PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA
SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Mei Pritangguh NIM 12104241067
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA
SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Mei Pritangguh NIM 12104241067
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”
(Q.S. Al-Mujadilah 11)
“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu saya tercinta.
Program Studi Bimbingan dan Konseling.
vii
PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA
SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN Oleh
Mei Pritangguh NIM 12104241067
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen, (2) mengetahui proses layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang mampu meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan mengadopsi model dari Kemmis dan McTaggart. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala kemampuan perencanaan karier, observasi, dan wawancara. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri 3 (tiga) tindakan. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa. Dilihat dari hasil data kuantitatif rata-rata skor pre-test yaitu 83 dan meningkat 20% sebanyak 30 skor sehingga rata-rata skor pada post-test I menjadi 113. Selanjutnya rata-rata skor siswa meningkat lagi 6% sebanyak 10 skor sehingga rata-rata skor pada post-test II meningkat 123. (2) Hasil tersebut juga didukung hasil observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru pembimbing, peningkatan ini terjadi karena dalam teknik diskusi terdapat dinamika kelompok yang dinamis antar anggota kelompok, sehingga setiap siswa bisa saling membantu menyelesaikan masalah. Dinamika kelompok yang dinamis mengarahkan pada penyelesaian masalah bersama.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier
melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VIII H
di SMP Negeri 3 Kebumen”, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak
terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan izin penelitian.
2. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah menyetujui judul skripsi dan memberikan dosen
pembimbing skripsi.
3. Dra. Sri Iswanti, M. Pd. yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, masukan, dan koreksi serta motivasi dengan sabar dan
bijak dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan atas segala
ilmu dan pengalaman belajar selama menempuh studi.
5. Guru Pembimbing SMP Negeri 3 Kebumen yang telah membantu dalam
x A. Kajian tentang Perencanaan Karier ...12
1. Teori Perkembangan Karier ...12
2. Pengertian Perencanaan Karier ...15
3. Tujuan Perencanaan Karier ...16
4. Faktor–faktor Perencanaan Karier ...18
5. Aspek-aspek Perencanaan Karier ...19
B. Kajian tentang Bimbingan Kelompok...21
xi
2. Tujuan Bimbingan Kelompok...22
3. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok ...23
C. Kajian tentang Teknik Diskusi ...24
1. Pengertian Diskusi ...24
2. Tujuan Diskusi ...25
3. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Diskusi...26
4. Pelaksanaan dan Pembentukan Kelompok dalam Diskusi ...28
D. Kajian Penelitian yang Relevan ...32
E. Kerangka Pikir ...33
F. Hipotesis Tindakan ...35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...36
B. Subjek Penelitian ...39
C. Tempat dan Waktu Penelitian ...39
D. Definisi Operasional ...40
E. Rencana Tindakan ...41
F. Skenario Siklus ...43
G. Kriteria Keberhasilan ...46
H. Metode Pengumpulan Data ...47
I. Instrumen Penelitian ...49
J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...52
K. Teknik Analisis Data ...57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ...60
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...60
2. Deskripsi Waktu Penelitian...61
B. Deskripsi Subjek Penelitian ...61
C. Langkah Sebelum Pelaksanaan Tindakan ...63
D. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ...65
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ...65
xii
3. Refleksi ...78
4. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...80
5. Hasil Tindakan Siklus II ...88
6. Refleksi ...93
E. Refleksi Hasil Wawancara ...94
F. Pembahasan Hasil Penelitian ...96
G. Keterbatasan Penelitian ...100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...102
B. Saran ...103
DAFTAR PUSTAKA ...104
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Skor Jawaban Responden terhadap Instrumen ...48
Tabel 2. Kisi-kisi Skala Perencanaan Karier ...50
Tabel 3. Rangkuman Item Sahih dan Item Gugur ...55
Tabel 4. Kategorisasi Skor Skala Kemampuan Perencanaan Karier ...58
Tabel 5. Waktu Pelaksanaan Penelitian ...61
Tabel 6. Nama Subjek Penelitian...62
Tabel 7. Kategori Perencanaan Karier Siswa Pratindakan ...63
Tabel 8. Pembagian Kelompok Diskusi ...66
Tabel 9. Peningkatan Skor Siswa (Siklus I) ...76
Tabel 10. Hasil Skala Pratindakan, Siklus I, Siklus II ...89
Tabel 11. Rekapitulasi Data Perencanaan Karier Pasca-Siklus II...91
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir... 35
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 37
Gambar 3. Histogram Perbandingan Skor Skala Kemampuan
Perencanaan Karier Pre-test, Post-test I, Post-test II ... 90
Gambar 4. Histogram Perbandingan Kemampuan Perencanaan Karier
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Skala Perencanaan Karier sebelum Uji Coba ...107
Lampiran 2. Skala Perencanaan Karier setelah Uji Coba ...111
Lampiran 3. Pedoman Observasi ...115
Lampiran 4. Pedoman Wawancara ...116
Lampiran 5. Skor Hasil Uji Coba Angket ...117
Lampiran 6. Uji Validitas Angket Kemampuan Perencanaan Karier ...118
Lampiran 7. Uji Reliabilitas Angket Kemampuan Perencanaan Karier ...119
Lampiran 8. Data Hasil Skor Pre-Test ...120
Lampiran 9. Data Hasil Skor Post-Test I ...121
Lampiran 10. Data Hasil Skor Post-Test II ...122
Lampiran 11. Hasil Observasi Siswa ...123
Lampiran 12. Hasil Wawancara Siswa dan Guru Pembimbing ...125
Lampiran 13. Satuan Layanan Bimbingan Kelompok ...130
Lampiran 14. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ...159
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia terus berlangsung dan kebutuhan hidup setiap hari
semakin bertambah mengharuskan manusia untuk berusaha, sehingga
kebutuhan hidup dapat terpenuhi dan kehidupan dapat berlangsung dengan
baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut
adalah dengan memilih dan memiliki karier atau pekerjaan tertentu. Memiliki
karier yang tepat dan baik dapat menjadi suatu tanda terjaminnya kehidupan
manusia, terhindar dari keadaan ekonomi yang sulit serta mendapatkan
kebahagiaan.
Karier yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa
yang dilakukannya tetapi lebih pada pekerjaan sebagai ajang untuk
mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Menurut
Havighurst (Hurlock, 2002:206) karier atau pekerjaan seseorang menentukan
berbagai hal dalam kehidupan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dewa Ketut
Sukardi (1987:15) menambahkan bahwa suatu pekerjaan yang disandang
seseorang yang cocok atau benar-benar sesuai dengan potensi diri dari orang
yang menjabatnya maka akan menimbulkan kesenangan kemudian mereka
akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya.
Karier yang diinginkan tidak serta-merta dapat diraih, perlu
perencanaan dan usaha dalam menggapainya. Menurut Yulita Ristyastini dan
Suzy Charllote (2006:56) karier tertinggi tidak dapat dicapai secara instan,
2
baik dilakukan sedini mungkin, mengingat betapa pentingnya masalah karier
dalam kehidupan manusia.
Remaja merupakan langkah awal untuk memulai merencanakan
karier. Masa remaja merupakan periode penting, periode peralihan, periode
perubahan, pencarian identitas, usia bermasalah, usia ketakutan, masa yang
tidak realistik, dan masa ambang dewasa (Rita Eka Izzaty, dkk.,
2008:124-126). Santrock (2003:31) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa
transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan psikologis,
kognitif, dan sosial. Oleh karena itu, berdasarkan kedua pendapat di atas masa
remaja adalah masa yang tepat dalam pembentukanpola pikir terhadap
pentingnya merencanakan karier.
Siswa yang berada pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
berada pada fase atau masa remaja. Remaja memiliki tugas perkembangan,
menurut Havighurst (Hurlock, 2002:10) salah satunya adalah mempersiapkan
masa depan terutama mempersiapkan kariernya. Setiap tahapan
perkembangan manusia mempunyai karakteristik yang khas dan tugas-tugas
perkembangan tersendiri yang bermanfaat sebagai petunjuk arah
perkembangan yang normal. Tugas-tugas perkembangan tersebut juga sangat
berhubungan dengan pendidikan yang diterima oleh individu. Pendidikan
menentukan tugas apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada
masa-masa tertentu. Konsep diri dan harga diri akan turun bila seseorang tidak
melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, karena individu tersebut
3
ketidakbahagiaan bagi individu yang bersangkutan. Sebaliknya, menurut
Monks (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008:6) keberhasilan dalam melaksanakan
tugas-tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan perasaan
bahagia.
Banyaknya hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karier,
maka perlu diberikan bimbingan atau pendidikan yang mengarah pada
perencanaan karier bagi siswa SMP. Hal ini sejalan dengan pendapat
Santrock (2003:485) bahwa salah satu aspek penting dalam merencanakan
perkembangan karier adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang
diperlukan untuk memasuki karier tertentu. Bimbingan tersebut hendaknya
bertujuan mengarahkan siswa menuju karier yang sesuai dengan pemahaman
diri, kondisi diri, lingkungan, nilai-nilai, hambatan, dan kondisi karier saat ini
maupun yang akan datang.
Pelaksanaan perencanaan karier bagi siswa SMP dapat dilaksanakan
melalui penerapan salah satu bidang bimbingan yaitu bimbingan karier.
Seperti pernyataan Dewa Ketut Sukardi (1987:98) bahwa pendidikan karier
yang terdapat di dalam bimbingan karier ikut menunjang dalam proses
perencanaan karier sehingga bimbingan karier perlu dilaksanakan secara
terpadu dan baik mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan
perguruan tinggi.
Peraturan Mendikbud (2014:15) menegaskan tujuan bimbingan dan
konseling karier adalah memfasilitasi perkembangan, eksplorasi, aspirasi, dan
4
konseli. Guru BK sebagai pembimbing siswa dalam fase perkembangan
kariernnya memiliki peran yang berat dalam mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bimbingan karier sangat
penting diberikan kepada siswa. Sebab dengan bimbingan karier dapat
membantu siswa untuk mengoptimalkan keadaan diri dan potensi,
mengembangkan bakat dan kemampuannya untuk mencapai karier yang
diinginkan.
Permasalahan mengenai perencanaan karier di kalangan remaja
ditemukan peneliti di SMP Negeri 3 Kebumen. Berdasarkan analisis
Identifikasi Kebutuhan Masalah Siswa (IKMS) diketahui bahwa masalah
yang sering kali dialami remaja atau siswa SMP dalam rangka persiapan
karier masa depan adalah siswa masih belum mampu menentukan pilihan
untuk melanjutkan studi lanjutan serta pilihan jurusan yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki dan siswa masih belum dapat memutuskan jenis
pekerjaan apa yang akan dijalani nantinya.
Hasil survei pendahuluan dilakukan dengan wawancara dengan guru
pembimbing serta terhadap beberapa siswa terkait perencanaan karier.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata siswa
kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen masih belum menentukan secara pasti
arah cita-cita kariernya walaupun beberapa siswa sudah ada pilihan untuk
jenis cita-cita tertentu, namun siswa masih belum yakin dapat mewujudkan
5
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 23 Juli 2016
kepada 64 siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen, diketahui hasil
kategorisasi perencanaan karier diantaranya terdapat 38 siswa (60%)
memiliki perencanaan karier rendah, kemudian 19 siswa (30%) memiliki
perencanaan karier sedang, dan terdapat 7 siswa (10%) yang memiliki
perencanaan karier tinggi. Dari hasil analisis survei tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3
Kebumen cenderung memiliki perencanaan karier dengan kategori rendah.
Kelas VIII H adalah kelas dengan jumlah rata-rata siswa memiliki
kemampuan perencanaan karier lebih rendah dibandingkan kelas VIII lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing dan siswa,
peneliti menemukan faktor utama yang dirasa sebagai penyebab rendahnya
kemampuan perencanaan karier siswa adalah selama ini jarang sekali guru
pembimbing memberikan layanan bimbingan di bidang karier. Dengan
demikian, banyak dari siswa yang hanya ikut-ikutan teman ketika mereka
diminta memilih sekolah lanjutan atau jurusan yang akan dimasukinya, tanpa
mempertimbangkan kemampuan, bakat, minat, ataupun kepribadiannya.
Guru pembimbing pada saat diwawancara dengan peneliti
membenarkan adanya beberapa perilaku-perilaku siswa kelas VIII H yang
menunjukkan kebingungan dan ketidaktahuan dalam perencanaan karier.
Perilaku tersebut misalnya belum mengetahui bakat, minat, dan bingung
harus melanjutkan ke sekolah mana setelah lulus SMP. Pelaksanaan
6
hal ini dikarenakan guru pembimbing belum menemukan dan mengetahui
teknik dan metode yang inovatif dalam menyampaikan bimbingan karier.
Dengan demikian, pemberian layanan bimbingan yang pada mulanya
diharapkan dapat membantu siswa dalam bidang peminatan atau karier
ternyata kurang memberi manfaat pada siswa. Hal ini karena guru
pembimbing kurang optimal dalam memberikan layanan yang terkait dengan
karier.
Berbagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai
pengembangan karier sangatlah penting untuk diberikan kepada siswa agar
siswa dapat menentukan arah hidup, juga untuk bekal selama masa remaja
hingga dewasa yang nanti mampu untuk hidup mandiri. Program bimbingan
karier salah satunya bertujuan untuk membantu siswa dalam merencanakan
karier di masa yang akan datang. Melalui program bimbingan karier
diharapkan siswa merencanakan karier sesuai dengan bakat, minat, dan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Jika seseorang memperoleh karier yang tepat,
maka hidup akan menjadi bahagia, dan kebahagiaan itu adalah tujuan hidup
semua orang. Oleh karena itu bimbingan karier sejak usia remaja merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari tugas pendidikan.
Peneliti merekomendasikan pemanfaatan layanan bimbingan
kelompok menggunakan teknik diskusi untuk membantu siswa
menyelesaikan masalah tersebut. Diskusi merupakan suatu pertemuan dua
orang atau lebih, yang ditujukan untuk saling bertukar pengalaman dan
7
disini adalah untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data
dan fakta di bidang pendidikan, pekerjaan, pengembangan pribadi-sosial
supaya siswa dapat belajar tentang lingkungan hidup dan mampu mengatur
serta merencanakan kehidupan sendiri. Topik yang dibahas melalui diskusi
kelompok mengenai perencanaan karier sangatlah penting untuk membekali
siswa dengan pemahaman-pemahaman tentang pengembangan karier.
Teknik diskusi dipilih untuk membantu meningkatkan kemampuan
perencanaan karier siswa karena melalui diskusi, mampu menumbuhkan
interaksi positif dalam menyelesaikan masalah secara bersama. Hal ini
didukung oleh pendapat Prawitasari (Faridah Ainur Rohmah, 2006:52) bahwa
pendekatan kelompok diskusi sering digunakan karena memiliki kelebihan
yaitu: 1) kelompok memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk saling
memberi dan menerima umpan balik; 2) anggota akan belajar untuk berlatih
tentang perilaku baru karena kelompok merupakan mikrokosmik sosial; 3)
kemampuan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggotanya, 4)
mempelajari keterampilan sosial dan kesempatan memberi dan menerima di
dalam kelompok.
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
memerlukan kerjasama semua pihak sehingga tercapai keberhasilan
pendidikan secara optimal, tetapi dalam pelaksanaan antara satu dengan yang
lain belum berjalan secara maksimal. Guru pembimbing di sekolah
diharapkan mampu memberikan informasi secara maksimal yang bermanfaat
8
karier yang sesuai dengan keinginan siswa sendiri. Pemberian informasi
tersebut dapat diberikan misalnya dengan cara bimbingan klasikal, konseling,
bimbingan kelompok, diskusi dan lain sebagainya agar dapat meningkatkan
perolehan keterampilan akademik maupun nonakademik dari diri siswa
sendiri.
Berkenaan dengan fenomena rendahnya kemampuan siswa dalam
merencanakan karier, maka penting dilaksanakannya penelitian. Maka dari itu
dalam rangka meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa,
penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan bimbingan kelompok teknik
diskusi. Penulis mengadakan penelitian dengan judul ―Peningkatan
Kemampuan Perencanaan Karier melalui Layanan Bimbingan Kelompok
Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen‖.
Diharapkan adanya layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan perencanaan karier pada
kalangan siswa sehingga berdampak positif dan mampu membantu tugas
perkembangan siswa di bidang karier.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut.
1. Siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen merupakan kelas yang
memiliki rata-rata kemampuan perencanaan karier rendah.
2. Siswa belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang akurat tentang
9
3. Siswa belum mampu menentukan pilihan untuk melanjutkan studi
lanjutan serta pilihan jurusannya.
4. Siswa belum menentukan secara pasti arah cita-cita kariernya.
5. Frekuensi pemberian layanan bimbingan dan konseling karier pada siswa
kelas VIII H SMPN 3 Kebumen oleh guru pembimbing masih kurang.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi
penelitian ini pada ranah siswa yang memiliki kemampuan perencanaan
karier rendah dan sedang, dibuktikan dengan hasil pengumpulan data dan
kemudian diberi tindakan melalui layanan bimbingan kelompok teknik
diskusi. Peneliti tidak berusaha memecahkan penyebab rendahnya
perencanaan karier, melainkan menyajikan alternatif layanan yang efektif
untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan
masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan
kemampuan perencanaan karier pada siswa kelas VIII H di SMP Negeri
3 Kebumen?
2. Bagaimana layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat
meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa kelas VIII H di
10 E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
melalui penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui layanan
bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII H di SMP
Negeri 3 Kebumen.
2. Mengetahui proses layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang
mampu meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa kelas VIII
H di SMP Negeri 3 Kebumen.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberi
sumbangan dalam khasanah keilmuan yang dapat dijadikan sebagai
bahan referensi untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier
siswa. Hasil penelitian juga diharapkan akan menyumbangkan teori dan
pikiran tentang layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk
meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada aspek pemahaman
diri, pemahaman dunia kerja, dan tujuan karier yang diinginkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier
11
agar siswa mempersiapkan masa depan secara lebih baik. Setelah
tindakan, siswa dapat melakukan secara mandiri.
b. Bagi Guru Pembimbing
Guru Pembimbing dapat menggunakan teknik diskusi sebagai
salah satu alternatif layanan untuk meningkatkan kemampuan
perencanaan karier siswa kelas lain, serta memotivasi guru
pembimbing agar lebih kreatif dalam memberikan layanan kepada
siswa.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat memberikan dasar bagi pengembangan
penelitian lebih lanjut yang ada kaitannya dengan kemampuan
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Perencanaan Karier
1. Teori Perkembangan Karier
Terdapat sejumlah pakar yang mengemukakan teorinya tentang
karier. Salah satu yang terkemuka adalah teori perkembangan karier
(development career choice theory) menurut Ginzberg dkk. (Santrock,
2003:483-484) anak dan remaja melewati tiga masa pemilihan karier,
yaitu: fantasi, tentatif, dan realistis. Teori Ginzberg beragumentasi bahwa
hingga usia 11 tahun anak masih dalam masa fantasi dari pemilihan karier.
Usia 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam masa tentatif dari
perkembangan karier, sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan
realistis dari masa dewasa muda, dan usia 18 hingga 24 tahun merupakan
masa realistis.
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 3
Kebumen yang rentang usianya yaitu 12 hingga 14 tahun. Berdasarkan
teori Ginzberg, subjek berada pada masa tentatif. Menurut Ginzberg dkk.
(Munandir, 1996:90) masa tentatif diklasifikasikan menjadi empat tahap,
dimulai dari (1) tahap minat (11―12 tahun) yakni masa dimana individu
cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan hanya yang sesuai minat
dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karierpun juga didasari atas
kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, tanpa
mempertimbangkan faktor lain. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa
13
lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang
kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan
ini disebut sebagai (2) tahap kapasitas (13―14 tahun), yakni masa dimana
individu mulai melakukan pekerjaan atau kegiatan didasarkan pada
kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada
masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan
minat dan kesukaannya.
Tahap berikutnya (3) tahap nilai (15―16 tahun), yaitu tahap
dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana
oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan
nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang
bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan.
Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat
individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan
lainnya. Adapun tahap terakhir dari masa tentatif ini adalah (4) tahap
transisi (17―18 tahun), yakni keadaan dimana individu akan memadukan
orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan
nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal
juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja,
pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu.
Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung
14
Berdasarkan tahapan-tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di
atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan karier yang terjadi pada
individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut,
yang dinilai subjektif oleh individu dalam sosiokulturalnya sejak masa
kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya menurut Zunker (Didi
Tarsidi, 2007:6) pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat,
pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam
karier (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu
mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat,
kapasitas, dan nilai ke dalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis.
Ginzberg (Munandir, 1996:92) dalam kaji ulangnya terhadap
teorinya menekankan kembali bahwa pemilihan pekerjaan merupakan
proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi
mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini
mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali,
dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier
yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja.
Keterkaitan pada penelitian ini, maka pengenalan terhadap minat,
kapasitas yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan
sangat diperlukan oleh guru pembimbing. Dalam hal upaya
mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola
vokasional atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan
15 2. Pengertian Perencanaan Karier
Menurut Parson (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:626-623)
merumuskan bahwa perencanaan karier sebagai proses yang dilalui
sebelum melakukan pemilihan karier. Proses ini mencakup tiga aspek
utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan
dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar
antara diri sendiri dan dunia kerja.
Menurut pendapat Justine T. Sirait (2006:160) mendefinisikan
bahwa perencanaan karier merupakan "proses dimana seseorang menjadi
tahu atribut pribadi yang berkaitan dengan karier (keterampilan, minat,
pengetahuan, motivasi, dan karakteristik lain) dan rangkaian tahapan yang
berkontribusi pada pencapaian kariernya". Perencanaan karier menjadi
suatu proses dalam mencapai karier dengan mengetahui keterampilan,
minat, motivasi, dan karakteristik setiap individu.
Mamat Supriatna dan Nanang Budiman (2010:50) mengemukakan
bahwa ―perencanaan karier adalah aktivitas siswa yang memperlajari
informasi tentang karier dan mengarah pada keputusan karier masa
depan‖. Aktivitas perencanaan karier sangat penting bagi siswa terutama
untuk membangun sikap siswa dalam menempuh karier masa depan.
Tujuan utamanya adalah siswa memiliki sikap positif terhadap karier masa
depan terutama bidang karier yang diminatinya.
Menurut Marwansyah (2012:208) mendefinisikan ―perencanaan
16
untuk memilih tujuan-tujuan karier dan jalur mencapai tujuan itu‖. Tujuan
karier yang dimaksud adalah harapan akan masa depan yang ingin dicapai
oleh individu serta cara yang digunakan dalam mencapai tujuan karier
tersebut.
Menurut Henry Simamora (2011:504) perencanaan karier adalah
―proses untuk menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang,
kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan, dan
konsekuensi-konsekuensi, mengidentifikasi tujuan-tujuan yang berkaitan
dengan karier‖. Menyiratkan bahwa individu harus menyadari keadaan diri
sendiri terhadap peluang, kesempatan, kendala, pilihan, dan konsekuensi
yang berhubungan dengan karier.
Merujuk uraian di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
perencanaan karier adalah kemampuan individu untuk mengidentifikasi
tujuan karier yang didalamnya melibatkan proses berkelanjutan berupa
pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja serta kemampuan
memilih tujuan karier yang diinginkan. Sedangkan perkembangan karier
pada siswa sekolah menengah pertama diarahkan pada perencanaan karier.
3. Tujuan Perencanaan Karier
Menurut Reinhart (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:670) menyebutkan
tujuan-tujuan perencanaan karier yaitu:
a. Mengenal berbagai jenis pilihan jabatan yang terbuka bagi diri siswa
dan sekaligus bermakna serta memuaskan, dan menghayati semua
17
b. Mampu untuk mengambil keputusan-keputusan rasional sehubungan
dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam kegiatan.
c. Melaksanakan kepuasan secara nyata dalam bentuk mengintegrasikan
semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational values) serta
semua sikap dituntut dalam bekerja (vocational attitude) dalam
keseluruhan dalam hidupnya.
Lebih lanjut Winkel dan Sri Hastuti (2004:682-683) menyatakan
"tujuan perencanaan karier yaitu; 1) tujuan jangka panjang (long-range
goals); 2) tujuan jangka pendek (short-range goals)". Adapun penjelasan
dari tujuan perencanaan karier di atas sebagai berikut.
a. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka waktu panjang adalah tujuan dari perencanaan
karier yang dicapai dalam kurun waktu yang akan datang dalam waktu
yang lama, termasuk dalam jangka waktu panjang misalnya, gaya
hidup (life style) yang ingin dicapai, dan nilai-nilai kehidupan (values)
yang ingin direalisasikan dalam hidup.
b. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka waktu pendek adalah tujuan dari perencanaan
karier yang ingin dicapai dalam waktu yang segera datang, yang
termasuk dalam jangka waktu pendek misalnya, pemilihan jurusan,
diploma, atau sertifikat yang ingin diperoleh dalam mempersiapkan
18
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa tujuan perencanaan karier adalah untuk
mempersiapkan individu dalam memilih suatu alternatif keputusan tentang
karier secara rasional. Agar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata
baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
4. Faktor–faktor Perencanaan Karier
Perencanaan karier yang dilakukan seseorang memerlukan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga didapatkan suatu keputusan
yang tepat. Pertimbangan–pertimbangan yang dilakukan juga dipengaruhi
beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk
merencanakan karier menurut Dewa Ketut Sukardi (1987:44), secara garis
besar faktor-faktor tersebut, yaitu:
a. Faktor internal, meliputi; intelegensi, bakat, minat, kepribadian, dan
potensi-potensi lainnya.
b. Faktor eksternal, meliputi; kelompok sosial dan kelompok sekunder.
Lebih lanjut Winkel dan Sri Hastuti (2004:647-655) mengemukakan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan karier seseorang
diantaranya:
a. Faktor internal, meliputi; nilai-nilai kepribadian, taraf intelegensi,
bakat khusus, minat, sifat-sifat, pengetahuan, keadaan jasmani.
b. Faktor eksternal, meliputi; masyarakat, keadaan sosial ekonomi
negara, status-sosial ekonomi keluarga, pengaruh keluarga,
19
dari sekolah, pergaulan teman sebaya, dan tuntutan yang melekat pada
masing-masing jabatan.
Berdasarkan kedua uraian di atas mengenai faktor yang
mempengaruhi perencanaan karier yaitu berasal dari faktor diri sendiri
(bakat, minat, kepribadian, intelegensi) dan faktor lingkungan (pendidikan
keluarga, sekolah, ekonomi-sosial) karena memiliki pengaruh besar pada
setiap diri siswa dalam mengambil keputusan. Faktor diri sendiri berperan
penuh dalam pengambilan keputusan yaitu dapat dilihat dari perubahan
intelegensi, prestasi, dan kemampuan lainnya.
5. Aspek-aspek Perencanaan Karier
Menurut Jordan (Syamsu Yusuf, 2009:27) aspek-aspek perencanaan
karier adalah ―pengetahuan karier, mencari informasi, perencanaan dan
keputusan karier‖. Adapun penjelasan dari aspek-aspek di atas sebagai
berikut.
a. Pengetahuan karier adalah membantu pribadi untuk mengembangkan
dan memberikan gambaran diri serta peranan dalam dunia kerja.
Aspek pemahaman karier ini meliputi pengetahuan bakat dan minat
yang dimiliki dan berhubungan dengan kepercayaan diri dan
pengetahuan tentang manfaat prestasi belajar didalam menunjang
perencanaan karier.
b. Mencari informasi, siswa yang memiliki perencanaan karier akan
memanfaatkan informasi yang telah didapat dari berbagai sumber atau
20
tentang karier. Aspek ini meliputi pencarian informasi yang berkaitan
dengan kebutuhan karier yang diinginkan, seperti: mengikuti kursus
yang mendukung karier yang diminati dan mendiskusikan
pilihan-pilihan karier.
c. Perencanaan dan keputusan karier, merupakan suatu proses untuk
menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menentukan
karier untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aspek ini
meliputi kemampuan siswa dalam merencanakan karier dan
mengambil keputusan karier.
Menurut Uman Suherman (2009:116) siswa yang mempunyai
perencanaan karier memiliki aspek sebagai berikut: (1) Mempelajari
informasi karier, (2) Membicarakan karier dengan orang dewasa, (3)
Mengikuti pendidikan tambahan atau kursus untuk menambah
pengetahuan tentang keputusan karier, (4) Berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakulikuler, (5) Mengikuti pelatihan-pelatihan terkait dengan pekerjaan
yang diinginkan, (6) Mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan, (7)
Mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan, (8)
Dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah, (9)
Mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan,
(10) Mampu mengatur waktu luang secara efektif.
Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004:685) aspek-aspek dalam
21
a. Pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat,
berbagai kelebihan dan kekurangan.
b. Pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi
supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang
dunia kerja dan kesempatan untuk maju dalam berbagai bidang
pekerjaan.
c. Berpikir secara rasional guna menemukan kecocokan antara ciri–ciri
kepribadian yang relevan terhadap kesuksesan dan kegagalan dalam
suatu pekerjaan atau jabatan dengan tuntutan kualifikasi dan
kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Berdasarkan pendapat tersebut terkait dengan aspek-aspek
perencanaan karier, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek
perencanaan karier meliputi: pemahaman diri, kemampuan mengumpulkan
informasi tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih tujuan karier
yang diinginkan. Kemampuan perencanaan karier yang baik didukung oleh
ketiga aspek tersebut.
B. Kajian tentang Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Mungin E. Wibowo (2005:17) menyatakan bahwa bimbingan
kelompok adalah ―suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok
menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota
kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota
22
pimpinan kelompok yaitu mengarahkan jalannya diskusi agar
tujuan-tujuan dapat tercapai.
Menurut Heru Mugiarso (2010:68) menyatakan bahwa ―layanan
bimbingan kelompok terselenggara dengan memanfaatkan dinamika
kelompok untuk mencapai tujuan layanan bimbingan‖. Dinamika dalam
bimbingan kelompok menjadi penting dalam ketercapaian tujuan layanan.
Dewa Ketut Sukardi (2008:64) bimbingan kelompok yaitu
layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang ada di dalam
bimbingan yang beranggotakan 8—10 orang dengan memanfaatkan
dinamika kelompok yang dipimpin oleh pemimpin kelompok yang
didalamnya saling berpendapat, memberikan informasi-informasi dan
membahas tentang topik-topik yang sedang hangat dan aktual,
diselenggarakan dengan menggunakan format kelompok yang berguna
untuk pengembangan pribadi, sosial, karier, dan belajar.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Menurut Tohirin (2007:172) secara umum layanan bimbingan
kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,
23
lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan
kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal. Sedangkan
menurut Tatiek Romlah (2006:13) menyatakan bahwa ―tujuan bimbingan
kelompok yaitu untuk membantu individu menemukan dirinya sendiri,
mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya‖.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan bimbingan kelompok ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum bimbingan kelompok adalah (1) membantu individu
agar dapat mencapai perkembangan optimal untuk kesejahteraan dirinya
dan kesejahteraan masyarakat (2) membantu individu menemukan dirinya
(3) mengarahkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
(4) dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi terutama dalam
berkomunikasi.
Tujuan khusus bimbingan kelompok meliputi: (1) membahas
topik-topik hangat atau aktual (2) memberikan orientasi kepada kelompok (3)
mengembangkan pengalaman belajar yang berbeda (4) pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap (5) berani mengeluarkan
pendapat (6) mampu bertenggang rasa, menghormati orang lain.
3. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok
Tohirin (2007:290) mengemukakan metode bimbingan kelompok
24
kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, pengajaran remidial.
Dari delapan metode bimbingan kelompok di atas, dalam meningkatkan
kemampuan perencanaan karier pada siswa, maka peneliti memilih teknik
diskusi kelompok sebagai metode untuk membimbing dan melatih siswa.
Teknik diskusi kelompok ini dipilih karena melalui teknik ini siswa
mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama, dengan
saling memberikan saran dan pertimbangan untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan perencanaan karier.
C. Kajian tentang Teknik Diskusi
1. Pengertian Diskusi
Menurut Tohirin (2007:291) diskusi kelompok merupakan suatu cara
dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara
bersama-sama. Diskusi merupakan proses interaksi dan bertukar pendapat
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membahas suatu
permasalah tertentu. Menurut Tatiek Romlah (2006:89) ―diskusi kelompok
merupakan percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau
lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk menjelaskan
suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin‖. Dalam kegiatan
ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya
masing-masing dalam memecahkan masalahnya.
Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa ―diskusi
kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan
25
berbagi pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau
pemecahan masalah‖. Siswa saling berbagi pengalaman atau informasi
dalam pengambilan kesimpulan atau memecahkan masalah.
Dewa Ketut Sukardi (1987:494) mengartikan bahwa:
Metode diskusi kelompok adalah suatu bentuk pendekatan yang kegiatannya bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha untuk memperoleh kesimpulan
setelah mendengarkan dan mempelajari, serta
mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
diskusi kelompok yaitu suatu cara atau teknik bimbingan yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, dimana setiap anggota
kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat
masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan. Dalam diskusi kelompok anggota
kelompok menunjuk pimpinan, menentukan tujuan, dan aturan yang harus
ditaati.
2. Tujuan Diskusi
Dinkmeyer dan Muro (Tatiek Romlah, 2006:89) menyebutkan tiga
macam tujuan diskusi yaitu mengembangkan pengertian terhadap diri
sendiri, mengembangkan kesadaran tentang diri dan orang lain, dan
mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara manusia.
Dewa Ketut Sukardi (1994:494) mengatakan bahwa tujuan diskusi
26
Memberi kesempatan peserta untuk saling mengemukakan pendapat dalam mengenal dan memecahkan problema, menciptakan suasansa yang informal dan membuat problema lebih menarik, juga mengantarkan para peserta yang tidak suka bicara untuk mau mengemukakan pendapat mereka.
Prayitno dan Erman Amti (2004:24) menyatakan bahwa diskusi
kelompok bertujuan untuk melatih siswa berani mengungkapkan pendapat
di hadapan teman-temannya, bersikap terbuka dalam kelompok, membina
keakraban bersama temannya maupun teman lain di luar kelompok,
mengendalikan diri, bersikap tenggang rasa dengan orang lain,
memperoleh keterampilan sosial, mengenali dan memahami dirinya dalam
berhubungan dengan yang lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
diskusi adalah siswa dapat bersikap berani ketika mengungkapkan
pendapat di hadapan teman-temannya, memperoleh berbagai informasi,
wawasan, pemahaman, nilai dan sikap, serta dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan dan berani mengambil keputusan. Tujuan diskusi memiliki
peran penting dalam pembentukan diri siswa.
3. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Diskusi
Diskusi merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok.
Adapun kelebihan dan kelemahan menurut Tatiek Romlah (2006:90-91)
kelebihan diskusi adalah (1) anggota kelompok lebih aktif karena tiap
anggota mendapat kesempatan berbicara, (2) anggota kelompok dapat
saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang akan
27
kelompok belajar mendengarkan dengan baik, (4) meningkatkan
pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain (5) anggota belajar
menjadi pemimpin, baik dengan menjadi pemimpin kelompok maupun
dengan mengamati perilaku pemimpin kelompok. Sedangkan kelemahan
diskusi adalah (1) menjadi salah arah apabila pemimpin kelompok tidak
melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik, (2) ada
kemungkinan diskusi dikuasai oleh individu-individu tertentu, (3)
membutuhkan banyak waktu dan tempat yang agak luas, terutama untuk
diskusi-diskusi kelompok kecil, agar masing-masing kelompok tidak
terganggu.
Wardani (1983:8-9) lebih lanjut mengemukakan kelebihan dan
kelemahan diskusi kelompok. Adapun kelebihan diskusi adalah kelompok
memiliki sumber informasi yang lebih kaya daripada yang dimiliki oleh
individu sehingga dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik, anggota
kelompok sering dimotivasi oleh anggota lain, anggota kelompok lebih
merasa terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok karena terlibat
langsung, meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Sedangkan kelemahan diskusi adalah memerlukan waktu yang lebih
banyak, memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal negatif
(pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut,
penyimpangan yang tidak ditegur, dll), ada kalanya diskusi hanya
28
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik
diskusi merupakan bagian dari bimbingan kelompok. Adapun
kelebihannya adalah anggota kelompok menjadi lebih aktif, saling
bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai, belajar
mendengarkan dengan baik, belajar menjadi pemimpin, serta
meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain. Sedangkan
kelemahan teknik diskusi adalah membutuhkan waktu banyak,
kemungkinan satu arah jika pemimpin diskusi tidak berperan dengan baik,
kadang didominasi oleh beberapa anggota.
4. Pelaksanaan dan Pembentukan Kelompok dalam Diskusi
a. Pelaksanaan Diskusi
Guru pembimbing hanya menjadi koordinator jalannya diskusi
kelompok dalam kegiatan diskusi. Dalam menjalankan perannya itu,
maka guru atau pembimbing diharapkan memberikan dorongan terhadap
siswa, sehingga mereka mempunyai kebebasan untuk berpikir, berbuat
serta bereaksi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Pembimbing menerapkan langkah-langkah dalam diskusi kelompok yang
nantinya agar diskusi kelompok berjalan dengan baik.
Langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi seperti yang
dikemukakan oleh Suryobroto (Syaiful Bahri D., 2002:112-113) adalah
29
1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya.
2) Dengan pimpinan guru, maka para siswa membentuk
kelompok-kelompok diskusi (ketua, sekretaris, mengatur ruangan, sarana, dan
sebagainya).
3) Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing,
sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang
lain untuk menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan
bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi
aktif dan agar diskusi berjalan lancar.
4) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil
yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari
kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap
laporan-laporan tersebut.
5) Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah
para siswa mencatatnya.
Menurut Wardani (1983:7) agar diskusi dapat berjalan secara
efektif, maka perlu juga didahului oleh perencanaan dan persiapan yang
matang, mencakup hal-hal sebagai berikut pemilihan topik atau masalah
yang akan didiskusikan. Perencanaan dan penyiapan informasi
30
mempersiapkan diri sebaik mungkin sebagai pemimpin diskusi,
penetapan besar kelompok, serta pengaturan tempat duduk.
Wardani (1983:6) juga mengungkapkan bahwa ―dalam diskusi
hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka yaitu dalam suasana
persahabatan yang ditandai oleh kehangatan hubungan pribadi, kesediaan
menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, keantusiasan
berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang lain, hingga
kelompok menganggap diskusi sebagai suatu kegiatan yang
menyenangkan‖. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui
bahwa dalam melaksanakan diskusi perlu memperhatikan berbagai faktor
agar diskusi dapat berjalan efektif. Faktor-faktor tersebut merupakan satu
rangkaian yang saling menentukan, dalam arti setiap faktor akan
berperan bila didukung oleh faktor-faktor lainnya.
b. Pembentukan Kelompok
Pelaksanaan diskusi kelompok tidak lepas dari kelompok. Oleh
karena itu, sebelum diskusi kelompok perlu dibentuk kelompok. Menurut
Tatiek Romlah, (2006:114) pembentukan kelompok tersebut dapat
dilakukan sesuai dengan alasan atau tujuan tertentu. Dalam pembentukan
kelompok biasanya didasarkan pada adanya alat pelajaran yang tidak
mencukupi jumlahnya, kemampuan belajar siswa, minat khusus,
memperbesar partisipasi siswa, dan kerjasama yang efektif.
Menurut Wardani (1983:22) proses pembentukan kelompok dapat
31
1) Pembentukan secara otoriter, yaitu cara pembentukan kelompok
secara otoriter yaitu pembentukan kelompok yang ditentukan oleh
pembimbing atau guru bidang studi, sedangkan peserta didik tidak
diberi kesempatan untuk memilih semaunya.
2) Pembentukan secara liberal, cara pembentukan kelompok secara
liberal yaitu pembentukan kelompok dimana pembimbing atau guru
studi tidak turut campur tangan, sedangkan peserta didik bebas
memilih temannya dalam suatu kelompok.
Adapun suatu kelompok yang efektif menurut Wardani (1983:64)
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Terdapat bermacam-macam kebutuhan para anggotanya yang
dinyatakan dalam bentuk permasalahan.
2) Para anggota mempunyai masalah yang telah dipahami mereka.
3) Masalah-masalah itu diajukan dalam bentuk sejumlah
pertanyaan-pertanyaan tentang nilai yang mengakibatkan timbulnya berbagai
jawaban yang berbeda-beda.
4) Kelompok memiliki tujuan tertentu yang sekaligus menjadi tujuan
anggota.
5) Setiap individu bertanggungjawab memberikan sumbangan tertentu
untuk mencapai tujuan mereka
6) Terdapat proses pertukaran pendapat dan pengalaman dalam
32
Berdasarkan penjelasan di atas, pembentukan kelompok pada
penelitian ini dilakukan secara otoriter dengan mempertimbangkan
beberapa hal. Hal-hal yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah
persebaran laki-laki dan perempuan dan tingkat kemampuan perencanaan
karier siswa.
D. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian Veroniqa Desy Prihatiningsih (2013:163) memberikan
penjelasan bahwa kemampuan perencanaan karier siswa meningkat setelah
dilaksanakan tindakan berupa metode mind mapping pada siswa sekolah
menengah pertama. Dengan kata lain, hasil penelitian tersebut kemudian
menjadi menjadi salah satu dasar bahwa kemampuan perencanaan siswa
dapat mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan.
2. Hasil penelitian Ervin Afriwinanda (2012:9) menunjukan bahwa konsep
diri sangat erat kaitannya dalam perencanaan karier. Hasil penelitian
tersebut menjadi salah satu acuan sebagai bukti penguat bahwa konsep diri
dengan arti lain pemahaman diri menjadi salah satu aspek penting dalam
perencanaan karier.
3. Hasil Penelitian Rizki Nur Indriyani (2013:121) menjelaskan bahwa
pemahaman perencanaan karier siswa mengalami peningkatan setelah
diberikan tindakan berupa teknik diskusi kelompok. Penelitian tersebut
dilakukan pada subjek tingkat SMA, yang sekaligus juga berada pada
tahap transisi menurut teori Ginzberg. Sedangkan subjek yang menjadi
33
demikian, hasil penelitian tersebut menjadi penguat penelitian peneliti
untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.
E. Kerangka Pikir
Perencanaan karier merupakan kemampuan individu untuk
mengidentifikasi tujuan karier yang di dalamnya melibatkan proses
berkelanjutan berupa pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja, serta
kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Tujuan perencanaan
karier adalah untuk mempersiapkan individu dalam memilih suatu alternatif
keputusan tentang karier secara rasional, agar dapat direalisasikan dalam
kehidupan nyata baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Aspek perencanaan karier meliputi: pemahaman diri, kemampuan
mengumpulkan informasi tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih
tujuan karier yang diinginkan. Didahului dengan identifikasi pemahaman diri
dan lingkungan, nilai dan hambatan yang sesuai dengan fakta yang ada pada
diri individu. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki siswa dalam
membuat perencanaan karier, siswa mampu memutuskan pilihan karier yang
tepat dan sesuai dengan keadaan dirinya sehingga meminimalkan
kemungkinan terjadi kesalahan yang berat dalam memilih alternatif-alternatif
yang tersedia.
Salah satu layanan yang dapat digunakan dalam meningkatkan
kemampuan perencanaan karier siswa adalah layanan bimbingan kelompok
teknik diskusi. Terkait dengan fungsi pemahaman, teknik diskusi merupakan
34
menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama, terutama mengenai
bidang karier. Sehingga dengan diskusi karier tersebut siswa diharapkan
dapat memahami diri, memahami lingkungan, mengarahkan diri, membuat
pilihan-pilihan, mengambil keputusan, serta memecahkan masalah.
Pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dimaksudkan
untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada siswa sehingga dapat
menggunakan manfaat tersebut untuk merencanakan hidupnya di masa
sekarang dan yang akan datang. Dengan adanya rencana tersebut, maka
tujuan yang akan dicapai adalah siswa dapat memahami dirinya mengenai
minat, kemampuan, keterampilan, kepribadian, sikap, nilai-nilai, dan cita-cita.
Selanjutnya siswa juga dapat mengetahui perkembangan dan kondisi dunia
kerja, informasi berbagai jenis sebagai bahan pertimbangan siswa dalam
membuat perencanaan karier yang sesuai dengan bakat dan potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut, siswa mampu
merencanakan kariernya sesuai dengan keadaan diri masing-masing. Menurut
uraian tersebut, maka upaya meningkatkan kemampuan perencanaan karier
diharapkan dapat dilakukan dengan menggunakan layanan bimbingan
35
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok teknik
diskusi dapat meningkatkan perencanaan karier siswa kelas VIII H di SMP
36 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penilitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto,
dkk., (2007:3) ―penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama‖. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan pada siswa. Penelitian ini
bukan hanya terbatas di kelas saja, tetapi dapat di sekolah, di lapangan, di
bengkel, atau di tempat-tempat lain, asal sesuai dengan bidang tugasnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru atau
peneliti dalam kelas yang mengalami suatu permasalahan terkait dengan
perkembangan siswa. Alasan peneliti menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yaitu untuk mengatasi permasalahan siswa terkait dengan
perencanaan karier. Mengetahui bukti nyata dan tidak nyata peningkatan
perencanaan karier maka peneliti menggunakan bimbingan kelompok teknik
diskusi dalam melaksanakan penelitian. Bimbingan kelompok teknik diskusi
diharapkan dapat membantu siswa mengatasi permasalahan siswa terkait
dengan perencanaan karier siswa agar berkembang secara optimal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung
pendekatan kualitatif. Peneliti akan terlibat langsung dalam pelaksanaan
37
menggunakan model dari Suharsimi Arikunto (2010:17) dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas
Adapun penjelasan mengenai empat tahapan dalam satu siklus
penelitian sebagai berikut:
1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Tahap penyusunan reancangan ini peneliti menentukan titik atau
fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati.
Kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu
peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
memberikan tindakan di kelas. Peneliti memberikan perlakuan kepada
siswa berupa kegiatan ataupun pembelajaran untuk perbaikan ke arah
38 3. Pengamatan (Observing)
Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan,
jadi kedua tahap tersebut berlangsung pada waktu yang sama.
4. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan selama proses tindakan berlangsung. Dalam
refleksi ini dianalisis apakah proses tindakan yang dilakukan sudah
berhasil sesuai yang diharapkan atau belum sehingga bisa diketahui
kekurangannya. Jika belum sesuai yang diharapkan, maka dibuat rencana
pembelajaran untuk siklus selanjutnya, begitu seterusnya sampai
mencapai hasil yang diinginkan. Refleksi dapat dilakukan apabila peneliti
merasa sudah mantap mendapat pengalaman, dalam arti sudah
memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki cara yang
telah dicoba.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk siklus, yaitu satu kegiatan beruntun yang kembali ke langkah
semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai
dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Dalam penelitian tindakan
minimal harus melakukan dua siklus tindakan, baru penelitian dianggap sah.
Penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil jika sudah tercapai target yang
39
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa. Melalui siklus tindakan
siswa bisa diarahkan dan dibimbing dengan menggunakan metode yang tepat,
dan apabila tindakan siklus pertama belum berhasil dapat dilanjutkan ke
siklus berikut sampai akhir kemampuan perencanaan karier yang rendah
dapat lebih meningkat.
B. Subjek Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010:173) menyatakan populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII
H SMP Negeri 3 Kebumen yang berjumlah 32 siswa. Dengan karakteristik
subjek sebagai berikut:
1. Subjek rata-rata berkemampuan perencanaan karier rendah dan sedang,
datanya diperoleh melalui skala perencanaan karier pada pre-test.
2. Subjek rata-rata mengalami kesulitan dalam perencanaan karier yang
diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengambil setting penelitian di SMP Negeri 3 Kebumen.
Hal ini dikarenakan pada setiap kelas yang dibagikan IKMS pasti akan
didapatkan beberapa siswa yang berkemampuan perencanaan karier rendah.
Jumlah keseluruhan siswa yang mengalami keadaan dan memenuhi kriteria
40
memiliki kemampuan perencanaan karier rendah dan sedang ini akan
dibentuk kelompok kecil untuk melakukan bimbingan kelompok teknik
diskusi. Apabila melihat kondisi SMP Negeri 3 Kebumen yang memiliki
rata-rata kemampuan psikologis kuat, sedangkan keadaan siswa berkemampuan
merencanakan karier rendah seperti ini tidaklah ideal. Oleh karena itu,
peneliti tertarik mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kemampuan perencanaan karier bagi siswa tersebut melalui layanan
bimbingan kelompok teknik diskusi.
Penelitian ini diadakan pada bulan Agustus hingga September tahun
2016. Lamanya waktu penelitian ini diharapkan dapat benar-benar
meningkatkan kemampuan siswa dalam perencanaan kariernya.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk membatasi variabel sehingga
tidak terjadi salah pengertian. Terdapat beberapa definisi operasional dalam
penelitian tindakan kelas ini, berikut merupakan penjabarannya:
1. Perencanaan karier merupakan kemampuan individu untuk
mengidentifikasi tujuan karier yang didalamnya melibatkan proses
berkelanjutan berupa pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja,
serta kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Kemampuan
perencanaan karier yang tinggi, diharapkan individu berhasil
melaksanakan tugas perkembangan seputar karier.
2. Bimbingan kelompok teknik diskusi merupakan suatu teknik bimbingan
41
setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat
masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna mencari
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Dengan individu
mampu berinteraksi dengan sesama anggota kelompok, diharapkan
individu dapat terbantu menghadapi permasalahan seputar perencanaan
kariernya.
E. Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif yang artinya bahwa
penelitian dilakukan berkolaborasi dengan guru pembimbing. Penelitian
tindakan kelas ini akan dilakukan dalam beberapa siklus meliputi;
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Secara lebih rinci
langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan pada penelitian ini diawali dengan peneliti
melakukan observasi. Observasi pada tahap ini merupakan tahap awal
peneliti menemukan masalah dan merencanakan sebuah solusi yang tepat
untuk pemecahannya melalui sebuah tindakan. Kegiatan yang akan
dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:
a. Melakukan need assessment pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3
Kebumen dengan menyebarkan lembar identifikasi kebutuhan
masalah siswa pada 2 kelas secara acak. Berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan masalah siswa tersebut peneliti menemukan masalah yang