• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL PROPOSAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JUDUL PROPOSAL SKRIPSI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS (PTMT) TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN

SD NEGERI 2 GUNEM REMBANG 2021-2022

Oleh

ARI NANDA YUNITA NIM 201833122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

JUDUL

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi dengan judul “Analisis Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) terhadap Kualitas Pembelajaran SD Negeri 2 Gunem Rembang 2021-2022” oleh Ari Nanda Yunita. NIM 201833122 program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar disetujui untuk diseminarkan.

Kudus, ……..

Pembimbing I

Dra. Sumarwiyah, M.Pd., Kons.

NIDN. 0612085802 Pembimbing II

Dr. Wawan Shokib Rondli, M.Pd.

NIDN. 0615037901

Mengetahui Ka. Prodi PGSD

Siti Masfuah, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0615129001

(3)

iii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi oleh Ari Nanda Yunita (NIM:201833122) ini telah diseminarkan di depan Tim Penguji pada tanggal sebagai syarat untuk melakukan penelitian.

Kudus, ………

Tim Penguji

……….

……….

……….

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0615129001

(4)

iv ABSTRAK

Yunita, Ari Nanda. 2022. Analisis Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) terhadap Kualitas Pembelajaran SD Negeri 2 Gunem Rembang 2021-2022.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) Dra. Sumarwiyah, M.Pd, Kons (2) Dr. Wawan Shokib Rondli, M.Pd.

Kata Kunci: PTMT, Kualitas Pembelajaran

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembeajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SD Negeri 2 Gunem dan mengetahui kualitas pembelajaran melalui indikator yang dirumuskan serta mendapatkan kesimpulan.

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang dapat mengukur suatu keadaan, proses, dan hasil yang kemudian dapat dilakukan kesimpulan untuk keefektifan dan mutu (Hamdani, 2010: 193). Indikator kualitas pembelajaran dari Depdiknas (Prasetyo, 2013) yaitu antara lain: 1) Perilaku Seorang Pendidik (Guru), 2) Perilaku atau aktivitas siswa, 3) Iklim pembelajaran, 4) Materi pembelajaran, 5) Media pembelajaran, dan 6) Sistem pembelajaran.

Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 2 Gunem dengan fokus kelas 2.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan naturalistik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Responden dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas, dan beberapa siswa kelas II SD N 2 Gunem. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dari Miles dan Huberman yang menurut keduanya tahapan analisis data kualitatif yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

(5)

v DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II ... 9

KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Deskripsi Konseptual ... 9

B. Kajian Penelitian Relevan ... 25

BAB III... 30

(6)

vi

METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Waktu Penelitian... 30

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 31

C. Peranan Peneliti... 32

D. Data dan Sumber Data ... 33

1. Data ... 33

2. Sumber Data ... 34

3. Penjaringan Data... 35

E. Pengumpulan Data ... 36

1. Alat Pengumpulan Data ... 36

2. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3. Keabsahan Data ... 42

4. Analisis Data ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 51

PERNYATAAN KEASLIAN ... 97

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kualitas atau Mutu Pembelajaran Optimal ... 19

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir dalam Penelitian ... 28

Gambar 3. 1 Lokasi/ Tempat Penelitian... 30

Gambar 3. 2 Teknik Penjaringan Data Penelitian ... 35

Gambar 3. 3 Responden Wawancara ... 40

Gambar 3. 4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 41

Gambar 3. 5 Triangulasi dalam Pengujian Data Kredibilitas ... 42

Gambar 3. 6 Komponen dalam Analisis Data Penelitian Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 27) ... 45

(8)

viii

DAFTAR BAGAN

Tabel 3. 1 Waktu dalam Proses Penelitian ... 31 Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Observasi dan Wawancara Mendalam ... 38

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pra Penelitian ... 51

A. Pedoman Observasi Pra-penelitian Lingkungan Sekolah ... 51

B. Hasil Observasi Pra-penelitian Lingkungan Sekolah ... 57

C. Pedoman Wawancara Pra-penelitian Guru Kelas II SD Negeri 2 Gunem ... 61

D. Hasil Wawancara Pra-penelitian Guru Kelas II SD Negeri 2 Gunem ... 63

Lampiran 2. Observasi Penelitian ... 69

A. Observasi Kurikulum dan Pelaksanaan PTMT ... 69

B. Instrumen Observasi Kurikulum dan Pelaksanaan PTMT ... 72

C. Observasi Keterampilan Dasar Mengajar Guru ... 73

D. Instrumen Observasi Keterampilan Dasar Mengajar Guru ... 78

E. Observasi Perilaku Siswa ... 82

F. Instrumen Observasi Perilaku Siswa ... 87

G. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah... 89

H. Pedoman Wawancara Guru Kelas 2 ... 91

I. Pedoman Wawancara Siswa ... 93

Lampiran 3. Foto/ Gambar ... 95

Lampiran 4. Foto/ Gambar Hasil Observasi Pra-penelitian Lingkungan Sekolah .. 96

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu kegiatan atau peristiwa yang kompleks. Pada hakikatnya, pembelajaran tidak hanya menyampaikan pesan atau materi saja namun juga merupakan aktivitas yang mewajibkan guru menjadi profesional yang mampu mempergunakan keterampilan mengajarnya secara terpadu dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efisien. Dalam melakukan pembelajaran, guru perlu mempersiapkan berbagai komponen mengajar yang diharapkan dapat memberikan kemudahana dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Pada awal bulan Maret 2020, Pemerintah mengumumkan adanya 2 orang yang terjangkit virus corona (Covid-19). Indonesia mulai menetapkan kebijakan-kebijakan untuk tetap mempertahankan keamanan masyarakat. Karena banyak masyarakat yang tidak taat aturan dan lalai, Covid-19 inipun mulai menyebar ke beberapa daerah.

Tenaga kesehatan mulai berjuang mati-matian untuk merawat dan menyelamatkan pasien, masyarakat mulai kesulitan dalam bermatapencaharian, dan kelangsungan pembelajaran dalam pendidikanpun dialihkan pada pembelajaran daring/ pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dimana dalam konteks tersebut adalah siswa belajar dari rumah masing-masing.

Pembelajaran daring ini mulai ditetapkan setelah menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim menerbitkan surat edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) yaitu pada tanggal 24 Maret 2020. Salah satu keputusan pokok yang disampaikan dalam SE tersebut adalah adanya kesepakatan untuk membatalkan Ujian Nasional (UN) Tahun 2020. Tidak ada ketentuan terikat dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini, artinya pelaksanaan PJJ

(11)

2

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan masing-masing institusi/ sekolah. PJJ berlangsung kurang lebih selama 16 bulan, pada bulan Maret 2021 pemerintah menyampaikan adanya kemungkinan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM).

Tidak sedikit para orang tua/ wali siswa menyampaikan keberatannya untuk melepaskan anaknya melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM), dikarenakan sekolah negeri yang sering memiliki siswa sampai ratusan akan memberikan kekhawatiran pada orang tua/ wali tersendiri, biarpun dalam pelaksanaannya bergilir siswa lain, namun dianggap masih ada kemungkinan dalam siswa berinteraksi dengan banyak orang pada saat pergantian siswa yang masuk. Apalagi siswa yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan akan sangatlah berbahaya. Pada bulan Juni 2021, adanya siaran Pers Nomor 137/sipres/A6/VI/2020 mengenai adanya keputusan pelaksanaan pembelajaran tatap muka pada wilayah yang masuk dalam kategori zona hijau dengan tetap memperhatikan prokes yang distandarkan.

Pemerintah menyampaikan akan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka namun dalam skala terbatas (PTMT) yaitu maksimal 50% siswa yang hadir pada setiap pertemuan. Berdasarkan PPKM, hanya 20 (dua puluh) kabupaten dari 5 provinsi atau 6.720 (1,2%) satuan pendidikan yang ada pada level 2 yaitu zona kuning dan hijau yang diperbolehkan melaksanakan pembelajaran tatap muka dalam skala terbatas (PTMT).

Keputusan pemerintah tentu menimbulkan pro dan kontra, namun keputusan diambil sebagai bentuk usaha untuk menghindari adanya learning loss. (Dicky Budiman, 2021) yang merupakan pakar epidemiologi dari Griffith University, Australia menyoroti timbulnya fenomena learning loss ini. Learning loss adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh siswa yaitu hilangnya pembelajaran baik itu pengetahuan dan atau keterampilan dengan skala kecil ataupun besar sebagai akibat dari berhentinya suatu proses pembelajaran dalam dunia pendidikan.

(12)

3

Seperti halnya dengan salah satu sekolah dasar (SD) di Kabupaten Rembang yaitu SD Negeri 2 Gunem yang juga mulai menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) dengan memberangkatkan 50% dari jumlah siswa di setiap kelas pada setiap pertemuan. Mulai akhir bulan Maret 2020 SD N 2 Gunem merumahkan siswanya untuk melaksanakan proses pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), pelaksanaan pembelajaran hanya menggunakan WhatsApp. Hasil dari pengamatan peneliti atau observasi awal (grand tour observation) hal ini bukan tanpa sebab, para guru di SD Negeri 2 Gunem adalah guru sepuh atau sudah berumur sehingga dalam penguasaan berbagai macam aplikasi dan teknologi bisa dikatakan kurang maksimal.

Proses pelaksanaan pembelajaran daring melalui WhatsApp ini, dilakukan dengan membuat grub kelas yang beranggotakan kepala sekolah, guru kelas, serta siswa. Guru menginstruksikan jadwal pembelajaran, materi, dan tugas hanya melalui chat WhatsApp.

Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas SD Negeri 2 Gunem dilaksanakan mulai Senin, 02 Agustus 2021 dengan skala 50% siswa dari setiap kelas yang datang ke sekolah, 50% yang diambil adalah dengan absensi kelas di hari Senin, Rabu, dan Jum’at adalah absensi (awal) pertama sampai menengah, untuk hari Selasa, Kamis, dan Sabtu adalah absensi (akhir) tengah sampai akhir. Setiap hari hanya ada satu pertemuan saja atau tidak ada pergantian siswa, sehingga tidak ada kemungkinan untuk siswa berkerumun saat pergantian.

Pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang digunakan fokus dalam penelitian ini sudah diteliti oleh beberapa peneliti, diantaranya oleh Hari Agus Prasetyo (2013), Mitra Kasih (2021), Lely Suryani (2021), Wildan Nuril Ahmad Fauzi (2021).

Hasil kajian penelitian yang dilakukan oleh Lely Suryani (2021) dari Universitas Flores yang berjudul “Analisis Implementasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Masa New Normal”. Hasil penelitian menyatakan bahwa pelaksanaan PTMT dilaksanakan dengan baik dan secara sistematis dengan mematuhi protokoler yang ada, yaitu dengan memadatkan materi, menyampaikan poin-poin penting materi, dan

(13)

4

melakukan evaluasi/ ulangan harian, tengah, dan akhir semester. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana proses pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan kondisi new normal. Karena memang dalam pelaksanaan PTMT hal yang menjadi prioritas utama adalah kesehatan siswa dan tenaga pendidik lain sehingga dibutuhkan kerjasama untuk membangun kesadaran agar berlaku sesuai dengan protokoler yang telah ditetapkan. Tidak ada yang tahu pandemi akan berlangsung sampai kapan, sehingga peneliti merasa pembelajaran tatap muka terbatas akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan, oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali dan tidak acuh akan kualitas yang didapat dari sistem pembelajaran ini.

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang dapat mengukur suatu keadaan, proses, dan hasil yang kemudian dapat dilakukan kesimpulan untuk keefektifan dan mutu (Hamdani, 2010: 193). Kualitas pembelajaran adalah keterkaitan sistemik yang terjalin antara siswa, guru, lingkungan pembelajaran, proses pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, dan media pembelajaran yang dapat mengukur sejauh mana keberhasilan proses dan hasil dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Untuk mengukur kualitas pembelajaran ini peneliti menilik dari indikator kualitas pembelajaran dari Depdiknas (Prasetyo, 2013) yaitu antara lain: 1) Perilaku Seorang Pendidik (Guru), 2) Perilaku atau aktivitas siswa, 3) Iklim pembelajaran, 4) Materi pembelajaran, 5) Media pembelajaran, dan 6) Sistem pembelajaran. Tentu dalam segala hal tidak hanya terdapat kelebihan namun ada pula kekurangan, tak terkecuali PTMT yang dilakukan ini, oleh karena itu peneliti merasa sangat diperlukan adanya kerjasama baik dari guru, siswa, dan orang tua/ wali siswa untuk mengetahui dan mencoba untuk melengkapi kekurangan yang mungkin bisa dicarikan solusi yang tepat.

Peneliti akan memfokuskan penelitian pada siswa kelas 2 SD Negeri 2 Gunem, dimana siswa/i ini pada saat masih duduk di kelas 1 melaksanakan pembelajaran daring, yang dimaksudkan siswa merasakan betul akan perbedaan dan sukar mudahnya

(14)

5

dalam melaksanakan proses pembelajaran. dalam hal ini peneliti akan fokus pada proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SD Negeri 2 Gunem, dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan akan diukur sampai mana kualitas pembelajaran PTMT yang dilakukan sesuai dengan indikator kualitas pembelajaran dari Depdiknas.

Dari kegiatan pra-penelitian yang telah dilakukan pada Sabtu, 27 November 2021 oleh peneliti, ada 30 pernyataan yang mendapatkan skor “benar/ ya” dan 5 pernyataan yang mendapatkan skor “tidak benar/ tidak” yaitu pada peryataan nomor: 4) Terdapat buku untuk literasi siswa, 17) Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling, 25) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas, 26) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir, dan 34) Terdapat media pembelajaran serta alat peraga lain yang dapat mendukung keoptimalan pelaksanaan pembelajaran. Pada kegiatan observasi pra-penelitian mendapatkan nilai skor 8,57 yang pada kategori nilai masuk dalam kategori “Baik Sekali”.

Dari kegiatan pra-penelitian wawancara yang dilakukan dengan guru kelas II SD Negeri 2 Gunem, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) baik daring maupun luring adalah sebagai berikut: 1) sistem masuk siswa SD Negeri 2 Gunem khususnya untuk kelas II yaitu dengan sistem 50 : 50 atau siswa yang masuk dalam satu kelas hanya setengah dari jumlah keseluruhan siswa. SD Negeri 2 Gunem menggunakan model pembelajaran hibryd learning sehingga dalam satu minggu, siswa hanya masuk secara luring sebanyak 3 kali dan masuk secara daring sebanyak 3 kali, 2) materi pembelajaran masih sesuai dengan tema-tema yang ada, hanya saja dalam penerimaan materi pembelajaran caranya berbeda-beda yaitu ada yang daring dan luring, 3) penggunaan media pembelajaran tidak setiap hari, hanya di beberapa materi yang menurut guru dalam materi yang diajarkan tidak dapat diangan-angan oleh siswa, 4) sistem penilaian yang dilakukan masih seperti pembelajaran biasa, artinya sekolah belum memiliki

(15)

6

standar penilaian sendiri untuk penilaian kemampuan siswa, 5) guru melakukan evaluasi di setiap akhir pembelajaran dengan melakukan klarifikasi pada siswa jika ada yang masih belum dipahami oleh siswa, 6) kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan PTMT ini adalah waktu yang terbatas.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan memberikan gambaran posisi pendidikan yang sedang berlangsung dalam dunia pendidikan khususnya sekolah dasar dengan fokus SD Negeri 2 Gunem melalui proses pembelajaran yang sedang dilakukan yaitu pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) karena dalam pandangan dan penghadapan sekolah terhadap pandemi dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah ini berbeda-beda dalam pelaksanaannya, serta dengan melakukan penelitian terkait kualitas pembelajarannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil proses identifikasi masalah dari latar belakang masalah, dapat ditarik kesimpulan rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) kelas II SD Negeri 2 Gunem 2021-2022?

2. Bagaimana kualitas pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) kelas II SD Negeri 2 Gunem 2021-2022?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan pelaksanaan PTMT kelas II SD Negeri 2 Gunem 2021-2022.

2. Mendiskripsikan kualitas pembelajaran dari sistem PTMT yang dilaksanakan kelas II SD Negeri 2 Gunem 2021-2022.

(16)

7 D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kontribusi positif, baik secara teoritis maupun secara praktis, manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penulis berharap hasil penelitian ini memberikan kontribusi positif khususnya dalam dunia kependidikan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan akan wawasan dan keilmuan terkait peralihan pembelajaran daring ke luring dan kualitas pembelajaran pada siswa sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak terkait.

Manfaat praktis akan dapat diambil apabila dengan paparan sebagai berikut:

a. Bagi Sekolah

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan bahan acuan atau pertimbangan dalam mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang dilakukan, yaitu pembelajaran luring atau pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang sedang berjalan khususnya di kelas II dengan memperhatikan kualitas pembelajarannya.

b. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini diharap dapat memberikan koreksi dan rekonstruksi dalam memberikan pengalaman dan melakukan pembelajaran dengan siswa baik secara daring atau luring (PTMT) dengan memperhatikan kualitas pembelajarannya.

c. Bagi Siswa

Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan motivasi belajarnya, terlebih saat dilaksanakannya pembelajaran daring, agar harapan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar dapat maksimal.

(17)

8 d. Bagi Peneliti

Setelah terselesainya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengalaman serta wawasan peneliti terkait pelaksanaan pembelajaran daring dan luring di sekolah dasar dengan memperhatikan kualitas pembelajaran yang dilakukan.

(18)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual

1. Pembelajaran Tatap Muka Terbatas a. Pembelajaran

Terkemuka dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses untuk memperoleh maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, penguatan keterampilan, dan pembentukan sikap, serta kepercayaan yang ada pada diri seseorang.

1) Ciri–Ciri Pembelajaran

Sugandi, dkk (2000) berpendapat tentang ciri-ciri dan karakteristik pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) pembelajaran yang dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam proses belajarnya. 3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajaar yang menarik dan menantang bagi siswa. 4) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. 5) pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. 6) pembelajaran dapat membuat siswa siap untuk menerima pembelajaran baik secara fisik maupun secara psikologis.

2) Tujuan Pembelajaran

Pada dasarnya, tujuan pembelajaran adalah apa yang menjadi tujuan (kognitif, psikomotor, dan afektif) sebagai harapan kepada siswa setelahnya melakukan proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Adapun penentu dalam menentukan tujuan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

(19)

10 a) Kebutuhan siswa

Berdasarkan kebutuhan siswa adalah dapat ditetapkannya tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa, apa saja yang hendak dicapai dalam proses belajarnya, dan bagaimana diapresiasikan.

b) Mata pelajaran/ materi yang disampaikan, dan

Berdasarkan mata pelajaran/ materi yang disampaikan adalah petunjuk kurikulum yang sudah tersedia yang dapat ditentukan dari hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.

c) Guru itu sendiri

Maksud dari guru itu sendiri adalah guru yang merupakan sumber utama tujuan dari siswa-siswi dan guru harus mumpuni dalam menuliskan dan menentukan tujuan pendidikan yang bermakna serta dapat diukur. Gagne dan Briggs (1979) mengemukakan bahwa pembelajaran bertujuan untuk membantu terlaksananya proses pembelajaran siswa, yang berisi tentang suatu rangkaian peristiwa yang telah dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya belajar siswa yang sifatnya internal.

Adapun suatu tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Tujuan pembelajaran tersebut menyediakan situasi ataupun kondisi untuk belajar. Misalnya adalah dalam situasi bermain peran.

2) Tujuan pembelajaran mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan juga dapat diamati, dan

3) Tujuan pembelajaran menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.

Misalnya adalah pada peta Pulau Jawa, siswa diminta memberikan warna, label, dan tulisan sekurang-kurangnya pada tiga gunung utama.

Keberhasilan dalam pembelajaran dapat dilihat melalui dua aspek, yaitu aspek produk yang berarti keberhasilan siswa menyangkut hasil yang diperoleh dengan mengabaikan prosesnya, dan aspek proses (Sanjaya, 2011)

(20)

11 b. Pembelajaran Luring atau Offline

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016) Pembelajaran luring atau offline adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung, langsung tatap muka, dan secara nyata. Luring berarti luar jaringan, yaitu kegiatan yang dilaksanakan terputus dari jejaring computer (KBBI). Pembelajaran luring atau offline tidak dapat diwakilkan dengan penggunaan alat bantu apapun seperti halnya pada proses pelaksanaan pembelajaran daring atau PJJ. Dalam aktivitas pembelajaran luring sama sekali tidak menggunakan jaringan internet atau intranet dalam proses pelaksanaannya.

Contohnya seorang siswa melakukan kegiatan chatting di WhatsApp dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang artinya mereka melakukan aktivitas pembelajaran daring. Namun jika siswa melakukan aktivitas menulis/ mengetik tulisan di mmicrosoft word/ excel maka mereka sedang melakukan aktivitas pembelajaran luring. Sama-sama menggunakan teknologi dalam proses pembelajarannyaa namun beda dalam pemanfaatannya.

c. Pengertian PTMT

Pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) adalah kebijakan proses pendidikan yang dimana dalam prosesnya siswa tidak harus melakukan pembelajaran tatap muka dengan waktu yang penuh atau full pembelajaran, dalam arti adanya ketetapan dan batasan yang telah ditetapkan oleh KemenDikBud tentang waktu yang dibatasi, jumlah siswa yang masuk mengikuti pembelajaran tatap muka, posisi duduk yang diberikan jarak, dan lainnya yang mendukung kebijakan pemberintah serta meminimalisir rantai penularan virus.

Jumeri, Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek (2021) menyatakan dalam konferensi persnya tentang daring (Selasa, 8 Juni 2021) bahwa ….

(21)

12

PTM terbatas ini pemahamannya yang benar adalah anak tidak perlu mengikuti pembelajaran penuh dalam sehari, tapi diatur sesuai kebutuhan di sekolah masing- masing, jumlah harinya tidak harus setiap hari.

Dalam penetapan kebijakan inipun mendapatkan pro dan kontra dari berbagai pihak. salah satu alasan yang tidak pro dengan kebijakan ini adalah karena sampai saat ditetapkannya PTM terbatas ini, kondisi atau angka covid di Indonesia masih tinggi.

Dimana standarisasi atau positivity rate yang ditetapkan oleh WHO kepada daerah yang boleh melaksanakan PTM adalah berada di bawah 5%, namun Indonesia pada saat itu masih pada angka 37% yang artinya masih jauh dari ketetapan WHO (Epidemiologi UNAIR, Dr. Windhu Purnomo). Namun saat ini positivity rate Indonesia sudah berada di bawah 5% dengan adanya naik turun angka setiap harinya.

d. Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Berdasarkan surat edaran (SE) yang dikeluarkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan No. 420/04/60728 tentang penyelenggaraan KBM tatap muka tahun pelajaran 2021-2022 yaitu sekolah yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dinyatakan diperbolehkan untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, namu dengan beberapa ketentuan yaitu: 1) masuk untuk semua kelas (I s.d III), 2) 1 jam pelajaran, 3) istirahat 1 (satu) kali selama 15 menit, siswa tetap di dalam kelas, 4) 1 (satu) ruang maksimal 16 siswa, 5) apabila siswa lebih dari 16, maka dibuat shift di hari berikutnya, dan 6) jarak tempat duduk antar siswa minimal 1 meter. (Nissa

& Haryanto, 2020) e. Tujuan PTMT

Johnny G. Plate (2021) yaitu menteri komunikasi dan informatika mengugkapkan alasan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka terbatas adalah : 1) karena dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berkepanjangan akan memberikan dampak negatif bagi siswa, karena dengan pembelajaran yang dilakukan jarak jauh maka banyak siswa yang bekerja untuk membantu krisis keuangan keluarga di tengah

(22)

13

pandemi dan tidak belajar, 2) menghindari siswa putus sekolah, 3) banyak orang tua/

wali siswa yang tidak melihat peranan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, 4) untuk menghindari capaian belajar siswa yang menurun, pasalnya dalam pelaksanaan PJJ sangat berbeda terkait akses, kualitas materi pembelajaran, dan sarana yang dapat memberikan kesenjangan capaian belajar terutama siswa yang memeiliki permasalahan sosio-ekonomi, dan 5) untuk menhindari adanya risiko psiko-sosial atau terkait dengan kondisi individu yang mencakup aspek psikis dan sosial pada siswa, yaitu resiko akan kekerasan pada siswa di rumah, resiko pernikahan dini, resiko akan eksploitasi siswa terutama perempuan, serta resiko kehamilan dini.

f. Sistem Pemberlakuan

Merujuk dari surat edaran mendikbudristek Nomor 2 Tahun 2022 tentan diskresi pelaksanaan keputusan bersama 4 (empat) menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang menetapkan pembelajaran tatap muka terbatas atau PTMT ini mengklasifikasikan sistem pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilakukan berdasarkan status keamanan di wilayah masing-masing sekolah, yaitu sebagai berikut: 1) ketentuan sekolah tatap muka terbatas pada wilayah PPKM level 1 dan 2, 2) ketentuan sekolah tatap muka terbatas pada wilayah PPKM 3, dan 3) ketentuan sekolah tatap muka terbatas pada wilayah PPKM 4. Klasifikasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas dapat dipahami sebagai berikut:

1. Ketentuan sekolah tatap muka terbatas wilayah PPKM 1 dan 2

a) Satuan pendidikan dengan capaian vaksinasi dosis 2 dengan 80% pada siswa dan tenaga pendidik dan capaian vaksinasi dosis 2 pada masyarakat wilayah setempat yaitu masyarakat lansia di atas 50% dan siswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di wilayah setempat tingkat kabupaten/ kota. Dengan ketentuan tersebut, proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan sebagai berikut:

(23)

14 1) Sistem masuk siswa setiap hari

2) Jumlah siswa yang masuk 100% dari kapasitas ruang kelas

3) Lama pembelajaran paling banyak enam jam pelajaran di setiap harinya b) Satuan pendidikan dengan capaian vaksinasi dosis 2 dengan tenaga pendidik dan

tenaga kependidikan sebanyak antara 50% - 80%, capaian vaksinasi dosisi 2 dengan warga lansia sebanyak 40% - 50%, dan siswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di wilayah setempat tingkat kabupaten/ kota.

Dengan ketentuan tersebut, proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan sebagai berikut:

1) Sistem masuk siswa setiap hari namun secara bergantian

2) Jumlah siswa yang masuk adalah sebanyak 50% dari kapasitas ruang kelas 3) Lama pembelajaran paling banyak enam jam pelajaran di setiap harinya c) Satuan pendidikan dengan capaian vaksinasi dosis 2 dengan pendidik dan tenaga

kependidikan sebanyak di bawah 50%, capaian vaksinasi dosisi 2 dengan warga lansia di bawah 40% dan siswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di wilayah setempat tingkat kabupaten/ kota. Dengan ketentuan tersebut, proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan sebagai berikut:

1) Sistem masuk siswa setiap hari namun secara bergantian

2) Jumlah siswa yang masuk adalah sebanyak 50% dari kapasitas ruang kelas 3) Lama pembelajaran paling banyak 4 (empat) jam pelajaran di setiap

harinya

2. Ketentuan sekolah tatap muka terbatas wilayah PPKM 3

Ketentuan untuk satuan pendidikan di wilayah PPKM 3 melaksanakan sekolah tatap muka terbatas dengan pembelajaran jarak jauh yaitu sebagai berikut:

a) Satuan pendidikan dengan capaian vaksinasi dosis 2 dengan pendidik dan tenaga kependidikan paling sedikitnya adalah sebanyak 40%, capaian vaksinasi dosis 2 dengan warga lansia paling sedikitnya adalah sebanyak 10% dan siswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di wilayah setempat tingkat

(24)

15

kabupaten/ kota. Dengan ketentuan tersebut, proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan sebagai berikut:

1) Sistem masuk siswa setiap hari namun secara bergantian

2) Jumlah siswa yang masuk adalah sebanyak 50% dari kapasitas ruang kelas 3) Lama pembelajaran paling banyak 4 (empat) jam pelajaran di setiap

harinya.

b) Satuan pendidikan dengan capaian vaksinasi dosis 2 dengan pendidik dan tenaga kependidikan adalah sebanyak di bawah 40%, capaian vaksinasi dosis 2 pada warga masyarakat lansia di bawah 10% di tingkat kabupaten/kota, dilaksanakan pembelajaran jarak jauh.

3. Ketentuan sekolah tatap muka terbatas wilayah PPKM 4

Ketentuan untuk satuan pendidikan pada wilayah PPKM level 4 melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring. Dengan ketentuan tersebut, proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan sebagai berikut:

1) Tidak terkonfirmasi/ terpapar Covid-19 dan tidak melalukan kontak erat Covid-19

2) Tubuh dalam kondisi sehat, apabila terdeteksi mengidap penyakit penyerta atau komorbid maka harus dalam kondisi terkontrol

3) Tidak memiliki gejala akan Covid-19, termasuk orang yang serumah dengan warga satuan pendidikan.

g. Kelebihan PTMT

Jika dibandingkan dengan sistem pelaksanaan pembelajaran secara daring atau online maka sistem pembelajaran secara tatap muka langsung memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut:

a. Siswa dapat mengakses atau mendapatkan materi pembelajaran dengan porsi yang sama tanpa ada kendala.

(25)

16

b. Siswa dapat memahami materi dengan lebih mudah karena materi dipaparkan langsung oleh guru dan dapat dijelaskan secara mendalam apabila ada yang merasa kesulitan.

c. Beban orang tua/ wali siswa akan lebih berkurang, baik dalam membelian dan penggunaan kuota belajar siswa atau dalam memantau dan membantu proses belajar siswa.

d. Meminimalisir adanya loss of learsing atau hilangnya pembelajaran baik dalam skala besar ataupun kecil serta resiko psikososial terhadap siswa.

e. Siswa dapat melakukan sosialisasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya kembali (guru, siswa, staf sekolah) tentunya dengan menaati protokol kesehatan yang dianjurkan.

f. Interaksi yang terjalin antara siswa dan guru terjalin secara maksimal.

g. Guru dapat mengawasi siswa lebih dalam, baik terkait kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran. psikososialnya, hasil belajar, dll.

2. Kualitas Pembelajaran a. Pengertian

Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengatakan bahwa kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf, mutu. Dalam pendidikan, konteks pengertian dari mutu merujuk pada proses pendidikan dan hasil dari pendidikan itu. Dari pendapat tersebut, maka kualitas atau mutu dalam pendidikan harus ditingkatkan lagi, baik dari segi sumber daya manusia (SDM), sumber daya material, mutu dan kualitas dalam proses pembelajaran, kualitas kelulusan, dan lain- lain. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang dapat mengukur suatu keadaan, proses, dan hasil yang kemudian dapat dilakukan kesimpulan untuk keefektifan dan mutu (Hamdani, 2010: 193). Kualitas pembelajaran adalah keterkaitan sistemik yang terjalin antara siswa, guru, lingkungan pembelajaran, proses pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, dan media pembelajaran yang dapat mengukur sejauh mana

(26)

17

keberhasilan proses dan hasil dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum.

Dari beberapa pegertian tersebut dapat dipahami bahwa kualitas pembelajaran adalah mutu atau baik buruknya suatu proses atau hasil dari pembelajaran yang dilakukan dalam kurun wkatu tertentu berdasarkan kurikulum yang berlaku.

b. Tujuan

Secara garis besarnya, pengukuran akan kualitas suatu sistem pembelajaran yang dilakukan adalah bertujuan untuk:

1) Mengukur kemajuan dan perkembangan siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu,

2) Mengukur sampai mana keberhasilan sistem pembelajaran yang diterapkan, 3) Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar

mengajar (evaluasi), dan

4) Untuk keperluan bimbingan dan konseling.

c. Faktor Kualitas Pembelajaran

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) sarana dan prasarana, 4) lingkungan. Dapat dipahami sebagai berikut:

1) Faktor guru

Guru adalah komponen penting dalam pembelajaran, tidak hanya sebagai model atau keteladanan siswa namun juga pengelola pembelajaran baik dalam menentukan strategi maupun dalam pelaksanaan. Menurut Dunkin (1974) ada beberapa aspek yang dilihat dari guru, yaitu: 1) teacher formative experience, 2) teacher trining experience, dan 3) teacher properties.

2) Faktor siswa

(27)

18

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari faktor siswa adalah: 1) latar belakang siswa atau pupil formative experience, dan 2) sifat yang dimiliki siswa atau pupil properties. Siswa adalah organisme yang unik untuk berkembang sesuai dengan tahapa perkembangannya.

3) Faktor saran dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung terlaksananya pembelajaran, yaitu media pembelajaran, alat pembelajaran, sumber belajar, dan perlengkapan sekolah lainnya. Prasarana adalah segala sesuatu yang dilihat secara tidak langsung mendukung keberhasilan pembelajaran, yaitu jalan menuju sekolah, kamar mandi, dan fasilitas lain.

4) Faktor lingkungan

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi, yaitu: 1) faktor akan organisasi kelas, meliputi 6 (enam) hal yaitu sumber daya kelompok dalam kelas yang semakin luas sesuai dengan jumlah siswa, kelompok belajar yang kurang mampu memanfaatkan sumber daya yang ada, kepuasan setiap siswa, perbedaan individu, perasaan ingin maju bersama kelompok yang mengakibatkan membutuhkan waktu yang banyak, dan 2) faktor iklim sosial-psikologis, yang secara internal adalah hubungan antar warga sekolah, misalnya kerjasama antar guru, faktor iklim sosial-psikologi secara eksternal adalah keharmonisan hubungan sekolah dengan pihak di luar sekolah, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua/ wali siswa atau dengan lembaga di luar sekolah.

d. Indikator Kualitas Pembelajaran

Adapun indikator kualitas pembelajaran menurut Depdiknas dalam (Prasetyo, 2013:

13) yang dapat diketahui ke beberapa aspek yaitu:

1. Perilaku Seorang Pendidik (Guru) 2. Perilaku atau aktivitas siswa 3. Iklim pembelajaran

4. Materi pembelajaran 5. Media pembelajaran

(28)

19 6. Sistem pembelajaran

Kualitas atau mutu dalam suatu pendidikan merupakan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan suatu proses, hasil, serta dampak yang optimal. Kualitas atau mutu dalam pendidikan yang optimal dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Kualitas atau Mutu Pembelajaran Optimal

a. Guru

Kualitas atau mutu dalam proses pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila guru dapat memfasilitasi dalam segala proses belajar siswa. Semua guru memiliki tanggung jawab akan tingkat keberhasilan siswa dalam belajarnya dan dalam melakukan pembelajaran di kelas. Proses belajar dapat terjadi atau terlaksana apabila siswa telah terstimulus untuk belajar, guru harus mempersiapkan pembelajaran yang interaktif dan inovatif dan mampu menyampaikan manfaat pembelajaran yang

Kualitas Pembelajaran

Optimal

Guru Iklim

Siswa

Materi

Media Sistem

(29)

20

dilakukan. Guru memiliki tanggung jawab dan sangat dituntut untuk terus aktif untuk tetap berusaha menanamkan sikap positif dalm belajar, karena sangat penting untuk siswa merasakannya di dalam proses belajar untuk mampu belajar dengan juga mengikuti perkembangan zaman siswa. Dalam Depdiknas (2010: 8) dipaparkan perihal indikator perilaku seorang pendidik atau guru adalah sebagai berikut:

1. Membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar 2. Menguasai disiplin ilmu.

3. Memahami keunikan setiap siswa dengan setiap kelebihan, kekurangan, dan kebutuhannya.

4. Menguasai pengelolaan pembelajaran yang tercermin dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi dan memanfaatkan hasil evaluasi pembelajaran.

Keterampilan dasar mengajar guru dapat diklasifikasikan menjadi 9 keterampilan (Rusman, 2011: 80) yaitu sebagai berikut:

1. Keterampilan membuka pembelajaran (Set Induction Skiils) 2. Keterampilan bertanya

3. Keterampilan memberikan penguatan materi (Reinforcement Skiils) 4. Keterampilan mengadakan variasi (Variation Skiils)

5. Keterampilan menjelaskan (Explaining Skiils) 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 7. Keterampilan mengelola kelas

8. Keteampilan pembelajaran perseorangan

9. Keterampilan menutup pembelajaran (Closure Skiils) b. Siswa

Sekolah merupakan salah satu tempat untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat dengan lazim yang terdaoat di sekolah-sekolah tradisional namun ada juga kegiatan di luar kelas seperti

(30)

21

ekstrakurikuler atau kegiatan yang lainnya. Dalam Depdiknas (2010: 8) dipaparkan perihal indikator perilaku siswa adalah sebagai berikut:

1. Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar.

2. Mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya.

3. Mau dan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna.

4. Mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta memantapkan sikapnya.

5. Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap dan bekerja produktif.

6. Mampu menguasai materi ajar mata pelajaran dalam kurikulum sekolah.

Macam kegiatan aktivitas siswa menurut Diedrich (dalam Sardiman 2011:101) antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya adalah, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, contohnya: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, misalnya yaitu menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, contohnya: menggambar, membuat grafik, peta diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, bergembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

(31)

22 c. Iklim pembelajaran

Melalui aspek iklim pembelajaran, kualitas atau mutu yang optimal bisa dilihat dari seberapa besarnya suasana dalam pelaksanaan proses pembelajaran ini mendukung dan terciptanya suatu kegiatan belajar yang menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna sehingga mampu membentuk profesionalitas kependidikan bagu guru.

Dalam Depdiknas (2010: 8) dipaparkan perihal iklim pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila sebagai berikut:

1. Suasana kelas yang kondusif.

2. Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan.

3. Suasana sekolah latihan dan tempat berpraktik lainnya yang kondusif bagi tumbuhnya penghargaan siswa.

d. Materi pembelajaran

Jika dipandang dari sisi aspek materi pembelajaran, suatu kualitas atau mutu yang optimal dapat diketahui dan dilihat dari kesesuaian materi pembelajaran dengan tujuan dan kompetensi pembelajaran yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa.

Kualitas atau mutu suatu proses pembelajaran secara operasional dapat dipahami sebagai intensitas ketertarikan sistemik dan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan ajar, media pembelajaran, fasilitas belajar, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Dalam Depdiknas (2010: 8) dipaparkan perihal materi pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila sebagai berikut:

1. Kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa.

2. Ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia.

3. Sistematis dan kontekstual.

4. Dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin.

(32)

23

5. Dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni.

6. Materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, profesioanal, psikopedagogis, dan praktis.

Nana Sudjana menguraikan ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh pendidik sebelum memilih materi yang akan digunakan atau disampaikan pada siswa ketika pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan pengajaran

Hanya bahan ajar yang dianggap serasi dan menunjang tujuan pembelajaran yang perlu diberikan oleh guru.

2. Urgensi bahan

Bahan ajar atau materi ajar tersebut perlu untuk diketahui oleh siswa.

3. Tuntutan kurikulum

Secara minimal, materi ajar tersebut penting untuk diberikan pada siswa dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum.

4. Nilai kegunaan

Materi ajar tersebut memiliki manfaat bagi siswa dalam kehidupannya sehari- hari.

5. Terbatasnya sumber bahan

Sumber bahan ajar atau materi ajar susah diperoleh siswa (tidak ada dalam buku sumber atau buku pegangan siswa) sehingga perlu untuk diberikan guru pada siswa.

e. Media pembelajaran

Dari sudut media pembelajaran, kualitas atau mutu yang optimal bisa dilihat dari seberapa efektifnya suatu media pembelajaran yang dimanfaatkan oleh guru dalam melakukan proses mengajar untuk meningkatkan ketertarikan siswa, pemahaman

(33)

24

siswa, dan keefektifan dalam belajar siswa. Dalam Depdiknas (2010: 9) dipaparkan perihal media pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila sebagai berikut:

1. Dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

2. Mampu memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru, siswa dan siswa, serta siswa dengan ahli bidang ilmu yang relevan.

3. Dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.

4. Mampu mengubah suasana belajar dari siswa pasif dan guru sebagai sumber ilmu satu-satunya, menjadi siswa aktif berdiskusi dan mencari informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada.

f. Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran di sekolah dapat menunjukkan kualitaspembelajarannya apabila dapat menunjukkan ciri khas dari keunggulannya, memiliki penekanan, dan kekhususan lulusannya. Dalam Depdiknas (2010: 9) dipaparkan perihal sistem pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila sebagai berikut:

1. Sekolah dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki penekanan dan kekhususan lulusannya, responsif terhadap berbagai tantangan secara internal maupun eksternal.

2. Memiliki perencanaan yang matang dalam bentuk rencana strategis dan rencana operasional sekolah.

3. Ada semangat perubahan yang dicanangkan dalam visi dan misi sekolah yang mampu membangkitkan upaya kreatif dan inovatif dari semua sivitas akademika.

4. Dalam rangka menjaga keselarasan antar komponen sistem pendidikan di sekolah, pengendalian dan penjaminan mutu perlu menjadi salah satu mekanismenya.

(34)

25 B. Kajian Penelitian Relevan

Kajian penelitian relevan memuat beberapa hasil penelitian dari beberapa peneliti lain yang memiliki konteks atau topik penelitian yang sama dengan apa yang diteliti oleh peneliti kali ini, pada bagian ini juga menghindarkan dari duplikasi.

1. Hasil kajian penelitian yang dilakukan oleh Mitra Kasih La Onde Ode (2021) dari Universitas Muhammadiyah, Buton yang berjudul “Analisis Pembelajaran Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (TMT) di Masa New Normal terhadap Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar”. Peneliti menyebutkan bahwa proses pelaksanaan PTMT dilaksanakan dengan 3 proses (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi). Pada tahap perencanaan adanya pembagian kelas menjadi 2 rombel (masing-masing 7 siswa), jadwal masuk 3x dalam 1 minggu, tata letak bangku (1 meter), ketuntasan materi yang harus dirombak dari 3 jam pelajaran menjadi 1 pertemuan, serta alat untuk mendukung sesuai protokol. Pada tahap pelaksanaan adanya aturan sebelum masuk ke kelas dan sesudahnya diwajibkan untuk memakai masker, cek suhu, dan mencuci tangan. Untuk memadatkan jadwal siswa maka istirahat, ekstrakurikuler, upacara, serta perayaan-perayaan lain diputuskan untuk ditiadakan. Pada tahap evaluasi, hal yang dilakukan adalah sosialisasi mengenai 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), dan melakukan perbaikan serta peningkatan akan manajemen PTMT. Setelah dilakukannya tes di akhir kegiatan pembelejaran, hasil tes mengatakan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas belum bisa dikatakan optimal dengan hasil nilai rata-rata 65,71 dengan nilai terendah 30 dan tertinggi 90, dimana tercatat 8 siswa yang dikatakan tuntas dan 6 siswa belum tuntas. Hasil tersebut jika dikonversi dalam nilai ketuntasan klasikal (NKK) adalah sebesar 57,14% yang dimana harusnya adalah ≥85%.

2. Hasil kajian penelitian yang dilakukan oleh Lely Suryani (2021) dari Universitas Flores yang berjudul “Analisis Implementasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap

(35)

26

Muka Terbatas di Masa New Normal” ada 2 topik yang dibahas yaitu tentang pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) dan implementasi PTMT. Dalam pelaksanaan prokes, SD K Ende 8 menerapkan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas).

Penegakan 5M dimulai pada saat siswa masuk ke wilayah sekolah dengan mengecek suhu badan yang tidak boleh melebihi 37 °C, siswa yang masuk dipastikan sehat jasmani, tidak dalam kondisi demam, batuk, pileh, sesak nafas, serta wajib memakai masker. Setelah itu siswa diwajibkan untuk mencuci tanga terlebih dahulu sebelum memasuki kelas. Mengenai implementasi PTMT di SD K Ende 8, hasil penelitian menyatakan bahwa pelaksanaan PTMT dilaksanakan dengan membagi kelas menjadi 2 (dua) rombel dengan masing-masing rombel terdapat 9 atau 10 siswa, dimana telah dijadwalkan bahwa rombel A masuk pukul 07.15-08.30 dan rombel B masuk pada pukul 08.30-09.30. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik dan secara sistematis dengan mematuhi protokoler yang ada, yaitu dengan memadatkan materi, menyampaikan poin-poin penting materi, dan melakukan evaluasi/ ulangan harian, tengah dan akhir semester. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana proses pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan kondisi new normal. Karena memang dalam pelaksanaan PTMT hal yang menjadi prioritas utama adalah kesehatan siswa dan tenaga pendidik lain sehingga dibutuhkan kerjasama untuk membangun kesadaran agar berlaku sesuai dengan protokoler yang telah ditetapkan.

3. Hasil kajian penelitian yang dilakukan oleh Wildan Nuril Ahmad Fauzi (2021) dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yang berjudul “Analisis Penerapan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di SDIT Luqman Al Hakim Sleman” bahwa dalam pelaksanaan PTMT ini menuai pro dan kontra bagi orang tua/ wali siswa, oleh karena itu SDIT Luqman Al Hakim memberikan kebebasan kepada orang tua/

wali siswa apabila masih merasa khawatir dan memutuskan untuk mengikuti pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), dengan ini SDIT

(36)

27

menggunakan hybrid learning dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya.

Hybrid learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan memadukan proses pembelajaran daring dan proses pembelajaran luring, karena dirasa peroses pembelajaran ini dianggap pembelajaran kolaboratif yang efektif untuk diterapkan di dalam kelas. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan prosedur pelaksanaan PTMT di SDIT Luqman yaitu: 1) menyusun struktur dan menentukan standar kompetensi penilaian yang dianggap cocok dengan standar keadaan pandemi, 2) perubahan jam pembelajaran yang hanya 2 jam dalam 1 hari pembelajaran, 3) anjuran untuk mengikuti prokes (siswa harus jaga jarak dengan temannya, tampat duduk yang berjarak, dll), 4) digunakannya pembelajaran hybrid learning dan siswa yang mendapat bagian untuk belajar di rumah (PJJ) hanya akan melalui googlemeet atau zoom, 5) pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas, 6) istirahat ditiadakan, sebagai gantinya siswa diminta untuk membawa bekal dari rumah, 7) sekolah selalu menyemprotkan disinfektan di lingkungan sekolah, baik sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran, 8) siswa tidak boleh bersentuhan dengan siswa lain, 9) sekolah menyediakan tempat cuci tangan dan sabun di masing-masing kelas, dan 10) seluruh orang di sekolah wajib dalam keadaan seha

(37)

28 C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah kerangka/ alur penalaran yang didasarkan pada masalah yang disampaikan secara naratif dan dideskripsikan dalam bentuk skema secara holistik dan skematik. Alur penalaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir dalam Penelitian

Peneliti mengawali fokus penelitian pada proses pelaksanaan pembelajaran luring yaitu pembelajaran tatap muka terbatas. Yang ingin didalami adalah bagaimana pelaksanaannya dengan adanya pro dan kontra yang marak di beritakan yaitu: 1) bagaimana suasana atau lingkungan belajar siswa baik di dalam kelas atau lingkungan sekolah, 2) protokol kesehatan yang diterapkan oleh sekolah yang wajib dipatuhi oleh warga sekolah, 3) bagaimana sistem masuk yang digunakan sekolah untuk mengatur

Pelaksanaan Pembelajaran Luring PTM Terbatas

Lingkungan Belajar Protokol Kesehatan

Sistem Masuk Kekurangan

/ kelebihan

Penilaian Evaluasi

Indikator Kualitas Pembelajaran

Perilaku Pendidik

Perilaku/

Aktivitas Siswa Iklim

Pembelajaran Materi Pembelajaran Media

Pembelajaran

Analisis Kualitas PTMT

(38)

29

keluar masuk siswa di sekolah, 4) apa saja kekurangan dan kelebihan dalam penerapan pembelajaran tatap muka terbatas, 5) bagaimana sistem penilaian yang digunakan oleh sekolah untuk menilai hasil belajar siswa, dan 6) bagaimana sistem evaluasi pembelajaran yang digunakan baik oleh guru dalam melakukan pembelajaran atau oleh sekolah untuk mengukur keefektifan sistem pembelajaran. Proses penelitian akan diawali dengan metode observasi dan wawancara dengan guru kelas 2, wawancara awal dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengetahui kearah mana penelitian akan dilanjutkan dan fokus mana yang akan lebih diperhatikan.

Setelah mengetahui proses pelaksanaan PTM terbatas dengan mendalam, fokus yang selanjutnya adalah mengukur kualitas pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang dilakukan. Acuan yang digunakan peneliti adalah dari Depdiknas yang dikutip dari Prasetyo (2013 : 13) telah menyebutkan adanya beberapa indikator yang dapat dikaji melalui beberapa aspek yaitu: 1) Perilaku Seorang Pendidik (Guru), 2) Perilaku atau aktivitas siswa, 3) Iklim pembelajaran, 4) Materi pembelajaran, 5) Media pembelajaran, dan 6) Sistem pembelajaran.

(39)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Gambar 3. 1 Lokasi/ Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri 2 Gunem. SD Negeri 2 Gunem adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri yang beralokasi di Propinsi Jawa Tengah Kabupaten Rembang dengan alamat Jl. Pamotan Km 1 Gunem 59263. Alasan penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri 2 Gunem adalah karena adanya penemuan kasus atau kejadian atau peristiwa yang timbul karena adanya pelaksanaan sistem pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang mulai diterapkan pada bulan Agustus 2021. Peneliti ingin mengetahui lebih mendalam bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan beberapa aspek yang diwajibkan serta kualitas belajar anak sekolah dasar khususnya di kelas 2 SD Negeri 2 Gunem.

2. Waktu Penelitian

Waktu dalam pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam memperoleh informasi dengan pertimbangan situasi dan

(40)

31

kondisi di lapangan. Waktu dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu pra-penelitian dan waktu penelitian. Waktu pra-penelitian atau pra-lapangan (Moleong, 2017: 127) menyebutkan ada enam tahapan dan ditambah satu pertimbangan untuk peneliti dalam melakukan pra-lapangan, yaitu: 1) menyusun rancangan penelitian, 2) memilih lapangan penelitian, 3) mengurus perizinan, 4) menjajaki dan menilai lapangan, 5) memilih dan memanfaatkan informan, 6) menyiapkan perlengkapan penelitian, dan 7) sebagai pertimbangan adalah persoalan etika penelitian. Untuk waktu dalam proses penelitian akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam mendapatkan data di lapangan.

Waktu dalam proses penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Waktu dalam Proses Penelitian

No. Kegiatan Waktu

1. Pra- penelitian

Observasi lingkungan sekolah dan

kelas belajar siswa 27 November 2021

2. Wawancara guru kelas II 27 November 2021

3.

Penelitian

Observasi kurikulum dan pelaksanaan PTMT

4. Observasi indikator kemampuan dasar guru

5. Observasi perilaku/ aktivitas siswa 6. Wawancara kepala sekolah

7. Wawancara guru kelas II 8. Wawancara siswa/i kelas II

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan naturalistik/ atau alamiah. Penelitian kualitatif naturalistik/ alamiah adalah suatu pemahaman fenomena sosial dari sisi pelaku sendiri (Bogdan, 1984) Wolf dan Tymiz (1977) dalam (Sukardi, 2003: 2) bahwa penelitian kualitatif naturalistik memiliki tujuan untuk mengetahui akutalitas, realitas sosial, dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka, yang kemungkinan tidak mampu diungkapkan dalam penonjolan

(41)

32

pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Peneliti akan menggunakan pendekatan naturalistik/ alamiah karena peneliti berusaha secara aktif melakukan interaksi dengan informan secara alamiah dengan kondisi yang tidak direkayasa agar data yang diperoleh natural/ alami.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi kasus. Susilo Rahardjo dan Gudnanto dalam (Samsu, 2017: 64) mengemukakan bahwa studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalah dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. W.S Winkel & Sri Hastuti dalam (Samsu, 2017: 64) berpendapat bahwa studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan adalah metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik serta membantunya dalam perkembangan selanjutnya. Langkah-langkah analisis data dan metode yang digunakan dimaksudkan untuk menyajikan data, menafsirkannya, memvalidasinya, dan menunjukkan hasil potensial dari penelitian. Kegiatan menganalisis dan mengolah data dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan PTMT dan kualitas pembelajaran yang telah dilakukan, dengan ini metode deskriptif kualitatif dianggap peneliti paling cocok dengan penelitian ini.

C. Peranan Peneliti

Peranan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai human instrument yang memiliki tugas dalam menetapkan fokus penelitian, memilih informan yang tepat sebagai sumber data, melakukan kegiatan pengumpulan data, melakukan penilaian atas kualitas data, menganalisis data yang sudah diperoleh, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2008: 222). Peran peneliti penelitian kualitatif

(42)

33

adalah instrumen utama yang selanjutnya instrumen akan berkembang ketika terjun di lapangan.

D. Data dan Sumber Data 1. Data

a. Jenis Data

Lofland dan Lofland (1984: 47) berpendapat bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Sugiyono (2008: 223) mengatakan bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif adalah the researcher is the key instrument yang berarti instrumen kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.

Data pada penelitian ini diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun alat-alat yang akan digunakan untuk menunjang perolehan data kualitatif. Jenis data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

b. Karakteristik Data 1) Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari data oleh peneliti untuk tujuan yang khusus penelitian (Samsu, 20: 94). Data primer dapat berupa opini subjek atau orang secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda atau fisik, suatu kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah observasi yang dilakukan dengan tujuan mengetahui kualitas indikator kemampuan mengajar guru dan perilaku siswa, adapun wawancara terstruktur yaitu wawancara yang berlangsung mengacu pada daftar pertanyaan yang sebelumnya sudah disusun atau dirangkai oleh peneliti dengan tujuan wawancara yang dilakukan berjalan dengan lancar. Wawancara terstruktur dilakukan dengan kepala sekolah dan guru kelas II SD Negeri 2 Gunem.

Adapun wawancara semi-terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan mengacu pada

(43)

34

satu rangkaian yang terbuka. Wawancara semi-terstruktur dilakukan dengan siswa- siswi kelas 2 SD Negeri 2 Gunem. Proses wawancara kepala sekolah, dan observasi guru/ wali kelas 2, serta siswa-siswi kelas 2 SD Negeri 2 Gunem yang dilakukan dengan panduan atau pedoman observasi dan wawancara mendalam (terlampir).

2) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah: 1) observasi, yang akan dilakukan peneliti untuk mengetahui kurikulum dan lingkungan belajar siswa/ lingkungan sekolah. Data yang diperoleh diperkuat dengan adanya bukti berupa catatan peneliti dan gambar atau foto dari hasil observasi. 2) dokumentasi RPP dan silabus yang akan memperdalam data serta memperkuat bukti penelitian terkait perangkat pembelajaran, 3) dokumentasi literatur lain, selain itu data sekunder yang diperoleh adalah dari beberapa literatur yang didapat oleh peneliti baik itu online (jurnal) berupa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain dengan topik penelitian yang terkait serta dokumen offline (buku).

c. Subjek/ Informan Penelitian

Proses pengumpulan data melalui wawancara yang akan dilakukan dengan pihak-pihak sebagai informan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kepala SD Negeri 2 Gunem 2. Guru Kelas 2 SD Negeri 2 Gunem

3. Siswa-Siswi Kelas 2 SD Negeri 2 Gunem 2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa transkrip dan teks yang diantaranya akan diperoleh dari proses pengumpulan data melalui proses observasi dan wawancara kepala sekolah, guru wali kelas II SD Negeri 2 Gunem, serta siswa-siswi kelas II SD Negeri 2 Gunem. Hasil perolehan informasi dari proses observasi yang telah dilakukan akan dideskripsikan secara mendalam, serta wawancara yang telah

(44)

35

dilakukan, peneliti mengubahnya dan memasukkanya dengan transkrip data yang kemudian dianalisis secara mendalam.

3. Penjaringan Data

Teknik penjaringan data dalam penelitian ini adalah purposive dan sampling, dimana dalam memilih seorang informan penelitian adalah dengan cara mempertimbangkan data yang akan diberikan oleh informan yang dirasa diperlukan oleh peneliti. Teknik penjaringan data yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3. 2 Teknik Penjaringan Data Penelitian

Penentuan informan dimulai dengan observasi dan wawancara singkat dengan kepala SD Negeri 2 Gunem tentang gambaran keadaan sistem pendidikan sekarang di masa pandemi dan kebijakan dari proses pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri 2 Gunem. Setelah mendapatkan informasi secara garis besar tentang permasalahan, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan guru kelas 2 SD Negeri 2 Gunem, dimana informan tersebut dianggap dapat memberikan jalan atau membukakan pintu

Siswa A,B, C, dst

Siswa A,B, C, dst

Siswa A,B, C, dst

Siswa A,B, C, dst Kepala

Sekolah Guru Kelas

2 Siswa

Kategori 1

Siswa Kategori 2

Kategori 1A

Kategori 1B Kategori

2A

Kategori 2B

(45)

36

bagi peneliti untuk melakukan kegiatan pengumpulan data dengan berbagai cara dengan pihak-pihak lain yang dianggap tepat oleh peneliti.

Dari informasi yang telah didapatkan dari guru kelas 2, diperoleh informasi bahwa ada beberapa anak yang dianggap mampu beradaptasi dengan baik saat pelaksanaan sistem pembelajaran, karena dalam pelaksanaan pembelajaran daring guru mengungkapkan sulit untuk mendeteksi siswa yang bisa dikatakan mampu dalam penerimaan pembelajaran karena dalam prosesnya guru belum bisa mengetahui secara langsung. Dalam PTMT inilah guru bisa mengukur kemampuan dan tingkat penerimaan siswa akan pembelajaran yang diajarkan. Guru dapat menentukan siswa yang mampu dan dikatakan baik dalam penerimaan materi pembelajaran serta siswa yang dirasa mengalami kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan. Peneliti akan memperluas informan dan instrumen penelitian pada beberapa siswa kelas 2 SD Negeri 2 Gunem.

E. Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan sebagai berikut:

a. Instrumen observasi pra-penelitian terkait lingkungan sekolah dan kelas belajar siswa (terlampir)

b. Instrumen wawancara pra-penelitian guru (terlampir)

c. Instrumen observasi kurikulum dan pelaksanaan proses PTMT (terlampir) d. Instrumen observasi keterampilan dasar mengajar guru (terlampir)

e. Instrumen observasi perilaku/ aktivitas siswa (terlampir) f. Instrumen wawancara kepala sekolah (terlampir)

g. Instrumen wawancara guru (terlampir) h. Instrumen wawancara siswa (terlampir)

Proses pengumpulan data dengan cara observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu handphone

(46)

37

infinix hot 9 play yang berfungsi untuk mengambil gambar/ foto observasi dan dokumentasi, serta perekaman suara hasil wawancara.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data penelitian adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dilakukan ketika pra-penelitian atau pra-lapangan dan observasi ketika penelitian. Observasi pra-penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lingkungan sekolah dan lingkungan kelas belajar siswa, peneliti bertujuan mengetahui kondisi awal lapangan penelitian. Observasi pra-penelitian dilakukan pada Sabtu, 27 November 2021, hal yang diamati oleh peneliti adalah keadaan lingkungan belajar siswa baik dalam lingkup sekolah dan kelas yang dimaksudkan untuk mengetahui dukungan akan lingkungan belajar siswa dalam memberikan kenyamanan pembelajaran untuk siswa dan guru.

Marshall dalam (Sugiyono, 2008: 226) mengatakan bahwa melalui proses observasi peneliti akan belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Observasi yang dilakukan adalah mengamati dengan menggunakan semua indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa) untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Observasi penelitian akan dilaksanakan dengan mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SD Negeri 2 Gunem, hal yang akan diamati dalam observasi penelitian ini adalah kurikulum yang diberlakukan dan pelaksanaan PTMT di SD Negeri 2 Gunem mulai dari pemberlakuan, persiapan, dan pelaksanaan protokol kesehatan, sistem masuk siswa ke sekolah, materi dalam pembelajaran yang disampaikan pada siswa, proses evaluasi yang dilakukan, fasilitas yang disediakan untuk mendukung pembelajaran, dll.

Gambar

Gambar 2. 1 Kualitas atau Mutu Pembelajaran Optimal
Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir dalam Penelitian
Gambar 3. 1 Lokasi/ Tempat Penelitian
Tabel 3. 1 Waktu dalam Proses Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V dan wawancara dengan guru kelas V SD negeri Bacin 2 Kudus yang dilakukan peneliti diperoleh

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Melakukan pra riset dan melakukan wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas VII SMP Kristen Immanuel 2

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 1 Sedayu pada bulan Oktober 2015, siswa masih mengalami kesulitan dalam mencapai nilai standar kelulusan

SD Negeri 1 Sekarsuli memiliki fasilitas sebagai berikut: Masjid, kamar mandi siswa (di belakang ruang kelas 1), ruang kelas I, ruang kelas II, ruang UKS, Kamar mandi

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8 PADA MATERI JENIS- JENIS PEKERJAAN UNTUK PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS 4-A SEKOLAH DASAR NEGERI BAKALAN

Lembar Catatan Percakapan Pra-Observasi Kelas Hari/ Tanggal : Selasa, 19 September 2023 Sekolah : SD Negeri 1 Sendangsari Nama Guru : Salafi Artika Dini, S.Pd Kelas : 2 Dua Mata

Lembar Catatan Percakapan Pra-Observasi Kelas Hari/ Tanggal : Selasa, 19 September 2023 Sekolah : SD Negeri 1 Sendangsari Nama Guru : Salafi Artika Dini, S.Pd Kelas : 2 Dua Mata

Berlandaskan pada hasil observasi serta wawancara yang dilaksanakan bersama guru kelas II SD Negeri 4 Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ditemukan beberapa permasalahan yaitu: