• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Mengenai Flu Burung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tinjauan Mengenai Flu Burung"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan Mengenai Flu Burung

2.1

Wabah

Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah bisa berupa outbreak (serangan penyakit), epidemi, pandemi, ataupun endemi.

Wabah yang terbatas pada lingkup kecil tertentu disebut outbreak, pada lingkup yang lebih luas disebut epidemi, sedangkan pada lingkup global disebut pandemi. Lebih jauh lagi, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.

Penyakit umum yang selalu terjadi dan menyebar dengan laju yang konstan na-mun cukup tinggi pada suatu populasi di suatu daerah tertentu disebut sebagai endemik. Contoh penyakit endemik adalah malaria di sebagian Afrika (misalnya Liberia). Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik (dari bahasa Yunani en-di dalam + demos-rakyat) pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Dalam bahasa percakapan, pe-nyakit endemik sering diartikan sebagai suatu pepe-nyakit yang selalu ditemukan pada daerah tertentu.

(2)

Suatu pandemi (dari bahasa Yunani pan-semua + demos-rakyat) atau epidemi global atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi: • Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi

bersangkutan.

• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius. • Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada

manusia.

2.2

Virus Flu Burung

2.2.1

Jenis dan Sifat Virus Flu Burung

Flu burung (avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. Penyebab flu burung adalah virus in-fluensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia. Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglu-tinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Influensa tipe A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan Departemen Pertanian menunjukkan bahwa subtipe virus Avian Influenza (AI) di Indonesia adalah H5N1. Penelitian tersebut dilakukan dengan pengujian terhadap ayam petelur, buras, dan burung puyuh di Sukoharjo, Wonosobo, Bogor, Tangerang, Blitar, Purwokerto, dan Klaten. Selain itu, telah dilakukan juga survei serologi terhadap 102 peternak di Bali serta 10 orang di Tangerang.

(3)

Subtipe virus H5N1 bersifat patogen terhadap unggas. Virus ini memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari. Virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin; N=neuraminidase) pada umumnya menyerang unggas, burung dan ayam yang ke-mudian dapat menyerang manusia (penyakit zoonosis). Pada umumnya virus flu burung, avian influenza, tidak menyerang manusia. Tapi beberapa tipe terbukti dapat menyerang manusia atau suatu tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia sebagaimana yang terjadi di Hongkong, Cina, Thai-land, dan Vietnam. Beberapa kejadian di Korsel, Jepang, Taiwan, Kamboja, dan Laos sampai saat ini belum dilaporkan ada penularan pada manusia. Begitu juga dengan Indonesia, hingga saat ini belum ada kasus pada manusia.

Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Kuman ini kemudian dikeluarkan bersama kotoran. Dari hasil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit (oleh Influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Infeksi akan terjadi bila orang mendekatinya. Virus ini dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari

pada 00 C. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan

lebih lama, tapi mati pada pemanasan 6000 C selama 30 menit.

Avian Influenza yang saat ini dikenal merupakan virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal ( highly pathogenic ). Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12 jenis diantaranya AI, bakteri 3 jenis, dan parasit 1 jenis.

Di Indonesia Virus Influenza tipe A subtipe H5N1 tersebut di atas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 s/d Februari 2005 akibatnya 14,7 juta ayam mati. Masa inkubasi ( saat penularan sampai timbulnya penyakit ) avian influenza adalah 3 hari untuk unggas, sedangkan untuk unggas di dalam kandang dapat mencapai 14 - 21 hari. Hal itu tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies yang terinfeksi dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis ( berdasarkan

(4)

pengamatan klinik ).

Belakangan diketahui, yang menyebabkan tingkat kematian tinggi pada unggas ter-infeksi adalah galur high-pathogenic avian influenza (HPAI). WHO mencatat hanya ada satu galur dari virus flu burung yang tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau HPAI H5N1 yang dapat menginfeksi manusia (zoonosis). Masih menurut WHO, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa virus flu burung tersebut telah bermutasi dari daya mematikan (patogenisitas)-nya yang rendah menjadi virus yang patogenisitasnya tinggi. Mutasi virus flu burung inilah yang menyebabkan akhirnya flu burung menular ke manusia. Penyakit flu burung memiliki mata rantai penularan dari ayam, bebek, ke babi, baru kemudian menular kepada manusia. Penularannya kepada manusia lebih cepat apabila melalui babi karena ketika penyakit itu masuk ke tubuh babi, virus bisa berubah menjadi ganas atau melemah.

2.2.2

Cara Penularan

Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. Flu burung (H5N1) dapat menyebar dengan cepat di antara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini dapat juga menyerang manusia lewat udara yang terce-mar virus itu, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang flu burung.

2.2.3

Gejala Unggas Terinfeksi Flu Burung

Gejala flu burung pada unggas biasanya bervariasi, bahkan kadang tanpa gejala. Gejala yang umum adalah tanda-tanda pada pernapasannya seperti bersin, pem-bengkakan kepala, jengger berwarna biru, dan bercak merah pada bagian tulang sayap. Juga muncul tanda-tanda saraf seperti tidak dapat berjalan, kepala dan leher berputar-putar. Gejala umum lainnya adalah mencret, penurunan produksi dan makan, kematian yang rendah serta tinggi tergantung galur virusnya, serta kaki

(5)

seperti habis kerokan, yakni bergaris merah-merah. Namun, gejala-gejala terse-but sangat umum dan bisa juga disebabkan oleh bakteri, sehingga diagnosis yang meyakinkan sangat dibutuhkan.

Unggas air yang sering bermigrasi (kebanyakan adalah bebek liar) adalah reservoir alami bagi virus flu burung, tetapi mereka resisten terhadap penyakit tersebut. Kon-tak langsung dan tidak langsung antara unggas air yang bermigrasi dengan unggas ternak, menurut WHO, berimplikasi atas seringnya terjadi epidemi flu burung di dunia burung. Pasar burung hidup juga mempunyai peranan penting dalam penye-baran epidemi, yaitu berjangkitnya penyakit di suatu negara.

2.3

Data Kasus Flu Burung

Daerah beresiko tinggi terinfeksi flu burung di Indonesia ada 11 provinsi yaitu selu-ruh provinsi di Pulau Jawa, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Pada awal terjadi wabah, Agustus 2003, kematian unggas se-banyak 9.000 ekor, September 2003 naik jadi 325 ribu ekor dan memuncak pada November 2003 dengan korban 2,3 juta ekor. Namun, pada Desember 2003 kasus kematian mulai menunjukkan penurunan jadi 0,5 juta ekor dan pada Januari 2004 turun lagi menjadi 245.030 ekor.

2.4

Kejadian Luar Biasa

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indone-sia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Keja-dian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejaKeja-dian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

(6)

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

• Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

• Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

• Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

• Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Pemerintah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) flu burung secara na-sional, bukan hanya untuk Provinsi DKI Jakarta saja. Alasannya adalah jumlah korban yang tersebar lebih banyak dibandingkan dengan kasus Iwan Iswara, auditor Badan Pemeriksa Keuangan yang meninggal bersama dua putrinya. Status KLB ditetapkan juga agar pemerintah dan masyarakat lebih agresif menghadapi flu bu-rung dan anggaran yang dialokasikan juga terarah. Selain itu, virus ini telah menim-bulkan kerugian material hingga Rp 7,7 triliun dan penyebarannya bisa meluas bila tidak segera ditangani. Kerugian sebesar itu timbul karena virus ini telah mem-bunuh 4,7 juta ekor ayam dan membuat 1,25 juta keluarga peternak kehilangan pekerjaan.

2.5

Dampak Flu Burung

Ancaman flu burung teramat sangat serius, terutama di Indonesia yang pemerin-tahnya tidak melakukan pekerjaan rumah sebaik di Thailand dan Vietnam. Jika sampai virus flu burung H5N1 bermutasi dan menular dari manusia ke manusia,

(7)

tidak mustahil Indonesia dapat menjadi hot zone bagi merebaknya pandemi flu bu-rung yang berpotensi menewaskan jutaan manusia.

Akibat wabah flu burung (H5N1) ini, industri perunggasan Indonesia misalnya me-ngalami kerugian hingga 13 triliun rupiah antara tahun 2003 dan 2005, sedangkan secara global, total kerugian yang diderita industri peternakan dunia mencapai dua miliar dolar AS atau 18,282 triliun rupiah (1 dolar AS = Rp. 9.141) selama kurun waktu September 2005 hingga September 2006. Selain kerugian ekonomi, H5N1 juga telah merenggut banyak nyawa. Industri unggas paling menderita secara ekonomi sejauh ini. Pemusnahan unggas telah menyebabkan pasok ayam dan unggas lain turun 15-20 % di negara yang paling parah terkena yaitu Vietnam dan Thailand. Pengusaha ternak dan pedagang ayam menderita kerugian besar karenanya.

2.6

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Flu

Burung

Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor ), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter. Obat standar oseltamivir (Tamiflu) seharusnya digunakan ketika gejala muncul 48 jam sebelum-nya, bahkan idealnya dalam tenggat 12 jam setelah penyakit mulai.

Dengan tingginya CFR flu burung di Indonesia menurut David E Swayne dari La-boratorium Penelitian Flu Burung USDA (Departemen Pertanian Amerika Serikat), virus AI beranak pinak dengan jenis berbeda karena mengalami mutasi akibat keke-balan alami unggas serta tekanan vaksin (sumber: http://www.i-library.org/

(8)

lanjut Swayne, tidak ada vaksin tunggal yang universal untuk virus AI. Efektivitas vaksin bergantung pada pemetaan virus yang ada di suatu negara sehingga bisa diproduksi vaksin yang sesuai jenis virus yang ada.

Direktur Kesehatan Hewan Deptan Musny Suatmodjo menyatakan, saat ini Indone-sia menggunakan vaksin berbahan dasar isolat virus AI lokal, yaitu strain Legok. Musny mengakui, vaksin itu hanya efektif untuk melawan virus AI strain Legok, tetapi tidak untuk strain lain. Padahal, di Indonesia ada banyak strain virus AI. Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa tindakan seperti:

1. Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang).

2. Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditata-laksana dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penu-laran bagi orang disekitarnya.

3. Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan. 4. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.

5. Mengonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 8000 C selama

satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 6400 C selama lima menit.

6. Melaksanakan kebersihan lingkungan. 7. Melakukan kebersihan diri.

Orang berisiko tinggi terkena influenza yaitu mereka yang berusia lebih 60 tahun , atau berpenyakit paru dan jantung kronis tidak boleh bekerja di peternakan ung-gas/burung/ayam. Penanggulangan Pemerintah telah menetapkan enam langkah penanganan flu burung:

(9)

2. Sosialisasi tentang biosecurity, yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian.

3. Pemantauan lebih luas dan agresif yang dilakukan Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, dan Departemen Perdagangan.

4. Meningkatkan manajemen kasus agar sedini mungkin kasus dapat dideteksi. 5. Menyiapkan 44 rumah sakit untuk merawat pasien yang diduga terinfeksi flu

burung.

6. Menyiapkan delapan provinsi agar memiliki pusat-pusat pendeteksi dini virus H5N1.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil regresi terhadap hipotesa 3 yakni untuk menguji pengaruh variabel desentralisasi fiskal bidang kesehatan, PDRB per kapita, jumlah tenaga medis dan jumlah tempat

Pedoman Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas Tahun 2008.. Menteri Kesehatan sebagai Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas Tingkat Nasional. Jenis dan Bentuk Penghargaan

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa teori didalam Relationship marketing yang diutarakan oleh Robinette dalam Sandra (2005:14) yang dimana variabel dari

Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan afektif ibu

Emosi bukan peristiwa sesaat, tetapi pengalaman yang terjadi selama beberapa saat. Pengalaman emosional dapat ditimbulkan oleh masukan eksternal pada sistem sensoris, kita

Membuat Form menggunakan Wizard Membuat fitur-fitur form untuk membuat form Menggunakan tools untuk membuat form Menyimpan form diberi nama sesuai dengan aturan penamaan

Aldehid dan keton termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon

Sebelum mengungkapkan tentang hubungan Cirebon dengan VOC, sebelumnya dalam buku ini dijelaskan mengenai masuknya islam di Indonesia khususnya di Jawa Barat, sislsilah sunan gunung