• Tidak ada hasil yang ditemukan

TM dan laporan praktikum kimdas materi a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TM dan laporan praktikum kimdas materi a"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ASIDI-ALKALIMETRI

TUJUAN

 Membuat larutan standar HCl 0,1 M

 Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4  Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M

 Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam asetat cuka perdagangan

A. PRE LAB

1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?

Analisis volumetri atau volumetri adalah cabang kimia analitik di mana pengukuran volume adalah operasi utama dan terakhir. Dalam volumetri, reaktan diambil dalam bentuk larutan dan volume larutan standar (larutan yang diketahui konsentrasinya) yang diperlukan untuk bereaksi sepenuhnya, dengan volume larutan yang tidak diketahui (larutan yang konsentrasinya akan ditentukan). Konsentrasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus Normalitas (Pahari, 2006).

2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?

Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunaka larutan baku asam dan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa (Muchtaridi, 2006).

3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?

Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : - mempunyai kemurnian yang tinggi - mempunyai rumus molekul yang pasti - tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang - larutannya harus bersifat stabil - mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standar primer (Wiryawan, 2007).

4.Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder?

Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer (Wiryawan, 2007).

5. Apa yang dimaksud dengan standarisasi/pembakuan larutan?

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan

Nama Firman Ichsan

NIM 155100207111012

Kelas K

(2)

konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku (Rohman, 2007). 1. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi larutan NaOH? Tuliskan persamaan reaksinya!

Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan:

2. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi HCl? Tuliskan persamaan reaksinya!

Untuk menstandarisasi larutan HCl menggunakan boraks (Na2B4O7.10 H2O), indikator yang digunakan adalah metil orange.

Persamaan reaksinya :

Na2B4O7.10 H2O + 2H2O 4B(OH)3 + 2NaCl + 5H2O

Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan Boraks. Reaksinya (Na2B4O710H2O):

Na2B4O710H2O + 2HCl  2NaCl + 4H3BO3 +5H2O (Sumardjo, 2009).

3. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan persamaan reaksinya dengan NaOH!

Jenis asam yang paling dominan pada asam cuka adalah asam asetat (asam etanoat). Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan

Persaman reaksi NaOH (aq) + CH3COOH (aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l)

(Watson, 2005).

(3)

Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan banyak digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan (Wiryawan, 2007).

Pengertian asidi-alkalimetri

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam (Sukarti, 2008).

Pengertian larutan standar primer dan sekunder beserta contohnya

Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : - mempunyai kemurnian yang tinggi - mempunyai rumus molekul yang pasti - tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang - larutannya harus bersifat stabil - mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standar primer (Wiryawan, 2007).

Contoh : Kalium Hidrogen Flatat, KBrO3, K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer (Wiryawan, 2007). Contoh : NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2

Fungsi Bahan Dalam Praktikum

1. Fungsi asam cuka komersial berfungsi sebagai larutan yang diuji atau penirat. 2. Fungsi NaOH sebagai pemberi suasana basa

3. Fungsi HCl sebagai larutan sampel keadaan normal

4. Indikator fenolftalein ( PP ) sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika tidak ada warna menunjukkan netral sedangkan warna merah muda berarti keadaan basa dengan pH 8 – 10

5. Indikator metal orange atau jingga sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika warna kuning berarti keadan netral dengan pH 3,1 - 4,4.

6. Borak berfungsi larutan yang diuji atau penitrat

7. Asam Oksalat sebagai larutan yang di uji atau penitrat. 8. Aquades berfungsi sebagai pelarut Kristal (Widihati, 2008).

(4)

Titrasi asam basa yang melalui asidi alkalimetri sangat banyak aplikasinya di dunia industri . Contoh penggunaannya dalam bidang teknologi pertanian dan pertanian yaitu untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi (Syamsuni, 2006).

Penentuan keasamaan buah yang menggunakan metode titrasi asam – basa dan juga dalam membuat air yang akan di jadikan basa untuk penderita maag ( Franks, 2008).

C. DIAGRAM ALIR

(5)

Dihitung konsentrasinya

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Dihomogenkan

2. Standarisasi larutan HCl

HCl Pekat

Ditambahkan aquades

Hasil

(6)

Ditimbang sebanyak 1,9 gram

Diletakan dalam gelas beker

Dilarutkan

Dipindahkan ke labu ukur 100 mL

Dihomogenkan

Diambil 10 mL

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 1-2 tetes metil orange

Dititrasi dengan HCl

Diamati hingga perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M HCl

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 M

Kristal NaOH

Ditimbang sebanyak 0,4 gram dengan timbangan analitik

Ditambahkan aquades secukupnya

Ditambahkan aquades hingga tanda batas

Indikator metil

Hasil

(7)

Dimasukkan ke dalam gelas beker

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL

Dihomogenkan

4. Standarisasi larutan NaOH

Diambil 10 mL ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 1-2 tetes

Ditambahkan aquades secukupnya

Ditambahkan aquades hingga tanda batas

Hasil

Asam Oksalat 0,05 M

(8)

Dititrasi dengan NaOH

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M NaOH

5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada cuka

Diambil sebanyak 10 mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Dihomogenkan Hasil

Asam Cuka

(9)

Diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret

Diamati hingga terjadi perubahan warna larutan dalam erlenmeyer

Dihitung kadar asam asetat

Dilakukan duplo

DAFTAR PUSTAKA

Muchtaridi, Sandri Justiana. 2006. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia

Pahari, A. K., B. S. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications

Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Jatinangor : Widya Padjadjaran

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Biosekta. Jakarta : EGC

Suyatno. 2007. KIMIA. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC

Watson, David G. 2005. Pharmaceutical Analysis, 2e. Oxford: Elsevier Limited Indikator PP

(10)

Wegner, Franks. 2008. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : Johr Wiley & Sons

Widihati, I Gede. 2008. ”Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktifasi Asam dan Tersalut

Wiryawan, Ahmad., Rarini, Retnowati,. Akhmad, Sabarudin. 2007. Kimia Analitik. Malang

D. PEMBAHASAN

ANALISA PROSEDUR

1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M

Pertama yang dilakukan untuk membuat larutan standar HCl 0,1 M adalah menghitung volume HCl pekat yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus

pengenceran. Setelah menghitung, membutuhkan 0,96 mL HCl pekat untuk diencerkan. Mengambil 0,96 ml HCl pekat dengan menggunakan pipet volume dan memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades hingga mencapai tanda batas. Menutup labu ukur dengan penutup dan menghomogenkan larutan HCl 0,1 M. Didapatkan hasil berupa larutan standar HCl 0,1 M. Memasukkan larutan standar HCl 0,1 M ke dalam buret.

(11)

Mula–mula menimbang massa boraks yang akan digunakan untuk reaksi standarisasi dengan menggunakan rumus Molaritas. Didapatkan nilai 1,9 gram. Mengambil 10 mL larutan boraks dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator metil orange sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi larutan boraks dengan menggunakan HCl 0,1 M pada percobaan sebelumnya. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari orange menjadi ungu. Mencatat volume HCl yang digunakan untuk menitrasi larutan boraks. Melakukan duplo atau percobaan yang sama sebanyak 2 kali untuk mendapatkan volume rata–rata HCl yang dibutuhkan untuk Menitrasi larutan boraks. Menghitung konsentrasi HCl. Didapatkan hasil berupa larutan HCl yang telah terstandarisasi.

3. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M

Pertama menghitung berat kristal NaOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan standar NaOH 0,1 M. Menimbang kristal NaOH sebanyak 0,4 gram dengan menggunakan timbangan analitik. Memasukkan kristal NaOH ke dalam gelas beker dengan cara membilas gelas arloji dan selanjutnya menambahkan aquades secukupnya. Melarutkan kristal NaOH. Memindahkan larutan NaOH ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquades hingga mencapai tanda batas. Menghomogenkan larutan NaOH dan didapatkan hasil berupa larutan standar NaOH sebesar 0,1 M. Memasukkan larutan standar NaOH 0,1 M ke dalam buret yang selanjutnya digunakan untuk menitrasi asam okasalat.

4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)

Mula – mula mengambil 10 mL asam oksalat 0,05 M ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator pp sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi asam oksalat dengan menggunakan NaOH. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari jernih menjadi ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi asam oksalat. Melakukan duplo atau mengulangi percobaan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan volume rata–rata NaOH yang ditambahkan ke dalam asam oksalat. Menghitung M NaOH. Didapatkan hasil berupa larutan NaOH yang telah di standarisasi.

(12)

untuk menitrasi larutan cuka dan menghitung kadar asam asetat yang terkandung di dalam cuka. Melakukan duplo.

ANALISA HASIL

1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M Proses pembuatan larutan standar HCl 0,1 M :

Menghitung terlebih dahulu jumlah volume HCl 32% yang akan diencerkan dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% dengan menggunakan rumus konsentrasi dan pengenceran larutan.

M1 = %xMr10xƿ

M1 = 32%x36,510x1,19

(13)

Selanjut nya, setelah di ketahui molaritas nya, melakukan pengenceran dengan menggunakan rumus :

M1V1 = M2V2 10,43*V1 = 0,1*100

V1 = 0,110,43x100 = 0,96 ml

Sehingga di dapatkan hasil yang kita butuhkan yaitu 0,96 ml larutan HCl (Chang, 2005).

2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)

Standarisasi larutan HCl dilakukan dengan melakukan titrasi antara larutan HCl 0,1 M sebagai larutan sekunder dengan boraks (Na2B4O7.10H2O) sebagai larutan primer. Massa boraks yang dibutuhkan untuk melakukan titrasi dihitung dengan menggunakan rumus :

Titrasi dilakukan secara duplo. Yaitu pada percobaan pertama membutuhkan 11,8 ml HCl. Dan pada percobaan ke dua dibutuhkan 9,9 ml HCl. Sehingga rata rata volume yang di butuhkan adalah 10,58 ml larutan HCl. Dan juga perlu di tambahkan indicator metil orange pada boraks sebelum melakukan penstandarisasi larutan HCl. Perbedaan volume HCl yang di butuhkan untuk proses titrasi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Salah satunya adalah banyak nya tetesan indicator dalam proses titrasi.

Setelah diketahui volume HCl yang dibutuhkan untuk proses titrasi, dilakukan perhitungan untuk mengetahui konsentrasi HCl dengan menggunakan rumus molaritas. Yaitu dengan perhitungan berikut :

MHCl =

2. MBoraks .VBoraks

VHCl

(14)

MHCl = 0,092 M

Sehingga diketahui konsentrasi/molaritas larutan HCl hasil standarisasi adalah 0,092

M (Khopkar, 2008).

3. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M

Larutan standar NaOH 0,1 M didapatkan dengan cara melarutkan Kristal padat

NaOH dengan aquadest. Untuk membuat larutan standar NaOH, massa Kristal

NaOH yang dibutuhkan dihitung dengan rumus : M¿Mr xgr 1000V (Chang,2005).

Sehingga didapat massa yang dibutuhkan adalah 0,4 gram. Perhitungan massa Kristal NaOH adalah:

MNaOH = Mr xgr 1000V

gr = MNaOH . Mr . V1000

= 0,1.100040.100

= 0,4 gram

Setelah itu dilakukan pelarutan 0,4 gram kristal NaOH dengan 100 ml aquadest agar didapat 100ml larutan NaOH 0,1 M.

4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)

Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan melakukan titrasi antara larutan NaOH 0,1 M sebagai larutan sekunder dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) sebagai larutan primer. Titrasi dilakukan secara duplo. Yaitu pada percobaan pertama membutuhkan 13,5 ml NaOH. Dan pada percobaan ke dua dibutuhkan 13,3 ml NaOH. Sehingga rata rata volume yang di butuhkan adalah 13,4 ml larutan NaOH. Dan juga perlu di tambahkan indicator fenolftalein (pp) pada asam oksalat sebelum melakukan penstandarisasi larutan NaOH.

Pada percobaan ini sebelum melakukan standarisasi , terlebih dahulu harus mengetahui molaritas NaOH, dengan perhitungan sebagai berikut :

MNaOH . VNaOH

MAsamOksalat .VAsam Oksalat = nAsamOksalatnNaOH (Chang, 2005)

M NaOH = nNaOH . MAsam Oksalat . VAsam OksalatVNaOH . nAsamOksalat

(15)

= 0,074 M

Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan percobaan antara lain, kebersihan alat, perhitungan yang akurat dan teliti, dan pengukuran larutan yang tepat. Teliti dalam melihat perubahan warna pada saat titrasi, kurang nya ketelitian dalam melihatvolume NaOH dalam buret, dan adanya tambahan skala buret yang tidak konstan (Untoro, 2010).

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka

Dalam penetapan kadar asam cuka percobaan dilakukan secara duplo. Yaitu pada percobaan pertama membutuhkan 1 ml NaOH. Dan pada percobaan ke dua dibutuhkan 0,4 ml NaOH. Sehingga rata rata volume yang di butuhkan adalah 0,7 ml larutan NaOH. Dengan volume yang telah diketahui, konsentrasi asam cuka dapat dicari dengan

menggunakan rumus : MCH3COOH = M NaOH .V NaOH . FPV CH3COOH (Khopkar, 2008) dengan

FP = 10000. Perhitungan nya sebagai berikut :

MCH3COOH = M NaOH .V NaOH . FPV CH3COOH

Dari rumus tersebut didapatkan bahwa berat larutan asam asetat adalah 31,08 gram. Sehingga kadar larutan asam cuka dapat kita ketahui dengan perhitungan :

Kadar total asam ( % b/v) =ml xgr 100 % (Chang, 2005)

= 31,0810 x100 %

(16)

E. DATA HASIL PRAKTIKUM dan PEMBAHASAN 1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M

BJ HCl 1,19

Kadar HCl 32%

Volume HCl yang dibutuhkan 0,96 mL Perhitungan:

(17)

= 1,1936,5x32x10

= 10,43 M

MHCl pekat . VHCl pekat = MHCl . VHCl 10,43 . V = 0,1 . 100

V = 0,96 mL

Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus diperhitungkan?

Karena dalam HCl berat jenis sangat mempengaruhi konsentrasi molaritas dalam penentuan HCl pekat yang dibutuhkan dalam pembuatan larutan standar HCl (Khopkar, 2008).

2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)

Perhitungan : Na2B4O7.10H2O + 2HCl → NaCl + 4H3BO3 + 5H2 Mboraks = nv

Mengapa asam boraks digunakan untuk menstandarisasi larutan HCl?

Karena antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl ( asam kuat ) akan bereaksi dengan boraks (basa lemah ) membentuk garam yang bersifat asam.

Reaksi :

Na2B4O7.10H2O + 2HCl ===> 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O

(18)

-. Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak mudah teroksidasi, boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan murni, tidak korosif. Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/aq.

-. HCl merupakan larutan gas Cl dalam air . Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah sekali berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan mempengaruhi

konsentrasinya.

-. HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga dimungkinkan konsentrasi HCl yang didapat tidak tepat. Indikator yang paling tepat digunakan untuk titrasi ini adalah indikator MO, range pH 3-4,5, karena range pH garam ( bersifat asam ) yang dihasilkan mendekati range pH dari indikator MO, sehingga indikator yang paling tepat digunakan pada reaksi ini adalah MO (Tim Asisten, 2011).

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M

Berat NaOH 0,4 gram bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat (Khopkar, 2008).

4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)

Volume Na-oksalat 10 ml

BM Na-oksalat 126

Volume aquades 90 ml

(19)

Perhitungan: H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O

MNaOH . VNaOH

MAsamOksalat .VAsam Oksalat = nAsamOksalatnNaOH

M NaOH = nNaOH . MAsam Oksalat . VAsam OksalatVNaOH . nAsamOksalat

= 2.0,0513,4.10

= 0,074 M

Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat?

Karena antara NaOH dan asam oksalat terjadi reaksi sempurna. NaOH ( basa kuat ) akan bereaksi dengan asam oksalat (asam lemah ) membentuk garam yang bersifat basa.

Reaksi :

2NaOH + H2C2O4 ===> Na2C2O4 + 2H2O

Dari reaksi antara basa kuat dan asam lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya. Pada percobaan ini, asam oksalat merupakan larutan standar primer dan NaOH merupakan larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :

-. Asam oksalat adalah suatu asam lemah, sifatnya yang tidak mudah menguap, asam oksalat cenderung stabil, selain itu juga asam oksalat ditemukan dalam keadaan murni. Mr asam oksalat tinggi, yaitu 90

-. NaOH memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap H2O atau CO2 sehingga mudah dilarutkan didalam air dan memiliki kestabilan rendah. Mr dari NaOH hanya 40 (Tim Asisten, 2011).

Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?

Indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini 8,5-10, mendekati range pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator ini dapat menunjukkan titik akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukan dengan perubahan warna (Tim Asisten, 2011).

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka Volume larutan asam cuka 10 ml

Volume NaOH (titrasi) 0,7 (V1 = 1 ml V2 = 0,4 ml)

Molaritas NaOH 0,074

BM asam organik dominan

(20)

Perhitungan:

Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan keasaman produk pangan yang lain? Jelaskan contoh aplikasinya!

Prinsip analisis kadar total asam dapat digunakan untuk menentukan keasaman produk pangan, contoh nya adalah dalam proses pembuatan yoghurt (Irawati, 2008). Nilai total asam yang diperoleh dari produk yogurt yang dianalisis harus memiliki persyaratan standar mutu yogurt Indonesia yang harus dipenuhi seperti dalam SNI 01-2981-1992 yaitu 0.5-2.0% (b/b) (BSN, 2009).

Kesimpulan

Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan larutan 0,1 M HCl diperlukan 0,96 ml HCl.

2. Konsentrasi larutan sebenarnya dapat diketahui dengan standarisasi yang dilakukan dengan cara titrasi.

3. Untuk membuat NaOH 0,1 M ditimbang 0,4 gram NaOH padat dalam 100 ml aquades dan untuk membuat HCl 0,1 M dipipet 0,96 ml dalam 99,04 ml aquadest.

4. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk menstandarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O) di butuhkan 10,58 ml HCl dengan 1,9 gr boraks. 5. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan

(21)

6. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk menstandarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) di butuhkan 13,4 ml NaOH.

DAFTAR PUSTAKA

Muchtaridi, Sandri Justiana. 2006. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia

Pahari, A. K., B. S. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications

Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Jatinangor : Widya Padjadjaran

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Biosekta. Jakarta : EGC

Suyatno. 2007. KIMIA. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC

(22)

Wegner, Franks. 2008. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : Johr Wiley & Sons

Widihati, I Gede. 2008. ”Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktifasi Asam dan Tersalut

Wiryawan, Ahmad., Rarini, Retnowati,. Akhmad, Sabarudin. 2007. Kimia Analitik. Malang

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga

Badan Standarisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan. SNI7387:2009. Jakarta : BSN

S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press, 2008

Tim Asisten. Penuntun Kimia Dasar. STIFA Kebangsaan. Makassar. 2011

(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

Cara lain yang dapat kita lakukan dengan menambahkan larutan asam sulfat sulfat pekat kedalam sampel, bila sampel ini larut dalam larutan asam sulfat dan

Untuk menentukan konsentrasi dari larutan KMnO 4 sampel tersebut, maka harus dimasukkan ke dalam persamaan kurva standar yang diperoleh yaitu sebesar y = 2497x + 0,0019 (sumbu y

Metode yang digunakan untuk menetapkan perak dalam suasana asam dengan larutan. baku kalium / ammonium thiosianat, kelebihan thiosianat dapat ditetapkan

7) Diulangi penentuan kurva pendinginan larutan seperti dengan percobaan sebelumnya menggunakan 2x massa asam benzoat pertama... Jika dilihat dari grafik antara kurva a dengan kurva

Padatan Asam Oksalat yang sudah ditetes indikator PP dihitung dulu volumenya, kemudian dititrasi dengan NaOH sampai titik akhir atau larutan merah... muda seulas bukan sampai

Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal dari

Pada tabung reaksi ke-1 tambah 2 tetes BTB. Perhatikan warna larutan. Berdasarkan hasil pengamatan, tentukanlah, apakah tanah yang diperiksa bersifat asam, netral atau basa.

Lemak atau minyak nabati atau hewan merupakan contoh dari gliserol dan lemak jenuh atau minyak yang dapat dihidrolisis oleh larutan alkali menjadi garam dari asam lemak yang