• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERPADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP MUHAMMADIYAH I TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERPADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP MUHAMMADIYAH I TEMANGGUNG"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

SECARA TERPADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP MUHAMMADIYAH I TEMANGGUNG

Oleh :

Siti Farikhah

NIP. 19610623 198803 2001

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

SALATIGA

2016

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil„aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Dalam menyusun laporan penelitian ini, tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, peneliti menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Dr. AdangKuswaya, M.Ag., selaku Ketua LP2M IAIN Salatiga. 3. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Salatiga.

5. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd., selaku konsultan peneliti.

6. Bapak Wikamto, S.Pd, selaku Kepala SMP Muhamamdiyah 1 Temanggung. 7. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah peneliti serahkan, semoga semua amal kebaikannya mendapat pahala yang berlipat ganda. Harapan peneliti mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan kerendahan hati, peneliti mohon kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya laporan penelitian ini.

Salatiga, 28 November 2016 Peneliti

(3)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Jl. TentaraPelajar 02 Salatiga 50721 Telp : (0298) 323706 Fax : (0298) 323433

Website:http://www.iainsalatiga.ac.id email:administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Dra. Siti Farikhah, M.Pd NIP : 19610623 198803 2001 Jurusan : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa penelitian yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri, bukan jiplakan dari penelitian orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

(4)

ABSTRAK

Siti Farikhah. 2016. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERPADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP MUHAMMADIYAH I TEMANGGUNG. Penelitian Pemula Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Konsultan : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.

Kata kunci : Matematika, Pendidikan Karakter, Proses Pembelajaran.

Selama ini pembelajaran matematika yang dilakukan sebagian guru masih didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada dorongan untuk mengoptimalkan potensi peserta didik dan mengembangkan kreatifitasnya. Dalam pandangan guru, peserta didik seolah-olah robot yang dipersiapkan untuk mengerjakan atau meghasilkan sesuatu, tidak peduli bentuk kepribadian atau pun pendidikan karakter yang berkembang pada diri peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter secara terpadu pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data melalui tehnik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

E. Sistematika Laporan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A.Pendidikan Karakter ... 11

1. Nilai-nilai Karakter ... 15

2. Tahap-tahap Pengembangan Karakter ... 19

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 24

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 25

5. Fungsi Pendidikan Karakter ... 26

B.Pembelajaran Matematika ... 27

1. Pengertian Matematika ... 27

2. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 28

3. Proses Pembelajaran Matematika ... 29

C.Pendidikan Karakter Secara Terpadu Dalam Pembelajaran Matematika .... 38

1. Nilai-nilai Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika ... 38

2. Nilai-nilai Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ... 40

(6)

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A.Pendekatan Penelitian ... 46

B.Subyek Penelitian ... 46

C.Lokasi Penelitian ... 47

D.Tehnik Pengumpulan Data ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Analisis Data ... 50

G. Keabsahan Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Hasil Penelitian ... 53

1. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika .... 58

2. Pendidikan Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika .... 61

3. Pendidikan Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika ... 69

B. Pembahasan ... 72

1. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika… 72

2. Pendidikan Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika.. 76

3. Pendidikan Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika…… 88

BAB V PENUTUP ... 92

A.Kesimpulan ... 92

B. Saran-saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (2004:5).

Komitmen nasional tersebut mencerminkan bahwa untuk membentuk manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas (berkarakter), baik lewat jalur formal maupun non formal, pendidikan yang dirancang agar peserta didik dapat mengerti, memahami, bersikap serta siap untuk aktif dalam ikut berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia.

(8)

mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik yang mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru. Cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Sebenarnya secara akademis, pengembangan pendidikan karakter diajarkan di sekolah, sudah terintegrasi dalam mata pelajaran. Akan tetapi model pembelajaran masih berorientasi pada pendekatan kognitif melalui hafalan dengan target optimalisasi nilai nominal semata. Artinya tujuan pembelajaran masih berorientasi pada aspek pengetahuan akademik saja.

Pembelajaran dan pendidikan yang bertujuan untuk merubah dan meningkatkan perilaku peserta didik masih merupakan wacana, belum terimplikasikan secara nyata dalam proses pendidikan di sekolah. Jadi sistem pembelajaran di sekolah kebanyakan masih mengabaikan pendidikan perilaku dan budi pekerti atau masih belum menyentuh secara esensial pola pendidikan berkarakter.

Apabila hal-hal tersebut dibiarkan, maka akan terjadi proses disempowerment education secara terus-menerus, sehingga terjadi pendangkalan karakter pendidikan yang akhirnya juga mengakibatkan semakin lebarnya kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku peserta didik.

(9)

1)Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh, 2)Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan. Oleh karenanya pendidikan dan kebudayaan perlu diwadahi secara utuh, 3)Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah,masyarakat, sekolah dan orang tua. Oleh karenanya pelaksanaan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut, dan 4)Dalam upaya merevitalisasi pendidikan dan budaya karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.(Direktorat PSMP,2010).

Secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi seseorang (kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural ( keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks tersebut dapat diklasifikasikan dalam Olah Hati (,Spiritual and emosional development) yaitu kejujuran, tanggungjawab; Olah Pikir (Intellectual development) yaitu kecerdasan; Olah Raga dan Kinestetik (Phisycal and kinestetic development) yaitu bersih, sehat dan menarik; serta Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yaitu peduli dan kreatif. (Zaenal,2011:5).

(10)

keputusan baik- buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan secara terpadu dalam pembelajaran mata pelajaran di sekolah. Selama ini pembelajaran Matematika yang dilakukan sebagian guru masih didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada dorongan untuk mengoptimalkan potensi peserta didik dan mengembangkan kreatifitasnya.

Pembelajaran matematika mempunyai porsi jam pembelajaran yang cukup banyak tentunya akan menjadi sasaran yang tepat untuk menanamkan karakter pada peserta didik.

Disamping itu pembelajaran matematika menjadi sangat menarik untuk dihubungkan dengan pendidikan karakter karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan modern , mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir.

Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang diperlukan peserta didik, matematika juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir logik, dan diharapkan matematika akan menjadi suatu pelajaran yang bermanfaat bagi peserta didik, bahkan matematika diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari.

(11)

tanah air, menghargai prestasi, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. (Kemendiknas, 2010:9).

Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Dan untuk membekali peserta didik menjadi seorang penguasa teknologi yang mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pembentukan karakter peserta didik.

Dalam proses pembelajaran matematika tidak akan pernah lepas dari pengembangan nilai-nilai karakter peserta didik . Apabila peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika ,maka matematika akan menjadi suatu pelajaran yang bermakna bagi kehidupannya.

(12)

diperlukandi zaman yang semakin global, agar dapat menghadapi persaingan dengan yang lain.

Agung Prabowo dan Purnomo Sidi (2010), mengungkapkan bahwa koreksi atau kontrol yang berupa pujian dan teguran akan menjadi alat yang efektif agar karakter yang sedang dibangun tetap berada pada sasaran yang tepat. Selain itu pemberian penghargaan kepada yang berprestasi menjadi bentuk penyemangat dan motivasi untuk lebih baik, sedangkan sanksi kepada yang melanggar berguna untuk mencegah munculnya nilai-nilai keburukan. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk merapkan pendidikan karakter, setidaknya perlu 3 (tiga) hal, yaitu teladan, pembiasaan, dan koreksi atau kontrol. Hal ini mengisyaratkan bahwa membangun karakter tidaklah dapat dilakukan hanya dengan memberikan pengetahuan atau materi tentang karakter, tetapi lebih ditekankan pada praktik langsung oleh guru kemudian ditiru oleh peserta didik. Dengan demikian, pendidikan karakter tidak hanya sekedar lips-service, tetapi harus bersatunya kata, pikiran dan tindakan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter tidak ada yang instan, semua membutuhkan proses yang panjang, pembiasaan dan keteladanan seluruh warga sekolah.

(13)

salah satu misi sekolah yaitu menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter Islam, tentunya dapat menjadi wadah untuk pengembangan pendidikan karakter peserta didik.

Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji Implementasi Pendidikan Karakter Secara Terpadu Dalam Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada perencanaan pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung tahun 2016?

2. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung tahun 2016?

3. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada evaluasi pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang implementasi pendidikan karakter pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah I Temanggung tahun 2016.

(14)

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada semua pihak yang terkait.

1. Manfaat Teoritis, diantaranya yaitu :

a. Memberikan informasi tentang implementasi pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung.

b. Memperkaya pengetahuan tentang penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran di SMP.

c. Memperdalam pengetahuan teori-teori pendidikan karakter melalui hasil penelitian.

2. Manfaat Praktis, diantaranya yaitu :

a. Bagi Sekolah, dapat merefleksikan hasil penelitian, khususnya mengevaluasi penanaman pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung. b. Bagi Pendidik, memperoleh wawasan baru tentang implementasi

pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran yang dapat dijadikan referensi penerapan pada peserta didik.

c. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman baru tentang penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran, sekaligus dapat merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam dan luas permasalahannya .

(15)

Secara garis besar, penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab dan sub bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, terdiri dari pendidikan karakter, pembelajaran Matematika, dan Pendidikan Karakter secara terpadu dalam pembelajaran Matematika serta hasil Penelitian yang relevan.

BAB III Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan penelitian, subyek penelitian, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data, dan keabsahan data.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang penelitian yang diperoleh dan Pembahasannya.

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter

Mengawali kajian pendidikan karakter, perlu dijelaskan secara singkat masalah karakter lebih dahulu. Istilah karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2008 ) berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.

Istilah berkarakter berarti memiliki karakter dan berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara, serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi pengetahuan dirinya, dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan perasaannya.

Menurut Munir (2010:3) karakter adalah sebuah pola , baik pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan. Karakter seseorang ditentukan oleh faktor genetis, makanan, teman, orang tua, dan tujuan.

(17)

yang baik, menginginkan hal-hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan.

Terkait dengan pendidikan karakter Koesoema (2012:57) menegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha mengembangkan keseluruhan dinamika relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari luar maupun dari dalam dirinya, agar pribadi itu semakin menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka berdasarkan nilai moral yang menghargai kemartabatan manusia. Demikian pula Damayanti memberikan pengertian pendidikan karakter sebagai gerakan nasional menciptakan sekolah yang membina etika, bertanggung jawab, dan merawat orang-orang muda dengan pemodelan dan mengajarkan karakter baik melalui penekanan pada universal, dan nilai-nilai yang diyakini oleh semua.(2014:12). Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action); tanpa ketiga aspek tersebut pendidikan karakter tidak efektif.

(18)

lain-lain. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktikkan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.

(19)

pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dana watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter.

Jadi, pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika ada budi pekerti yang luhur.

Adapun pendidikan karakter menurut Zainal Aqib dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran akan kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tesebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah harus melibatkan semua komponen pendidikan yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, manajemen sekolah, pengelolaan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah. (2011:3)

Sedangkan menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010:4) pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai-nilai karakter pada dirinya, mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

(20)

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang insani.

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang meliputi religius, keteladanan, disiplin, bekerja keras, sopan santun, jujur, dan sebagainya, sehingga peserta didik menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Berkaitan dengan pemaparan pendidikan karakter maka berikut penjelasan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter, tahap-tahap pengembangan karakter, tujuan, prinsip dan fungsinya.

1. Nilai-nilai Karakter

Butir-butir nilai karakter dapat diklarifikasikan menjadi 5 (lima) nilai utama, yaitu nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), nilai yang berhubungan dengan diri sendiri, nilai-nilai yang berhubungan dengan sesama, nilai-nilai karakter yang berkaitan dengan lingkungan dan nilai-nilai kebangsaan.

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Religius

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

(21)

1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas adan kewajibannya sebagimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara, dan Tuhan YME.

3) Bergaya Hidup Sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (atau bekerja) dengan sebaik-baiknya).

6) Percaya diri

(22)

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

Berpikir dan melakukan sesuatu berdasarkan kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama 1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

(23)

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang atau bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Peduli sosial dan lingkungan.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(24)

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

1) Nasionalis

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku maupun agama. (Zainal:2011:7-8).

2. Tahap-tahap Pengembangan Karakter

Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah, tahapan pengembangan karakter menjadi hal yang penting dilakukan sebagai pijakannya. Tahap pengembangan karakter dapat dilaksanakan dengan menggunakan strategi pengembangan dalam konteks makro dan mikro.

(25)

Penjelasan Gambar :

a. Secara makro pengembangan karakter melalui active learning dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. b. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat pembelajaran active

learning dengan mengimplementasikan pendidikan karakter yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan : (1) filosofis – Agama, Pancasila, UUD 1945, dan UU No.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya: (2) pertimbangan teoritis –teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan (pedagogi dan andragogi) dan sosial kultural; dan (3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik (best practices) dari antara lain tokoh-tokoh, sekolah unggulan, pesantren, kelompok kultural dll.

c. Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar (learning experience) dengan pendekatan active learning dan proses pembelajaran

(26)

yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam kampus/sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar (learning experiences) yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur (structured learning experiences). Sementara itu, dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi (persistence life situation) yang memungkinkan peserta didik di kampus/sekolahnya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri belajar secara aktif dan mandiri serta berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Kedua proses tersebut- intervensi dan habituasi harus dikembangkan secara sistemik dan holistik.

(27)

bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter melalui active learning itu berhasil dengan baik.

Strategi Pengembangan Budaya dan Karakter pada Konteks Mikro Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu aturan pendidikan (sekolah/Perguruan Tinggi) secara holistic (the whole school/university reform). Perguruan Tinggi/Sekolah sebagai leading sector, berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus menerus proses pendidikan karakter. Program pengembangan karakter pada latar mikro dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Konteks Mikro Pengembangan Nilai/Karakter

Penjelasan Gambar:

(28)

dalam bentuk budaya sekolah (school culture) yang diperguruan tinggi dikenal sebagai academic athmosphere; kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.

b. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata kuliah/pelajaran (embedded approach). c. Dalam lingkungan kampus/sekolah dikondisikan agar lingkungan

fisik dan academic athmosphere sosial kultural memungkinkan para peserta didik bersama dengan sivitas akademik lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di kampus yang mencerminkan perwujudan nilai/karakter.

d. Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata kuliah/pelajaran, atau kegiatan ekstrakurikuler, yakni kegiatan kampus/sekolah yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seperti palang merah, pecinta alam, dan lain-lain perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dalam rangka pengembangan nilai/karakter.

(29)

kampus/sekolah menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing.(Dadan Rosana,2010).

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter mempunyai tujuan sebagai berikut : (Sri Judiani, 2010 : 283), tujuan pendidikan karakter adalah :

1) Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

(30)

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagai tanggung untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. (Zainal, 2011 :11)

5. Fungsi Pendidikan Karakter :

Kementerian Pendidikan Nasional (2010:7) menjabarkan fungsi pendidikan karakter menjadi 3 (tiga) faktor, meliputi :

(31)

Yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang berperilaku baik. Hal ini bagi peserta didik yang jelas memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.

b. Fungsi Perbaikan

Yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. c. Fungsi Penyaring

Yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia.

B. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika

Beberapa pendapat ahli tentang matematika, diantaranya menurut James dan James yang dikutip Suherman (2003 : 16) dikatakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam bidang aljabar, analisis dan geometri.

Sedangkan menurut Uno (2008 : 129), matematika adalah bidang ilmu tentang alat piker berkomunikasi, memecahkan masalah yang praktis, yang terdiri dari unsur logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas serta terbagi dalam aritmatika, aljabar, geometri dan analisis.

(32)

matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka bisa dipahami bahwa matematika ialah suatu ilmu dasar tentang bahasa, struktur logika, dasar bilangan dan ruang, metode untuk kesimpulan, esensi ilmu terhadap bidang fisik sebagai dalam kegiatan intelektual.

Sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan keapda semua peserta didik mulai dari jenjang pendidikan dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan-kemampuan tersebut dibutuhkan agar peserta didik dapat memiliki kompetensi memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertukar hidup pada situasi yang cepat berubah, tidak pasti, dan persaingan ketat.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan belajar merupakan hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang didasari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam hal ini, Sriyanto (2007: 15) mengungkapkan bahwa : “Secara umum, tujuan diberikannya matematika di sekolah adalah untuk

(33)

latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional dan kritis, serta mempersiapkan siswa agar dapat mempergunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan pada penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap, serta keterampilan dalam penerapan matematika”.

(34)

3. Proses Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994: 79) bahwa ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan tahap penilaian/evaluasi”. Begitu

pula dengan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru melalui tiga tahap tersebut yaitu seperti di bawah ini:

1) Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan merupakan proses pemikiran terencana sebagai dasar untuk melakukan kegiatan di masa mendatang. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, media, sumber dan evaluasi.

(35)

akan mengikuti pengajaran; 5) Waktu jam pelajaran yang tersedia; dan 6) Sumber bahan pengajaran yang bisa digunakan dan sebagainya.

Seorang guru yang akan mengajarkan pelajaran harus memikirkan hal-hal apa yang harus dilakukan serta menuangkannya secara tertulis dalam perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan merumuskan program tahunan, program semester, analisis materi pelajaran, pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, program remedial dan program pengayaan. Kemudian merumuskan bahan pelajaran yang akan diajarkan. Bahan pelajaran tersebut harus diatur agar bahan pelajaran yang akan diajarkan. Bahan pealajran tersebut harus diatur agar memberi motivasi pada siswa untuk aktif dalam belajar. Setelah proses pembealjaran ditetapkan dan diurutkan secara sistematis sehingga memberi peluang adanya kegiatan belajar bersama atau perorangan.

Penggunaan alat bantu dan metode mengajar diusahakan dan dipilih oleh guru agar menumbuhkan semangat siswa. Perumusan perencanaan pembelajaran yang terakhir tentang penilaian yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang problematis, sehingga menuntut siswa untuk berpikir secara optimal dan jika perlu diberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan di kelas atau di rumah.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

(36)

bentuk perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik serta bahan pelajaran sebagai perantara. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran ini peranan guru merupakan pengendali.

Pada prinsipnya, pelaksanaan pengajaran berpegang pada yang tertuang dalam perencanaan, namun situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai penagruh besar terhadap situasi yang dihadapi. Di samping itu guru harus melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

(37)

yaitu tahap yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa pada tahap sebelumnya, yaitu pada tahap instruksional.

3) Tahap penilaian/evaluasi

Menurut Muhibbin Syah (2003: 141) bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilaksanakan guru adalah sebagai berikut :

(a) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penelitian (b) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan

(c) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi bahan materi pokok yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran matematika.

Dalam pembelajaran matematika, ada sejumlah tuntutan kompetensi yang harus dipenuhi peserta didik :

a. Pemahaman Matematika

(38)

pemahaman pada empat tahap, yaitu (1) pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh dapat mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana; (2) pemahaman induktif, yakni dapat menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa; (3) pemahaman rasional, yakni dapat membuktikan kebenaran rumus dan teorema, dan (4) pemahaman intiutif, yakni dapat memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut. Berbeda dengan Polya, Pollatsek et al (1981) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, (2) pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya dan menyadari proses yang dikerjakan. Serupa dengan Pollaksek dan Skemp, Copeland (1979) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) pemahaman instrumental, yakni hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, dan (2) pemahaman realsional, yakni dapat mengaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya.

Mirip pendapat Pollatsek dan Skemp, Copeland (1979) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) knowing how to, yaitu dapat mengerjakan suatu perhitungan secara rutin/alogoritmi, dan (2) knowing, yakni dapat mengerjakan suatu perhitungan secara sadar.

(39)

Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna. Pertama, sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang digunakan untuk menemukan kembali (reinvention) dan memahami materi/konsep/prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian secara induksi siswa menemukan konsep/prinsip matematika.

Kedua, sebagai tujuan atau kemampuan yang harus dicapai, yang dirinci dalam indikator (a) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, (b) membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, (c) memilih dan menerapkan strategi untuk meyelesaikan masalah matematika dan/ atau di luar matematika, (d) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban, dan (e) menerapkan matematika secara bermakna.

c. Penalaran Matematika (Mathematical reasoning)

(40)

pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian dengan induksi matematika.

d. Koneksi Matematik (mathematical connection)

Kemampuan yang tergolong pada koneksi matematik diantaranya adalah (1) mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, (2) memahami hubungan antar topik matematika, (3) menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari, (4) memahami representasi ekuivalen suatu konsep, (5) mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, (6) menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika.

e. Komunikasi matematik (Mathematical communication)

Kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematik diantaranya adalah (1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik, (2) menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, (3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (4) membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis, (5) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi, (6) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.

(41)

serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika. Sikap dan kebiasaan berpikir seperti di atas pada hakekatnya akan membentuk dan menumbuhkan disposisi matematik (mathematical disposition), yaitu keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.

Berdasarkan karakteristik berpikir matematik dan/atau kompetensi matematika di atas, pengembangan berpikir matematik dan/atau kompetensi matematika serta sikap siswa perlu diutamakan untuk siswa SD, SM, juga mahasiswa calon guru. Selain itu pemilikan kemampuan berpikir matematik terutama yang tergolong pada tingkat tinggi merupakan peluang untuk siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri, keindahan dan keteraturan matematika, dan menghargai pendapat yang berbeda. Pengutamaan pengembangan berpikir matematik tersebut menjadi semakin penting manakala dihubungkan dengan tuntutan kemajuan IPTEKS dan suasana bersaing yang semakin ketat terhadap lulusan berbagai jenjang pendidikan.(UPI,2008)

(42)

peserta didik harus mempunyai kompetensi yang ditargetkan, juga diprogram untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sebagai sikap atau perilaku.

Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran-mata pelajaran mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. 1. Nilai-nilai Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika.

Pada tahap perencanaan ini, Silabus, RPP, dan bahan ajar disusun dan dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat silabus, RPP, dan bahan ajar yang disusun dengan cara menambahkan atau mengadaptasikan kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, didasarinya pentingnya nilai-nilai dan diinternalisasinya nilai-nilai karakter. Pengintegrasian nilai-nilai karakter tersebut dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;

b. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang dikembangkan;

(43)

e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai;

f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk meninternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

Berbagai upaya dapat dilakukan oleh guru matematika untuk tahap perencanaan pembelajaran ini, sehingga nantinya dapat tercipta suasana belajar yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Oleh karenanya diupayakan dengan perencanaan matang untuk keaktifan peserta didik. Dengan pembelajaran peserta didik aktif diharapkan berkembangnya nilai-nilai karakter seperti disiplin, tanggung jawab, jujur, teliti, sabar, kreatif dan sebagainya. Tentu saja perencanaan karakter tersebut direncanakan sedemikian rupa, dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan sehingga diharapkan menjadi suatu kebiasaan.

(44)

yang akan dicapai; dan 4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Kegiatan inti, Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap eksplorasi peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengertahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam. Pada tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran dan kelayakan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh peserta didik.

Kegiatan Penutup, dalam sesi ini guru melakukan hal-hal berikut : a. Membuat rangkuman atau simpulan pelajaran

b. Melakukan penilaian

(45)

Tabel Nilai Dan Indikator Penerapan Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran Matematika

Nilai

Karakter Proses dan Sikap Guru dalam Mengembangkan karakter Siswa

Kejujuran 1. Memperingatkan siswa yang mencontek temannya saat

mengerjakan tugas atau saat ulangan/ujian.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan

pendapat tentang suatu pokok diskusi

3. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan, ujian

atau pun pada saat pembelajaran.

4. Transportasi penilaian kelas.

Demokratis 1. Mengajak seluruh siswa gar dapat bekerja sama dalam kelompok

tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan

status ekonomi.

2. Memberikan perhatian yang sama keapda semua siswa.

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat.

4. Menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras,

golongan, status sosial, dan status ekonomi.

Disiplin 1. Guru masuk kelas tepat waktu.

2. Menegur siswa yang melanggar aturan di kelas (seperti makan

dalam kelas, berbicara, mengganggu temannya, berkeliaran, dan

sebagainya).

3. Mengecek kehadiran siswa.

4. Menggunakan seragam guru sesuai aturan.

Teliti 1. Saat memulai pelajaran, guru menuliskan tujuan pembelajaran/KD

dan judul materi yang akan dipelajari.

2. Meminta siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakan soal.

3. Meminta siswa mengecek kembali lembar jawaban sebelum

dikumpulkan.

4. Mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang

diajarkan, jika siswa belum paham diberi motivasi atau

pertanyaan-pertanyaan terkait materi.

Kerja keras 1. Membiasakan semua siswa mengerjakan semua tugas yang

diberikan selesai dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan.

(46)

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi,

tentang materi pelajaran ke teman, guru ataupun pihak lain.

4. Membiasakan siswa untuk mengutarakan pendapatnya saat diskusi

kelas.

Kreatif 1. Mengajukan berbagai pertanyaan berkenaan dengan suatu pokok

bahasan untuk memancing gagasan siswa.

2. Pemberian tugas yang menantang munculnya daya pikir kreatif.

3. Menerapkan berbagai metode pembelajaran.

4. Menggunakan berbagai alat penilaian.

5. Menggunakan berbagai media pembelajaran.

Mandiri 1. Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bekerja sendiri

2. Meminta siswa untuk mengerjakan sendiri tugas individu yang

diberikan.

3. Memantau kerja siswa secara mandiri.

4. Memberi kesempatan kepada sisw auntuk menentukan kelompok

diskusinya sendiri.

5. Meminta siswa mengerjakan soal di papan tulis.

Rasa ingin

tahu

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru

atau teman tentang materi matematika.

2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi

3. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu

4. Mengajak siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.

Tanggung

jawab

1. Membiasakan siswa untuk mengerjakan soal latihan yang diberikan

2. Membiasakan siswa untuk berani mempertanggungjawabkan

pendapatnya.

(Sumber: Permendiknas No.41 tahun 2007)

3.Nilai-nilai Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika.

(47)

Teknik-teknik penilaian yang dimaksud dengan bentuk-bentuk instrumen yang dapat dikembangkan oleh guru antara lain tes tertulis, tes lisan, penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan untuk menilai pencapaian peserta didik baik dalam hal pencapaian akdemik maupun kepribadian. Teknik-teknik tersebut terutama observasi (dengan lembar obeservasi/lembar pengamatan), penilaian diri (dengan lembar penilaian diri/kuesioner), dan penilaian antar teman (lembar penilaian antar teman).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika dapat terlihat pada tahap perencanaan yaitu dalam Silabus dan RPP, tahap pelaksanaan yaitu pada saat pembelajaran berlangsung di kelas dan pada tahap evaluasi dengan mengikutkan penilaian tentang kepribadian dan perilaku siswa yang mencerminkan nilai-nilai karakter.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

(48)

pendidikan karakter dan mengimplementasikan dalam penilaian karakter peserta didik.

Penelitian ini juga senada dengan penelitian Muhammad Ridwan (2013:vii) yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kultur Sekolah di SD Negeri Lempuyangan I Kota Yogyakarta, menghasilkan temuan sebagai berikut; perencanaan pendidikan karakter pada kultur sekolah terdiri dari penetapan nilai-nilai karakter, yaitu religus, disiplin, semangat kebangsaan, dan menghargai prestasi; penyusunan program; sosialisasi kebijakan; dan perencanaan kondisi. Dalam pelaksanaannya melalui penyediaan fasilitas-fasilitas berbagai program yang didesain untuk membentuk karakter peserta didik dalam bentuk aktifitas pembiasaan. Evaluasi dilakukan melalui monitoring dan evaluasi akhir semester dengan instrumen catatan pelanggaran serta hasil observasi monitoring. Sedangkan aspek-aspek evaluasinya meliputi perencanaan, kelengkapan fasilitas pelaksanaan, keterampilan target dan perbandingan kondisi.

(49)
(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dikarenakan data yang dihasilkan berupa data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis maupun lisan dari informan dan perilaku yang diamati. Penelitian ini berupaya untuk memperoleh gambaran dan pemahaman lebih mendalam tentang implementasi pendidikan karakter secara terpadu pada pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah I Temanggung.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dibedakan dalam 2 (dua kelompok), yaitu kelompok nara sumber utama (key-informan) dan kelompok informan pedukung. Sebagai informan utama adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan 2(dua) orang guru yang mengampu mata pelajaran matematika di kelas VIII A dan VIII B. Penentuan subyek utama tersebut terkait dengan pemenuhan data tentang penerapan pendidikan karakter yang terintegrasi secara terpadu dalam pembelajaran matematika mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.

(51)

mendapatkan data yang utuh, lengkap dan sempurna sesuai dengan tujuan penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah I Temanggung yang beralamat di Jalan MT. Haryono No.23 Kelurahan Temanggung II, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung. Penentuan lokasi tersebut berdasarkan pada hasil studi pendahuluan bahwa SMP Muhammadiyah I Temanggung merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama di kota Temanggung yang berkomitmen menanamkan pendidikan karakter pada peserta didiknya. Rutinitas kegiatan yang selalu dilandasi pendidikan karakter melalui pembiasaan-pembiasaan sehari-hari mulai dari peserta didik masuk sekolah sampai dengan pulang,itulah yang menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi penelitian.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.

1. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

(52)

wawancara ini dibutuhkan pedoman wawancara (interview guide) yang akan dijelaskan pada bagian instrumen penelitian.

2. Observasi

Tehnik observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam pembelajaran matematika, dimana peneliti berperan sebagai partisipan dalam kegiatan tersebut, sehingga peneliti memposisikan diri berada di kelas selama pembelajaran berlangsung. Disamping untuk memperoleh data utama, tehnik pengamatan ini juga dilakukan untuk mendapatkan data tentang fasilitas maupun dokumen pendukung pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika. Dalam pelaksanaan observasi ini diperlukan lembar observasi yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen.

3. Dokumentasi

Tehnik dokumentasi ini berupa perekaman data berupa obyek gambar atau peristiwa maupun arsip. Dalam penelitian ini berkaitan dengan perekaman data berupa dokumen-dokumen sekolah bertujuan untuk melengkapi dan memperkuat data yang telah didapatkan dari tehnik wawancara maupun observasi.

(53)

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen penelitian yang disesuaikan dengan tehnik pengumpulan datanya, yaitu pedoman wawancara, lembar observasi dan alat perekam data.

Pedoman wawancara yang disusun berupa pertanyaan-pertanyaan wawancara yang bersifat unstructured –interview agar data yang diperoleh dapat terkumpul secara komprehensif . Pedoman wawancara ini digunakan untuk memperoleh data dari nara sumber utama maupun pendukung yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, 2 (dua) orang guru matematika dan 2 (dua) orang perwakilan peserta didik. Kisi-kisi pedoman wawancara dan pengembangannya dapat dilihat pada lampiran.

Lembar observasi ini berisi pokok-pokok bahasan yang akan diamati. Pokok-pokok bahasan tersebut dijabarkan dari kisi-kisi instrumen lembar observasi yang dikembangkan. Kondisi-kondisi dalam pengamatan peneliti secara umum meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran matematika. Kisi-kisi lembar observasi dan pengembangannya ada pada lampiran. Sedangkan alat perekam data dari tehnik dokumentasi sifatnya untuk melengkapi data yang diperoleh melalui tehnik wawancara dan observasi .Dokumen bisa berupa tulisan, gambar maupun karya monumental. Data pelengkap dari dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti sejarah berdirinya sekolah, profil sekolah, gambar atau visualisasi sekolah, dan sebagainya.

(54)

Penelitian ini menggunakan tehnik analisis data kualitatif. Tahap-tahap analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, yaitu mencatat atau merekam data yang diperoleh di lapangan dalam bentuk naratif, apa adanya tanpa komentar peneliti.

2. Reduksi data, adalah merangkum ,memilih hal-hal pokok ,memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Peneliti mencatat hasil wawancara dan observasi serta mengumpulkan data dokumentasi .

3. Penyajian data, yaitu data hasil temuan disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

4. Penarikan kesimpulan, temuan baru berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, setelah diteliti menjadi jelas .(Sugiyono,2012:99). Dalam hal ini peneliti melakukan analisis data dengan mengacu pada langkah-langkah tersebut, memilah, mengklasifikasikan, dan menghubungkan data yang telah disusun dari hasil penelitian yang membentuk suatu kesimpulan.

G. Keabsahan Data

Dalam menetapkan keabsahan data atau temuan diperlukan tehnik pemeriksaan. Tehnik pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada 4 (empat) kriteria, yaitu:

(55)

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keterlatihan (transferbilitas), untuk mengetahui apakah ada kesamaan antara konteks pengiriman dan penerima.

3. Kebergantungan (dependebilitas), digunakan untuk menilai apakah penelitian ini berkualitas dari segi prosesnya.

4. Kepastian (konfirmabilitas) atau obyektifitas. Sesuatu yang obyektif adalah tidak bergantung pada pandangan, pendapat dan penemuan seseorang atau dapat dikatakan bahwa obyektif itu dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. (Moleong,2002:173).

Sedangkan tehnik yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian di lapangan salah satunya adalah tehnik trianggulasi. Tehnik trianggulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. (Moleong,2004:330).

Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbedadalam metode kualitatif. Tehnik trianggulasi lain yang dapat digunakan peneliti adalah pemeriksaan melallui sumber lainnya yang bisa ditempuh dengan cara sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

(56)

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa-apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan yang perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan dan seterusnya.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.(Moleong,1990:178).

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam pemaparan hasil penelitian ini didahului dengan setting penelitian, meliputi profil SMP Muhammadiyah I Temanggung, sekilas sejarah, data peserta didik, dan personalia serta visi dan misi sekolah.

1. Profil SMP Muhammadiyah I Temanggung.

Nama Sekolah

: SMP Muhammadiyah 1 Alamat : Jl. MT. Haryono No. 23

Desa/Kecamatan : Temanggung II / Temanggung Kab./Kota : Temanggung / Temanggung No. Telp. : ( 0293 ) 491 418

Nama Yayasan : Muhammadiyah Majlis Dikdasmen Alamat Yayasan & No. Telp. : Jl. KH. Samanhudi 6 – 8 Tmg / 5510760 NSS / NSM / NDS : 201032303069 / - / C 20012001

Jenjang Akreditasi : A

Tahun Didirikan : 1959

Tahun beroperasi : 1959 Kepemilikan Tanah : Yayasan

Status tanah : Hak Milik

(58)

Status Bangunan : Yayasan

Data Ruang Kelas Data Kondisi Ruang

Data Guru

Jumlah Guru / Staf SMP Negeri Bagi SMP Swasta Keterangan

(59)

Rintisan keberadaan SMP Muhammadiyah I Temanggung berawal didirikannya SMI (Sekolah Menengah Islam) pada tahun 1958 di jalan MT.Haryono No 23 ,dipimpin oleh Bapak Dwidjo. Beliau menjabat dari tahun 1958 sampai dengan tahun 1966.

Pada tahun 1966 SMI berada dibawah Majelis Pendidikan dan Kebudayaan (MPK) Muhammadiyah yang berfungsi sebagai media pendidikan dan da’wah. Sejak saat itu SMI berubah menjadi SMP

Muhammadiyah, dipimpin Bapak Anwar mulai tahun 1966 sampai dengan tahun 1972.

Tahun 1972 hingga 2000 SMP Muhammadiyah dibawah kepemimpinan Bapak H. Milono,BA. Sejak saat itu sekolah mengalami perkembangan yang pesat; gedung sekolah yang tadinya berdinding papan telah berubah menjadi tembok dan jumlah kelompok belajar peserta didik mencapai 12 kelas. Kemudian pada tahun 2000 – 2008 kepemimpinan SMP Muhammadiyah Temanggung diamanatkan kepada Bapak H. Fauzi, S.Pd. Selanjutnya pada tahun 2008 -2012 kepemimpinan diteruskan Bapak Dwiyanto,S.Pd. Berakhirnya masa jabatan Bapak Dwiyanto,S.Pd ,tahun 2013 Kepala Sekolah dijabat oleh Bapak Nurudin, namun karena sesuatu hal mengundurkan diri di tahun itu juga pada semester pertama.

(60)

Sejak mulai berdiri tahun 1959 sampai sekarang, SMP Muhammadiyah I Temanggung mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Gedung sekolah cukup megah, berlantai dua dengan jumlah ruang belajar 13 kelas. Dilengkapi fasilitas-fasilitas belajar seperti Laboratorium IPA, Perpustakaan, Media pembelajaran, alat musik, Koperasi, Kantin sehat, Masjid dan sebagainya.

Pada tahun pelajaran 2016/2017 membuka kelas khusus yaitu kelas fullday yang mengedepankan program tahfidz. Sementara baru bisa menampung 24 peserta didik dari hasil seleksi sejumlah pendaftar, dikarenakan keterbatasan lokal.

SMP Muhammadiyah I Temanggung sebagai lembaga pendidikan berbasis agama Islam ,berada ditengah kota yang siap mengantarkan peserta didiknya menjadi manusia yang bertaqwa, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

3. Visi dan Misi SMP Muhammadiyah I Temanggung.

a. Visi Sekolah : Religius, Berprestasi dan Cinta Lingkungan.

Memilih visi ini dengan tujuan untuk program jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai warga sekolah untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah. Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah sebagai berikut: 1). Beriman dan bertaqwa.

(61)

4). Peduli terhadap lingkungan hidup.

5). Mendorong adanya perubahan yang lebih baik. b. Misi Sekolah.

Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Membiasakan peserta didik shalat tepat waktu.

2). Mewujudkan peserta didik mampu membaca Al Qur’an. 3). Mewujudkan pembelajaran inovatif, kreatif dan dinamis.

4). Membiasakan peserta didik membuang sampah pada tempatnya. 5). Mengembangkan kegiatan yang berwawasan lingkungan.

6). Menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman dan sehat.(sumber dok.TU sekolah,2016).

Deskripsi hasil penelitian dapat dilaporkan sebagai berikut :

1. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika. Dalam merencanakan pembelajaran matematika yang berbasis karakter, SMP Muhammadiyah I Temanggung melakukannya dalam 2(dua) tahap. Menurut Waka Kurikulum, tahap pertama perencanaan pembelajaran dilakukan oleh sekolah dan tahap yang kedua dilakukan oleh pengampu mata pelajaran. Sekolah menyusun perencanaan tersebut secara global kemudian guru wajib untuk mengembangkannya.

(62)

dibuat sudah memenuhi kriteria secara umum yaitu tersusun atas SK, KD, tujuan pembelajaran, karakter-karakter pendidikan yang diterapkan,indikator pencapaian kompetensi, alokasi waktu, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian.

Adapun RPP nilai-nilai karakter yang dibuat guru adalah berdasarkan RPP yang sudah ada yang terdapat pada kolom tersendiri .Tidak semua nilai karakter bisa diimplementasikan secara terpadu dalam pembelajaran matematika, sehingga dipilih nilai-nilai karakter yang relevansinya kuat dengan pembelajaran tersebut.

Dalam merencanakan pembelajaran matematika, guru memasukkan nilai-nilai karakter dalam RPP (by design) dan secara by chance menanamkan nilai-nilai tersebut pada setiap kegiatan pembelajaran matematika. Pendidikan karakter akan tercapai dengan sendirinya dalam pembelajaran matematika tanpa ditulis atau dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Seperti nampak pada awal kegiatan, peserta didik dibiasakan membaca do’a dan membaca Al Qur’an. Sehingga

dapat dikatakan secara tidak langsung nilai karakter religius diterapkan dalam kegiatan pembelajaran tanpa dicantumkan dalam RPP.

(63)

implisit ada pada tujuan pembelajaran. Yaitu 1) setelah mempelajari Operasi Aljabar peserta didik dapat menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan pecahan bentuk aljabar dengan penuh tanggungjawab; 2)setelah mempelajari Operasi Aljabar peserta didik dapat menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatanpecahan bentuk aljabar dengan tekun; 3)setelah mempelajari Operasi Aljabar peserta didik dapat menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dan pecahan bersusun dengan penuh kedisiplinan.

Sedangkan pada silabus, nilai karakter diimplementasikan secara terperinci pada tiap-tiap Kompetensi Dasar (KD) yang terbagi dalam 2(dua) kali pertemuan sebagai berikut:

Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama;

a. Melakukan Operasi aljabar (KD 1),nilai karakter yang diharapkan teliti, tanggungjawab, kerja sama dan menghargai oranglain.

b. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya (KD 2), nilai karakter yang diterapkan adalah berpikir logis, teliti dan ulet. Pada saat diskusi, nilai karakter yang diharapkan kerja sama, menghargai orang lain dan tanggung jawab.

c. Memahami relasi dan fungsi (KD 3), nilai karakter yang akan dicapai adalah kemandirian, percaya diri dan kejujuran.

Gambar

Gambar 1. Konteks Makro Pengembangan  Karakter  Melalui Active Learning
Gambar 2. Konteks Mikro Pengembangan Nilai/Karakter
Tabel Nilai Dan Indikator Penerapan Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dimengerti bahwa membicarakan tentang evolusi tidak berarti menyetujui seluruh teori evolusi yang disampaikan oleh para ahli evolusi diantaranya Darwin yang secara jelas

Sedangkan tujuan dari aplikasi web software configuration management ini adalah untuk dapat mengelola semua produk dari perangkat lunak yang bersangkutan dengan

siswa menyelesaikan soal cerita materi perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dibantu lembar

Klien memutuskan untuk merawat dirinya dengan penyakit hipertensi Kaji pengetahu an tentang akibat lanjut dari hipertensi Beri reinforce ment (+) atas jawaban

Dari hasil penelitian di dapatkan kesimpulan diantaranya: (1) 80% siswa lulusan SLTA berorientasi melanjutkan ke perguruan tinggi, (2) mayoritas siswa calon lulusan SLTA berminat

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

[r]

Berdasarkan bahasan di atas dimana saat ini media sosial menjadi salah satu sumber informasi yang melekat pada mayarakat, maka para aktor politik, khususnya Cagub