• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN PERUSAHAAN DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP AGRESIVITAS

PAJAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2016-2018

OLEH

LINA ASI SINAGA 180522028

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)

i PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya Bahwa skripsi saya yang berjudul ―Analisis Pengaruh likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2016-2018‖. Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan / atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 25 Januari 2021 Yang membuat Pernyataan

Lina

Lina Asi Sinaga NIM 180522028

(5)

ii ABSTRAK

Analisis Pengaruh likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) terhadap

agresivitas pajak pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2016-2018

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang sedang melakukan Initial Public Offering (IPO) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2016-2018. Terdapat 176 perusahaan Initial Public Offering (IPO) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sebanyak 60 perusahaan Initial Public Offering (IPO) yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian diperoleh dari website www.idx.co.id dan www.idx.co.id dan website www.e-bursa.com. Data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS versi 25.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas dengan nilai signifikansi 0,021 berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, leverage dengan nilai signifikansi 0,019 berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, ukuran Perusahaan dengan nilai signifikansi 0,048 berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak, corporate social responsibility (CSR) dengan nilai signifikansi 0,000 berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak. Sedangkan Komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak

Kata kunci : Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, Ukuran

Perusahaan , Corporate Social Responsibility (CSR), Agresivitas Pajak

(6)

iii ABSTRACT

Analysis of the effect of liquidity, leverage, independent commissioners, company size and corporate social responsibility (CSR) on tax aggressiveness in

Manufacturing Companies on the IDX for the 2016-2018 period

This study aims to analyze the effect of liquidity, leverage, independent commissioners, company size and corporate social responsibility (CSR) on tax aggressiveness. This study uses a sample of companies that are conducting Initial Public Offering (IPO) listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2016-2018 period. There are 176 Initial Public Offering (IPO) companies listed on the Indonesia Stock Exchange. A total of 60 Initial Public Offering (IPO) companies were sampled in this study. The sample technique used in this research is purposive sampling method.

The data used in this research is secondary data. Research data were obtained from the website www.idx.co.id and www.idx.co.id and the website www.e- bursa.com. The data obtained and collected were then processed using the SPSS version 25 application.

The results showed that liquidity with a significance value of 0.021 had a significant effect on tax aggressiveness, leverage with a significance value of 0.019 had a significant effect on tax aggressiveness, company size with a significance value of 0.048 had a significant effect on tax aggressiveness, corporate social responsibility (CSR) with a significance value of 0.000 had a significant effect. against Tax Aggressiveness. Meanwhile, independent commissioners do not have a significant effect on tax aggressiveness

Keywords: Liquidity, Leverage, Independent Commissioner, Size

Companies, Corporate Social Responsibility (CSR), Tax Aggressiveness

(7)

iv KATA PENGANTAR

Deo Gratias. Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

―Analisis Pengaruh likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2016-2018‖.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini ditulis dengan baik, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M., Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, motivasi serta tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Dr. Abdillah Nasution,SE., M.Si, Ak selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran

(8)

dan kritikan yang membangun sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Kepada bapak Bonar Sinaga yang sedang sakit keras, aku persembahkan gelar ini untukmu pak. Dan kepada mama Kartini Tindaon yang sudah dipanggil Tuhan dua tahun lalu, doamu menghantarkan aku pada titik ini ma.

6. Kepada Erick Leonardus Marbun penyemangat hidupku, semoga gelar ini menjadi salah satu berkat untuk keluarga kecil kita.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan kedepan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat dan seluruh pembaca senantiasa diberjkati Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, 25 januari 2020 Penulis

Lina

Lina Asi Sinaga 180522028

(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Teori Keagenan ... 9

2.2. Pajak ... 10

2.2.1. Defenisi pajak ... 10

2.2.2. Fungsi Pajak ... 11

2.3. Agresivitas Pajak ... 12

2.3.1. Metode Pengukuran Agresivitas Pajak... 13

2.4. Likuiditas ... 14

2.4.1. Tujuan dan Manfaat Likuiditas ... 15

2.4.2. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas ... 16

2.5. Leverage ... 17

2.5.1. Tujuan dan Manfaat Leverage ... 18

2.5.2. Jenis-Jenis Rasio Leverage ... 19

2.6. Komisaris Independen ... 20

2.6.1. Metode Pengukuran PDKI ... 21

2.7. Ukuran Perusahaan ... 21

2.8. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 22

2.9. Peneliti Terdahulu ... 22

2.10. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 26

2.10.1. Kerangka Konseptual ... 26

2.10.2. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel.... 35

3.5.1. Definisi Operasional Variabel ... 35

(10)

3.6. Metode Analisis Data ... 38

3.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 38

3.6.1.1. Uji Normalitas ... 39

3.6.1.2. Uji Multikolinieritas ... 39

3.6.1.3. Uji Autokorelasi ... 40

3.6.1.4. Uji Heteroskesdastisitas ... 40

3.6.2. Analisis Regresi Berganda ... 41

3.6.3. Uji Hipotesis ... 42

3.6.3.1. Uji Koefisien Determinasi ( ... 42

3.6.3.2. Uji-F (Uji Simultan) ... 42

3.6.3.3. Uji t (parsial) ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Gambaran Umum ... 44

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 45

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 45

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 48

4.2.2.1. Uji Normalitas ... 48

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 50

4.2.2.3. Uji Autokolerasi ... 51

4.2.2.4. Uji Heteroskedasitas ... 52

4.2.3. Uji Hipotesis ... 54

4.2.3.1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted ) ... 55

4.2.3.2. Uji Signifikan Simultan (F-Test) ... 56

4.2.3.3. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 57

4.2.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 59

4.3. Pembahasan ... 61

4.3.1. Pengaruh Likuiditas terhadap Agresivitas Pajak 61

4.3.2. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak .. 62

4.3.3. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak ... 63

4.3.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Pajak ... 63

4.3.5. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Agresivitas Pajak ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1. Research Gap ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu... 23

3.2. Definisi Operasional & skala pengukuran Variabel ... 37

4.1. Statistik Deskriptif... 46

4.2. Hasil Uji Klomogorov-Smirnov ... 48

4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 51

4.4. Hasil Uji Autokolerasi ... 52

4.5. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 55

4.6. Hasil Uji Statistik F ... 56

4.7. Hasil Uji Statistik t ... 57

4.8. Analisis Regresi Linear Berganda ... 59

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1. Persentase Realisasi Penerimaan Pajak 2014-2018 ... 4

2.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 26

4.1. Uji Histogram ... 49

4.2. Hasil Uji Normal P-P Plot ... 50

4.3. Hasil Uji Scatter Plot ... 54

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Data Populasi dan Sampel... 72

Lampiran 2 Tabulasi Hasil Perhitungan Sampel ... 78

Lampiran 3 Analisis Statistik Deskriptif ... 83

Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 84

Lampiran 5 Tabel Uji Hipotesis ... 87

Lampiran 6 Tabel DW-Test ... 89

Lampiran 7 Tabel Distribusi t ... 90

Lampiran 8 91 Indikator Berdasarkan GRI G4 ... 91

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendapatan utama suatu negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadikan pajak sebagai pendapatan terbesar dalam negaranya. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih perusahaan tersebut.

Salah satu strategi perusahaan untuk mengefisienkan beban pajak yang terhutang adalah dengan melakukan agresivitas pajak. Perusahaan tetap melakukan kewajibannya untuk membayar pajak, namun perusahaan menggunakan strategi agresivitas pajak untuk meminimalisasi beban pajak yang dikeluarkan dan imbasnya terhadap negara adalah berkurangnya penerimaan dana dari sektor pajak.

Fenomena PT Garuda Metalindo dari Neraca Perusahaan terlihat peningkatan jumlah hutang (bank dan lembaga keuangan). Dalam laporan keuangan nilai utang bank jangka pendek mencapai Rp200 miliar hingga Juni 2016, meningkat dari akhir Desember 2015 senilai Rp48 miliar.

Emiten berkode saham BOLT ini memasukkan modalnya sebagai utang dengan tujuan mengurangi pajak. Perusahaan ini praktis bisa terhindar dari kewajiban beban pajak.

Berdasarkan fenomena diatas dapat dijelaskan bahwa PT Garuda Metalindo melakukan penghindaran pajak dengan cara memanfaatkan

(15)

2 modal yang diperoleh dari pinjaman atau hutang dengan demikian perusahaan yang melakukan pembiayaan dengan utang , maka akan adanya biaya bunga yang harus dibayarkan, semakin besar hutang maka semakin besar juga biaya bunga yang ditanggung perusahaan. Biaya bunga yang besar akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak.

Fenomena selanjutnya yaitu Perusahaan Cola-cola Indonesia (CCI).

PT CCI diduga menyiasati pajak sebanyak Rp 49,24 miliar yang merupakan kekurangan bayar pajak. Hasil investigasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan mendapatkan ada pertumbuhan biaya yang tinggi. Beban biaya yang tinggi mengakibatkan penghasilan kena pajak mengalami pengurangan, akibatnya setoran pajak menjadi semakin berkurang atau mengecil. Beban biaya tersebut digunakan oleh iklan sejumlah Rp 566,84 miliar. Sehingga terdapat pengurangan penghasilan kena pajak pada PT CCI sebanyak Rp 603, 48 miliar. Padahal Perusahaan menghitung penghasilan kena pajak sebanyak Rp 492,59 miliar. Melalui perbandingan selisih tersebut, Direktorat Jendral Pajak menjumlahkan kekurangan pada pajak penghasilan (PPh) Perusahan tersebut adalah sebanyak Rp 49, 24 miliar. Biaya-biaya tersebut sangat diragukan serta diduga menuju penerapan transfer pricing dalam hal mengurangi pajak.

Transfer pricing yaitu negosiasi dalam berbagai divisi berupa barang dan

(16)

3 jasa dalam kumpulan usaha dengan harga yang tidak normal, akibatnya biaya pajak mengecil.

Menurut data Pusat Kajian Anggaran, penerimaan perpajakan terdiri dari pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional. Dalam periode 2014-2018 penerimaan perpajakan mengalami peningkatan Rp1.146,9 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp1.548,5 tirliun pada tahun 2018 dengan pertumbuhan rata-rata 7,8% per tahun. Target penerimaan perpajakan pada tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan APBN 2018 sebesar Rp1.618,1 triliun menjadi Rp1.54,8 triliun. Penurunan terjadi pada penerimaan PPh Nonmigas, sebagai dampak dari penyesuaian basis perhitungan PPh Nonmigas berdasarkan realisasi tahun sebelumnya.

Kontribusi penerimaan perpajakan terhadap pendapatan dalam negeri meningkat dari 74,0% pada tahun 2014, menjadi 80,6% pada tahun 2018. Apabila dilihat dari kontribusi jenis-jenis penerimaan pajak, pendapatan PPh Nonmigas memberikan kontribusi terbesar dengan rata-rata 46,1% terhadap pendapatan pajak dalam negeri. Selanjutnya, pendapatan dari PPN dan PPnBM memberi kontribusi rata-rata 35,9%, sehingga pertumbuhan penerimaan kedua jenis pajak tersebut berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pajak dalam negeri. Pendapatan PPh Nonmigas meningkat rata-rata 11,5% per tahun selama periode 2014-2018. Sementara

(17)

4 pendapatan cukai sebagai penyumbang terbesar ketiga dengan kontribusi rata-rata 11,3%, tumbuh rata-rata 7,8% per tahun selama periode yang sama.

Gbr 1.1.

Presentase Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2014—2018

Sumber: Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahllian DPR RI 2019

Menurut Frank, Lynch dan Rego (2009), dalam Septhea (2018), agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dirancang melalui tindakan perencanaan pajak (Tax Planning) baik mengunakan cara yang tergolong secara legal dengan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) ataupun ilegal dengan melakukan penggelapan pajak (tax evasion).

Faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan antara lain seperti likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR). Penelitian mengenai variabel-variabel tersebut telah banyak dilakukan tetapi masih terdapat perbedaan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Perbedaan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel Research Gap dibawah ini:

91,56% 89,68%

81,96% 81,59% 48,26%

2014 2015 2016 2017 2018

(18)

5 Tabel 1.1.

Research Gap

Sumber: diolah peneliti dari berbagai sumber

Perbedaan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak mendorong penulis untuk kembali melakukan penelitian dengan variable bebas (independent variable) yaitu likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR). Berdasarkan ulasan-ulasan diatas maka penelitian ini diberi judul: “Analisis Pengaruh likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2016-2018”

Variabel Dependen

Variabel

Independen Peneliti Hasil

Agresivitas Pajak

Likuiditas Muriani (2019) Berpengaruh negatif Ismaeni (2018) Tidak berpengaruh Leverage Nugraha (2015) Berpengaruh

Ismaeni (2018) Tidak berpengaruh Komisaris

Independen

Imam (2016) Berpengaruh Ismaeni (2018) Tidak berpengaruh Ukuran Perusahaan Ismaeni (2018) Berpengaruh

Nugraha (2015) Tidak berpengaruh Corporate Social

Responsibility (CSR)

Roman (2012) Berpengaruh

Pradnyadari (2015) berpengaruh negatif

(19)

6 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak?

2. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak?

3. Apakah komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak?

5. Apakah corporate social responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2016-2018.

(20)

7 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini selain bermanfaat bagi penulis, juga diharapkan dapat bermanfaat terhadap perusahaan-perusahaan yang diteliti dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar dan masukan bagi penulis dalam mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari terhadap kasus nyata di Indonesia serta mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam berkaitan dengan likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) pengaruhnya terhadap agresivitas pajak.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat bermanfaat sebagai tambahan masukkan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis dengan menggunakan atau menambah variabel agar hasil penelitian menjadi lebih lengkap dan baik pada masa yang akan datang.

3. Bagi Praktisi a. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah untuk memperketat Undang-undang mengenai perpajakan sehingga

(21)

8 perusahaan perusahaan tidak melakukan tindakan penghindaran pajak.

b. Perusahaan sebagai wajib pajak

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada perusahaan sebagai wajib pajak agar patuh dan sadar terhadap pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Keagenan

Menurut Pearce II (2008:47) Teori keagenan adalah sekolompok gagasan mengenai pengendalian organisasi yang didasarkan pada keyakinan bahwa pemisahan kepemilikan dengan manajemen menimbulkan potensi bahwa keinginan pemilik diabaikan.

Menurut Fauziah (2017:28) “Teori keagenan didasarkan pada the incomepleteness of contacts dan pemisahan kepemilikan antara pemegang saham manajemen, yang merupakan ciri utama dari perusahaan saat ini.”

Teori agensi muncul ketika ada sebuah perjanjian hubungan kerja antara principle yang memiliki wewenang dengan agent atau pihak yang diberi kewenangan untuk menjalankan perusahaan. Manajer (agent) memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai perusahaan kepada pemilik perusahaan (principle) karena manajer dianggap lebih memahami dan mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya. Namun terkadang manajer tidak melaporkan keadaan perusahaan seperti apa yang sebenarnya. Hal ini bisa saja dilakukan untuk menguntungkan manajer dan menutupi kelemahan kinerja manajer.

Tindakan manajer yang seperti ini biasanya dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah keagenan seperti pengeluaran yang berlebihan, keputusan investasi suboptimal dan asimetris informasi. Asimetris informasi terjadi ketika manajer memiliki lebih banyak informasi dibandingkan informasi yang dimiliki oleh pemilik perusahaan.

(23)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan kerja antara manajemen dengan pemilik perusahaan. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan mempekerjakan pihak lain atau manajemen untuk mengelola perusahaan tetapi atas nama pemegang saham dan pemegang saham tidak boleh mencampuri urusan teknis dalam operasi perusahaan dengan kata lain urusan keduanya terpisah.

2.2. Pajak

2.2.1. Defenisi Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.

Definisi pajak yang dikemukakan oleh N. J. Feldmann yang dikutip oleh Siti (2017:1) yaitu “pajak merupakan prestasi yang dipaksakan satu pihak oleh dan terutang kepada penguasa (sesuai dengan norma-norma yang ditetapkan secara umum), tidak adanya kontraprestasi, dan hanya digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dijelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya

(24)

produksi barangbarang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Diana Sari, 2013).

Pajak menurut pasal 1 UU No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan adalah “ Kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan karakteristik pajak yaitu arus Uang (bukan barang) dari rakyat ke Negara, dipungut berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan), dan digunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran secara umum demi kemakmuran rakyat.

2.2.2. Fungsi Pajak

Pajak memeliki beberapa fungsi. Terdapat dua fungsi utama pajak (Diana Sari, 2013) yaitu :

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter) yaitu sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya dalam Kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan.

b. Fungsi Mengatur (Reguler) yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di bidang keuangan (umpamanya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan).

(25)

2.3. Agresivitas Pajak

Menurut Frank, Lynch dan Rego (2009) dalam Purwanto (2016), agresivitas pajak perusahaan merupakan tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dilakukan perusahaan melalui tindakan perencanaan pajak, baik menggunakan cara yang tergolong secara legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion). Hlaing (2012) dalam Suprimarini dan Suprasto H (2017) mengemukakan bahwa agresivitas pajak merupakan aktivitas perencanaan pajak oleh perusahaan untuk mengurangi tingkat effective tax rate (ETR) perusahaan.

Hanlon dan Heitzman (2010) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai tingkat yang paling akhir dari spectrum serangkaian perilaku perencanaan pajak.

Zuber (2007) dalam Yoehana (2013) menyatakan :

“Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of aggressiveness. This gray are exists because there are tax shelters beyond what is specifically allowed by the tax low and the tax law does not specifically address all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax avoidance and tax evasion because neither term adequately describes all transaction. Therefore, aggressive transactions and decision-makin may potentially become either tax avoidance or tax evasion issues.”

Dengan menggunakan strategi agresivitas pajak, maka yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan antara lain :

a) Perencanaan Pajak (Tax Planing)

Menurut Drs. Chairil Anwar Pohan (2011:9) perencanaan pajak (Tax Planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha sedemikian rupa dengan memanfaatkan bebagai celah kemungkinan yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam koridor ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku (loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimum.

(26)

b) Penghindaran Pajak (tax avoidance)

Penghindaran pajak adalah upaya wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam Undang-Undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak lebih rendah. Secara umum dikenal dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk memerangi praktik penghindaran pajak (Arnold, 2008). Yang pertama pendekatan tanpa menggunakan ketentuan khusus dalam peraturan melalui judicial general anti avoidance doctrine (judicial doctrine) yang dikembangkan terutama oleh putusan pengadilan, yang kedua melalui statutory general anti avoidance rule (GAAR) yaitu ketentuan khusus dalam peraturan yang memberikan kewenangan kepada etoritas pajak untuk membatalkan manfaat dari transaksi yang memenuhi kriteria sebagai penghindaran pajak.

2.3.1. Metode pengukuran Agresivitas pajak

Agresivitas pajak perusahaan dinyatakan dalam Effective Tax Rate (ETR) sesuai dengan rumus yang digunakan Wahyuni (2018) yang dapat dirumuskan dengan:

Keterangan :

ETR :Effective tax rate berdasarkan pelaporan akuntansi keuangan yang berlaku.

Tax Expense :beban pajak penghasilan badan untuk perusahaani pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.

(27)

Pretax Income :pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.

2.4. Likuiditas

Menurut Kasmir (2017:145) “Rasio Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengevaluasi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.”

Pengendalian yang cukup diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dan kelancaranoperasional perusahaan yang bertujuan untuk menghindari adanya tindakan-tindakan penyelewengan atau penyalahgunaan oleh karyawan perusahaan. Apabila semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya maka akan mempengaruhi bebagai kemungkinan perusahaan akan mendapatkan pembiayaan dari para kreditur jangka pendek untuk mengoperasikan kegiatan usahanya. Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal, pos aktiva lancar dan hutang lancar.

Pengertian rasio likuiditas menurut Samryn (2012:411) “adalah suatu perbandingan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar”.

Likuiditas sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang secara konvensional, “Jangka pendek” dianggap periode hingga satu tahun meskipun dikaitkan dengan siklus operasional normal perusahaan. Dengan demikian likuiditas sangat penting bagi sebuah perusahaan.

Likuiditas dapat dipengaruhi untuk memperhitungkan dampak yang berasal dari ketidak mampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan

(28)

membayar semua kewajiban finasial jangka pendek saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenan dengan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan mengubah aktova lancar tertentu menjadi uang kas.

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya saaat jatuh tempo melalui aset lancarnya yang segera dapat dikonversi menjadi kas untuk membayar kewajiban tersebut.

2.4.1. Tujuan dan manfaat Likuiditas

Perhitungan rasio likuiditas tidak hanya memberikan banyak manfaat untuk perusahaan tetapi juga bagi pihak yang berkepentingan lainya seperti pihak kreditur dan supplier yang meyalurkan jualannya secara kredit.

Berikut adaalah tujuan dan manfaat likuditas menurut Kasmir (2018:132) sebagai berikut:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaa atau piutang.

4. Untukmengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar utang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan polisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

(29)

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

2.4.2. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

Terdapat beberapa jenis rasio likuiditas suatu perusahaan yaitu 1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kwajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar (Samryn, 2012:411).

Rumus menghitung rasio lancar (current ratio) adalah sebagai berikut:

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan membayar jangka pendeknya dengan aktiva lancar selain persediaan (Samryn, 2012:411).

Rumus menghitung rasio cepat (quick ratio) adalah sebagai berikut:

3. Rasio Persediaan terhadap Modal Bersih

Rasio Persediaan terhadap Modal Bersih dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan saldo persediaan yang dapat melindungi kelebihan aktiva lancar di atas kewajiban jangka pendek dari pengaruh

(30)

perubahan persediaan yang tidak menguntungngkan (Samryn,2012:412).

Rumus menghitung Rasio Persediaan terhadap Modal Bersih adalah sebagai berikut:

4. Rasio Kas

Rasio kas dinyatakan dengan desimal dan digunkaan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan modal yang tertanam dalam kas selain setara kas.

Rumus menghitung Rasio kas adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio lancar (current ratio) sebagai indikator sebab rasio lancar merupakan rasio yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajian jangka pendeknya saat jatuh tempo.

2.5. Leverage

Menurut Kasmir (2018:151) “Leverage Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya”.

Menurut Tampubolon (2005:37) rasio leverage adalah:

Rasio Persediaan terhadap Modal Bersih

(31)

Rasio leverage digunakan untuk memjelaskan pengguaan utang untuk membiayai sebagian daripada aktiva korporasi. Pembiayaan dengan utang mempunyai pengaruh bagi korporasi karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan korporasi dalam membayar bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan kebangkrutan korporasi. Tetapi, penggunaan utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar penggunaan kewajiban dalam pembelanjaan perusahaan dan menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibenjai dengan kwajiban.

2.5.1. Tujuan dan Manfaat Leverage

Penggunaan rasio leverage bagi perusahaan memberikan banyak manfaat yang dapat dipetik. Berikut adala tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio leverage menurut Kasmir (2018:153):

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditur).

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalammemenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.

6. Untuk menilai ataumengukur berapa bagian dari setiaprupiah modal sendiri dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menilai berapa dana pinjamnan yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

Sementara itu, manfaat rasio leverage adalah:

1. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan posisi keuangan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.

2. Untuk menganaisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termausk bunga).

3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dan modal.

4. Untuk menganalisis keseimabngan eberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

(32)

5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akna ditagih ada terdpat sekiankalinya modal sendiri.

2.5.2. Jenis-Jenis Rasio Leverage

Menurut Samryn (2012:420) rasio leverage, atau biasanya disebut rasio utang terdiri dari:

1. Rasio Kewajiban terhadap Aktiva

Rasio Kewajiban terhadap Aktiva dinyatakan dalam persentase.

Mengukur sampa seberapa besar dana pinjaman yang digunakan untukmembiayai aktiva perusahaan (Samryn, 2012:420).

2. Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas (Debt to Equity)

Debt to equity ratio dinyatakan dalam bentuk persentase dan digukanan untuk mengukur dana yang disediakan oleh kreditur dan dana yang disediakan oleh pemilik (Samryn, 2012:420).

3. Kewajiban Jangka Panjang terhadap Struktur Modal

Rasio kewajiban jangka panjang terhadap struktur modal dinyatakan dalam persentase dan digunakan sebagai alat ukur komponen sruktur modal dalam jangka panjang (Samsyn, 2012:420).

Kewajiban Jangka Panjang

terhadap Struktur Modal

(33)

4. Time interest Earned

Time interest Earned dinyatakan dalam bentuk persentase dan digunakan sebagai alat ukur komponen struktur modal dalam jangka panjang (Samryn, 2012:421).

2.6. Komisaris Independen

Widjaja (2009:79) menyatakan komisaris independen adalah “Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi dan/ atau anggota dewan komisaris lainnya”.

Komisaris independen menurut Agoes dan Ardana (2014:110) menyatakan bahwa:

Komisaris dan direktur independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham independen (pemegang saham minoritas) dan pihak yang ditunjuk tidak dalam kapasitas mewakili pihak mana pun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan keahlian profesional yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan.

Menurut KNKG (2006) komisaris independen sebagai berikut:

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Berdasarkan ketiga definisi di atas menunjukkan bahwa komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, pemegang saham, dan anggota dewan komisaris lainnya.

(34)

2.6.1. Metode Pengukuran Proporsi Dewan Komisaris Independen

Menurut Tita Djuitaningsih (2012) pengukuran proporsi dewan komisaris independen adalah sebagai berikut: “Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan rasio atau (%) antara jumlah anggota komisaris independen dibandingkan dengan jumlah total anggota dewan komisaris”.

Berdasarkan uraian di atas, rumus perhitungan proporsi dewan komisaris independen sebagai berikut:

Keterangan:

PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen

2.7. Ukuran Perusahaan

Menurut Kartikasari (2016) Ukuran perusahaan merupakan:

The size of company may be measured by total assets, total sales, number of employees, and market capitalization. The bigger a company, the more easily it garners outside capital, the larger its capital, the bigger it will be and so on. An investor is interested in companies that provide high returns, so he would invest his capital. The availability of these funds from investor’s capital make companies easier to exercise investment opportunities.

Ukuran perusahaan yang besar lebih cenderung menghasilkan tingkat profitabilitas yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil karena investor lebih tertarik kepada perusahaan yang besar. Ukuran perusahaan yang besar mencerminkan perusahaan tersebut sedang mengalami perkembangan yang baik sehingga meningkatkan nilai suatu perusahaan.

Ukuran perusahaan dapat dicari dengan rumus:

(35)

2.8. Corporate Social Responsibility (CSR)

Definisi CSR menurut Wikipedia Indonesia menyatakan bahwa:

“Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (bukan hanya) perusahaan adalah memiliki tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkunagn dalam segala aspek operasional.”

Corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial menurut World Business Council on Sustainable Development (WBSCSD) adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika keperilakuan dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Tanggung jawab lainnya adalah meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, serta masyarakat luas. Harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya dapat tercapai apabila terdapat komitmen penuh dari manajemen puncak perusahaan terhadap penerapan CSR sebagai akuntabilitas publik (Effendi, 2016 : 162).

Pengukuran CSR sebagai berikut : ∑

Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas.

2.9. Peneliti Terdahulu

Berikut ini disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti

(36)

sebelumnya antara lain terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan objek penelitian. Beberapa peneliti terdahulu meneliti tentang agresivitas pajak sebagai berikut:

Tabel 2.1.

Hasil Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti Terdahulu

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1 Nugraha

(2012)

Variabel independen

 Corporate social

responsibility (CSR)

 Ukuran perusahaan

 Profitabilitas

 Leverage

 Capital intensity Variabel

dependen

 Agresivitas pajak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR dan leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.

Sedangkan ukuran perusahaan, profitabilitas dan capital intensity tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.

2 Pradnyadari (2015)

Variabel Independen

 Corporate social

responsibility (CSR)

Variabel Dependen

 Agresivitas pajak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak.

Perusahaan dengan agresivitas pajak akan mengungkapkan CSR yang lebih luas sehingga memiliki ETR yang lebih rendah.

Hal ini disebakan karena semakin efisien sebuah perusahaan maka perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif juga lebih kecil.

(37)

3 Cahyani (2016)

Variabel Independen

 Manajemen laba

Corporate social

responsibility (CSR)

Variabel Dependen

 Agresivitas pajak

Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen laba tidak memiliki pengaruh terhadap agesivitas pajak sedangkan corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

4 Muriani (2019)

Variabel Independen

 Leverage

 Likuiditas

 Capital intensity

 Corporate social

responsibility (CSR)

Variabel Dependen

 Agresivitas pajak

Hasil uji simultan menunjukkan hasil leverage, likuiditas, capital intensity dan corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa secara parsial leverage, dan likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak, untuk variabel corporate social responsibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak. Sedangkan variabel capital intensity tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Nilai koefisien determinasi atau pengaruh variabel independen dalam penelitian ini terhadap agresivitas pajak sebesar 32,74%, sedangkan sisanya 67,26%

dipengaruhi oleh variable variabel lain yang tidak diukur dalam model regresi ini.

5 Purwanggono (2018)

Variabel independen

 Tanggung jawab sosial perusahaan

 Kepemilikan mayoritas Variabel dependen

 Agresivitas pajak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tanggung jawab sosial perusahaan dan kepemilikan keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak.

(38)

6 Mutmainah (2018)

Variabel independen

 Tanggung jawab sosial perusahaan

 Profitabilitas

 Ukuran perusahaan Variabel dependen

 Agresivitas Pajak

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan hasil bahwa Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Agresivitas Pajak, Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Agresivitas Pajak, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

7 Utami (2018)

Variabel independen

 Corporate social

responsibility

 Kepemilikan manajerial

 Capital intensity

 Ukuran perusahaan Variabel dependen

 Aggressivenes s

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap tax aggressiveness, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap tax aggressiveness, capital intensity tidak berpengaruh terhadap tax aggressiveness dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax aggressiveness.

8 Ramila (2019)

Variabel independen

 Corporate social

responsibility

 Profitabilitas

 Leverage

 Capital intensity Variabel dependen

 Agresivitas pajak

Hasil penelitian menunjukan bahwa Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity berpengaruh signifikan dan negatif terhadap agresivitas pajak. Sedangkan CSR dan capital intensity tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Sumber : Peneliti terdahulu, 2012-2019.

(39)

2.10. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.10.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konseptual teoritis yang menyatakan bahwa likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR) merupakan faktor yang mempengaruhi Agresivitas pajak. Oleh karena itu kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana suatu hubungan suatu model dengan faktor-faktor yang penting telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual menghubungkan secara teoritis dengan variabel penelitian yaitu antara variabel independen dan variabel dependen. Peneliti ini

𝐻6 𝐻5

𝐻4 𝐻3

𝐻 Likuiditas (𝑋1)

Leverge (𝑋 )

Komisaris Independen (𝑋3)

Agresivitas Pajak (Y)

Ukuran Perusahaan (𝑋4)

Corporate social responsibility (𝑋5)

𝐻1

(40)

menggunakan 5 variabel independen yaitu likuiditas, leverage, komisaris independen, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility (CSR). Variabel dependennya adalah agresivitas pajak yang diukur dengan rasio Effective Tax Rate (ETR).

2.10.2. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Likuiditas terhadap Agresivitas pajak

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Likuiditas diukur dengan menggunakan rasio lancar (cuurent ratio). Rasio lancar merupakan perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin rendahnya nilai rasio lancar, maka akan mengidentifikasikan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewaiban jangka pendeknya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat Agresivitas Pajak perusahaan, dimana perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya akan dikenai beban tambahan atas kewajibannya. Dengan demikian hipotesisi yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

1= Likuiditas berpengaruh terhadap Agresivitas pajak.

2. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas pajak

Leverage menunjukkan perbandingan yang berfungsi dalam mengukur bagaimana aktiva perusahaan dibebankan dengan utang.

Leverage diukur melalui perbandingan antara jumlah kewajiban perusahaan dengan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Setiap perusahaan yang mempunyai beban pajak yang besar dapat membuat

(41)

pajak menjadi minimal dengan langkah meningkatkan utang perusahaan. Apabila jumlah utang bertambah akan menyebabkan timbulnya beban bunga yang dapat meminimalisir keuntungan laba sebelum kena pajak sehingga mengurangi beban pajak perusahaan yang harus dibayar. Oleh sebab itu meningkatnya tarif bunga, akan meningkat pula besar keuntungan yang didapatkan berupa pengurangan laba atas utang dan bunga sehingga semakin besar tingkat penghindaran pajak. Berdasarkan kajian teori, hasil peneliti terdahulu dan logika berfikir diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

= Leverage berpengaruh terhadap Agresivitas pajak.

3. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Agresivitas pajak

Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep00001/BEI/01-2014 Lampiran I yang berisi Peraturan BEI Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat juga mengharuskan perusahaan tercatat memiliki komisaris independen sekurang – kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris. Kehadiran komisaris independen diprediksi akan mampu mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan.

Teori agensi mengungkapkan adanya pengaruh komisaris independen terhadap pengawasan kinerja manajemen dalam mengambil keputusan perusahaan Teori ini didukung oleh hasil penelitian Suyanto dan Supramono (2012) semakin besar proporsi

(42)

komisaris independen maka perilaku agresif terhadap pajak perusahaan yang dilakukan manajemen akan berkurang.

Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian adalah sebagai berikut:

3= Komisaris Independen berpengaruh terhadap Agresivitas pajak.

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan tehadap Agresivitas pajak

Ukuran perusahaan di ukur dengan Total Aset yang menunjukkan Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar begitu juga laba perusahaan akan meningkat (Barus, 2013: 113). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar aktivitas operasi perusahaan yang berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan perusahaan dalam menghasilkan laba dan diikuti peningkatan profitabilitas. Dengan demikian hipotesis yang dibuat adalah:

4= Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Agresivitas pajak

5. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Agresivitas pajak

CSR ialah aktivitas yang berhubungan dengan etika dan tanggung jawab perusahaan untuk melakukan kegiatan operasinya seiring memperhatikan kesetaraan diantara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pada teori agensi menjelaskan adanya pemisahan serta perbedaan kepentingan antara manajemen (agent) dengan investor

(43)

(principal). Perbedaan kepentingan tersebut terjadi ketika manajemen pada sebuah perusahaan berusaha agar meningkatkan kinerja demi mendapatkan bonus dengan cara melakukan penghindaran pajak melalui pembiayaan CSR yang dapat dijadikan sebagai biaya maupun pengurang laba sebelum pajak. Berlandaskan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1), biaya yang dikeluarkan untuk bantuan sosial dan lingkungan dapat dijadikan sebagai pengurang laba sebelum pajak. Namun, di sisi lain investor tidak menginginkan manajemen melakukan penghindaran pajak karena akan berakibat buruk pada nilai perusahaan dan tentunya akan merugikan investor. Dalam mempertahankan nilainya, perusahaan bukan hanya memiliki tanggungjawab pada kesejahteraan perusahaan saja, tetapi juga wajib memiliki tanggungjawab sosial pada lingkungan. Kegiatan CSR menggambarkan dimana perusahaan juga mempunyai peran untuk pembangunan daerah maupun bangsa dengan taat dalam membayar pajak pada Negara. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan CSR, memperoleh keuntungan yaitu dana CSR yang dapat ditambahkan sebagai biaya operasional. Oleh karena itu akan mengurangi keuntungan perusahaan, dengan demikian pajak yang akan dikenakan menjadi rendah atau kecil. Berdasarkan kajian teori, hasil peneliti terdahulu dan logika berfikir diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

5= Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak.

(44)

6. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Agresivitas Pajak

Berdasarkan kerangka konseptual diatas serta berdasarkan penelitian terhahulu. Dengan demikian hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

6= Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian causal (sebab akibat). Menurut umar (2003:30)”penelitian kausal adalah penelitian yang berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel riset, atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain, klausal akan diperggunakan , jika peneliti ingin mengetahui ada penyebab dari suatu fenomena, serta akibat yang ditimbulkan.

Klausal akan mengidentifikasikan apakah variabel X menyebabkan variabel Y, sehingga jika variabel X diubah diharapkan dapat mengubah variabel Y sesuai dengan yang diharapkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas (current rasio), leverage (debt to equity ratio), komisaris independen (PDKI), ukuran perusahaan (total asset) dan efisiensi modal kerja (working capital turn over).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelittian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2003:60)“Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya, sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”. Data yang diperoleh meliputi laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2016-2018. Data untuk penelitian ini didapatkan dari situs www.idx.co.id sesuai dengan periode penelitian.

(46)

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Efferin (2008:73) “populasi merupakan batas dari suatu obyek penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses induksi (generalisasi) dari hasil penelitian yang bersangkutan”. Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah metode penerapan sample dengan cara menentukan target dari elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya (efferin, 2008:86).

Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sample adalah sebagai berikut:

1. Sampel merupakan perusahaan manufaktur.

2. Sampel konsisten terdaftar di BEI sejak tahun 2016-2018.

3. Sample merupakan perusahaan yang mengalami keuntungan berturut- turut dari tahun 2016-2018.

4. Menggunakan mata uang rupiah pada laporan keuangan tahun 2016- 2018.

60 perusahaan dari 176 perusahaan manufaktur yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018 dan penelitian ini dilakukan selama 3 tahun.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diperoleh melalui media perantara

(47)

yaitu internet melalui situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yang di download dari situs www.idx.co.id.

3.5. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini melibatkan 6 variabel yang terdiri atas satu variabel terikat (dependen) dan 5 variabel bebas (independen). Variabel bebas tersebut adalah:

Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan dan Corporate Sosial Responsibility (CSR) sedangkan variabel terikatnya adalah Agresivitas Pajak.

3.5.1. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah penejelasan-penjelasan variabel yang telah dipilih. Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (independent variable)

Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Likuiditas ( 1)

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya saat ditagih. Salah satu cara mengukur likuiditas adalah dengan current rasio. Current rasio merupakan salah satu ratio finansial yang sering digunakan.

Tingkat current rasio dapat ditentukan dengan membandingkan aset lancar dan utang lancar. Variabel current rasio pada penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(48)

b. Leverage ( )

Leverage adalah kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka panjangnya pada saat jatuh tempo. Leverage dan likuiditas sama-sama mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya, namun perbedaaanya pada jangka waktunya. Salah satu cara untuk mengukur leverage adalah debt to equity ratio.

Dalam penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

c. Komisaris Independen ( 3)

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).

Variabel ini diukur dengan menggunakan indicator presentase jumlah komisaris independen dibagi dengan total dewan komisaris yang terdapat di perusahaan (Liu dan Cao, 2007).

Keterangan:

PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen

(49)

d. Ukuraan perusahaan ( 4)

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus:

e. Corporate Social Responsibility (CSR) ( 5

Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi dibidang hukum (Nasir, 2013).

∑ 2. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Agresivitas Pajak. Agresivitas pajak perusahaan dinyatakan dalam Effective Tax Rate (ETR) sesuai dengan rumus yang digunakan Wahyuni (2018) yang dapat dirumuskan dengan :

Keterangan :

ETR : Effective tax rate berdasarkan pelaporan akuntansi keuangan yang berlaku.

Tax Expense : beban pajak penghasilan badan untuk perusahaani pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.

(50)

Pretax Income : pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.

Tabel 3.2.

Defenisi Operaasional dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel Definisi

Operasional Indikator

Skala Penguk

uran Likuiditas

(CR) (X1)

Kemampuan

perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya.

Rasio

Leverage (DER)

(X2)

Kemampuan

perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjangnya.

Rasio

Komisaris Independen

(PDKI) (X3)

komisaris independen

merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, pemegang saham, dan anggota dewan komisaris lainnya.

Rasio

Ukuran Perusahaan

(X4)

Skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva pada akhir tahun.

Rasio

Corporate Social Responsibility

(CSRIj) (X_5)

Kemampuan

perusahaan untuk memanfaatkan modal kerja secara efisiendan efektif sehinnga tidak berlebih ataupun kurang.

Rasio

(51)

Sumber : Penulis, 2019

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan software statistika SPSS. Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan pengujian hipotesis. Pengujin asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji multiklinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis yang digunakan analisis uji t dan uji F.

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji analisis regresi linear berganda, maka idealnya jika model tersebut sebelumnya harus memenuhi uji normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multiolinieritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas.

Agresivitas Pajak (ETR) (Y)

agresivitas pajak perusahaan

merupakan tindakan merekayasa

pendapatan kena

pajak yang

dilakukan

perusahaan melalui tindakan

perencanaan pajak, baik menggunakan cara yang tergolong secara legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion).

Rasio

(52)

3.6.1.1. Uji Normalitas

Tujuan Dari uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati ditribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau kanan.

Uji normalitas pada multivariat sebenarnya sangat kompleks, karena harus dilakukan pada seluruh variabel secara bersama-sama. Namun,uji ini bisa juga dilakukan pada setiap variabel, dengan logika bahwa jika secara individual masing- masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara bersama-sama (multivariat) variabel-variabel tersebut juga bisa dianggap memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2017:42).

3.6.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas ini diperlukan karena untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model.

Kemiripan antar variabel independen dalam satu model akan menyebabkan ternyadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen lainnya.

Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas menurut Lubis et al (2007:32), yaitu :

a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0.1, maka model dapat

Gambar

Tabel 4.1  Statistik Deskriptif  Descriptive Statistics  N  Minimum  Maximum  Mean  Std
Gambar 4.1  Uji Histogram
Gambar  4.2  Uji Normal P-P Plot
Tabel 4.7  Hasil Uji Statistik t

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Jumlah Penduduk, Produk

Adanya perbedaan hasil penelitian dari beberapa peneliti maka penulis mencoba menguji kembali beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan daerah

Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah dana alokasi umum, dan dana bagi hasil berpengaruh signifikan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Promosi, Kepercayaan, dan Kualitas

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance yang terdiri dari komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit dan ukuran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Realisasi Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Realisasi

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Dana Otonomi Khusus dan Dana

Skripsi saya ini berjudu l ”Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman yang Terdaftar di Bursa