• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA

SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Mei Pritangguh NIM 12104241067

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA

SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Mei Pritangguh NIM 12104241067

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan

(Q.S. Al-Mujadilah 11)

“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving”

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

 Bapak dan Ibu saya tercinta.

 Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(8)

vii

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA

SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN Oleh

Mei Pritangguh NIM 12104241067

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen, (2) mengetahui proses layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang mampu meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan mengadopsi model dari Kemmis dan McTaggart. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala kemampuan perencanaan karier, observasi, dan wawancara. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri 3 (tiga) tindakan. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa. Dilihat dari hasil data kuantitatif rata-rata skor pre-test yaitu 83 dan meningkat 20% sebanyak 30 skor sehingga rata-rata skor pada post-test I menjadi 113. Selanjutnya rata-rata skor siswa meningkat lagi 6% sebanyak 10 skor sehingga rata-rata skor pada post-test II meningkat 123. (2) Hasil tersebut juga didukung hasil observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru pembimbing, peningkatan ini terjadi karena dalam teknik diskusi terdapat dinamika kelompok yang dinamis antar anggota kelompok, sehingga setiap siswa bisa saling membantu menyelesaikan masalah. Dinamika kelompok yang dinamis mengarahkan pada penyelesaian masalah bersama.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis

selesaikan. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier

melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VIII H

di SMP Negeri 3 Kebumen”, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak

terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberikan izin penelitian.

2. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah menyetujui judul skripsi dan memberikan dosen

pembimbing skripsi.

3. Dra. Sri Iswanti, M. Pd. yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, arahan, masukan, dan koreksi serta motivasi dengan sabar dan

bijak dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan atas segala

ilmu dan pengalaman belajar selama menempuh studi.

5. Guru Pembimbing SMP Negeri 3 Kebumen yang telah membantu dalam

(10)
(11)

x A. Kajian tentang Perencanaan Karier ...12

1. Teori Perkembangan Karier ...12

2. Pengertian Perencanaan Karier ...15

3. Tujuan Perencanaan Karier ...16

4. Faktor–faktor Perencanaan Karier ...18

5. Aspek-aspek Perencanaan Karier ...19

B. Kajian tentang Bimbingan Kelompok...21

(12)

xi

2. Tujuan Bimbingan Kelompok...22

3. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok ...23

C. Kajian tentang Teknik Diskusi ...24

1. Pengertian Diskusi ...24

2. Tujuan Diskusi ...25

3. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Diskusi...26

4. Pelaksanaan dan Pembentukan Kelompok dalam Diskusi ...28

D. Kajian Penelitian yang Relevan ...32

E. Kerangka Pikir ...33

F. Hipotesis Tindakan ...35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...36

B. Subjek Penelitian ...39

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...39

D. Definisi Operasional ...40

E. Rencana Tindakan ...41

F. Skenario Siklus ...43

G. Kriteria Keberhasilan ...46

H. Metode Pengumpulan Data ...47

I. Instrumen Penelitian ...49

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...52

K. Teknik Analisis Data ...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ...60

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...60

2. Deskripsi Waktu Penelitian...61

B. Deskripsi Subjek Penelitian ...61

C. Langkah Sebelum Pelaksanaan Tindakan ...63

D. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ...65

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ...65

(13)

xii

3. Refleksi ...78

4. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...80

5. Hasil Tindakan Siklus II ...88

6. Refleksi ...93

E. Refleksi Hasil Wawancara ...94

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...96

G. Keterbatasan Penelitian ...100

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...102

B. Saran ...103

DAFTAR PUSTAKA ...104

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Skor Jawaban Responden terhadap Instrumen ...48

Tabel 2. Kisi-kisi Skala Perencanaan Karier ...50

Tabel 3. Rangkuman Item Sahih dan Item Gugur ...55

Tabel 4. Kategorisasi Skor Skala Kemampuan Perencanaan Karier ...58

Tabel 5. Waktu Pelaksanaan Penelitian ...61

Tabel 6. Nama Subjek Penelitian...62

Tabel 7. Kategori Perencanaan Karier Siswa Pratindakan ...63

Tabel 8. Pembagian Kelompok Diskusi ...66

Tabel 9. Peningkatan Skor Siswa (Siklus I) ...76

Tabel 10. Hasil Skala Pratindakan, Siklus I, Siklus II ...89

Tabel 11. Rekapitulasi Data Perencanaan Karier Pasca-Siklus II...91

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir... 35

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 37

Gambar 3. Histogram Perbandingan Skor Skala Kemampuan

Perencanaan Karier Pre-test, Post-test I, Post-test II ... 90

Gambar 4. Histogram Perbandingan Kemampuan Perencanaan Karier

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Perencanaan Karier sebelum Uji Coba ...107

Lampiran 2. Skala Perencanaan Karier setelah Uji Coba ...111

Lampiran 3. Pedoman Observasi ...115

Lampiran 4. Pedoman Wawancara ...116

Lampiran 5. Skor Hasil Uji Coba Angket ...117

Lampiran 6. Uji Validitas Angket Kemampuan Perencanaan Karier ...118

Lampiran 7. Uji Reliabilitas Angket Kemampuan Perencanaan Karier ...119

Lampiran 8. Data Hasil Skor Pre-Test ...120

Lampiran 9. Data Hasil Skor Post-Test I ...121

Lampiran 10. Data Hasil Skor Post-Test II ...122

Lampiran 11. Hasil Observasi Siswa ...123

Lampiran 12. Hasil Wawancara Siswa dan Guru Pembimbing ...125

Lampiran 13. Satuan Layanan Bimbingan Kelompok ...130

Lampiran 14. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ...159

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia terus berlangsung dan kebutuhan hidup setiap hari

semakin bertambah mengharuskan manusia untuk berusaha, sehingga

kebutuhan hidup dapat terpenuhi dan kehidupan dapat berlangsung dengan

baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut

adalah dengan memilih dan memiliki karier atau pekerjaan tertentu. Memiliki

karier yang tepat dan baik dapat menjadi suatu tanda terjaminnya kehidupan

manusia, terhindar dari keadaan ekonomi yang sulit serta mendapatkan

kebahagiaan.

Karier yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa

yang dilakukannya tetapi lebih pada pekerjaan sebagai ajang untuk

mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Menurut

Havighurst (Hurlock, 2002:206) karier atau pekerjaan seseorang menentukan

berbagai hal dalam kehidupan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dewa Ketut

Sukardi (1987:15) menambahkan bahwa suatu pekerjaan yang disandang

seseorang yang cocok atau benar-benar sesuai dengan potensi diri dari orang

yang menjabatnya maka akan menimbulkan kesenangan kemudian mereka

akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya.

Karier yang diinginkan tidak serta-merta dapat diraih, perlu

perencanaan dan usaha dalam menggapainya. Menurut Yulita Ristyastini dan

Suzy Charllote (2006:56) karier tertinggi tidak dapat dicapai secara instan,

(18)

2

baik dilakukan sedini mungkin, mengingat betapa pentingnya masalah karier

dalam kehidupan manusia.

Remaja merupakan langkah awal untuk memulai merencanakan

karier. Masa remaja merupakan periode penting, periode peralihan, periode

perubahan, pencarian identitas, usia bermasalah, usia ketakutan, masa yang

tidak realistik, dan masa ambang dewasa (Rita Eka Izzaty, dkk.,

2008:124-126). Santrock (2003:31) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa

transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan psikologis,

kognitif, dan sosial. Oleh karena itu, berdasarkan kedua pendapat di atas masa

remaja adalah masa yang tepat dalam pembentukanpola pikir terhadap

pentingnya merencanakan karier.

Siswa yang berada pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)

berada pada fase atau masa remaja. Remaja memiliki tugas perkembangan,

menurut Havighurst (Hurlock, 2002:10) salah satunya adalah mempersiapkan

masa depan terutama mempersiapkan kariernya. Setiap tahapan

perkembangan manusia mempunyai karakteristik yang khas dan tugas-tugas

perkembangan tersendiri yang bermanfaat sebagai petunjuk arah

perkembangan yang normal. Tugas-tugas perkembangan tersebut juga sangat

berhubungan dengan pendidikan yang diterima oleh individu. Pendidikan

menentukan tugas apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada

masa-masa tertentu. Konsep diri dan harga diri akan turun bila seseorang tidak

melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, karena individu tersebut

(19)

3

ketidakbahagiaan bagi individu yang bersangkutan. Sebaliknya, menurut

Monks (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008:6) keberhasilan dalam melaksanakan

tugas-tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan perasaan

bahagia.

Banyaknya hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karier,

maka perlu diberikan bimbingan atau pendidikan yang mengarah pada

perencanaan karier bagi siswa SMP. Hal ini sejalan dengan pendapat

Santrock (2003:485) bahwa salah satu aspek penting dalam merencanakan

perkembangan karier adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang

diperlukan untuk memasuki karier tertentu. Bimbingan tersebut hendaknya

bertujuan mengarahkan siswa menuju karier yang sesuai dengan pemahaman

diri, kondisi diri, lingkungan, nilai-nilai, hambatan, dan kondisi karier saat ini

maupun yang akan datang.

Pelaksanaan perencanaan karier bagi siswa SMP dapat dilaksanakan

melalui penerapan salah satu bidang bimbingan yaitu bimbingan karier.

Seperti pernyataan Dewa Ketut Sukardi (1987:98) bahwa pendidikan karier

yang terdapat di dalam bimbingan karier ikut menunjang dalam proses

perencanaan karier sehingga bimbingan karier perlu dilaksanakan secara

terpadu dan baik mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan

perguruan tinggi.

Peraturan Mendikbud (2014:15) menegaskan tujuan bimbingan dan

konseling karier adalah memfasilitasi perkembangan, eksplorasi, aspirasi, dan

(20)

4

konseli. Guru BK sebagai pembimbing siswa dalam fase perkembangan

kariernnya memiliki peran yang berat dalam mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bimbingan karier sangat

penting diberikan kepada siswa. Sebab dengan bimbingan karier dapat

membantu siswa untuk mengoptimalkan keadaan diri dan potensi,

mengembangkan bakat dan kemampuannya untuk mencapai karier yang

diinginkan.

Permasalahan mengenai perencanaan karier di kalangan remaja

ditemukan peneliti di SMP Negeri 3 Kebumen. Berdasarkan analisis

Identifikasi Kebutuhan Masalah Siswa (IKMS) diketahui bahwa masalah

yang sering kali dialami remaja atau siswa SMP dalam rangka persiapan

karier masa depan adalah siswa masih belum mampu menentukan pilihan

untuk melanjutkan studi lanjutan serta pilihan jurusan yang sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki dan siswa masih belum dapat memutuskan jenis

pekerjaan apa yang akan dijalani nantinya.

Hasil survei pendahuluan dilakukan dengan wawancara dengan guru

pembimbing serta terhadap beberapa siswa terkait perencanaan karier.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata siswa

kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen masih belum menentukan secara pasti

arah cita-cita kariernya walaupun beberapa siswa sudah ada pilihan untuk

jenis cita-cita tertentu, namun siswa masih belum yakin dapat mewujudkan

(21)

5

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 23 Juli 2016

kepada 64 siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen, diketahui hasil

kategorisasi perencanaan karier diantaranya terdapat 38 siswa (60%)

memiliki perencanaan karier rendah, kemudian 19 siswa (30%) memiliki

perencanaan karier sedang, dan terdapat 7 siswa (10%) yang memiliki

perencanaan karier tinggi. Dari hasil analisis survei tersebut dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3

Kebumen cenderung memiliki perencanaan karier dengan kategori rendah.

Kelas VIII H adalah kelas dengan jumlah rata-rata siswa memiliki

kemampuan perencanaan karier lebih rendah dibandingkan kelas VIII lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing dan siswa,

peneliti menemukan faktor utama yang dirasa sebagai penyebab rendahnya

kemampuan perencanaan karier siswa adalah selama ini jarang sekali guru

pembimbing memberikan layanan bimbingan di bidang karier. Dengan

demikian, banyak dari siswa yang hanya ikut-ikutan teman ketika mereka

diminta memilih sekolah lanjutan atau jurusan yang akan dimasukinya, tanpa

mempertimbangkan kemampuan, bakat, minat, ataupun kepribadiannya.

Guru pembimbing pada saat diwawancara dengan peneliti

membenarkan adanya beberapa perilaku-perilaku siswa kelas VIII H yang

menunjukkan kebingungan dan ketidaktahuan dalam perencanaan karier.

Perilaku tersebut misalnya belum mengetahui bakat, minat, dan bingung

harus melanjutkan ke sekolah mana setelah lulus SMP. Pelaksanaan

(22)

6

hal ini dikarenakan guru pembimbing belum menemukan dan mengetahui

teknik dan metode yang inovatif dalam menyampaikan bimbingan karier.

Dengan demikian, pemberian layanan bimbingan yang pada mulanya

diharapkan dapat membantu siswa dalam bidang peminatan atau karier

ternyata kurang memberi manfaat pada siswa. Hal ini karena guru

pembimbing kurang optimal dalam memberikan layanan yang terkait dengan

karier.

Berbagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai

pengembangan karier sangatlah penting untuk diberikan kepada siswa agar

siswa dapat menentukan arah hidup, juga untuk bekal selama masa remaja

hingga dewasa yang nanti mampu untuk hidup mandiri. Program bimbingan

karier salah satunya bertujuan untuk membantu siswa dalam merencanakan

karier di masa yang akan datang. Melalui program bimbingan karier

diharapkan siswa merencanakan karier sesuai dengan bakat, minat, dan

nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Jika seseorang memperoleh karier yang tepat,

maka hidup akan menjadi bahagia, dan kebahagiaan itu adalah tujuan hidup

semua orang. Oleh karena itu bimbingan karier sejak usia remaja merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari tugas pendidikan.

Peneliti merekomendasikan pemanfaatan layanan bimbingan

kelompok menggunakan teknik diskusi untuk membantu siswa

menyelesaikan masalah tersebut. Diskusi merupakan suatu pertemuan dua

orang atau lebih, yang ditujukan untuk saling bertukar pengalaman dan

(23)

7

disini adalah untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data

dan fakta di bidang pendidikan, pekerjaan, pengembangan pribadi-sosial

supaya siswa dapat belajar tentang lingkungan hidup dan mampu mengatur

serta merencanakan kehidupan sendiri. Topik yang dibahas melalui diskusi

kelompok mengenai perencanaan karier sangatlah penting untuk membekali

siswa dengan pemahaman-pemahaman tentang pengembangan karier.

Teknik diskusi dipilih untuk membantu meningkatkan kemampuan

perencanaan karier siswa karena melalui diskusi, mampu menumbuhkan

interaksi positif dalam menyelesaikan masalah secara bersama. Hal ini

didukung oleh pendapat Prawitasari (Faridah Ainur Rohmah, 2006:52) bahwa

pendekatan kelompok diskusi sering digunakan karena memiliki kelebihan

yaitu: 1) kelompok memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk saling

memberi dan menerima umpan balik; 2) anggota akan belajar untuk berlatih

tentang perilaku baru karena kelompok merupakan mikrokosmik sosial; 3)

kemampuan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggotanya, 4)

mempelajari keterampilan sosial dan kesempatan memberi dan menerima di

dalam kelompok.

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah

memerlukan kerjasama semua pihak sehingga tercapai keberhasilan

pendidikan secara optimal, tetapi dalam pelaksanaan antara satu dengan yang

lain belum berjalan secara maksimal. Guru pembimbing di sekolah

diharapkan mampu memberikan informasi secara maksimal yang bermanfaat

(24)

8

karier yang sesuai dengan keinginan siswa sendiri. Pemberian informasi

tersebut dapat diberikan misalnya dengan cara bimbingan klasikal, konseling,

bimbingan kelompok, diskusi dan lain sebagainya agar dapat meningkatkan

perolehan keterampilan akademik maupun nonakademik dari diri siswa

sendiri.

Berkenaan dengan fenomena rendahnya kemampuan siswa dalam

merencanakan karier, maka penting dilaksanakannya penelitian. Maka dari itu

dalam rangka meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa,

penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan bimbingan kelompok teknik

diskusi. Penulis mengadakan penelitian dengan judul ―Peningkatan

Kemampuan Perencanaan Karier melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen‖.

Diharapkan adanya layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan perencanaan karier pada

kalangan siswa sehingga berdampak positif dan mampu membantu tugas

perkembangan siswa di bidang karier.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut.

1. Siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen merupakan kelas yang

memiliki rata-rata kemampuan perencanaan karier rendah.

2. Siswa belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang akurat tentang

(25)

9

3. Siswa belum mampu menentukan pilihan untuk melanjutkan studi

lanjutan serta pilihan jurusannya.

4. Siswa belum menentukan secara pasti arah cita-cita kariernya.

5. Frekuensi pemberian layanan bimbingan dan konseling karier pada siswa

kelas VIII H SMPN 3 Kebumen oleh guru pembimbing masih kurang.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi

penelitian ini pada ranah siswa yang memiliki kemampuan perencanaan

karier rendah dan sedang, dibuktikan dengan hasil pengumpulan data dan

kemudian diberi tindakan melalui layanan bimbingan kelompok teknik

diskusi. Peneliti tidak berusaha memecahkan penyebab rendahnya

perencanaan karier, melainkan menyajikan alternatif layanan yang efektif

untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan

masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan

kemampuan perencanaan karier pada siswa kelas VIII H di SMP Negeri

3 Kebumen?

2. Bagaimana layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat

meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa kelas VIII H di

(26)

10 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai

melalui penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui layanan

bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII H di SMP

Negeri 3 Kebumen.

2. Mengetahui proses layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang

mampu meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa kelas VIII

H di SMP Negeri 3 Kebumen.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberi

sumbangan dalam khasanah keilmuan yang dapat dijadikan sebagai

bahan referensi untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier

siswa. Hasil penelitian juga diharapkan akan menyumbangkan teori dan

pikiran tentang layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk

meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada aspek pemahaman

diri, pemahaman dunia kerja, dan tujuan karier yang diinginkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier

(27)

11

agar siswa mempersiapkan masa depan secara lebih baik. Setelah

tindakan, siswa dapat melakukan secara mandiri.

b. Bagi Guru Pembimbing

Guru Pembimbing dapat menggunakan teknik diskusi sebagai

salah satu alternatif layanan untuk meningkatkan kemampuan

perencanaan karier siswa kelas lain, serta memotivasi guru

pembimbing agar lebih kreatif dalam memberikan layanan kepada

siswa.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat memberikan dasar bagi pengembangan

penelitian lebih lanjut yang ada kaitannya dengan kemampuan

(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Perencanaan Karier

1. Teori Perkembangan Karier

Terdapat sejumlah pakar yang mengemukakan teorinya tentang

karier. Salah satu yang terkemuka adalah teori perkembangan karier

(development career choice theory) menurut Ginzberg dkk. (Santrock,

2003:483-484) anak dan remaja melewati tiga masa pemilihan karier,

yaitu: fantasi, tentatif, dan realistis. Teori Ginzberg beragumentasi bahwa

hingga usia 11 tahun anak masih dalam masa fantasi dari pemilihan karier.

Usia 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam masa tentatif dari

perkembangan karier, sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan

realistis dari masa dewasa muda, dan usia 18 hingga 24 tahun merupakan

masa realistis.

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 3

Kebumen yang rentang usianya yaitu 12 hingga 14 tahun. Berdasarkan

teori Ginzberg, subjek berada pada masa tentatif. Menurut Ginzberg dkk.

(Munandir, 1996:90) masa tentatif diklasifikasikan menjadi empat tahap,

dimulai dari (1) tahap minat (11―12 tahun) yakni masa dimana individu

cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan hanya yang sesuai minat

dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karierpun juga didasari atas

kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, tanpa

mempertimbangkan faktor lain. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa

(29)

13

lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang

kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan

ini disebut sebagai (2) tahap kapasitas (13―14 tahun), yakni masa dimana

individu mulai melakukan pekerjaan atau kegiatan didasarkan pada

kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada

masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan

minat dan kesukaannya.

Tahap berikutnya (3) tahap nilai (15―16 tahun), yaitu tahap

dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana

oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan

nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang

bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan.

Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat

individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan

lainnya. Adapun tahap terakhir dari masa tentatif ini adalah (4) tahap

transisi (17―18 tahun), yakni keadaan dimana individu akan memadukan

orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan

nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal

juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja,

pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu.

Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung

(30)

14

Berdasarkan tahapan-tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di

atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan karier yang terjadi pada

individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut,

yang dinilai subjektif oleh individu dalam sosiokulturalnya sejak masa

kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya menurut Zunker (Didi

Tarsidi, 2007:6) pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat,

pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam

karier (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu

mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat,

kapasitas, dan nilai ke dalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis.

Ginzberg (Munandir, 1996:92) dalam kaji ulangnya terhadap

teorinya menekankan kembali bahwa pemilihan pekerjaan merupakan

proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi

mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini

mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali,

dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier

yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja.

Keterkaitan pada penelitian ini, maka pengenalan terhadap minat,

kapasitas yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan

sangat diperlukan oleh guru pembimbing. Dalam hal upaya

mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola

vokasional atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan

(31)

15 2. Pengertian Perencanaan Karier

Menurut Parson (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:626-623)

merumuskan bahwa perencanaan karier sebagai proses yang dilalui

sebelum melakukan pemilihan karier. Proses ini mencakup tiga aspek

utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan

dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar

antara diri sendiri dan dunia kerja.

Menurut pendapat Justine T. Sirait (2006:160) mendefinisikan

bahwa perencanaan karier merupakan "proses dimana seseorang menjadi

tahu atribut pribadi yang berkaitan dengan karier (keterampilan, minat,

pengetahuan, motivasi, dan karakteristik lain) dan rangkaian tahapan yang

berkontribusi pada pencapaian kariernya". Perencanaan karier menjadi

suatu proses dalam mencapai karier dengan mengetahui keterampilan,

minat, motivasi, dan karakteristik setiap individu.

Mamat Supriatna dan Nanang Budiman (2010:50) mengemukakan

bahwa ―perencanaan karier adalah aktivitas siswa yang memperlajari

informasi tentang karier dan mengarah pada keputusan karier masa

depan‖. Aktivitas perencanaan karier sangat penting bagi siswa terutama

untuk membangun sikap siswa dalam menempuh karier masa depan.

Tujuan utamanya adalah siswa memiliki sikap positif terhadap karier masa

depan terutama bidang karier yang diminatinya.

Menurut Marwansyah (2012:208) mendefinisikan ―perencanaan

(32)

16

untuk memilih tujuan-tujuan karier dan jalur mencapai tujuan itu‖. Tujuan

karier yang dimaksud adalah harapan akan masa depan yang ingin dicapai

oleh individu serta cara yang digunakan dalam mencapai tujuan karier

tersebut.

Menurut Henry Simamora (2011:504) perencanaan karier adalah

―proses untuk menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang,

kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan, dan

konsekuensi-konsekuensi, mengidentifikasi tujuan-tujuan yang berkaitan

dengan karier‖. Menyiratkan bahwa individu harus menyadari keadaan diri

sendiri terhadap peluang, kesempatan, kendala, pilihan, dan konsekuensi

yang berhubungan dengan karier.

Merujuk uraian di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

perencanaan karier adalah kemampuan individu untuk mengidentifikasi

tujuan karier yang didalamnya melibatkan proses berkelanjutan berupa

pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja serta kemampuan

memilih tujuan karier yang diinginkan. Sedangkan perkembangan karier

pada siswa sekolah menengah pertama diarahkan pada perencanaan karier.

3. Tujuan Perencanaan Karier

Menurut Reinhart (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:670) menyebutkan

tujuan-tujuan perencanaan karier yaitu:

a. Mengenal berbagai jenis pilihan jabatan yang terbuka bagi diri siswa

dan sekaligus bermakna serta memuaskan, dan menghayati semua

(33)

17

b. Mampu untuk mengambil keputusan-keputusan rasional sehubungan

dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam kegiatan.

c. Melaksanakan kepuasan secara nyata dalam bentuk mengintegrasikan

semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational values) serta

semua sikap dituntut dalam bekerja (vocational attitude) dalam

keseluruhan dalam hidupnya.

Lebih lanjut Winkel dan Sri Hastuti (2004:682-683) menyatakan

"tujuan perencanaan karier yaitu; 1) tujuan jangka panjang (long-range

goals); 2) tujuan jangka pendek (short-range goals)". Adapun penjelasan

dari tujuan perencanaan karier di atas sebagai berikut.

a. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka waktu panjang adalah tujuan dari perencanaan

karier yang dicapai dalam kurun waktu yang akan datang dalam waktu

yang lama, termasuk dalam jangka waktu panjang misalnya, gaya

hidup (life style) yang ingin dicapai, dan nilai-nilai kehidupan (values)

yang ingin direalisasikan dalam hidup.

b. Tujuan Jangka Pendek

Tujuan jangka waktu pendek adalah tujuan dari perencanaan

karier yang ingin dicapai dalam waktu yang segera datang, yang

termasuk dalam jangka waktu pendek misalnya, pemilihan jurusan,

diploma, atau sertifikat yang ingin diperoleh dalam mempersiapkan

(34)

18

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas

dapat disimpulkan bahwa tujuan perencanaan karier adalah untuk

mempersiapkan individu dalam memilih suatu alternatif keputusan tentang

karier secara rasional. Agar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata

baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

4. Faktor–faktor Perencanaan Karier

Perencanaan karier yang dilakukan seseorang memerlukan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga didapatkan suatu keputusan

yang tepat. Pertimbangan–pertimbangan yang dilakukan juga dipengaruhi

beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk

merencanakan karier menurut Dewa Ketut Sukardi (1987:44), secara garis

besar faktor-faktor tersebut, yaitu:

a. Faktor internal, meliputi; intelegensi, bakat, minat, kepribadian, dan

potensi-potensi lainnya.

b. Faktor eksternal, meliputi; kelompok sosial dan kelompok sekunder.

Lebih lanjut Winkel dan Sri Hastuti (2004:647-655) mengemukakan

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan karier seseorang

diantaranya:

a. Faktor internal, meliputi; nilai-nilai kepribadian, taraf intelegensi,

bakat khusus, minat, sifat-sifat, pengetahuan, keadaan jasmani.

b. Faktor eksternal, meliputi; masyarakat, keadaan sosial ekonomi

negara, status-sosial ekonomi keluarga, pengaruh keluarga,

(35)

19

dari sekolah, pergaulan teman sebaya, dan tuntutan yang melekat pada

masing-masing jabatan.

Berdasarkan kedua uraian di atas mengenai faktor yang

mempengaruhi perencanaan karier yaitu berasal dari faktor diri sendiri

(bakat, minat, kepribadian, intelegensi) dan faktor lingkungan (pendidikan

keluarga, sekolah, ekonomi-sosial) karena memiliki pengaruh besar pada

setiap diri siswa dalam mengambil keputusan. Faktor diri sendiri berperan

penuh dalam pengambilan keputusan yaitu dapat dilihat dari perubahan

intelegensi, prestasi, dan kemampuan lainnya.

5. Aspek-aspek Perencanaan Karier

Menurut Jordan (Syamsu Yusuf, 2009:27) aspek-aspek perencanaan

karier adalah ―pengetahuan karier, mencari informasi, perencanaan dan

keputusan karier‖. Adapun penjelasan dari aspek-aspek di atas sebagai

berikut.

a. Pengetahuan karier adalah membantu pribadi untuk mengembangkan

dan memberikan gambaran diri serta peranan dalam dunia kerja.

Aspek pemahaman karier ini meliputi pengetahuan bakat dan minat

yang dimiliki dan berhubungan dengan kepercayaan diri dan

pengetahuan tentang manfaat prestasi belajar didalam menunjang

perencanaan karier.

b. Mencari informasi, siswa yang memiliki perencanaan karier akan

memanfaatkan informasi yang telah didapat dari berbagai sumber atau

(36)

20

tentang karier. Aspek ini meliputi pencarian informasi yang berkaitan

dengan kebutuhan karier yang diinginkan, seperti: mengikuti kursus

yang mendukung karier yang diminati dan mendiskusikan

pilihan-pilihan karier.

c. Perencanaan dan keputusan karier, merupakan suatu proses untuk

menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menentukan

karier untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aspek ini

meliputi kemampuan siswa dalam merencanakan karier dan

mengambil keputusan karier.

Menurut Uman Suherman (2009:116) siswa yang mempunyai

perencanaan karier memiliki aspek sebagai berikut: (1) Mempelajari

informasi karier, (2) Membicarakan karier dengan orang dewasa, (3)

Mengikuti pendidikan tambahan atau kursus untuk menambah

pengetahuan tentang keputusan karier, (4) Berpartisipasi dalam kegiatan

ekstrakulikuler, (5) Mengikuti pelatihan-pelatihan terkait dengan pekerjaan

yang diinginkan, (6) Mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan, (7)

Mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan, (8)

Dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah, (9)

Mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan,

(10) Mampu mengatur waktu luang secara efektif.

Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004:685) aspek-aspek dalam

(37)

21

a. Pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat,

berbagai kelebihan dan kekurangan.

b. Pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi

supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang

dunia kerja dan kesempatan untuk maju dalam berbagai bidang

pekerjaan.

c. Berpikir secara rasional guna menemukan kecocokan antara ciri–ciri

kepribadian yang relevan terhadap kesuksesan dan kegagalan dalam

suatu pekerjaan atau jabatan dengan tuntutan kualifikasi dan

kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.

Berdasarkan pendapat tersebut terkait dengan aspek-aspek

perencanaan karier, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek

perencanaan karier meliputi: pemahaman diri, kemampuan mengumpulkan

informasi tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih tujuan karier

yang diinginkan. Kemampuan perencanaan karier yang baik didukung oleh

ketiga aspek tersebut.

B. Kajian tentang Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Mungin E. Wibowo (2005:17) menyatakan bahwa bimbingan

kelompok adalah ―suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok

menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota

kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota

(38)

22

pimpinan kelompok yaitu mengarahkan jalannya diskusi agar

tujuan-tujuan dapat tercapai.

Menurut Heru Mugiarso (2010:68) menyatakan bahwa ―layanan

bimbingan kelompok terselenggara dengan memanfaatkan dinamika

kelompok untuk mencapai tujuan layanan bimbingan‖. Dinamika dalam

bimbingan kelompok menjadi penting dalam ketercapaian tujuan layanan.

Dewa Ketut Sukardi (2008:64) bimbingan kelompok yaitu

layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang ada di dalam

bimbingan yang beranggotakan 8—10 orang dengan memanfaatkan

dinamika kelompok yang dipimpin oleh pemimpin kelompok yang

didalamnya saling berpendapat, memberikan informasi-informasi dan

membahas tentang topik-topik yang sedang hangat dan aktual,

diselenggarakan dengan menggunakan format kelompok yang berguna

untuk pengembangan pribadi, sosial, karier, dan belajar.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Tohirin (2007:172) secara umum layanan bimbingan

kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,

(39)

23

lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong

pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang

menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan

kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal. Sedangkan

menurut Tatiek Romlah (2006:13) menyatakan bahwa ―tujuan bimbingan

kelompok yaitu untuk membantu individu menemukan dirinya sendiri,

mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya‖.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan bimbingan kelompok ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus. Tujuan umum bimbingan kelompok adalah (1) membantu individu

agar dapat mencapai perkembangan optimal untuk kesejahteraan dirinya

dan kesejahteraan masyarakat (2) membantu individu menemukan dirinya

(3) mengarahkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

(4) dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi terutama dalam

berkomunikasi.

Tujuan khusus bimbingan kelompok meliputi: (1) membahas

topik-topik hangat atau aktual (2) memberikan orientasi kepada kelompok (3)

mengembangkan pengalaman belajar yang berbeda (4) pengembangan

perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap (5) berani mengeluarkan

pendapat (6) mampu bertenggang rasa, menghormati orang lain.

3. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok

Tohirin (2007:290) mengemukakan metode bimbingan kelompok

(40)

24

kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, pengajaran remidial.

Dari delapan metode bimbingan kelompok di atas, dalam meningkatkan

kemampuan perencanaan karier pada siswa, maka peneliti memilih teknik

diskusi kelompok sebagai metode untuk membimbing dan melatih siswa.

Teknik diskusi kelompok ini dipilih karena melalui teknik ini siswa

mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama, dengan

saling memberikan saran dan pertimbangan untuk memecahkan masalah

yang berkaitan dengan perencanaan karier.

C. Kajian tentang Teknik Diskusi

1. Pengertian Diskusi

Menurut Tohirin (2007:291) diskusi kelompok merupakan suatu cara

dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara

bersama-sama. Diskusi merupakan proses interaksi dan bertukar pendapat

yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membahas suatu

permasalah tertentu. Menurut Tatiek Romlah (2006:89) ―diskusi kelompok

merupakan percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau

lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk menjelaskan

suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin‖. Dalam kegiatan

ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya

masing-masing dalam memecahkan masalahnya.

Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa ―diskusi

kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan

(41)

25

berbagi pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau

pemecahan masalah‖. Siswa saling berbagi pengalaman atau informasi

dalam pengambilan kesimpulan atau memecahkan masalah.

Dewa Ketut Sukardi (1987:494) mengartikan bahwa:

Metode diskusi kelompok adalah suatu bentuk pendekatan yang kegiatannya bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha untuk memperoleh kesimpulan

setelah mendengarkan dan mempelajari, serta

mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

diskusi kelompok yaitu suatu cara atau teknik bimbingan yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, dimana setiap anggota

kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat

masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan

masalah atau pengambilan keputusan. Dalam diskusi kelompok anggota

kelompok menunjuk pimpinan, menentukan tujuan, dan aturan yang harus

ditaati.

2. Tujuan Diskusi

Dinkmeyer dan Muro (Tatiek Romlah, 2006:89) menyebutkan tiga

macam tujuan diskusi yaitu mengembangkan pengertian terhadap diri

sendiri, mengembangkan kesadaran tentang diri dan orang lain, dan

mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara manusia.

Dewa Ketut Sukardi (1994:494) mengatakan bahwa tujuan diskusi

(42)

26

Memberi kesempatan peserta untuk saling mengemukakan pendapat dalam mengenal dan memecahkan problema, menciptakan suasansa yang informal dan membuat problema lebih menarik, juga mengantarkan para peserta yang tidak suka bicara untuk mau mengemukakan pendapat mereka.

Prayitno dan Erman Amti (2004:24) menyatakan bahwa diskusi

kelompok bertujuan untuk melatih siswa berani mengungkapkan pendapat

di hadapan teman-temannya, bersikap terbuka dalam kelompok, membina

keakraban bersama temannya maupun teman lain di luar kelompok,

mengendalikan diri, bersikap tenggang rasa dengan orang lain,

memperoleh keterampilan sosial, mengenali dan memahami dirinya dalam

berhubungan dengan yang lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

diskusi adalah siswa dapat bersikap berani ketika mengungkapkan

pendapat di hadapan teman-temannya, memperoleh berbagai informasi,

wawasan, pemahaman, nilai dan sikap, serta dapat menyelesaikan berbagai

permasalahan dan berani mengambil keputusan. Tujuan diskusi memiliki

peran penting dalam pembentukan diri siswa.

3. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Diskusi

Diskusi merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok.

Adapun kelebihan dan kelemahan menurut Tatiek Romlah (2006:90-91)

kelebihan diskusi adalah (1) anggota kelompok lebih aktif karena tiap

anggota mendapat kesempatan berbicara, (2) anggota kelompok dapat

saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang akan

(43)

27

kelompok belajar mendengarkan dengan baik, (4) meningkatkan

pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain (5) anggota belajar

menjadi pemimpin, baik dengan menjadi pemimpin kelompok maupun

dengan mengamati perilaku pemimpin kelompok. Sedangkan kelemahan

diskusi adalah (1) menjadi salah arah apabila pemimpin kelompok tidak

melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik, (2) ada

kemungkinan diskusi dikuasai oleh individu-individu tertentu, (3)

membutuhkan banyak waktu dan tempat yang agak luas, terutama untuk

diskusi-diskusi kelompok kecil, agar masing-masing kelompok tidak

terganggu.

Wardani (1983:8-9) lebih lanjut mengemukakan kelebihan dan

kelemahan diskusi kelompok. Adapun kelebihan diskusi adalah kelompok

memiliki sumber informasi yang lebih kaya daripada yang dimiliki oleh

individu sehingga dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik, anggota

kelompok sering dimotivasi oleh anggota lain, anggota kelompok lebih

merasa terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok karena terlibat

langsung, meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun orang

lain. Sedangkan kelemahan diskusi adalah memerlukan waktu yang lebih

banyak, memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal negatif

(pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut,

penyimpangan yang tidak ditegur, dll), ada kalanya diskusi hanya

(44)

28

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik

diskusi merupakan bagian dari bimbingan kelompok. Adapun

kelebihannya adalah anggota kelompok menjadi lebih aktif, saling

bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai, belajar

mendengarkan dengan baik, belajar menjadi pemimpin, serta

meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain. Sedangkan

kelemahan teknik diskusi adalah membutuhkan waktu banyak,

kemungkinan satu arah jika pemimpin diskusi tidak berperan dengan baik,

kadang didominasi oleh beberapa anggota.

4. Pelaksanaan dan Pembentukan Kelompok dalam Diskusi

a. Pelaksanaan Diskusi

Guru pembimbing hanya menjadi koordinator jalannya diskusi

kelompok dalam kegiatan diskusi. Dalam menjalankan perannya itu,

maka guru atau pembimbing diharapkan memberikan dorongan terhadap

siswa, sehingga mereka mempunyai kebebasan untuk berpikir, berbuat

serta bereaksi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Pembimbing menerapkan langkah-langkah dalam diskusi kelompok yang

nantinya agar diskusi kelompok berjalan dengan baik.

Langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi seperti yang

dikemukakan oleh Suryobroto (Syaiful Bahri D., 2002:112-113) adalah

(45)

29

1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan

memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara

pemecahannya.

2) Dengan pimpinan guru, maka para siswa membentuk

kelompok-kelompok diskusi (ketua, sekretaris, mengatur ruangan, sarana, dan

sebagainya).

3) Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing,

sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang

lain untuk menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan

bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi

aktif dan agar diskusi berjalan lancar.

4) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil

yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari

kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap

laporan-laporan tersebut.

5) Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah

para siswa mencatatnya.

Menurut Wardani (1983:7) agar diskusi dapat berjalan secara

efektif, maka perlu juga didahului oleh perencanaan dan persiapan yang

matang, mencakup hal-hal sebagai berikut pemilihan topik atau masalah

yang akan didiskusikan. Perencanaan dan penyiapan informasi

(46)

30

mempersiapkan diri sebaik mungkin sebagai pemimpin diskusi,

penetapan besar kelompok, serta pengaturan tempat duduk.

Wardani (1983:6) juga mengungkapkan bahwa ―dalam diskusi

hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka yaitu dalam suasana

persahabatan yang ditandai oleh kehangatan hubungan pribadi, kesediaan

menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, keantusiasan

berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang lain, hingga

kelompok menganggap diskusi sebagai suatu kegiatan yang

menyenangkan‖. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui

bahwa dalam melaksanakan diskusi perlu memperhatikan berbagai faktor

agar diskusi dapat berjalan efektif. Faktor-faktor tersebut merupakan satu

rangkaian yang saling menentukan, dalam arti setiap faktor akan

berperan bila didukung oleh faktor-faktor lainnya.

b. Pembentukan Kelompok

Pelaksanaan diskusi kelompok tidak lepas dari kelompok. Oleh

karena itu, sebelum diskusi kelompok perlu dibentuk kelompok. Menurut

Tatiek Romlah, (2006:114) pembentukan kelompok tersebut dapat

dilakukan sesuai dengan alasan atau tujuan tertentu. Dalam pembentukan

kelompok biasanya didasarkan pada adanya alat pelajaran yang tidak

mencukupi jumlahnya, kemampuan belajar siswa, minat khusus,

memperbesar partisipasi siswa, dan kerjasama yang efektif.

Menurut Wardani (1983:22) proses pembentukan kelompok dapat

(47)

31

1) Pembentukan secara otoriter, yaitu cara pembentukan kelompok

secara otoriter yaitu pembentukan kelompok yang ditentukan oleh

pembimbing atau guru bidang studi, sedangkan peserta didik tidak

diberi kesempatan untuk memilih semaunya.

2) Pembentukan secara liberal, cara pembentukan kelompok secara

liberal yaitu pembentukan kelompok dimana pembimbing atau guru

studi tidak turut campur tangan, sedangkan peserta didik bebas

memilih temannya dalam suatu kelompok.

Adapun suatu kelompok yang efektif menurut Wardani (1983:64)

memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1) Terdapat bermacam-macam kebutuhan para anggotanya yang

dinyatakan dalam bentuk permasalahan.

2) Para anggota mempunyai masalah yang telah dipahami mereka.

3) Masalah-masalah itu diajukan dalam bentuk sejumlah

pertanyaan-pertanyaan tentang nilai yang mengakibatkan timbulnya berbagai

jawaban yang berbeda-beda.

4) Kelompok memiliki tujuan tertentu yang sekaligus menjadi tujuan

anggota.

5) Setiap individu bertanggungjawab memberikan sumbangan tertentu

untuk mencapai tujuan mereka

6) Terdapat proses pertukaran pendapat dan pengalaman dalam

(48)

32

Berdasarkan penjelasan di atas, pembentukan kelompok pada

penelitian ini dilakukan secara otoriter dengan mempertimbangkan

beberapa hal. Hal-hal yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah

persebaran laki-laki dan perempuan dan tingkat kemampuan perencanaan

karier siswa.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian Veroniqa Desy Prihatiningsih (2013:163) memberikan

penjelasan bahwa kemampuan perencanaan karier siswa meningkat setelah

dilaksanakan tindakan berupa metode mind mapping pada siswa sekolah

menengah pertama. Dengan kata lain, hasil penelitian tersebut kemudian

menjadi menjadi salah satu dasar bahwa kemampuan perencanaan siswa

dapat mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan.

2. Hasil penelitian Ervin Afriwinanda (2012:9) menunjukan bahwa konsep

diri sangat erat kaitannya dalam perencanaan karier. Hasil penelitian

tersebut menjadi salah satu acuan sebagai bukti penguat bahwa konsep diri

dengan arti lain pemahaman diri menjadi salah satu aspek penting dalam

perencanaan karier.

3. Hasil Penelitian Rizki Nur Indriyani (2013:121) menjelaskan bahwa

pemahaman perencanaan karier siswa mengalami peningkatan setelah

diberikan tindakan berupa teknik diskusi kelompok. Penelitian tersebut

dilakukan pada subjek tingkat SMA, yang sekaligus juga berada pada

tahap transisi menurut teori Ginzberg. Sedangkan subjek yang menjadi

(49)

33

demikian, hasil penelitian tersebut menjadi penguat penelitian peneliti

untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.

E. Kerangka Pikir

Perencanaan karier merupakan kemampuan individu untuk

mengidentifikasi tujuan karier yang di dalamnya melibatkan proses

berkelanjutan berupa pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja, serta

kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Tujuan perencanaan

karier adalah untuk mempersiapkan individu dalam memilih suatu alternatif

keputusan tentang karier secara rasional, agar dapat direalisasikan dalam

kehidupan nyata baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Aspek perencanaan karier meliputi: pemahaman diri, kemampuan

mengumpulkan informasi tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih

tujuan karier yang diinginkan. Didahului dengan identifikasi pemahaman diri

dan lingkungan, nilai dan hambatan yang sesuai dengan fakta yang ada pada

diri individu. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki siswa dalam

membuat perencanaan karier, siswa mampu memutuskan pilihan karier yang

tepat dan sesuai dengan keadaan dirinya sehingga meminimalkan

kemungkinan terjadi kesalahan yang berat dalam memilih alternatif-alternatif

yang tersedia.

Salah satu layanan yang dapat digunakan dalam meningkatkan

kemampuan perencanaan karier siswa adalah layanan bimbingan kelompok

teknik diskusi. Terkait dengan fungsi pemahaman, teknik diskusi merupakan

(50)

34

menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama, terutama mengenai

bidang karier. Sehingga dengan diskusi karier tersebut siswa diharapkan

dapat memahami diri, memahami lingkungan, mengarahkan diri, membuat

pilihan-pilihan, mengambil keputusan, serta memecahkan masalah.

Pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dimaksudkan

untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada siswa sehingga dapat

menggunakan manfaat tersebut untuk merencanakan hidupnya di masa

sekarang dan yang akan datang. Dengan adanya rencana tersebut, maka

tujuan yang akan dicapai adalah siswa dapat memahami dirinya mengenai

minat, kemampuan, keterampilan, kepribadian, sikap, nilai-nilai, dan cita-cita.

Selanjutnya siswa juga dapat mengetahui perkembangan dan kondisi dunia

kerja, informasi berbagai jenis sebagai bahan pertimbangan siswa dalam

membuat perencanaan karier yang sesuai dengan bakat dan potensi yang

dimilikinya.

Berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut, siswa mampu

merencanakan kariernya sesuai dengan keadaan diri masing-masing. Menurut

uraian tersebut, maka upaya meningkatkan kemampuan perencanaan karier

diharapkan dapat dilakukan dengan menggunakan layanan bimbingan

(51)

35

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok teknik

diskusi dapat meningkatkan perencanaan karier siswa kelas VIII H di SMP

(52)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penilitian Tindakan Kelas

(PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto,

dkk., (2007:3) ―penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama‖. Tindakan tersebut diberikan oleh

guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan pada siswa. Penelitian ini

bukan hanya terbatas di kelas saja, tetapi dapat di sekolah, di lapangan, di

bengkel, atau di tempat-tempat lain, asal sesuai dengan bidang tugasnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru atau

peneliti dalam kelas yang mengalami suatu permasalahan terkait dengan

perkembangan siswa. Alasan peneliti menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) yaitu untuk mengatasi permasalahan siswa terkait dengan

perencanaan karier. Mengetahui bukti nyata dan tidak nyata peningkatan

perencanaan karier maka peneliti menggunakan bimbingan kelompok teknik

diskusi dalam melaksanakan penelitian. Bimbingan kelompok teknik diskusi

diharapkan dapat membantu siswa mengatasi permasalahan siswa terkait

dengan perencanaan karier siswa agar berkembang secara optimal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung

pendekatan kualitatif. Peneliti akan terlibat langsung dalam pelaksanaan

(53)

37

menggunakan model dari Suharsimi Arikunto (2010:17) dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas

Adapun penjelasan mengenai empat tahapan dalam satu siklus

penelitian sebagai berikut:

1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Tahap penyusunan reancangan ini peneliti menentukan titik atau

fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati.

Kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu

peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

memberikan tindakan di kelas. Peneliti memberikan perlakuan kepada

siswa berupa kegiatan ataupun pembelajaran untuk perbaikan ke arah

(54)

38 3. Pengamatan (Observing)

Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan,

jadi kedua tahap tersebut berlangsung pada waktu yang sama.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan selama proses tindakan berlangsung. Dalam

refleksi ini dianalisis apakah proses tindakan yang dilakukan sudah

berhasil sesuai yang diharapkan atau belum sehingga bisa diketahui

kekurangannya. Jika belum sesuai yang diharapkan, maka dibuat rencana

pembelajaran untuk siklus selanjutnya, begitu seterusnya sampai

mencapai hasil yang diinginkan. Refleksi dapat dilakukan apabila peneliti

merasa sudah mantap mendapat pengalaman, dalam arti sudah

memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki cara yang

telah dicoba.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk siklus, yaitu satu kegiatan beruntun yang kembali ke langkah

semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai

dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Dalam penelitian tindakan

minimal harus melakukan dua siklus tindakan, baru penelitian dianggap sah.

Penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil jika sudah tercapai target yang

(55)

39

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk

meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa. Melalui siklus tindakan

siswa bisa diarahkan dan dibimbing dengan menggunakan metode yang tepat,

dan apabila tindakan siklus pertama belum berhasil dapat dilanjutkan ke

siklus berikut sampai akhir kemampuan perencanaan karier yang rendah

dapat lebih meningkat.

B. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010:173) menyatakan populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen

yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII

H SMP Negeri 3 Kebumen yang berjumlah 32 siswa. Dengan karakteristik

subjek sebagai berikut:

1. Subjek rata-rata berkemampuan perencanaan karier rendah dan sedang,

datanya diperoleh melalui skala perencanaan karier pada pre-test.

2. Subjek rata-rata mengalami kesulitan dalam perencanaan karier yang

diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengambil setting penelitian di SMP Negeri 3 Kebumen.

Hal ini dikarenakan pada setiap kelas yang dibagikan IKMS pasti akan

didapatkan beberapa siswa yang berkemampuan perencanaan karier rendah.

Jumlah keseluruhan siswa yang mengalami keadaan dan memenuhi kriteria

(56)

40

memiliki kemampuan perencanaan karier rendah dan sedang ini akan

dibentuk kelompok kecil untuk melakukan bimbingan kelompok teknik

diskusi. Apabila melihat kondisi SMP Negeri 3 Kebumen yang memiliki

rata-rata kemampuan psikologis kuat, sedangkan keadaan siswa berkemampuan

merencanakan karier rendah seperti ini tidaklah ideal. Oleh karena itu,

peneliti tertarik mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan

kemampuan perencanaan karier bagi siswa tersebut melalui layanan

bimbingan kelompok teknik diskusi.

Penelitian ini diadakan pada bulan Agustus hingga September tahun

2016. Lamanya waktu penelitian ini diharapkan dapat benar-benar

meningkatkan kemampuan siswa dalam perencanaan kariernya.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk membatasi variabel sehingga

tidak terjadi salah pengertian. Terdapat beberapa definisi operasional dalam

penelitian tindakan kelas ini, berikut merupakan penjabarannya:

1. Perencanaan karier merupakan kemampuan individu untuk

mengidentifikasi tujuan karier yang didalamnya melibatkan proses

berkelanjutan berupa pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja,

serta kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Kemampuan

perencanaan karier yang tinggi, diharapkan individu berhasil

melaksanakan tugas perkembangan seputar karier.

2. Bimbingan kelompok teknik diskusi merupakan suatu teknik bimbingan

(57)

41

setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat

masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna mencari

pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Dengan individu

mampu berinteraksi dengan sesama anggota kelompok, diharapkan

individu dapat terbantu menghadapi permasalahan seputar perencanaan

kariernya.

E. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif yang artinya bahwa

penelitian dilakukan berkolaborasi dengan guru pembimbing. Penelitian

tindakan kelas ini akan dilakukan dalam beberapa siklus meliputi;

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Secara lebih rinci

langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan pada penelitian ini diawali dengan peneliti

melakukan observasi. Observasi pada tahap ini merupakan tahap awal

peneliti menemukan masalah dan merencanakan sebuah solusi yang tepat

untuk pemecahannya melalui sebuah tindakan. Kegiatan yang akan

dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:

a. Melakukan need assessment pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3

Kebumen dengan menyebarkan lembar identifikasi kebutuhan

masalah siswa pada 2 kelas secara acak. Berdasarkan hasil identifikasi

kebutuhan masalah siswa tersebut peneliti menemukan masalah yang

Gambar

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1. Skor Jawaban Responden terhadap Instrumen
Tabel 2. Kisi-kisi Skala Perencanaan Karier
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat membantu siswa dalam menentukan perencanaan karir siswa kelas XI

Berdasarkan hasil temuan penelitian disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan yaitu ada pengaruh yang signifikan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik

Rumusan masalah dalam penelitian adalah “ Apakah ada Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Yang

Alasan penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok kepada siswa di SMP Negeri 34 Surabaya adalah (1) agar mampu meningkatkan rasa saling

Pelaksanaan layanan bimbingan karier yang di lakukan oleh guru BK sebaiknya dilakukan dengan semenarik mungkin oleh guru BK, agar siswa yang mengikuti layanan

Bagi Kepala SMP Negeri 2 Patebon Kendal hasil penelitian peningkatan harga diri peserta didik yang rendah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan harga diri peserta didik kelas IX SMP Negeri

Skripsi dengan judul “Pengaruh Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok terhadap Konsep Diri Siswa Kelas VIII di MTs Negeri 1 Palembang (Lokal