• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN KAPITA FIKS DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBAHASAN KAPITA FIKS DI INDONESIA"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan potensi– potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar, manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhannya. Semua aktivitas keseharian membutuhkan ilmu yang hanya didapat dengan belajar. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu hambatannya adalah rendahnya mutu pendidikan di negara ini, sehingga dengan adanya hambatan tersebut akan menjadikan sebuah tantangan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik dalam proses belajar, sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu setiap peserta didik, karena bagaimanapun juga setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

(2)

2 B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, berikut ini dipaparkan rumusan masalah dalam makalah, yakni sebagai berikut.

1. Bagaimana peristiwa dan ragam sumber belajar dalam pengembangan potensi diri?

2. Bagaimana ranah dan ragam hasil belajar sebagai wujud pengembangan potensi diri?

3. Bagaimana teori ragam teori dan gaya belajar dalam optimalisasi hasil belajar?

4. Bagaimana peristiwa pembelajaran untuk memasilitasi terjadinya prakarsa dan tindak belajar?

5. Bagaimana ragam variabel dan dimensi pembelajaran sebagai acuan perancangan dan pelaksanaan pembelajaran?

6. Bagaimana landasan psikologi dalam mencapai proses dan hasil pembelajaran bermakna?

7. Bagaimana teori pembelajaran yang dibangun berdasarkan hubungan antara variabel pembelajaran?

8. Bagaimana model pembelajaran berdasarkan psikologi yang melandasi? 9. Bagaimana model dan sintaks pembelajaran berlandaskan konstruktivistik

dalam bidang pendidikan kejuruan?

C.TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan tujuan penulisan makalah, yakni sebagai berikut.

1. Menjelaskan peristiwa dan ragam sumber belajar dalam pengembangan potensi diri.

2. Menjelaskan ranah dan ragam hasil belajar sebagai wujud pengembangan potensi diri.

3. Menjelaskan teori ragam teori dan gaya belajar dalam optimalisasi hasil belajar.

(3)

3 5. Menjelaskan ragam variabel dan dimensi pembelajaran sebagai acuan

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran.

6. Menjelaskan landasan psikologi dalam mencapai proses dan hasil pembelajaran bermakna.

7. Menjelaskan teori pembelajaran yang dibangun berdasarkan hubungan antara variabel pembelajaran.

8. Menjelaskan model pembelajaran berdasarkan psikologi yang melandasi. 9. Menjelaskan model dan sintaks pembelajaran berlandaskan konstruktivistik

(4)

4 BAB II

PEMBAHASAN

TOPIK 1

PERISTIWA DAN RAGAM SUMBER BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DIRI

A.PERISTIWA BELAJAR SEBAGAI WAHANA PENGEMBANGAN POTENSI DIRI

1. Pengaruh Peristiwa Belajar

Peristiwa pembelajaran adalah suatu dimana sesorang mengalami frase dalam proses mencari hal yang terkombinasi dan tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peristiwa Pembelajaran ini bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa aturan atau ketentuan dasar yang bila dilakukan secara konsisten, sesuatu yang ditentukan itu akan efektif atau sebaliknya. Prinsip pembelajaran merupakan aturan/ ketentuan dasar dengan sasaran utama adalah perilaku guru. Pembelajaran yang berorintasi bagaimana perilaku guru yang efektif.

(5)

5 mencukupi dapat memberikan nilai positif dalam pencapaian tujuan pendidikan. Adanya prasarana seperti media, alat pembelajaran, sumber bacaan dapat membantu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (65%). Demikian jelas bahwa hakekat pembelajaran dititik-beratkan pada berlangsungnya proses belajar dari siswa secara interaktif sehingga memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran juga ditekankan pada pengembangan dan penguasaan kompetensi tertentu oleh siswa. Hal demikian tentunya harus dipahami semua pihak terutama guru sebagai pelaksanan di garis depan dalam mengelola proses pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Dalam penelitian ini pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(6)

6 sebagai alat atau media dalam pengajaran seharusnya menjadikan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

B. RAGAM POTENSI DIRI SEBAGAI ENERGI BELAJAR 1. Pengertian Potensi Diri

Potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi, 2007:86). Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut (Wiyono, 2006:37). Dengan demikian potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.

Menurut Endra K Pihadhi (2004:6) potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal.Potensi diri yang dimaksud disini suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan diolah.

Sedangkan Sri Habsari (2005:2) menjelaskan, potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.

2. Jenis-Jenis Potensi Diri

Manusia memiliki beragam potensi diantaranya adalah sebagai berikut (Nashori, 2003:89):

a. Potensi Berfikir

(7)

7 karena ia memiliki potensi berfikir. Maka, dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran baru.

b. Potensi Emosi

Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memilki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung kepada keindahan.

c. Potensi Fisik

Adakalanya manusia memilki potensi yang luar biasa untuk membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh.Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik.

d. Potensi Sosial

Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajarnya, baik dalam dataran pengetahuan maupun ketrampilan.

Menurut Hery Wibowo (2007:1) minimal ada empat kategori potensi yang terdapat dalam diri manusia sejak lahir yaitu, potensi otak, emosi, fisik dan spiritual dan semua potensi ini dapat dikembangkan pada tingkat yang tidak terbatas. Ahli lain berpendapat bahwa manusia itu diciptakan dengan potensi diri terbaik dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lain, ada empat macam potensi yang dimiliki oleh manusia yaitu, potensi intelektual, emosional, spiritual dan fisik.

3. Ciri-Ciri Orang Yang Memahami Potensi Dirinya

Ciri orang yang memahami potensi dirinya bisa diukur atau dilihat dalam sikap dan perilakunya sehari-hari dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut La Rose (Sugiharso dkk, 2009:126-127) menyebutkan bahwa orang yang berpotensi memiliki ciri-ciri:

(8)

8 c. Berani melakukan perubahan secara total untuk perbaikan.

d. Tidak mau menyalahkan orang lain maupun keadaan. e. Memilki sikap yang tulus bukan kelicikan.

f. Memiliki rasa tanggung jawab . g. Menerima kritik saran dari luar.

h. Berjiwa optimis dan tidak mudah putus asa.

4. Mengembangkan Potensi Diri

Sebelum seorang melakukan pengembangan diri dalam rangka menggunakan dan mengoptimalisasi seluruh kemampuannya untuk mencapai kinerja yang unggul, ada beberapa cara untuk mengetahui, menilai atau mengukur dengan akurat berbagi kelebihan dan kelemahannya sebagai berikut:

a. Introspeksi diri (pengukuran individual)

Dalam cara ini, individu meluangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukannya, apa yang telah ia capai dan apa yang ia miliki sebagai suatu kelebihan yang dapat mendukung dan apa yang ia miliki sebagai suatu kekurangan yang menghambat tercapainya prestasi tinggi. Cara ini efektif bila individu bersikap jujur, terbuka pada dirinya sendiri, mau dengan sungguh-sungguh memperhatikan kata hati.

b. Feedback dari orang lain

Dalam cara ini seseorang meminta masukan berupa informasi atau data penilaian tentang dirinya dari orang lain. Masukan berupa umpan balik (feedback) ini meliputi segala sesuatu tentang sikap dan perilaku seseorang yang tampak, dipersepsi oleh orang lain yang bertemu, berinteraksi dengannya. Cara ini bertujuan untuk membantu seseorang menelaah dan memperbaiki.

c. Tes Psikologi

(9)

9 emosi, kepekaan perasaan, kemampuan membina relasi sosial) dan potensi kepemimpinan tingkah laku.

d. Tentukan tujan hidup

Tentukan tujuan hidup baik itu tujuan jangka waktu pendek maupun jangka panjang secara realistis. Realistis maksudnya sesuai dengan kemampuan dan kompetensi. Menentukan tujuan yang jauh boleh saja asal dikuti oleh semangat untuk mencapainya dan optimis.

5. Potensi Sebagai Energi

(10)

10 C. KONSEP SUMBER BELAJAR

Perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang bermakna tidak terlepas dari, dan harus terkait secara fungsional dengan sumber belajar. Pengalaman belajar yang bermakna menuntut adanya wawasan, pengetahuan, dan keterampilan guru-guru dan tenaga kependidikan yang handal dalam memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Guru bersama tenaga kependidikan yang lainnya adalah fasilitator dan dinamisator belajar siswa dan bertanggung jawab untuk mendorong semangat belajar siswa dengan menciptakan dan memelihara suasana belajar yang menyenangkan.

Kegiatan pembelajaran di sekolah perlu lebih memberi penekanan pada aktifitas belajar siswa secara aktif, kreatif, dan dinamis, baik secara perseorangan maupun kelompok. Kegiatan belajar seperti ini baru akan bisa terjadi dan menjadi kenyataan apabila peluang dan kesempatan belajar yang bersifat mandiri diberikan seluas-luasnya kepada para siswa. Dengan demikian guru perlu lebih memposisikan diri sebagai fasilitator dan dominisator kegiatan belajar siswa. Sulit kiranya tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara optimal apabila hanya mengandalkan pada jam pelajaran formal yang terbatas oleh ruang dan waktu dan berfokus pada proses penyamnpaian yang bahan ajar yang dilakukan oleh guru.

Secara organisator disekolah sudah tersedia unit layanan yang berfungsi untuk melayani kegiatan belajar siswa, yaitu perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja serta sarana dan fasilitas belajar lain yang dapat disediakan sekolah. Keberadaan unit-unit layanan tersebut justru dimaksudkan untuk lebih memperkaya proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Ketersediaan dan penggunaan sumber belajar secara tepat akan mampu membuka wawsan pemahaman para siswa dalam nuansa akademis yang dapat bertanggung jawabkan. Penggunaan sumber belajar dapat dilaksanakan baik pada jam pelajaran formal maupun dalam kesempatan lainnya dalam proses belajar mandiri.

(11)

11 Kenyataan ini terkait dengan implementasi dari “life skills” (keterampilan hidup) yang dibutuhkan peserta didik. Dikenal sebgai jenis dan ragam sumber belajar yang berada di dalam dan di sekitar sekolah. Untuk mempermudah pemahaman kita terhadap keberagaman sumber belajar tersebut, maka sumber belajar dapat dipilah sebagai berikut.

a. Sumber belajar dari lingkungan fisik.

Sumber belajar seperti ini terdiri dari keadaan alam dengan segala isinya (hewan, tumbuh-tumbuhan, cuaca, dan lain-lain; benda-benda nyata, seperti: ruma, tempat-tempat ibadah, pabrik, pelabuhan, termnal bus, dan lain-lain.

b. Sumber belajar dari lingkungan non fisik.

Jenis sumber belajar ini antara lain: kehidupan keluarga, kehidupan sosial budaya, ekonomi, politi, agama, ketatanegaraan, sistem pemerintahan dan swasta, industri

c. Sumber belajar yang disiapkan dan dirancang secara khusus di sekolah. Unit-unit yang ada di sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, sebagai subsistem pembelajaran.

Dari ketiga kelompok sumber belajar tersebut di atas terdapat sejumlah nilai-nilai yang banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran yang tersedia tersebut, diperlukan pengenalan, pemahaman penganalisaan, dan pemaknaan yang dikaitkan secara kontekstual dengan tujuan, program, dan materi pembelajaran yang harus dibahas di kelas. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kepekaan, daya kritis, sikap sosial, daya estetika, tanggung jawab moral. Kreatifitas belajar para siswa, serta peningkatan semangat belajar mereka.

Sumber-sumber belajar yang dapat digunakan pelajar untuk mendapatkan materi pembelajaran, antara lain:

(12)

12 2. Buku teks, sebagai sumber belajar, buku teks tidak selamanya harus satu jenis atau dari satu orang pengarang, melainkan hendaknya bervariasi agar mendapatkan materi pembelajaran yang luas

3. Dokumen kurikulum. Dokumen kurikulum penting bagi pengajar untuk digunakan sebagai sumber bahan belajar salain buku teks dan sumber-sumber lain. Dakumen kurikulum sangat penting sebagai pedoman untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pembelajaran yang harus diliputi. Pengajar harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci

4. Penerbitan berkala. Penerbitan berkala seperti surat kabar harian atau majalah yang terbit mingguan atau bulanan. Terbitan ini banyak berisikan informasi yang dapat dijadikan bahan ajar. Penyajiaannya menggunakan bahasa yang populer yang mudah dipahami, sehingga tidak terlalu menyulitkan siswa jika dijadika bahan belajar

5. Laporan hasil peneltian. Laporan hasil penelitian biasanya diterbitkan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, atau para penelti. Laporan hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan belajar yang aktual dan mutakhir. Bahan ini cocok untuk dipelajari oleh para guru untuk memutahirkan pengetahuan dan keterampilan dalam profesi keguruan.

6. Jurnal. Jurnal adalah penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Isinya adalah hasil penelitian atau hasil pemikiran yang sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan belajar. Hasil penelitian ini kebenarannya telah dikaji dan diuji. Sifat sumber belajar jurnal ini sama dengan laporan penelitian yang berbentuk monograf pada butir 5.

7. Nara Sumber. Nara sumber (human resource) adalah orang-orang yang mempunyai keahlian pada suatu bidang. Nara sumber itu antara lain:

a. Pakar atau ahli mata pelajaran yang dapat diminta nasehatnya tentang kebenaran materi pembelajaran dari segi ruang lingkup, urutan, atau kedalamannya.

(13)

13 [embelajaran tentang keuangan pada mata pelajaran IPS. Dokter hewan yang bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan beberapa jenis hewan dalam mata pelajatan IPA.

c. Pemanfaatan nara sumber ini bisa dihadirkan di kelas atau dikunjungi ke tempat kerja profesional tersebut.

8. Lingkungan. Lingkukngan ini seperti lingkungan alam, ekonomi, sosial, seni, budaya, teknologi, atau industri. Sebagai contoh, untuk mempelajari materi pelajaran tentang pertanian, maka peserta didik dibawa ke kingkungan sekitar persawahan. Untuk mempelajari tentang perdagangan, peserta didik dibawa ke pasar atau ke toko.

9. Internet. Internet dengan jaringan komputer (network) merupakan sumber belajar untuk mendapatkan segala macam bahan ajar. Bahan ajar tersebut bisa dictak atai dicopy.

Keberadaan sumber belajar dalam pendidikan memiliki fungsi tersendiri, yaitu: 1. Meningkatkan keberhasilan pembelajaran, karena pesertra didik belajar

lebih cepat namun tetap mampu menguasai materi pembelajaran.

2. Membantu pengajar untuk memanfaatkan waktu lebih efisien namun tetap mampu menguasai materi pembelajaran yang efektif.

3. Meringankan tugas pengajar dalm menyajikan informasi atau materi pembelajaran, sehingga perhatian pengajar lebih banyak memberikan dorongan dan motivasi belajar kepada peserta didik.

4. Mempermudah melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dalam belajar secara individual, karena peran pengajar secara individual, karena peran pengajar tidakdominan, melainkan mampu menciptakan kondisi atau lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri.

5. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kebutuha, kemampuan, bakat, dan minatnya, karena tersedianya sumber belajar yang telah dirancang sedemikian rupa oleh guru, sekolah, dan masyarakat.

(14)

14 8. Informasi dan bahan ajar yang disajikan tidak abstrak, namun lebih nyata

yang dialami peserta didik.

9. Memberikan informasi atau pengeahuan yang lebih luas tidak terbatas ruang, waktu, dan keterbatasan dunia.

Klasifikasi Sumber Belajar

Sebuah ilustrasi dimana ketika anda ingin menjelaskan tentang seekor binatang yang disebut gajah kepada siswa SD kelas awal. Atau anda ingin menjelaskan tentang kereta api kepada murid anda yang berada di kalimantan, irian, atau ditempat lain yang tidak ada kereta api, atau anda ingin menjelaskan tentang apa itu pasar terapung. Ada beberapa cara yang yang mungkin anda lakukan. Sebagai ilustrasi berikut beberapa contoh ril aktifitas pembelajaran ketika menghadapi tuntutan seperti diuraikan pada ilustrasi tersebut.

Cara pembelajaran yang pertama, anda akan bercerita tentang gajah, kereta api, atau pasar terapung. Anda bisa bercerita mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain, atau pernah melihat gambar ketiga objek itu, apabila murid anda tersebut sama sekali belum tahu, belum pernah melihat dari televisi atau gambar di buku misalnya, maka cukup sulit bagi anda menjelaskan hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut. Kalau anda seorang yang ahli bercerita, tentu cerita anda akan sangat menarik bagi para siswa. Namun tidak semua orang diberikan karunai kepandaian bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan menghabiskan waktu yang lama, pemahaman murid juga berbeda sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan kesalahan persepsi karena terjadi verbalisme dimana persepsi guru dan siswa tidak sama.

(15)
(16)

16 Gambar 2. Kerucut Pengalaman

Namun demikian untuk melakukan tipe pembelajaran yang membawa siswa pada objek nyata terkadang membutuhkan biaya dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Cara ini walaupun efektif tapi kurang efisien. Tidak mungkin, untuk belajar, semua orang harus mengalami secara langsung segala sesuatu yang dipelajari. Dengan demikian diperlukan kereatifitas guru untuk menjadikan pembelajaran lebih efisien namun hasilnya lebik efektif dengan berpijak pada prinsip pengalaman belajar Edgar Dale yang ditunjukkan pada gambar 1 dan 2. Cara kedua ini disebut juga pemanfaatan sumber belajar dengan menggunakan fasilitas yang sudah tersedia yang tidak secara khusus dirancang untuk pembelajaran namun dapat digunakan secara langsung (media by utilization)

(17)

17 kesalahan pemahaman, serta informasi yang anda sampaikan menjadi konsisten. Teori Cone of Experience, perlakuan pembelajaran dimana para siswa melihat dan mendengar (see and hear), akan menghasilkan perolehan pengetahuan dan pemahaman lebih dari 50% yang dapat dikatakan pembelajaran yang cukup berhasil.

Dari uraian mengenai tiga cara pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa, cara pertama menggunakan informasi verbal, cara kedua memanfaatkan pengalaman nyata, sedangkan cara ketiga adalah cara yang paling bijaksana dilakukan. Media kita perlukan agar lebih efektif dan efisien.

Melalui cara pembelajaran yang kedua dan ketiga, pada dasarnya guru telah menggunakan sumber belajar lain selain dirinya sebagai salah satu sumber belajar. Semakin guru merasakan pentingnya sumber belajar yang membantu pembelajaran maka semakin besar guru akan perlunya pengolahan alat bantu atau sumber pembelajaran. Pertumbuhan kesadaran ini bersifat gradual. Perubahan dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan media cetak , menjadi penyedia layanan sesuai permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori sesuai dengan beragamnya kemampuan individu untuk menyerap informasi; menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas. Selain itu, dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi serta ditemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut untuk dapat memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia, guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang.

(18)

18 sudah ada hanya tinggal menggunakan atau memanfaatkan (learning resource by utilization)

Learning resource by design adalah berbagai sumber belajar yang

dirancang dan diproduksi pengadaannya untuk kepentingan penyelenggaraan pembelajaran yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar seperti ini diharapkan dapat mengurangi kedudukan kepada peserta didik untuk mencari dan memperoleh informasi yang luas dan banyak sesuai dengan topik yang sedang dipelajarinya.

Learning resource by utilization or real word resource tidak khusus dirancang untuk kepentingan suatu pembelajaran tetapi memanfaatkan sumber belajar yang tersedia dalam dunia nyata untuk membantu proses pembelajaran, seperti pasar, toko, tokoh masyarakat, dan sebagainya. Pengklasifikasian lain untuk sumber belajar adalah terbagi menjadi enam kelompok, yaitu:

1. Pesan (Message)

Pesan (message), biasanya berupa perangkat lunak (software) seperti fakta, data/ide, atau informasi. Perangkat lunak ini disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik yang akan menerimanya. Perangkat ini bisa disajikan melalui hardware. Sumber belajar kelompok ini dimanfaatkan untuk menjawab pertanyaan apa yang disampaikan, yaitu pesan. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi yang berupa pesan.

2. Manusia (People)

(19)

cara-19 cara aman berlalu lintas. Sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berkomunikasi langsung dengan orang yang menjadi nara sumber untuk profesi, bidang atau ilmu tertentu.

3. Metode (Method)

Metode (method), yaitu kegiatan atau aktifitas menyampaikan pesan belajar. Misalnya, peserta didik mempelajari cara mengoperasikan komputer dengan metode belajar mandiri. Sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan dengan cara bagaimana pesan itu disampaikan, yaitu metode/cara pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi melalui teknik tertentu dengan berbagai bahan ajar yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik.

4. Bahan (Materials)

Bahan (materials,) yaitu bahan yang mengandung pesan belajar yang dapat dipelajari, seperti bahan tercetak antar lain: buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. adapula bahan-bahan yang tercetak, seperti bahan elektronik antara lain: televisi, radio, atau komputer. Sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan dengan apa pesan itu disampaikan, yaitu bahan. Proses pembelajaran jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi melalui bahan yang dikembangkan secara khusus.

5. Alat/Perlengkapan (Tool/Equipment)

Alat/Perlengkapan (Tool/Equipment) atau perangkat keras (hardware) sebagai media untuk menyajikan perangkat lunak (software.) Misalnya: proyektor LCD untuk menampilkan materi atau program yang terdapat pada video, televisi, komputer, dan sebagainya. Sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi menggunakan berbagai alat yang menunjang.

6. Lingkungan (Setting)

(20)

20 sebagainya. sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan di mana pesan itu disampaikan, yaitu lingkungan. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung di tempat atau lingkungan belajar tertentu.

Peranan Sumber Belajar

Sumber belajar yang baik adalah yang mempunyai peranan dan manfaat dalam penggunaannya diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menjembatani anak atau siswa dalam memperoleh pengetahuan (belajar). b. Mentransmisi rangsangan atau informasi kepada anak atau siswa (ungkapan

transmisi dalam konteks ini mempunyai dimensi banyak dan dapat dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan “apa, siapa, di mana, dan bagaimana”; pertanyaan-pertanyaan ini amat berguna sebagai alat bantu mengorganisasi dimensi sumber belajar

Manfaat Sumber Belajar

a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik; dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

(21)

21 e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan

informasi yang mampu menembus batas geografis.

D.HUBUNGAN BELAJAR DENGAN SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI

1. Hubungan Proses dan Sumber Belajar

Pemanfaatan sumber belajar secara optimal dapat mengembangkan dan melatih beberapa keterampilan siswa, seperti keterampilan mengumpulkan informasi, mengambil inti sari maupun mengorganisaikan informasi yang ada, dan pada akhirnya dapat membantu siswa dalam menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan kepada siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik, hubungan ini juga ikut berperan dalam pengembagan potensi yang dimilki siswa. Semakin banyak sumber belajar yang digunakan dalam belajar akan semakin baik hasil belajar dan pengembangan potensi yang diperoleh siswa. Hal ini memberi indikasi bahwa hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh keaktifan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada

Mengartikan hubungan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar. Dalam hal ini sumber belajar berperan penting dalam keaktifan siswa untuk mengolah potensi melalui pendayagunaan aktifitas belajar. Sumber belajar bahkan berubah menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu system instruksional yang lengkap sehingga berdampak pada pembelajaran yang bertujuan dan terkontrol.

(22)

22 perlu kiranya ada organisasi pengelolaannya. Dan mengingat kenyatan yang ada bahwa keterbatasan dana dan tenaga yang mendukung sumber-sumber belajar itu juga dipandang perlu adaya suatu strategi pengelolaan yang efektif dan efisien.

(23)

23 membiasakan siswa memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar dengan memberikan tugas-tugas yang tepat sehingga siswa merasa termotivasi dan berminat mengunjungi perpustakaan, serta diharapkan dalam proses belajar mengajar di kelas guru dapat menciptakan komunikasi yang baik dengan para siswa agar siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan atau sekolah, diharapkan kepada pihak sekolah khususnya kepala-kepala sekolah untuk memperhatikan berbagai faktor termasuk pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar dan kemampuan komunikasi interpersonal baik guru maupun para siswa, dan disarankan untuk menyediakan berbagai buku-buku atau refrensi yang relevan dan sesuai kebutuhan belajar siswa di perpustakaan sekolah, dan membudayakan minat baca dengan memanfaatkan perpustakaan yang ada.

E. DAFTAR RUJUKAN

Habsari, Sri. (2005). Bimbingan & Konseling SMA kelas XI. Jakarta: Grasindo. Majdi, Udo Yamin Efendi. (2007). Quranic Quotient. Jakarta: Qultum Media. Nashori, Fuad. (2003). Potensi-Potensi Manusia. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Prihadhi, Endra K. (2004). My Potensi. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Sugiharso, Sugiyono, Gunawan & Karsono.(2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo, Hery. (2007). Fortune Favor the Ready. Bandung: OASE Mata Air Makna.

(24)

24 TOPIK II

RANAH DAN RAGAM HASIL BELAJAR

SEBAGAI WUJUD PENGEMBANGAN POTENSI DIRI

A.HASIL BELAJAR SEBAGAI WUJUD PENGEMBANGAN POTENSI DIRI

Kata potensi merupakan serapan dari bahasa Inggris, yaitu potencial.Kata ini memiliki dua makna, yaitu (1) kesanggupan/kemungkinan, dan (2) kekuatan/tenaga.Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, potensi adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan, daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.Secara sederhana dapat diartikan bahwa potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi dalam Nurani 2014: 34).Jadi, potensi diri merupakan hal-hal yang ada pada diri yang dapat dikembangkan.

Hakekat Manusiamenurut Prayitno (2009: 13), dari dokumen yang dikumpulkan manusia yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan dirinya, kemampuan berfikir dan merasanya, kehidupan dan budayanya, kemampuan untuk merambah dan menguasai lingkungannya serta menjangkau daerah-daerah yang semakin luas, serta kemampuan spiritual sampai keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat ditarik kesimpulan tentang hakekat manusia, yang didalamnya terkandung harkat dan martabat manusia, yaitu bahwa manusia adalah, sebagai berikut.

1. Makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Makhluk yang paling indah dan sempurna dalam penciptaan dan pencitraannya.

3. Makhluk yang paling tinggi derajadnya. 4. Khalifah di muka bumi.

5. Pemilik hak-hak azasi manusia ( HAM ).

(25)

25 kehormatan dan menolak hal-hal yang merendahkan nilai-nilai kemanusiaan, kekhalifahan diselenggarakan melalui penguasaan dan pengelolaan atas sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kehidupan yang damai dan sejahtera dalam alam yang damai dan tenteram; dan hak asasi manusia dipenuhi melalui saling pengertian, saling memberi dan saling menerima serta saling melindungi, mensejahteraan dan membahagiakan. Dengan teraktualisasikannya hakekat dirinya, manusia akan dapat memenuhi kehidupan di dunia dan di akhirat sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu kehidupan yang mulia, bermartabat dan membahagiakan.

Prayitno (2009:15) menyatakan bahwa dalam kerangka HMM secara menyeluruh, aktualisasi kehidupan manusia berdasarkan hakekatnya itu, tidaklah berlangsung dengan sendirinya dan pula tidak sekedar tampak seperti apa adanya. Perhatikan bayi yang baru lahir, bayi secara hakiki dibekali kelima kaidah hakekat manusia sejak kelahirannya, namun tidak dengan sendirinya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berkompetensi diri dan berbudi tinggi, terhormat dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, berkemampuan mengelola kehidupan pribadi, lingkungan sosial dan alamnya, serta berpenampilan diri sesuai dengan hak-hak asasinya.Untuk aktualisasi hakekat manusia ini diperlukan upaya pengembangan atas diri bayi yang baru lahir itu, melalui tahap-tahap perkembangan sepanjang hayatnya.

Untuk pengembangan diri dan kehidupan selanjutnya, manusia dilengkapi dengan demensi-demensi kemanusiaan yang tidak lain juga cakupan wilayah HMM yang melekat pada diri individu itu. Dimensi-dimensi itu adalah:

1. Dimensi kefitrahan. Kata kunci yang menjadi isi dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan keluhuran.

2. Dimensi keindividualan. Kata kunci yang terkandung di dalam dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan.

3. Dimensi kesosialan. Kata kunci kandungan dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan.

(26)

26 5. Dimensi keberagamaan. Kata kunci dimensi keberagamaan adalah iman dan

taqwa.

Kelima dimensi kemanusiaan saling terkait.Dimensi kefitrahan menduduki posisi sentral yang mendasari keempat dimensi lainnya.Menurut Prayitno (2009:19) Kelima dimensi kemanusiaan tersebut merupakan satu kesatuan, saling terkait dan berpengaruh.Kelimanya pada dasarnya menyatu, berdinamika dan bersinergi sejak awal kehidupan individu, dalam perkembangan dirinya dari waktu ke waktu, sampai akhir kehidupannya.Kelimanya menuju kepada perkembangan individu menjadi manusia seutuhnya. Untuk memungkinkan perkembangan individu kearah yang dimaksud manusia dikaruniai oleh Sang Maha Pencipta lima jenis bibit pengembangan yang disebut pancadaya yaitu :

1. Daya takwa. Merupakan basis dan kekuatan pengembangan yang secara hakiki ada pada diri manusia ( masing-masing individu ) untuk mengimani dan mengikuti perintah dan larangan dari Tuhan Yang Maha Esa.

2. Daya Cipta. Bersangkut paut dengan kemampuan akal, pikiran, fungsi kecerdasan, fungsi otak.

3. Daya rasa. Mengacu kepada kekuatan perasaan atau emosi dan sering disebut dengan unsur afektif. Hal-hal terkait dengan suasana hati dan penyikapan termasuk ke dalam daya rasa.

4. Daya karsa. Merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu, secara dinamis begerak dari satu posisi ke posisi lain, baik adalam arti psikis maupun keseluruhan diri. Kemampuan atau keinginan berbuat atau will, dan semangat termasuk didalamnya prakarsa merupaan isi daya karsa.

5. Daya karya. Mengarah kepada dihasilkannya produk-produk nyata, yang secara langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan baik oleh diri sendiri, orang lain dan/atau lingkungan.

(27)

27 pembelajaran :learning to know, learning to do, learning to live together dan larning to be, pada dasarnya belum cukup untuk menumbuhkan harkat dan

martabat manusia seutuhnya. Masih perlu ditambah dengan learning to believe and to convince the almighty God.Dalam kehidupan belumlah bermakna menjadi

orang yang mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas, produktif, mampu bersosialisasi dan profesional bila tidak beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Iman dan taqwa menjadi dasar manusia untuk dapat hidup layak dan bermartabat.Pengembangan potensi diri dapat dilakukan dengan memaksimalkan kemampuan yang ada di dalam diri.Contohnya seperti melaksanakan pendidikan atau pembelajaran secara maksimal.

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, bab 1 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran seiring dengan perkembangan individu, agar individu secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(28)

28 Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman.Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek kognitif saja tetapi juga meliputi aspek afektif serta psikomotor. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu proses belajar akan menghasilkan suatu hasil belajar yang diakibatkan oleh adanya transfer belajar. Transfer belajar merupakan proses diferensiasi, integrasi, dan penciptaan pengetahuan baru dalam struktur kognitif pebelajar sebagai pembentukan skemata baru dalam upaya merespon situasi baru yang dihadapi berdasarkan skemata yang dimiliki. Peristiwa transfer belajar dapat terjadi pada ranah kognitif, psikomotor, dan afektif (Mukhadis, 2003: 21). Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan adanya perubahan yang dihasilkan.

Hasil belajar adalah pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku (Sudjana, 2014: 3).Aspek perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Perubahan-perubahan tersebut dapat dicapai melalui usaha belajar.Tujuan pembelajaran biasanya dituangkan ke dalam indikator-indikator.Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa.Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional.

(29)

29 kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, hasil belajar, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang meliputi gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar tersebut mengandung implikasi bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Melalui proses belajar inilah manusia akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 238), hasil belajar merupakan hasil dari proses yang kompleks. Hal ini disebabkan banyak faktor yang terkandung di dalamnya baik yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal.Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah, sebagai berikut.

1. Faktor jasmaniah, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun (alergi, asma, dan sebagainya).

2. Faktor psikologis, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri, tercekam rasa takut, serta ketidakmatangan emosi.

3. Faktor kematangan fisik, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

(30)

30 Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam pencapaian hasil belajar. Siswa yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa.Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar.Hal ini menggambarkan bahwa hasil yang dicapai mencakup ketiga ranah hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik).Aspek yang ditekankan adalah pada aspek kognitif yaitu pada penguasaan materi pelajaran.Ketiga ranah taksonomi hasil belajar tersebut terkait dengan pengembangan pancadaya manusia yang terdapat dalam harkat dan manusia itu sendiri.

Anderson dan Krathwohl (dalam Gunawan, 2015: 11) telah merevisi Taksonomi Benjamin Bloom yaitu pada ranah kognitif sehingga ada perubahan yakni: mengingat, memahami/mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Namun, tidak ada revisi pada ranah afektif dan psikomotor sehingga tetap tanpa adanya perubahan.

B.RANAH DAN RAGAM HASIL BELAJAR KOGNITIF

(31)

31 hasil yang berupa hasil belajar. Anderson dan Krathwohl (dalam Gunawan, 2015: 11) menggolongkan hasil belajar ranah kognitif berdasarkan enam jenis perilaku, yakni.

1. Mengingat

Hasil balajar pada jenis ini merupakan tingkat terendah yang berupa ingatan yang telah lampau tentang pengetahuan yang pernah diajarkan.Mengingat meliputi mengenali (recognition), dan memanggil kembali (recalling).Contohnya dalam mengenali, yaitu siswa mampu untuk memilih salah satu dari dua atau lebih pilihan jawaban (Arikunto dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 202).Caranya yaitu dengan memberikan pertanyaan pilihan ganda (multiple-choice question) kepada siswa agar siswa dapat mengenali ilmu dari soal yang diberikan.Bentuk pertanyaan model ini dalam tampilan formatnya telah menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden diminta untuk memilih satu dari alternatif pilihan jawaban yang paling sesuai menurut resposnden (Mukhadis, 2013:207).

Sedangkan dalam memanggil kembali contohnya yaitu siswa mampu untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana (Arikunto dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 202).Caranya yaitu dengan memberikan soal berupa materi yang pernah diajarkan dengan metode isian yang bertujuan untuk melatih ingatan siswa. Proses ini membutuhkan pengenalan masa lampau secara cepat dan tepat.

2. Memahami/mengerti

Hasil belajar pada jenis ini merupakan tingkat berikutnya dari ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi.Dalam pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep (Arikunto dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 203). Diantaranya dengan memberikan soal berupa gambar pilihan ganda yang berguna untuk membuktikan pemahaman siswa terhadap suatu konsep.Dengan tes ini hasil belajar yang didapatkan oleh siswa yakni berupa pemahaman pasti tentang sebuah konsep.

3. Menerapkan

(32)

32 permasalahan.Untuk penggunaan atau penerapannya, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan menyeleksi atau memilih generalisasi atau abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, atursn, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar (Arikunto dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 203).

Contohnya dengan pemberian soal berupa penggambaran sebuah hasil dari konsep untuk menunjukkan penerapan dari konsep tersebut.Hasil dari tes ini adalah siswa mampu menerapkan konsep yang telah diajarkan oleh pendidik.

4. Menganalisis

Hasil belajar pada jenis ini merupakan kemampuan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.Contohnya dengan memberikan soal pertanyaan yang mencakup 5W+1H yang materinya telah disampaikan sebelumnya.Hasil dari tes ini adalah siswa mampu menganalisis suatu kejadian-kejadian atau konsep dari situasi yang ditanyakan.

5. Mengevaluasi

Hasil belajar pada jenis ini merupakan uji kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu(Davies dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 204).

Contohnya dengan memberikan soal yang memiliki kandungan benar atau salah tentang penerapan suatu konsep yang telah diajarkan sebelumnya.Hasilnya adalah siswa mampu menilai sebuah konsep yang ditawarkan tersebut adalah benar atau salah.

6. Menciptakan

(33)

33 C.RANAH DAN RAGAM HASIL BELAJAR PSIKOMOTOR

Ragam hasil belajar psikomotor berhubungan dengan pancadaya manusia yaitu pada aspek daya karya.Prayitno (2009: 20) menyatakan bahwa daya karya mengarah kepada dihasilkannya produk-produk nyata secara langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan baik oleh diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Namun hasil yang lain juga dapat berupa keterampilan siswa dalam mengolah materi pembelajaran. Ragam hasil belajar psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan (Davies dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 207). Jadi hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Kibler, Barket, dan Miles (dalam Dimyati dan Mudjiono,2013:207) mengemukakan taksonomi ranah hasil belajar psikomotorik sebagai berikut.

1. Gerakan tubuh yang mencolok

Hasil belajar pada jenisini merupakan salah satu uji kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh yang mencolok (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013 : 207).Untuk gerakan tubuh yang mencolok siswa harus mampu menunjukkan gerakan yang menggunakan kekuatan tubuh, gerakan yang memerlukan kecepatan tubuh, gerakan yang memerlukan posisi tubuh atau gerakan yang memerlukan kekuatan, kecepatan, dan atau ketepatan gerakan tubuh.

Contohnya dengan memberikan soal praktik yang harus dikerjakan siswa tersebut dengan menggunakan gerakan tubuh yang tepat dan kekuatan yang terkontrol.Misal dengan memberikan tugas memasukkan bola basket ke keranjang dengan jarak 5 m dan 15 derajat dari kanan keranjang.Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gerak tubuh secara cepat, kuat, dan tepat.

2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan

(34)

34 dicontohkan, dan atau gerakan yang diperintahkan secara lisan.Contohnya dengan memberikan soal praktik yang harus dikerjakan siswa tersebut dengan menggunakan gerakan tubuh yang dikoordinasikan.Misal dengan memberikan tugas untuk mengikuti gerakan yang dilakukan oleh instruktur sesuai dengan perintah dan hitungan yang diberikan.Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan koordinasi antara mata, telinga, dan badan.

3. Perangkat komunikasi nonverbal

Hasil belajar pada jenisini merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 207). Dalam perangkat komunikasi nonverbal ini, siswa diminta untuk menunjukkan kemampuan berkomunikasi menggunakan bantuan gerakan tubuh dengan atau tanpa menggunakan alat bantu. Komunikasi yang dilakukan benar-benar tidak menggunakan bantuan kemampuan verbal.

Contohnya dengan melakukan pantomim yang mencerminkan suatu keadaan seseorang.Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan nonverbal dari siswa.

4. Kemampuan berbicara

Hasil belajar pada jenisini merupakan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013 : 208).Untuk kemampuan berbicara siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi, ide atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah oleh pendengarnya.Contohnya dengan menyuruh anak berpidato dengan topik tertentu selama 5-10 menit di depan kelas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbicara dari siswa.

D.RANAH DAN RAGAM HASIL BELAJAR AFEKTIF

(35)

35 diri.Daya karsa ini mengarahkan individu untuk mengaktifkan dirinya untuk berkembang, untuk berubah, dan keluar dari kondisi status-quo. Didalam daya rasa, siswa dituntut untuk dapat mengontrol emosi atau perasaan pada saat proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan emosi mempengaruhi daya tangkap siswa dalam menerima materi pembelajaran. Sedangkan dalam daya karsa, siswa harus mempunyai dorongan atau motivasi dari dalam dirinya untuk mencari ilmu dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan membangkitkan dorongan untuk mencari ilmu, siswa semakin luas dalam mencari referensi pembelajarannya, tidak hanya terpaku disekitarnya. Apabila kedua aspek daya ini dimaksimalkan dalam proses pembelajaran maka hasil yang didapatkan berupa hasil belajar yang maksimal juga. Krathwohl, Bloom, dan Masia (dalamDimyati dan Mudjiono, 2013: 207) mengemukakan bahwa taksonomi hasil belajar ranah afektif sebagai berikut.

1. Menerima

Hasil belajar pada jenis ini merupakan tingkat terendah ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara lebih aktif (Davies dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 205).Dalam menerima siswa diminta untuk menunjukkan kesadaran, kesediaan untuk menerima dan perhatian terkontrol atau terpilih.Yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.Contohnya dengan memberikan instrumen untuk mengukur persepsi seseorang terhadap suatu fenomena stimulus tertentu dalam kondisi tertentu, instrumen untuk mengukur tingkat motivasi seseorang terhadap fenomena stimulus tertetu dalam kondisi tertentu (Mukhadis, 2013:208) tentang pesan moral, kemudian siswa diminta untuk memberikan pernyataan setuju atau tidak setuju, dan kemukakan alasan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan siswa tentang sebuah stimulus.

2. Merespons

(36)

36 diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.Contohnya dengan memberikan pertanyaan tentang perasaan setelah melaksanakan kegiatan.Hal ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa tentang sebuah stimulus yang diberikan oleh guru.

3. Menilai

Hasil belajar pada jenis ini merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespons lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi (Davies dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 205).Dalam menilai, siswa dituntut menunjukkan penerimaan terhadap nilai, kesukaran terhadap nilai, dan keterikatan terhadap nilai.Yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan, terhadap gejala atau stimulus tadi.Contohnya dengan memberikan soal cerita tentang pesan moral dan siswa dimintai pendapat tentang suatu kejadian yang dibicarakan tersebut.Hal ini bertujuan untuk mengetahui penilaian siswa terhadap sebuah stimulus.

4. Mengorganisasikan

Hasil belajar pada jenis ini merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya (Davies dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 206).Untuk menunjukkan kemampuan untuk mengorganisasi ini, siswa diminta untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi yang lebih besar, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Contohnya dengan memberikan instrumen yang mengandung pesan moral serta sikap individu terkait dengan upaya pengembangam sumber daya manusia yang dirancang dengan tujuan untuk merubah sikap seseorang (Mukhadis,2013:209), kemudian siswa diminta untuk mengaitkan fenomena tersebut dengan persoalan dengan cakupan yang lebih besar. Misal kaitan suatu permasalahan daerah dengan permasalahan yang bersifat ideologi.Hal ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuan siswa dalam mengoorganisasikan nilai kedalam nilai yang lebih besar.

5. Karakterisasi

(37)

37 jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan (Davies dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 206).Dalam karaktersasi ini siswa diminta untuk menunjukkan kemampuannya dalam menjelaskan, memberikan batasan, dan atau mempertimbangkan nilai yang direspon. Dalam kata lain keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya (karakteristiknya). Contohnya dengan memberikan soal cerita yang mengandung pesan moral tentang perwujudan nilai-nilai suatu konsep, kemudian siswa diminta untuk menjelaskan arti dari konsep tersebut.Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik siswa dalam menilai sebuah kejadian.

E.KINERJA SEBAGAI INTEGRASI RANAH KOGNITIF,

PSIKOMOTORIK,DAN AFEKTIF

(38)

38 suatu kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap, dan apresiasi. Artinya, tanpa pengetahuan dan sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Gardon (dalam Sanjaya, 2006:6-7) menjelaskan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompeensi sebagai berikut:

1) Pengetahuan (knowlidge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk memecahkan sesuatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.

2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep-konsep ekonomi.

3) Keterampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya siswa hanya mungkin dapat melakukan pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia memiliki keterampilan bagaimana cara menggunakan microscope sebagai alat.

4) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya., sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya standar perilaku siswa dalam melaksankan proses berpikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratis, kasih sayang, dan lain sebagainya.

5) Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru, reaksi terhadap diperlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan lain sebagainya.

6) Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya minat seseorang untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran.

(39)

39 dan implementasi pengetahuan itu dalam pola perilaku atau tindakan yang ia lakukan. Dengan demikian, maka kompetensi pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Dari pengertian kompetensi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa siswa bukan hanya sekadar memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya saja, akan tetapi bagaimana pengetahuan yang dipahaminya itu dapat mewarnai perilaku yang ditampilakan dalam kehidupannya.

Hasil ranah kognitif mengacu pada seluruh materi yang dibahas dalam pembelajaran, hasil ranah psikomotorik mengacu pada keterampilan skill yang dilatih atau yang didapatkan ketika melakukan proses pembelajaran, hasil ranah kognitif mengacu pada sikap bahkan karakter yang terbentuk ketika terjadi proses pembelajaran, ketiga ranah tersebut terjadi secara integrasi (masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan) yang membentuk kompetensi. Apabila salah satu dari ketiga ranah tersebut tidak ada hasilnya, maka proses pembelajaran dianggap gagal karena dalam individu yang melakukan proses pembelajaran tidak ada sinergi antara tiga ranah tersebut. Hasil belajar afektif dan psikomotoris ada yang tampak pada saat proses belajar mengajar berlangsung, dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotoris lebih luas, lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab dapat secara langsung mempengaruhi perilakunya. Jadi, perilaku didalam kelas (proses belajar mengajar) dan perilaku di luar kelas (lingkungan masyarakat) harus bersinergi. Sinergi atau keserasian antara dua hal tersebut yang dinamakan kesuksesan belajar mengajar.

(40)

40 dimetaforakan bagaikan Sa’i antara Sofa dan Marwa berpotensi dapat mengembangkan kemampuan penguasaan dan menghasilkan kiat atau produk baru, kemampuan manajerial, dan kemampuan entrepreneurial dalam diri pebelajar yang dapat memperkecil jarak antara lembaga pendidikan (sekolah atau kampus) dan masyarakat (dunia kerja) (Sukardi dalam Mukhadis, 2013: 39).

F. DAFTAR RUJUKAN

Daryanto, H. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, Imam. 2015. Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif Kerangka

Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian. (Online),

(http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPE/article/viewFile/27/26), diakses 24 Maret 2016.

Mukhadis, Amat. 2003. Pengorganisasian Isi Pembelajaran Tipe Prosedural. Malang: UM PRESS.

Mukhadis, Amat. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran Bidang Teknologi. Malang: Bayumedia Publishing.

Nurani, Charomah Setia. 2014. Pengaruh Kemampuan Diri, Potensi Belajar, dan Kebiasaan Kerja Terhadap Kompetensi Siswa Pada Kelompok Mata Pelajaran Produktif Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik Kelas XII di SMK 1 Sedayu Bantul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Prayitno.2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo. (e-Book Online), (https://books.google.co.id/books/about/Dasar_Teori_dan_Praksis _Pendidikan.html?id=w9DtLvg_zB0C), diakses 13 Maret 2016.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(41)

41 TOPIK III

RAGAM TEORI DAN GAYA BELAJAR DALAM OPTIMALISASI HASIL BELAJAR

A.RAGAM TEORI BELAJAR DAN HIRARKHI PENGEMBANGANYA. 1. Teori belajajar deskriptif dan teori belajar preskriptif

Menurut Bruner (dalam Degeng, 1989). Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori beelajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar sendiri menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang dispesifisikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Hubungan antara variabel inilah yang membdakan antara teori pembelajaran yang deskriptif dan preskriptif. Adapun skema dari hubungan variabel-variabel adalah sebagai beikut.

Gambar 3.Skema dari hubungan variabel-variabel pada teeori belajar preskriptif

(42)

42 Gambar 4. Skema dari hubungan variabel-variabel pada teeori belajar deskriptif.

Jadi kesimpulan dari teori deskriptif dan perspektif ini adalah, teori preskriptif adalah good oriented (untuk mencapai tujuan) disini merupakan pada proses perancangan. Sedangkan teori belajar deskriptif adalah goal free (untuk memberikan hasil). Variable yang diamati dalam pengembangannya teori pembelajaran yang prespektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan. Sedangkan teori pembelajaran deskriptif, variable yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi (Budiningsih, 2012: 17).

2. Teori Belajar Behavioristik a. Pengertian belajar behavioristik

Menurut teori pandangan behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertigkah laku. Hal ini dapat terlihat ketika siswa yang dulunya belum bisa melakukan sesuatu karena adanya masukan dari guru (stimulus), siswa menjadi mampu atau bisa untuk melakukan sesuatu (respon). Namun ketika guru sudah memberi masukan atau arahan namun siswa masih belum bisa untuk melakukan sesuatu siswa belum dianggap sebagai belajar(Budiningsih, 2012: 20).

(43)

43 yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguat ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, misal tugas diperbanyak maka

siswa akan semakin giatt belajar. Begitu juga jika penguat itu juga dikurangi maka siswa akan semakin giat dalam belajar hal ini disebut sebagai (negative reinforcement) (Budiningsih,2012:21).

b. Aplikasi teori behavioristik dalam pengembangan siswa pada kegatan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran teori behavioristik ini sangat berpengaruh hingga saat ini. Teori behavioristik ini menekankan perubahan prilaku sebagai hasil yang nampak dari proses pembelajaran. Sehingga hasil dari proses belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya saja dengan cara drill dan lainnya, hal ini dapat membuat siswa dapat melakukan perubahan sebagai respon yang sangat mencolok. Namun dalam teori belajar ini siswa sebagai individu yang belajar menjadi siswa pasif yang mengandalkan stimulus-stimulus dari seorang guru sebagai penuntun responnya. Munculnya responpun akan meningkat jika ada reinforcment, dan akan menurun jika terkena hukuman (Budiningsih, 2012: 27).

3. Teori belajar kognitif

a. Pengertian teori belajar kognitif

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behabioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, model belajar kognitif merupakkan suatu bentuk teori belajar yang sring disebut sebagai model perseptual. Perubahan tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamanya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar serta situasi tentang belajarnya. Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingah laku yang nampak (Budiningsih, 2012: 34).

b. Perkembangan teori kognitif 1) Menurut pieget

(44)

44 yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan seiringnya bertambah umur maka semakin komplek juga sel syarafnya, dan makin meninkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang maka individu tersebut akan berkembang menyesuaikan dengan kondisi biologis dengan lingkungannya ia menyimpulkan bahwasannya cara berfikir seorang siswa sesuai dengan umurnya yaitu akan berbeda secara kualitatif (Budiningsih, 2012: 34).

Bagaimana seorang siswa dapat memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya siswa akan melalui proses penyeimbangan yaitu bagaimanakah seorang siswa dapat menyeimbangkan antara apa yang dia rasakan dengan fenomena baru yang sebagai pengalamannya. Jika seorang siswa tidak mampu menyeimbangkannya maka seorang siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungnnya (Budiningsih, 2012: 35).

Proses adaptasi ada dua cara yaitu dengan cara asimilasi yaitu dengan proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif yang ada sekarang,serta akomodasi adalah proses peruahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Dengan kata lain jika sesorang mendapat masukan dari luar maka akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya sebagai masukan. Dalam proses perkembangan kognitifnya seorang siswa memerlukanproses ekuilibrasi(Penyeimbang). Karena jika perkembangan kognitif seorang siswa jika tidak disertai dengan ekuiliberasi maka perkembangan kognitif siswa akan ada gangguan. Hal ini tampak ketika seorang siswa berbicara tidak runtut, berbelit-belit, tidak logis, dan sebagainya. Adaptasi akan muncul jika dalam diri seorang siswa sudah ada keseimbangan.

2) Teori perkembangan belajar kognitif menurut Brunner

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yaitu ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu; anactive, iconic, dan symbolic.

(45)

45 b) Tahap ikonik, seorang memahami objek-objek atau dunianya melalui

gambar dan visual verbal.

c) Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

3) Teori belajar bermakna Ausubel

Teori belajar yang ada selama ini hanya sebagai teori belajar yang asosiatif atau metode menghafal. Metode seperti ini kurang atau tidak berarti bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan sesuatu yang berarti bagi siswa. Mateeri yang dipelajarai diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.

Pengetahuan diorganisasikan sebagai pengetahuan dasar. Sehingga belajar merupakan pengetahuan dari umum kekhusus, disini pengetahuan dasar sangat berararti bagi siswa. Karena pengetahuan dasar akan mempermudah dalam proses pembelajaran yang selanjutnya.

Advance organizer yang dikemukakan oleh ausbel merupakan

penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Advance organizer sebagai kerangka isi mampu membuat siswa untuk mengembangkan informasi baru. Karena merupakan karangka dasar untuk siswa agar mampu membua perkembangan dalam dirinya. Jika dapat diterapkan dengan baik maka advance organizer ini akan memudahkan siswa dalam menerima pengetahuan dan informasi informasi baru atau mata pelajaran yang baru yang sesuai dengan hal yang dipelajarinya.

Konsepsi dasar mengenai struktur kognitif inilah yang diajadikan landasan teoritik dalam mengembangkan teori-teori pembelajaran beberapa pemikiran kearah penataan isi pembelajaran. Beberapa arah penataan isi bidang studi atau materi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif, dikemukakan secara singkat sebagai berikut ini.

Gambar

Gambar l. Kerucut Pengalaman
Gambar 2. Kerucut Pengalaman
Gambar 3.Skema dari hubungan variabel-variabel pada teeori belajar preskriptif
Gambar 4. Skema dari hubungan variabel-variabel pada teeori belajar deskriptif.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Riba adalah melebihkan keuntungan yang didapatkan seseorang dari salah satu pihak kepada pihak yang lain dalam transaksi jual beli atau pertukaran barang yang sejenis tanpa

Pengaruh Keterampilan Mengelola Kelas Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Kelas X Di Smk Pasundan 3 Bandung..

Pada penulisan tugas akhir ini, penulis memilih masalah mengenai penerimaan siswa baru pada Sekolah Dasar Tunas Bangsa, khususnya pengolahan penerimaan siswa yang masih

Persiapan kolam pembesaran yaitu pertama perbaikan pematang, kedua pengeringan selama 2 – 3 hari yang bertujuan untuk memutus siklus patogen yang ada pada

Hasil tersebut sesuai pendapat dari Muslihatun (2010) yang menyatakan bahwa faktor janin/ bayi baru lahir yang dapat menyebabkan asfiksia adalah prematur, berat badan

[r]

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil beberapa simpulan mengenai kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep barisan dan deret, yaitu: 1) siswa dengan kemampuan

Alhamndulillah atas kehadirat Allah SWT serta rahmat dan karunianya sehingga penelitian yang berjudul “Gambaran Resiliensi Pada Wanita Dewasa Madya yang Mengalami