ANALISIS STRUKTUR WAWACAN SURYA
NINGRUM
PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA CARITA
BUHUN
DI SMA KELAS XII
Nurlaelasari
1,Ruhaliah
2, Agus Suherman
3Email: nurlaela_sarii@yahoo.com, ruh_2006@yahoo.com, agusuherman@yahoo.com Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,
Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Ieu panalungtikan miboga tujuan pikeun ngadéskripsikeun, nyusuntransliterasi, jeung nganalisis wawacan Surya Ningrum,sarta dijadikeun bahan ajar. Métode nu digunakeun nya éta métode déskriptif. Téhnik nu digunakeun nya éta téhnik dokuméntasi jeung téhnik tala’ah pustaka. Fakta carita nu kapaluruhdina naskah Surya Ningrum nya éta: (1) Tokoh carita anu kabagi kana tilu bagian, nya éta tokoh utama, tokoh kadua, jeung tokoh tambahan. (2) Galur nu digunakeun nya éta galur mérélé nu dimimitian nyaritakeun karajaan Banurungsih nu dipingpin ku Raja Surya Nagara. (3) Latar kabagi jadi tilu, nya éta latar tempat mangrupa nagri Banurungsih, nagri Erum, jeung nagri Nusantara. Latar waktu nya éta mangrupa beurang, peuting, subuh, isuk-isuk, jeung magrib, jeung latar suasana nya éta mangrupa suasana perang, senang, sedih, bingung, sangsara. (4)Téma nu nyangkaruk dina wawacan ieu nya éta nyaritakeun hiji kasatiaan Surya Ningrum ka Surya Ningrat jeung marebutkeun karajaan Banurungsih. Panalungtikan ieu bisa méré mangpaat pikeun budaya Sunda, hususna dina carita wawacan,sarta bisa dijadikeun bahan ajar di sakola jeung di kuliahan.
1Penulis Utama
2 Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2
ANALISIS STRUKTUR WAWACAN SURYA
NINGRUM
SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARANMEMBACA
CERITA BUHUN
DI SMA KELAS XII
Nurlaelasari
1,Ruhaliah
2, Agus Suherman
3Email: nurlaela_sarii@yahoo.com, ruh_2006@yahoo.com, agusuherman@yahoo.com
Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mentransliterasi, dan menganalisis wawacan Surya Ningrum, serta dijadikan bahan ajar. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Teknik yang digunakan yaitu teknik dokumentasi dan teknik studi pustaka. Peneliti menemukan fakta cerita: (1) Tokoh cerita yang bisa dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu tokoh utama, tokoh kedua, dan tokoh tambahan. (2) Alur maju dalam cerita ini yaitu menceritakan kerajaan Banurungsih yang dipimpin oleh Surya negara. (3) Latar, yang terbagi ke dalam tiga latar, yaitu latar tempat berupa negri Banurungsih, negri Erum, dan negri Nusantara.Latar waktu terbagi ke dalam dua yaitu latar waktu sebentar dan waktu lama, dan latar suasana berupa suasana perang, senang, sedih, bingung, sengsara. (4) Tema dalam wawacan yaitu kesetiaan Surya Ningrum terhadap Surya Ningrat serta dilengkapi dengan kisah memperebutkan negri Banurungsih. Penelitian ini bermanfaat dan berguna untuk budaya Sunda, hususnya dalam cerita wawacan,serta bisa dijadikan bahan pembelajaran di sekolah ataupun di perkuliahan.
1Penulis Utama
2 Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2
THE ANALYSIS OF WAWACAN OF SURYA
NINGRUM
INTENDED FOR THE TEACHING MATERIAL
OF CARITA BUHUN
IN CLASS XII OF SENIOR HIGH SCHOOL
Nurlaelasari
1,Ruhaliah
2, Agus Suherman
3Email: nurlaela_sarii@yahoo.com, ruh_2006@yahoo.com, agusuherman@yahoo.com Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,
Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRACT
This research aims at describing, translating, and analyzing the Surya Ningrum wawacan, as well as to make it for the teaching material. The method of this research is descriptive method in which the technique is around documentation and labory study technique. The researcher finds the fact of the story: (1) The character can be devided into three parts. They are the main character, the second character and additional characters. (2) The plot in this story describes the forward story which tells about Banurungsih Kingdom whose leader is Surya Negara. (3) The setting is devided into three kinds. They are first is about the place which focuses on the Banurungsih, Erum and Nusantara countries. While the second part is about time which is described in a short and a long times. The last is the situation setting which describes about war, happiness, sadness, confuse und misery. (4) The theme in this Wawacan is the loyalty of Surya Ningrum towards Surya Ningrat which is completed with the story of a fight and rebute for Banurungsih Country forcely. This Research is beneficial for the Sundanese culture, especially in the story of wawacan as well as it can be also has the advantage for the learning process at school and the college.
Key words: wawacan, structure, reading’s study material
1Writer
2Coresponden writer 3Coresponden Writer
Naskah Sunda mempunyai peran penting untuk kehidupan masyarakat Sunda, diantaranya sejarah, agama, adat-istiadat, mantra, paririmbon, sastra, dan sebagainya. Kini naskah-naskah Sunda
tidak diperhatikan, sebab banyak
masyarakat yang tidak bisa membaca naskah Sunda. Serta naskah juga dianggap sebagai barang sakral. Oleh karena itu,
terdapat beberapa cara untuk
menyelamatkan naskah, diantaranyadengan diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan cara ditransliterasi, dianalisis, dan bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
Sebenarnya karya sastra sudah dikenal oleh masyarakat sebelum masyarakat mengenal studi sastra. Oleh karena itu, karya sastra merupakan hasil budaya leluhur yang harus dijaga dan dipelihara.
Adanya maksud masyarakat untuk
melestarikan karya sastra yaitu tidak
mempengaruhi perkembangan sastra.
Sedangkan ada beberapa yang harus diperhatikan oleh masyarakat untuk melestarikan naskah diantaranya yaitu mendokumentasikan karya sastra buhun yang bersifat lisan atau tulisan. Dalam dokumentasi ini, karya sastra buhun ada yang sifatnya tulisan, yaitu bentuk naskah. Sebelum adanya buku yang dicetak, masyarakat Indonesia sudah mengenal dengan bentuk naskah.
Baried (1985:54), naskah yaitu
“Objek penelitian filologi yang konkret yang berupa tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan hasil budaya bangsa masa lampau”
Dalam pengertian di atas, naskah merupakan objek filologi yang sifatnya
konkret. Penelitian wawacan perlu
diadakan untuk melestarikan naskah yang berada di masyarakat. Kenyataannya, begitu sulit meneliti naskah yang berupa koleksi pribadi dikarenakan adanya anggapan bahwa naskah merupakan barang
sakral. Sehingga naskah tersebut
disembunyikan.
Dilihat dari isinya, naskah Sunda
banyak divariasikan dalam bentuk
wawacan. Wawacan yaitu cerita dalam bentuk dangding, ditulis dalam bentuk pupuh. Wawacan merupakan karya sastra buhun yang dipengaruhi oleh sastra Jawa, karena pupuh yang berbentuk cerita dalam wawacan berasal dari Jawa. Wawacan biasanya dibaca dengan cara ditembangkan
pada pertunjukan seni beluk
Iskandarwassid (2003:168).
Wawacan berasal dari kata ”baca” yang artinya segala sesuatu yang berupa bacaan atau yang biasa dibaca (Rosidi,2011:11).
Struktur merupakan pendekatan yang menekankan pada karya sastra yang bersifat otonom (Koswara, 2007:13). Struktur merupakan karya sastra yang memahami makna dari rangkaian cerita, struktur yang membangunnya, serta tidak lepas dari pengarangnya, latar belakang sejarah, dan kemampuan pembaca.
Unsur-unsur yang membangun cerita menurut Stanton (2012:22), yaitu (1) tema cerita; (2) fakta cerita (tokoh, alur, latar); dan (3) sarana cerita (sudut pandang, gaya bahasa dan suasana).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan wawacan Surya Ningrum.
Desain atau langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan
wawacan Surya Ningrum, (2)
mentransliterasi wawacan Surya Ningrum, (3) menganalisis teks, (4) kesimpulan, dan (5) menyusun dalam bentuk laporan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu orang yang meneliti (human instrumen) (Sugiono, 2008:306).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Naskah Surya Ningrum merupakan naskah yang terbilang kuno, teks dalam naskah menggunakan bahasa Sunda dan memakai aksara Pegon. Dalam bahan naskah menggunakan kertas putih dan tebalnya 365 halaman. Warna kertasnya kekuningan yang sudah lama. Tinta yang digunakan warnanya hitam, sedangkan tinta warna merah untuk tanda baca.
Dalam wawacan Surya Ningrum terdapat 14 jenis pupuh, yaitu pupuh
asamarandana, sinom, dangdanggula,
kinanti, durma, pucung, pangkur, gambuh, wirangrong, magatru, maskumambang, juru demung, mijil, dan lambang. Keseluruhan teks tersebut berjumlah 1.271 bait.
Naskah merupakan koleksi keluarga Apih Usin, yang bertempat di Kampung Tugu, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Naskah ini
digunakan untuk acara pernikahan,
danhitanan. Cara membaca wawacan yaitu dengan ditembangkan dari jam 20.00 sampai jam 05.00 WIB.
Naskah ini tebalnya 365 halaman. Hasil transliterasi naskah secara umum bisa dilihat dari beberapa kutipan di bawah:
PUPUH ASMARANDANA //Bismilahirohmanirohim
‘aliyil adzim.
1. Sim kuring mimiti nulis, waktu pukul dua belas, dinten Jum’ah mimiti téh, ari dina tanggalna mah, duka sabaraha tanggal. basa nulad bulan Mulud, ku kuring anu ka étang. 2. Perkawis hijrotun Nabi,
ku kuring henteu diétang, ngan mugi dima’lum baé, sabab kuring kahilapan, yaktosna mah hanteu terang, perkawis hijrahna tahun, tina langkung ka jahilan. 3. Ari ieu nu ditulis,
carios Surya Ningrat, sadayana dicarios,
beunang nurun na hikayah, éweud pisan nya mikiran, nyarios basa Malayu, disalin dijieun Sunda.
Naskah ini menceritakan Negri Banurugsih, yang dipimpin oleh Surya Negara Maraton. Nama Panglimanya Raja Duryan. Raja Surya Negara mempunyai anak satu yang bernama Surya Ningrat, umurnya empat belas tahun. Surya Ningrat dijodohkan ke salah satu putri yang begitu cantik yaitu Surya Ningrum.
Setelah menyerahkan kerajaan, ayah Surya Ningrat terkena penyakit yang begitu parah, sampai meninggal dunia. Raja Duryan yang menjadi panglima sangat senang ketika mendengar berita bahwa Surya Negara Maraton meninggal, sebab Raja Duryan menginginkankekuasan Surya Ningrat dan merebut Surya Ningrum.
Raja Duryan menentang perang ke Surya Ningrat.Waktu perang, Surya Ningrat kalah oleh Raja Duryan. Pada suatu hari Raja Duryan dan tentaranya mengadakan pesta, sedangkan Surya Ningrum tidak tahu bahwa Surya Ningrat kalah dari perang. Tidakdisengaja Surya Ningrum mendengar pembicaraan Raja
Duryan, bahwa Surya Ningrat kalah dari perang dan dimasukkan ke dalam penjara. Surya Ningrum langsung membaca mantra. Semua tentara dan Raja Duryan tertidur oleh Surya Ningrum.
Diceritakan Surya Ningrat dan Surya Ningrum keluar dari penjara. Raja Duryan marah dan merintahkan kepada tentaranya untuk mencari Surya Ningrat dan Surya Ningrum. Suatu hari Surya Ningrat dan Surya Ningrum menuju sungai, yang dijaga oleh Ki Langlaung, pekerjaan Ki Langlaung yaitu membatu menyebrangi orang-orang. Surya Ningrat orang yang pertama disebrangi oleh Ki Langlaung. Waktu di tengah, Surya Ningrat dipukul dengan tongkat yang terbuat dari besi lalu dihanyutkan ke sungai.
Suatu hari Surya Ningrum mencari suaminya, yang pada ahirnya Surya Ningrum ke salah satu gua. Sampailah Surya Ningrum di gua dan bertemu dengan Seh Rukmin yang sedang bersemedi. Seh Rukmin merintah kepada Surya Ningrum supaya mengubah wujud menjadi lelaki, sebab banyak lelaki yang tergila-gila oleh kecantikannya, dan merebut kembali Kerajaan Banurungsih. Setelah Surya Ningrum diberi baju yang bernama sutra jenar meri. Langsung berwujud lelaki. Seh Rukmin memberi nama ke Surya Ningrum Jaya Rukmantara.
Diceritakan di Negri Erum, yang dipimpin oleh Raja Mangkurat. Raja Mangkurat mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Ratna Wulan. Suatu hari Ratna Wulan mendapat penyakit yang begitu serius, sehingga Ratna Wulan tidak bisa bicara. Setelah mendengar bahwa Ratna Wulan tidak bisa bicara, Raja
Mangkurat langsung mengadakan
saembara siapa saja yang menyembuhkan anak ku sampai sembuh kembali, maka akan dijodohkan dan diwariskan kerajaan Negri Erum.
Diceritakan Jaya Rukmantara
mendengar saembara, lalu ikut saembara
tersebut dan ahirnya berhasil
menyembuhkan Ratna Wulan. Sehingga
Ratna Wulan sembuh kembali, Jaya Rukmantara dengan Ratna Wulan menikah.
Surya Ningrat/Jaya Rukmantara
bermimpi bertemu dengan Seh Rukmin. Seh Rukmin menyuruh supaya membuat gambar yang sama seperti Surya Ningrat waktu ditembak oleh Raja Salkam, dan gambarnya disimpan di alun-alun. Siapa saja yang menangisi gambar tersebut, maka orang tersebut harus dibawa ke kerajaan.
Diceritakan Surya Ningrat berjalan menuju ke alun-alun. Disana Surya Ningrat melihat gambar, dan teringat ketika ditembak oleh Raja Salkam. Surya Ningrat merangkul gambar dan menangis,setelah itu Surya Ningrat dibawa oleh tentara ke kerajaan. Surya Ningrat diperiksa oleh Jaya
Rukmantara, dan Jaya Rukmantara
mengetahui bahwa kakek tua ini namanya Surya Ningrat. Hati Jaya Rukmantara luluh setelah melihat keadaan suaminya yang teraniyaya.
Jaya Rukmantara menceritakan kepada Ratna Wulan, bahwa selama ini dia
menyamar sebagai lelaki. Setelah
menceritakan semuanya Surya Ningrum langsung berubah menjadi perempuan. Ratna Wulan menikah dengan Surya Ningrat, dan kerajaan dipimpin oleh Surya Ningrat.
Di suatu malam, Surya Ningrum bermimpi kedatangan Seh Rukmin. Seh Rukmin memberi tahu, waktu Surya Ningrat perang dengan Raja Duryan. Panah yang menerjang ke langit, sekarang berada di Negri Nusantara. Negri Nusantara yang dipimpin oleh perempuan yang sangat gagah yaitu Ratu Jembawati. Suatu hari Surya Ningrat memerintahkan kepada tentara supaya mengambil panah tersebut. Tentara sudah sampai di Negri Nusantara, Ratu Jembawati menantang perang kepada Surya Ningrat. Disanalah Surya Ningrat perang bersama Ratu Jembawati.Sebelum perang Ratu Jembawati mengubah wujud menjadi lelaki, yaitu Perbu Guna. Perbu Guna dan Surya Ningrat saling membunuh yang ahirnya Perbu Guna pingsan dan
sangat cantik.
Surya Ningrat kaget ketika melihat musuhnya selama ini perempuan yang begitu cantik. Perang antara Jembawati dengan Surya Ningrat bukan menjadi perang tanding, malah perang bercumbu di depan Surya Ningrum. Ketika melihat, Surya Ningrum kesal dan ahirnya Surya Ningrum turun ke medan perang. Jembawati dengan Surya Ningrum perang, dan mereka saling menusuk. Perang tersebut dimenangkan oleh Surya Ningrum. Jembawati takluk kepada Surya Ningrum.
Surya Ningrum, merintahkan kepada Jembawati supaya membawa kepala Raja Duryan yang licik, dan dia berada di Negri Banurungsih. Setelah itu, Jembawati meminta ijin kepada Surya Ningrat. Suatu hari, Raja Duryan bersama tentaranya mengadakan pesta di Negri Banurungsih.
Sesampai di Negri Banurungsih,
Jemabawati berkata hey Duryan, kami Jembawati dari Negri Nusantara. Kami utusan Surya Ningrat supaya membunuh yang namanya Duryan. Raja Duryan kesal mendengar itu, dan akhirnya Raja Duryan dan Jembawati saling bunuh, setelah saling bunuh Raja Duryan kalah oleh Jembawati.
Diceritakan Surya Ningrum yang menjadi ratu, dan kini menjadi panglima. Surya Ningrat merintahkan kepada tentara-tentaranya supaya berkumpul di kerajaan. Surya Ningrat berkata, sekarang perjalanan kita sudah selesai sampai disini, dan semua orang gembira. Akhirnya Surya Ningrat dan Surya Ningrum pulang ke Kerajaan Banurungsih.
Menurut Stanton (2012:22), unsur-unsurdalam cerita fakta yaitu (1) tema cerita; (2) fakta cerita (tokoh, alur, latar); dan (3) serana cerita (sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana).
Dalam pembahasan ini, peneliti membatasi dalam fakta cerita yaitu tokoh/watek, alur, latar, dan tema.
Dari hasil analisis, dalam wawacan Surya Ningrum yang menjadi pelaku terdapat 29 tokoh, yaitu pelaku utama
Ningrat, dan Raja Duryan), dan 26 pelaku tambahan (Raja Sombali, Raja Mangkurat, Ratna Wulan, Ratu Jembawati, Durselan, Raja Jenggi, Ki Langlaung, Séh Rukmin, Raja Salkam, Indrabumi, Perbu Kandi, Sanusa dan Sanusi, Raja Santika, Demang Mandalagiri, Raja Salyanagara, Raja Kanjung, Éyang Maduta, Surya Nagara, oray Sutra, oray Cindé, Raja Talkanda, naga Kisi, naga Warta, Raja Jiwangkara, Raja Mandataro,dan Mandalagiri).
Peran pelaku dalam wawacan ini terlalu banyak, jadi tidak semuanya dianalisis, yang dianalisis yaitu (1) Surya Ningrum; (2) Surya Ningrat; (3) Raja Duryan; (4) Ratna Wulan; (5) Ratu Jembawati; dan (6) Seh Rukmin.
Dalam cerita ini menggambarkan perwatekan Surya Ningrum yaitu setia, satria, dan pemberani. Surya Ningrat yaitu satria. Watek Raja Duryan dengki. Ratna Wulan yaitu mempunyai sifat setia dan
menghormati kepada suami. Ratu
Jembawati perempuan gagah dan
mempunyai jiwa pemberani. Dan Seh Rukmin yaitu mempunyai sifat bijaksana.
Di bawah ini merupakan contoh dari kutipan pelaku yang ada dalam cerita. Kutipan ini menggambarkan Surya Ningrat gagah.
(179) Surya Ningrat jeung Ponggawa, pengkereun Putri Dén Patih,
Patih diiring ponggawa, geus sumping ka Srimanganti, Raja Jenggi geus ningali, gagah ningal Ratna Ningrum, Radén Patih geuwat heuyap, calikkeun baé na korsi,
Ratna Ningrum énggal dicalikkeun pisan.
Alur yang digunakan dalam wawacan Surya Ningrum yaitu alur maju. Dalam alur ini terbagi ke dalam tiga bagian (1)
pembukaan. Menceritakan kerajaan
Banurungsih yang dipimpin oleh Raja Surya negara Maraton; Surya Ningrat menikah dengan Surya Ningrum; kerajaan
Banurungsih diwariskan kepada Surya Ningrat; ayah Surya Ningrat tertimpa penyakit dan ahirnya meningagal dunia; Raja Duryan yang licik merebut kerajaan
dan Surya Ningrum;Raja Duryan
menentang perang ke Surya Ningrat; Surya Ningrat kalah dari perang; Surya Ningrat keluar dari penjara oleh Surya Ningrat; Surya Ningrat keluar dari penjara oleh Surya Ningrum; Surya Ningrat dipukul oleh besi. Bagian (2) muncul masalah (konflik) yaitu,menceritakan kerajaan Erum yang dipimpin oleh Raja
Mangkurat yang mempunyai anak
perempuan yaitu Ratna Wulan; Surya Ningrum merubah wujud menjadi lelaki yang bernama Jaya Rukmantara; Jaya Rukmantara menikah dengan Ratna Wulan; Jaya Rukmantara bermimpi kedatangan Seh Rukmin; supaya membuat gambar Surya Ningrat waktu ditembak oleh Raja Salkam; menceritakan Surya Ningrat ke alun-alun dan menangisi gambar tersebut; Surya Ningrat dibawa oleh perjurit ke keratin; Jaya Rukmantara mengakui kepada Ratna Wulan bahwa selama ini dia
perempuan. Bagian (3) alur ahir,
menceritakan Surya Ningrum melahirkan anak laki-laki yaitu Surya Kanta; Surya Kanta ikut perang bersama Surya Ningrum; Surya Ningrum jaya waktu perang; dan ahirnya Surya Ningrat dengan Surya Ningrum mengadakan pesta di Negri Banurunsih.
Latar yang digunakan dalam wawacan ada tiga yaitu: latar tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat utama ada 3, yaitu (1). Negri Banurungsih, (2) Negri Erum, (3) Negri Nusantara. Selanjutnya di Negri Banurungsih dibagi lagi latar tempat yaitu: alun-alun, penjara, taman sari, gua, gunung, hutan. Di Negri Erum ada penjara, laut, hutan alun-alun, dan di Negri Nusantara ada latar taman bunga, hutan, dan penjara.
Di bawah merupakan kutipan dari latar tempat yang ada di Negri Banurungsih.
(07) Ngaran nagri Banurungsih,
ari kakasihna raja, Surya Nagara Maraton, ari nu jadi patihna, ………..
Latar waktu ada 25 yang terbagi menjadi dua yaitu latar titimangsa dan kurun waktu. Latar titimangsa yaitu malam, siang, magrib, pukul sepuluh, pagi, pukul delapan, opat jam, opat puluh kali, sore, sepuluh jam, pukul dua belas, pukul tujuh, pukul lima, pukul dua, pukul sembilan, pukul empat, pukul sebelas. Latar kurun waktu yaitu siang-malam, sebulan, dua tiga bulan, opat belas bulan, delapan puluh tahun.
Di bawah merupakan kutipan latar bersadarkan kurun waktu, ketika Surya Ningrat berpisah dengan Surya Ningrum sampai empat bulan.
(669) Sing éling saur kapungkur Engkang Perbu ka Simkuring tempo opat bulan téa
………..
Latar suasana dalam cerita ini yaitu suasana perang, bingung, senang, sedih.
Di bawah ini merupakan kutipan latar suasana perang, sebab banyakyang dibahas dalam wawacan ini yaitu suasana perang. (96) Lamun bareng perang pupuh,
mun apes sama sakali, Rayi montong heulaanan, anggur kajeun engké deui,
………..
Tema dalam wawacan Surya Ningrum yaitu menceritakan kesetiaan Surya Ningrum terhadap Surya Ningrat dan dilengkapi oleh memperebutkan Negri Banurungsih.
Setelah menganalisis, maka hasilnya disusun menjadi salah satu bahan pembelajaran membaca cerita buhun di SMA yaitu pengajaran membaca cerita buhun.
bentuk dangding, ditulis bentuk pupuh. Membaca wawacan yaitu dengan cara ditembangkan dari jam 20.00 nyampai jam 05.00. Acara ini sering dipakai ketika ada acara pernikahan, dan khitanan.
Dari hasil analisis, peneliti bisa menyimpulkan sebagai berikut:
1) naskah Surya Ningrum merupakan naskah yang terbilang kuno, teks dalam naskah menggunakan bahasa Sunda dan memakai aksara Pegon. Dalam bahan naskah menggunakan kertas putih dan tebalnya 365
halaman. Warna kertasnya
kekuningan yang sudah lama. Tinta yang digunakan warnanya hitam, sedangkan tinta warna merah untuk tanda baca.
2) dalam wawacan Surya
Ningrumterdapat 14 pupuh, yaitu
pupuh asamarandana, sinom,
dangdanggula, kinanti, durma,
pucung, pangkur, gambuh,
wirangrong, magatru,
maskumambang, juru demung, mijil, dan lambang. Keseluruhan teks tersebut berjumlah 1.271 bait. 3) wawacan Surya Ningrum dibahas
secara struktur yang terdapat fakta cerita (tokoh/watek, alur, latar, dan tema). Hasil analisis, terdapat 29 pelaku, pelaku utama(Surya Ningrum), pelaku kedua (Surya Ningrat dan Raja Duryan), dan 26 pelaku tambahan. Alur yang terdapat dalam wawacan Surya Ningrum yaitu alur maju, yang dimulai menceritakan Kerajaan Banurungsih yang dipimpin oleh Surya Negara Maraton. Latar yang terdapat dalam wawacan ini yaitu: latar tempat, waktu, dan suasana. Tema dalam wawacan ini yaitu
menceritakan kesetian Surya
Ningrum terhadap Surya Ningrat
dan dilengkapi dengan
memperebutkan Kerajaan
Banurungsih.
bahan pembelajaran yaitu dalam aspek membaca. Dalam aspek membaca ini bisa diterapkan ke dalam membaca cerita buhun di SMA kelas XII. Hal ini sudah disesuaikan dengan Kompetensi Initi dan Kompetensi Dasar (KI-KD).
DAFTAR PUSTAKA
Baried, S. B. et.al. (1985). Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Iskandarwassid. (2003). Kamus Istilah Sastra. Bandung: Geger Sunten. Koswara, D. (2007). Racikan Sastra.
Bandung: JPBD FPBS UPI.
Rosidi, A. (2011). Wawacan. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Stanton, R. (2012). Teori Fiksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D.
Bandung:Alfabeta