• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar."

Copied!
386
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Renaldo Desantos Watu

Universitas Sanata Dharma

2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan gandapada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Validasi media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategorikan dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, dan (3) aspek cakupan kecerdasan ganda. Validasi dari dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 4,27 (Sangat Baik) dan 4,14 (Baik). Validasi dari dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,77 (Sangat Baik) dan 3,36 (Cukup Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memperoleh rerata skor 4,13 dengan kategori “Baik”. Dengan demikian, media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.

(2)

2

INTELLIGENCES ON SUBTHEME MY JOB EVERYDAY AT HOME TO ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN GRADES II

Renaldo Desantos Watu

Sanata Dharma University

2016

The teacher needs to conventional learning media that accommodates the concept of multiple intelligences by Howard Gardner's theory is the reason of this research. The main objective of this research is to produce a product in the form of conventional learning media based multiple intelligences on the subtheme my job everyday at home to second grade elementary school.

This research is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedures used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme my job everyday at home to second grade elementary school. Instruments in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers II SD Negeri 1 Kalasan, Sleman, while questionnaires were used to validate the quality of conventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Validation conventional learning media based multiple intelligences based on the 14 aspects of assessment are categorized in three main aspects, namely: (1) aspects of the content, (2) aspects of the use and presentation, and (3) the aspect of multiple intelligences coverage. Validation of two conventional learning based media multiple intelligences experts resulted in a score of 4.27 (Very Good) and 4.14 (Good). Validation of two classroom teachers II SD resulted in a score of 4.77 (Very Good) and 3.36 (Good). Conventional learning media based multiple intelligences obtain mean score of 4.13 with the categories "Good". Thus, conventional learning media based on multiple intelligences developed is already fit for use as a media of learning.

(3)

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Renaldo Desantos Watu

NIM. 121134251

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Renaldo Desantos Watu

NIM. 121134251

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

ii

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

BERBASIS KECERDASAN GANDA

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Oleh:

Renaldo Desantos Watu

NIM. 121134251

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(6)

iii

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

BERBASIS KECERDASAN GANDA

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Renaldo Desantos Watu

NIM. 121134251

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 21 Maret 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ...

Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ...

Anggota : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. ... Anggota : Rohandi, Ph.D. ...

Anggota : Drs. Puji Purnomo, M.Si. ...

Yogyakarta, 21 Maret 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(7)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Juruselamatku Tuhan Yesus Kristus

Yang selalu memberi berkat, kekuatan, perlindungan, dan petunjuk dalammmm

pengerjaan penelitian dan pengembangan ini

Bapak Herman Yoseph Minggu dan Mama Maria Romana Doy Tercinta

Yang selalu memberikan perhatian, doa, kasih sayang dan dukungan

Opa Fransiskus Doy (alm), Opa Wilhelmus Watu, Oma Yuliana Sama (alm),

Oma Bergita Gae, dan Oma Veronika Sengu

Yang selalu memberikan doa dan motivasi

Saudara - saudari Tersayang

Andriska Beatrix Watu, Osvaldus Karlen Wio, Yuliani Rona Sengu,

KalistusJevier Franlyano, Tika, Yohan, Herlin Watu, Aris Watu, Elvierra,

Rico, Alfa Doy, Bagas Wio, Noldy Doy, Angelina, Michel, Gilbert, dan Fandy

Doy

Yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

Keluarga Besarku

Yang selalu memberikan pelajaran hidup terbaik

Teman

teman PPGT Angkatan 2012

(8)

v

Teman-teman Tercinta

Rahma, Ofin, Yanti, Yaris, Widy, Esan, Edo, Willy, Paul, Nadi, Syaiful,

Sohan, Oskar, Oca, Alvaro, Dance, Yoan, Ricky, Arman

Yang selalu mendukung dan menemaniku dalam suka maupun duka

Hilda Maria Lena Tersayang

Yang selalu memberikan doa, dukungan, masukan dan perhatian yang tulus

Dosen-dosen Terbaik

Pak Puji, Ibu Maslichah, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Pak Rusmawan,

dan Pak Paulus Wahana

Yang selalu menasehati dan memperbaiki kesalahan selama mengikuti

perkuliahan

Keluarga Besar Student Residence

Pamong dan teman-teman SR

Yang selalu memberikan perlindungan, nasihat, dan kasih sayang

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma

(9)

vi

“Junjunglah Dia, maka engkau akan ditinggikan-Nya; engkau akan

dijadikan terhormat, apabila engkau memeluk-Nya”

(Amsal 4:8)

“If you cannot do great things, do small things in a great way”

(Napoleon Hill)

Tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa usaha dan kerja

(10)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Maret 2016

(11)

viii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Renaldo Desantos Watu

Nomor Mahasiswa : 121134251

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu

meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 21 Maret 2016

Yang menyatakan

(12)

ix

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI

RUMAH UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Renaldo Desantos Watu

Universitas Sanata Dharma

2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Validasi media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategorikan dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, dan (3) aspek cakupan kecerdasan ganda. Validasi dari dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 4,27 (Sangat Baik) dan 4,14 (Baik). Validasi dari dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,77 (Sangat Baik) dan 3,36 (Cukup Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis

kecerdasan ganda memperoleh rerata skor 4,13 dengan kategori “Baik”. Dengan demikian,

media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.

(13)

x

THE DEVELOPMENT OF CONVENTIONAL LEARNING MEDIA BASED MULTIPLE INTELLIGENCES ON SUBTHEME MY JOB EVERYDAY AT HOME TO

ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN GRADES II

Renaldo Desantos Watu

Sanata Dharma University

2016

The teacher needs to conventional learning media that accommodates the concept of multiple intelligences by Howard Gardner's theory is the reason of this research. The main objective of this research is to produce a product in the form of conventional learning media based multiple intelligences on the subtheme my job everyday at home to second grade elementary school.

This research is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedures used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme my job everyday at home to second grade elementary school. Instruments in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers II SD Negeri 1 Kalasan, Sleman, while questionnaires were used to validate the quality of conventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Validation conventional learning media based multiple intelligences based on the 14 aspects of assessment are categorized in three main aspects, namely: (1) aspects of the content, (2) aspects of the use and presentation, and (3) the aspect of multiple intelligences coverage. Validation of two conventional learning based media multiple intelligences experts resulted in a score of 4.27 (Very Good) and 4.14 (Good). Validation of two classroom teachers II SD resulted in a score of 4.77 (Very Good) and 3.36 (Good). Conventional learning media based multiple intelligences obtain mean score of 4.13 with the categories "Good". Thus, conventional learning media based on multiple intelligences developed is already fit for use as a media of learning.

(14)

xi

Puji dan syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,

rahmat serta bimbingan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Tugasku sehari-hari di Rumah untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak

mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada

kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd.selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Media Pembelajaran

Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan bantuan dalam

penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Media Pembelajaran

Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan bantuan dalam

penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah

memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

8. Catur Eny Rahayu, S.Pd.,SD. selaku guru kelas II B SD Negeri Kalasan 1 yang telah

membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

9. Purwanti, S.Pd. selaku guru kelas II A SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu

(15)

xii ini.

11.Keluarga besarku, Opa, Oma, Paman, Bibi, Adik, Kakak, yang selalu memberi

motivasi, dan nasihat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Hilda Maria Lena, yang selalu memberi semangat, dukungan dan perhatian yang

tulus.

13.Rahmania, Yanti Boro, Sofia Wangge yang selalu mendukung dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14.Saudara-saudari tercinta, Tommy, Esta, Fitri, Idda, Ayu, Oskar, Syaiful, Della, Susan,

Hermin, Fany, Etty, Yeni, Lekin, dan Anno, yang telah memberikan dukungan dan

semangat.

15.Teman-teman seperjuangan mahasiswa PPGT Angkatan 2012 yang selama ini selalu

mendukung, berbagi kebahagian dan berjuang bersama-sama.

16.Para pamong asrama dan segenap keluarga besar Student Residence Sanata Dharma yang memberi rasa nyaman dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.

17.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan

dukungannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan

kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Akhir kata peneliti mengucapkan selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 21 Maret 2016

Peneliti

(16)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah ... 9

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 14

1. Media Pembelajaran ... 14

a. Pengertian ... 14

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 16

c. Fungsi Media ... 20

d. Ciri-ciri Media ... 22

e. Kriteria Pemilihan Media ... 23

(17)

xiv

c. Pengertian Kecerdasan Ganda ... 31

d. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda ... 33

3. Media Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ganda ... 41

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Pikir ... 47

D. Pertanyaan Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Setting Penelitian ... 52

C. Prosedur Pengembangan ... 53

D. Teknik Pengujian Instrumen ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 60

F. Instrumen Penelitian ... 60

G. Teknik Analisis Data ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 82

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 83

2.Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 87

B. Deskripsi Produk Awal ... 88

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 89

2. Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 90

C. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda dan Revisi Produk ... 92

D. Data Hasil Validasi Guru SD Kelas II dan Revisi Produk ... 95

E.Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 100

1. Kajian Produk Akhir... 100

2. Pembahasan ... 103

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 123

B. Keterbatasan Pengembangan ... 125

C. Saran ... 126

(18)
(19)

xvi

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 52

Tabel 2. Panduan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 62

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk... 65

Tabel 4. Kuesioner Instrumen Validasi Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 71

Tabel 5. Kriteria Kelayakan ... 76

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima ... 78

Tabel 7. Kriteria Skor Skala Lima ... 81

Tabel 8. Komentar & Saran Perbaikan Validator G.K dan Revisi... 94

Tabel 9. Komentar & Saran Perbaikan Validator M.M dan Revisi ... 95

Tabel 10. Komentar Validator C.R dan Revisi ... 97

Tabel 11. Komentar & Saran Perbaikan Validator P dan Revisi ... 99

(20)

xvii

Bagan 1. Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 46

Bagan 2. Kerangka Berpikir ... 49

Bagan 3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D) ... 54

(21)

xviii

Gambar 1. Kartu Kegiatan Keluarga ... 106

Gambar 2. Kotak Penyimpanan Kartu Kegiatan Keluarga ... 107

Gambar 3. Kartu Dokumen Keluarga ... 108

Gambar 4. Kartu Dokumen Pribadi ... 108

Gambar 5. Kotak Penyimpanan Kartu Dokumen ... 109

Gambar 6. Kartu Akivitas Fisik ... 110

Gambar 7. Kartu Kegiatan Sebelum Aktivitas Fisik ... 111

Gambar 8. Kotak Penyimpanan Kartu Aktifitas Fisik “A”... 111

Gambar 9. Kartu Kegiatan Setelah Aktivitas Fisik ... 112

Gambar 10. Kotak Penyimpanan Kartu Aktivitas Fisik “B” ... 113

Gambar 11. Puzzle Jam... 114

Gambar 12. Kotak Penyimpanan Puzzle Jam ... 114

Gambar 13. Ular Tangga Fatbat dan Perlengkapannya ... 115

Gambar 14. Domino Bergambar ... 116

Gambar 15. Kotak Penyimpanan Domino Bergambar ... 117

Gambar 16. Album Lagu ... 117

Gambar 17. Isi Album Lagu ... 118

Gambar 18. Papan Penjodohan dan Perlengkapannya ... 119

Gambar 19. Kartu Doa ... 120

Gambar 20. Papan Waktu ... 121

(22)

xix

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 130

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 131

Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 132

Lampiran 4 Rangkuman Wawancara ... 133

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional

Berbasis Kecerdasan Ganda ... 138

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru SD Kelas II ... 148

Lampiran 7 Silabus ... 158

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 184

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah jalur yang ditempuh manusia untuk

memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal

31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan

satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan

serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". Secara

formal, pendidikan diperoleh dalam sebuah lembaga yang disebut sekolah.

Pendidikan yang diberikan oleh sekolah didasarkan pada kurikulum tertentu

yang telah dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah. Kurikulum dapat

diartikan sebagai kumpulan dari berbagai pengalaman yang akan dipelajari

oleh siswa dan dijadikan sebagai pusat dari semua sistem penggerak

komponen pendidikan lainnya (Yani, 2014:2). Kurikulum bersifat dinamis

karena perlu terus diperbarui agar sesuai dengan perkembangan zaman dan

kebutuhan peserta didik. Pendidikan di Indonesia sendiri telah melakukan

beberapa kali pergantian kurikulum. Pembaruan terakhir yang dilakukan

adalah pergantian dari Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke

Kurikulum 2013 (K-13).

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum baru yang isinya sarat

(24)

semua jenjang pendidikan mulai tahun ajaran 2013/2014. Keistimewaan

kurikulum ini terletak pada pelaksanaannya yang menggunakan pembelajaran

tematik dan dilengkapi dengan pendekatan saintifik (Yani, 2014:115). Di

Sekolah Dasar, pembelajaran tematik mulai diterapkan di semua tingkatan

kelas, tidak seperti sebelumnya yang hanya diterapkan di kelas I hingga kelas

III. Lebih dari itu, pelaksanaan kurikulum dapat bejalan dengan baik apabila

diiringi dengan kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. Hal yang

termasuk dalam sarana dan prasarana yang perlu disiapkan adalah media dan

alat bantu pembelajaran.

Media pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai “sesuatu yang

mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima

pesan” (Anitah, 2010:4). Hal ini berarti media menjadi alat penyalur atau

penghubung antara guru dengan siswa. Lebih rinci Kustandi & Sutjipto

(2011:9) mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang

dapat membantu proses belajar mengajar guna memperjelas makna pesan

yang disampaikan agar mencapai tujuan pembelajaran yang sempurna. Hal ini

sejalan dengan tujuan utama media, yakni sebagai alat untuk mengefektifkan

proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajarannya.

Media pembelajaran menjadi salah satu komponen penting yang

mendukung pembelajaran. Hal tersebut karena media dapat menjadi fasilitas

antara guru dengan siswa dalam penyampaian materi pembelajaran di dalam

(25)

sebagainya yang memanfaatkan penglihatan. Ada pula yang berbentuk audio

berupa film suara, radio, dan sebagainya yang memanfaatkan pendengaran,

ataupun yang memanfaatkan keduanya yakni berbentuk audiovisual (Anitah,

2010:7-48). Dengan demikinan, siswa akan lebih mudah memahami materi

yang sedang dipelajarinya ketika belajar menggunakan media. Salah satu jenis

media yang dapat digunakan adalah media sederhana atau yang sering dikenal

dengan media konvensional. Dikatakan sederhana karena media ini mudah

dibuat atau dirancang oleh guru dan penggunaanya pun mudah, baik oleh guru

sendiri maupun bersama siswa.

Media memang menjadi jembatan yang efektif untuk menyalurkan

materi yang disampaikan guru kepada murid. Akan tetapi, harus diakui bahwa

tidak semua siswa memiliki tingkat inteligensi yang sama. Tidak hanya

tingkatannya, menurut sebuah teori yang dikembangkan oleh Howard

Gardner, manusia memiliki beberapa jenis inteligensi dalam diri

masing-masing, begitu pula pada siswa Sekolah Dasar. Menurut teori yang dinamakan

Multiple Intelligences ini, setiap manusia termasuk anak-anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda atau tidak selalu sama. Akan lebih efektif jika

penggunaan media dalam proses pembelajaran memperhatikan konsep

multipel inteligensi. Dengan demikian masing-masing inteligensi dalam dari

siswa dapat terfasilitasi oleh media pembelajaran tersebut.

Kata inteligensi dapat diartikan sebagai kecerdasan. Teori multipel

(26)

Howard Gardner, seorang ahli psikologi dan profesor pendidikan asal

Amerika Serikat. Menurut Gardner, inteligensi merupakan kemampuan

memecahkan persoalan dalam bermacam-macam situasi di kehidupan nyata

(Ula, 2013:82). Lebih lanjut Gardner mengungkapkan bahwa inteligensi

seseorang akan lebih tepat diukur dengan melihat bagaimana cara ia

memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata, bukan hanya dengan tes

tertulis. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Gardner menemukan

bahwa setiap manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang dapat

ditumbuhkembangkan (Ula, 2013:87). Gardner mengidentifikasi, terdapat

beberapa kecerdasan yang dimiliki manusia, yakni kecerdasan linguistik,

kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal,

kecerdasan badani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan

intrapersonal.

Menurut Bainbridge dalam Yaumi & Ibrahim (2013:9) dalam

pengembangan dan pemanfaatannya, media pembelajaran kovensional dapat

didasarkan pada konsep kecerdasan ganda. Hal ini karena media dapat

mengakomodir berbagai macam kecerdasan yang ada di dalamnya dan

menghadirkannya secara lebih riil. Kecerdasan sendiri dapat diartikan sebagai

kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam

manipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak. Selain

(27)

yang secara harafiah dapat dipahami berupa berbagai macam cara untuk

belajar, berpikir dan menerapkan pengetahuan.

Terlihat efektif dan bermanfaat dalam dunia pendidikan tidak

menjamin konsep kecerdasan ganda sering digunakan dalam proses

pembelajaran. Kenyataannya, dapat dikatakan guru-guru sekolah dasar di

Indonesia masih jarang menggunakan konsep ini dalam kegiatan

pembelajaran atau bahkan belum pernah sekalipun. Penggunaan media

pembelajaran yang berbasis konsep kecerdasan ganda juga sama jarangnya.

Alasan utamanya adalah karena guru merasa kesulitan dalam menyusun

rancangan pembelajaran maupun media pembelajaran yang mengakomodasi

kesembilan kecerdasan tersebut. Selain itu guru juga merasa kerepotan saat

pelaksaannya dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan kurangnya

pemahaman mengenai konsep kecerdasan ganda serta penerapannya dalam

proses pembelajaran.

Jika dipahami dengan baik, konsep kecerdasan ganda merupakan

konsep yang sangat baik untuk diterapakan dalam proses pembelajaran.

Melalui konsep ini siswa dapat berkembang dengan baik sesuai dengan

kemampuan atau inteligensi yang dimiliki. Konsep ini juga membantu

mempersiapkan siswa dalam menghadapi persoalan dunia nyata yang lebih

kompleks. Akan tetapi, penggunakan konsep ini dalam proses pembelajaran di

sekolah dasar di Indonesia masih jauh dari kata sering. Selain minimnya peran

(28)

kehadiran buku-buku pelajaran yang berorientasi pada kecerdasan ganda

maupun media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda yang diterbitkan

pemerintah juga turut menjadi penyebabnya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas II A SDN

Kalasan 1, ibu Purwanti pada tanggal 28 Juli 2015, diperoleh informasi bahwa

meskipun telah memahami fungsi dan tujuan media, tetapi frekuensi

penggunaanya dalam proses pembelajaran masih terbilang kecil. Alasan

utamanya karena terdapat materi-materi yang dianggap tidak memerlukan

media dalam proses pembelajarannya. Selain itu, media yang digunakan

diperoleh dari buku-buku penunjang dan media-media pembelajaran yang

telah disediakan oleh sekolah. Media yang disediakan sekolah dan digunakan

guru merupakan media konvensional. Hal ini dikarenakan media yang

bersumber dari buku dianggap sulit dipahami oleh siswa karena menggunakan

bahasa yang rumit dan membingungkan siswa.

Konsep kecerdasan ganda sendiri sudah dikenal, akan tetapi belum

dipahami secara utuh dan mendalam. Meskipun demikian, konsep kecerdasan

ganda dianggap baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Beberapa kecerdasan sudah disisipkan dalam proses pembelajaran, meskipun

dengan porsi yang dapat dikatakan sangat minim. Kecerdasan-kecerdasan

tersebut antara lain yang berkaitan dengan linguistik, logis-matematis dan

(29)

dikarenakan terbatasnya waktu dalam pembelajaran serta sarana dan prasarana

yang belum memadai.

Berdasarkan permasalahan tersebut, guru membutuhkan media

konvensional yang dapat mengemas konsep kecerdasan ganda untuk

digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mencoba

mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan

ganda yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dengan judul “Pengembangan

Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema

Tugasku Sehari-hari di Rumah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian

dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran konvensional

berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di

Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran konvensional berbasis

kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk

(30)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah mengembangkan media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan tingkat kualitas produk media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku

Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian dan pengembangan ini memberikan pengalaman serta

pengetahuan baru dalam membuat dan mengembangkan media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Penelitian dan pengembangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis

kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk

(31)

3. Bagi sekolah

Penelitian dan pengembangan ini dapat menambah referensi pada

sekolah dalam mengembangkan media pembelajaran konvensional

berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di

Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

4. Bagi prodi PGSD

Penelitian dan pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi

PGSD Universitas Sanata Dharma terkait pengembangan media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pedoman berisi

bahan pembelajaran yang sarat dengan pendidikan karakter,

diintegrasikan melalalui pembelajaran tematik dengan pendekatan

saintifik dan penilaian otentik.

2. Media Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dijadikan alat

untuk membantu proses belajar mengajar dengan menyalurkan

informasi berupa materi pembelajaran dari guru kepada siswa secara

lebih jelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.

3. Media Pembelajaran Konvensional adalah alat pembelajaran

(32)

digunakan untuk mempermudah serta memperjelas penyampaian

materi pembelajaran dari guru kepada siswa.

4. Kecerdasan Ganda adalah konsep mengenai sembilan jenis

kemampuan atau kecerdasan dalam diri manusia yang dapat

dikembangkan dalam proses belajar, berpikir, menerapkan

pengetahuan dan menyelesaikan suatu masalah.

F. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memuat

materi subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah.

2. Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang

dikembangkan terdiri atas :

1) Kartu Bergambar, terdiri atas;

a) Kartu Kegiatan Keluarga: yakni kartu berisi

gambar-gambar kegiatan siswa dan keluarganya sehari-hari di

rumah.

b) Kartu Dokumen: yakni kartu berisi gambar-gambar

dokumen milik keluarga maupun dokumen pribadi siswa.

c) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik A: yakni kartu berisi

[image:32.612.96.530.152.607.2]
(33)

siswa, serta kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak

boleh dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik.

d) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik B: yakni kartu berisi

gambar-gambar kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh

dilakukan setelah melakukan aktivitas fisik.

2) Puzzle Jam, merupakan potongan-potongan dari gambar jam

analog yang harus dirangkai oleh siswa agar menjadi sebuah

gambar jam yang benar dan utuh.

3) Ular Tangga Fatbat (Manfaat-Akibat), merupakan sebuah

permainan ular tangga yang dimodifikasi sehingga berisi

manfaat melaksanakan tugas sehari-hari di rumah dan akibat

bila tidak melaksanakannya. Peraturan serta permainannya pun

sedikit dimodifikasi sesuai kebutuhan.

4) Domino Bergambar, merupakan adaptasi dari permainan

domino sungguhan. Kartu domino ini sedikit dimodifikasi,

yakni sisi bagian atas berisi gambar tugas masing-masing

anggota keluarga, sedangkan sisi bagian bawah berisi tulisan

tentang tugas masing-masing anggota keluarga. Cara

permainanya adalah dengan memasangkan gambar dari satu

kartu dengan tulisan dari kartu lain yang sesuai, begitu pula

[image:33.612.95.529.164.604.2]
(34)

5) Album Lagu, merupakan sebuah buku yang dibuat layaknya

album foto, tetapi berisi lirik serta not angka dari lagu

“Menanam Jagung” yang dilengkapi dengan gambar-gambar.

6) Papan Penjodohan, merupakan sebuah papan yang berisi

gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang tidak seharusnya

dilakukan pada sisi kiri papan. Kemudian pada sisi kanan

papan terdapat gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang

seharusnya dilakukan. Gambar di kedua sisi dijodohkan

menggunakan pita.

7) Kartu Doa, merupakan sebuah kartu berisi teks doa di kedua

sisinya. Sisi depan berisi teks doa sebelum memulai pelajaran,

sedangkan sisi bagian belakang berisi teks doa setelah

pelajaran.

8) Papan Waktu, adalah sebuah papan berisi 3 buah jam yang

digunakan untuk menunjukkan serta menentukan waktu dalam

melaksanakan tugas sehari-hari di rumah oleh siswa.

9) Keping Refleksi, merupakan sebuah media yang digunakan

siswa untuk merefleksikan pembelajaran 1 sampai 6. Media ini

mengajak siswa untuk menggambarkan tugas mereka di rumah

dalam bentuk gambar dan tulisan yang dituangkan dalam

(35)

10)Buku Petunjuk Penggunaan Media Pembelajaran Konvensional

Berbasis Kecerdasan ganda, yaitu sebuah buku berisi panduan

atau petunjuk dalam menggunakan kedua belas macam media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda

3. Media pembelajaran kovensional berbasis kecerdasan ganda yang

dikembangkan meliputi sembilan kecerdasan, yakni: Kecerdasan

Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Ruang-Visual,

Kecerdasan Kinestetik-Badani, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan

Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalistik,

(36)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian

Dalam pengertiannya secara harafiah, media dapat diartikan

sebagai suatu pengantar atau perantara. Kata media yang merupakan

bentuk jamak dari kata ‘medium’ berasal dari bahasa Latin yaitu

medius yang berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ sehingga

dapat dikatakan media yaitu wahana pengantar informasi belajar

(Djamarah & Zain, 2006:120). Dalam kosakata bahasa Arab, media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

pesan (Arsyad, 2007:3). Selanjutnya, menurut Raharjo dalam Kustandi

dan Sutjipto (2011:7), media merupakan wadah dari pesan yang oleh

sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan

tersebut. Pendapat dari beberapa ahli tersebut menegaskan bahwa

media merupakan pengantar atau pengatara pesan/ informasi.

Apabila dipahami secara garis besar, media menurut Gerlach &

Ely dalam Arsyad (2007:3) adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi sehingga membuat siswa mampu memperoleh

(37)

beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai

perantara dalam penyampaian materi/ informasi.

Dalam arti yang lebih khusus, media dalam proses belajar

mengajar dipahami sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis

guna menangkap, memproses dan menyusun informasi berupa gambar

maupun suara/perkataan (Kustadi & Sutjipto, 2011:8). Secara lebih

lanjut, Kustadi dan Sutjipto (2011:9) menyimpulkan, “media

pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar

dan berfungsi untuk memperjelas makna yang disampaikan, sehingga

dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna”.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:59) “media pembelajaran

merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru

untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan

tidak terjadinya verbalisme”. Media pembelajaran yang dimaksud dapat

berupa media pendengaran (audio), penglihatan (visual), maupun

keduanya atau yang sering disebut audiovisual.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dijadikan alat untuk membantu proses belajar mengajar dengan

menyalurkan informasi berupa materi secara lebih jelas untuk mencapai

(38)

hal yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran, akan tetapi

kehadiran media bukan berarti menghilangkan peran guru. Guru tetap

menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada berbagai macam media yang digunakan dalam

pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006:124-125) dilihat dari

jenisnya, media dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1) Media Auditif

Media auditif adalah media yang hanya menggunakan suara atau

mengandalkan kemampuan suara saja. Contoh media auditif

tersebut antara lain radio, kaset recorder, piringan hitam, rekaman

suara. Kelemahan media ini yaitu tidak dapat dipergunakan pada

siswa yang menderita kelainan pendengaran seperti tuli dan lainnya.

2) Media Visual

Media visual adalah media yang lebih mengandalkan kemampuan

penglihatan atau hanya menggunakan indera penglihatan. Beberapa

cara yang dilakukan dalam media visual ini, antara lain gambar

diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai foto,

gamabar, lukisan dan cetakan. Selain itu, media visual juga dapat

menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film kartun

(39)

3) Media Audio-Visual

Media audiovisual merupakan gabungan antara media auditif dan

media visual, sehingga media audiovisual menjadi media yang

memiliki dua unsur yaitu suara dan juga gambar. Media audiovisual

dibagi lagi ke dalam dua jenis, yakni adiovisual diam yang

menampilkan suara dengan gambar tak bergerak seperti film

rangkai suara dan cetak suara, serta audiovisual gerak yang

menampilkan gambar bergerak disertai suara seperti film bersuara

atau kaset video.

Harjanto (2006:237-238) mengungkapkan, terdapat beberapa

jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pengajaran,

antara lain sebagai berikut.

1) Media grafis atau lebih dikenal dengan media dua dimensi adalah

media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Contoh media

grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,

kartun, komik dan lain-lain.

2) Media tiga dimensi merupakan media dalam bentuk model, seperti

padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja,

mock up, diorama dan lain-lain.

3) Media proyeksi adalah media yang memanfaatkan alat proyeksi

(40)

4) Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan, yakni

memanfaatkan segala aspek yang ada di lingkungan sebagai alat

dalam belajar.

Media yang dikembangkan terdiri atas dua jenis media

pembelajaran, yakni media grafis atau media dua dimensi dan media

tiga dimensi. Kedua jenis media yang dikembangkan tersebut

meliputi:

1) Kartu Bergambar, terdiri atas;

a) Kartu Kegiatan Keluarga: yakni kartu berisi gambar-gambar

kegiatan siswa dan keluarganya sehari-hari di rumah.

b) Kartu Dokumen: yakni kartu berisi gambar-gambar

dokumen milik keluarga maupun dokumen pribadi siswa.

c) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik A: yakni kartu berisi

gambar-gambar berbagai aktivitas fisik yang dapat dilakukan siswa,

serta kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh

dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik.

d) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik B: yakni kartu berisi

gambar-gambar kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh

[image:40.612.95.532.168.605.2]
(41)

2) Puzzle Jam, merupakan potongan-potongan dari gambar jam

[image:41.612.94.530.152.621.2]

analog yang harus dirangkai oleh siswa agar menjadi sebuah

gambar jam yang benar dan utuh.

3) Ular Tangga Fatbat (Manfaat-Akibat), merupakan sebuah

permainan ular tangga yang dimodifikasi sehingga berisi manfaat

melaksanakan tugas sehari-hari di rumah dan akibat bila tidak

melaksanakannya. Peraturan serta permainannya pun sedikit

dimodifikasi sesuai kebutuhan.

4) Domino Bergambar, merupakan adaptasi dari permainan domino

sungguhan. Kartu domino ini sedikit dimodifikasi, yakni sisi

bagian atas berisi gambar tugas masing-masing anggota keluarga,

sedangkan sisi bagian bawah berisi tulisan tentang tugas

masing-masing anggota keluarga. Cara permainanya adalah dengan

memasangkan gambar dari satu kartu dengan tulisan dari kartu

lain yang sesuai, begitu pula sebaliknya.

5) Album Lagu, merupakan sebuah buku yang dibuat layaknya

album foto, tetapi berisi lirik serta not angka dari lagu “Menanam

Jagung” yang dilengkapi dengan gambar-gambar.

6) Papan Penjodohan, merupakan sebuah papan yang berisi

gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan

(42)
[image:42.612.95.532.207.609.2]

gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang seharusnya dilakukan.

Gambar di kedua sisi dijodohkan menggunakan pita.

7) Kartu Doa, merupakan sebuah kartu berisi teks doa di kedua

sisinya. Sisi depan berisi teks doa sebelum memulai pelajaran,

sedangkan sisi bagian belakang berisi teks doa setelah pelajaran.

8) Papan Waktu, adalah sebuah papan berisi 3 buah jam yang

digunakan untuk menunjukkan serta menentukan waktu dalam

melaksanakan tugas sehari-hari di rumah oleh siswa.

9) Keping Refleksi, merupakan sebuah media yang digunakan siswa

untuk merefleksikan pembelajaran 1 sampai 6. Media ini

mengajak siswa untuk menggambarkan tugas mereka di rumah

dalam bentuk gambar dan tulisan yang dituangkan dalam Keping

Refleksi sesuai keinginan siswa.

10)Buku Petunjuk Penggunaan Media Pembelajaran Konvensional

Berbasis Kecerdasan ganda, yaitu sebuah buku berisi panduan

atau petunjuk dalam menggunakan kedua belas macam media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda.

c. Fungsi Media

Media sebagai penyalur informasi memiliki dua fungsi utama,

yaitu sebagai alat bantu dan sumber belajar (Djamarah & Zain,

(43)

1) Media Sebagai Alat Bantu

Dalam proses belajar mengajar, seringkali siswa merasa bosan

terutama pada materi-materi yang dianggapnya sukar. Oleh karena

itu media dibutuhkan untuk membantu, tidak hanya menjadi

penyalur materi tetapi juga memudahkan siswa untuk memahami

materi sekaligus meningkatkan minat siswa dalam proses belajar

mengajar. Media membantu guru dalam menyampaikan materi

pada siswa secara lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

2) Media Sebagai Sumber Belajar

Siswa belajar untuk memperoleh pengetahuan beserta nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya. Dalam belajar, siswa memerlukan

sumber belajar yang menjadi referensinya dan yang dikenal selama

ini sebagai sumber belajar siswa adalah guru. Namun, dengan

hadirnya media maka bertambah sumber belajar siswa. Media dapat

menjadi sumber belajar bagi siswa, karena media dapat

memberikan pemahaman secara nyata/kontekstual. Siswa dapat

belajar melalui media-media yang memang dibuat untuk

(44)

Levie dan Lentz (1982) dalam Kustandi & Sutjipto

(2011:21-22) memaparkan bahwa media, khususnya media visual, memiliki

empat kegunaan sebagai berikut.

1) Fungsi Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa

untuk berkonsentrasi dalam proses pembelajaran melalui

visual/gambar yang ditampilkan.

2) Fungsi Afektif, yaitu meningkatkan kenikmatan siswa ketika

belajar melalui gambar-gambar yang menjadi variasi dalam teks

yang dibaca.

3) Fungsi Kognitif, yaitu memperlancar pencapaian tujuan untuk

memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung

dalam gambar yang ditampilkan.

4) Fungsi Kompensatoris, yaitu dengan adanya gambar-gambar dapat

membantu siswa mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali.

d. Ciri-Ciri Media

Gerlach dan Ely (1971) dalam Kustadi & Sutjipto (2011:13-15)

mengungkapkan, media memiliki tiga ciri yang menjadi alasan

mengapa media perlu digunakan. Ciri-ciri tersebut antara lain sebagai

(45)

1) Ciri Fiksatif (fixative property)

Merupakan kemampuan media untuk merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Media

dapat merekam, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek

maupun peristiwa kapan saja.

2) Ciri Manipulatif (manipulative property)

Kemampuan ini membuat media dapat melakukan transformasi

suatu kejadian. Kejadian atau peristiwa yang memakan waktu lama,

dapat disajikan/ditampilkan dalam waktu yang singkat. Contohnya

adalah metamorfosis kupu-kupu, dapat disajikan dalam waktu yang

lebih singkat menggunakan gambar atau rekaman video.

3) Ciri Distributif (distributive property)

Media memungkinkan sebuah kejadian atau objek dapat dipindah

tanpa terbatas ruang dan waktu dengan adanya ciri distributif.

Selain itu juga dapat digunakan secara berulang-ulang.

e. Kriteria Pemilihan Media

Harjanto (2006:238-239) mengungkapkan, dalam melakukan

pemilihan dan pemanfaatan media dalam pengajaran, guru hendaknya

memperhatikan beberapa kriteria berikut.

1) Tujuan

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang

(46)

kehadiran media tersebut mampu mendukung ketercapaian tujuan

pengajaran

2) Ketepatan (validitas)

Maksud dari validitas yakni media yang dipilih hendaknya tepat

dan berguna bagi pemahaman siswa terhadap bahan/ materi yang

dipelajari.

3) Keadaan Siswa

Pemilihan media yang tepat untuk digunakan dalam proses

pembelajaran perlu mempertimbangkan kemampuan daya pikir dan

besar kecilnya kelemahan siswa. Media yang digunakan haruslah

sesuai dengan tingkat daya tangkap siswa agar makna pembelajaran

dapat tersalurkan dengan baik.

4) Ketersediaan

Dalam pemilihan media, guru perlu memperhatikan ada atau

tidaknya media tersebut di perpustakaan/ di sekolah. Selain itu juga

perlu dipertimbangkan mudah sulitnya media tersebut dibuat atupun

diperoleh.

5) Mutu Teknis

Kriteria ini berkaitan dengan desain atau layout media yang akan digunakan. Media hendaknya memiliki kualitas yang baik dalam

memvisualisasikan materi pembelajaran agar siswa memperoleh

(47)

6) Biaya

Perlu adanya pertimbangan terhadap keseimbangan antara bianya

yang dikeluarkan untuk membuat ataupun memperoleh media

dengan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran.

Menurut Arsyad (2014:74-75), kriteria pemilihan media

bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem

instruksional secara keseluruhan. Oleh karena itu, Arsyad

mengemukakan beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam

memilih media sebagai berikut.

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum

mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua hingga tiga

ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi. Media hendaknya selaras dan sesuai

dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental

siswa. Hal ini diperlukan agar media dapat membantu proses

pembelajaran secara efektif.

3) Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru untuk

memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat

(48)

mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di

sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.

4) Guru terampil menggunakannya. Apapun media itu, guru harus

mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran Nilai dan

manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.

Ini merupakan salah satu kriteria utama dalam pemilihan media.

5) Pengelompokan sasaran. Ada media yang tepat untuk jenis

kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan.

6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf

[image:48.612.96.532.210.604.2]

harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual atau

gambar harus jelas, dan lain-lain.

Kustandi & Sutjipto (2013:81-83) mengemukakan beberapa

kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media sebagai

berikut.

1) Sesuaikan jenis media dengan materi kurikulum

Saat memilih jenis media yang akan dikembangkan atau diadakan,

yang perlu diperhatikan adalah jenis materi pelajaran yang mana

yang terdapat di dalam kurikulum yang dinilai perlu ditunjang oleh

media pembeajaran. Selanjutnya dilakukan penelaahan terkait jenis

media apa yang dinilai tepat untuk menyajikan materi pelajaran

(49)

2) Keterjangkauan dalam pembiayaan

Dalam pengembangan atau pengadaan media pembelajaran

hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan anggaran yang

ada.

3) Ketersediaan perangkat keras untuk pemanfaatan media

pembelajaran

Merancang dan mengembangakn media pembelajaran perlu

memperhatikan dukungan ketersediaan peralatan pemanfaatannya

di kelas.

4) Ketersediaan media pembelajaran di pasaran

Hal ini berkaitan dengan media yang dibeli dalam bentuk jadi atau

yang telah diproduksi. Dalam mengadakan media pembelajaran,

perlu diperhatikan ketersedian media tersebut di pasaran.

5) Kemudahan memanfaatkan media pembelajaran

Media pembelajaran yang diadakan atau dikembangkan hendaknya

mudah digunakan oleh guru maupun murid.

2. Kecerdasan Ganda

a. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan merupakan kata lain dari inteligensi yang seringkali

diartikan sebagai kemampuan atau bahkan keahlian. Ula (2013:82)

(50)

Bahasa Indonesia yang disusun Idrus H. A. mendefinisikan inteligensi

sebagai tingkat kepandaian atau kecerdasan. Selain itu, dalam Kamus

Ilmiah Populer karya Pius A. Partanto, inteligensi merupakan

kecerdasan, ketajaman pikiran. Howard Gardner, seorang pakar

psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School

of Education, Hardvard University, Amerika Serikat memiliki pengertian tersendiri mengenai kecerdasan. Menurut Gardner,

inteligensi merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan

menghasilkan produk dalam situasi nyata dengan suatu setting yang bermacam-macam.

Berdasarkan pengertian dari Gardner tersebut, dapat dikatakan

bahwa inteligensi bukan hanya semata-mata kemampuan untuk

menjawab soal-soal maupun tes tertulis. Gardner berpendapat,

inteligensi tidak hanya diukur melalui teori, tetapi lebih dilihat

bagaimana kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan nyata

dalam bebagai situasi dan kondisi kehidupannya (Ula, 2013:82).

Menurut Gardner, sebuah kemampuan dapat dikatakan sebagai

inteligensi jika memiliki unsur pengetahuan, keahlian, kemahiran dan

keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya,

serta dapat menciptakan produk maupun persoalan baru untuk

mengembangkan pengetahuan baru. Jika makna inteligensi lama yang

(51)

inteligensi menurut Howard Gardner dapat dikembangkan melalui

pendidikan dan inteligensi menurutnya ada banyak jumlahnya.

b.Faktor Pendukung Kecerdasan

Menurut Ula (2013:82-86) inteligensi atau kecerdasan dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam menjalankan fungsinya.

Kehadiran dan pengaruh dari faktor-faktor ini dapat membuat

inteligensi semakin nampak dan meningkat. Berikut uraian

faktor-faktor tersebut.

1) Gen atau Keturunan

Inteligensi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan atau

gen dari kedua orangtuanya. Hal ini tidak menutup kemungkinan

bagi seseorang untuk berinteligensi tinggi layaknya salah satu

ataupun kedua orangtuanya. Namun, sekalipun kedua orangtuanya

tidak beriteligensi tinggi, bisa saja anak memiliki gen resesif

(tersembunyi) yang muncul secara tiba-tiba dan menjadikannya

memiliki inteligensi yang lebih tinggi dibandingkan orangtuanya.

2) Pengalaman

Dapat dikatakan tingkat inteligensi akan berbanding lurus dengan

pengalaman yang dimiliki seseorang. Inteligensi akan cenderung

statis dan kurang meningkat jika pengalaman yang dimiliki

seseorang kurang, karena inteligensi hanya mengalami sedikit

(52)

pengalaman yang dimiliki maka inteligensi akan banyak dirangsang

dan meningkat.

3) Latihan

Sama halnya seperti pengalaman, semakin sering melatih diri dan

kemampuan maka tingkat inteligensi pun semakin tinggi. Jika tidak

membiasakan diri untuk berlatih, tidak menutup kemungkinan

kemampuan dan inteligensi yang dimiliki akan tetap, berkurang

atau bahkan perlahan memudar.

4) Lingkungan

Sebagai salah satu faktor intern, lingkungan cukup bepengaruh

dalam pengembangan inteligensi. Jika lingkungan yang ditinggali

mendukung dan menyediakan rangsangan untuk mengembangkan

inteligensi maka inteligensi pun akan semakin meningkat. Tetapi

bila lingkungan tidak dapat memberikan dukungan dalam

mengembangkan inteligensi, tentu inteligensi tidak dapat

berkembang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan

serta melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menggugah

inteligensi pada diri kita, anak-anak, dan peserta didik.

5) Reward and Punishment

Kehadiran reward and punishment dapat menggugah seseorang untuk mengembangkan inteligensi yang dimiliki sebelumnya.

(53)

dimilikinya cenderung muncul keinginan untuk meningkatkan

inteligensinya. Penyebabnya karena keinginan untuk menunjukkan

prestasi yang lebih baik dan memperoleh reward lagi. Demikian pula dengan adanya punishment sebagai konsekuensi atas inteligensi yang ada, kecenderungan untuk memperbaiki dan

meningkatkan inteligensi akan tumbuh. Hal tersebut dikarenakan

tidak ingin memperoleh punishment yang kedua kalinya.

6) Pola Makan dan Asupan Gizi

Makanan dan asupan gizi ikut memengaruhi inteligensi,

dikarenakan makanan yang masuk ke dalam tubuh berpengaruh

terhadap kondisi organ tubuh, tidak terkecuali organ yang berkaitan

erat dengan pembentukan serta pengembangan inteligensi. Apabila

makanan yang dikonsumsi memiliki nilai gizi yang cukup dan

seimbang, maka akan mendukung perkembangan intekigensi.

Sebaliknya, jika asupan makanan tidak mendukung maka

inteligensi pun sulit berkembang.

c. Pengertian Kecerdasan Ganda

Ada berbagai macam sebutan untuk istilah Kecerdasan Ganda

di Indonesia, yakni Inteligensi Ganda atau Kecerdasan Majemuk.

Berdasarkan kedua kata tersebut, dapat dipahami bahwa Kecerdasan

Ganda berarti bermacam-macam kecerdasan yang dimiliki manusia.

(54)

perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard Universty, Amerika Serikat, Howard Gardner. Menurutnya, setiap manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang

dapat ditumbuhkembangkan (Ula, 2013:87). Berdasarkan

penelitiannya, Gardner menemukan bahwa kecerdasan tidak hanya

cukup diukur dengan tes tertulis layaknya pengukuran melalui tes IQ.

Menurut Jasmine (2007:11-12), teori Kecerdasan Ganda adalah

“validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting”.

Penerapan teori ini dalam pendidikan sangat tegantung pada

pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai

cara siswa belajar. Ditambah dengan pengenalan, pengakuan, dan

penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing siswa

serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan

menarik dan berharga. Gardner dalam Jasmine (2007:12) menyatakan

bahwa kecerdasan dapat diukur dengan melihat bagaimana cara

seseorang memecahkan suatu persoalan nyata dalam berbagai situasi.

Pada awalnya, Gardner mengumpulkan banyak kemampuan

manusia yang dapat dikategorikan dalam jenis inteligensi. Setelah

semua kemampuan tersebut dianalisis, akhirnya Gardner hanya

menerima sembilan jenis inteligensi (Ula, 2013:87). Sebenarnya,

Kecerdasan Ganda bukanlah hal baru. Di Amerika Serikat, teori ini

(55)

Intelligences merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan. Namun, setelah melakukan beberapa

penelitian lagi, akhirnya Howard Gardner menambahkan dua jenis

inteligensi lagi. Dengan demikian hingga saat ini, sudat terdapat

sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia.

d. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda

Berikut kesembilan jenis inteligensi atau kecerdasan menurut

Howard Gardner dalam Ula (2013:88-100).

1) Inteligensi Linguistik

Inteligensi linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan

mengolah kata-kata dengan efektif, baik secara oral maupun

tertulis. Inteligensi jenis ini banyak menonjol pada seorang

sastrawan, pencipta puisi, penulis, jurnalis, editor, orator,

dramawan, maupun pemain sandiwara, guru, pengacara, dan

pelatih/ mentor. Orang-orang dengan inteligensi linguistik juga

mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, bahkan menceritakan

pemikirannya kepada orang lain. Pada umumnya, jenis kemampuan

yang banyak dimiliki oleh orang yang menonjol dalam inteligensi

linguistik, antara lain:

a) Mengerti urutan dan arti kata-kata (sensitivitas pada suatu

bahasa);

(56)

c) Menjelaskan, bercerita, mengajar, berdebat;

d) Humor;

e) Mengingat dan menghafal;

f) Analisis linguistik;

g) Menulis dan bebicara;

h) Main drama, berpuisi, berpidato;

i) Mahir dalam perbendaharaan kata.

2) Inteligensi Matematis-Logis

Inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan

dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Inteligensi

jenis ini banyak menonjol pada seorang matematikawan, logikus,

saintis, akuntan, progamer, teknisi/ engineer, analis budget, ahli

sipil, dan ilmuwan. Ciri-ciri orang yang berinteligensi

matematis-logis antara lain memiliki kemampuan mumpuni dalam penalaran,

mengurutkan, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan

hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan

bahkan pandangan hidupnya bersifat rasional. Dalam berpikir dan

cara bekerja, orang dalam kelompok inteligensi ini akan sangat

mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi. Orang yang menonjol

inteligensi matematis-logisnya, pada umumnya berkemampuan

dalam:

(57)

b) Reasoning, pola sebab akibat; c) Klasifikasi dan kategorisasi;

d) Abstrasksi dan simbolisasi;

e) Pemikiran induktif dan deduktif;

f) Menghitung dan bermain angka, estimasi, dan analisis jumlah;

g) Pemikiran ilmiah;

h) Problem solving; i) Silogisme.

3) Inteligensi Ruang-Visual

Inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap

dunia ruang-visual secara tepat mencakup berpikir dalam gambar,

kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali

berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Inteligensi jenis ini

banyak dimiliki oleh arsitek, fotografer, mekanik, navigator,

dekorator, pilot, atau pemburu. Secara umum, orang yang memiliki

inteligensi ruang-visual juga memiliki kemampuan:

a) Mengenal relasi benda-benda dalam ruang dengan tepat;

b) Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut;

c) Representasi grafik;

d) Manipulasi gambar atau menggambar;

e) Mudah menemukan jalan dalam ruang;

(58)

g) Peka terhadap garis, warna, dan bentuk.

4) Inteligensi Kinestetik-Badani

Inteligensi kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan

tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan

perasaan. Inteligensi ini merupakan inteligensi fisik yang menyoroti

kemampuan untk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari

badan) dalam membedakan berbagai cara, baik untuk ekspresi

gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik).

Inteligensi kinestetik-badani banyak dimiliki oleh atlet, penari,

pemahat, aktor, ahli bedah, dan penerjemah bahasa gerak tubuh.

Orang yang menonjol pada inteligensi kinestetik-badani biasanya

berkemam

Gambar

gambar kegiatan siswa dan keluarganya sehari-hari di
gambar kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh
gambar berbagai aktivitas fisik yang dapat dilakukan siswa,
gambar jam yang benar dan utuh.
+7

Referensi

Dokumen terkait

POLA I]VTERAKSI SOSL\L A^*T11.R4 ETNIS JA\IA , DENGANETNISMINANGKAII,\T]. Dij!hn $biFiehretrr !ern ntuk

Data yang terkumpul pada penelitian ini adalah data kualitatif, sehingga teknik analisisnya sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman sebagaimana yang dikutip

Tingkatan perilaku sticky cost akan dibandingkan dari ukuran perusahaan large , medium , dan small untuk melihat mana ukuran perusahaan yang memiliki tingkatan perilaku

sistem pengukuran kinerja perusahaan (Mahmudi: 2005). Kepuasan pelanggan adalah target yang harus dicapai dalam suatu pengukuran kinerja. Metode QFD dapat digunakan untuk

loud sound produced by the instruments. The "byarrr" effect produced by the Gong Kebyar frequently awaken the audiences from their sleep. When considering the

[r]

batik adalah gambar/lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan pewarna (napthol), menggunakan alat canting dan atau kuas serta teknik tutup- celup. Batik dapat

Hadi Santoso, S830907008.2008.“Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil Dan Laboratorium Virtuil Pada Pembelajaran Fisika Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis