• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Efektivitas Parkir Pasar Tradisional Utama Di Kota Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR - Efektivitas Parkir Pasar Tradisional Utama Di Kota Surakarta"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS PARKIR PASAR TRADISIONAL UTAMA

DI KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh :

SULUH KARTIKA MINARTI

I 0608077

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

3 ABSTRACT

Traditional markets in Surakarta faced with the problem parking provision and services. One of them is the difficulty of parking provision in accordance with the demands or needs of the visitors of the actual market. The effectiveness of provision and parking services can be achieved if the level of parking provision and services that exist today have been able to accommodate all the needs of visitors to the market. The study was conducted to determine the effectiveness of service provision and the existing parking lot and continues to this day.

To achieve the goals and objectives of this study, the analysis technique used is the qualitative and quantitative analysis. Qualitative analysis is descriptive to describe the quality of service provision and observations in the field, while the quantitative analysis used in calculating the results of the questionnaire the perceptions of visitors by way of weighting.

Based on the analysis that has been made known that the parking provision and services that have been there all along in traditional markets or not yet effective. this was due to lack of parking space allocation so that not all needs can be met pengunjung. Besides his ministry was still less effective, due to changes in the function of the parking area into the second market and a parking space is not effective in accordance with the standards and facilities for pedestrians turned into the parking lot for motorcycles.

(4)

commit to user

4 ABSTRAK

Pasar tradisional di Kota Surakarta dihadapkan pada masalah penyediaan dan

pelayanan parkir. Salah satu diantaranya adalah kesulitan untuk pengadaan fasilitas parkir

yang sesuai dengan tingkat permintaan atau kebutuhan para pengunjung pasar yang

sebenarnya. Efektivitas penyediaan dan pelayanan parkir dapat dicapai jika tingkat

penyediaan dan pelayanan parkir yang telah ada saat ini sudah dapat menampung seluruh

kebutuhan pengunjung pasar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektivan

penyediaan dan pelayanan parkir yang telah ada dan berlangsung sampai saat ini.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian ini, teknik analisis yang digunakan

adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang digunakan adalah deskriptif

untuk menjelaskan kualitas penyediaan dan pelayanan dari hasil pengamatan di lapangan.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan dalam menghitung hasil kuesioner persepsi

pengunjung dengan cara pembobotan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa penyediaan dan

pelayanan parkir yang telah ada selama ini di pasar tradisional belum atau tidak efektif. Hal

ini disebabkan karena kurangnya alokasi lahan parkir sehingga kebutuhan pengunjung tidak

semuanya bisa terpenuhi. Selain itu pelayanannya pun masih kurang efektif, karena terjadi

perubahan fungsi area parkir menjadi pasar kedua dan ruang parkir efektif tidak sesuai dengan

standar serta fasilitas pejalan kaki berubah fungsi menjadi tempat parkir kendaraan roda dua.

(5)

commit to user

5

KATA PENGANTAR

dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji

dan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat iman, Islam, rahmat, dan hidayah yang tiada

henti dilimpahkan-Nya kepada penulis. Atas izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir dengan judul Efektivitas Parkir Pasar Tradisional Utama di Kota Surakarta, Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai syarat menempuh jenjang Strata-1

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT karena atas segala limpahan rahmatnya penelitian ini data terselesaikan

2. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret.

3. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Universitas Sebelas Maret.

4. Ir.Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.

5. Ir. Hardiyati, MT selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh

pendidikan Strata-1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur,

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP dan Murtanti Jani Rahayu, ST, MT selaku dosen

pembimbing Mata Kuliah Seminar dan Tugas Akhir yang telah banyak meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, saran, dan kitik selama penyusunan Tugas Akhir hingga

selesai.

7. Ir.Galing Yudana, MT dan Ir. Soedwiwahjono, MT sebagai dosen penguji yang telah

banyak memberikan masukan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mecurahkan kasih sayangnya dan memberikan berbagai

(6)

commit to user

6 9. Lolita, , Didit, Gian, Adit, Ramdhan, Alfi, Zoe, Amos dan Rika, terima

kasih buat kalian yang telah membantu penulis baik pada seminar, proses penelitian,

sampai proses akhir penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

10.Teman-teman PWK 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk

kerja sama selama ini.

11.Bappeda, DPP dan UPTD Perparkiran Kota Surakarta, serta pihak pengelola Pasar Gede,

Klewer dan Legi yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam memperoleh

data.

12.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan kerja praktik dan

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan

sehingga jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi penulis, serta menambah wawasan dan menjadi inspirasi pembaca.

Surakarta, Januari 2013

(7)

commit to user

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian... 4

1.3.2 Sasaran Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 4

1.5.1 Lingkup Pembahasan... 4

1.5.2 Lingkup Wilayah... 5

1.6 Alur Penelitian... 7

1.7 Sistematika Penulisan... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PASAR TRADISIONAL DAN PARKIR... 9

2.1 Pasar Tradisional... 9

2.1.1 Pengertian Pasar Tradisional 9 2.1.2 Karakteristik Pasar Tradisional... 10

2.1.3 Pengguna Pasar Tradisional... 11

2.2 Parkir... 12

2.2.1 12 2.2.2 Fasilitas Parkir 13 2.2.3 Konsep Parkir... 14

2.2.4 14 2.2.5 Parkir di Kawasan perdagangan... 17

2.2.5.1 Kawasan Perdagangan... 17

2.2.5.2 Dimensi Ruang Parkir di Kawasan Perdagangan... 17

2.2.6 Tingkat Pelayanan Parkir... 18

2.2.7 Efektivitas 20 2.2.8 Pengendalian Parkir... 22

2.3 Efektivitas Parkir di Pasar Tradisional... 22 2.3.1.1 Persepsi dan Kepuasan Pengunjung Pasar terhadap

22

(8)

commit to user

8

BAB 3 METODE PENELITIAN... 27

3.1 Pendekatan Penelitian... 27

3.2 Jenis Penelitian... 27

3.3 28 3.4 Tolok Ukur Penelitian... 28

3.5 Metode Pengambilan Sampel... 29

3.6 Metode Pengumpulan Data... 31

3.6.1 Kebutuhan Data... 31

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data... 32

3.7 Metode Analisis Data... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN PARKIR di PASAR TRADISIONAL UTAMA KOTA SURAKARTA... 41

4.1. 41 4.1.1 41

4.1.2 44

4.2. 44 4.2.1 44

4.2.2 45

4.2.3 Pelayanan Parkir dilihat Dari Kebutuhan Pengunjung Pasar 53 4.3. Efektivitas Parkir din Pasar Tradisional BAB 5 EFEKTIVITAS PARKIR di PASAR TRADISIONAL UTAMA KOTA SURAKARTA... 66

5.1 Analisis Kebutuhan Parkir berdasarkan Ragam Aktivitas Pengunjung Pasar... 66

5.2 Analisis Efektivitas Parkir di Pasar Tradisional... 68

5.2.1 Efektivitas Penyediaan Parkir di Pasar 68 5.2.2 Efektivitas Pelayanan Parkir di Pasar Tradisional... 69

BAB 6 PENUTUP... 74

6.1 Kesimpulan... 74

6.2 Rekomendasi... 74

(9)

commit to user

9 DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keputusan Dirjen Hubda Tentang Satuan Ruang Parkir Jenis

Kendaraan... 17

Tabel 2.2 Kebutuhan Ruang Gerak Kendaraan... 18

Tabel 2.3 Kebutuhan SRP di Pusat Perbelanjaan... 18

Tabel 2.4 Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas... 20

Tabel 3.1 Perumusan Tolok Ukur Penelitian... 29

Tabel 3.2 Jumlah Pedagang dan Jumlah Sampel Pengunjung Pasar... 31

Tabel 3.3 Kebutuhan Data... 31

Tabel 3.4 Kriteria dan Interval Nilai Dalam Penilaian Keefektivan Pelayanan Parkir Dilihat dari Kebutuhan Pengunjung Pasar 37 Tabel 3.5 Kriteria dan Interval Nilai dalam Penilaian Keefektivan Penyediaan Parkir Diliha Dari Kebutuhan Pengunjung Pasar ... 39

Tabel 3.6 Tingkat Efektivitas Parkir di Pasar Tradisional... 39

Tabel 4.1 Jumlah Petak Parkir Resmi di Pasar Tradisional... 42

Tabel 4.2 Aktivitas Responden di Pasar Tradisional... 45

Tabel 4.3 Jenis Kendaraan Yang Digunakan Oleh Para Responden... 46

Tabel 4.4 Alasan Pengunjung Pasar Memilih Tempat Parkir... 47

Tabel 4.5 Tingkat Efektivitas Penyediaan Parkir di Pasar Tradisional Berdasarkan Kebutuhan Pengunjung Pasar... 52

Tabel 4.6 Data Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Lokasi Area Parkir Saat Ini 54 Tabel 4.7 Data Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Keamanan Parkir Saat Ini... 54

Tabel 4.8 Data Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Keandalan Parkir Saat Ini... 55

Tabel 4.9 Data Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Kenyamanan Parkir Saat Ini... 60

Tabel 4.10 Data Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Fasilitas Penunjang Parkir Saat Ini... 61

Tabel 4.11 Tingkat Efektivitas Pelayanan Parkir Dilihat Dari Kebutuhan Pengunjung Pasar... 63

(10)

commit to user

10 DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Penelitian... 7 Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian... 26 Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian... 40 Gambar 4.1 Besaran dan Keadaan Eksisting Fasilitas Parkir di Pasar Gede,

Klewer dan Legi... 43 Gambar 4.2 Grafik Aktivitas Responden Berdasarkan Tujuan/ Keperluan di Pasar 45 Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenisnya... 46 Gambar 4.4 Grafik Alasan Memilih Tempat Parkir... 48 Gambar 4.5 Grafik Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Kualitas Lokasi Parkir

Pasar Tradisional... 54 Gambar 4.6 Grafik Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Keamanan Parkir Saat

Ini... 55 Gambar 4.7 Grafik Pendapat Pengunjung Pasar Terhadap Keandalan Parkir Saat

Ini... 56 Gambar 4.8 Grafik Pendapat Pengunjung Pasar Tradisional Terhadap Kemudahan

dalam Melakukan Manuver Kendaraan... 60 Gambar 4.9 Grafik Pendapat Pengunjung Pasar Tradisional Terhadap Kualitas

61 Gambar 4.10 Kondisi Fasilitas Pedestrian dan Peneduh di Area Parkir Pasar

(11)

commit to user

11 DAFTAR PETA

Peta 1.1 Lingkup Wilayah Penelitian... 6

Peta 4.1 Peta Lokasi Sebaran Parkir di Pasar Gede... 49

Peta 4.2 Peta Lokasi Sebaran Parkir di Pasar Klewer... 50

Peta 4.3 Peta Lokasi Sebaran Parkir di Pasar Legi... 51

Peta 4.4 Peta Kondisi dan Permasalahan Parkir di Pasar Gede... 57

Peta 4.5 Peta Kondisi dan Permasalahan Parkir di Pasar Klewer... 58

(12)

commit to user

12 BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang permasalahan yang terjadi di

lapangan sehingga masalah ini layak untuk dijadikan sebagai bahan penelitian tugas akhir.

Selain latar belakang masalah, bab ini juga menyajikan tujuan, sasaran, manfaat, batasan

penelitian dan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang

Surakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia, dimana di dalam kota ini

banyak sekali terdapat ragam aktivitas. Dari sekian banyak ragam aktivitas yang terdapat di

Kota Surakarta ada salah satu aktivitas atau kegiatan yang menjadi sektor unggulan dan

menyumbangkan 23% pendapatannya untuk peningkatan PRDB Kota Surakarta pada tahun

2005 (Surakarta Dalam Angka, 2005) dan aktivitas atau kegiatan yang dimaksud adalah Ritel

atau perdagangan1. Bentuk kegiatan ritel skala besar di Indonesia dapat di kategorikan

menjadi dua format yaitu ritel modern dan ritel tradisional. Bentuk ritel modern antara lain

mall dan trade center, sedangkan ritel tradisional biasanya berbentuk pasar tradisional atau

rakyat. Pasar terdiri dari kios-kios yang berada dibagian dalam dan toko-toko di bagian

luarnya yang menghadap ke jalan. Dalam suatu pasar tersedia berbagai gerai dengan segala

macam produk yang diperlukan masyarakat, dari barang kebutuhan sehari-hari hingga produk

tahan lama . Dengan tersedianya berbagai barang kebutuhan sehari-hari di pasar dan harganyapun murah hal ini lah yang menarik minat para masyarakat kota Surakarta

maupun sekitarnya untuk datang dan berbelanja di pasar tradisional Kota Surakarta.

Dalam kegiatan ritel, lokasi adalah salah satu faktor yang terpenting. Lokasi suatu

fasilitas ritel akan mempengaruhi kesuksesan dari usaha tersebut. Luas dan kepadatan wilayah

yang dilayani, kelas sosial ekonomi penduduk, luas dari pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas

dan ketersediaan sarana angkutan umum merupakan beberapa faktor lokasi yang

mempengaruhi banyaknya pengunjung. Pada kasus yang terjadi di negara berkembang

termasuk di Surakarta, penempatan lokasi suatu fasilitas yang menumpuk di suatu kawasan,

termasuk dalam fasilitas ritel skala besar/ pusat perbelanjaan.

Fenomena yang terjadi seiring dengan tumbuh dan berkembangnya ritel tradisional

di Kota Surakarta adalah semakin meningkatnya perpindahan penduduk dari luar Kota

Surakarta. Dengan jumlah penduduk Kota Surakarta yang meningkat setiap tahunnya

menyebabkan timbulnya masalah perkotaan salah satunya adalah masalah transportasi.

Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk permintaan akan kendaraan pribadi juga

1

(13)

commit to user

13 semakin meningkat. Peningkatan jumlah permintaan kendaraan mengakibatkan masalah baru

yaitu masalah parkir. Masalah parkir muncul dikarenakan jumlah kendaraan yang semakin

meningkat setiap tahunnya tetapi tidak diimbangi dengan penambahan area atau lahan parkir

baru di sekitar area perdagangan tradisional. Apalagi diketahui ada perbedaan penyediaan

lahan parkir di ritel modern dan ritel tradisional, untuk ritel modern pada saat perencanaannya

memang sudah disediakan area khusus bagi pengunjung dan pengguna mall atau trade center,

tetapi lain halnya dengan pasar tradisional, sejak rencana pembangunannya dahulu memang

tidak disediakan area atau lahan parkir khusus bagi pengunjung pasar karena pada waktu dulu

volume kendaraan tidak sebanyak sekarang. Karena sejak pembangunannya memang tidak

tersedia lahan parkir, maka saat ini kendaraan yang datang ke pasar tradisional akan di

parkirkan di tepi jalan, dan bila pada jam-jam puncak yaitu antara pukul 11:00 sampai pukul

14:00 terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar pasar hal ini disebabkan kurangnya alokasi lahan

parkir sehingga tidak dapat menampung kendaraan pengunjung pasar yang datang dan

mengakibatkan kendaraan para pengunjung pasar di parkirkan sampai ke badan jalan dan

penataan parkir di badan jalan ini juga tidak sempurna atau semerawut, yang mengakibatkan

sirkulasi jalan di depan pasar dan sekitarnya menjadi terganggu dan menyebabkan kemacetan.

Dari 44 pasar tradisional yang tersebar di seluruh Kota Surakarta ada beberapa pasar

yang memiliki persamaan dalam permasalahan parkir, yaitu Pasar Gede, Pasar Klewer dan

Pasar Legi (Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, 2012). Ketiga pasar ini merupakan

pasar-pasar besar dan utama di Kota Surakarta, kenapa utama karena kegiatan ekonomi atau jual

beli yang terjadi bukan hanya melayani masyarakat di Kota Surakarta saja tetapi masyarakat

dari luar Kota Surakarta juga banyak yang membeli barang dagangan yang ada di pasar-pasar

tersebut, bukan hanya itu saja bahkan banyak turis asing yang datang dan membeli serta

mengimpor barang-barang dari ketiga pasar tersebut. Selain itu ketiga pasar ini merupakan

wajah atau ikonnya Kota Surakarta jadi banyak tersimpan sejarah dan budaya di dalamanya.

Serta pasar ini merupakan pasar khusus karena menjual hanya barang-barang satu tipe saja,

seperti Pasar Klewer yang menjual barang jenis tekstil, pasar Gede yang menjual dalam skala

besar barang-barang kebutuhan sehari-hari dan pasar legi yang menjual barang berupa hasil

bumi seperti beras. Dan lokasi pasar-pasar ini ini juga sangat strategis karena berada di tengah

Kota Surakarta dan mudah dilalui moda transportasi apapun.

Aktivitas pengunjung di Pasar Gede, Klewer dan Legi yang semakin padat

menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan akan area parkir, tetapi karena terbatasnya

lahan saat ini sangat sulit sekali untuk mencari tempat parkir yang dekat pasar dan nyaman

tempatnya. Terbukti di Pasar Gede dan Klewer kendaraan para pengunjung pasar diparkirkan

(14)

commit to user

14 tidak mampunya pengelola pasar untuk menampung seluruh kendaraan pengunjung yang

datang ke pasar tradisional, akibatnya masih ditemukan beberapa pengunjung yang parkir

jauh dari pasar, tetapi ada pula yang nekad untuk parkir didekat pasar tanpa memikirkan

akibat yang akan muncul nantinya. Sebaliknya untuk Pasar Legi area parkirnya berada di

dalam kompleks pasar tetapi masih saja ditemukan pengunjung yang parkir di luar pasar hal

ini dikarenakan penataan parkir di dalam pasar yang belum berjalan baik dimana kendaraan

antara roda 2 dan roda 4 penempatannya masih menumpuk atau bercampur menjadi satu dan

belum ada pembagian yang jelas oleh para pengelola pasar. Selain masalah diatas ada masalah

lain mengapa parkir di ketiga pasar ini bermasalah dan berhak untuk diteliti, yaitu adanya alih

fungsi area parkir menjadi tempat jualan oleh para pemiliki kios didalam pasar dan pedagang

oprokan, hal ini menjadi penyebab utama banyak pengunjung pasar yang harus memarkirkan

kendaraan mereka jauh dari pasar dan masuk sampai ke badan jalan dan akhirnya

menyebabkan kemacetan lalu lintas disekitar Pasar Gede, Klewer dan Legi.

Idealnya suatu kawasan dapat meyediakan area parkir yang dapat menampung semua

kendaraan para penguunjung pasar dan dengan penataan kendaraan yang parkir lebih baik lagi

dapat mengurangi tingkat kesemerawutan yang sangat menganggu aktivitas lalu lintas

disekitar pasar, sehingga para pengunjung pasar dapat merasa aman dan nyaman untuk parkir

di area tersebut.

Sampai saat ini belum ada yang menilai apakah penyediaan dan pelayanan parkir di

yang ada di pasar tradisional saat ini sudah efektif atau belum. Berdasarkan permasalahan

inilah alasan saya mengangkat tema ini untuk diteliti lebih lanjut, agar kesemerawutan parkir

dapat di kurangi.

1.2. Rumusan Masalah

Adanya fenomena dari perkembangan dari kegiatan perdagangan di pasar tradisional

di Kota Surakarta dan masalah dengan area parkir yang ada saat ini menjadi suatu pekerjaan

rumah bagi pemerintah Kota Surakarta. Oleh karena itu masalah penyediaan alokasi parkir

dan pelayanan yang diberikan kepada pengunjung pasar membutuhkan penanganan yang

serius sehingga permasalahn yang ada saat ini timbul tidak semakin parah ke depannya atau

menimbulkan permasalahan-permasalahan lain yang lebih kompleks. Maka pertanyaan

penelitian (research question) dalam penelitian ini adalah:

(15)

commit to user

15 1.3. Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka

tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan aktivitas perparkiran di pasar tradisional utama Kota Surakarta saat ini di lihat dari penyediaan fasilitas dan pelayanan parkir yang diberikan.

1.3.2 Sasaran

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka sasaran dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1). Identifikasi aktivitas pengunjung pasar tradisional menurut keperluan yang akan

dilakukan di pasar tradisional tersebut,

2). Identifikasi penyediaan dan pelayanan fasilitas parkir di pasar tradisional saat ini,

3). Identifikasi pendapat pengunjung pasar tradisional terhadap pelayanan dan penyediaan

parkir saat ini,

4). Analisis efektivitas penyediaan dan pelayanan parkir dilihat dari kebutuhan pengunjung

pasar,

5). Analisis efektivitas parkir di pasar tradisional utama.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka

manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang berguna bagi

pemangku kepentingan (perencana, pengelola, dan pembuat kebijakan) Kota Surakarta pada

khususnya dalam rangka mengatasi permasalahan trasportasi yang ditimbulkan akibat

kurangnya alokasi lahan parkir di pasar tradisional Kota Surakarta pada saat ini maupun pada

masa yang akan datang, selain itu juga dapat memberikan masukan bagi pemerintah dan

pihak-pihak yang terkait pada umumnya dalam menyusun dan mengubah peraturan yang

dapat merencanakan, mengatur dan mangawasi segala bentuk kegiatan perparkiran baik di

pusat-pusat perdagangan maupun pusat kegiatan lainnya yang membutuuhkan area parkir

khusus pengunjung.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1. Lingkup Pembahasan

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka ruang lingkup

penelitian ini akan dibatasi pada kajian sebagai berikut:

1). Aktivitas pegunjung pasar tradisional

(16)

commit to user

16 3). Efektivitas penyediaan lahan parkir di lihat dari kebutuhan pengunjung pasar

4). Efektivitas pelayanan parkir di pasar tradisional meliputi kondisi area parkir, keamanan,

keandalan, kenyamanan dan fasilitas penunjang atau pendukung parkir di pasar

tradisional utama di Kota Surakarta.

5). Bentuk pengendalian yang tepat terhadap masalah parkir yang terjadi saat ini di pasar

tradisional.

1.5.2. Lingkup Wilayah

Wilayah yang menjadi objek penelitian ini adalah tiga pasar tradisional utama yang

ada di Kota Surakarta yaitu Pasar Gede, Pasar Klewer dan Pasar Legi dengan luas

masing-masing area sebagai berikut: untuk Pasar Gede memiliki luas 10.421 m2, Pasar Klewer dengan

luas area 12.950 m2, dan Pasar Legi dengan luas 16.640 m2 dan jangkauan pelayanan ketiga

pasar ini sama yaitu sudah sampai mengekspor ke luar negeri. Dalam penelitian ini batas

wilayah yang akan diteliti adalah area parkir yang ada disekitar pasar serta jaraknya 60 meter

dari dinding terluar pasar (Keputusan Menteri Pekerjan Umum No: 468/ KPTS/ 1998), untuk

(17)

commit to user

1

(18)

commit to user

18 1.6. Alur Penelitian

Proses penelitian ini dapat dilihat dalam gambar alur prose penelitian dibawah ini:

Gambar 1.1 dan jumlah kendaraan di perkotaan. Hal ini mengakibatkan ketersediaan lahan parkir di pasar tradisional tidak dapat menampung seluruh kendaraan pengunjung yang dating dan mengakibatkan kendaraan meluap sampai ke badan jalan dan akhirnya mengganggu sirkulali lalu lintas disekitarnya.

Rumusan Masalah

Sudah efektifkah penyediaan dan pelayanan parkir yang ada saat ini di pasar tradisional Kota Surakarta?

Tujuan Penelitian

Mengetahui sudah efektifkah aktivitas perparkiran di pasar tradisional Kota Surakarta saat ini pelayanan parkir yang diberikan.

Parkir

Fasilitas parkir Konsep parkir

Parkir di kawasan perdagangan Tingkat pelayanan parkir

Fasilitas Parkir Pasar (Kapasitas dan Pelayanan Parkir)

Teknik Analisis

Analisis Kebutuhan Parkir berdasarkan Ragam Aktivitas

Pengunjung Pasar

Analisis Efektivitas Parkir di Pasar Tradisional

(19)

commit to user

19 1.7. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan dari penelitian ini akan dibagi menjadi dalam beberapa bab, yang

secara garis besar diuraikan sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan berisi proposal penelitian dari kajian penyediaan dan pelayanan parkir di

pasar tradisional. Dalam bagian ini terdiri dari latar belakang yang merupakan dasar

pemikiran dari penelitian ini, tujuan, sasaran, manfaat, dan lingkup pembahasan yang menjadi

acuan dalam kegiatan penelitian ini, kerangka pikir penelitian, serta sistematika penyajian

laporan penelitian.

BAB II, Tinjauan literatur dalam penelitian ini terdiri dari teori-teori mengenai parkir yang

meliputi pengertian fasilitas parkir dan macam bentuk/ tipe fasilitas parkir, parkir di kawasan

perdagangan, pasar tradisional, pengguna pasar tradisional serta efektivitas . Tinjauan teori ini

memberikan kerangka pemikiran mengenai apa yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Berdasarkan tinjauan teori tersebut, maka ditentukan variabel penelitian yang menjadi pokok

bahasan serta batasan dalam penelitian ini.

BAB III, Metode penelitian merupakan teknis pelaksanaan penelitian ini. Dalam metode

penelitian ini meliputi jenis penelitian yang digunakan, penentuan variabel, tahapan analisis

yang didalamnya meliputi proses dan teknis analisis yang digunakan untuk menjawab sasaran

penelitian, metode pengumpulan data, serta populasi dan metode pengambilan sampel.

BAB IV, Bagian ini merupakan kajian kondisi dari objek penelitian atau kompilasi data. Data

yang telah diperoleh disajikan dalam dua bagian besar, yaitu gambaran fasilitas parkir di pasar

dan aktivitas pengunjung pasar untuk melihat kebutuhan parkir mereka. Dari dua bagian besar

tersebut masing-masing didalamnya akan berisi mengenai gambaran umum fasilitas parkir,

kondisi area parkir saat ini, tatanan aktivitas pengguna di dalam pasar, persepsi pengguna

terkait dengan kualitas pelayanan parkir yang diterima dan kebutuhan ruang parkir

pengunjung pasar. Selanjutnya dari data yang disajikan tersebut akan digunakan dalam proses

analisis data.

BAB V, merupakan bab pembahasan yang berisi mengenai pembahasan/analisis dari temuan

lapangan berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir penelitian sehingga diharapkan mampu

menjawab rumusan masalah dan mendukung tujuan sasaran dari penelitian yang telah

ditentukan.

BAB VI, merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi yang berisi mengenai kesimpulan

penelitian termasuk hasil-hasil temuan penelitian, rekomendasi yang berkaitan dengan hasil

temuan penelitian, serta rekomendasi.

(20)

commit to user

20 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA PASAR TRADISIONAL DAN PARKIR

Dalam melakukan penelitian mengenai efektivitas parkir di Pasar Gede, Klewer dan

Legi Surakarta, maka diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai teori yang berkaitan

dengan penelitian yang meliputi tinjauan terhadap pasar, parkir dan efektivitas. Berikut hasil

dari tinjauan teori terkait.

2.1. Pasar Tradisional

2.1.1 Pengertian Pasar Tradisional Utama

Pasar secara harfiah berarti berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli

sekali dalam 5 hari Jawa. Pasar diduga dari bahasa Sanskerta Pancawara. Pasar dalam konsep

urban jawa adalah kejadian yang berulang secara ritmik dimana transaksi sendiri tidak sentral,

yang sentral dalam kegiatan pasaran adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa.

Berkumpul dalam arti saling ketemu muka dan berjual beli pada hari pasaran menjadi

semacam panggilan sosial perodik, dengan kata lain dari pasar adalah peken yang kata kerjanya mapeken artinya berkumpul (Wiryomartono, 1995).

Pasar merupakan ruang sosial di samping ruang ekonomi. Faktor yang menyebabkan

pasar tradisional masih tetap diminati adalah karakter/budaya konsumen. Meskipun informasi

tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih

memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat

perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itulah

adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar

modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin

kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan

ketika berbelanja di modern (Mukhlas, 2007).

Berdasarkan pendapat para ahli tentang pasar tradisional, maka dapat diambil

kesimpulan pasar tradisional utama adalah tempat yang merupakan pusat pengumpulan,

penjualan, penyimpanan barang untuk disalurkan kepada grosir dan pusat pembelian yang

lebih kecil dan jangkauan pelayanannya pun tidak hanya melayani lingkup regional saja tetapi

(21)

commit to user

21 2.1.2 Karakteristik Pasar Tradisional

Secara garis besar, pasar dapat dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu: pasar

menurut jenis barang yang diperdagangkan, waktu bertemunya penjual dan pembeli, luas

kegiatan distribusi, fisik pasar serta menurut bentuk dan strukturnya (Suryadarma, dkk. 2007).

Berikut ini akan kita bahas macam-macam pasar tersebut:

1) Pasar menurut jenis barang yang diperdagangkan

Pasar menurut barang yang diperjual belikan dibedakan menjadi dua, yaitu pasar

barang konsumsi dan pasar faktor produksi. Pasar barang konsumsi adalah pasar yang

memperjualbelikan barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Barang yang diperjualbelikan pada pasar barang konsumsi dapat langsung digunakan oleh

konsumen. Contoh pasar barang konsumsi yaitu pasar beras, pasar tekstil, pasar sayur-mayur,

pasar buah-buahan, dan pasar kelontong. Sedangkan pasar faktor produksi adalah pasar yang

memperjualbelikan beberapa faktor produksi yang berguna bagi kelancaran proses produksi,

seperti tembakau, beras, kopi, minyak bumi, tembaga, balai latihan kerja, mesin cetak, mesin

tekstil, dan bursa efek. Pada pasar ini, para pemilik usaha (pengusaha) berperan sebagai

pembeli, sedangkan penjualnya adalah pemilik factor produksi. Berdasarkan pemilikan faktor

produksi, pasar barang produksi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pasar faktor produksi

alam, pasar faktor produksi tenaga kerja, dan pasar faktor produksi modal.

2) Pasar menurut waktu bertemunya penjual dan pembeli

Pasar menurut waktu bertemunya penjual dan pembeli dibedakan menjadi lima

macam (Esther dan Dikdik, 2003), yaitu pertama pasar kaget, adalah pasar sesaat yang terjadi

ketika terdapat sebuah keramaian atau perayaan. Contoh pasar kaget antara lain pada saat

merayakan ulang tahun suatu daerah terdapat pasar malam, dan sebagainya. Kedua pasar harian, adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang berlangsung setiap hari

dan barang-barang yang diperjualbelikan merupakan barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Contoh pasar sayur-mayur, pasar beras, pasar buah, dan pasar daging. Ketiga pasar mingguan,

adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang berlangsung seminggu sekali.

Contoh pasar mingguan yaitu pasar kliwon, pasar pon, pasar wage, pasar pahing, dan pasar

legi, keempat adalah pasar bulanan yaitu pasar yang diselenggarakan satu kali dalam satu bulan dan biasanya menjual barang-barang tertentu. Pasar jenis ini sudah jarang ditemukan.

Meskipun ada itu hanya terdapat pada daerah tertentu saja. Contoh: pasar hewan, dan

sebagainya, dan yang kelima Pasar tahunan adalah pasar yang diselenggarakan satu kali dalam

satu tahun, dan biasanya bertujuan untuk memperkenalkan produk baru. Biasanya pasar ini

(22)

commit to user

22 Pasar Malam Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta dan Pekan Semalam dilaksanakan setiap

bulan Syawal.

3) Pasar menurut luas kegiatan distribusi

Pasar menurut luas kegiatan distribusinya terbagi menjadi empat kategori yaitu:

pasar lokal atau setempat, pasar daerah, pasar nasional dan pasar internasional.

4) Pasar menurut bentuk dan strukturnya

Menurut bentuk dan strukturnya pasar terbagi menjadi dua yaitu pasar persaingan

sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna.

2.1.3 Pengguna Pasar Tradisional

Menurut Drs. Damsar, MA tahun 1997, pengguna pasar dibedakan menjadi dua yaitu

penjual dan pembeli. Untuk karakteristik pembeli secara umum terbagi menjadi tiga yaitu):

1) Pengunjung, yaitu mereka yang datang ke pasar tanpa mempunyai tujuan untuk

melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa, mereka adalah orang-orang

yang menghabiskan waktu luangnya di pasar.

2) Pembeli, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli

sesuatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai tujuan ke (di) mana akan membeli.

3) Pelanggan, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untukmembeli

sesuatu barang atau jasa, dan mempunyai tujuan yang pasti ke (di )mana akan

membeli. Seseorang menjadi pembeli tetap dari seorang penjual tidak terjadi secara

kebetulan, tetapi melalui proses interaksi sosial.

Dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual

belikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Dalam ekonomi, pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat

dibedakan menjadi : pedagang distributor (tunggal), pedagang (partai) besar dan pedagang

eceran. Sedangkan dari pandangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA

membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengolahan pendapatan yang didapatkan

dari hasil perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan penggunaan

dan pengolahan pendapatan yang diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Pedagang profesional, yaitu pedagang yang menggunakan aktivitasperdagangan

merupakan pendapatan / sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.

2) Pedagang semi profesional, yaitu pedagang yang mengakui aktivitas perdagangan

untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber

(23)

commit to user

23 3) Pedagang subsistensi, yaitu pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil

aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. Pada daerahpertanian,

pedagang ini adalah seorang petani yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau

kecamatan.

4) Pedagang semu, yaitu orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau

untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini

tidak mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh

pendapatan, malahan mungkin saja sebaliknya ia (akan)memperoleh kerugian dalam

berdagang.

2.2. Parkir

Fasilitas parkir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem

transportasi. Lalu-lintas biasanya timbul demi kepentingan pergerakan. Kendaraan berjalan

menuju tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus diparkir. Di

daerah perkotaan, banyaknya pemilikan kendaraan menimbulkan masalah parkir yang serius.

Di kawasan permukiman, setiap ruang kosong yang tersedia selalu diisi kendaraan yang

diparkir sepanjang siang maupun malam hari. Begitu pula di dekat pusat perdagangan, sering

terjadi kemacetan jalan yang cukup serius, karena makin banyaknya orang yang memilih

pergi ke kota dengan kendaraan pribadi daripada menggunakan sarana angkutan umum.

Di antara penyebab seriusnya kondisi ini adalah bahwa parkir telah merupakan "

urusan setiap orang ". Tanggung jawab penyelenggaraan dan pengaturannya kerap kali

dibagi-bagi di antara pemilik gedung, pedagang, investor, perencana, otorita terminal dan transit, dan

jawatan pemerintah lainnya. Sebagai tambahan, tanggung jawab penetapan ruang yang

tersedia untuk para pemakai, penetapan biaya, dan kebijaksanaan pengaturannya biasanya

antara lain dilakukan oleh dewan kota, polisi, insinyur lalu-lintas, dan pengadilan. Kreasi

jawatan yang terutama berhubungan dengan parkir umumnya mengusulkan cara untuk

memecahkan dilema yang berkelanjutan ini. Parkir menurut kamus bahasa Indonesia dapat

diartikan sebagai tempat pemberhentian kendaraan beberapa saat. Sedangkan menurut

Undang-undang lalu lintas No. 14/1992, parkir adalah tempat pemberhentian kendaran atau

bongkar muat barang dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung keadaan dan

kebutuhannya.

2.2.1 Parkir Bagian dari Elemen Perancangan Kota

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk

dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimanahalnya dengan keberadaan sistem

(24)

commit to user

24 berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota

merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan

karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota.

Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain

sebagainya.

Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada

kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa

daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit member efek visual yang

merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota. Elemen ruang parkir memiliki

dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu:

a. Kelangsungan aktivitas komersial

b. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota

Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan:

a. Keberadaan strukturnyaa tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan

b. Pendekatan program penggunaan berganda

c. Tempat parkir khusus

d. Tempat parkir di pinggiran kota.

Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir selalu memperhatikan:

a. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra kawasan dan

aktivitas pada kawasan

b. Jaringan jalan harus memberikan orientasi pada penggunaan dan membuat lingkungan

yang legible

c. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan tujuan dari

kawasan.

2.2.2 Fasilitas Parkir

Sebuah kota membutuhkan bermacam macam fasilitas yang dapat digunakan oleh

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kamus tata ruang, fasilitas dapat

diartikan sebagai:

Bangunan atau ruang terbuka

Istilah umum yang dipakai untuk menunjukan pada suatu unsur penting dalam aset

pemerintahan atau pemberian pelayanan jasa pada umumnya

Jaringan atau bangunan yang memberikan pelayanan dengan fungsi tertentu kepada

masyarakat maupun perorangan berupa kemudahan kehidupan masyarakat dan

(25)

commit to user

25 Menunjang kebutuhan masyarakat.

Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian

kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada kurun waktu tertentu

(PP No.43, 1993). Pusat kota sebagai kawasan penarik perjalanan, telah menimbulkan banyak

permasalahan di bidang lalu lintas, antara lain tingkat penggunaan fasilitas parkir yang tidak

merata dan keterbatasan penyediaan lokasiparkir di pusat kota. Fasilitas parkir sebagai salah

satu elemen penting dalam sistem transportasi perkotaan saat ini, perlu pengaturan dalam

penggunaannya. Fasilitas parkir yang efisien dapat menciptakan lalu lintas di kawasan

tersebut menjadi lebih tertib dan lancar. Pemilihan lokasi parkir terkait dengan tingkat

kepuasan yang didapatkan oleh para pengguna parkir dalam memilih lokasi parkir,antara lain

disebabkan oleh tarif, jarak berjalan menuju tempat tujuan, kenyamanan dan keamanan, dan

kemudahan mendapat lokasi parkir.

Meningkatnya tingkat perekonomian masyarakat, menyebabkantumbuhnya

tempat-tempat usaha baru yang umumnya terletak di pinggir jalandengan volume lalu lintas padat,

tempat-tempat usaha tersebut umumnya tidakmenyediakan lahan parkir yang cukup sehingga

menyebabkan pengunjungmemarkir kendaraan pada badan jalan. Hal tersebut dapat

menyebabkan lebarefektif jalan berkurang.

2.2.3 Konsep Parkir

Dalam penanganan parkir perlu dilakukan pendekatan sistematis pada dua aspek

utama yaitu: kajian terhadap permintaan parkir/ kebutuhan ruang parkir dan kajian terhadap

besar penyediaan fasilitas parkir. Besarnya permintaan parkir pada suatu kawasan ruas jalan

sangat dipengaruhi oleh pola tata guna lahan di kawasan yang bersangkutan, sehingga di

dalam penanganan parkir harus diikuti dengan pengaturan pola tata guna lahan yang

disesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang di setiap kota. Selain itu mengingat besarnya

permintaan parkir sehingga memunculkan banyak bangkitan parkir di ruas badan jalan, oleh

sebab itu persyaratan penyediaan fasilitas parkir minimal pada pusat kegiatan yang ada atau

pusat kegiatan baru yang dapat dituangkan sebagai persyaratan dalam pembuatan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB).

2.2.4 Tipe Parkir

Tipe parkir dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Menurut Penempatannya

Menurut cara penempatannya terdapat dua cara penataan parkir (Joseph de Chiara & Lee

(26)

commit to user

26 1) Parkir di tepi jalan (on street parking)

Parkir di tepi jalan ini mengambil tempat di sepanjang jalan, dengan atau tanpa

melebarkan jalan untuk fasilitas parkir. Parkir dengan sistem ini dapat ditemui di kawasan

perumahan maupun di pusat kegiatan, dan juga kawasan lama yang pada umumnya tidak siap

menampung perkembangan jumlah kendaraan. Parkir di tepi ini menguntungkan bagi

pengunjung yang menginginkan dekat dengan tempat yang dituju. Tetapi idealnya parkir

sistem ini harus dihindari, dengan alasan:

Mengurangi kapasitas jalan

Menimbulkan kemacetan dan kebingungan pengemudi

Memperpanjang waktu tempuh dan memperbesar kecelakaan

Meskipun begitu, beberapa parkir di jalan masih diperlukan dan bila keadaan jalan

masih memungkinkan, yaitu pada jalan-jalan yang arusnya tidak melebihi 400 kendaraan/jam;

atau pada lalu lintas searah dengan arus kurang dari 600 kendaraan/jam, parkir pada salah satu

sisi masih diperbolehkan jika tempat pejalan kaki yang berdekatan dengannya tidak telalu

ramai dan terdapat sedikit pejalan kaki yang menyebrang jalan.Bila dari posisi parkir dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Parkir sejajar dengan sumbu jalan (bersudut 180°)

Parkir bersudut 30°, 45°, dan 60° dengan sumbu jalan

Parkir tegak lurus sumbu jalan (bersudut 90°)

Parkir dengan sudut tegak lurus sumbu jalan mampu menampung kendaraan lebih

banyak dari pada posisi parkir lainnya, tetapi lebihbanyak mengurangi fungsi dari lebar jalan.

2) Parkir di luar jalan (off street parking)

Cara ini menempati pelataran parkir tententu di luar badan jalan baik halaman

terbuka atau di dalam bangunan khusus untuk parkir dan mempunyai pintu pelayanan masuk

untuk tempat mengambil karcis parkir dan pintu pelayanan keluar untuk menyerahkan karcis

parkir sehingga dapat diketahui secara pasti jumlah kendaraan yang parkir dan jangka waktu

kendaraan parkir.

Yang termasuk off street parking antara lain:

Parking Lot / Surface Car Parks, adapun fasilitas parkir berupa suatu lahan yang terbuka di

atas permukaan tanah. Fasilitas ini memerlukan lahan yang luas.

Multi Storey Car Parks, adalah fasilitas parkir di ruangan tertutup yang berupa garasi

(27)

commit to user

27 Mechanical Car Parks, adalah fasilitas parkir yang sama dengan mechanical storey car

parks hanya dilengkapi dengan lift/elevator yang berfungsi mengangkut kendaraan ke

lantai yang dituju.

Under-ground Car Park, adalah fasilitas parkir yang dibangun pada basement multi storey

atau di bawah suatu ruangan terbuka.

b. Menurut Statusnya

Menurut statusnya parkir dapat dibedakan menjadi:

1) Parkir umum, parkir umum adalah peparkiran yang menggunakan tanah-tanah, jalan-jalan

atau lapangan-lapangan yang dimiliki/dikuasai dan pengelolaannya diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah.

2) Parkir khusus, parkir khusus adalah peparkiran yang menggunakan tanah-tanah dan

pengelolaannya diselenggarakan oleh pihak ketiga.

3) Parkir darurat, parkir darurat adalah peparkiran di tempat-tempat umum, baik

menggunakan tanah, jalan ataupun lapangan milik atau penguasaan Pemerintah Daerah

atau swasta karena kegiatan insidentil.

4) Taman parkir, taman parkir adalah suatu areal bangunan peperkiran yang dilengkapi

dengan fasilitas sarana peparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh Pemerintah

Daerah.

5) Gedung parkir, gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir

kendaraan yang penyelenggaraannya oleh Pemerintah Daerah atau pihak yangmendapat

ijin dari Pemerintah Daerah.

c. Menurut Jenis Kendaraan

Kendaraan yang diparkir dibedakan menurut tenaga penggeraknya, yaitu:

1) Kendaraan Bermotor

Kendaraan Pribadi, beroda empat dan beroda dua (motor).

Kendaraan Umum, bis kota, angkutan kota non bis, truck barang.

2) Kendaraan Tidak Bermotor

Kendaraan Pribadi, sepeda.

Kendaraan Umum, becak, gerobak, dokar.

d. Menurut Tujuan Parkir

Menurut jenis tujuan parkir dapat digolongkan menjadi:

1) Parkir penumpang, yaitu parkir yang menaikkan dan menurunkan penumpang.

2) Parkir barang, yaitu parkir untuk bongkar muat barang.Keduanya sengaja dipisahkan agar

(28)

commit to user

28 e. Menurut Jenis Pemilikan dan Pengelolaannya

Menurut jenis kepemilikan dan pengoperasian parkir dapat digolongkan menjadi:

1) Parkir yang dimiliki dan dikelola oleh swasta.

2) Parkir yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah tetapi pengelolaannya oleh pihak swasta.

3) Parkir yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah

2.2.5 Parkir di Kawasan Perdagangan

2.2.5.1. Kawasan Perdagangan

Perdagangan merupakan suatu aktivitas perekonomian dimana terjadi transaksi

antara produsen yang merupakan penghasil ataupun jasa dengan konsumen yang merupakan

pemakai barang ataupun jasa tersebut. Dalam proses transaksi ini dapat terjadi suatu langsung

ataupun dengan menggunakan perantara. Beberapa penulis mengungkapkan arti kawasan

perdagangan ini secara berbeda-beda, tetapi pada dasarnya memeiliki maksud yang sama

yaitu : Kawasan perdagangan merupakan suatu kawasan dimana menjadi tempat

berlangsungnya berbagai aktivitas perdagangan seperti penjual pakaian, sepatu, buku, radio,

restoran dan lain-lainnya dengan dilengkapi bioskop dan tempat hiburan (Joseph de Chiara &

Lee Koppelman, 1975).

2.2.5.2. Dimensi Ruang Parkir di Kawasan Perdagangan

lah tempat untuk satu kendaraan Dimensi

ruang parkir menurut Dirjen Perhubungan Darat dipengaruhi oleh:

1) Lebar total kendaraan

2) Panjang total kendaraan

3) Jarak bebas

4) Jarak bebas area lateral

Penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan, dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Keputusan Dirjen Hubda tentang Satuan Ruang Parkir Jenis Kendaraan

Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Mobil penumpang golongan I 2,30 m x 5,00 m

Mobil penumpang golongan II 2,50 m x 5,00 m

Mobil penumpang golongan III 3,00 m x 5,00 m

Mobil bus/ truk 3,40 m x 12,5 m

Sepeda motor 0,75 m x 2,00 m

Sumber: Keputusan Dirjen Hubda No: 272/HK.105/DRJD/96

(29)

commit to user

29 Golongan I: karyawan/pekerja, tamu/pengunjung pusat kegiatan perkantoran,

perdagangan, pemerintahan, universitas.

Golongan II : pengunjung temapat olah raga, pusat hiburan/rekreasi, hotel,pusat

perdagangan eceran/swalayan, rumah sakit, bioskop.

Golongan III : orang cacat

a. Kebutuhan ruang gerak

Kebutuhan ruang gerak kendaraan parkir dipengaruhi oleh: sudut parkir, lebar

panjang parkir, ruang efektif parkir, ruang manuver dan lebar pengurangan manuver (2,5 m).

Standar kebutuhan gerak yang disarankan oleh Direktorat Perhubungan Daratdapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Sumber: Keputusan Dirjen Hubda No: 272/HK.105/DRJD/96

b. Standar kebutuhan ruang parkir di kawasan pasar tradisional

Standar kebutuhan ruang parkir akan berbeda-beda untuk tiap jenis tempat kegiatan.

Hal ini disebabkan anatara lain karena perbedaan tipe pelayanan, tarip yang dikenakan,

ketersediaan ruang parkir, tingkat kepemilikan kendaraan bermotor, dan tingkat pendapatan

masyarakat. Dari hasil studi Direktorat Jendaral Perhubungan Darat, standar kebutuhan ruang

parkir untuk pusat perdagangan dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.3

Kebutuhan SRP di Pusat Perdagangan

Luas Areal Total (100m2) 10 20 50 100 500 1000 1500 2000

Kebutuhan (SRP) 59 67 88 125 415 777 1140 1502

Sumber: Keputusan Dirjen Hubda No: 272/HK.105/DRJD/96

2.2.6 Tingkat Pelayanan Parkir

Untuk menjabarkan pengertian mengenai tingkat pelayanan (level of service),(Vuchic, 1981)

menyatakan bahwa tingkat pelayanan merupakan ukuran karakteristik pelayanan secara

keseluruhan yang mempengaruhi pengguna jasa (user). Tingkatpelayanan merupakan elemen

(30)

commit to user

30 sehingga pelaku perjalanan tertarik untuk menggunakan suatu produk jasa parkir. Faktor

utama yang dibandingkan tingkat pelayanan parkir dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok,

yaitu :

1) Unjuk kerja elemen-elemen yang mempengaruhi pengguna jasa, seperti : kecepatan

operasi, kepercayaan, keamanan dan faslitas pendukung lainnya;

2) Kualitas pelayanan, mencakup elemen-elemen kualitatif pelayanan, seperti:

Kenyamanan, kemudahan seseorang dalam menggunakan suatu fasilitas tanpa adanya

suatu hambatan apapun

Perilaku , karakteristik seseorang dalam penggunaan suatu fasilitas dan pelayanan

Keandalan, kemampuan suatu sarana dalam mengatur dan menjaga kendaraan yang masuk

sehingga pengguna parkir merasa percaya dan puas meletakkan kendaraan mereka bawa

pada area tersebut.

3) Harga yang harus dibayar pengguna jasa untuk mendapatkan pelayanan

Selain tiga kelompok di atas pelayanan parkir juga melihat sisi jarak atau akses yang dapat

ditempuh oleh pengunjung pasar dari area parkir menuju pasar, berikut penjelasan singkat

tentang aksesibilitas.

a. Aksesibilitas

Aksesibiltas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan

secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas

adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan

yang sangat subjektif dan kualitatif. Mudah bagi seseorang tapi belum tentu mudah bagi orang

lain, begitu pula dengan pernyataan susah. Oleh karena itu, diperlukan kinerja kuantitatif

(terukur) yang dapat menyatakan aksesibilitas atau kemudahan.

Ada yang menyatakan aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat

berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitasnyaantara kedua tempat tersebut

tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan maka aksesibilitasnya rendah. Jadi,

tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena

aktivitas tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).

Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas dan jenis lainnya

mungkin berkelompok. Bberpa jenis tata guna lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja

dalam suatu kota seperti rumah sakit dan bandara. Dari sisi jaringan trasnportasi pasti juga

(31)

commit to user

31 sistem jaringan transportasi di suatu daerah mungkin lebih baik dibandingkan dengan daerah

lain., baik dari segi kuantitas dan kualitas.

Tabel 2.4

Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas

Jarak Jauh Aksesibilitas rendah Aksesibilitas menengah

Dekat Aksesibilitas menengah Aksesibilitas tinggi

Kondisi prasarana Sangat jelek Sangat baik

Sumber: Black 1981(dikutip oleh Tamin, 2003 dalam buku

Perencanaan dan Permodelan Transportasi)

Skema sederhana yang memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang diterangkan mengenai

aksesibilitas dapat dilihat pada tabel diatas. Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan

hubungan transportasi antar tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka

aksesibilitas tinggi. Sebaliknya jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh dan hubungan

transportasinya jelek, maka aksesibilitas rendah. Beberapa kombinasi diantaranya mempunyai

aksesibilitas menengah.

Jarak maksimum bagi para pengunjung pasar atau kawasan perdagangan yang tidak

mendapatkan tempat parkir kendaraan yang dekat dengan bangunan pasar dan harus sedikit

lebih jauh memarkirkan kendaraan kendaraan yang mereka bawa adalah 60 meter. Jika tempat

parkir tidak terhubun langsung dengan bangunan, misalnya pada parkir taman dan tempat

terbuka lainnya, maka tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin dengan jalur

pedestrian. Jarak minimal naik turun penumpang dan pengguna kendaraan dari jalan atau jalur

lalu lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm. (Keputusan Menteri

Pekerjan Umum No: 468/ KPTS/ 1998)

2.2.7 Efektivitas Parkir

Efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang

mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan

sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil

tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti,

bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang

dikehendaki.Pandangan yang sama menurut pendapat Peter F. Drucker yang dikutip H.A.S.

Moenir dalam bukunya Manajemen Umum di Indonesia yang mendefinisikan efektivitas,

sebagai berikut:

(32)

commit to user

32

kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai. Seorang manajer efektif adalah satu yang memilih

kebenaran untuk melaksanakan) (dalam Moenir, 2006).

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan

suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas

berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas

adalah pencapaian tujuan. Kata efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun

artinya tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.

Menurut pendapat Markus Zahnd dalam bukunya Perancangan Kota Secara Terpadu

mendefinisikan efektivitas dan efisiensi, sebagai berikut:

berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa efektivitas lebih memfokuskan pada akibat

atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu

mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu.

Mengacu pada penjelasan diatas, maka untuk mencapai tujuan efektivitas parkir

perlu adanya harmonisasi kemampuan sumberdaya dalam hal ini penyediaa dan pelayanan

dengan kebutuhan penggunanya sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi jelas.

Pencapaian sasaran tersebut dapat dikatakan efektif apabila adanya keharmonisan.

a. Ukuran Efektivitas

Keluaran atau output yang dihasilkan lebih banyak bersifat keluaran yang tidak

berwujud atau intangible yang tidak mudah untuk dikuantifikasikan, maka pengukuran

efektivitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut

karena pencapaian hasil atau outcome seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek,

akan tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas

biasanya dinyatakan secara kualitatif atau berdasarkan pada mutu dalam bentuk pernyataan

saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan baik, maka efektivitasnya baik pula.

Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey dalam

bukunya Individual and Sosiety yang dikutip Sudarwan Danim dalam bukunya Motivasi

Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1) Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk

fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan

(ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output).

2) Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif

(33)

commit to user

33 3) Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif dengan dunia

kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan.

4) Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu

tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi

(dalam Danim, 2004)

Berdasarkan uraian di atas, bahwa ukuran daripada efektifitas harus adanya suatu

perbandingan antara masukan dan keluaran, ukuran daripada efektifitas harus adanya tingkat

kepuasan dan adanya penciptaan hubungan kerja yang kondusif serta intensitas yang tinggi,

artinya ukuran daripada efektivitas adanya keaadan rasa saling memiliki dengan tingkatan

yang tinggi.

Ukuran efektivitas parkir merupakan suatu standar akan terpenuhinya penyediaan

dan pelayanan parkir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang akan dicapai.

2.2.8 Pengendalian Parkir

Bila permintaan parkir telah melampaui penyediaan ruang parkir, yang ditandai dari

banyaknya pelanggaran terhadap ketentuan parkir ditempat yang seharusnya dilarang untuk

parkir. Atau banyaknya parkir berlapis (ganda). Untuk itu perlu diambil kebijakan

pengendalian parkir.

Pengendalian parkir dapat dilakukan dengan jalan pengendalian ruang, waktu dan

pengendalian biaya parkir. Pengendalian ini juga bisa dikaitkan dengan keseimbangan antara

penawaran dan permintaan tempat parkir. Karena keterbatasan ruang terutama dipusat kota,

maka untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran parkir, maka yang dilakukan adalah

bukan memperbesar penawaran, namun mengendalikan permintaan dengan cara menekan

permintaan parkir baik dari sisi ruang dan waktu. Pembatasn ruang dan waktu parkir yang

dikombinasikan dengan biaya parkir progresiv persatuan waktu akan dapat menekan

penggunaan ruang parkir (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1995).

2.3. Efektivitas Parkir di Pasar Tradisional

2.3.1.1 Persepsi dan Kepuasan Pengunjung Pasar terhadap Fasilitas Parkir

Manusia dibekali pencipta-Nya indera untuk memberikan penilaian (termasuk

membandingkan) terhadap apa yang dilihatnya atau yang dirasakannya. Manusia pun pada

dasarnya dibekali kemampuan untuk memaknai obyek yang tertangkap oleh inderanya dan

memprosesnya sesuai kebutuhan, itulah persepsi. Porteous (1977) menjelaskan bahwa

persepsi adalah suatu gambaran, pengertian serta interpretasi seseorang mengenai suatu

obyek, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi itu dengan dirinya dan

(34)

commit to user

34 Menurut Grilick dalam Porteous (1977), semakin tinggi pendidikan seseorang maka

persepsinya akan semakin baik. Suatu persepsi seseorang akan ruang tergantung kepada

ukuran usia dan latar belakang budaya, suasana pikiran, pengalaman-pengalaman masa lalu,

dan pengharapan-pengharapannya (Todd, 1987). Sedangkan menurut Brockman dan Merriem

(1979), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu : 1) jenis kelamin dan umur; 2) latar

belakang kebudayaan; 3) pendidikan; 4) pekerjaan; 5) asal/ tempat tinggal; 6) status ekonomi;

7) waktu luang; dan 8) kemampuan fisik dan intelektual.

Setiap manusia menginderakan objek di lingkungannya. Ia memproses hasil

penginderannya dan timbul makna atau persepsi tentang objek tersebut pada diri manusia

bersangkutan. Jika persepsi itu berada dalam batas-batas optimal, maka individu berada dalam

keadaan seimbang dan akan memberikan perasaan-perasaan yang menyenangkan. Sebaliknya,

jika objek dipersepsikan di luar batas-batas optimal, maka individu akan mengalami stres

(Sarwono, 1992).

Kepuasan pengunjung dapat dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Secara

kuantitatif dapat terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke kawasan tersebut dan

melalui penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dengan baik. Secara kualitatif, kepuasan

pengunjung dapat diperoleh dengan manajemen yang baik melalui pengoperasian dan

pelayanan parkir yang diberikan kepada pengunjung pasar dengan menggunakan standar

setinggi mungkin (Sternloff, 1984).

2.3.1.2 Efektivitas Parkir di Pasar Tradisional

Pada dasarnya efektivitas merupakan pencerminan hubungan fasilitas yang telah

disediakan dan manfaat yang dicapai dari penyediaan fasilitas tersebut. Efektivitas dikaitkan

dengan pencapaian tujuan dan sasaran, dimana tujuan adalah kondisi atau keadaan yang ingin

dicapai. Efektivitas menyatakan tingkat keberhasilan dalam usaha mencapai tujuan. Hal ini

menyangkut pengertian yang luas karena pencapaian tujuan melibatkan seluruh komponen.

Sejak awal, pembangunan pasar tradisional memang tidak menyediakan adanya

sebuah lahan atau area khusus bagi para pengguna pasar untuk memarkirkan kendaraan yang

mereka bawa. Tetapi dengan seiring perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah

penduduk kota, hal ini juga berpengaruh pada semakin tingginya jumlah kendaraan di

perkotaan dan menyebabkan timbulnya masalah trasportasi yaitu salah satunya masalah

parkir, salah atunya di area perdagangan termasuk di pasar tradisional. Karena sejak dari awal

tidak tersedia lahan parkir khusus, maka kendaraan para pengguna pasar di letakkan di badan

jalan, hal ini otomatis mengganggu aktivitas pergerakan yang ada. Selain itu penggunaan

lahan parkir yang ada saat ini juga bercampur dengan aktivitas lain di sekitar pasar tradisional

(35)

commit to user

35 kebutuhan ruang parkir bagi pasar tradisional, baik di jam-jam biasa maupun di jam-jam

puncak.

Jadi, Efektivitas Parkir di pasar tradisional adalah ukuran keberhasilan ruang publik dalam pemenuhan dan penyediaan kebutuhan ruang parkir bagi pasar tradisional maupun lingkungan

di sekitarnya. Tetapi dalam penelitian kali ini lebih ditekankan pada efektivitas kebutuhan dan

penyediaan lahan parkir untuk pasar tradisional serta pelayanan parkir yang diberikan,

sedangkan untuk kebutuhan ruang parkir untuk lingkungan disekitarnya tidak dihitung, karena

lingkungan hanya sebagai pendukung dari penilaian efektivitas dari penyediaan fasilitas

parkir bagi pasar tradisional. Jika kendaraan bukan pengguna pasar banyak yang parkir di

lahan parkir pasar tradisional maka itu mempengaruhi kebutuhan penyediaan ruang parkir jika

tidak ada maka tidak mempengaruhi sama sekali. Keberhasilan ruang publik dalam

penyediaan kebutuhan ruang parkir bagi pasar tradisional dapat diukur dengan menggunakan

beberapa variabel yaitu:

1) Kebutuhan ruang parkir

Adalah area parkir yang dibutuhkan untuk dapat menampung seluruh kendaraan yang

digunakan oleh para pengguna pasar baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Kebutuhan ruang parkir dapat diukur dengan indikator antara lain:

a. Jenis kendaraan, kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang digunakan oleh para

pengguna pasar untuk menuju ke pasar.

b. Jumlah kendaraan, total kendaraan yang digunakan dan diparkirkan para pengguna

pasar di area parkir yang tersedia.

c.

Waktu parkir, lamanya suatu kendaraan parkir di area yang telah disediakan dalam kurun waktu tertentu. (Warpani, 1990)

2) Fasilitas parkir

Adalah kapasitas atau daya tampung maksimum suatu lokasi yang digunakan untuk

menampung kebutuhan ruang parkir kendaraan para pengguna pasar, serta kualitas pelayanan

parkir yang diberikan harus baik agar pengguna merasa mudah, aman dan nyaman serta terus

memarkirkan kendaraan yang mereka bawa jika mereka kembali ke pasar. Fasilitas parkir

dapat diukur dengan indikator antara lain:

a. Kapasitas ruang parkir, kemampuan atau daya tampung maksimum suatu ruang parkir untuk menampung kendaraan yang parkir.

b. Pelayanan Parkir , Adalah kualitas pelayanan parkir yang diberikan secara optimal kepada para penguna maupun calon pengguna jasa parkir di pasar tradisional agar

tertarik dan terus memarkirkan kendaraan yang mereka bawa di tempat tersebut.

Gambar

  Gambar 1.1 Alur Penelitian
Tabel 2.1
Tabel 2.2 Kebutuhan Ruang Gerak Kendaraan
Tabel 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum pasar memiliki ciri yang khas yaitu kerumunan pengunjung dan kemacetan arus lalu-lintas, kemacetan arus lalu lintas merupakan akibat dari parkir yang berada di

Meskipun dalam perhitungan permintaan tertinggi masih berada di bawah kapasitas parkir tetapi taman parkir di kawasan Pasar Klewer tidak dapat memenuhi

Hal ini disebabkan kondisi jalur pedestrian banyak yang rusak, fasilitas pendukung masih kurang dan kondisinya banyak yang rusak, jalur pedestrian masih kurang

Grafik 1.4 menunjukkan perkembangan jumlah pengunjung berdasarkan kendaraan roda dua dan roda empat yang diperoleh dari kontribusi parkir terhadap penerimaan

Penilaian dilakukan berdasarkan tujuh kriteria penataan fisik pasar, antara lain aksesibilitas, keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kecukupan fasilitas, serta

Dari hasil analisis diperoleh karakteristik on street parkir di Pasar Umum Negara adalah sebagai berikut : Untuk sepeda motor volume parkir selama 10 jam survai adalah 1442

Dari hasil akumulasi parkir kendaraan sepanjang hari pengamatan, dilakukan analisis data untuk menghitung akumulasi maksimum parkir (kendaraan) yang terjadi pada

Luas area parkir roda 2 dua untuk jenis kendaraan sepeda motor yang disediakan oleh Perusahaan Daerah Pasar Tradisional Horas Jaya adalah 1308,98 m², perhitungan kebutuhan ruang parkir