ANALISIS SEMIOTIKA PADA ORNAMEN MASJID JAMIK ISMAILIYAH SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI SARJANA OLEH
130704029
WULANDARI PUTRI KEMAS
DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ANALISIS SEMIOTIKA PADA ORNAMEN MASJID JAMIK ISMAILIYAH SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI SARJANA OLEH
130704029
WULANDARI PUTRI KEMAS
DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
ANALISIS SEMIOTIKA PADA ORNAMEN MASJID JAMIK ISMAILIYAH SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI SARJANA O
L E H
130704029
WULANDARI PUTRI KEMAS
PEMBIMBING
NIP.19620919 199003 1 003 Drs. Bahrum Saleh, M.Ag
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA Dalam bidang Ilmu Bahasa Arab
DEPARTEMEN SASATRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
Disetujui oleh :
DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Ketua Sekretaris
Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum. Drs. BahrumSaleh,M.Ag NIP. 19611216 198703 2 001 NIP. 19620919 199003 1 003
.
PENGESAHAN : Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA BAHASA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada :
Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
NIP. 19600805 198703 1 001 Dr. Budi Agustono, M.S.
No. Nama Tanda
Tangan Panitia Ujian
1. Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum. (...) 2. Drs. Bahrum Saleh, M.Ag. (...) 3. Dr. Khairina Nasution, M.S. (...) 4. Dra. Khairawati, M.A, Ph.D. (...)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juli 2017
Wulandari Putri Kemas 130704029
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.Yang telah mengajarkan manusia menulis dengan kalam dan memberikan petunjuk untuk membedakan kebenaran dan kebathilan.Allah SWT yang telah memberi fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk.Allah SWT pula yang memberi balasan kepada manusia sesuai dengan amalnya di dunia.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari alam yang gelap gulita kealam yang penuh dengan nuansa keimanan dan keislaman. Begitu juga kepada keluarga, para sahabat,para shalihin, dan penerus risalahnya.
Alhamdulillah atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya pula skripsi peneliti dengan judul “Analisis Semiotika Pada Ornamen Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai” telah selesai.Skripsi adalah tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar S.Li pada Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.Alhamdulillah skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Peneliti sadar bahwasanya skripsi ini belum sempurna, terutama dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti.Untuk itu, dengan kerendahan hati, peneliti senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca khususnya para peminat bahasa Arab.
Medan, Juli 2017
130704029
Wulandari Putri Kemas
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan ridha-Nya jualah skripsi ini dapat diwujudkan. Penelitian menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang setulus- tulusnya kepada:
1. Yang terhormat Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Drs, Mauly Purba, M.A, Ph.D. selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Yang terhormat Ibu Dra. Rahlina Muskar, M.Hum. selaku Ketua Departmen Sastra Arab dan Bapak Drs. Bahrum Saleh, M.Ag. selaku sekretaris Departmen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3. Yang terhormat Ibu Dra. Khairawati, M.A. Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberi motivasi kepada peneliti.
4. Yang terhormat Bapak Drs. Bahrum Saleh, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan banyak motivasi, nasehat, bimbingan, dan pengarahan bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.
5. Seluruh Staf Pengajar Departmen Sastra Arab pada khususnya dan Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah mendidik daan menuangkan ilmunya kepada peneliti selama masa perkuliahan.
6. Kepada Kak Fitri selaku Staf Administrasi Departmen Sastra Arab yang sudah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.
7. Kepada Ibu Dra.Khairawati, M.A. Ph.D. dan Ibu Dr. Khairina M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun sehinggaa skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.
8. Kepada Bapak Bukhari, Ust. Ahmad Saidi S.pd dan Abang Muhammad Yatim yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai, dan terima kasih untuk segala penjelasan yang sangat membantu untuk peneliti.
9. Kepada yang tercinta dan tersayang Ayahanda Mashuri Arijo dan Ibunda Kusumawati, yang telah menjadi orang tua terbaik yang pernah saya miliki.
Terima kasih yang tak terhingga atas do’a, semangat dan kasih sayang yang telah Ama dan Mamak berikan. Dengan pengorbanan dan ketulusan yang mendidik dan mendampingi peneliti, serta senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya.
10. Yang tersayang dan tercinta Rima Tamara dan Sheila Meylani. Semoga adik- adikku menjadi anak yang shalehah yang bisa menggapai hal yang sama bahkan lebih, demi kebahagiaan dan kebanggan orang tua, Amiin ya Rabbal
‘alamin.
11. Untuk sahabat-sahabatku Sri Utami, Nur Amalia, Anggun Saputri, Nur Ainun, Muhammad Ilham dan semua Sahabatku di Stambuk 2013, terimakasih karena kalian selalu memberikan semangat dan motivasi. Peneliti tidak akan lupa tentang kebersamaan kita dikala senang maupun susah, kalian sudah peneliti anggap seperti keluarga
12. Untuk Sahabat tersayangku yang telah menemaniku dari kecil hingga saat yang tidak terhingga dr. Munawwarah, dr. Nurzuwita Hasibuan, drg. Selvia Malimah Saum dan Fiqa Okta Fanny A.md. yang telah banyak memberi warna didalam kehidupanku.
13. Untuk adik angkatku tersayang Muhammad Herdiansyah terima kasih sudah membantu dan menemani kakak dikala kakak susah.
14. Kepada Abang-abang, kakak-kakak, adik-adik dan semua kelurga besar IMBA terima kasih karena pernah memberikan warna tersendiri di kampus tercinta ini. Semoga IMBA tetap maju dan jaya.
15. Kepada seluruh pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Kepada semuanya, peneliti berterima kasih semoga bantuannya menjadi amalan yang diridhoi Allah SWT., dn mendapatkan balasan berlipat ganda. Amin ya rabbal ‘alamin
Medan, Juli 2017 Peneliti
UWulandari Putri Kemas 130704029
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... ... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR SINGKATAN... x
DAFTAR GAMBAR... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB... xiv
ABSTRAK... xviii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Tinjauan Pustaka ... 6
2.2.Pengertian Semiotika ... 7
2.2.1. Tanda Menurut Roland Barthes ... 9
2.3.Pengertian ornamen ... 13
2.3.1. Jenis Ornamen ... 17
2.3.1.1. Ornamen Arab ... 17
a. Pola Dasar Bentuk Lingkaran ... 18
b. Pola Dasar Bentuk Segitiga ... 19
c. Pola Dasar Bentuk Persegi Empat ... 19
d. Pola Dasar Bentuk Persegi Enam ... 20
e. Pola Dasar Bentuk Persegi Delapan Atau Segi Banyak ... 20
2.3.1.2.Ornamen Melayu... ... 21
a.Ornamen Motif Bunga Matahari ... 22
b. Ornamen Potong Wajik ... 23
c. Ornamen Motif Lilit Kangkung ... 24
d.Ornamen Motif Semut Beriring ... 24
e.Ornamen Motif Bunga Hutan ... 25
f.Ornamen Motif Bunga Ketola ... 26
g.Genting Tak Putus ... 26
h.Bunga Kundur... ... 27
i.Bunga Melati ... 28
j. Bunga Tampok Manggis ... 29
k.Bunga Cengkih ... 29
l.Bunga Melur ... 30
m.Bunga Cina ... 31
n.Tampuk Pinang ... 31
o.Roda Bunga ... 32
p.Pucuk Rebung ... 33
q.Sulo Lalang ... 34
r.Lebah Bergantung ... 34
s.Itik Sekawan ... 35
t.Terali Biola ... 36
2.3.2.FUNGSI ORNAMEN ... 37
2.3.2.1.Fungsi Murni Estetis ... 37
2.3.2.2.Fungsi Simbolis... 37
2.3.2.3.Fungsi Teknis Konstruktif ... 38
2.4. Pengertian Masjid ... 39
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN... ... 43
3.1. Lokasi Penelitian ... 43
3.2. Waktu Penelitian ... 43
3.3. Metode Penelitian... 44
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.5.Teknik Analisis Data ... 45
3.6.Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... ... 45
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1. Sejarah Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai ... 46
4.2. Deskripsi Bangunan Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai ... 46
4.3. Analisis Semiotika Pada Ornamen Masjid Jamik Ismailiyah ... 48
4.3.1. Analisis Motif Ornamen Masjid Jamik Ismailiyah ... 49
4.3.1.1. Motif Ornamen Arab ... 49
a. Ornamen Arabesque Pola Dasar Persegi Delapan Dengan Motif Geometris... 49
a. Ornamen Arabesque Pola Dasar Persegi Empat Dengan Motif Tumbuh-Tumbuhan ... 50
b. Ornamen Arabesque Pola Dasar Bentuk Segitiga Dengan Motif Tumbuh-Tumbuhan ... 50
4.3.1.2. Motif Ornamen Melayu ... 51
a. Ornamen Melayu “Lebah Bergayut” dengan motif Hewan yang terdapat pada ... 51
b. Ornamen Melayu “Bunga Matahari” dengan motif Floral yang terdapat pada mimbar Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai ... 52
c. Ornamen Melayu “Bunga ros” Dengan Motif Floralis Pada Mimbar Masjid ... 52
d. Ornamen Melayu “Daun pakis” Dengan Motif Floralis ... 53
e. Ornamen Melayu “Roda sula” Pada Atas Pintu dan Jendela Masjid ... 53
f. Ornamen Melayu “Bunga melati” Dengan Motif Floralis Pada Dinding Masjid ... 54
g. Ornamen Melayu “Trali Biola” Pada Mimbar Masjid ... 54
h. Ornamen Melayu “Bunga Teratai” Dengan Motif Floralis Pada Dinding Serambi Masjid ... 55
i. Ornamen Melayu “Kepala Kala” Pada Bagian Mihrab Masjid 55 j. Ornamen Melayu “Tampok Manggis” Dengan Motif Floralis Pada Tiang Serambi ... 56
k. Ornamen Melayu “kerang” Dengan Motif Hewan PadaTiang Serambi Masjid ... 56
l. Ornamen Melayu “bunga Variasi” Dengan Motif Floralis Pada Mimbar Masjid ... 57
m. Ornamen Melayu “Bunga Melur” Dengan Motif Floralis Pada Dinding Masjid ... 57
n. Ornamen Melayu “Bunga Bogan” Dengan Motif Floralis Pada Pagar Luar Masjid ... 58
4.3.2 Analisis Tanda Denotatif dan Konotatif Ornamen Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai ... 58
4.3.2.1. Tanda Denotatif dan Konotatif Ornamen Arab ... 59
4.3.2.2. Tanda Konotatif dan Denotatif Ornamen Melayu ... 62
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 80
5.1. Kesimpulan ... 80
5.2. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN I ... 86
LAMPIRAN II ... 87
LAMPIRAN III ... 90
LAMPIRAN IV ... 92
LAMPIRAN V ... 95
DAFTAR SINGKATAN
1. SK : Surat Keputusan
2. No : Nomor
3. dll : dan lain-lain
4. RI : Republik Indonesia
5. SWT : Subhanahu Wa Ta’ala
6. SAW : Salallahu ‘Alaihi Wa Sallama
7. Q.S : Qur’an Surah
8. USU : Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Ornamen pada Mimbar Masjid Azizi Langkat ... 11
Gambar 2: Contoh Ornamen Motif Geometris Pada Mimbar Masjid ... 14
Gambar 3: Contoh Ornamen Motif Floralis Pada Mimbar Masjid ... 15
Gambar 4: Contoh Ornamen Motif Binatang ... 15
Gambar 5: Contoh Ornamen Motif Manusia ... 16
Gambar 6: Contoh Ornamen Motif Awan ... 16
Gambar 7: Contoh Ornamen Motif Khayali ... 17
Gambar 8: Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Lingkaran ... 18
Gambar 9: Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Segitiga... 19
Gambar 10: Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Persegi Empat ... 19
Gambar 11: Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Persegi Enam ... 20
Gambar 12: Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Persegi Delapan ... 20
Gambar 13: itik pulang petang ... 21
Gambar 14: Ornamen Bunga Matahari... 22
Gambar 15: Ornamen Potong Wajik ... 23
Gambar 16: Ornamen Lilit Kangkung ... 24
Gambar 17: Ornamen Semut Beriring ... 24
Gambar 18: Ornamen Bunga Hutan ... 25
Gambar 19: Ornamen Bunga Ketola ... 26
Gambar 20: Ornamen Genting Tak Putus ... 26
Gambar 21: Ornamen Bunga Kundur ... 27
Gambar 22: Ornamen Bunga Melati ... 28
Gambar 23: Ornamen Bunga Tampok Manggis ... 29
Gambar 24: Ornamen Bunga Cengkih ... 29
Gambar 25: Ornamen Bunga Melur ... 30
Gambar 26: Ornamen Bunga Cina ... 31
Gambar 27: Ornamen Tampuk Pinang ... 31
Gambar 28: Ornamen Roda Bunga ... 32
Gambar 29: Ornamen Pucuk Rebung ... 33
Gambar 30: Ornamen Sulo Lalang ... 34
Gambar 31: Ornamen Lebah Bergantung ... 34
Gambar 32: Ornamen Itik Sekawan ... 35
Gambar 33: Ornamen Trali Biola ... 36
Gambar 34: Vas Berhias, Contoh Ornamen Fungsi Murni Estetis ... 37
Gambar 35: Keris, Contoh Ornamen Fungsi Simbolis ... 38
Gambar 36: Bumbungan Atap, Contoh Ornamen Fungsi Teknis Konstruktif ... 39
Gambar 37: Desain Kubah Masjid di Negara-Negara Arab... ... 40
Gambar 38: Desain Mimbar Masjid di Negara Arab... ... 38
Gambar 39: Beberapa Desain Mihrab Masjid di Negara Arab... ... 42
Gambar 40: Desain Menara Masjid di Negara-Negara Arab... ... 42
Gambar 41: Ornamen Arabesque Dengan Motif Geometris ... 49
Gambar 42 : Ornamen Arabesque dengan motif tumbuh-tumbuhan yang terdapat padadinding mimbar ... 50
Gambar 43: Ornamen Arabesque Dengan Motif Tumbuh-Tumbuhan Pada Dinding Masjid ... 50
Gambar 44: Ornamen Lebah Bergayut Pada Bagian Bawah Atap Masjid dan Gapura.. 51
Gambar 45: Ornamen Bunga Matahari... 52
Gambar 46: Ornamen Bunga Ros ... 52
Gambar 47: Ornamen Daun Pakis ... 53
Gambar 48: Ornamen Roda Sula... 53
Gambar 49: Ornamen Bunga Melati ... 54
Gambar 50: Ornamen Trali Biola ... 54
Gambar 51: Ornamen Bunga Teratai... 55
Gambar 52: Ornamen Kepala Kala ... 55
Gambar 53: Ornamen Tampok Manggis ... 56
Gambar 54: Ornamen Kerang ... 56
Gambar 55: Ornamen Bunga Variasi ... 57
Gambar 56: Ornamen Bunga Melur ... 57
Gambar 57: Ornamen Bunga Bogan ... 58
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab Latin Berdasarkan SKB Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ﺍ
Alif - Tidak dilambangkanﺏ
Ba B Beﺕ
Ta T Teﺙ
Sa ṡ es (dengan titik di atas)ﺝ
Jim J Jeﺡ
Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)ﺥ
Kha Kh Ka dan haﺩ
Dal D Deﺫ
Zal Ż Zet (dengan titik di atas)ﺭ
Ra R Erﺯ
Zai Z Zetﺱ
Sin S Esﺵ
Syin Sy Es dan yeﺹ
Sad ṣ Es (dengan titik di bawah)ﺽ
Dad ḍ de (dengan titik dibawah)ﻁ
Ta ṭ te (dengan titik di bawah)ﻅ
Za ẓ zet (dengan titik di bawah)ﻉ
`ain ‘ Koma terbalik (di atas)ﻍ
Gain G Geﻑ
Fa F Efﻕ
Qaf Q Kiﻙ
Kaf K Kaﻝ
Lam L Elﻡ
Mim M Emﻥ
Nun N Enﻭ
Waw W Weﻩ
Ha H Haء
Hamzah ` Apostrofﻱ
Ya Y YeB. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap Contoh: ﺔﻣﺪﻘﻣ/muqaddimatun /
C. Ta Marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan, maka ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya. Contoh :ﺔﻋ ﺎﻤﺟ ditulis /jama’ah/
2. Bila dihidupkan, maka ditulis l. contoh :ءﺎﻳﺍﻭﻷﺍ ﺔﻣﺍﺮﻛ ditulis /karamatul awliya/.
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, kasrah ditulis I, dan dammah ditulis u.
E. Vokal Panjang
A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū. masing-masing dengan tanda hubung (-) diatasnya.
F. Vokal Rangkap
Fathah + yatampa dua titik yang dimatikan ditulis ay, dan fathah + waw mati ditulis aw.
G. Vokal-Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisah dengan apostrof (‘).Contoh :ﻢﺘﻧﺁﺁ ditulis /a’antum/.
H. Kata Sandang Alif dan Lam
a. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al. contoh :ﻥﺁﺮﻘﻟﺍ ditulis /Al-Qur’an/.
b. Bila dikuti huruf syamsiah, maka huruf lam diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya. Contoh :ءﺎﺴﻨﻟﺍ ditulis /an-Nisa/
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD
J. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat a. ditulis kata perkata, atau
b. ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut. Contoh :ﻡﻼﺳﻹﺍ ﺦﻴﺷditulis /Syaikh al-islam/ atau /syaikhul-islam/
ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ
ﺱﺎﻤﻴﻛ ﻯﺮﺘﻓ ﻯﺭﺍﺩ ﻦﻟﻭﻭ ۲۰۱۷
ﻎﻧﺍﺩﺮﻴﺳ ﺔّﻴﻠﻴﻋﺎﻤﺳﺍ ﻊﻣﺎﺟ ﺪﺠﺴﻣ ﺔﻓﺮﺧﺯ ﻰﻠﻋ ّﻱﺰﻣﺭ ﻥﺃ ﻞﻴﻠﺤّﺘﻟﺍ
ﺔﻓﺮﺧﺯ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻳ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺬﻫ .ﺔّﻴﻟﺎﻤّﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺠﺑ ﺔﻓﺎﻘّﺜﻟﺍ ﻢﻠﻋﺔﻴّﻠﻛ ﺔّﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﺴﻗ .ﻰݢﺍﺪﺑ " ﺲﻴﻁﺭﺎﺑﺪﻧﻻﻭﺭ" ّﻱﺰﻣﺭ ﻥﺃ ﺔّﻳﺮﻈﻧ ﻝﺎﻤﻌﺘﺳﺈﺑ ّﻱﺰﻣﺭ ﻥﺃ ﺞﻬﻧ ﻝﻼﺧ ﻦﻣ ﺔّﻴﻠﻴﻋﺎﻤﺳﺍ ﻊﻣﺎﺟ ﺪﺠﺴﻣ ۱۹٦۸ ) ﺔﻛ ﺮﺣ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺍﺪﻫﻷﺍ . ّﻲﻔﺻﻮﻟﺍ ﺞﻬﻨﻣ ﻝﺎﻤﻌﺘﺳﺈﺑ ﻝﺬﻣ ﺙﻮﺤﺑ ﺚﺤﺒﻟﺍﺬﻫ.(
ﺞﺋﺎﺘّﻨﻟﺍ. ّﻲﺋﺎﻴﻤﻴّﺴﻟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻰﻓ ﺓﺩﺭﺍﻮﻟﺍ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ .ﻰݢﺍﺪﺑ ﻎﻧﺍﺩﺮﻴﺳ ﺔّﻴﻠﻴﻋﺎﻤﺳﺇ ﻊﻣﺎﺟ ﺪﺠﺴﻤﻟﺍ ﻰﻓ ﺔﻓﺮﺧّﺰﻟﺍ .ﻰݢﺍﺪﺑ ﻎﻧﺍﺩﺮﻴﺳ ﺔّﻴﻠﻴﻋﺎﻤﺳﺍ ﻊﻣﺎﺟ ﺪﺠﺴﻣ ﻰﻓ ﺔﻓﺮﺧّﺰﻟﺍ ﻦﻣ ﻦﻴﻋﻮﻧ ﺓﺩﻮﺟﻮﻣ ّﻥﺍ ﻰﻠﻋ ّﻝﺪﻳ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ
ﺍﻮﻳﻼﻴﻣ ﺔﻓﺮﺧﺯﻭ ﺔّﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻓﺮﺧﺯ ﻲﻫﻭ ﺔﻔﺻ , ّﻲﺳﺪﻨﻫ ﺔﻔﺻ :ﻲﻫﻭ ﺔﻓﺮﺧﺯ ﺕﺎﻔﺼﻋﺍﻮﻧﺍ ﺔﺛﻼﺛ ,
ﻥﺍﻮﻴﺣ ﺔﻔﺻ , ﺲﻴﻟﺍﺭﻮﻠﻓ
ABSTRAK
Wulandari Putri Kemas. 2017. Analisis Semiotika Pada Ornamen Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai.Departemen Bahasa Arab
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Penelitian ini
membahas tentang ornamen pada Masjid Jamik Ismailiyah melalui
pendekatan semiotika dengan menggunakan teori semiotika oleh Roland
Barthes (1968).Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang
menggunakan metode deskriptif.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui motif ornamen yang terdapat pada Masjid Jamik Ismailiyah
Serdang Bedagai dan untuk mengetahui makna yang terkandung pada
ornamen tersebut dalam ilmu semiotika.Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat 2 jenis ornamen pada Masjid Jamik Ismailiyah Serdang
Bedagai yaitu Ornamen Arab dan Ornamen Melayu. Terdapat juga 3
macam motif ornamen yaitu motif geometris, motif floralis dan motif
hewan.
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Bangsa Indonesia sangat kaya dengan peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala yang sekarang disebut cagar budaya, diantaranya berupa masjid-masjid kuno. Arsitektur masjid di Indonesia meskipun sederhana, tetapi memiliki ciri khas lokal yang terlihat pada komponen-komponen bangunannya (Anom,1999 : 13).
Masjid dibangun untuk memenuhi keperluan ibadah Islam, fungsi dan perannya ditentukan oleh lingkungan, tempat dan jaman di mana masjid didirikan (Sumalyo,2006 : 1).
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Banyak diantara masjid-masjid itu yang telah berumur ratusan tahun, bernilai sejarah bahkan memiliki ciri-ciri kegunaan yang merupakan kesinambungan dengan masa-masa sebelum pengaruh islam masuk ke indonesia.
Masjid-masjid ini merupakan satu peninggalan budaya pengaruh islam yang memiliki berbagai bentuk yang menarik untuk diketahui. Dalam perjalanan sejarahnya, bentuk-bentuk masjid di indonesia beraneka ragam, ada yang bercirikan pengaruh lokal setempat dan ada pula pengaruh asing. Yang jelas, dari bentuk bangunan masjid tidak bertolak belakang dengan tujuan dan fungsinya (Anom,1999 : 1).
Masjid yang terdapat di sumatera utara sangat banyak, tetapi ada beberapa masjid yang terkenal karena masjid – masjid ini termasuk masjid kuno yang termasuk kedalam bangunan cagar budaya di sumatera utara. Terdapat enam Masjid kuno disumatera utara antara lain, Masjid Raya Al-Ma’sun di Medan, Masjid Al-Osmani di
labuhan belawan, Masjid Azizi di Langkat, Masjid As-Syakirin di Delitua, Masjid Bandar Khalifah di Deli Serdang dan Masjid Jamik Ismailiyah di Deli Serdang (Anom, 1999:26)
Pada masjid Jamik Ismailiyah banyak sekali terdapat ornamen-ornamen yang sangat indah dan memiliki ciri khas budaya tertentu, misalnya pada bagian gapura masjid terdapat ornamen-ornamen lebah bergayut yang merupakan salah satu ornamen budaya melayu.
Bentuk- bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamanya adalah untuk memperindah benda produk atau barang yang dihiasi.Kehadiran ornamen tidak semata sebagai pengisi bagian kosong dan tanpa arti, lebih-lebih karya-karya ornamen masa lalu. Bermacam-macam bentuk ornamen sesungguhnya memiliki beberapa fungsi , yakni :
1. Fungsi murni estetis, 2. Fungsi simbolis,
3. Fungsi teknis konstruktif
Fungsi murni estetis, merupakan fungsi ornamen untuk memperindah penampilan bentuk produk yang dihiasi sehingga menjadi sebuah karya seni.Contohnya pada kriya kulit dan kayu yang banyak menekankan nilai estetisnya pada ornamen-ornamen yang diterapkannya.
Fungsi simbolis, pada umumnya dijumpai pada produk-produk benda upacara atau benda-benda pusaka dan bersifat keagamaan atau kepercayaan, menyertai nilai estetisnya. Ornamen yang menggunakan motif kala, biawak, naga, burung atau garuda misalnya, pada gerbang Kemagangan di kompleks keraton yogyakarta, misalnya, terdapat motif hias berbentuk dua ekor naga yang saling berbelitan bagian ekornya.
Ornamen tersebut selain sebagai tanda titimangsa berdirinya keraton, juga merupakan simbol bersatunya raja dengan rakyat.
Fungsi teknis konstruktif, yang secara struktural berarti ornamen dapat digunakan sebagai penyangga, menopang, menghubungkan atau memperkokoh konstruksi.
(http://misbahazzahra74.blogspot.co.id/2014/09/normal-0-false-false-false-in-x-none- ar_24.html?m=1 ) diakses 22 februari 2017
ornamen adalah sebuah karya seni yang bisa menyampaikan pesan secara simbolis dan juga bisa menjadi sebuah bukti warisan kebudayaan. Ornamen pada Masjid Jamik Ismailiyah yang akan dibahas didalam penelitian ini banyak sekali mengandung arti dan makna simbolis. Jadi peneliti akan mengkaji ornamen-ornamen yang ada pada Masjid ini menggunakan ilmu semiotika, karna ilmu semiotika sendiri adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda. Berdasarkan pengamatan peneliti, didapati kurang-lebih 15 jenis ornamen pada Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai.
Ilmu Semiotika yaitu cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda ( Zoest, 1993 : 1 ) ilmu semiotika ini akan digunakan peneliti untuk meneliti ornamen pada Masjid Jamik Ismailiyah desa tanjungberingin Deliserdang, yang merupakan sebuah penelitian lapangan pada salah satu masjid bersejarah di kota Sumatera Utara.
Ilmu Semiotika itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Jadi kita dapat mempelajari dan mengartikan ornamen-ornamen dari tanda-tanda yang ia miliki, seperti makna simbolis yang mengandung unsur kebudayaan.
Berikut akan dijelaskan alasan peneliti judul “Analisis Semiotika pada Ornamen Masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin kecamatan Serdang Bedagai” adalah karena :
1. Masjid adalah salah satu peninggalan perdaban Islam yang ada di Indonesia, masjid juga memiliki gaya arsitektur yang sangat khas, perpaduan arsitektur masjid juga dapat di lihat pada beberapa bagian masjid, misalnya pada ukiran ornamen, mimbar, dinding, dan bangunan masjid itu sendiri. ornamen dan arsitektur masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, banyak sekali yang di pengaruhi oleh unsur budaya, selain itu masjid Jamik Ismailiyah yang berada di desa Tanjung Beringin ini, merupakan salah satu masjid kuno yang ada di Sumatera Utara.
2. Peneliti menggunakan ilmu semiotika untuk mengkaji ornamen pada Masjid Jamik Ismailiyah. Ilmu Semiotika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Linguistik, yang mana Ilmu Linguistik merupakan salah satu ilmu yang dipelajari didalam jurusan Departmen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3. Pemilihan teori Barthes juga kemudian akan digunakan dalam penelitian ini karena teori tersebut tidak hanya sekedar membahas arti sebuah benda secara tanda, penanda dan petanda, namun juga membahas makna sebuah tanda dalam aspek konotasi yaitu melihat pemaknaan dari nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat.
1.5.Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tetap pada pokok permasalahannya sehingga dapat mencapai tujuannya, maka masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja motif ornamen pada Masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin kabupaten Serdang Bedagai ?
2. Apa makna semiotika yang terkandung pada ornamen Masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin kabupaten Serdang Bedagai ?
1.6.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui motif ornamen yang terdapat pada Masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin kabupaten Serdang Bedagai.
2. Untuk mengetahui makna semiotika yang terkandung pada ornamen Masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin kabupaten Serdang Bedagai.
1.7.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman keilmuan di bidang semiotika (linguistik) tentang ornamen Masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin kabupaten Serdang Bedagai. Mengetahui jenis-jenis dan makna-makna ornamen yang terdapat pada Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai.
2. Secara praktis
• Untuk masyarakat: dengan adanya penelitian ini, masyarakat akan mengetahui makna ornamen yang terdapat pada Masjid Jamik Ismailiyah desa Tanjung Beringin kabupaten Serdang Bedagai.
• Untuk pemerintah: kepada pemerintah agar dapat lebih memperhatikan dan juga melestarikan peninggalan bersejarah ini.
• Untuk mahasiswa: Menambah pembendaharaan karya ilmiah di Fakultas Ilmu Budaya pada umumnya dan program studi bahasa arab pada khususnya, serta bermanfaat untuk menjadi bahan rujukan (refrence) bagi mahasiswa ataupun masyarakat yang memerlukannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai Makna Semiotika beberapa kali telah dilakukan sebelumya.
Beberapa diantaranya dengan judul :
1. Analisis Semiotika Pada Ornamen Bangunan Masjid Raya An-Nur Pekanbaru oleh Annisa Rizda Anfa, mahasiswi program S1 Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Hasil dari penelitian adalah terdapat 40 jenis ornamen pada Masjid Raya An-Nur Pekanbaru, perbedaan penelitian (skripsi) tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah karena penelitian ini menggunakan teori yang sangat berbeda, karena Annisa Rizda Anfa menggunakan teori semiotik Marcel Danesi, yaitu teritorialitas (territoriality), perpanjangan diri (extension of self), dan konotasi sosial (codded connotation). Sedangkan penelitian ini akan menggunakan teori Roland Barthes yang mengemukakan tentang “ order of signication “, yang mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).
2. Analisis Semiotika pada Ornamen Masjid Raya Al-Ma’shun Medan oleh Nazwa Mustika, mahasiswi program S1 Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 64 ornamen pada Masjid Raya Al-Ma’shun Medan. Tanda- tanda semiotika yang ditemukan pada ornamen Masjid Raya Al-Ma’shun Medan melingkup i tanda ikon, indeks dan simbol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan 32 bentuk ornamen yang termasuk ikon, 32 ornamen yang termasuk indeks dan 32 ornamen yang termasuk simbol. Peneliti skripsi ini menggunakan teori Semiotik Pierce, yaitu menggunakan trikotomi, yang ketiga anggota trikotomi ini adalah ikon (firstness), indeks (secondness), dan
simbol (thirdness). Demikian, nanti hasil penelitian ini juga akan berbeda dengan hasil penelitian diatas, karena peneliti menggunakan teori semiotik oleh Roland Barthes.
3. Kemudian Analisis Semiotika pada Ornamen Masjid Azizi Langkat oleh Nursyazwani Mahfuzah Yusuf. 2015., Mahasiswi program S1 Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 3 jenis ornamen Melayu dan ornamen Cina. Terdapat juga 3 macam bentuk ornamen yaitu bentuk ornamen floralis, ornamen geometris dan ornamen kosmos. Peneliti skrippsi ini menggunakan teori Barthes. hasil penelitian ini juga akan berbeda dengan hasil penelitian diatas, karena memiliki objek yang berbeda.
2.5.Pengertian Semiotika
Menurut Sobur( 2004 ) secara etimologis, semiotika berasal dari istilah Yunani
“semion” yang berarti “tanda”. Tanda sendiri didefenisikan sebagai sebuah konvensi sosial atas dasar dimasukkan sebelumya, dapat dianggap memiliki sesuatu yang lain.
Ferdinand de Saussure dalam Sobur 2004 semiotika adalah ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Saussure menjelaskan tanda sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari dua bidang, seperti halnya selembar kertas , bidang penanda ( signifer ) untuk menjelaskan bentuk atau ekspresi, dan bidang pertanda ( signified ) untuk menjelaskan konsep dan makna.
Defenisi Semiotika menurut seorang pakar Ilmu Semiotika, Ferdinand de Saussare dalam kitab ‘ilmu Ad – dilalah (Mukhtar Umar: 1998) yaitu adalah sebagai berikut:
ﺔﻳﻮﻐﻟﺍ ﺮﻴﻏﻭ ﺔﻳﻮﻐﻠﻟﺍ ﺯﻮﻣﺮﻠﻟ ﺔﻴﻤﻠﻌﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺪﻟﺍ ﻮﻫ ﺯﻮﻣﺮﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻥﺃ ﺔﻳﻮﻐﻠﻟﺍ ﺕﺎﺣﺎﻄﺼﻤﻟﺍ ﻢﺟﺎﻌﻣ ﺮﻛﺬﺗ ﻢﻠﻋ ﺪﻌﻳﻭ ﺔﻣﺎﻋ ﺔﻔﺼﺑ ﺯﻮﻣﺮﻟﺍ ﺱﺭﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻪﻧﺄﺑ ﺮﻴﺳﻮﺳ ﻱﺩ ﻪﻓﺮﻌﻳﻭ . ﻝ ﺎﺻﺍ ﺕﺍﻭﺩﺃ ﺎﻫﺭﺎﺒﺘﻋﺎﺑ, .ﻪﻋﻭﺮﻓ ﺪﺣﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ
/Taẕkuru mu’ājimu al-muṢṭalaḥāti al-lughawiyyati anna ’ilma ar-rumūzi huwa ad- dirāsatu al-‘ilmiyyati lir-rumūzi al-lughawiyyati wa ghairu al-lughawiyyati, bii‘tibārihā ‘adawātu li‘ittaṢāla. Wa ya’rifuhu dī sūsīr (De Saussure) bi annahu al-
‘ilma al-laẕī yadrusu ar-rumūza biṢafatin ‘āmmatin, wa ya’uddu ‘ilma al-lughati ahadu furū’ihi /
“Disebutkan kamus linguistik, bahwa ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda bahasa dan selain bahasa (non bahasa) sebagai alat komunikasi.De Saussare memberikan pengertian bahwa ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol secara umum dan merupakan salah satu cabang ilmu linguistik”.
Semiotika sendiri bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan.Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan.Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda (Kriyantono, 2007 : 261).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(1989 : 907), pengertian ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang lambang dan tanda, contohnya : dalam bahasa lalu lintas, kode morse, dan sebagainya. Sedangkan pengertian ilmu semiologi adalah ilmu tentang semiotik.
2.2.1. Tanda Menurut Roland Barthes
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989 : 907) semilogi berarti semiotika.
Semiologi merupakan nama lain dari semiotika dan memiliki arti yang sama. Menurut Barthes semiologi mempresentasikan rangkaian bidang kajian yang sangat luas, mulai dari seni, sastra, antropologi dan sebagainya. Secara sederhana semiologi bisa didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda dan makna dalam bahasa, seni, media massa, musik dan setiap usaha manusia yang dapat direproduksi atau direpresentasikan untuk seseorang atau audien
Semiologi pertama kali diperkenalkan oleh bapak linguistik modern yaitu Ferdinand de Saussure dalam bukunya Course de linguistique generale.Salah satu tokoh penting dalam semiologi adalah Roland Barthes.Barthes beranggapan bahwa semiotika termasuk dalam bidang linguistik.
Konsep pemikiran Barthes yang operasional ini dikenal dengan Tatanan Pertandaan (Order of Signification). Secara sederhana, kajian semiotik Barthes bisa dijabarkan sebagai berikut :
1. Tingkatan pertama adalah denotasi, yaitu relasi antara penanda dan petanda dalam sebuah tanda, serta tanda dengan acuannya, ini menunjuk pada common- sense atau makna tanda yang nyata (tanda yang tampak nyata, bukan makna yang terkandung dalam tanda).
- Penanda yaitu suatu tanda yang menjelaskan ‘bentuk’ atau ekspresi. Dalam hal ini dijelaskan “penanda” merupakan “pemberi makna”. Penanda juga merupakan aspek material dari suatu bahasan: apa yang dilihat, dikatakan atau didengar (Sobur, 2004: 31&46). Contohnya: Lampu Lalu Lintas di sisi jalan. Seiring perkembangan teknologi, lampu lalu lintas yang awalnya berbentuk huruf T dengan warna merah, kuning, dan hijau, kini lampu lalu lintas memiliki banyak variasi, misalnya lampu lalu lintas digital dengan
penghitung mundur otomatis yang sering kita temui saat ini,hingga adanya penambahan kamera yang berguna untuk mengurangi pelanggaran aturan lampu lalu lintas, dan lain sebagainya.
- Petanda yaitu suatu tanda yang menjelaskan ‘konsep’ atau ‘makna’. Dalam hal lain juga dijelaskan “petanda” merupakan “yang dimaknakan”. Petanda juga merupakan aspek mental dari suatu bahasan: gambaran mental, pikiran atau konsep ( 2004: 31&46). Contohnya: Lampu lalu lintas di sisi jalan yang kita ketahui sebagai alat pembantu tertibnya berlalu lintas yang memiliki kode-kode di dalamnya. Lampu lalu lintas sudah banyak mengalami perubahan karena semakin majunya teknologi, namun perubahan tersebut tidak pernah meninggalkan wujud aslinya yaitu sebuah lampu yang dibuat di bagian atas sebuah tiang dan terdiri dari tiga warna, yaitu merah, kuning dan hijau. Lampu-lampu ini selalu dibuat berdampingan, baik itu dibuat secara vertikal maupun horizontal (Yusuf, 2015: 15).
2. Tingkatan kedua adalah konotasi, mitos, dan simbol. Konotasi merupakan makna-makna kultural yang muncul atau bisa juga disebut makna yang muncul karena adanya konstruksi budaya sehingga ada sebuah pergeseran, tetapi tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut. Barthes (1968) mengungkapkan bahwa konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Mitos merupakan suatu pesan yang didalamnya ideologi berada. Simbol adalah suatu tanda atau gambar yang mengingatkan kita kepada penyerupaan benda yang kompleks yang diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus (Yusuf, 2015: 15).
Tingkat signifikasi yang terakhir diatas dapat menjelaskan bagaimana mitos- mitos dan ideologi beroperasi dalam teks melalui tanda-tanda. Yang mana mitos adalah suatu pesan yang didalamnya sebuah ideologi berada. Mitos-mitos tersebut
menjalankan fungsi naturalisasi, yakni untuk membuat nilai-nilai yang bersifat historis dan kultural, sikap dan kepercayaan menjadi tampak “alamiah”, “normal”, “common sense” dan karenanya “benar”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan semiologi Barthes terarah secara khusus pada apa yang disebut “mitos” ini. (Barthes, 1968: 9-14).
Pemahaman makna akan tanda menimbulkan pengkajian berdasarkan kepentingan masing-masing. Terutama dalam pengkajian tanda yang diterapkan pada bidang desain yang dapat dianalogikan dengan bahasa visual. Untuk gambar teknis, informasi ataupun aspek-aspek yang berkaitan denagn produksi, cenderung digunakan tanda-tanda visual yang bersifat denotatif, sehingga tidak terjadi pembiasan makna.
Sedangkan untuk hal-hal yang bermuatan ekspresi, seperti bentuk, citra, motif, ornamen ataupun hal-hal yang bersentuhan dengan aspek kemanusiaan, cenderung diterapkan tanda-tanda konotatif. (Sachari, 2005: 71, dalam Yusuf, 2015: 16).
Teori semiologi oleh Roland Barthes (1968) sering kali digunakan untuk menganalisa ornamen-ornamen yang mengandung kebudayaan sebuah masyarakat, berikut peneliti cantumkan contoh penggunaan teori tersebut pada ornamen Masjid Azizi Tanjung Pura oleh Yusuf (2015) :
Gambar 1: Ornamen pada Mimbar Masjid Azizi Langkat (Sumber: Yusuf, 2015)
Ornamen di atas merupakan salah satu contoh ornamen yang terdapat pada mimbar di dalam ruang utama Masjid Azizi Langkat.
Ornamen ini merupakan sebuah ornamen dari kebudayaan melayu, yang memiiki bentuk dasar dengan motif hiasan berbentuk dedaunan yang bersulur dan tidak putus-putus dan terdapat bentuk satwa berupa burung ataupun ikan pada motif aslinya, namun karena ornament ini terletak di dalam masjid, sehingga dilarang menggunakan ukiran ataupun lukisan dengan bentuk satwa maupun manusia, sehingga pada ornament ini bentuk satwa digantikan dengan kaligrafi Arab yang indah dengan dasar bentuk bulat sempurna yang bersambung dengan dedaunan bersulur. Kaligrafi Arab tersebut bertuliskan nama Sultan Abdul Azizi Abdul Jalil Rahmad Syah.
Ornamen “genting tak putus” ini mempunyai makna bahwa sesusah- susahnya keadaan manusia, tidak akan sampai habis sama sekali. Kemudian, ornamen seperti ini biasanya diberi pewarnaan seperti halnya istana ataupun pewarnaan bernafaskan Islam, seperti hijau, kuning keemasan.
Adapun aplikasi teori Barthes terhadap ornamen yang terdapat pada Masjid Azizi Langkat adalah: Secara denotatif ornamen ini adalah gambaran dedaunan bersulur, yaitu sejenis dedaunan yang merambat, misalnya daun labu-labuan.
Gambaran dedaunan bersulur tersebut digambarkan dengan titik putus-putus.
Selanjutnya, secara konotatif diyakini oleh masyarakat melayu bahwa ornamen seperti itu memiliki makna bahwa keadaan manusia dalam kehidupan akan selalu berganti, tidak selalu menghadapi kesusahan berkepanjangan dan juga tidak akan selalu menghadapi kesenangan yang terus menerus. Semua itu akan dating silih berganti. (Yusuf, 2015)
2.6. Pengertian ornamen
Ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasi.
Menurut Gustami( 1978 ), ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan (Sunaryo, 2009 : 3). pembahasan tentang ornamen tidak terlepas dari pola dan motif karena pola dan motif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ornamen. motif memiliki arti pola atau corak Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989 : 666)
Dalam ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa motiflah yang menjadi pangkal tema dari suatu buah kesenian.Sejalan dari pendapat di atas kalau digambarkan, apabila ada garis lengkung (hanya sebagai contoh) maka garis tersebut disebut sebagai motif, yaitu motif garis lengkung, kalau garis lengkung tadi diulang.Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu perwujudan bentuk artinya sebagai pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari bentuk/motif yang dikehendaki, sehingga hasil karya sesuai dengan ide yang diungkapkan.
Adapun macam-macam motif yang membentuk pola sehingga menjadi ornamen menurut (Al-Faruqi, 1998: 419) antara lain sebagai berikut :
a. Motif Geometris
Disebut motif geometris karena motif ini mengacu pada bentuk ilmu ukur seperti: garis lurus, garis lengkung, lingkaran, segi tiga, segi empat dsb.
Motif Geometris
Gambar 2: Contoh Ornamen Motif Geometris Pada Mimbar Masjid (Sumber: Dok. Pribadi, 10/03/2017 )
b. Motif Tumbuh-Tumbuhan.
. Motif tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya.
Motif Tumbuhan
Gambar 3: Contoh Ornamen Motif Floralis Pada Mimbar Masjid (Sumber: Dok. Pribadi, 10/03/2017)
c.Motif Binatang
Dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah dll.
Motif Binatang
Gambar 4: Contoh Ornamen Motif Binatang (Sumber: Google Picture, Diakses 26/04/2017)
d. Motif Manusia.
Dikatakan motif manusia karena dalam pembuatan ragam hiasnya mengacu pada figure manusia.
Motif Manusia
Gambar 5: Contoh Ornamen Motif Manusia (Sumber: Google Picture, Diakses 26/04/2017)
e. Motif Kosmos
Dikatakan motif kosmos atau alam memang dalam pembuatannya mengacu pada bentuk-bentuk alam, seperti : awan, cadas, air, batu, gunung, dsb.
Motif Awan
Gambar 6: Contoh Ornamen Motif Awan (Sumber: Google Picture, Diakses 26/04/2017)
f. Motif Kreasi/ Khayalan
Bentuk ragam hias khayali adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atas persepsinya, motif mengambil sumber ide diluar dunia nyata. Contoh motif ini
adalah : motif kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya.
Motif Khayali
Gambar 7: Contoh Ornamen Motif Khayali (Sumber: Google Picture, Diakses 26/04/2017)
2.6.1. Jenis Ornamen
Seni Islam sering disebut sebagai seni pola tak terbatas atau sebagai seni tak terbatas yang dikenal dengan sebutan Arabesque. Seni hias jenis ini banyak diterapkan dalam ruangan interior bangunan masjid sebagai hiasan dinding, ruang mihrab dan juga pada bangunan istana- istana (Situmorang, 1993: 6)
2.6.1.1.Ornamen Arab
Jika membicarakan mengenai ornamen khas Arab yang terkenal akan keindahannya maka tidak akan luput dari pembahasan penyebaran islam yang disertai dengan gerakan pembangunan gedung-gedung, masjid-masjid dan lainnya.
Pengembangan kesenian Arab- Islam akan terlihat paling menonjol dalam bidang seni rupa. Bidang- bidang arsitektur, seni kerajinan, seni hias/ dekorasi, seni tulis kaligrafi maupun seni lukis miniatur. Ornamentasi islam meliputi dekorasi objek portable yang terbuat dari bulu domba, kain wol, logam, keramik, kain, atau material lain. Ornamentasi islam juga mencakup apa yang secara umum disebut dekorasi arsitektural, maupun hiasan dalam seni suara dan gerak. (faruqi : 412)
Dalam seni islam, ornamentasi atau dekorasi bukanlah sesuatu yang ditambahkan secara superfisial pada karya seni yang sudah selesai untuk sekedar menghias karya ini tanpa ada artinya. Ornamen Arab (Arabesque) merupakan salah satu aspek penting dalam seni islam yang biasanya ditemukan dalam dekorasi bangunan arsitektur Islam, menampilkan symbol- symbol (geometric pattern dan lotus). (Pancawaty dan Faqih, 2012: 2).
Berikut peneliti tampilkan beberapa ulasan yang menjadi salah satu dasar pemaknaan ornament Arabesque oleh Mitchel dalam Pancawaty dan Faqih (2012: 2), yaitu :
a. Pola Dasar Bentuk Lingkaran
Gambar 8: Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Lingkaran (Sumber: Yusuf, 2015: 28)
Ornamen dengan pola dasar berbentuk lingkaran diberi pemaknaan yaitu:
“symbol of eternity, perfect expression of justice”, Artinya: “Lambang kekekalan, ungkapan yang sempurna untuk keadilan”.
b. Pola Dasar Bentuk Segitiga
Gambar 9 : Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Segitiga (Sumber: Yusuf, 2015: 29)
Ornamen dengan pola dasar berbentuk segitiga diberi pemaknaan yaitu :
“Symbol of human, conciouness and the principle of harmony”, artinya “ lambang dari manusia, tentang kesadaran dan asas keselarasan”.
c. Pola Dasar Bentuk Persegi Empat
Gambar 10: Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Persegi Empat (Sumber: Anfa, 2017: 14)
Ornamen dengan pola dasar berbentuk persegi empat, diberi pemaknaan yaitu:
“Symbol of physical experience and the physical world of materiality”, artinya:
“Lambang pengalaman yang nyata dan tentang kebendaan didunia nyata”.
d. Pola Dasar Bentuk Persegi Enam
Gambar 11 : Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Persegi Enam (Sumber: Yusuf, 2015: 31)
Ornamen dengan pola dasar bentuk Persegi enam diberi pemaknaan yaitu:
“Symbol of heaven “, artinya: “Lambang dari surge”.
e. Pola Dasar Bentuk Persegi Delapan Atau Segi Banyak
Gambar 12 : Pola Dasar Ornamen Arabesque Bentuk Persegi Delapan (Sumber: Anfa, 2017: 15)
Ornamen dengan pola dasar berbentuk persegi delapan atau persegi banyak diberi pemaknaan yaitu: “Symbol of the god light, spreading the Islamic Faith”, artinya: “ Lambang dari cahaya Allah, yang menyebarkan Iman dan Islam”.
2.6.1.2.Ornamen Melayu
Salah satu kesenian di Indonesia yang berkaitan erat dengan seni ornamenArabesque adalah seni ornamen Melayu, yang jika diamati akan didapati
bahwa kebanyakan ornamen Melayu berbentuk sulur yang masih berhubungan dengan ornamen Arabesque. Salah satu contohnya adalah ornament “itik pulang petang” yang mirip dengan ornamen Arabesque berikut ini:
Gambar 13 : itik pulang petang (Sumber: Sinar, 2007: 19)
Ornamen Melayu merupakan salah satu hasil dari proses kebudayaan yang sampai sekarang masih bertahan dan memiliki hubungan yang kuat dengan tradisi pendukungnya.
Ornamen bagi masyarakat Melayu tidak hanya bahasa gambar saja melainkan manifestasi jiwa yang terkandung pada makna dan filosofis hidup yang mendalam dan mengakar pada masyarakat tersebut.Pada akhirnya seni ornamen Melayu mencerminkan kearifan local yang mencerminkan budaya masa lalu.Bagi masyarakat Melayu, ornamen dapat memberikan kesadaran masyarakat luas untuk memahami perasaan manusia dan nilai hidup sebagai manifestasi jiwa Melayu. Ornamen melayu juga mempunyai bentuk dan corak yang telah disesuaikan dengan nilai tradisi serta estetika yang didasarkan dalam pemilihan bahan, teknik, kepekaan yang dialami dari pengamatan alam lingkungannya sehingga menunjukkan cara hidup keseharian mereka. Tidak heran ornamen Melayu Menjadi karya yang memiliki nilai edukasi, moral, dan spiritual.Perkembangan Ornamen Melayu menjurus kepada ungkapan- ungkapan simbolis terhadap kekuatan Tuhan, lebih menyentuh kepada kekuasaan
penciptaanya. Karena itu, maka didalam ornamen Melayu selalu kita jumpai pertautan beberapa bentuk kehidupan tumbuh-tumbuhan yang saling berangkulan dengan serasi yang satu dengan yang lain membentuk gerak sendiri-sendiri tetapi tidak terpisahkan dalam kesatuan wadahnya. (Prihatin, 2007: 4 & 6 dalam Anfa, 2017 : 16).
Adapun motif ornamen Melayu antara lain : a. Ornamen Motif Bunga Matahari
Gambar 14: Ornamen Bunga Matahari (Sumber: Dok. Pribadi, 10/03/2017)
Secara denotatif, ornamen ini berbentuk setangkai bunga matahari yang mana pada bagian kelilingnya dihiasi secara simetris dengan sulur-sulur dedaunan serta pada sisi kiri dan kanannya diberi hiasan bunga didalam vas.Pada bagian atasnya disusun sederetan bunga matahari yang tidak berdaun.
Secara konotatif, ornamen Melayu berbentuk bunga matahari ini tidak memiliki arti khusus karena biasanya hanya digunakan sebagai lubang angina (ventilasi), namun menurut Situmorang (1997 : 66) ornamen matahari melambangkan ketentraman dalam hidup dan kebahagiaan bagi para penghuninya. Ornamen Melayu motif bunga matahari ini dijumpai 1 buah pada mimbar Masjid Jamik Ismailiyah.
b. Ornamen Potong Wajik
Gambar 15: Ornamen Potong Wajik (Sumber: Anfa, 2017: 27)
Secara denotatif, ornamen ini berbentuk potongan wajik, yaitu sejenis makanan yang terbuat dari beras pulut.Pulut merupakan lambang pemersatu masyarakat melayu.
(Skripsi Anfa, 2017: 27 )
Secara konotatif, ornamen potongan wajik mempunyai makna terjaga iman, terpelihara adat, pandai berkawan, dan tau bersyukur. (Skripsi Anfa, 2017: 27).
Ornamen Melayu motif potongan wajik ini di jumpai 2 buah pada mimbar Masjid Jamik Ismailiyah.
c. Ornamen Motif Lilit Kangkung
Gambar 16: Ornamen Lilit Kangkung (Sumber: Yusuf, 2015: 40)
Secara denotatif, bentuk ornamen dengan lilit kangkung ini yaitu ornament memanjang yang mengikuti garis-garis lurus, meliuk ke kanan dan ke kiri, juga Berbagai variasi bentuk lainnya.Kangkung ialah tumbuhan yang termasuk jenis sayur- sayuran yang sengaja ditanam untuk dikonsumsi, dapat hidup dimana saja terutama tempat yang berair.
Secara konotatif, ornamen ini memiliki makna semangat yang tidak kunjung padam, terus menggelora walaupun menghadapi berbagai tantangan dan cobaab, tetapi terus melaju sampai ke tujuan (Skripsi Yusuf, 2015: 40).Ornamen Melayu motif Lilit Kangkung ini tidak dijumpai pada Masjid Jamik Isailiyah.
d. Ornamen Motif Semut Beriring
Gambar 17: Ornamen Semut Beriring (Sumber: Sinar, 2007: 19)
Secara denotatif, ornamen ini bentuknya mirip semut yang beriringan.Bagian badan dan kepala semut diberi hiasan berupa lengkungan atau hiasan dedaunan.Sedangkan bagian kakinya diberi hiasan kuntum atau kumbang.Ukiran ini
diletakkan pada bidang memanjang, seperti keranga pintu, lis dinding, pintu dan jendela, tiang dan lain sebagainya.
Jika diartikan secara konotatif, ornamen semut beriring memiliki arti hidup rukun serta penuh kegotong-royongan (Skripsi Anfa, 2017: 19). Ornamen Motif Semut Beriring
e. Ornamen Motif Bunga Hutan
Gambar 18: Ornamen Bunga Hutan (Sumber: Sinar, 2007: 20)
Secara denotatif, ornamen ini merupakan ornamen bunga hutan yang dibuat seperti lingkaran yang dikelilingi oleh mahkota-mahkota bunga, dan memiliki pola bersegi yang berulang- ulang, dan diambil dari motif geometris, ini berfungsi untuk menambah keindahan.
Secara konotatif, ornamen motif bunga hutan memiliki makna simbolis tentang keindahan bunga. (Skripsi Yusuf, 2015: 45). Ornamen Motif Bunga Hutan juga sebenarnya memiliki arti keanekaragaman dalam kehidupan bermasyarakat.(Kartini, 2014).
f. Ornamen Motif Bunga Ketola
Gambar 19: Ornamen Bunga Ketola (Sumber: Sinar, 2007: 28)
Secara denotatif, ornamen bunga ketola merupakan gambaran bunga yang indah, dikelilingi dengan motif sulur-sulur atau tumbuhan menjalar disekitarnya. Ketola dalam bahasa Indonesia adalah gambas, yaitu sejenis sayuran yang termasuk dalam jenis labu-labuan. Gambas dipercaya dapat menurunkan kadar gula darah.(Skripsi Yusuf, 2015: 46)
Secara konotatif, ornamen bunga ketola memiliki makna simbolis tentang rasa indah..(Skripsi Yusuf, 2015: 46).
g. Genting Tak Putus
Gambar 20: Ornamen Genting Tak Putus (Sumber: Anfa, 2017: 25)
Secara denotatif, Genting tak putus merupakan langkung yang berlilit-lilit ke kanan dan ke kiri, kait-mengait dengan variasi daun yang disesuaikan dengan tempatnya berada. Adakalanya lilitan daun digabung dengan bentuk-bentuk fauna seperti burung ataupun ikan. Makna yang terkandung dalam ragam hias genting tak putus adalah bahwa sesusah-susahnya manusia menjalanai hidup, tidak akan habis sama sekali.
Genting Tak Putus ditempatkan pada lubang bawah bagian dalam, yang dimaksud dengan lubang bawah bagian dalam adalah batas antara serambi tengah dengan ruang kamar, dibatasi oleh dinding sebagai penyekatnya. Dibagian atas dinding penyekat ditempatkan papan yang diberi ukiran terawang yang berbentuk segi tiga atau segi empat, sesuai dengan bentuk dari susunan konstruksi atap rumah. Ragam hias ini berfungsi sebagai ventilasi pada bagian dalam.
Secara konotatif, genting tak putus memiliki arti yaitu tentang kehidupan manusia yang memiliki sisi susah dan senang, karena bagaimanapun ketika dalam keadaan susah maka tidak akan terus dalam keadaan demikian, begitu pula sebaliknya (Yusuf, 2015: 39).
h. Bunga Kundur
Gambar 21: Ornamen Bunga Kundur (Sumber: Sinar, 2007 : 22)
Secara denotatif, bunga kundur adalah bunga yang berasal dari jenis sayur- sayuran. Dan motif bunga pada gambar ini, sangat sesuai dengan gambar aslinya.
Bunga kundur memiliki mahkota bunga yang kecil dan berwarna kuning. Biasanya bunga ini banyak terdapat disawah, karena buahnya banyak digunakan sebagai obat dan sayur oleh masyarakat melayu.
Jika diartikan secara konotatif, makna dari bunga kundur adalah melambangkan ketabahan dalam hidup.
i. Bunga Melati
Gambar 22: Ornamen Bunga Melati (Sumber: Sinar, 2007: 24)
Secara denotatif, bunga melati merupakan salah satu jenis bunga indah. Bunga melati merupakan bunga yang gampang ditemui di indonesia, bunga ini memiliki mahkota yang kecil dan berwarna putih, dan melati juga memiliki bau yang sangat wangi.
Secara konotatif, bunga melati memiliki arti melambangkan kesucian,Karena bunga ini memiliki warna putih bersih dan memiliki bau wangi.bunga melati sendiri selalu dipergunakan di berbagai upacara sebagai alat upacara.
j. Bunga Tampok Manggis
Gambar 23: Ornamen Bunga Tampok Manggis (Sumber: Sinar, 2007: 22)
Secara denotatif, ornamen ini memiliki nama ornamen tampok manggis, karena jika diamati ornamen ini sangat mirip tengan tampok buah manggis sebelum menjadi buah.
Secara konotatif, ornamen tampok manggis sendiri memiliki makna kemegahan (Kartini, 2014: 17). Ornamen melayu ini banyak dijumpai pada tiang sermbi Masjid Jamik Ismailiyah.
k. Bunga Cengkih
Gambar 24: Ornamen Bunga Cengkih (Sumber: Sinar, 2007: 52)
Secara denotatif, ornamen ini disebut ornamen bunga cengkih, karena ornamen ini digambarkan seperti bentuk cengkih yang kecil-kecil. Dan akan sangat mirip dengan cengkih apabila kita melihatnya dari atas.
Ornamen bunga cengkih sendiri memiliki makna konotaif yaitu, ornamen ini memiliki arti kemegahan (Kartini, 2014: 17).
l. Bunga Melur
Gambar 25: Ornamen Bunga Melur (Sumber: Kartini, 2014: 18)
Secara denotatif, ornamen ini merupakan ornamen bunga melur. Bentuk dan motif ornamen ini sama seperti bunga melati, karena mereka masih dikatakan dalam satu jenis, bedanya bunga melati memiliki mahkota bunga sangat kecil dibandingkan bunga melur. Bunga melati dan bunga melur sama-sama memiliki mahkota bunga berwarna putih dan memiliki bau yang harum.
Secara konotatif, Ornamen bunga melur ini mempunyai makna yang sama dengan Bunga Melati, yaitu melambangkan kesucian (Kartini, 2014: 18).
m. Bunga Cina
Gambar 26: Ornamen Bunga Cina (Sumber: Anfa, 2017: 24)
Secara denotatif, ornamen ini merupak ornamen bunga cina dan disebut juga bunga susun kelapa, karena ornamen ini dibuat seperti kelapa yang disusun atau dibuat secara berulang-ulang.
Ornamen Bunga Cina ini jika diartikan menggunakan ilmu semiotika memiliki arti secara konotatif yaitu mempunyai makna keikhlasan hati (Anfa, 2017: 24).
Ornamen ini tidak dijumpai pada Masjid Jamik Ismailiyah Serdang Bedagai.
n. Tampuk Pinang
Gambar 27: Ornamen Tampuk Pinang (Sumber: Kartini, 2014: 20)
Secara denotatif, Ragam Hias Tampuk Pinang merupakan susunan tampuk pinang. Satu sama lainnya saling berkaitan dan berhubungan, sehingga menyerupai bentuk tegel. Ragam hias tampuk pinang di tempatkan pada singap bagian dalam diatas singap penyekat pada rumah keluarga bangsawan. Buah pinang sendiri jika didaerah kita memiliki banyak sekali manfaat dalam ilmu kesehatan.
Secara konotatif, ornamen tampuk pinang tidak memiliki makna simbolis tertentu, hanya memiliki unsur keindahan dan penempatannya pada bagian ujung atap diatas dinding rumah (Yusuf, 2015: 38).
o. Roda Bunga
Gambar 28: Ornamen Roda Bunga (Sumber: Anfa, 2017: 23)
Secara denotatif, Ornamen roda bunga berasal dari bentuk bunga-bungaan, yang dimaksudkan hanya sebagai keindahan dan menandakan ketentraman siempunya rumah. Selain itu, ragam hias Roda Bunga berbentuk setengah lingkaran, yang mengingatkan setengah roda dengan hiasannya dibuat jari-jari dibuat dari tangkupan bunga.Pada bagian atas disudut kanan dan kiri diisi dengan hiasan berbentuk mahkota dari sulur-sulur daun dan bunga.Kesemuanya ini dibingkai dengan empat persegi.
Secara konotatif, ornamen ragam hias roda bunga memiliki arti ketentraman bagi pemilik rumah (Anfa, 2017: 23).
p. Pucuk Rebung
Gambar 29: Ornamen Pucuk Rebung (Sumber: Kartini, 2014: 22)
Secara denotatif, ornamen pucuk rebung adalah pucuk bambu yang masih muda. Pucuk rebung berbentuk segitiga dengan garis-garis lengkung dan lurus didalamnya. Pada umumnya didalam segitiga tersebut terdapat satu garis tegak lurus
lengkung inilah yang membentuk pola ukiran pucuk rebung. Motif ini diambil dari pucuk bambu yang baru tumbuh.Selain itu, motif ornamen pucuk rebung ini banyak macamnya yang digunakan pada anatomi rumah atau hiasan benda pakai seharihari (misalnya hiasan tempayan).
Ornamen ini jika diartikan secara konotatif, ornamen ini melambangan kesuburan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia (Kartini, 2014: 22).
q. Sulo Lalang
Gambar 30: Ornamen Sulo Lalang (Sumber: Kartini, 2014: 22)
Secara denotatif, ornamen sulo lalang memiliki bentuk yang sama dengan pucuk rebung, tetapi segitiganya tidak sama kaki. Dalam sebuah ukiran sulo lalang,
terdapat beberapa segitiga yang disususn berlenggek (bertindihan satu dengan yang lainnya) semakin keatas semakin kecil.
Secara konotatif, ukiran sulo lalang ini melambangkan kesuburan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia (Kartini, 2014: 22).
r. Lebah Bergantung
Gambar 31: Ornamen Lebah Bergantung (Sumber: Dok. Pribadi)
Secara denotatif, ornamen lebah bergayut diambil dari bentuk sarang lebah yang bergantung didahan kayu. Diberi variasi dengan lekukan dan bunga-bunga yang memanjang.Ukiran lebah bergantung biasanya ditempatkan pada lisplang dan sebagai hiasan pada pinggir bawah bidang yang memanjang. Pada ragam hias ornamen melayu, ornamen ini selalu dicat menggunakan warna kuning. dankiran ini disebut juga dengan ombak-ombak.
Secara konotatif, Motif lebah bergantung mempunyai arti yang baik bagi kesehatan tubuh serta mendatangkan manfaat bagi manusia. Karena dalam kehidupan sehari-hari madu dari lebah memang sangat berkhasiyat bagi kesehatan dan daya tahan tubuh (Kartini, 2014: 25).
s. Itik Sekawan
Gambar 32: Ornamen Itik Sekawan (Sumber: Sinar, 2007: 19)
Secara denotatif, ornamen itik sekawan atau pula disebut Itik Pulang Petang, memiliki bentuk dasar huruf “S” yang bersambung. Huruf “S” itu dapat dibuat tegak ataupun miring.Dibagian tengah dibuat variasi berupa daun-daunan, bunga-bungaan dan sebagainya.Huruf “S” itulah yang mirip seekor itik.Ukiran ini diempatkan pada bidang yang memanjang, seperti kerangka pintu dan lis dinding dan pintu.Motif ukiran ini.
Secara konotaif, ornamen itik sekawan memiliki arti kerukan dan ketertiban.
Karena jika dilihat dalam kehidupan sehaari-hari, itik selalu hidup dalam jumlah kawanan yang banyak, memiliki kelompok dan hidup berdampingan dengan aman.
t. Terali Biola
Gambar 33: Ornamen Trali Biola (Sumber: Sinar, 2007: 15)
Secara denotatif, Ornamen terali biola diambil sesuai dengan bentuknya.
Ragam hias ini berbentuk lekuk-lekuk tebukan yang disesuaikan dengan bentuk biola, yang terbentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan.Berfungsi hanya sebagai pagar, memperindah beranda.Ragam hias terali biola berwarna keemasan, kuning putih ataupun hijau dan warna kayu saja.
Secara konotatif, terali biola dapat diartikantentang kehidupan masyarakat yang memiliki pemimpin di suatu daerah tersebut (Raja). (Situmorang, 1997: 59) yang berarti bahwa didalam suatu masyarakat, terdapat pemimpin yang memplopori pembangunan di desa tersebut dan menjadi pemimpin bagi desanya.
2.6.2.FUNGSI ORNAMEN
Kehadiran sebuah ornamen tidak semata sebagai penghias bagian kosong dan tanpa arti, lebih-lebih karya-karya ornamen masa lalu. Bermacam bentuk ornament sesungguhnya memiliki beberapa fungsi menurut (Sunaryo, 2011: 4-6), yakni :
2.3.2.1.Fungsi Murni Estetis
Fungsi ini merupakan fungsi ornament untuk memperindah penampilan bentuk suatu produk yang dihiasi sehingga menjadi sebuah karya seni. Fungsi ornament yang demikian itu tampak jelas pada produk-produk benda kerajinan. Sebagai contoh misalnya produk-produk keramik, batik, tenun, anyam, dll yang banyak menekankan nilai estetisnyaa pada ornament-ornamen yang diterapkan.
Gambar 34: Vas Berhias, Contoh Ornamen Fungsi Murni Estetis (Sumber: Google Picture, Diakses 16/05/2017)
2.3.2.2.Fungsi Simbolis
Fungsi simbolis ornament pada umumnya dijumpai pada produk-produk benda upacara atau benda-benda pusaka dann bersifat keagamaan atau kepercayaan, menyertai nilai estetisnya. Ornamen yang menggunakan motif biawak, naga, burung, atau garuda misalnya, pada karya-karya masa lalu berfungsi simbolis.Biawak sebagai motif ornamen dimaksudkan sebagai penjelmaan roh nenek moyang, naga sebagai lambing dunia dan burung dipandang sebagai gambaran roh terbang menuju surge serta symbol dunia atas.
Gambar 35: Keris, Contoh Ornamen Fungsi Simbolis (Sumber: Google Picture, Diakses 16/05/2017)
2.3.2.3.Fungsi Teknis Konstruktif
Secara structural suatu ornamen adakalanya berfungsi teknis untuk menyangga, menopang, menghubungkan atau memperkokoh konstruksi, karena itu ornamen yang demikian memiliki fungsi konstruktif.Tiang, talang air, dan bumbungan atap adakalanya didesain dalam bentuk ornament, yang tidak saja memperindah penampilan karena fungsi hiasnya, melainkan juga fungsi konstruksi.Adanya fungsi teknis konstruktif sebuah ornamen terkait erat dengan produk yang dihiasnya.
Gambar 36: Bumbungan Atap, Contoh Ornamen Fungsi Teknis Konstruktif (Sumber: Googlr Picture, Diakses 16/05/2017)
2.4.Pengertian Masjid
Masjid adalah rumah Allah SWT yang dibangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik. Secara etimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada, yang artinya tempat sujud (Susanta, 2007 : 8)
Di indonesia kata ‘masjid’ bukanlah istilah tunggal untuk menyebut bangunan khusus tempat beribadat umat islam. Setidaknya beberapa daerah mempunyai istilah tersendiri meskipun penulisan dan pengucapannya hampir memiliki kemiripan, seperti mesigit (Jawa Tengah), masigit (Jawa Barat), meuseugit (Aceh), dan mesigi (Sulawesi) (Anom, 1999 : 7 ).
Secara umum fungsi masjid di Indonesia tidaklah jauh berbeda dengan fungsi masjid di belahan bumi lainnya.Selain digunakan sebagai tempat shalat, juga seringka li digunakan sebagai tempat pengajian (ceramah keagamaan) dan peringatan-peringatan hari besar agama Islam.(Anom, 1999:9).Fungsi masjid yang sebenarnya meliput i segala segi kehidupan manusia. Hal ini sebagaimana yang terkandung dalam surat Al- Alaq : 19, “Sujudlah kepada Tuhan dan Beribadahlah” (Susanta, 2007 : 9)
Masjid-masjid di Indonesia memiliki bentuk atap yang unik dan menarik, dan biasanya dipengaruhi oleh bentuk-bentuk rumah tradisional setempat, seperti yang terlihat pada bentuk atap masjid kuno di Sumatera Barat.Bentuk rumah tradisional Minangkabau besar sekali pengaruhnya, diantaranya terhadap bentuk atap dan ukiran- ukiran kayunya. Masjid taluk adalah salah satu masjid kuno di Sumatera Barat yang memiliki atap seperti rumah Minangkabau (Anom, 1999 : 21)