• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: School Connectedness dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebagai Prediktor Subjective Well-Being Siswa SMA Negeri 1 Ambon T2 832010003 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: School Connectedness dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebagai Prediktor Subjective Well-Being Siswa SMA Negeri 1 Ambon T2 832010003 BAB IV"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. HASIL PENELITIAN

1.1.1. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambon (SMAN 1 Ambon), yang berlokasi di Jl. Raya Pattimura No. 28 Ambon. Populasi siswa adalah 738 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1, X-5, XI-IPA3, XI-IPS2, dan XII-IPA3 yang berjumlah 176 siswa. Namun demikian, dari jumlah 176 siswa ini terdapat 19 siswa tidak hadir pada saat

kegiatan belajar-mengajar ketika skala dibagikan, jadi jumlah sampel yang mengisi skala dalam penelitian ini adalah 157 siswa. Perinciannya sebagai berikut:

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

Kelas Jumlah

Siswa

Banyaknya Siswa

Mengisi Skala Tidak mengisi

skala

X-1 34 siswa 32 siswa 2 siswa

X-5 34 siswa 30 siswa 4 siswa

XI-IPA3 38 siswa 32 siswa 6 siswa

XI-IPS2 34 siswa 31 siswa 3 siswa

XII-IPA3 36 siswa 32 siswa 4 siswa

Jumlah 176 siswa 157 siswa 19 siswa

(2)

Pembagian instrumen untuk siswa kelas X-1 dibagikan pada saat pelajaran Pkn, kelas X-5 pada saat pelajaran matematika, kelas XI-IPA3 pada saat pelajaran biologi, XI-IPS2 pada saat pelajaran ekonomi, dan kelas XII-IPA3 pada saat pemantapan matematika. Pembagian dan pengerjaan instrumen berlangsung selama ± 7 menit. Arahan dan petunjuk pengisian instrumen diberikan secara singkat oleh penulis karena petunjuk pengerjaan selengkapnya telah tertera dalam instrumen yang dibagikan.

1.1.2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menemukan tempat penelitian.

Pada tahap ini peneliti menentukan sekolah yang akan menjadi tempat penelitian dan meminta izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut. Dalam hal ini, SMUN 1 Ambon memberikan ijin untuk penelitian ini.

2. Persiapan penelitian.

Sesudah mendapatkan ijin dari tempat penelitian, peneliti mengurus persyaratan administrasi berupa ijin penelitian dari Program Pasca Sarjana Magister Sains Psikologi dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah itu, peneliti meminta ijin penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Provinsi Maluku dan juga Dinas Pendidikan dan Olahraga (DIKOR) kota Ambon.

3. Pelaksanaan penelitian.

(3)

Instrumen disebarkan pada siswa dari 5 kelas yang diambil secara random. Setelah pengambilan data, dilakukan analisis data serta pengumpulan data-data pendukung lainnya.

1.1.3. Karakteristik Responden

Analisis karakteristik responden digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai sampel pada penelitian ini. Karakteristik responden disajikan berdasarkan jenis kelamin, kelas, dan usia.

1.1.4. Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2

Prosentase jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 52 siswa 33%

2 Perempuan 105 siswa 67%

Jumlah total 157 siswa 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2012 1.1.5. Berdasarkan kelas

Tabel 4.3 Prosentase kelas

Kelas Jumlah %

X 62 siswa 39%

XI 60 siswa 38%

XII 35 siswa 23%

Jumlah total 157 siswa 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2012

1.1.6. Berdasarkan usia

Tabel 4.4 Prosentase usia

(4)

14 thn 11 siswa 7%

15 thn 57 siswa 36%

16 thn 55 siswa 35%

17 thn 29 siswa 18%

18 thn 5 siswa 4%

Jumlah total 157 siswa 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2012

1.2. DESKRIPSI HASIL PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN 1.2.1. Subjective well-being

1.2.1.1. Skala Kepuasan hidup

Jumlah aitem yang digunakan adalah 35 dengan 20 aitem valid dan 15 aitem gugur dengan kategori jawaban mulai dari 1 sampai 4. Dengan demikian untuk variabel SWB–skala kepuasan hidup memiliki skor terendah 20 (1 X 20) dan skor tertinggi 80 (4 X 20). Kategori yang digunakan adalah 4 kategori yaitu Sangat Rendah, Rendah, Tinggi, dan Sangat Tinggi.

Untuk mengetahui kepuasan hidup digunakan interval dengan ukuran:

i = skor tertinggi–skor terendah Jumlah kategori

Sehingga kategorinya adalah: i = 80–20 = 15

4

Tabel 4.5

Interval Skala Kepuasan Hidup

(5)

20≤ x ˂ 35

35≤ x ˂ 50

50≤ x ˂ 65

65≤ x ˂ 80

Sangat Rendah

Rendah

Tinggi

Sangat Tinggi

0

1

51

105

0

0.6%

32.4%

67%

N = 157 Mean = 67.90 SD = 6.493

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa skala kepuasan hidup memiliki rata-rata sebesar 67.90 sehingga tergolong dalam kategori sangat tinggi dengan skor terendah 49 dan skor tertinggi 78. Prosentase di setiap kategori yaitu 0.6% subjek berada dalam kategori rendah, 32.4% berada dalam kategori tinggi, dan 67% berada dalam kategori sangat tinggi. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kepuasan hidup siswa SMA Negeri 1 Ambon tergolong SANGAT TINGGI. 1.2.1.2.Positive and negative affect schedule

Jumlah aitem yang digunakan adalah 20 kata sifat yang menggambarkan suasana hati (mood), dengan 18 aitem valid dan 2 aitem gugur, dengan kategori jawaban mulai dari 1 sampai 4. Dengan demikian untuk variabel SWB – PANAS memiliki skor terendah 18 (1 X 18) dan skor tertinggi 72 (4 X 18). Kategori yang digunakan yaitu 4 kategori, yaitu Sangat Rendah, Rendah, Tinggi dan Sangat Tinggi.

Untuk mengetahui emosi atau suasana hati digunakan interval dengan ukuran:

i = skor tertinggi–skor terendah Jumlah kategori

(6)

i = 72–18 = 13.5 4

Tabel 4.6 Interval PANAS

Skor Kriteria N %

18≤ x ˂ 31.5

31.5≤ x ˂ 45

45≤ x ˂ 58.5

58.5≤ x ˂ 72

Sangat Rendah

Rendah

Tinggi

Sangat Tinggi

2

59

72

24

1.2%

37.6%

46%

15.2%

N = 157 Mean = 48.82 SD = 8.472

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa positive and negative affect scale memiliki rata-rata sebesar 48.82 sehingga tergolong dalam kategori tinggi dengan skor terendah 29 dan skor tertinggi 68. Prosentase di setiap kategori yaitu 1.2% subjek berada dalam kategori sangat rendah, 37.6% subjek berada dalam kategori rendah, 46% berada dalam kategori tinggi, dan 15.2% berada dalam kategori sangat tinggi.

secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa keadaan afektif siswa SMA Negeri 1 Ambon tergolong TINGGI.

1.2.2. School connectedness

(7)

Untuk mengetahui kepuasan hidup digunakan interval dengan ukuran:

i = skor tertinggi–skor terendah Jumlah kategori

Sehingga kategorinya adalah: i = 56–14 = 10.5

4

Tabel 4.7

Interval SkalaSchool Connectedness

Skor Kriteria N %

14≤ x ˂ 24.5

24.5≤ x ˂ 35

35≤ x ˂ 45.5

45.5≤ x ˂ 56

Sangat Rendah

Rendah

Tinggi

Sangat Tinggi 2

36

86

33

1%

23%

55%

21%

N = 157 Mean = 40.13 SD = 6.082

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa skala school connectedness memiliki rata-rata sebesar 40.13 sehingga tergolong dalam kategori tinggi dengan skor terendah 23 dan skor tertinggi 56. Prosentase di setiap kategori yaitu 1% subjek berada dalam kategori sangat rendah, 23% subjek berada dalam kategori rendah, 55% berada

dalam kategori tinggi dan 21% berada dalam kategori sangat tinggi. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa keterhubungan siswa SMA

Negeri 1 Ambon dengan sekolahnya tergolong TINGGI. 1.2.3. Dukungan sosial teman sebaya

(8)

terendah 18 (1 X 18) dan skor tertinggi 72 (4 X 18). Kategori yang digunakan adalah 4 kategori yaitu Sangat Rendah, Rendah, Tinggi, dan Sangat Tinggi.

Untuk mengetahui kepuasan hidup digunakan interval dengan ukuran:

i = skor tertinggi–skor terendah Jumlah kategori

Sehingga kategorinya adalah:

i = 72–18 = 13.5 4

Tabel 4.8

Interval Dukungan Sosial teman Sebaya

Skor Kriteria N %

18≤ x ˂ 31.5

31.5≤ x ˂ 45

45≤ x ˂ 58.5

58.5≤ x ˂ 72

Sangat Rendah

Rendah

Tinggi

Sangat Tinggi

0

1

41

115

0

0.6%

26.1%

73.3%

N = 157 Mean = 61.78 SD = 5.919

(9)

1.3. HASIL UJI ASUMSI 1.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat suatu data terdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar di halaman berikut.

Gambar 4.1 Grafik Uji normalitas

Dari grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka, model regresi layak dipakai untuk memprediksi subjective well-being (SWB) berdasarkan masukan variabel school connectedness dan dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel independen.

Selanjutnya, hasil uji residual bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9

(10)

Uji

Normalitas Residual

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat nilai KSZ sebesar 1,117, > 0.05. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai residual normal

dan memenuhi asumsi untuk menggunakan analisis regresi. 1.3.2. Uji Linearitas

Unstandardized

Residual

N 157

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 6,95986411

Most Extreme Differences Absolute ,089

Positive ,062

Negative -,089

Kolmogorov-Smirnov Z 1,117

Asymp. Sig. (2-tailed) ,165

a. Test distribution is Normal.

(11)

Berikut ini merupakan hasil uji linearitas antara variabel school connectednessterhadap SWB dan dukungan sosial teman sebaya terhadap SWB. Hasil uji dapat dilihat pada halaman berikutnya.

Tabel 4.10

Uji linearitas dengan analisis varians antara

school connectednessdan SWB

Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai F sebesar 61.259 dengan signifikansi 0.000 ( < 0.05) dan nilai F beda sebesar 0.895, > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwaschool connectednessdan SWB memiliki hubungan yang linear. Untuk uji analisis varians dukungan sosial teman sebaya dan SWB bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11

Uji linearitas dengan analisis varians antara dukungan sosial teman sebaya dan SWB

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

SWB *

SC

Between

Groups

(Combined) 8717,308 26 335,281 3,217 ,000

Linearity 6384,996 1 6384,996 61,259 ,000

Deviation from

Linearity

2332,311 25 93,292 ,895 ,611

Within Groups 13549,915 130 104,230

Total 22267,223 156

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

(12)

D a r i

tabel dapat dilihat bahwa nilai F sebesar 96.961 dengan signifikansi 0.000 ( < 0.05) dan nilai F beda sebesar 0.617, > 0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya dan SWB memiliki hubungan yang linear.

1.3.3. Uji Multikolinearitas

Tabel. 4.12 Nilai Tolerance dan VIF

School connectednessdan dukungan sosial teman sebaya

Adapun nilai tolerance dan VIF school connectedness dan dukungan sosial teman sebaya dapat dilihat pada tabel 4.12. Angka VIF school connectednessdan dukungan sosial teman sebaya di sekitar angka 1. Demikian juga nilai tolerance mendekati 1. Dengan demikian, model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinearitas. Hasil korelasi antar variabel yang juga dapat digunakan untuk melihat terjadinya multikolinearitas dapat dilihat pada halaman berikut:

DTS Linearity 8907,119 1 8907,119 96,961 ,000

Deviation from

Linearity

1417,872 25 56,715 ,617 ,919

Within Groups 11942,232 130 91,863

Total 22267,223 156

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 SC ,998 1,002

DTS ,998 1,002

(13)

Tabel 4.13 Koefisien korelasi

school connectednessdan dukungan sosial teman sebaya

Dari hasil di atas, terlihat koefisien korelasi antar variabel bebas sebesar -0.40 jauh di bawah 0.50. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.

1.3.4. Uji Heterokedastisitas

Gambar 4.2

Coefficient Correlationsa

Model DTS SC

1 Correlations DTS 1,000 -,040

SC -,040 1,000

Covariances DTS ,009 ,000

SC ,000 ,009

(14)

Dari grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskdastisitas.

1.4. HASIL ANALISA DATA

Uji hipotesis : school connectedness dan dukungan sosial teman sebaya secara simultan menjadi prediktor SWB siswa.

Hasil uji school connectedness, dukungan sosial teman sebaya dan SWB dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14

Hasil Uji ANOVA

school connectednessdan dukungan sosial teman sebaya terhadap SWB

Dari tabel, didapat nilai F hitung sebesar 149.898 dengan tingkat signifikansi 0.000. Oleh karena probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi SWB.

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa scchool connectedness (X1) dan dukungan sosial teman sebaya (X2) secara simultan menjadi prediktorsubjective well-being(Y).

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14710,628 2 7355,314 149,898 ,000a

Residual 7556,595 154 49,069

Total 22267,223 156

a. Predictors: (Constant), DTS, SC

(15)

Tabel 4.15

Hasil Analisa Regresi X1 & X2 terhadap Y

Model Summary

a.

Predictors: (Constant), DTS, SC

Dari tampilan PASW Statistic 18 di atas, besarnya R square (R2) adalah 0.661. Hal ini berarti bahwa 66.1% dari variasi yang terjadi pada Y dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen, yakni school connectednessdan dukungan sosial teman sebaya, sedangkan sisanya 33.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan karena berada di luar jangkauan penelitian.

Selanjutnya, ringkasan sumbangan efektif dari tiap prediktor dapat dilihat pada tabel 24, di manaschool connectednessmemberi pengaruh yang signifikan, yakni sebesar 27.3% ( = 1.004) dan dukungan sosial teman sebaya memberi pengaruh yang signifikan yakni sebesar 38.8% ( =

1.235).

Proses perhitungan sumbangan efektif dari tiap variabel digunakan

rumus sebagai berikut:

SE X1 = nilai x koefisien korelasi X1Y x 100% SE X2 = nilai x koefisien korelasi X2Y x 100%

Model

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

(16)

Tabel 4.16

Ringkasan Sumbangan Efektif tiap Prediktor

Keterangan Sumbangan Efektif

Variabelschool connectedness 27.3% Variabel dukungan sosial teman

sebaya

38.8%

Total 66.1%

Selanjutnya pada tabel 4.17 berikut merupakan hasil uji signifikansi parameter individual:

Tabel 4.17

Hasil uji t X1 dan X2 terhadap Y

Dari tabel dapat diketahui bahwa signifikansi school connectedness sebesar 0.000 dan angka ini berada di bawah 0.05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa X1 secara parsial menjadi prediktor yang signifikan terhadap ( = 10,875, < 0.05) dan X2 juga secara parsial menjadi

prediktor yang signifikan terhadap ( = 13,026, < 0.05).

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,133 6,827 ,019 ,984

SC 1,004 ,092 ,511 10,875 ,000

DTS 1,235 ,095 ,612 13,026 ,000

(17)

Merujuk pada tabel 4.17, dapatlah disusun suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Y = + 1 + 2

= 0.133+ 1.004 School Connect. + 1.235 Dukungan Sosial Teman Sebaya

Keterangan:

• Konstanta sebesar 0.133 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai variabel SWB sebesar 0.133.

• Koefisien regresi school connectedness sebesar 1.004 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan school connectedness akan berdampak pada meningkatnya SWB sebesar 1.004 satuan juga.

• Koefisien regresi dukungan sosial teman sebaya sebesar 1.235 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan dukungan sosial teman sebaya akan berdampak pada meningkatnya SWB sebesar 1.235 satuan juga.

4.5 PEMBAHASAN

Hipotesis yang menyatakan bahwa school connectedness dan dukungan sosial teman sebaya secara simultan menjadi prediktor subjective well-beingdinyatakan diterima. Hal ini berarti bahwaschool connectedness dan dukungan sosial teman sebaya bersama-sama menjadi prediktor bagi subjective well-beingsiswa. Hal ini diduga disebabkan para guru dan sekolah memberikan lingkungan yang mendukung siswa dalam berinteraksi maupun

(18)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dari Huan, Chiang, Huang & Hu (2008), Rees, Bradshaw, Haridhan & Keung (2010), dan Lau & Li (2011) yang mengungkapkan bahwa keterhubungan yang baik antara siswa dengan sekolahnya, khususnya dengan para guru dan dukungan baik yang diterima dari teman cenderung menunjukkan bahwa siswa memiliki SWB yang tinggi dan dapat meningkatkan perkembangan mereka kearah yang lebih positif. Lebih daripada itu, school connectedness, dan dukungan teman sebaya secara positif berpengaruh terhadap SWB, khususnya emotional well-being siswa (Bond dkk., 2007). Remaja yang tidak memiliki hubungan dengan sekolah atau mereka yang memiliki hubungan yang buruk dengan guru/teman sebaya, cenderung menggunakan narkoba dan terlibat dalam perilaku sosial

yang menyimpang, melaporkan timbulnya gejala-gejala depresi, memiliki hubungan yang buruk dengan orang dewasa lainnya, dan seringkali gagal dalam sekolah (Bond dkk., 2007).

Dukungan yang diterima dari teman maupun keterhubungan siswa dengan sekolahnya, memberikan dampak besar bagi SWB-nya secara umum. Hal ini menjadi penting untuk dipahami dalam rangka pengembangan diri siswa sebagai individu.

(19)

kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam hidup (dukungan sosial dari teman dan keterhubungan dengan sekolah) memberikan kenyamanan dan mendukungnya secara positif, sehingga secara umum siswa merasa puas dan bahagia. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada seseorang dalam menilai kepuasan dirinya dalam domain-domain tertentu dan perasaan yang dialami berkaitan dengan kepuasan tersebut akan memengaruhi kepuasan hidup dan kebahagiannya secara umum. Dengan kata lain, school connectedness dan dukungan sosial teman sebaya sama-sama menjadi prediktor yang signifikan bagi subjective well-being siswa. Kedua variabel itu merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh terhadap SWB siswa namun juga berdampak pada perasaannya. Teori bottom-up melihat bahwa domain-domain penting dalam kehidupan seseorang sebagai individu

perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kesehatan mental dan well-being-nya. Dalam hal ini, pada masa remaja, sekolah dan lingkungan pertemanan merupakan dua lingkungan penting selain keluarga yang menjadi fokus utama pertumbuhan dan perkembangan remaja. Dua lingkungan ini bisa memberikan dampak yang positif maupun negatif pada remaja tergantung perlakuan yang mereka terima dari lingkungan tersebut. Teori top-down melihat bahwa, perasaan-perasaan menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang dialami seseorang dalam kehidupannya memberi pengaruh kebahagiaannya. Sehingga apabila seseorang puas dan senang maka SWB-nya tinggi (Diener, 2008). Sejalan dengan teori di atas, maka dari penelitian ini bisa dilihat bahwa dukungan sosial teman sebaya dan school connectedness yang diterima membuat siswa merasa bahagia dan dengan begitu memberi pengaruh pada SWB-nya.

(20)

nyaman, bahagia, dan bisa berkembang dengan baik apabila lingkungannya, dalam hal ini sekolah dan teman memberikan dukungan yang positif bagi perkembangan tersebut.

Disamping school connectedness dan dukungan sosial teman sebaya yang secara simultan menjadi prediktor SWB, namun secara parsial masing-masing menjadi prediktor yang signifikan bagi SWB siswa. Hasil ini dapat dilihat melalui uji t pada tabel 25, yang memperlihatkan bahwa school connectednessmenjadi prediktor yang signifikan ( = 1.004) dan dukungan sosial teman sebaya ( = 1.235). Dari hasil tersebut, bisa dilihat bahwa

dukungan sosial teman sebaya memiliki nilai signifikan yang lebih tinggi dibandingkan school connectedness, sehingga bisa dinyatakan bahwa siswa akan merasa lebih bahagia, nyaman dan memilikisubjective well-beingyang tinggi apabila mereka mendapatkan dukungan dari teman sebayanya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Davis, Morris dan Kraus (dalam Whitney, 2010) yang menemukan bahwa dukungan sosial dari teman merupakan dukungan sosial yang paling kuat berasosiasi dengan well-being siswa. Selain itu, studi yang dilakukan Chou (1999) juga menemukan adanya hubungan positif antara dukungan sosial dari teman dansubjective well-beingsiswa. Dukungan-dukungan yang diberikan, baik dalam bentuk dukungan emosional, informasi, penilaian, dan instrumental, sesuai dengan aspek dari House (dalam Cohen dkk., 2000; Heaney & Israel Glanz dkk., 2008) ternyata memiliki arti penting bagi seseorang, khususnya dalam peningkatan SWB-nya. Terlebih bagi siswa yang mana dalam masa remaja-nya lebih banyak menghabiskan waktu dan membagi permasalahan mereka bersama dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tuanya (Chou, 1999; Scholte & Van Aken, 2006). Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari

(21)

teman tidak memberikan efek yang penting pada level SWB seseorang, dengan demikian dukungan sosial yang diterima dari teman tidak menjadi prediktor SWB. Sebaliknya, dukungan sosial yang diterima dari keluarga menjadi prediktor yang signifikan untuk SWB siswa.

Selain dukungan sosial teman sebaya, dalam penelitian ini ditemukan bahwa school connectedness juga menjadi prediktor SWB siswa. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Resnick dkk., (1997), Carter dkk., (2007), Bond dkk., (2007), Shochet (2006), Eccles (1997). Hasil dari penelitian-penelitian ini menggarisbawahi pentingnya school connectedness bagi SWB siswa dan peningkatan prestasi siswa. School connectedness memberi pengaruh pada kesehatan mental siswa. Oleh karena itu tindakan yang dilakukan oleh para guru dan staf

lainnya di sekolah untuk menolong siswa agar merasa dihargai dan merasa terhubung dengan sekolahnya menjadi sangat penting. Menurut Leary dan Baumeister (dalam McGraw dkk., 2008) rasa keterhubungan merupakan motivasi fundamental yang berfungsi dalam berbagai seting dan memberi pengaruh pada aspek kognitif dan emosi seseorang. Pengalaman menyenangkan dan rasa memiliki yang diperoleh siswa di sekolah memiliki implikasi penting bagi emotional well-being-nya dan kesuksesannya di sekolah (Resnick dkk., 1997; Roeser dkk., 2000; Wingspread Conference, 2004).

(22)

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Uji normalitas
tabel dapat dilihat bahwa nilai F sebesar 96.961 dengan signifikansi 0.000 ( &lt; 0.05)  dan  nilai  F  beda  sebesar  0.617, &gt; 0.05, maka  dapat disimpulkan  bahwa  dukungan  sosial  teman  sebaya  dan  SWB  memiliki hubungan yang linear.
Tabel 4.13 Koefisien korelasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Saat itu nama Muhajir ada bersama nama mantan menteri pendidikan di kabinet Gotong Royong Malik Fadjar dan juga Safiq Mugni, Ketua PWM Muhammadiyah Jawa Timur saat ini dan

Kelompok Kerja (Pokja) Bantuan Peningkatan Infrastruktur Transportasi Jalan Non Status di Kabupaten

[r]

Demikian Pengumuman ini dibuat untuk dimaklumi.. Pokja Pengadaan

[r]

Pembangunan sektor pertanian tanaman pangan arti luas akan memberikan dampak terbesar dalam meningkatkan output yang dihasilkan oleh perekonomian Provinsi Jawa Timur secara

Teman-teman kuliah seangkatan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum, Program Pascasarjana, Universitas Jember, yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu,