MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE
disebabkan siswa kurang menyadari pentingnya memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan, dan juga dalam mengajar guru hanya menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan latihan soal. Berdasarkan masalah diatas, Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Bakti Parittiga Kabupaten Bangka Barati. Subjek penelitian adalah siswa siswa kelas IV (empat) tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 25 siswa dengan 12 laki-laki dan 13 perempuan. Prosedur penilitian yang dilakukan berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran, Hasil evaluasi Siklus I. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 72,80 atau 72,80 %. Pada Siklus II, skor perolehan rata-rata mencapai 74,00 atau 74,00 %. Sedangkan pada siklus III, perolehan rata-rata mencapai peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 85,60 atau 85,60 %. Jadi penerapan Metode Diskusi menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa tentang Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada pelajaran IPA di Kelas IV SD Bakti Parittiga Kabupaten Bangka Barat.Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Dsikusi, Media Gambar, Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
peningkatan kualitas pendidikan. Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi peranan sangat membantu.
IPA sebagai salah satu cabang ilmu adalah merupakan tujuan
peradaban manusia yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena berfungsi sebagai dasar untuk mempelajari
materi pelajaran yang lain.
Penanaman konsep awal pada siswa merupakan hal utama yang harus
dilakukan oleh seorang guru karena hal itu menjadi modal bagi siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya. Untuk itu, dalam belajar IPA siswa harus
banyak berlatih mengerjakan soal agar lebih memahami konsep-konsep yang
ada sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Guru dalam mengajarkan IPA perlu memiliki strategi pembelajaran
yang tepat. Selain itu agar pelajaran IPA dapat diserap baik oleh siswa maka
seorang guru perlu menerapkan salah satu model atau metode pembelajaran yang
dipandang tepat untuk mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran di sekolah,
dan juga seorang guru dapat membuat program pembelajaran dengan
memanfaatkan media pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, pengajaran yang efektif adalah pengajaran
yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.
Kalaulah dalam pengajaran tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun
aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak
menolak seluruhnya pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas
aktivitas sejati.
1. Identifikasi Masalah
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa. Pengalaman
belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa.
Anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Menurut informasi guru IPA SD Bakti Parittiga, hasil belajar siswa pada
materi IPA masih rendah. Rata-rata ulangan harian siswa kelas IV tahun pelajaran
2014/2015 masih kurang dari kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) yang
diberlakukan di SD Bakti Parittiga yaitu 85% siswa atau lebih memperoleh nilai
75 atau lebih. Hal ini disebabkan siswa kurang menyadari pentingnya
memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan, dan juga dalam mengajar
guru hanya menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, mencatat, dan
mengerjakan latihan soal.
2. Analisis Pemecahan Masalah
Hal-hal yang secara mendasar melatarbelakangi penelitian diantaranya
guru dalam mengajarkan IPA kepada siswa masih menggunakan metode
ekspositori yaitu guru hanya menyampaikan materi dan siswa mendengarkan,
mencatat, dan mengerjakan latihan soal.
Padahal dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subjek bukan
sebagai objek. Di samping itu siswa ikut berpartisipasi, ikut mencoba dan
melakukan atau mempraktekkan sendiri apa yang dipelajari.
IPA diajarkan di SD Bakti Parittiga dengan maksud agar siswa mampu
berpikir logis, kritis, bersikap mandiri, dan berwawasan luas. Namun pada
dan membosankan. Oleh sebab itulah siswa kurang memperhatikan penjelasan
guru di kelas dan enggan mengerjakan PR yang ditugaskan guru.
Selain itu, input siswa di SD Bakti Parittiga tergolong rendah sehingga hal
ini juga berpengaruh terhadap kualitas siswa dalam meningkatkan mutu
sekolah secara umum.
3. Prioritas Pemecahan Masalah
Beberapa masalah yang ada dan tidak mudah untuk segera dicari
solusinya antara lain dari aspek kognitif yaitu penalaran sebagian besar siswa di SD
Bakti Parittiga masih rendah. Mereka kurang kritis, pola berpikirnya kurang
logis, dan kesadaran belajarnya masih amat rendah. Kebanyakan siswa sulit
memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip IPA yang diajarkan oleh
gurunya. Jika mereka sudah memahaminya, mudah sekali mereka lupa,
padahal konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang akan diberikan terdapat
keterkaitan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sebelumnya.
Sedangkan dari aspek sikap dan kepribadian siswa, secara psikologis
umur siswa SD memasuki masa fase berpikir konkrit sehingga sebagian dari mereka
menunjukkan sikap buruk atau yang sering kita sebut dengan kenakalan anak.
Hal ini berpengaruh pada proses pembelajaran khususnya IPA sehingga mata
pelajaran yang tergolong sulit ini mengalami hambatan untuk dipahami apalagi
dikuasai oleh siswa.
Pada dasarnya, guru IPA di SD Bakti Parittiga sudah mengupayakan
perbaikan dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang diperoleh masih belum
optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengambil langkah yaitu
dengan memperbaharui metode pembelajaran IPA, metode yang melibatkan
keaktifan siswa secara fisik dan emosional.
Kegiatan interaksi belajar IPA juga harus selalu ditingkatkan efektif dan
efisiensinya. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah, dalam usaha
meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu
mengatasi kegiatan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas untuk diskusi
dengan menggunakan media gambar sebagai selingan untuk variasi metode
penyajian.
Metode diskusi merupakan penyajian pelajaran yang menghadapkan anak
didik pada suatu masalah berupa pernyataan dan pertanyaan yang bersifat
problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Hamid, 2013 : 85). Selain itu
siswa juga dapat lebih aktif dalam pembelajaran yaitu melalui diskusi atau
tanya jawab sebagai wujud pertanggungjawaban tugas yang telah dikerjakan
sebelumnya.
Untuk itulah peneliti berkeinginan mengadakan penelitian tindakan
kelas di kelas IV dengan materi pokok IPA dengan tujuan agar aktivitas dan hasil
belajar siswa meningkat, paling tidak aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV
lebih baik. Oleh karena itu, judul penelitian yang dipilih yaitu: “Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan
Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Bakti
Parittiga Kabupaten Bangka Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut. Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan
Metode Diskusi menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Bakti Parittiga Kabupaten
Bangka Barat?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menganalisis
1. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media
Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran
2. Meningkatkan Aktivitas Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media
Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran
IPA di Kelas IV SD Bakti Parittiga Kabupaten Bangka Barat.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun manfaat penelitian Perbaikan Pembelajaran ini adalah sebagai berikut
1. Bagi Siswa
a. Siswa dapat belajar lebih baik dan dapat memahami materi IPA
secara mandiri.
b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa sekaligus sebagai motivasi
bagi siswa sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan.
2. Bagi Guru
a. Guru semakin berpengalaman dalam menentukan metode yang tepat
untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas pembelajaran.
b. Guru dapat menerapkan metode dan media pembelajaran yang efektif
untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
b. Meningkatnya kualitas pembelajaran (KBM) yang dilaksanakan di SD
Bakti Parittiga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan,
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar
tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di
museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja.
Menurut Hamid (2013 : 15), mengemukakan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan dangan serangkaian kegiatan yang
perubahannya akan lebih signifikan jika dibarengi dengan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Menurut Mahmud (2009 : 121),
belajar bukanlah kegiatan yang hanya berlangsung di dalam kelas saja, tetapi juga
berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku
pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Dapat dikatakan bahwa
belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi
manusia seutuhnya.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di
mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang
berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada
pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.
Menurut Husamah dan Setyaningsih (2013 : 99), pembelajaran merupakan proses
membuat orang belajar, dengan tujuan untuk membantu orang belajar atau
memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar.
Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti
media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
Menurut Aqib dalam bukunya yang berjudul Model-model, media, dan
strategi pembelajaran kontekstual (inovatif (2013), mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah upaya sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan
proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan ealuasi.
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang
memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan
belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima
pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah
komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran
ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa,
orang lain ataupun penulis buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi
Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi
subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan
siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar.
Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan
keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut
belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan
siswa.
B. Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.
Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan dalam
pekerjaan. Kata media itu sendiri berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk
jamak dari kata “medium” yang berarti “pengantar atau perantara”.
Menurut Ahmadi dan Amri (2010 : 116), media merupakan alat yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah
dan dapat untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan
penyampaian materi pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantu.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran (Daryanto, 2010 : 4). Pembelajaran adalah
proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.
Dari pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari
media pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan
pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar dapat
pula dikatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk
belajar
1. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai
berikut :
b. meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c. menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar
d. membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran
2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
b. bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami
pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran
dengan baik.
c. metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar
tidak kehabisan tenaga.
d. pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang
dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainya.
Manfaat Media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
1. memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
2. menjelaskan struktur dan urutan pengajarn dengan baik
3. memberikan kerangka sistematis secara baik.
4. memudahkan kembali pengajar terhadap materi pembelajaran
5. membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran.
6. membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
7. meningkatkan kualitas pembelajaran
Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, yaitu:
1. meningkatkan motivasi belajar pembelajar
2. memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
4. memberikan inti informasi pelajaran
5. merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.
6. menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
C. Media Gambar
Menurut Ahmadi dan Amri (2010 : 115), media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Gambar adalah segala sesuatu yang
diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau
pikiran. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambar adalah tiruan
barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.
1. Pengertian Media Gambar
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 6.19), media gambar diam/mati (still pictures)
masuk ke dalam media gambar fotografik. Media gambar sebagimana halnya media
yang lain. Media gambar untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.
Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan
dituangkan ke dalam gambar tentang binatang, manusia, tempat atau objek
lainnyanyang ada kaitannya dengan isi/bahan pembelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa.
Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas
sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan
dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. Gambar termasuk media yang relatif
mudah ditinjau dari segi biayanya.
2. Pertimbangan Pemilihan Media Gambar
Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi
pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan:
a. Tujuan pengajaran
b. Bahan pelajaran
c. Metode mengajar
d. Alat yang dibutuhkan
f. Minat dan kemampuan mengajar
g. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung
Keterkaiatan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan
kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk
memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga
media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki
hubungan secara timbalebalik dengan empat aspek tersebut.
Dengan demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan
harus disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.
3. Peran Media Gambar
a. inti, menarik dan mengrahkan perhatian pembelajar akan berkosentrasi pada isis
pelajaran
b. fungsi afektif maksudnya media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmaran