PT Jaya Real Property Tbk. Dan Anak Perusahaan
Laporan Keuangan Konsolidasi Dan Laporan Auditor Independen
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2001 Dan 2000
(Mata Uang Indonesia)
Laporan No. 37051S
Para Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi
PT Jaya Real Property Tbk.
Kami telah mengaudit neraca konsolidasi PT Jaya Real Property Tbk. dan Anak Perusahaan tanggal
31 Desember 2001 dan 2000, laporan laba rugi konsolidasi, laporan perubahan ekuitas konsolidasi dan
laporan arus kas konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan
adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat
atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebutkan di atas menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Jaya Real Property Tbk. dan Anak Perusahaan
tanggal 31 Desember 2001 dan 2000, hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Seperti dijelaskan dalam Catatan 2n dan 22 atas laporan keuangan konsolidasi, mulai tanggal
1 Januari 2001, Perusahaan dan Anak Perusahaan menerapkan secara prospektif Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 57, “ Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi”.
Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun dengan anggapan bahwa Perusahaan dan Anak
Perusahaan akan melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Catatan 25 atas laporan keuangan konsolidasi berisi pengungkapan dampak
buruknya kondisi ekonomi Indonesia terhadap Perusahaan dan Anak Perusahaan serta tindakan yang
ditempuh dan rencana yang dibuat oleh manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk menghadapi
dampak kondisi ekonomi tersebut. Industri real estat di Indonesia pada tahun 2001 masih mengalami
penghentian atau penundaan pelaksanaan pada proyek konstruksi tertentu dan tingkat pertumbuhan
penjuala n yang masih rendah sesuai dengan permintaan pasar. Operasi Perusahaan dan
Anak Perusahaan terpengaruh secara signifikan dan akan terus terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
dan industri real estat di masa yang akan datang. Seperti yang dijelaskan dalam Catatan 10
atas laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan tidak dapat memenuhi beberapa kewajiban yang
dipersyaratkan dalam perjanjian pinjaman tertentu, dan belum mendapatkan surat persetujuan penangguhan
pembayaran secara formal dari kreditur atas kewajiban pembayaran pinjaman tersebut. Namun demikian,
Perusahaan telah berhasil menandatangani persetujuan restrukturisasi atas sebagian pinjamannya dengan
beberapa kreditur pada tahun 2001. Selanjutnya pada bulan Januari 2002, seperti yang dijelaskan dalam
Catatan 27 atas laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan telah menandatangani surat
restrukturisasi hutang tersebut sedang dalam proses penyelesaian dokumentasi yang harus dipenuhi oleh
Perusahaan. Seperti yang dijelaskan dalam Catatan 9, aktiva tertentu Perusahaan dijaminkan untuk
pinjaman yang diperoleh pemegang saham utama. Sebagai akibat dari hal-hal yang dijelaskan tersebut di
atas, dan juga beserta faktor lainnya yang disebutkan pada Catatan 10, terdapat ketidakpastian yang
signifikan tentang kemampuan Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk melanjutkan operasinya dan oleh
karena itu, terdapat ketidakpastian signifikan tentang apakah Perusahaan dan Anak Perusahaan akan
merealisasikan aktiva dan kewajiban pada kondisi normal Perusahaan dan pada nilai yang disajikan dalam
laporan keuangan konsolidasi.
PRASETIO, UTOMO & CO.
NIU-KAP 98.2.0024
Drs. Nunu Nurdiyaman
NIAP 98.1.0062
27 Maret 2002
31 Desember 2001 2000 AKTIVA
KAS DAN SETARA KAS (Catatan 2e, 2o dan 3) Rp 21.115.908 Rp 31.039.849
PIUTANG
Usaha
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(Catatan 2f, 4 dan 5) 30.186 24.758
Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 739.355
pada tahun 2001 dan Rp 1.236.993 pada
tahun 2000 (Catatan 2g dan 4) 5.886.187 8.223.827
Lain-lain
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(Catatan 2f dan 5) 2.176.339 3.704.094 Pihak ketiga 928.290 1.740.002 PERSEDIAAN (Catatan 2f, 2h, 2k, 2m, 5, 6, 7, 10, 20 dan 24) 404.593.192 389.594.804
PAJAK DAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA
(Catatan 2i) 706.848 408.320
TANAH UNTUK PENGEMBANGAN (Catatan 2f,
2h, 2k, 5, 7, 10, 20 dan 24) 800.236.963 777.991.474
PENYERTAAN SAHAM (Catatan 2b, 2f dan 8) 2.125.867 2.125.867
AKTIVA PAJAK TANGGUHAN (Catatan 2p dan 13) 6.857.524 4.124.515
AKTIVA TETAP - setelah dikurangi akumulasi
penyusutan sebesar Rp 35.107.862 pada
tahun 2001 dan Rp 30.425.174 pada tahun 2000
(Catatan 2f, 2j, 2l, 2m, 5 dan 9) 120.768.184 123.021.100
AKTIVA LAIN-LAIN (Catatan 9) 13.119.667 13.221.683
JUMLAH AKTIVA Rp 1.378.545.155 Rp 1.355.220.293
31 Desember
2001 2000
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
PINJAMAN (Catatan 2o dan 10) Rp 461.679.164 Rp 463.524.553
HUTANG
Usaha
Pihak ketiga (Catatan 11) 6.987.385 5.597.538 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(Catatan 2f, 5 dan 11) 54.042 650.311
Lain-lain
Pihak ketiga (Catatan 9 dan 12) 30.406.278 46.515.518 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(Catatan 2f dan 5) 3.312.083 3.686.136
HUTANG PAJAK (Catatan 2p dan 13) 5.724.628 6.263.168
BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR (Catatan 2d,
14 dan 22) 47.420.716 40.414.041
UANG MUKA PENJUALAN (Catatan 2d dan 15) 65.202.675 45.978.145
PENGHASILAN SEWA DITANGGUHKAN
DAN HUTANG LAINNYA (Catatan 2d) 16.401.251 14.720.100
KREDIT DITANGGUHKAN ATAS PINJAMAN
YANG DIRESTRUKTURISASI (Catatan 10) 1.388.890 1.666.668
HUTANG DIVIDEN (Catatan 2f, 5 dan 24) 9.590.951 9.590.951
HAK MINORITAS ANAK PERUSAHAAN
(Catatan 2b) 52.893.078 52.882.198
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp 500 per saham
Modal dasar - 500.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh -
470.000.000 saham (Catatan 16) 235.000.000 235.000.000
Agio saham 147.000.000 147.000.000
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas
sepengendali (Catatan 2b) ( 7.253.011 ) ( 7.253.011 ) Selisih penilaian kembali aktiva tetap (Catatan 2j) 162.375 162.375
Saldo laba 302.574.650 288.821.602
Jumlah Ekuitas - Bersih 677.484.014 663.730.966
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 1.378.545.155 Rp 1.355.220.293
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2001 2000 PENDAPATAN USAHA (Catatan 2d, 2f, 5, 10 dan 17) Rp 149.892.020 Rp 209.106.201
BEBAN POKOK PENDAPATAN
(Catatan 2d dan 18) 90.304.980 123.236.043
LABA KOTOR 59.587.040 85.870.158
BEBAN USAHA
Beban pemasaran (Catatan 2d) 5.652.712 5.468.134 Beban umum dan administrasi (Catatan 2d, 2n, 19
dan 22) 25.670.377 22.954.944
Jumlah Beban Usaha 31.323.089 28.423.078
LABA USAHA 28.263.951 57.447.080
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Penghasilan bunga (Catatan 2f, 3 dan 5) 2.802.280 3.504.382 Beban keuangan (Catatan 2f, 2k, 5 dan 20) ( 28.678.575 ) ( 29.777.179 ) Selisih kurs - bersih (Catatan 2k, 2o dan 20) ( 5.513.388 ) ( 34.170.482 ) Lain-lain - bersih (Catatan 2j, 9 dan 21) 16.321.599 16.190.023
Beban Lain-lain - Bersih ( 15.068.084 ) ( 44.253.256 )
LABA SEBELUM TAKSIRAN BEBAN (MANFAAT)
PAJAK PENGHASILAN 13.195.867 13.193.824
TAKSIRAN BEBAN (MANFAAT) PAJAK
PENGHASILAN (Catatan 2p dan 13)
Tahun berjalan 2.164.948 2.321.223
Tangguhan ( 2.733.009 ) ( 4.124.515 )
Bersih ( 568.061 ) ( 1.803.292 )
LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS
LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN 13.763.928 14.997.116
HAK MINORITAS ATAS LABA
BERSIH ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2b) ( 10.880 ) ( 412.480)
LABA BERSIH Rp 13.753.048 Rp 14.584.636
LABA PER SAHAM (Catatan 2q)
Laba usaha Rp 60 Rp 122
Laba bersih Rp 29 Rp 31
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2001 Dan 2000
Selisih Nilai Selisih Transaksi
Penilaian Restrukturisasi Kembali Entitas
Modal Saham Agio Saham Aktiva Tetap Sepengendali Saldo Laba Jumlah Saldo 1 Januari 2000 Rp235.000.000 Rp 147.000.000 Rp 162.375 Rp - Rp 274.706.966 Rp 656.869.341 Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi
Entitas Sepengendali
(Catatan 2b) - - - ( 7.253.011 ) - ( 7.253.011
)
Laba Bersih - - - - 14.584.636 14.584.636 Dividen Kas – Rp 1 per saham
(Catatan 23) - - - - ( 470.000 ) ( 470.000 ) Saldo 31 Desember 2000 235.000.000 147.000.000 162.375 ( 7.253.011 ) 288.821.602 663.730.966 Laba Bersih - - - - 13.753.048 13.753.048 Saldo 31 Desember 2001 Rp 235.000.000 Rp 147.000.000 Rp 162.375 ( Rp 7.253.011 ) Rp 302.574.650 Rp 677.484.014
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal-tanggal 31 Desember
2001 2000
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan Rp 188.064.418 Rp 133.226.183 Pembayaran kas untuk pemborong,
pemasok dan karyawan ( 142.411.025 ) ( 88.249.242 )
Kas yang dihasilkan dari operasi 45.653.393 44.976.941 Pembayaran:
Pajak ( 3.083.632 ) ( 2.352.378 )
Beban keuangan ( 33.997.430 ) ( 15.399.063 )
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 8.572.331 27.225.500
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Perolehan aktiva tetap ( 7.356.906 ) ( 2.740.547 )
Hasil penjualan aktiva tetap 123.000 126.528
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi ( 7.233.906 ) ( 2.614.019 )
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Pembayaran bersih atas transaksi afiliasi ( 958.336 ) ( 21.064.526 ) Pembayaran:
Pinjaman ( 10.304.030 ) ( 9.664.979 )
Dividen - ( 452.214 )
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan ( 11.262.366 ) ( 31.181.719 )
PENURUNAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS ( 9.923.941 ) ( 6.570.238 )
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 31.039.849 37.610.087
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN Rp 21.115.908 Rp 31.039.849
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
(Jumlah Rupiah Dalam Ribuan)
1. UMUM
PT Jaya Real Property Tbk. (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 25 Mei 1979 dengan akta Notaris Hobropoerwanto, S.H. No. 36 berdasarkan Undang-undang No. 6 tahun 1968 mengenai Penanaman Modal Dalam Negeri yang telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara No. 23 tanggal 18 Maret 1980 Tambahan No. 148. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta Notaris Sutjipto, S.H. No. 78 tanggal 28 Juni 2000 yang antara lain mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan. Perubahan ini telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan dalam Surat Keputusan No. C-21095 HT.01.04-TH.2000 pada tanggal 21 September 2000.
Perusahaan mencatatkan seluruh sahamnya sejumlah 235.000.000 saham di Bursa Efek Jakarta (company listing) pada tahun 1994. Setelah pemecahan saham pada tahun 1996, jumlah saham yang dicatatkan di Bursa Efek Jakarta menjadi 470.000.000 saham.
Lingkup kegiatan Perusahaan adalah mengusahakan tanah dan bangunan (real estat), dengan cara membebaskan dan mematangkan tanah, membangun infrastruktur dan gedung-gedung baik berupa rumah, kantor, fasilitas olahraga dan rekreasi dan bangunan lainnya, penyewaan bangunan, penjualan tanah dan bangunan serta melakukan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh perusahaan real estat. Perusahaan memulai kegiatan usahanya pada tahun 1979 dan saat ini sedang mengembangkan dan membangun kawasan pemukiman di Selatan Jakarta, khususnya daerah Bintaro dan sekitarnya, serta mengelola usaha properti, yaitu Pusat Perbelanjaan Slipi, Pusat Perbelanjaan Senen Blok IV dan V dan Plaza Bintaro Jaya. Kantor Perusahaan beralamat di Gedung Bank Bali Bintaro lantai 3 (tiga), Jl. MH. Thamrin Sektor 7, Bintaro, Tangerang.
Anak Perusahaan, PT Jaya Gardenpolis (JGP), memulai kegiatan usahanya pada tahun 1996. Lingkup kegiatan JGP adalah membebaskan dan mematangkan tanah; membangun infrastruktur, gedung dan rumah; menjual tanah; dan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh perusahaan real estat. Pada tanggal 31 Desember 2001, susunan dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut :
Komisaris Direksi
1. Ir. Ciputra - Komisaris Utama 1. Trisna Muliadi - Direktur Utama
2. Ir. Hiskak Secakusuma, SE, MM - Komisaris 2. Ir. Budi Karya Sumadi - Direktur
3. Ir. Haji Daryanto Mangoenpratolo - Komisaris 3. Ir. Yauw Diaz
Moreno - Direktur
4. Ir. Soekrisman - Komisaris 4. Ir. Y. Henky W., MM - Direktur
5. Drs. Haji Slamet Budisukrisno - Komisaris
6. Ir. Aryanto Tjahjadi - Komisaris
Jumlah imbalan jasa yang dibayarkan kepada komisaris dan direksi adalah sebesar Rp 2.801.919 pada tahun 2001 dan Rp 2.457.716 pada tahun 2000.
Pada tanggal 31 Desember 2001, Perusahaan dan Anak Perusahaan memiliki 450 (tidak diaudit) pegawai tetap.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi dan praktek yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan konsolidasi ini disusun berdasarkan konsep biaya historis, kecuali untuk aktiva tetap tertentu yang telah dinilai kembali. Laporan keuangan konsolidasi ini disusun berdasarkan metode akrual, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi. Mata uang pelaporan dan fungsional yang digunakan oleh Perusahaan dan Anak Perusahaan adalah Rupiah.
b. Prinsip Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi mencakup akun-akun Perusahaan dan PT Jaya Gardenpolis (JGP, Anak Perusahaan - yang 83,86% sahamnya dimiliki oleh Perusahaan) serta Anak-anak Perusahaannya yang dimiliki 100% yaitu:
Tahun Pendirian Jumlah Aktiva
PT Rifi Permata 1986 Rp 300.000
PT Intigraha Citrasejahtera 1994 250.000
PT Sinarmulia Binapersada 1990 140.000
PT Shinta Tangerang Abadi 1992 40.000
PT Alamanda Permata 1986 25.000
PT Loji Elok 1986 25.000
PT Sanggar Idaman 1986 25.000
PT Sanggar Rejeki 1986 25.000
PT Sanggar Kejora 1988 25.000
PT Anugerah Tangerang Indah 1992 25.000
PT Anugerah Melosia Indah 1992 25.000
PT Delta Cendana Citrapersada 1993 20.000
PT Anugerah Tangerang Abadi 1992 20.000
PT Shinta Pratiwi Dinamika 1986 20.000
PT Tomang Karya Pratama 1987 10.000
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2001, seluruh Anak Perusahaan di atas belum memulai operasi komersialnya.
Hak minoritas pada Anak Perusahaan merupakan hak PT Pembangunan Jaya (PJ) sesuai dengan kepemilikannya pada ekuitas dan laba atau rugi Anak Perusahaan. Semua transaksi dan saldo yang signifikan antara perusahaan yang dikonsolidasi telah dieliminasi.
Penyertaan saham yang dimiliki oleh Perusahaan atau Anak Perusahaan kurang dari 20% baik langsung maupun tidak langsung dibukukan sebesar biaya perolehan (cost method).
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 17 Nopember 2000, para pemegang saham menyetujui untuk meningkatkan penyertaan sahamnya pada JGP dari 70% menjadi 83,86% melalui konversi uang muka untuk pemesanan saham sebesar Rp 190.000.000 yang telah disetor seluruhnya oleh Perusahaan pada tahun 1999. Sehubungan dengan transaksi tersebut melibatkan entitas sepengendali, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 38, “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, selisih antara biaya perolehan/hasil penjualan aktiva bersih JGP dan anak-anak perusahaan yang
diperoleh/dialihkan dengan nilai buku bersih dibukukan dan disajikan sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” di bagian Ekuitas dalam neraca konsolidasi.
c. Laporan Arus Kas Konsolidasi
Laporan arus kas konsolidasi menyajikan penerimaan dan pembayaran kas yang diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000, semua laporan keuangan yang disiapkan dan diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan publik mulai tanggal 1 Januari 2000 harus menyajikan laporan arus kas dengan menggunakan metode langsung.
d. Pengakuan Pendapatan dan Beban
d.1. Pengakuan Pendapatan dari Penjualan Real Estat
Perusahaan dan Anak Perusahaan mengakui pendapatan sesuai dengan PSAK No. 44, “Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat”. Pendapatan dari penjualan real estat diakui secara penuh (full accrual method) sebagai berikut:
Penjualan Tanah dan Bangunan Rumah
Pendapatan dari penjualan tanah dan bangunan rumah diakui apabila seluruh syarat berikut terpenuhi:
1. Proses penjualan telah selesai; 2. Harga jual akan tertagih;
3. Tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan
4. Penjual telah mengendalikan risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut. Penjualan Tanah
Pendapatan dari penjualan tanah diakui apabila seluruh syarat berikut terpenuhi:
1. Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;
2. Harga jual akan tertagih;
3. Tagihan penjual tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa yang akan datang;
4. Proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kavling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
5. Hanya kavling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kavling tanah tersebut.
Bagian penghasilan dari penjualan yang telah diterima tetapi belum memenuhi persyaratan pengakuan penghasilan seperti tersebut di atas dicatat sebagai “Uang Muka Penjualan”.
d.2. Pengakuan Penghasilan Sewa
Penghasilan sewa diakui sesuai dengan masa sewa yang terdapat dalam perjanjian.
Sewa yang diterima di muka dibukukan sebagai “Penghasilan Sewa Ditangguhkan” dan direalisasi sebagai penghasilan sesuai masa sewa.
d.3. Pengakuan Beban
Beban diakui pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan real estat yang didalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah yang terjual.
e. Setara Kas
Deposito berjangka dan penempatan jangka pendek lainnya yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatan dan tidak digunakan sebagai jaminan disajikan sebagai “Setara Kas”.
f. Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan PSAK No. 7, “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”, yang dimaksud hubungan istimewa adalah:
(i) perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);
(ii) perusahaan asosiasi (associated company);
(iii) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor);
(iv) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan pelapor tersebut serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
(v) perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh setiap orang yang diuraikan dalam (iii) atau (iv), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.
g. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu
Penyisihan piutang ragu-ragu ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kemungkinan tertagihnya piutang tersebut pada akhir tahun yang bersangkutan.
h. Persediaan
h.1. Tanah Matang
Persediaan tanah dinyatakan berdasarkan harga perolehan yang meliputi biaya pembebasan (ganti rugi), biaya surat-surat tanah, biaya pematangan tanah, biaya prasarana dan kapitalisasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembebasan dan pengembangan tanah, yang ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang dan dialokasikan ke sektor yang dikembangkan. Tanah yang diperoleh untuk pengembangan di masa mendatang dikelompokkan sebagai “Tanah untuk Pengembangan”. Pada saat dimulainya pengembangan dan pembangunan prasarana, nilai tanah tersebut akan dipindahkan ke akun yang lebih tepat antara “Persediaan” dan “Aktiva Tetap”.
h.2. Bangunan Rumah dan Bangunan Rumah dalam Penyelesaian
Bangunan rumah dicatat sebagai persediaan “Bangunan Rumah” pada saat selesai dibangun. Bangunan rumah yang belum selesai dibangun dicatat sebagai “Bangunan Rumah dalam Penyelesaian”. Persediaan bangunan rumah dinyatakan berdasarkan harga perolehan yang meliputi seluruh biaya pembangunan rumah yang dibebankan oleh kontraktor dan biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan pada saat pembangunan selesai dan aktiva yang dibangun siap digunakan.
i. Biaya Dibayar di Muka
Biaya dibayar di muka diamortisasi berdasarkan masa manfaat.
j. Aktiva Tetap
Aktiva tetap, kecuali tanah dan aktiva tertentu yang dinilai kembali berdasarkan peraturan pemerintah, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan amortisasi. Penyusutan aktiva tetap, kecuali hak atas tanah tidak diamortisasi, dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap sebagai berikut:
Tahun
Gedung kantor dan pusat perbelanjaan 20
Pusat kegiatan olah raga (sport centre) 20 Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 8 - 20 Perabot gedung kantor dan pusat perbelanjaan 5
Kendaraan 3 - 5
Mesin kantor 3 - 5
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya; pemugaran dan perbaikan dalam jumlah signifikan yang memenuhi kriteria sebagaimana dipersyaratkan dalam PSAK No. 16 mengenai “Aktiva Tetap”, dikapitalisasi. Aktiva tetap yang sudah tidak dipergunakan lagi atau dijual, biaya perolehan serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap dan laba atau rugi yang timbul dibukukan pada usaha tahun yang bersangkutan.
Sesuai dengan PSAK No. 47, “Akuntansi Tanah”, semua biaya yang terjadi sehubungan dengan perolehan hak atas tanah yang ditangguhkan dan disajikan secara terpisah dari harga perolehan tanah. Beban tangguhan tersebut, yang meliputi antara lain biaya perizinan, biaya notaris, pajak dan biaya lainnya yang berhubungan dengan hal tersebut, diamortisasi selama masa manfaat hak atas tanah yang bersangkutan.
Selanjutnya, PSAK No. 48, “Penurunan Nilai Aktiva”, yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2000, mengharuskan nilai wajar aktiva dinilai kembali atas kemungkinan penurunan pada nilai aktiva yang disebabkan oleh peristiwa atau perubahan keadaan yang menyebabkan nilai tercatat aktiva tersebut mungkin tidak dapat dipulihkan. Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat dari seluruh aktiva Perusahaan dan Anak Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2001 dapat dipulihkan, sehingga tidak diperlukan penurunan nilai atas aktiva tersebut.
k . Kapitalisasi Biaya Pinjaman
Perusahaan mengkapitalisasi biaya pinjaman sesuai dengan PSAK No. 26, “Biaya Pinjaman”. Biaya pinjaman yang dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan, pematangan dan pembangunan tanah dan bangunan terdiri dari beban bunga, beban bank, rugi selisih kurs, termasuk biaya swap valuta asing dan amortisasi biaya konsultasi dan “commitment fee”, yang terjadi sehubungan dengan perolehan pinjaman tersebut, dikurangi laba selisih kurs.
Besarnya biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam suatu periode ditentukan berdasarkan tingkat kapitalisasi dikalikan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk perolehan, pematangan dan pembangunan tahun berjalan. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang biaya pinjaman, setelah dikurangi/ditambah dengan laba/rugi kurs atas pinjaman tersebut, dibagi dengan jumlah rata-rata pinjaman tahun berjalan. Kapitalisasi biaya pinjaman dimulai pada saat kegiatan perencanaan pematangan (yaitu pada saat biaya dikeluarkan untuk pembebasan tanah untuk dikembangkan dan pengurusan perizinan yang diperlukan) dan berakhir pada saat tanah dan bangunan telah selesai dikembangkan dan dibangun.
Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan apabila kegiatan perolehan, pematangan atau pembangunan dihentikan untuk periode yang cukup lama.
l. Sewa Guna Usaha
Transaksi sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease), apabila memenuhi kriteria kapitalisasi sesuai dengan PSAK No. 30, “Akuntansi Sewa Guna Usaha” (disajikan sebagai bagian dalam Aktiva Tetap). Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi, transaksi sewa guna usaha dicatat dengan menggunakan sewa guna usaha biasa (operating lease). Aktiva sewa guna usaha menurut metode capital lease dicatat sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva sewa guna usaha tersebut. Laba dari penjualan dan penyewagunausahaan kembali (“sale-and-leaseback”) ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa manfaat aktiva sewa guna usaha yang bersangkutan dengan metode garis lurus.
m. Aktiva dalam Pembangunan
Aktiva dalam pembangunan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan. Biaya atas pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva dalam pembangunan. Pada saat bangunan selesai dikerjakan, akumulasi biaya perolehan dipindahkan ke akun yang lebih tepat antara “Persediaan” dan “Aktiva Tetap”.
n. Dana Pensiun
Perusahaan dan Anak Perusahaan membukukan program dana pensiun manfaat pasti sesuai dengan PSAK No. 24 mengenai “Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun”. Program pensiun manfaat pasti diselenggarakan untuk seluruh karyawan tetap yang memenuhi syarat. Pendanaan program ini berasal dari iuran yang dihitung secara aktuarial termasuk biaya jasa lalu (past service cost) yang diamortisasi selama sisa masa kerja rata-rata peserta pensiun.
Sehubungan dengan penerapan PSAK baru No. 57, "Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi" yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2001 dan berdasarkan Peraturan Perusahaan yang berlaku dan telah disahkan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Surat Keputusan Direksi PT Pembangunan Jaya (PJ) No. 097/DIR-DM/X/2000 tanggal 1 Oktober 2000 mengenai Ketentuan Pensiun Pegawai dan Direksi PJ Group, Perusahaan dan Anak Perusahaan telah mengestimasi kewajiban untuk manfaat pensiun dan uang pesangon karyawan selain iuran pensiun yang telah didanai dalam program pensiun di atas, dalam rangka untuk memenuhi Keputusan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) No. Kep - 150/Men/2000 mengenai "Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan". Berdasarkan keputusan Menaker tersebut, perusahaan diharuskan untuk membayarkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian kepada karyawan apabila persyaratan yang ditentukan pada keputusan tersebut dipenuhi. Cadangan tambahan sehubungan biaya jasa lalu ditangguhkan dan diamortisasi selama rata-rata sisa masa kerja karyawan yang memenuhi syarat. Selain itu, cadangan tambahan untuk biaya jasa kini dibebankan secara langsung pada operasi tahun berjalan.
o. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan untuk mencerminkan kurs tengah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dalam mata uang asing sesuai dengan pada tanggal terakhir transaksi bank untuk tahun yang bersangkutan. Laba atau rugi selisih kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun berjalan.
Pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000, kurs tukar yang digunakan masing-masing Rp 10.400 dan Rp 9.595 per AS$ 1.
p. Taksiran Pajak Penghasilan
Perusahaan dan Anak Perusahaan menghitung pajak penghasilan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 566/KMK.04/1999 tanggal 27 Desember 1999, yang berlaku efektif 1 Januari 2000, tentang Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang Usaha Pokoknya Melakukan Transaksi Penjualan Atau Pengalihan Hak Atas Tanah atau Bangunan. Berdasarkan peraturan ini, penghasilan atas transaksi penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima atau diperoleh wajib pajak mulai tanggal 1 Januari 2000 akan dikenakan pajak progresif berdasarkan undang-undang pajak penghasilan yang berlaku.
Sehubungan dengan penerapan PSAK No. 46, “Akuntansi Pajak Penghasilan”, Perusahaan dan Anak Perusahaan mencatat akuntansi untuk pengaruh pajak atas pemulihan aktiva dan pelunasan kewajiban pada nilai tercatatnya, serta pengakuan dan pengukuran atas aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan sebagai konsekuensi pajak di masa yang akan datang atas pengakuannya dalam laporan keuangan, termasuk akumulasi rugi fiskal yang terkait.
q. Laba Per Saham
Laba usaha dan laba bersih per saham dihitung dengan membagi masing-masing laba usaha dan laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan (470.000.000 saham).
3. KAS DAN SETARA KAS
Akun ini terdiri dari:
2001 2000
Kas:
Rupiah Rp 491.810 Rp 956.277
Dolar AS (AS$ 13.687 pada tahun 2001 dan
AS$ 845 pada tahun 2000) 142.342 8.110
Bank:
Pihak Ketiga
Rekening Rupiah
PT Bank Central Asia Tbk. 4.585.534 3.807.235 PT Bank Tabungan Negara (Persero) 2.530.759 3.384.839 PT Bank Mandiri (Persero) 692.574 1.146.699
PT Bank DBS Buana 481.715 539.678
PT Bank Umum Koperasi Indonesia 348.723 129.962
PT Bank Yudha Bakti 161.506 -
PT Bank Bumiputera 144.399 52.558
PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat 136.561 105.842
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. 59.362 189.313
PT Bank Universal Tbk. 19.663 787.470
PT Bank Internasional Indonesia Tbk. 3.185 157.311 Lain-lain (masing-masing
di bawah Rp 100.000) 236.304 211.633
Rekening Dolar AS
PT Bank Universal Tbk.
(AS$ 158.507) 1.648.477 -
Citibank N.A., Jakarta
(AS$ 97.747 pada tahun 2001 dan AS$ 193.911 pada tahun
2000) 1.016.574 1.860.571
Lain-lain (masing-masing di bawah
AS$ 100.000) 38.864 119.698
2001 2000
Setara Kas - Deposito Berjangka: Pihak Ketiga
Rekening Rupiah
PT Bank Bumiputera Rp 2.250.255 Rp 6.206.184 PT Bank Internasional Indonesia Tbk. 2.127.301 1.376.469
PT Bank Mega 2.000.000 3.000.000 PT Bank Danpac 2.000.000 - PT Bank Universal Tbk. - 7.000.000 Jumlah Rp 21.115.908 Rp 31.039.849
Tingkat bunga deposito berjangka Rupiah berkisar antara 13,22% sampai dengan 18,04% per tahun pada tahun 2001 dan antara 10% sampai dengan 14% per tahun pada tahun 2000.
4. PIUTANG USAHA
Akun ini terdiri dari:
2001 2000
Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Sewa dan pemeliharaan gedung
(air, kebersihan dan keamanan) Rp 30.186 Rp 24.758
Pihak Ketiga
Penjualan tanah dan bangunan rumah 2.060.521 6.435.377 Sewa dan pemeliharaan gedung
(air, kebersihan dan keamanan) 4.565.021 3.025.443
6.625.542 9.460.820 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 739.355 ) ( 1.236.993 )
Pihak Ketiga - Bersih 5.886.187 8.223.827
Jumlah - Bersih Rp 5.916.373 Rp 8.248.585
Pada tanggal 31 Desember 2001, piutang usaha tersebut digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diperoleh dari PT Bank Bali Tbk. dan PT Bank Mandiri (Persero) (lihat Catatan 10).
Rincian dari piutang usaha berdasarkan umur piutang pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 adalah sebagai berikut: 2001 2000 Jatuh Tempo: 1 - 30 hari Rp 2.386.535 Rp 2.151.188 31 - 60 hari 549.554 3.983.263
Lebih dari 60 hari 3.719.639 3.351.127
Jumlah Rp 6.655.728 Rp 9.485.578
Pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000, analisis atas perubahan saldo penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut:
2001 2000
Saldo awal tahun Rp 1.236.993 Rp 684.696
Penambahan (pengurangan):
Penyisihan selama tahun berjalan 331.454 896.481 Penghapusan selama tahun berjalan ( 829.092 ) ( 344.184 )
Saldo akhir tahun Rp 739.355 Rp 1.236.993
Perusahaan tidak memiliki piutang dalam mata uang asing. Manajemen Perusahaan berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu di atas cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian yang timbul akibat tidak tertagihnya piutang.
5. SALDO DAN TRANSAKSI-TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
Dalam kegiatan usaha normal, Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi-transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, terutama yang berhubungan dengan penjualan, pembelian, jasa konstruksi dan sewa, dengan syarat dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga.
a. Pada tahun 2000, Perusahaan dan Anak Perusahaan menjual tanah dan bangunan kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sekitar 3,4% dari jumlah penjualan tanah dan bangunan.
Pada tahun 2001 dan 2000, Perusahaan menyewakan sebagian ruangan di Plaza Bintaro Jaya kepada PT Jaya Beton Indonesia, pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing sekitar 0,1% dan 0,15% dari pendapatan sewa.
b. Pada tahun 2000, Anak Perusahaan mempunyai transaksi keuangan dengan PT Jaya Land (JL), pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Atas transaksi tersebut, pinjaman kepada JL, dikenakan biaya bunga sebesar 21,5% per tahun. Jumlah penghasilan bunga yang diperoleh dari JL sebesar Rp 792.866 pada tahun 2000. Saldo piutang yang timbul sehubungan dengan transaksi-transaksi ini sejumlah Rp 12.350.392 yang telah diselesaikan pada tahun 2000 sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
Berdasarkan “Perjanjian Kesepakatan Penyelesaian Hutang” antara JL (debitur) dengan Perusahaan dan Anak Perusahaan (kreditur) masing-masing pada tanggal 3 Januari 2000 dan 30 Nopember 2000, para pihak setuju dimana JL akan melakukan pembayaran untuk penyelesaian kewajibannya sejumlah Rp 12.350.392 dengan mentransfer kepemilikannya atas aktiva-aktiva berikut:
- Tujuh (7) unit apartemen yang berlokasi di Jl. Kemang Selatan VIII, Jakarta Selatan seluas 1.197,68 meter persegi kepada Perusahaan.
- Seratus dua puluh tiga (123) bidang tanah yang berlokasi di Pasar Kemis, Tangerang dengan luas keseluruhan 227.068 meter persegi kepada JGP, Anak Perusahaan (lihat Catatan 24b).
c. Pada tahun 2001 dan 2000, Perusahaan memiliki hutang dividen kepada PT Pembangunan Jaya, pemegang saham sebesar Rp 9.590.951. Pada tahun 2000, Perusahaan telah menyelesaikan hutang dividen sejumlah Rp 7.476.813 (lihat Catatan 24c).
d. Aktiva tetap Perusahaan sebesar 45,80% dari jumlah aktiva tetap Perusahaan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman oleh PJ (lihat Catatan 9 dan 24d).
e. Perusahaan memberikan jaminan untuk pinjaman yang diperoleh PT Bintaro Serpong Damai (BSD), perusahaan asosiasi (lihat Catatan 24e).
f. Perusahaan mempunyai transaksi keuangan dengan PJ, saldo yang terhutang - bersih pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 masing-masing sebesar Rp 3.078.746 dan Rp 3.082.089 dan disajikan sebagai bagian dari “Hutang Lain-lain - Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”.
Rincian transaksi penjualan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan jumlah di atas Rp 1.000.000, adalah sebagai berikut:
2001 2000
Penjualan tanah dan bangunan:
PT Pembangunan Jaya Rp - Rp 6.061.191
Rincian saldo dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut:
2001 2000
Piutang lain-lain:
PT Bintaro Serpong Damai Rp 1.500.000 Rp 2.866.885 Lain-lain (masing-masing di bawah
Rp 1.000.000) 676.339 837.209 Jumlah Rp 2.176.339 Rp 3.704.094 Hutang lain-lain: PT Pembangunan Jaya Rp 3.078.746 Rp 3.082.089
Lain-lain (masing-masing di bawah
Rp 1.000.000) 233.337 604.047
Jumlah Rp 3.312.083 Rp 3.686.136
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut di atas memiliki anggota manajemen kunci yang sama dan mempunyai pengendalian/pemilik yang sama dengan Perusahaan.
6. PERSEDIAAN
Akun ini terdiri dari:
2001 2000
Tanah matang Rp 372.925.947 Rp 371.013.989
Bangunan rumah 16.957.309 13.666.860
Bangunan rumah dalam penyelesaian 14.709.936 4.913.955
Jumlah biaya bunga dan rugi selisih kurs yang dikapitalisasi ke persediaan adalah sebesar Rp 13.417.762 dan Rp 15.094.267 masing-masing pada tahun 2001 dan 2000 (lihat Catatan 20).
Pada tahun 2001 dan 2000, sekitar 25,25% dan 25,76% dari luas tanah matang dan tanah untuk pengembangan dijaminkan untuk memperoleh pinjaman (lihat Catatan 7 dan 10).
7. TANAH UNTUK PENGEMBANGAN
Akun ini merupakan tanah mentah di daerah Bintaro Jaya dan Pasar Kemis. Tanah mentah tersebut akan dipindahkan ke akun “Persediaan” pada saat kegiatan pengembangan prasarana dimulai.
Pada tahun 2001 dan 2000, tidak ada biaya bunga dan rugi kurs yang dikapitalisasi ke tanah untuk pengembangan sehubungan nilai tercatat tanah untuk pengembangan tersebut telah mencapai nilai realisasi bersih (lihat Catatan 20).
Pada tahun 2001 dan 2000, Perusahaan dan Anak Perusahaan memperoleh tambahan tanah untuk pengembangan dengan luas masing masing 98.495 m2 dan 231.643 m2.
Pada tahun 2001 dan 2000, masing-masing sekitar 25,25% dan 25,76% dari luas tanah matang dan tanah untuk pengembangan dijaminkan untuk memperoleh pinjaman (lihat Catatan 6 dan 10).
8. PENYERTAAN SAHAM
Akun ini merupakan penyertaan saham yang dicatat dengan metode biaya (cost method) untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 dengan rincian sebagai berikut:
Persentase Nilai Kepemilikan Perolehan
PT Bintaro Serpong Damai 7,5% Rp 2.125.617
PT Sumber Jaya Kelola Indonesia 1,0 250
Jumlah Rp 2.125.867
PT Bintaro Serpong Damai (BSD)
Pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000, Perusahaan memiliki 2.250 lembar saham yang merupakan 7,5% pemilikan pada BSD. BSD bergerak dalam bidang konstruksi dan pengelolaan jalan tol.
PT Sumber Jaya Kelola Indonesia (SJKI)
SJKI merupakan perusahaan patungan antara Perusahaan dan PT Jaya Land, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan bergerak dalam bidang pelayanan jasa kecuali hukum, pajak dan transportasi. SJKI semula merupakan perusahaan patungan antara PT Jaya Land (JL) dan PT Pembangunan Jaya (PJ), dengan nama PT Jaya Management Property, sebelum PJ mengalokasikan kontribusinya, yang merupakan 1% dari pemilikan SJKI ke Perusahaan berdasarkan perjanjian antara JL dan PJ.
9. AKTIVA TETAP
Akun ini terdiri dari:
2001 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
Nilai Tercatat: Pemilikan Langsung
Hak atas Tanah Rp 71.030.286 Rp - Rp - Rp 71.030.286 Gedung kantor dan pusat
perbelanjaan 61.485.792 940.677 - 62.426.469 Pusat kegiatan olah raga 830.417 - - 830.417 Peralatan gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 15.270.289 - - 15.270.289 Perabot gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 1.936.681 92.303 - 2.028.984 Kendaraan 805.698 323.794 118.834 1.010.658 Mesin kantor 2.087.111 232.906 - 2.320.017 Sub-jumlah 153.446.274 1.589.680 118.834 154.917.120
Aktiva dalam Penyelesaian Peralatan gedung kantor dan
pusat perbelanjaan - 958.926 - 958.926
Jumlah Nilai Tercatat 153.446.274 2.548.606 118.834 155.876.046
Akumulasi Penyusutan: Pemilikan Langsung Gedung kantor dan pusat
perbelanjaan 16.411.318 2.725.467 - 19.136.785 Pusat kegiatan olah raga 452.009 41.521 - 493.530 Peralatan gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 9.637.641 1.457.584 - 11.095.225 Perabot gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 1.459.621 247.250 - 1.706.871
Kendaraan 497.251 148.269 118.834 526.686 Mesin kantor 1.967.334 181.431 - 2.148.765
Jumlah Akumulasi Penyusutan 30.425.174 4.801.522 118.834 35.107.862
Nilai Buku Rp 123.021.100 Rp 120.768.184
2000 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
Nilai Tercatat: Pemilikan Langsung
Hak atas Tanah Rp 71.691.384 Rp - Rp 661.098 Rp 71.030.286 Gedung kantor dan pusat
perbelanjaan 46.017.897 19.825.176 4.357.281 61.485.792 Pusat kegiatan olah raga 830.417 - - 830.417
Peralatan gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 12.900.242 3.055.740 685.693 15.270.289 Perabot gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 1.881.517 55.164 - 1.936.681 Kendaraan 551.038 289.027 34.367 805.698 Mesin kantor 1.588.826 498.285 - 2.087.111 Sub - jumlah 135.461.321 23.723.392 5.738.439 153.446.274 (Berlanjut)
2000 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
Sewa Guna Usaha
Peralatan gedung kantor dan
pusat perbelanjaan Rp 2.564.111 Rp - Rp 2.564.111 Rp -
Jumlah Nilai Tercatat 138.025.432 23.723.392 8.302.550 153.446.274
Akumulasi Penyusutan: Pemilikan Langsung Gedung kantor dan pusat
perbelanjaan 10.885.534 6.871.588 1.345.804 16.411.318 Pusat kegiatan olah raga 410.488 41.521 - 452.009 Peralatan gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 7.318.898 2.736.587 417.844 9.637.641 Perabot gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 1.416.944 42.677 - 1.459.621 Kendaraan 424.035 107.583 34.367 497.251 Mesin kantor 1.609.816 357.518 - 1.967.334 Sub - jumlah 22.065.715 10.157.474 1.798.015 30.425.174
Sewa Guna Usaha
Peralatan gedung kantor dan
pusat perbelanjaan 1.923.083 - 1.923.083 -
Jumlah Akumulasi Penyusutan 23.988.798 10.157.474 3.721.098 30.425.174
Nilai Buku Rp 114.036.634 Rp 123.021.100
Jumlah penyusutan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 masing-masing sebesar Rp 4.801.522 dan Rp 4.678.504.
Pada tahun 1998, Perusahaan telah menerima penggantian klaim asuransi atas kebakaran untuk proyek Senen Blok IV dan V (kebakaran terjadi pada bulan November 1996) sebesar Rp 36.705.087 dan AS$ 1.428.032. Penggantian asuransi tersebut termasuk untuk proyek Senen Blok IV sebesar Rp 28.679.440 dan AS$ 433.662. Pada tahun 2001 dan 2000, Senen Blok IV masih dalam tahap awal pembangunan. Oleh karena itu, selisih antara nilai penggantian klaim dengan biaya perbaikan dan pembangunan untuk Proyek Senen Blok IV tersebut masing-masing senilai Rp 19.376.100 dan Rp 24.025.328 pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 dan disajikan sebagai akun “Hutang - Lain-lain” (lihat Catatan 12), sedangkan nilai buku aktiva tetap sebesar Rp 12.373.442, disajikan sebagai “Aktiva Lain-lain” pada neraca konsolidasi. Blok V telah selesai direnovasi dan dibayarkan kembali dan selisih antara nilai penggantian klaim dengan biaya perbaikan dan pembangunan kembali Senen Blok V diakui penuh sebagai bagian dari “Penghasilan Lain-lain - Bersih” dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun 2000 (lihat Catatan 21e).
Pada tahun 2000, Perusahaan telah selesai melakukan pembangunan dan perbaikan kembali gedung Pusat Pembelanjaan Slipi dan telah menerima penggantian klaim asuransi atas kebakaran gedung yang terjadi pada bulan Mei 1998 berdasarkan biaya perbaikan dan pembangunan, sebesar Rp 11.440.178 dan AS$ 1.355.108. Sehubungan dengan selesainya pembangunan dan perbaikan gedung tersebut, maka nilai buku aktiva tetap tersebut yang disajikan sebagai “Aktiva Lain-lain” sebesar Rp 16.311.217 pada neraca konsolidasi tahun 1999, telah direklasifikasikan kembali sebagai aktiva tetap pada neraca
konsolidasi pada tanggal 31 Desember 2000. Pusat Pembelanjaan Slipi merupakan bagian dari aktiva yang dijaminkan atas pinjaman pemegang saham utama (lihat Catatan 24d).
Pada tanggal 31 Desember 2001, Perusahaan mengasuransikan aktiva tetap, di luar hak atas tanah, terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dalam beberapa polis gabungan dengan nilai pertanggungan keseluruhan sebesar AS$ 19.150.000 dan Rp 24.154.600 untuk proyek Senen Blok IV dan V, Pusat Perbelanjaan Slipi, kantor taman dan “Driving Range”, dimana manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aktiva tetap yang dipertanggungkan.
Pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000, nilai aktiva tetap Perusahaan yang digunakan sebagai jaminan atas pinjaman oleh pemegang saham utama sejak tahun 1997 masing-masing adalah sebesar 45,80% dan 45,42% dari nilai konsolidasi aktiva tetap (lihat Catatan 5 dan 24d).
Perusahaan memiliki Hak Guna Bangunan (HGB) atas tanah di Jakarta dan Tangerang seluas 24.031 m2 dengan masa berlaku hak atas tanah antara 5 sampai dengan 18 tahun. Manajemen berpendapat bahwa kepemilikan hak atas tanah tersebut dapat diperpanjang pada saat jatuh tempo. Manajemen Perusahaan berpendapat bahwa nilai buku dari seluruh aktiva Perusahaan dan Anak Perusahaan di atas dapat dipulihkan, sehingga tidak diperlukan adanya penurunan nilai atas aktiva tersebut.
10. PINJAMAN
Akun ini terdiri dari:
Jumlah Pinjaman
Ref Pagu Kredit 2001 2000
Badan Penyehatan Perbankan Nasional –
eks PT Bank Bali Tbk. ( a ) Rp 182.273.105 Rp 171.265.539 Rp 173.765.539 Badan Penyehatan
Perbankan Nasional – eks PT Bank Indonesia
Raya Tbk. ( b ) AS$ 10.000.000 104.000.000 95.950.000
Badan Penyehatan Perbankan Nasional – eks PT Bank Dagang
Nasional Indonesia Tbk ( c ) Rp 9.500.000 9.500.000 9.500.000 PT Bank Pembangunan
Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Raya (Bank DKI) ( d ) Rp 50.000.000 71.499.234 72.699.234 Denholm Properties Limited ( e ) Rp 12.950.000
AS$ 4.000.000 54.550.000 58.387.659
PT Bank Mandiri (Persero) ( f ) Rp 9.800.000
AS$ 1.500.000 28.634.391 25.856.121
PT Koexim BDN Finance ( g ) AS$ 2.000.000 14.950.000 17.271.000
PT Hanil Bakrie Finance ( h ) AS$ 2.000.000 7.280.000 9.595.000
PT Bank Artamedia ( i ) Rp 1.000.000 - 500.000
Jumlah Rp 461.679.164 Rp 463.524.553
Suku bunga pinjaman bank dalam Rupiah berkisar antara 3% sampai dengan 19% per tahun pada tahun 2001 dan 2000. Suku bunga pinjaman dalam mata uang Dolar Amerika Serikat berkisar antara 2% sampai dengan 10% per tahun pada tahun 2001 dan 2000.
a. BPPN (eks PT Bank Bali Tbk.)
Pada tahun 1999, Perusahaan telah menyelesaikan sebagian pinjaman yang telah diperoleh dari PT Bank Bali Tbk. (Bali) dengan mengalihkan Gedung Jaya III sebesar Rp 35.000.000 untuk penyelesaian saldo pinjaman dan biaya bunga masing-masing sebesar Rp 6.269.056 dan Rp 28.730.944. Selanjutnya, Perusahaan juga telah melakukan restrukturisasi atas sisa saldo pinjaman tersebut menjadi:
i. Pinjaman berjangka (“term loan”) sejumlah Rp 93.765.539 akan jatuh tempo dalam jangka waktu 5 tahun, termasuk masa tenggang waktu (“grace period”) selama 2 (dua) tahun yang dimulai sejak tanggal penarikan dana. Saldo pinjaman tersebut dibayarkan dengan pembayaran angsuran selama 36 bulan, yang dimulai pada tahun 2001 dengan angsuran sebesar Rp 2.600.000 untuk 35 bulan pertama dan pembayaran angsuran terakhir sebesar Rp 2.765.544. ii. Pinjaman aksep (“demand loan”) sejumlah Rp 80.000.000 yang jatuh tempo pada tanggal
31 Desember 1999.
Pada saat jatuh tempo, rencananya akan direstrukturisasi menjadi obligasi konversi dengan tingkat bunga berkisar antara 3% - 18% per tahun dengan nilai konversi yang akan ditentukan lebih lanjut dalam penjanjian obligasi konversi. Namun, pinjaman tersebut belum dikonversi menjadi obligasi konversi karena pada tahun 2000 seluruh pinjaman dari PT Bank Bali Tbk. dialihkan ke BPPN. Pada tahun 2001, Perusahaan telah membayar ke Bali cicilan pokok pinjaman berjangka sebesar Rp 2.500.000.
Pinjaman tersebut dijamin dengan:
• Beberapa bidang tanah, yang terletak di desa Tangerang, dengan luas keseluruhan 125,2 ha (lihat Catatan 6 dan 7).
• Tagihan piutang dagang atas sewa ruangan di Pasar Senen (lihat Catatan 4).
• Tanah dan bangunan Pasar Senen yang terletak di daerah Senen (lihat Catatan 9).
Pada tanggal 21 Januari 2002, BPPN melalui suratnya No. S-221/LWO/BPPN/0102 telah menyampaikan surat persetujuan restrukturisasi hutang Perusahaan tersebut. Namun demikian, sampai dengan tanggal laporan auditor independen, perjanjian restrukturisasi hutang sedang dalam proses penyelesaian dokumentasi yang harus dipenuhi oleh Perusahaan (lihat Catatan 27b).
b. BPPN (eks PT Bank Indonesia Raya Tbk. - Bira)
Perusahaan menerbitkan Surat Aksep untuk pinjaman yang diperoleh dari Bira sebesar AS$ 10.000.000, yang telah jatuh tempo pada tanggal 22 Desember 1997. Pinjaman tersebut dijamin dengan 3 (tiga) bidang tanah di desa Pondok Aren, Tangerang. Pada tanggal 21 April 1998, Perusahaan mengajukan keberatan kepada PT Bank Indonesia Raya Tbk. (Bira) atas penyesuaian tingkat bunga pinjaman yang ditetapkan oleh pihak kreditur. Perusahaan beranggapan, bahwa penyesuaian tingkat bunga tersebut tidak beralasan dan sepihak. Pengajuan keberatan tersebut masih dalam proses untuk mendapatkan persetujuan dari Bira, namun kemudian pada tahun 1999, Pemerintah telah menghentikan kegiatan operasi bank tersebut, oleh karena itu restrukturisasi pinjaman langsung dinegosiasikan dengan pihak BPPN.
Pada tanggal 21 Januari 2002, BPPN melalui suratnya No. S-221/LWO/BPPN/0102 telah menyampaikan surat persetujuan restrukturisasi hutang Perusahaan tersebut. Namun demikian, sampai dengan tanggal laporan auditor independen, perjanjian restrukturisasi hutang sedang dalam proses penyelesaian dokumentasi yang harus dipenuhi oleh Perusahaan (lihat Catatan 27b).
c. BPPN (eks PT Bank Dagang Nasional Indonesia Tbk. - BDNI)
Pinjaman yang diperoleh dari BDNI telah jatuh tempo dan belum dibayar pada tanggal 18 Juni 1998. Pada tanggal 21 Agustus 1998, Pemerintah melalui BPPN, menghentikan kegiatan operasional bank tersebut bersama 15 bank lainnya.
Pada tanggal 21 Januari 2002, BPPN melalui suratnya No. S-221/LWO/BPPN/0102 telah menyampaikan surat persetujuan restrukturisasi hutang Perusahaan tersebut. Namun demikian, sampai dengan tanggal laporan auditor independen, perjanjian restrukturisasi hutang sedang dalam proses penyelesaian dokumentasi yang harus dipenuhi oleh Perusahaan (lihat Catatan 27b).
d. PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya (Bank DKI)
Kredit Modal Kerja yang diperoleh dari Bank DKI dengan fasilitas kredit sebesar Rp 50.000.000 telah jatuh tempo pada tanggal 27 Nopember 1999. Pada tanggal 13 September 2000, Perusahaan menyelesaikan perundingan restrukturisasi pinjaman dengan Bank DKI sebesar Rp 73.299.234 (terdiri dari pokok pinjaman dan bunga tunggakan masing-masing sebesar Rp 48.500.000 dan Rp 24.799.234). Berdasarkan perjanjian pinjaman yang direstrukturisasi, pokok pinjaman akan dibayar berdasarkan angsuran mulai Januari 2003 sampai dengan Juni 2007, sedangkan bunga tunggakan akan dibayar berdasarkan angsuran mulai dari Juli 2000 sampai dengan Juni 2008, dan selama tahun 2001 dan 2000, Perusahaan telah melakukan pembayaran tunggakan bunga masing-masing sebesar Rp 1.200.000 dan Rp 600.000. Jadwal pembayaran pada tanggal 31 Desember 2001 adalah sebagai berikut:
Jumlah Angsuran
Tahun Pokok pinjaman Bunga Jumlah
2002 Rp - Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 2003 2.400.000 2.400.000 4.800.000 2004 29.000.000 3.000.000 32.000.000 2005 6.000.000 3.600.000 9.600.000 2006 6.000.000 4.200.000 10.200.000 2007 5.100.000 4.800.000 9.900.000 2008 - 2.599.234 2.599.234 Jumlah Rp 48.500.000 Rp 22.999.234 Rp 71.499.234
Pinjaman tersebut dijamin dengan sebidang tanah di desa Parigi Baru, Parigi Lama, Jurangmangu Barat, Pondok Aren dan Pondok Kacang Timur, Tangerang.
Berdasarkan perjanjian pinjaman yang direstrukturisasi, Perusahaan harus memperoleh persetujuan tertulis dari Bank DKI untuk memperoleh pinjaman baru, penggabungan usaha, akuisisi, menjual
atau mentransfer bagian utama dari aktiva Perusahaan, dan untuk membagikan bonus dan/atau dividen (sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pasar Modal).
e. Denholm Properties Limited
Pada tanggal 29 Oktober 1999, Perusahaan telah berhasil merestrukturisasi pinjaman dari Kingsford Holdings Inc. dengan pokok hutang sebesar Rp 12.950.000 dan AS$ 4.000.000 dan bunga tunggakan sebesar Rp 2.077.317 dan AS$ 519.056. Berdasarkan perjanjian restrukturisasi pinjaman, seluruh pokok pinjaman dan bunga tunggakan akan jatuh tempo pada tanggal 29 Oktober 2004. Pinjaman dari Kingsford Holdings Inc. dijamin dengan beberapa bidang tanah di Tangerang sebesar 120% dari seluruh pokok pinjaman ditambah bunga tunggakan dan bunga yang akan timbul di masa datang sampai dengan tanggal 29 Oktober 2004. Berdasarkan perjanjian tersebut diatur pula bahwa kreditur mempunyai opsi untuk mengkorversikan hutang tersebut menjadi Obligasi Konversi selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2003. Jika pihak kreditur menggunakan pilihan untuk mengkonversi pinjaman tersebut menjadi Obligasi Konversi (OK), maka dikenakan tingkat suku bunga khusus sebesar 3% per tahun untuk OK dalam Rupiah dan 2% per tahun untuk OK dalam Dolar AS yang akan berlaku efektif pada tahun 2000. Dan jika kreditur tidak melaksanakan opsi tersebut, dikenakan tingkat suku bunga untuk pinjaman dalam Rupiah sebesar 16% per tahun dan untuk pinjaman dalam Dolar AS sebesar 9%. Pada tanggal 17 Desember 1999, seluruh Surat Aksep tersebut telah dibeli oleh Denholm Properties Limited (DPL). Berdasarkan surat dari DPL tertanggal 6 Juni 2001, DPL menyetujui memberikan pengurangan hutang bunga masing-masing sebesar 50% dan 30% atas tunggakan bunga tahun 1999 sebesar Rp 2.077.317 dan AS$ 519.056. Perusahaan membayar tunggakan bunga tahun 1999 tersebut pada tahun 2001 (lihat Catatan 21). Sedangkan bunga yang tertunggak pada tahun 2001 dan 2000, sampai dengan tanggal 27 Maret 2002, tanggal laporan auditor independen, belum dibayar oleh Perusahaan. f. PT Bank Mandiri (Persero)
Pinjaman yang diperoleh dari PT Bank Mandiri (Persero) merupakan Surat Aksep sebesar AS$ 1.500.000 yang sebelumnya dimiliki oleh BDN - BANK - AG DUSSELDORF, sebelum penggabungan usaha menjadi PT Bank Mandiri (Persero), dan pinjaman modal kerja sejumlah Rp 9.800.000, yang sebelumnya terhutang kepada PT Bank Dagang Negara, sebelum penggabungan usaha menjadi PT Bank Mandiri (Persero). Surat Aksep tersebut telah jatuh tempo pada tanggal 18 Februari 1998 sedangkan pinjaman modal kerja senilai Rp 4.500.000 telah jatuh tempo tanggal 19 Desember 1999 dan senilai Rp 5.300.000 jatuh tempo tanggal 17 Januari 2000. Pinjaman modal kerja tersebut dijamin dengan tanah dan bangunan yang dibiayai oleh pinjaman ini dan piutang usaha (lihat Catatan 4 dan 6).
Pada tanggal 30 Juni 2000, Perusahaan juga berhasil menyelesaikan restrukturisasi pinjaman dengan PT Bank Mandiri (Persero) dengan pokok pinjaman sebesar Rp 9.800.000 dan AS$ 1.500.000 dan kewajiban bunga tunggakan sebesar Rp 4.966.668. Berdasarkan perjanjian restrukturisasi pinjaman, PT Bank Mandiri (Persero) setuju bahwa kewajiban bunga tunggakan yang telah direstrukturisasi tersebut tidak dikenakan bunga lagi dan dikurangi sebesar Rp 1.666.668, selanjutnya sisa bunga tunggakan harus dibayar sebagai berikut:
i. Rp 1.000.000 harus dibayarkan selambat-lambatnya satu hari sebelum penandatanganan perjanjian perubahan kredit.
ii. Rp 2.300.000 akan dibayar secara mengangsur sampai dengan Desember 2003.
Berdasarkan perjanjian restrukturisasi pinjaman, kredit modal kerja sebesar Rp 9.800.000 akan dibayar secara mengangsur sampai dengan 31 Desember 2006, sedangkan Kredit Modal Kerja sebesar AS$ 1.500.000 akan jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2002.
Jadwal pembayaran pinjaman sebesar Rp 9.800.000 pada tanggal 31 Desember 2001 adalah sebagai berikut:
Jumlah Angsuran
Tahun Pokok pinjaman Bunga Jumlah
2002 Rp 797.923 Rp 575.000 Rp 1.372.923 2003 1.600.588 575.000 2.175.588 2004 2.283.027 - 2.283.027 2005 2.283.027 - 2.283.027 2006 2.283.027 - 2.283.027 Jumlah Rp 9.247.592 Rp 1.150.000 Rp 10.397.592
Berdasarkan perjanjian pinjaman yang baru, Perusahaan harus mempertahankan rasio hutang terhadap ekuitas tidak lebih dari 300% dan memperoleh persetujuan tertulis dari bank untuk memperoleh pinjaman baru, penggabungan usaha, akuisisi, menjual atau mengalihkan dalam jumlah besar aktiva Perusahaan, dan untuk membagikan bonus dan/atau dividen (sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pasar Modal).
Semua pinjaman dari PT Bank Mandiri (Persero) dijaminkan dengan piutang Perusahaan dan beberapa bidang tanah yang terletak di Pondok Aren, Tangerang dengan luas keseluruhan 144.844 m2
.
Sehubungan dengan restrukturisasi pinjaman Perusahaan dengan PT Bank Mandiri (Persero) yang terdiri dari beberapa skema, maka transaksi tersebut diperlakukan sesuai dengan PSAK No. 54, “Akuntansi Restrukturisasi Hutang/Piutang Bermasalah” yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Oleh sebab itu, pengurangan bunga sebesar Rp 1.666.668 tersebut di atas disajikan di neraca konsolidasi sebagai “Kredit Ditangguhkan atas Pinjaman yang Direstrukturisasi” dan akan dikompensasikan secara proporsional dengan biaya bunga terkait di masa yang akan datang. Pada tanggal 27 Desember 2001, PT Bank Mandiri (Persero) menyetujui untuk menjadwalkan kewajiban pembayaran bunga atas fasilitas kredit modal kerja sebesar AS$ 1.500.000. Kewajiban bunga yang dijadwalkan kembali pembayarannya meliputi bunga yang timbul sampai dengan tanggal 31 Desember 2001 dan tunggakan bunga pada tahun 2000 dengan jumlah sebesar AS$ 281.708,33. Pada tahun 2001, Perusahaan telah membayar sejumlah AS$ 28.170 sesuai dengan perjanjian penjadwalan kembali pada bulan Desember 2001. Sisa pembayaran tunggakan bunga di atas akan diangsur dalam 4 (empat) kali angsuran sebesar AS$ 63.384,60 pada tahun 2002.
g. PT Koexim BDN Finance (Koexim)
Pinjaman yang diperoleh dari Koexim merupakan Surat Aksep sebesar AS$ 2.000.000. Surat Aksep tersebut jatuh tempo pada tanggal 25 Oktober 1999 dijamin dengan sebidang tanah di desa Pangadegan, Tangerang, milik Anak Perusahaan. Pada bulan Nopember 2000, Perusahaan membayar sebagian dari pinjaman tersebut sebesar AS$ 200.000. Pada tanggal 21 Desember 2000, Koexim menyetujui untuk menjadwal ulang pembayaran Surat Aksep tersebut. Berdasarkan perjanjian penjadwalan ulang pembayaran, Perusahaan harus membayar pinjaman dalam delapan kali angsuran. Total angsuran pembayaran untuk pokok pinjaman
sampai dengan 2001 sebesar AS$ 362.500 dan sisanya dibayar dalam tahun 2002 dengan pembayaran terakhir dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2002. Porsi tahun 2001 telah dibayar penuh oleh Perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Pada tanggal 23 Januari 2002, Koexim telah menyetujui beberapa perubahan atas perjanjian restrukturisasi terdahulu (lihat Catatan 27a).
h. PT Hanil Bakrie Finance (Hanil)
Pinjaman yang diperoleh dari Hanil merupakan Surat Aksep yang diterbitkan oleh Perusahaan sebesar AS$ 2.000.000. Surat Aksep tersebut dijaminkan dengan sebidang tanah di desa Sindangsari dan Pangadegan, Tangerang, milik Anak Perusahaan, Perusahaan telah melunasi separuh dari Surat Aksep tersebut sebesar AS$ 1.000.000 sampai dengan tahun 2000. Surat Aksep tersebut jatuh tempo pada tanggal 15 Desember 2000.
Berdasarkan “Amendments to the Settlement Agreement” tanggal 15 Januari 2001, Hanil menyetujui untuk memperpanjang Surat Aksep Perusahaan yang telah jatuh tempo pada tanggal 16 Desember 2000 selama satu setengah tahun yang akan dibayar dalam tiga periode pembayaran (setiap enam bulan).
Pada tanggal 14 Desember 2001, Perusahaan membuat perjanjian restrukturisasi baru untuk penjadwalan kembali atas angsuran pinjaman pokok sebesar AS$ 700.000 dengan tingkat bunga sebesar 9,5% per tahun. Selanjutnya, Perusahaan akan menerbitkan dua Surat Aksep, satu untuk pokok pinjaman dan satunya lagi untuk bunga pinjaman untuk setiap periode pembayaran. Jadwal pembayaran tersebut adalah sebagai berikut:
Angsuran
Periode Pokok Pinjaman Bunga Jatuh Tempo 16 Januari 2002 AS$ 50.000 AS$ 5.726,39 AS$ 55.726,39 16 Februari 2002 50.000 5.317,36 55.317,36 16 Maret 2002 50.000 4.433,33 54.433,33 16 April 2002 25.000 4.499,31 29.499,31 16 Mei 2002 25.000 4.156,25 29.156,25 16 Juni 2002 500.000 4.090,28 504.090,28 Jumlah AS$ 728.222,92 i. PT Bank Artamedia
Pada tahun 2000, Anak Perusahaan memperoleh pinjaman dari PT Bank Artamedia sebesar Rp 500.000. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka yang dimiliki oleh salah satu pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 1.000.000 dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 1,5% di atas tingkat bunga deposito tersebut. Pada bulan Februari 2001, pinjaman tersebut telah dilunasi oleh Anak Perusahaan.
Secara ringkas, selama tahun 2001, Perusahaan telah mendapatkan restrukturisasi hutang pokok dan bunga dari beberapa kreditur tertentu sebagaimana dibahas pada paragraf-paragraf di atas. Selanjutnya, pada tanggal 21 Januari 2002, BPPN melalui suratnya No. S-221/LWO/BPPN/0102 telah menyampaikan surat persetujuan restrukturisasi hutang Perusahaan tersebut, namun demikian sampai
dengan tanggal laporan auditor independen, perjanjian restrukturisasi hutang sedang dalam proses penyelesaian dokumentasi yang harus dipenuhi oleh Perusahaan (lihat Catatan 27b).
Pada tahun 2001 dan 2000, masing-masing sekitar 25,25% dan 25,76% dari keseluruhan luas tanah dalam pengembangan dan tanah untuk dikembangkan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman-pinjaman tersebut di atas (lihat Catatan 6 dan 7).
11. HUTANG USAHA
Akun ini terdiri dari:
2001 2000
Pihak Ketiga
PT Pakujaya Perkasa Rp 1.849.180 Rp 1.849.180
PT Tata Abadi Bersama 789.808 -
PT Kentanik 739.243 739.243
PT Mandala Giri Mitra Sejahtera 387.854 -
PT Mega Cipta Bestari Persada 377.294 -
PT Nurcahyo Sasono 280.190 280.190
PT Intibangun Buana Lestari 262.117 375.480
PT Bima Natisha Graha 238.307 69.566
Parulian Sihombing 150.567 -
PT Axindo 129.111 133.468
PT Citra Media 101.787 101.787
PT Karya Dinamika Maju Utama 59.010 571.667
PT Yanlapa 42.530 262.487
PT Wikanjaya Mandiri 331 100.686
PT Tata Cipta Surya - 232.686
Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 100.000) 1.580.056 881.098
6.987.385 5.597.538
Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
PT Jaya Trade Indonesia - 628.371
Lain-lain 54.042 21.940 54.042 650.311 Jumlah Rp 7.041.427 Rp 6.247.849
Hutang usaha tersebut di atas berasal dari transaksi pembelian tanah, pengembangan prasarana dan pembangunan rumah.
12. HUTANG LAIN-LAIN
Pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000, hutang kepada pihak ketiga terutama merupakan:
a. Klaim asuransi diterima di muka masing-masing sebesar Rp 19.376.100 dan Rp 24.025.328 (lihat Catatan 9);
b. Hutang kepada pelanggan atas pembelian Tanah dan Bangunan yang akan dikembalikan dalam jangka waktu tiga sampai delapan tahun masing-masing senilai Rp 10.061.429 dan Rp 10.375.394; dan
c. Uang muka penjualan tanah yang harus dikembalikan kepada pihak pembeli karena dibatalkannya penjualan tersebut masing-masing sebesar Rp 693.080 dan Rp 530.199.