagai hal yang terpenting,

sekolah harus merupakan bagian yang terpenting dari

masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kepedulian

dan rasa memiliki terhadap sekolah.

Sementara itu, secara keseluruhan indikator kinerja

Komite Sekolah dalam perannya sebagai Badan

(21)

27

Tabel 2.2:

Indikator Kinerja Komite Sekolahdalam Perannya Sebagai Badan Pendukung

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional

Komite Sekolah

2.1. Mendorong orang tua dan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan.

2.1.1 Mengadakan rapat atau

pertemuan secara berkala dan insidental dengan orang tua dan anggota masyarakat.

2.1.2. Mencari bantuan dana dari dunia usaha dan industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.

2.1.3. Menghimbau dan

mengadakan pendekatan kepada orang tua dan masyarakat yang

2.1.5. Memberikan dukungan

kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam memberantas

(22)

28 peningkatan mutu

pendidikan di sekolah. 2.2.4. Membantu sekolah dalam

rangka penggalangan dana penarikan iuran dari orang tua siswa.

hiburan untuk sekolah dan masyarakat.

2.3.3. Membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol (Controlling Agency). Bagian yang terpenting dalam manajemen adalah

controlling. Berkaitan dengan pengembangan kinerja ini, perlu dilihat sejauh mana peran pengontrol yang dilakukan Komite Sekolah berjalan dengan optimal terhadap pelaksanaan pendidikan. Beberapa fungsi yang dapat dilakukan Komite Sekolah dalam hubungannya dengan perannya sebagai badan pengontrol terhadap perencanaan pendidikan antara lain: melakukan kontrol terhadap proses pengambilan keputusan di lingkungan sekolah, penilaian terhadap kualitas kebijakan yang ada, termasuk kualitas perencanaan pendidikan.

(23)

29 melakukan kontrol terhadap proses pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah, termasuk kualitas kebijakan yang ada.

Komite Sekolah dalam hal ini juga dapat melakukan fungsi yang sama dengan Dewan Pendidikan. Yang menjadi perbedaan adalah objek yang diamati. Komite Sekolah dalam hal ini mengontrol pelaksanaan program di sekolah, di samping alokasi dana dan sumber-sumber daya bagi

pelaksanaan program tersebut.

Secara keseluruhan indikator kinerja Komite Sekolah dalam perannya sebagai badan pengontrol dapat diamati pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3:

Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pengontrol

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional

Komite Sekolah 3.1. Melakukan evaluasi dan

pengawasan terhadap kebijakan program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.

3.1.1. Mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru.

3.1.2. Sering mengadakan kunjungan atau

silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru di sekolah.

3.1.3. Meminta penjelasan kepada sekolah tentang hasil belajar siswa.

3.1.4. Bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni. Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai Mediator (Mediator Agency).

(24)

30 koordinasi, kerlibatan, serta partisipasi merupakan kegiatan yang penting dalam perencanaan. Sebagai badan mediator, Komite Sekolah berfungsi dalam menjadi penghubung antara orang tua, sekolah, dan DUDI.

Komite Sekolah juga dapat berfungsi sebagai

mediator dan menjadi penghubung Sekolah dengan

masyarakat, atau antara sekolah dengan Dinas

Pendidikan. Berbagai persoalan yang sering dialami orang

tua dalam pelaksanaan pendidikan anak-anaknya di

sekolah misalnya sering kali terbentur pada sebatas

keluhan, kurang direspon sekolah. Karena itu, kehadiran

Komite Sekolah pada posisi ini sangat penting dalam

mengurangi berbagai keluhan orang tua tersebut.

Peran sebagai mediator yang dilakukan Komite

Sekolah dalam pelaksanaan program pendidikan lebih

kepada upaya memfasilitasi berbagai masukan dari

masyarakat terhadap kebijakan dan program pendidikan

yang ditetapkan sekolah. Peran ini adalah antara lain

dengan mengkomunikasikan berbagai pengaduan dan

keluhan masyarakat terhadap instansi terkait dalam

bidang pendidikan. Masukan ini tentu akan menjadi

perhatian bagi pengambil kebijakan, yang selanjutnya

akan dilakukan perbaikan bagi kebijakan dan program

pendidikan. Bagi Komite Sekolah, hasil penyempurnaan

(25)

31 umpan balik bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan

sekolah.

Peran ini juga dapat dilakukan oleh Komite Sekolah

sebagai mediator dalam pelaksanaan program sekolah,

sehingga berbagai kebijakan dan program yang telah

ditetapkan sekolah dapat akuntabel kepada masyarakat.

Sumber-sumber daya pendidikan yang ada dalam

masyarakat begitu besar, namun pemanfaatannya kurang

optimal. Peran Komite Sekolah sebagai mediator dalam

kaitannya dengan hal ini adalah memberdayakan

kesediaan bantuan masyarakat untuk pendidikan dengan

melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam pendidikan.

Bagi Komite Sekolah, peran yang harus dijalankan

sebagai mediator adalah memberdayakan sumber daya

yang ada pada orang tua bagi pelaksanaan pendidikan di

sekolah. Secara keseluruhan indikator kinerja Komite

Sekolah dalam perannya sebagai mediator dapat diamati

(26)

32

Tabel 2.4:

Indikator Kinerja Komite Sekolahdalam Perannya Sebagai Badan Penghubung

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional Komite

Sekolah 4.1. Melakukan kerjasama dengan

masyarakat.

4.1.1. Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan lembaga lain untuk memajukan sekolah. 4.2.Menampung dan menganalisis

aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan

pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

4.2.1. Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

2.5. Hasil Penelitian yang Relevan

(27)

33 menggambarkan Kinerja Komite Sekolah tingkat kabupaten Buleleng dari aspek kegiatan operasioanl menurut Kepala Sekolah dan Pengurus Komite Sekolah sama-sama menilai kurang berhasil. Sedangkan, dari aspek SDM dan fasilitas organisai menurut penilaian Kepala Sekolah masih kurang berhasil, sedangkan menurut penilaian Komite Sekolah berhasil.

Paduppai (2006) kinerja Komite Sekolah pada jenjang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa peran Komite Sekolah yang dominan terlaksana adalah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dan

penghubung (mediating agency), itupun hanya sebagian idikator. Selanjutnya, peran komite sekolah yang jarang sekali terlaksana adalah sebagai pengontrol (controlling agency) dan pendukung (supporting agency).

Diperoleh fakta bahwa komite sekolah sangat jarang

(28)

34 sumber daya sekolah, mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah.

Kendala yang dialami pengurus Komite Sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya, antara lain sebagai berikut: Kurangnya pemahaman dan wawasan pengurus komite sekolah dalam hal manajemen pendidikan, kurangnya koordinasi antara Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan, kurang optimalnya pembinaan Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota terhadap Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan, tidak adanya pengawasan dan evaluasi pemerintah daerah mengenai program kerja komite sekolah.

(29)

35

agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan mediator (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan atau mediator antara masyarakat dengan satuan pendidikan.

Faktor pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 adalah; a) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru

dan kepala sekolah, b) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al

Azhar 29 Semarang didominasi oleh kaum ibu-ibu, c)

Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang

berpendidikan, d) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network

diperusahaan-perusahaan ternama. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: a) Kesibukan pribadi dari

masing-masing pengurus Jami’yyah, b) Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya, c) Kurangnya

wawasan tentang organisasi Komite Sekolah, dan wawasan tentang kependidikan.

(30)

Gambar

Tabel 2.1:  Indikator  Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan
Tabel 2.2:
Tabel 2.4:

Referensi

Dokumen terkait

Saat berlatih sepakbola siswa boleh diberi asupan makanan berupa cairan, minuman yang mengandung elektrolit dan karbohidrat yang sangan baik untuk menjaga daya tahan

dapat ditarik pula kesimpulan bahwa permainan yang disusun menunjang keterampilan anak-anak (80%), permainan dapat meningkatkan kemauan anak-anak untuk berlatih (80%),

Kurikulum pendidikan kepramukaan yang mencakup aspek nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disusun sesuai dengan

No Satuan Kerja Kegiatan Volume Pagu

Terdapat empat metode perlakuan produk sampingan yaitu terlihat dalam perhitungan laporan laba/ rugi sebagai berikut: Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

[r]

 Chemical Name: Niacin or Vitamin P, resp.PP or nicotinic acid  Solubility: Water.  Daily dose: 12mg

Penyakit Defisiensi "Ca" atau gejala Penyakit Defisiensi "Ca" atau gejala Anak.. Anak--anak anak : rakitis :