• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keefektifan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi garis singgung lingkaran terhadap hasil dan minat belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keefektifan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi garis singgung lingkaran terhadap hasil dan minat belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
356
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Andri Tri Friyanto

131414052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Andri Tri Friyanto

131414052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus dan Bunda

Maria

2. Kedua Orang Tua saya :

Agustinus Supardi dan

Christiana Wartini

3. Kedua Kakak saya : Yosafat

Tatto Iri Yanto dan FX. Dwi

Ariyanto

(6)
(7)
(8)

vii

Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Terhadap Hasil dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2017.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran penemuan terbimbing ditinjau dari hasil dan minat belajar pada materi garis singgung lingkaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar dan minat belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi intrumen tes dan kuisoner minat belajar. Data hasil belajar dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata posttest dari kelas eksperimen dengan menggunakan model penemuan terbimbing dan kelas kontrol dengan menggunakan model konvensional dengan metode ceramah, data minat belajar dianalisis berdasarkan kriteria minat belajar siswa.

Berdasarkan uji Mann Whitney U Test diperoleh Sig (2-tailed) yaitu 0,000 dan kurang dari (0,05) sehingga H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing dengan lembar kerja siswa (LKS) berupa komik efektif jika ditinjau dari hasil belajar. Berdasarkan hasil presentase minat siswa terhadap belajar matematika yang tergolong kriteria “Positif” adalah lebih dari 75%. Dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa kelas eksperimen tinggi dengan tanggapan yang positif. Berarti siswa mengalami peningkatan minat belajar setelah diberikan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing dengan lembar kerja siswa berupa gambar komik. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa model penemuan terbimbing memberikan minat belajar yang baik dari aspek intrinsik, ekstrinsik, dan pemahaman.

(9)

viii

Model On the Material of the Circle Ties to the Results and Students Learning Interest of Class VIII C Pangudi Luhur Wedi Klaten of Junior High School Academic Year 2016/2017. Mathematics Education Thesis, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, 2017.

The purpose of this study is to determine the effectifeness of guided discovery learning model in terms of the results and interest in learning on the material tangent of the circle. Learning guided discovery model using Student Worksheet in the form of comic images as learning media.

This research is a quasi-experimental research. Data needed in this research is data of learning result and interest learn. The research instruments used include test instruments and learning interest questionnaires. Learning result data was analyzed by comparing the mean posttest value of the experimental class by using guided discovery model and control class using conventional model with lecture method, interest learning data was analyzed based on the criterion of student's interest in learning.

Based on the inferential test the Mann Whitney U Test obtained Sig (2-tailed) is 0.000 and less than α (0.05) so that is rejected. So it can be concluded that the average value of posttest experimental class is higher than the control class, or it can be said that the guided discovery learning model with student worksheets in the form of effective comics when viewed from the learning results. Based on the result of the percentage of students' interest in learning mathematics which belongs to "Positive" criteria is more than 75%. It can be concluded that the students' learning interest in high experimental class with positive response. Means that students experience increased interest in learning after being given learning with guided discovery model with student worksheet in the form of comic images. This is reinforced by interviews of some students who reveal that guided discovery models provide a good interest in learning from intrinsic, extrinsic, and understanding aspects.

(10)

ix

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Terhadap Hasil dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten Tahun Ajaran 2016/2017”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, baik dalam penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini

penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan memberikan

motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan

(11)

x

memberikan masukan yang membangun bagi penulis sejak awal menjadi mahasiswa di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bruder Yustinus Wahyu Bintarto FIC, S.Pd. selaku Kepala SMP Pangudi Luhur Wedi

Klaten yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk melakukan penelitian.

6. Ibu C. Retno Prasetyaningsih, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum dan

juga guru matematika kelas VIII SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten yang telah

memberikan kesempatan, motivasi, dan bantuan selama proses penelitian.

7. Para guru dan staf di SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten yang turut membantu

memperlancar penelitian skripsi ini.

8. Siswa-siswi kelas IX A, VIII B dan C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten yang telah

membantu pelaksanaan penelitian.

9. Bapak Agustinus Supardi dan Ibu Christina Wartini selaku orang tua yang selalu

memberikan semangat, motivasi, doa, dan kasih sayang sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10.Untuk kakakku Yosafat Tatto Iriyanto dan FX. Dwi Ariyanto yang telah memberikan

dorongan semangat, fasilitas, perhatian, dan doa selama menyelesaikan skrispi sehingga

penulis dapat menyelesaikannya.

11.Fransiska Aprilia yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat dan bantuan pada

(12)
(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Definisi Istilah ... 9

(14)

xiii

A. Belajar dan Pembelajaran ... 13

B. Minat Belajar ... 19

C. Media Pembelajaran ... 24

D. Kartun Sebagai Media Pembelajaran ... 26

E. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 29

F. Materi Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran ... 32

G. Kerangka Berfikir ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Setting Penelitian ... 45

C. Rancangan Penelitian ... 45

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 47

E. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 65

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 92

C. Analisis Hasil Penelitian ... 97

D. Pembahasan ... 108

E. Keterbatasan Penelitian ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(15)

xiv

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 47

Tabel 3.2 Kisi-kisi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pretest ... 49

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Posttest ... 49

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 51

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 52

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 53

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 53

Tabel 3.9 Kisi-kisi Kuisoner Minat Belajar... 55

Tabel 3.10 Kriteria Minat Belajar Siswa ... 63

Tabel 3.11 Kriteria Minat Belajar Siswa Secara Keseluruhan ... 63

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Pretest ... 71

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien KorelasiUji Validitas Butir Soal Posttest ... 71

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Butir Soal Pretest ... 73

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Butir Soal Posttest ... 73

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Butir Soal Pretest ... 73

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Butir Soal Posttest ... 73

Tabel 4.7 Jadwal Kegiatan Penelitian... 74

Tabel 4.8 Data Pretest Kelas Kontrol ... 92

(16)

xv

Tabel 4.11 Data Posttest Kelas Eksperimen ... 95

Tabel 4.12 Data Kuisoner Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 96

Tabel 4.13 Uji Mann Whitney Tes ... 101

Tabel 4.14 Minat Belajar Siswa Berdasarkan Aspek ... 103

Tabel 4.15 Minat Belajar Setiap Siswa Kelas VIII C ... 103

(17)

xvi

Gambar 2.1 Garis singgung persekutuan dalam ... 33

Gambar 2.2 Garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran ... 35

Gambar 2.3 Garis singgung persekutuan luar ... 36

Gambar 2.4 Garis singgung persekutuan luar dua lingkaran... 39

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir ... 41

(18)

xvii LAMPIRAN A

LAMPIRAN A.1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 119

LAMPIRAN A.2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 138

LAMPIRAN A.3. Lembar Kerja Siswa... 155

LAMPIRAN A.4. KD dan Indikator Soal Pretest ... 178

LAMPIRAN A.5. KD dan Indikator Soal Posttest ... 182

LAMPIRAN A.6. Lembar Soal Pretest... 186

LAMPIRAN A.7. Lembar Soal Posttest ... 188

LAMPIRAN A.8. Lembar Kuisoner Minat Belajar Siswa ... 189

LAMPIRAN B LAMPIRAN B.1. Hasil Belajar Siswa ... 192

LAMPIRAN B.1.a Pretest Kelas Kontrol ... 192

LAMPIRAN B.1.b Posttest Kelas Kontrol ... 198

LAMPIRAN B.1.c Pretest Kelas Eksperimen ... 201

LAMPIRAN B.1.d Posttest Kelas Eksperimen ... 207

LAMPIRAN B.1.e Hasil Diskusi LKS ... 210

LAMPIRAN B.2 Hasil Kuisoner Belajar Siswa ... 277

LAMPIRAN B.3 Validitas Ahli ... 284

(19)

xviii

LAMPIRAN C.3 Lembar Uji Daya Pembeda Pretest dan Posttest ... 322

LAMPIRAN C.4. Lembar Uji Tingkat Kesukaran Pretest dan Posttest ... 329

LAMPIRAN C.5. Lembar Analisi Uji Normalitas Pretest ... 332

LAMPIRAN C.6. Lembar Analisi Uji Normalitas Posttest ... 333

LAMPIRAN C.7. Lembar Analisis Homogenitas Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 334

LAMPIRAN C.8. Lembar Analisis Uji Perbedaan Rata-rata Nilai Pretest dan Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 334

LAMPIRAN C.9. Lembar Analisis Uji Perbedaan Rata-rata Nilai Pretest dan Nilai Posttest Kelas Ekperimen ... 335

LAMPIRAN C.10. Lembar Analisis Uji Perbedaan Rata-Rata Nilai Posttest ... 335

LAMPIRAN C.11. Lembar Analisis Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 336

LAMPIRAN D LAMPIRAN D.1. Surat Keterangan Perijinan Dari BAPPEDA Kabupaten Klaten ... 338

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

luas dari itu, yakni mengalami. Belajar juga bukan suatu tujuan tetapi merupakan

suatu proses untuk mencapai tujuan. Proses dalam mencapai tujuan belajar itu

tidak jauh dari hasil belajarnya. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil

latihan melainkan pengubahan kelakuan, hasil belajar merupakan

langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Menurut William Burton (Sagala

2009:61), proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui

(under going). Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata

pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. Pengalaman

belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri yang mendorong

motivasi dan minat yang kontinu.

Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan.

Hereditas adalah perwarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara

biologis maupun secara sosial. Perwarisan watak yang dimaksud ini adalah

budaya yang terus menerus diberikan dari yang tua ke yang muda untuk

mengikuti proses belajar. Bukti seseorang telah belajar adalah terjadinya

(21)

subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan

unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Jika seseorang telah melakukan perbuatan

belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam satu atau beberapa aspek

tingkah laku tersebut.

Setiap siswa mempunyai tingkah laku dan karakteristik untuk memahami

materi pembelajaran di kelas yang beragam. Pada umumnya, tidak semua siswa

dapat mencapai kemajuan secara maksimal dalam proses belajarnya. Berdasarkan

pengalaman peneliti melakukan observasi di beberapa sekolah. Beberapa siswa

mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar yang dialami siswa salah

satunya dalam memahami pembelajaran adalah sulitnya menangkap maksud

penjelasan materi dari guru. Selain itu, siswa juga dihadapkan pada kesulitan

mengerjakan soal-soal latihan, karena siswa cenderung hanya menghafalkan

rumus. Agar membantu siswa mengatasi kesulitan secara tepat, diperlukan

inovasi baru dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya melakukan

pembelajaran secara model konvensional dengan metode ceramah saja melainkan

menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih

memahami materi dengan baik dan jelas.

Saat ini, di kalangan guru senantiasa berdengung istilah pembelajaran

inovatif. Dikalangan guru, inovatif menjadi sesuatu yang diburu guru untuk

diketahui, dipelajari, dan diterapkan di kelas. Kata inovatif dimaknai sebagai

beberapa gagasan dan teknik yang baru. Jadi, pembelajaran inovatif adalah

(22)

langkah-langkah belajar dengan model baru sehingga memperoleh kemajuan

hasil belajar. Pada mata pelajaran matematika, model pembelajaran yang

digunakan juga akan mempengaruhi cara belajar siswa. Dengan model

pembelajaran yang baru dan dengan cara yang baru, siswa cenderung ingin

mendapatkan hasil belajar yang memuaskan serta mendapatkan ilmu untuk

berfikir kritis, logis, dan sistematis.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup memegang

peranan penting dalam membentuk peserta didik menjadi berkualitas, dan juga

matematika menjadi sarana untuk peserta didik berfikir secara logis dan kritis.

Dalam membentuk peserta didik yang berkualitas tentunya perlu adanya

peningkatan hasil belajar. Selain hasil belajar, minat belajar peserta didik untuk

mengikuti pelajaran matematika di sekolah sangat penting untuk didorong

sehingga peserta didik menjadi senang dengan pelajaran matematika. Hal ini

yang akan menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian mengenai

pembelajaran inovatif yang menggunakan model pembelajaran koopratif/belajar

secara berkelompok. Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif agar

siswa tidak jenuh dengan proses pembelajaran di kelas dan supaya mengetahui

model pembelajaran kooperatif yang digunakan terhadap hasil dan minat belajar

siswa efektif ataupun tidak efektif.

Setelah melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang

kurikulum selaku guru matematika kelas VIII SMP Pangudi Luhur Wedi pada

(23)

menghafalkan rumus tetapi tidak memahami konsep secara mendalam.

Pembelajaran di kelas hanya cenderung seperti biasa dengan motode ceramah

dan tanpa ada inovasi pembelajaran yang membuat siswa tertarik untuk

memahami konsep secara mendalam. Guru hanya menjelaskan konsep materi

berserta contoh soal dan latihan soal dengan metode ceramah, dan terkadang

siswa aktif untuk mengerjakan soal-soal latihan di papan tulis. Setelah siswa

dihadapkan dengan ulangan harian, terkadang siswa cenderung kesulitan

mengerjakan soal karena siswa hanya bisa mengerjakan soal di pertemuan

tersebut. Menurut guru matematika, karena siswa hanya belajar menghafal rumus

tanpa menerapkan konsep materi dengan benar. Mengakibatkan masih rendahnya

hasil belajar matematika, hal ini terlihat dari pencapaian hasil belajar siswa

mencapai 25% belum memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan dari sekolah

yaitu 75.

Berdasarkan obervasi yang dilakukan di kelas, faktor lain yang

mempengaruhi hasil belajar siswa kurang maksimal adalah jam mata pelajaran

matematika terletak pada jam terakhir, sehingga konsentrasi siswa tidak

maksimal lagi dalam hal memahami dan berproses. Ini menjadi faktor kecil

kurangnya hasil belajar yang maksimal. Selain jam mata pelajaran terletak pada

jam terakhir, 75% siswa yang benar-benar memperhatikan dan berproses baik

dalam pelajaran dan 25% terkadang lebih aktif melakukan kegiatannya sendiri

(24)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika, minat siswa

terhadap matematika terlihat kurang karena siswa cenderung minat belajar

matematika atas dasar materi yang pelajari, sehingga jika materi yang susah

membuat minat siswa kurang terhadap matematika. Siswa yang pendiam di kelas

juga cenderung tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, jadi hanya

beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran matematika. Dan jika materi

pembelajaran sangat disukai siswa, maka minat belajar siswa terhadap

matematika sangat tinggi. Terlihat jelas ketika guru memberikan latihan soal di

papan tulis, siswa berebut spidol untuk mengerjakan latihan soal di papan tulis.

Oleh sebab itu, perlu adanya inovasi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran

sehingga materi yang dirasa sulit menjadi menyenangkan dengan adanya

metode-metode pembelajaran yang inovatif.

Wardani (2013) melakukan penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran penemuan terbimbing dan diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil

belajar kelas yang menerapkan model penemuan terbimbing dalam pembelajaran

lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menerapkan pembelajaran

konvensional. Risko (2015) melakukan penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran penemuan terbimbing dan menunjukkan bahwa pemanfaatan

program Geogebra sebagai media bantu dalam pembelajaran yang menggunakan

model penemuan terbimbing memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi terhadap

(25)

Peneliti menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam

penelitian ini. Peneliti memilih model penemuan terbimbing karena model

penemuan terbimbing ini sudah pernah digunakan dalam penelitian dan hasilnya

baik dan berhasil, terlihat dari beberapa penelitian yang menggunakan model

penemuan terbimbing. Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran

penemuan terbimbing.

Penelitian yang digunakan menggunakan model pembelajaran penemuan

terbimbing ini diterapkan pada materi garis singgung lingkaran. Karena

berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika, dari tahun ke tahun siswa

kelas VIII kesulitan pada materi garis singgung lingkaran sehingga membuat

minat belajar siswa terhadap materi garis singgung lingkaran sangat kurang.

Proses kegiatan pembelajaran akan menggunakan model pembelajaran penemuan

terbimbing dengan melibatkan siswa supaya aktif mengikuti pembelajaran.

Dengan model pembelajaran penemuan terbimbing diharapkan siswa dapat

memahami materi dengan jelas dan dapat mengerjakan soal-soal latihan atau

ulangan harian dengan tidak hanya menghafal rumus melainkan menggunakan

konsep yang telah dipelajari. Dengan model pembelajaran penemuan terbimbing

siswa dituntut aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar.

Pada materi garis singgung lingkaran, banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam memahami konsep garis singgung dan menyelesaikan soal-soal

cerita dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penulis ingin menggunakan

(26)

mencapai hasil belajar yang minat belajar yang baik. Pembelajaran matematika

dengan materi garis singgung lingkaran yang dilakukan melibatkan siswa secara

langsung, sehingga pembelajaran yang akan dilakukan menjadi lebih bermakna

bagi siswa. Didalam LKS yang digunakan, peneliti menggunakan komik kartun

untuk membuat siswa tertarik dalam proses pembelajaran dan dengan komik ini

diharapkan siswa menjadi lebih memahami materi pada LKS yang telah

diberikan.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan

didepan, maka penulis melakukan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan

memberikan contoh soal beserta latihan soal.

2. Rendahnya minat belajar sehingga membuat siswa cenderung ramai sendiri

karena model dan metode yang digunakan guru kurang inovatif.

3. Hasil belajar siswa cenderung kurang baik, terlihat dari pencapaian hasil

belajar siswa sebesar 25% masih dibawah nilai KKM.

4. Masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap soal-soal yang

diberikan, karena siswa cenderung hanya menghafal rumus yang sudah

dicatat dalam buku.

5. Siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal, sehingga hasil akhir dari

jawaban kurang tepat, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang masih

(27)

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada efektifitas model pembelajaran penemuan

terbimbing terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi

Luruh Wedi Klaten Tahun Ajaran 2016/2017 semester Gasal. Penelitian ini juga

dibatasi pada kompetensi dasar menghitung panjang garis singgung persekutuan

dua lingkaran dan pada indikator menyebutkan pengertian garis singgung

persekutuan dalam dan luar dua lingkaran serta menghitung panjang ruas garis

singgung persekutuan dalam dan luar dua lingkaran.

D. Rumusan Masalah

Bertitiktolak dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana keefektifan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

minat belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten?

2. Bagaimana keefektifan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

hasil belajar siswa siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

minat belajar siswa siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten.

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

hasil belajar siswa siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten.

(28)

Penelitian ini, dijelaskan beberapa istilah agar penelitian ini mempunyai

makna yang tidak kabur.

1. Belajar

Adalah proses atau usaha yang dilakukan setiap individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,

ketrampilan maupun sikap dan nilai positif sebagai pengalaman untuk

mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari sehingga

menghasilkan proses yang memuaskan.

2. Pembelajaran

Adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan

siswa untuk mengarahkan siswa menjadi lebih baik serta membentuk

perilaku yang positif.

3. Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)

Adalah metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih

kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif

menemukan pengetahuan sendiri.

4. Garis Singgung Persekutuan Dalam dan Luar Dua Lingkaran

a. Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran adalah garis yang

(29)

Dari gambar diatas diketahui bahwa :

• Lingkaran 1 berpusat di titik P dengan jari-jari R • Lingkaran 2 berpusat di titik Q dengan jari-jari r

• Panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah d • Jarak titik pusat kedua lingkaran adalah s

Rumus garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah sebagai

berikut :

Perhatikan segitiga PQS siku-siku di titik S. Dengan menggunakan

teorema phytagoras maka diperoleh :

QS2 = PQ2− SP2

QS = √PQ2− SP2

QS = √s2− R + r 2

Karena QS = AB = d maka rumus garis singgung persekutuan dalam dua

lingkaran adalah

� = √�2− R + r 2

P s Q

S

A

(30)

b. Garis Singgung Persekutuan Luar Dua Lingkaran adalah garis yang

menyinggung di luar dua buah lingkaran sekaligus.

Dari gambar diatas diketahui bahwa :

• Lingkaran 1 berpusat di titik P dengan jari-jari R • Lingkaran 2 berpusat di titik Q dengan jari-jari r

• Panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah d • Jarak titik pusat kedua lingkaran adalah s

Rumus garis singgung persekutuan luar dua lingkaran adalah sebagai

berikut :

Perhatikan segitiga PQS siku-siku di titik S. Dengan menggunakan

teorema phytagoras maka diperoleh :

QS2 = PQ2− SP2

QS = √PQ2− SP2

QS = √�2− R − r 2

P Q

d

s

B

R A

(31)

Karena QS = AB = d maka rumus garis singgung persekutuan dalam dua

lingkaran adalah

� = √�2− R − r 2

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan dalam

menggunakan metode pembelajaran matematika yang inovatif.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa menemukan konsep

materi pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar dan minat belajar

siswa terhadap matematika.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi bekal dan pengalaman penulis dalam

melakukan pembelajaran yang inovatif ketika kelak penulis mejadi seorang

(32)

13 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian. Perubahan sikap dan tingkah laku itu memang dapat

diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Dengan waktu relatif lama itu

disertai usaha orang tersebut sehingga dari yang tidak mampu mengerjakan

sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha, walaupun terjadi

perubahan tingkah laku, itu bukan merupakan belajar (Adimasana: 2013)

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap (Winkel W.S,

1996:53). Surya (2004:32) berpendapat bahwa belajar suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya

dengan lingkungan.

Menurut Gagne (Dahar 1993: 76), belajar adalah sebuah proses perubahan

tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap,

(33)

untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Ernest R. Hilgard dalam (Sumadi

Suryabrata, 1984:252), belajar adalah proses perubahan yang dilakukan dengan

sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari

perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Belajar dikatakan berhasil jika

seseorang mampu mengulai kembali materi yang telah dipelajarinya, sehingga

belajar semacam ini disebut dengan rote learning, belajar hafalan, belajar melalui

ingatan, by heart, di luar kepala, tanpa mempedulikan makna.

Di dalam belajar, terdapat tiga masalah pokok, yaitu :

a. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar.

b. Masalah mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana

yang dilaksanakan.

c. Masalah mengenai hasil belajar.

Dari masalah pokok yang pertama tersebut berkenaan dengan proses belajar

yang sangat berpengaruh kepada masalah pokok ketiga. Dengan demikian

bagaimana peristiwa terjadinya proses belajar akan menentukan hasil belajar

seseorang.

Dari beberapa pokok masalah serta definisi belajar yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses atau

usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

(34)

sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah

dipelajari sehingga menghasilkan proses yang memuaskan.

2. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan belajar dan mengajar,

dimana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang

berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada

pengembangan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa sebagai sasaran

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencangkup berbagai komponen

lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran

Aqib (2013: 66) menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah upaya

secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran

berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi. Arikunto (1993: 12) mengemukakan pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar. Lebih lanjut Arikunto

(1993: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah bantuan pendidikan

kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan,

ketrampilan dan sikap.

Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru

untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehinga siswa lebih

(35)

Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan

kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya

sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Dari beberapa definisi pembelajaran dari para ahli dan teori-teori

pembelajaran, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk

mengarahkan siswa menjadi lebih baik serta membentuk perilaku yang positif.

3. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Matematika menurut Abdurahman (2003: 252) adalah bahasa simbolis yang

fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.

Matematika diperlukan siswa untuk melatih berfikir kritis, logis, analitis, dan

sistematis.

Mengajar matematika merupakan suatu kegiatan pengajar agar peserta

didiknya belajar untuk mendapatkan matematika, yaitu kemampuan, ketrampilan,

dan sikap tentang matematika itu. Mengajar matematika haruslah didasarkan

kepada situasi masalah asalkan situasinya sudah dipahami peserta didik,

konsep-konsepnya diperoleh dari objek-objeknya, peristiwa-peristiwa serta hubungan

operasi dan strateginya telah diketahui dengan baik oleh peserta didik.

Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara

(36)

dan berlangsung dalam kondisi yang menyenangkan. Oleh sebab itu setiap

pengajar harus berkeyakinan bahwa (Munandar, 1999 :111-112) :

a. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyengkan. b. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.

c.Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka di kelas. Mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan guru tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

d.Anak perlu merasa nyaman di kelas, dan dirangsang untuk selalu belajar. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.

e.Anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memajang (display) hasil karya (portofolio) mereka di kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan-bahan di rumah.

f. Guru merupakan narasumber (fasilitator, mediator), bukan polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman dekat dengan guru. Anak bukanlah robot, karena robot kecil tidak akan belajar, dan juga tidak kreatif.

g. Guru memang harus kompeten, tetaopi tidak perlu sempurna.

h.Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka, baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka dan mereka berbagai tanggung jawab untuk mengaturnya.

i. Kerjasama bernilai lebih daripada kompetisi, walau pada akhirnya mereka harus bertanggung jawab secara pribadi.

j. Pengalaman belajar (learning experiences) hendaknya dekat dan berasal dari pengalaman yang diperoleh dari dunia nyata (real word).

Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan (Depdiknas, 2006 :346)

menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan

mengaplikasian konsep matematika secara luwes, akurat, efisien dan tepat

(37)

b. Menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan/masalah.

e. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu :

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum

pertama, pembelajara matematika pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah adalah memberikan penekanan pada penataan latar dan

pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan

pada ketrampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan

sehari-haru maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan

lainnya.

Dari pendapat-pedapat para ahli dan tujuan pembelajaran matematika,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika perlu adanya

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu

menanamkan konsep dan pemikirannya untuk dapat berfikir logis, kritis, dan

(38)

membuat siswa menjadi lebih mudah untuk mencapai tujuan belajar yang

maksimal. Guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk belajar

dengan kemampuan berfikir siswa serta menemukan konsep itu secara mandiri

B. Minat Belajar

Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada

dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin

besar pula minat.

Rast, Harmin dan Simon dalam Mulyati (2005:46)menyatakan bahwa dalam

minat itu terdapat hal-hal pokok diantaranya: adanya perasaan senang dalam diri

yang memberikan perhatian pada objek tertentu, ketertarikan objek tertentu,

aktivitas atas objek tertentu, kecenderungan berusaha lebih aktif, objek atau

aktivitas tersebut dipandang fungsional dalam kehidupan, dan kecenderungan

bersifat mengarahkan dan mempengaruhi tingkahlaku individu.

Minat dapat di ekspresikan dengan pernyataan yang menunjukan perasaan

lebih suka pada suatu hal daripada hal lainnya, minat juga dapat dimanifestasikan

melalui keikutsertaan dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap

subjek tertentu cenderung memberi perhatian lebih pada subjek tersebut

(Slameto, 2010:180). Minat terkadang muncul/timbul karena dipengaruhi oleh

beberapa hal, sehingga rasa suka pada sesuatu kegiatan atau aktivitas dapat

(39)

Minat merupakan hal yang tidak dibawa sejak lahir, melainkan didapat

kemudian. Minat terhadap suatu hal dapat mempengaruhi perlakuan selanjutnya

serta dapat mempengaruhi minat-minat baru. Dapat disimpulkan minat adalah

suatu hasil belajar dan menyongkong belajar selanjutnya. Meskipun minat

merupakan hal yang bukan hakiki dalam belajar, tetapi asumsi umum

menyatakan bahwa minat akan cukup membantu seseorang dalam mempelajari

sesuatu (Slameto, 2010:180). Begitu juga dengan minat siswa terhadap

pembelajaran, siswa cenderung minat dalam proses pembelajaran karena ada

hal-hal yang mendorong minat itu sendiri dan kegiatan yang diminati.

Kegiatan yang diminati seseorang biasanya cenderung diperhatikan

terus-menerus dengan rasa senang. Minat berbeda dengan perhatian. Perhatian

mempunyai sifat sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu

perhatian diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan

perasaan senang dan dari perasaan senang tersebut diperoleh kepuasan.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa minat dapat sebagai ketertarikan siswa dalam pembelajaran sebagai wujud

kemauan untuk melaksanakan suatu kegiatan belajar dengan disertai perasaan

senang, perhatian, aktivitas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta

pembelajaran dirasa menarik oleh siswa itu sendiri.

Menurut Abu Ahmadi dan Supriyono (2013:83) tidak adanya minat

seseorang terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. Karena

(40)

ada minat belajar yang tinggi, akan menimbulkan/mengakibatkan hasil belajar

yang maksimal dan kesulitan belajar itu sendiri akan dirasa minim sekali.

Hasil belajar sangat di pengaruhi dengan minat. Jika siswa tidak mempunyai

perasaan minat terhadap pelajaran yang dipelajari, siswa tersebut tidak akan

belajar dengan sebaik-baiknya. Siswa tersebut tidak mempelajari dengan baik

disebabkan oleh tidak ada daya tarik baginya untuk mempelajari. Siswa tersebut

tidak mendapatkan kepuasan dari apa yang dipelajarinya. Bahan pelajaran yang

menarik minat siswa, dapat lebih mudah dipelajari dan disimpan oleh siswa

tersebut. Karena minat dapat menambah kegiatan belajar dan juga minat belajar

dapat membuat siswa senang dengan apa yang telah atau mau dilaksanakan.

Jika terdapat siswa mempunyai minat yang kurang, dapat diupayakan untuk

meningkatkan minat tersebut dengan cara membuat hal yang dipelajarinya

menjadi semakin menyenangkan. Hal itu dapat diwujudkan dengan cara salah

satunya membuat modul atau ringkasan seperti memo harian sebagai bahan

belajar. Selain itu, metode mengajar guru tidak hanya menggunakan metode

konvensional saja melainkan menggunakan beberapa model pembelajaran yang

inovatif. Sehingga membuat minat siswa menjadi meningkat.

Dari pendapat dan definisi beberapa pandangan diatas, dapat dilihat bahwa

minat merupakan faktor yang sangat berpegaruh terhadap proses pembelajaran.

Belajar berlandaskan minat akan memberikan motivasi tersendiri bagi siswa

(41)

hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang belajar tidak berlandaskan

dengan minat belajar.

A.M. Sardiman (2001:87) mengklasifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi minat yaitu:

a. Minat intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, orang yang senang

membaca,ia sudah rajin mencari buku yang dibacanya kemudian kalau

dilihat dari segi tujuan, kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan

belajar).

b. Minat ekstrinsik, yaitu motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar dengan harapan

mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi

yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin

mendapat nilai yang baik.

Prinsip belajar memeberi gambaran umum tentang belajar, tetapi prinsib ini

tidak dapat dijadikan hokum belajar yang bersifat mutlak. Cara belajar akan

berbeda jika tujuan belajar berbeda. Slameto (2010:27) menyatakan

prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

(42)

b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional

c. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif

d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungan 2) Sesuai hakikat belajar

a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang

satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan

3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya

b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapai

4) Syarat keberhasilan belajar

a. Belajar memerlukan saran yang cukup

b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kaliagar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa

Menurut Sumadi Suryabrata (2006:71) mengungkapkan ada tiga faktor yang

mempengaruhi minat, yaitu :

1. Perasaan yang melatar belakangi dan mendasari aktivitas-aktivitas manusia

2. Keinginan untuk berkembang

3. Kesadaran diri sendiri (kesehatan, psikologi)

Sedangkan Ny. B. Agung Sunarto (2008:196-198) mengungkapkan ketiga

faktor tersebut adalah :

(43)

2. Faktor lingkungan sosial masyarakat, lingkungan kehidupan rumah tangga,

maupun lingkungan teman sebaya,

3. Faktor pandangan hidup merupakan faktor yang terbentuk dari lingkungan

pendirian seseorang dan cita-cita.

Karena minat belajar itu sendiri muncul karena ada faktor-faktor yang

mendukung. Faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur

minat siswa dalam belajar matematika antara lain berupa keinginan dan cita-cita

yang ada dalam diri sendiri, harapan, lingkungan keluarga, motivasi dan

lingkungan pergaulan terutama teman sebaya.

C. Media Pembelajaran

Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan

memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar

yang ada. Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang , melainkan juga

sumber-sumber belajar yang lain. Belajar hanya akan efektif jika si belajar

diberikan banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi-metode

dan multi-media. Melalui berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan

dapat banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang

dimiliki siswa.

Menurut Yusufhadi Miarso (2004) berpendapat bahwa media pembelajaran

(44)

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar.

Jenis media pembelajaran menurut Asep Herry (2007:6-31) menyatakan ada

tiga jenis media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam

kegiatan pembelajaran oleh guru di sekolah, yaitu :

1. Media Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan

indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projekted

visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (nonprojekted visual).

2. Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk audiktif

yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para

siswa untuk mempelajari bahan ajar dan jenisnya.

3. Media Audio Visual adalah kombinasi dari media audio dan media visual atau

media pandang dengar.

Fungsi media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (1998) yaitu :

1. Memotivasi minat dan tindakan, direalisasikan dengan teknik drama atau

hiburan.

2. Menyajikan informasi, digunakan dalam rangka penyajian informasi di

hadapan sekelompok siswa.

3. Memberi intruksi, informasi yang terdapat dalam media harus melibatkan

(45)

D. Kartun Sebagai Media Pembelajaran

Berbagai cara yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar

siswa, diantaranya menggunakan media pembelajaran yang inovatif sehingga

siswa mampu merespon dengan baik dalam proses pembelajaran. Salah satu

media pembelajaran yang digunakan adalah belajar menggunakan

gambar-gambar lucu dan menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran. Tujuan

digunakannya media dalam bentuk gambar adalah membangkitkan semangat dan

minat siswa untuk dapat menerima pelajaran dengan baik. Khususnya di

pelajaran matematika, banyak siswa yang mengeluh dan bosan mengikuti

pelajaran matematika yang hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian

rumus secara instan. Sehingga metode pembelajaran menggunakan kartun dapat

dijadikan alternatif untuk mengurangi kejenuhan siswa dalam proses

pembelajaran.

Kata kartun berasal dari Bahasa Inggris yaitu cartoon, yang diangkat dari

Bahasa Italia yaitu cartone. Kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan

atau kalikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang disalin untuk

mempengaruhi opini masyarakat (Sudjana Nana & Ahmad Rivai, 1990 : 58).

Kartun sebagai alat bantu mempunyai peran penting dalam pembelajaran,

terutama untuk menjelaskan rangkaian isi, bahan dalam suatu urutan logis atau

mengandung makna.

(46)

1. Kartun Sosial adalah contoh kartun yang dalam penggunaannya digunakan

untuk menentang atau menjatuhkan oknum atau golongan yang berbeda

pendapat.

2. Kartun Psikologi adalah kartun yang digunakan untuk menyindir individu

melalui kelemahan-kelemahannya.

3. Kartun Humor adalah kartun yang digunakan untuk menghibur orang lain.

4. Kartun Informasi adalah kartun yang berisi ajakan, himbauan, informasi,

slogan, peringatan, dan perintah

Penggunan kartun dalam pendidikan digunakan sesuai tingkat pendidikan

serta media pembelajaran yang digunakan. Penggunaan kartun sebagai media

pembelajaran adalah untuk meningkatakna minat siswa sesuai dengan sifat

kartun yang efektif dan menarik perhatian siswa. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kartun dapat menjadi sarana dalam pembelajaran guna memotivasi siswa

agar data berfikir efektif dan efisien. Kartun-kartun yang sesuai dalam materi

yang diambil akan menumbuhkan minat, bakat, dan menggali kemampuan siswa

untuk memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh guru.

Supriadi(2008), penggunaan kartun dalam pembelajaran matematika antara

lain :

(47)

2. Kartun digunakan sebagai media abstraksi pada materi penjumlahan dan

pengurangan matematika.

3. Kartun digunakan sebagai media dalam memahami soal cerita.

4. Kartun digunakan sebagai penarik perhatian dalam proses pembelajaran

matematika.

5. Kartun digunakan sebagai pengingat materi yang diberikan pada proses

belajar mengajar.

6. Kartun digunakan sebagai media abstraksi pada permasalahan matematika.

Supriadi(2008), kelebihan kartun dalam media pembelajaran matematika :

1. Kartun dapat menarik perhatian siswa sehingga materi yang diajarkan dapat

tersampaikan dengan bak.

2. Kartun dijadikan abstraksi dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat

memahami materi lebih baik karena imajinasi siswa terpancing saat melihat

kartun yang berisi materi matematika.

3. Kartun memberikan dampak pengiring positif pada siswa berupa ingatan

tentang materi yang diajarkan pada proses pembelajaran.

4. Kartun dapat menghilangkan kejenuhan dalam belajar matematika.

Supriadi(2008), kekurangan/kelemahan kartun dalam media pembelajaran

(48)

1. Perlu adanya pengawasan lebih pada saat terjadi proses pembelajaran

matematika, karena siswa dapat hanya bermain dengan kartun dan tidak

memperlihatka pelajaran.

2. Pemilihan kartun yang sesuai dengan materi sangat menentukan berhasilnya

proses pembelajaran. Hal ini membuat guru membutuhkan waktu yang lebih

lama dalam menyiapkan bahan ajar yang akan diberikan.

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada proses pembelajaran

konvensional.

E. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Model (Meyer, W. J., dalam Trianto, 2010:73) adalah sesuatu yang nyata

dan dikonversi untuk suatu bentuk yang lebih komprehensif. Arends dalam

Trianto (2010:73) menyatakan istilah model pembelajaran mengarah pada suatu

pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan-tujuannya, sintaksnya,

lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Selain itu model pembelajaran

terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode, ketrampilan,

dan aktivitas peserta didik. Sedangkan Soekamto, dkk. (dalam Trianto, 2010 : 74)

mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar

(49)

menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah strategi dalam proses

pembelajaran yang berpola secara sistematis yang berkaitan dengan

metode-metode yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evalusai sehingga

mencapai tujuan belajar sesuai keinginan.

Pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery Learning) adalah proses

mental dimana siswa mampu menyimpulkan sesuatu konsep atau prinsip dengan

arahan dan bimbingan dari guru (Sund dalam Roestiyah 2001:20). Yang

dimaksud dengan konsep adalah misalnya lingkaran, trapesium, segitiga, dll.

Didalam model pembelajaran ini, siswa diarahkan untuk dapat menemukan

sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Siswa diraih untuk

terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan). Mereka tidak hanya sebagai

konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari

pencipta ilmu pengetahuan. Adapun peran guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu

pengetahuan, tetapi guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan

kognitif dan kreativitas siswa. Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator,

fasilitator, dan manajer pembelajaran.

E. Suherman (2003) dalam bukunya mengatakan bahwa model penemuan

terbimbing (discovery learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan arahan/panduan dari guru sehingga

peserta didik dapat menemukan sesuatu hal yang baru bagi dirinya sendiri

meskipun hal tersebut bukan merupakan temuan yang benar-benar baru dalam

(50)

menggunakan discovery learning secara umum dapat digambarkan sebagai

berikut:

Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis

Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan

hasil percobaan atau pengamatan

Kelompok memaparkan hasil percobaan dan mengemukakan konsep yang

ditemukan. Guru membimbing siswa dalam mengkonstruksi konsep

berdasarkan hasil investigasi

Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, memotivasi, dan

memberikan penjelasan singkat

Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik

yang dikaji

Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari

tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku. Guru

membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan

(51)

Jadi peneliti menyimpulkan bahwa model penemuan terbimbing (discovery

learing) adalah kegiatan pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif untuk

menemukan sendiri konsep atau prinsip sehingga guru hanya sebagai motivator,

fasilitator dan manajer pembelajaran. Proses belajar yang dialami siswa

merupakan kegiatan belajar menghimpun indormasi, membandingkan,

mengategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan,

serta membuat kesimpulan sebagai produk dari penemuan-penemuan. Model

penemuan terbimbing yang peneliti terapkan menggunakan lembar kerja siswa

berupa gambar komik sebagai penuntun siswa melukiskan garis singgung

lingkaran persekutuan luar dan persekutuan dalam serta melakukan perhitungan

penjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Kesimpulan dalam penelitian

ini bertujuan untuk menanamkan konsep melukiskan garis singgung persekutuan

luar dan persekutuan dalam serta menghitung panjang garis singgung

persekutuan dua lingkatan secara mendalam kepada siswa dengan menuntun

siswa untuk menyimpulkannya sendiri dari hasil pekerjaan siswa.

F. Materi Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran

Pengertian serta langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan

(dalam dan luar) dua lingkaran, menurut Tampomas (2007) adalah sebagai

berikut:

Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong suatu lingkaran di

(52)

Untuk mengetahui pengertian garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran,

maka perhatikan gambar berikut :

Sebuah garis yang menyinggung dua buah lingkaran dinamakan garis

singgung persekutuan. Dapat dilihat pada gambar 2.1, garis m menyinggung

lingkaran A berjari-jari R di titik P dan lingkaran B berjari-jari r di titik Q. Garis

m dan n dinamakan garis singgung persekutuan. Titik pusat A dan B terletak

terhadap garis m dan juga terhadap garis n pada pihak yang berlainan sehingga

garis m dan n dinamakan garis singgung persekutuan dalam.

Garis singgung PQ dan XY serta sumbu simetri AB berpotongan di titik T.

sehingga di peroleh :

AP ⊥ PQ

BQ ⊥ PQ

AP||BQ

(53)

AX ⊥ XY

BY ⊥ XY

APTX layang-layang, maka PT = XT

TYBQ layang-layang, maka TY = TQ

PQ = PT + TQ ⇔ PQ = XT + TY = XY

Jadi, panjang garis singgung PQ = panjang garis singgung XY atau panjang

kedua garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah sama panjang.

Langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran

adalah sebagai berikut :

Diberikan lingkaran berpusat di A dengan jari-jari R dan lingkaran berpusat

di B dengan jari-jari r yang tidak berpotongan, dengan R > r dan AB = s >

R + r. sehingga dapat dilukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran

itu dengan analisis dan cara berikut.

a. Misalkan garis g adalah sebuah garis singgung persekutuan dalam yang

menyinggung lingkaran berpusat di A dengan jari-jari R di titik P dan

lingkaran berpusat di B dengan jari-jari r di titik Q, maka AP ⊥ g dan BQ ⊥

g.

(54)

b. Tarik dari titik B garis h sejajar PQ yang memotong perpanjangan AP di titik

K, maka terjadilah persegi panjang BQPK dengan PK = BQ = r dan ∠K =

90°.

c. AK = R + r, jika dilukis lingkaran berpusat di A dengan jari-jari R + r,

maka BK merupakan garis singgung di B pada lingkaran berpusat di A

dengan jari-jari R + r.

d. Karena g sejajar BK dan melalui P, maka garis g dapat dilukis.

Gambar dari garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran disajikan sebagai

berikut: pada gambar 2.2, diberikan lingkaran berpusat di A dengan berjari-jari R

dan lingkaran berpusat di B dengan berjari-jari r dan jarak AB = s. Garis

A B

r g

h

R P K r

(55)

singgung persekutuan dalam kedua lingkaran itu PQ dengan PQ = BK = d.

Perhatikan segitia AKB siku-siku di K dengan AK = AP + PK = R + r, BK =

d, dan AB = s. Menurut Teorema Phytagoras diperoleh sebagai berikut :

BK2 = AB2− AK2

d2 = s2− R + r 2

d = √s2− R + r 2

Jadi, panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah

√s2− R + r 2.

Untuk mengetahui pengertian garis singgung persekutuan luar dua lingkaran,

maka perhatikan gambar berikut :

Gambar 2.3 garis singgung persekutuan luar

A B

X P

Q

Y

T m

n R

(56)

Dapat dilihat pada gambar 2.3, garis m menyinggung lingkaran A berjari-jari

R di titik P dan lingkaran B berjari-jari r di titik Q. Garis n menyinggung

lingkaran A berjari-jari R di titik X dan lingkaran B berjari-jari r di titik Y. Garis

m dan n dinamakan garis singgung persekutuan. Titik pusat A dan B terletak

terhadap garis m dan juga terhadap garis n pada pihak yang sama sehingga garis

m dan n dinamakan garis singgung persekutuan luar.

Jika garis singgung PQ dan XY serta sumbu simetri AB, masing-masing

diperpanjang, maka garis-garis ini akan bertemu pada satu titik yaitu titik T.

sehingga di peroleh :

AP ⊥ PQ

BQ ⊥ PQ

X ⊥ XY

BY ⊥ XY

APTX layang-layang, maka PT = XT

TYBQ layang-layang, maka TY = TQ

PT = PQ + QT ⇔ TX = PQ + TY

TX = XY + TY

AP||BQ

AX||BY

(57)

Jadi, panjang garis singgung PQ = panjang garis singgung XY atau panjang

kedua garis singgung persekutuan luar dua lingkaran adalah sama panjang.

Langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan luar dua lingkaran

adalah sebagai berikut :

Diberikan lingkaran berpusat di A dengan jari-jari R dan lingkaran berpusat

di B dengan jari-jari r yang tidak berpotongan, dengan R > r dan AB = s >

R + r. Sehingga dapat dilukis garis singgung persekutuan luar dua lingkaran itu

dengan analisis dan cara berikut.

a. Misalkan garis g adalah sebuah garis singgung persekutuan luar yang

menyinggung lingkaran berpusat di A dengan jari-jari R di titik P dan

lingkaran berpusat di B dengan jari-jari r di titik Q, maka AP ⊥ g dan BQ ⊥

g.

b. Tarik dari titik B garis m sejajar garis g yang memotong perpanjangan AP di

titik K, maka terjadilah persegi panjang BQPK dengan PK = BQ = r dan

∠K = 90°.

c. AK = R − r, jika dilukis lingkaran berpusat di A dengan jari-jari R − r, maka

BK merupakan garis singgung di B pada lingkaran berpusat di A dengan

jari-jari R − r.

(58)

Gambar dari garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran disajikan sebagai

berikut: perhatikan gambar 2.4, diberikan lingkaran berpusat di A dengan

berjari-jari R dan lingkaran berpusat di B dengan berberjari-jari-berjari-jari r dan jarak AB = s. Garis

singgung persekutuan luar kedua lingkaran itu PQ dengan PQ = BK = d.

Perhatikan segitia AKB siku-siku di K dengan AK = AP − KP = R − r, BK =

d, dan AB = s. Menurut Teorema Phytagoras diperoleh sebagai berikut :

BK2 = AB2− AK2

d2 = s2− R − r 2

d = √s2− R − r 2

Gambar 2.4 garis singgung persekutuan luar dua lingkaran

A B

r Q g

R-r

E K

(59)

Jadi, panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah

√s2− R − r 2.

G. Kerangka Berfikir

Setiap siswa mempunyai karakteristik serta kencendurungan untuk

memahami materi pembelajaran di kelas yang beragam. Pada kenyataannya,

tidak semua siswa dapat mencapai kemajuan secara maksimal dalam proses

belajarnya. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar

yang dialami siswa salah satunya dalam memahami pembelajaran adalah sulitnya

menangkap maksud penjelasan materi dari guru. Selain itu, siswa juga

dihadapkan pada kesulitan mengerjakan soal ulangan harian, karena cenderung

siswa hanya menghafalkan rumus dan soal latihan saja dan ketika soal sudah

berbeda kadang-kadang siswa kebingungan dalam mengerjakan soal. Agar

membantu siswa mengatasi kesulitan secara tepat, diperlukan inovasi baru dalam

proses pembelajaran. Sehingga, siswa tidak hanya melakukan pembelajaran

secara konvensional saja melainkan menggunakan metode pembelajaran yang

membuat siswa menjadi lebih memahami materi dengan baik dan jelas.

Proses kegiatan belajar mengajar akan menggunakan model pembelajaran

penemuan terbimbing dengan melibatkan siswa supaya aktif mengikuti

pembelajaran. Dan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing

diharapkan siswa dapat memahami materi dengan jelas dan dapat mengerjakan

(60)

melainkan menggunakan konsep yang telah dipelajari. Karena dengan model

pembelajaran penemuan terbimbing siswa dituntut aktif dan kreatif dalam proses

belajar mengajar.

Untuk mengetahui keberhasilan siswa memahami materi, akan dilakukan

pengujian soal posttest. Soal posttest ini dilakukan setelah proses belajar

menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing, apakah model

pembelajaran penemuan terbimbing efektif untuk mengatasi kesulitan belajar

siswa dalam memahami materi pembelajaran atau tidak. Jika masih ada kesulitan

yang dialami, maka dicari faktor penyebabnya.

Kerangka berfikir dapat digambarkan dalam diagram berikut :

Observasi

Wawancara

Persiapan Soal Pretest Melakukan pembelajaran dengan

model penemuan terbimbing

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan dan mengetahui faktor penyebab kesulitan siswa dalam memecahkan masalah garis singgung lingkaran ditinjau

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Penggunaan alat peraga garis singgung lingkaran dilakukan secara berkelompok dengan melakukan penyelidikan tentang garis singgung

Rich, Barnett. Geometry Schaum’s Easy Outlines.. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya. Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Menjelaskan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan garis singgung lingkaran yang valid dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal Garis Singgung Lingkaran. Berdasarkan hasil analisis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan aplikasi geogebra pada materi garis singgung lingkaran terhadap minat belajar siswa. Penelitian ini

Saya akan lebih fokus pada materi garis singgung persekutuan dalam, luar dan panjang sabuk lilitan minimal lingkaran?. Kira-kira kapan materi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan aplikasi geogebra pada materi garis singgung lingkaran terhadap minat belajar siswa. Penelitian ini