• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN ITP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN ITP"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Benih adalah alat untuk mempertahankan kelanjutan hidup spesies tumbuhan tertentu dengan cara memperpanjang kehidupan embrio. Biasanya benih legum kebanyakan mempunyai kulit yang keras, sehingga untuk membantu proses perkecambahan perlu dilakukan skarifikasi sehingga dapat mengubah kulit yang tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas dan air. Skarifikasi dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, mekanik dan kimia.

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi skarifikasi mempunyai tujuan yaitu mengidentifikasi tipe dormansi benih, mampu menentukan cara skarifikasi benih sesuai dengan tipe dormansinya dan mampu menyemai benih secara baik dan benar. Manfaat dari praktikum Ilmu Tanaman Pakan adalah mengetahui teknik penanaman atau pengadaan hijauan pakan bagi ternak sehingga diperoleh hasil yang optimal.

BAB II

(2)

Skarifikasi merupakan salah satu upaya perawatan benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Salah satu cara untuk mempercepat masa dormansi adalah dengan cara skarifikasi. Benih yang diberi perlakuan skarifikasi memungkinkan masuknya air ke dalam benih sehingga imbibisi sebagai proses awal perkecambahan benih dapat terjadi. Skarifikasi bertujuan untuk mengubah kulit benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas- gas dan air (Minarno, 2002).

2.1.1. Skarifikasi Fisik

Skarifikasi fisik dilakukan dengan merendam biji dalam air panas atau biji juga bisa di oven lebih dahulu sebelum meredam dengan air panas (Ilyas, 2007). Perlakuan fisik dengan perendaman benih pada air panas selama 7-10 menit. Hal ini bertujuan supaya benih lebih lunak sehingga memudahkan terjadinya perkecambahan (Pramono et al., 2010).

2.1.2. Skarifikasi Kimia

(3)

KNO3, sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat masuknya oksigen kedalam benih (Muharni, 2002).

2.1.3. Skarifikasi Mekanik

Skarifikasi secara mekanik umumnya digunakan untuk memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas, resisten mekanisme kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit benih. Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada lingkungan yang optimum untuk perkecambahannya (Saleh, 2004). Cara mekanisme yang dilakukan adalah dengan menggosok kulit biji menggunakan amplas, sedangkan perlakuan “impaction” (goncangan) dilakukan untuk benih yang memiliki sumbang gabus. Skarifikasi dengan cara mekanik pada setiap benih dapat diberi perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan kecil, asal daerah radikel tidak rusak (Schmidt, 2002).

2.2. Perkecambahan

(4)

menghambat perkecambahan,namun ada pula yang berkecambah sama baik ditempat gelap atau terang (Mustika, 2010).

2.3. Uji Muncul Tanah

Uji muncul tanah merupakan cara untuk mengetahui kualitas biji dengan media tanam tanah, namun sebelum ditanam benih sudah melalui proses skarifikasi terlebih dahulu. Pengujian kualitas tanah berhubungan dengan ketersediaan unsur hara dan zat - zat yang terkandung di dalam tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik membutuhkan tanah yang baik pula, yaitu tanah yang banyak mengandung unsur hara (Nawi, 2000). Uji muncul tanah dipengaruhi oleh keadaan biji dan medium tanah. Keadaan biji dipengaruhi tekstur, proporsi, struktur, suhu, dan konsistensi tanah (Sutopo, 2002).

2.4. Benih

(5)

2.4.1. Sentro (Centrosema pubescens)

Centrosema pubescens adalah jenis legum yang berasal dari Amerika Selatan, merupakan tumbuhan parennial, pertumbuhan tanaman membelit, menjalar, batang berbulu dan tidak berkayu, tipe daun trifoliate, berambut, panjangnya 5-12 cm dan lebar 3-10 cm (Umiyasih dan Anggraeni, 2003). Sentro dapat tumbuh didaerah tropis, tidak tahan dengan suhu dingin, dapat tumbuh pada musim kemarau panjang, responsif terhadap pupuk P dan termasuk tanah masam dengan kesuburan sedang (Soemarsono, 2007).

2.4.2. Puero (Pueraria phaseoloides)

Tanaman ini berasal dari India Timur, dengan jenis tanaman yang berumur panjang dengan ciri - ciri tumbuh merambat, memanjat dan membelit. Sifat perakaran dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Pramono et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah serta tahan terhadap tanah asam dan permukaan air yang tinggi (Rukmana, 2005).

2.4.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides)

(6)

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan acara Skarifikasi dan Uji Muncul Tanah dilaksanakan pada tanggal 13April 2013 pukul 07.30 – 09.30 di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

(7)

mempertahankan suhu dalam proses perkecambahan. Bahan yang digunakan adalah legum puero, sentro, dan kalopo, air panas 60o C dan H2 SO4 96%.

3.2. Metode 3.2.1. Skarifikasi

Metode yang digunakan dalam praktikum skarifikasi menggunakan tiga metode yaitu skarifikasi secara mekanik, fisik, dan kimia. Metode skarifikasi secara mekanik yaitu dengan cara mengamplas 20 biji sentro. Skarifikasi secara fisik adalah dengan cara memasukkan 20 biji sentro ke dalam air panas dengan suhu 60oC selama 7 menit. Skarifikasi secara kimia dengan cara memasukkan 20 biji sentro ke dalam larutan H2SO4 selama 7 menit. Kemudian meniriskan biji sentro pada masing-masing perlakuan dan meletakkan biji sentro ke dalam medium tissue yang telah disiapkan dan dibasahi dengan air supaya lembab. Menyimpan dalam suhu kamar, menyirami secara teratur dengan air dan mencatat jumlah biji yang berkecambah setiap hari sampai hari ke-14, membuang benih yang busuk dan berjamur.

3.2.2. Perkecambahan

Mengkecambahkan benih legum sentro yang telah diberi perlakuan tersebut pada media tissue dengan menyusun biji sebanyak 10 butir untuk U1 dan 10 butir untuk U2. Mengamati dan menyiram setiap hari selama 14 hari, menghitung benih yang sudah tumbuh serta membuang benih yang busuk dan berjamur.

(8)

Praktikum ilmu tanaman pakan dalam uji muncul tanah menggunakan metode yaitu dengan melakukan skarifikasi secara mekanik, fisik, dan kimia. Penanaman pada polibag sebanyak 10 benih pada setiap perlakuan, setiap polibag berisi media tanah dengan kedalaman kira - kira 2 cm pada masing-masing benih. Menyimpan benih dalam suhu kamar, menyiram benih setiap hari selama 14 hari, menghitung jumlah benih yang muncul diatas tanah dan menghitung persen perkecambahan dengan menggunakan Coefisien Vigor (CV) serta Vigor indeks kecambah (VI).

Persentase Perkecambahan

% perkecambahan = jumlah kecambah x 100% Total benih

Vigor indeks dan Coefisien Vigor dapat dihitung dengan : V1 =

C : Jumlah kecambah pada hari tertentu

D : Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah itu

CV =

T : Waktu yang berkorespondensi dengan A

(9)

BAB IV

Tabel 1. Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik Jenis

Sentro 4,3 3 3,65 40 45,45 42,72 60

Puero 4,11 1,6 3,29 33,33 12,5 22,91 65

Kalopo 7,2 5,1 6,15 40 66,67 53,34 90

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(10)

melunaknya kulit benih. Namun pada skarifikasi mekanik, pengamplasan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak benih. Hal ini sesuai pendapat Saleh (2002) bahwa skarifikasi mekanik harus dilakukan secara hati - hati pada benih karena apabila terlalu keras maka dapat merusak benih yang berkulit tipis, dan apabila telalu pelan maka kulit keras tidak akan terkelupas, dan hal itu akan mempengaruhi perkecambahan benih tersebut.

4.1.2. Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi perkecambahan yang dilaksanakan selama dua minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik Jenis

Sentro 1 3,09 2,04 100 28,57 64,28 20

Puero 0,27 0,34 0,3 13,33 10,33 11,83 25

Kalopo 0,42 1 0,71 14,28 100 57,14 15

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(11)

sentro perkecambahannya lebih lambat dikarenakan adanya faktor pembatas. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2002) yang menyatakan bahwa fase pertumbuhan awal ditunjukan bersifat eksponensial kemudian menurun karena adanya faktor - faktor pembatas yang diantaranya waktu, media tumbuh dan

Tabel 3. Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia Jenis

Sentro 8 9,17 8,58 100 66,67 83,34 90

Puero 4,33 3,45 3,89 30 41,67 35,84 45

Kalopo 5,1 1,96 3,35 40 33,33 36,67 55

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(12)

perendaman dengan larutan asam sulfat dikombinasikan dengan lama perendaman yang berbeda, karena lama peredaman akan mempengaruhi banyaknya larutan H2SO4 yang terserap ke dalam benih. Hal ini ditambahkan dengan pendapat Suyatmi et al. (2011) bahwa semakin pekat asam sulfat yang digunakan maka perendaman semakin cepat.

4.2. Uji Muncul Tanah

4.2.1. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi uji muncul tanah yang dilaksanakan selama dua minggu diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik

Jenis

Sentro 4,83 4,16 4,5 47,61 37,03 42,32 100

Puero 0,74 1,66 1,2 15,78 17,24 16,51 55

Kalopo 2,35 2,98 2,67 16,67 20,93 18,8 95

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(13)

apabila terlalu keras maka dapat merusak benih dan apabila telalu pelan maka kulit keras tidak akan terkelupas, dan hal itu akan mempengaruhi perkecambahan benih tersebut. Selain itu kepadatan tanah juga berpengaruh pada laju uji muncul tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Haridjaja et al. (2010) bahwa tanah yang padat akan memberikan hambatan fisik pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas kemampuan memanen air, udara dan hara.

4.2.2. Uji Muncul Tanah dengan Sakrifikasi Fisik

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi uji muncul tanahyang dilaksanakan selama dua minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi fisik Jenis

Sentro 1,6 1,3 1,49 13,11 11,59 12,35 90

Puero 0,69 1,36 1,02 9,67 11,25 10,46 80

Kalopo 0,2 0,42 0.31 20 14,28 11,28 20

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(14)

Haridjaja et al., (2010) bahwa tanah yang padat akan memberikan hambatan fisik pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas kemampuan memanen air, udara dan hara. Benih sentro menghasilkan rata-rata uji muncul tanah paling tinggi dibandingkan dengan benih lainnya. Hal ini disebabkan oleh penyiraman dan struktur tanah sebagai medium penanam berupa tanah yang berbeda sehingga terdapat perbedaan hasil presentase perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawi (2000) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik membutuhkan tanah yang baik, yaitu tanah yang banyak mengandung unsur hara.

4.2.2. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi uji muncul tanah yang dilaksanakan selama dua minggu diperoleh data sebagai berikut: Tabel 6. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia

Jenis

Sentro 3,49 4,3 3,9 23,8 35,71 29,76 100

Puero 1,89 1,62 1,76 11,82 19,35 15,59 40

Kalopo - 0,2 0,1 - 10 5 30

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(15)

yang menyatakan bahwa perlakuan dengan menggunakan bahah kimia sering digunakan dengan tujuan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada proses imbibisi sehingga memecahkan dormansi lebih cepat. Selain itu kepadatan tanah juga berpengaruh pada laju uji muncul tanah. Hal ini sesuai pendapat Haridjaja et al. (2010) bahwa tanah yang padat akan memberikan hambatan fisik pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas kemampuan memanen air dan unsur hara.

BAB V

(16)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada uji perkecambahan biji sentro, kalopo, dan puero lebih cepat tumbuh dengan menggunakan scarifikasi mekanik. Sedangkan pada uji muncul tanah biji sentro, kalopo, dan puero lebih cepat tumbuh pada skarifikasi fisik dan mekanik. Hal ini disebabkan karena proses perendaman yang cukup lama yang mengakibatkan banyak air yang masuk kedalam biji dan pengamplasan yang mengakibatkan kulit dari biji menjadi lebih tipis sehingga biji cepat berkecambah.

5.2. Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Haridjaja, O. 2010. Pengaruh Isi Bobot Tanah teradap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan Benih Kacang Tanah dan Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 15(3): 147-152.

Ilyas, S. 2007. Persistensi dan Pematahan Dormansi Benih pada beberapa Varietas Padi Gogo. Jurnal Agrista 11 ( 2 ) : 92-101.

Lensari, Delfy. 2009. Pengaruh Perlakuan Pertahanan Dormansi Terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Minarno, E. B. 2002. Pengaruh Skarifikasi Giberellin Kyowa terhadap pertumbuhan palem putri (Vetchia merilli, Becc, H.E Moore). Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Pramono, A.A, Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I. Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan Untuk Pertanian. CIFOR, Bogor.

Muharni, S. 2002. Pengarah Metode Pengerigan dan Perlakuan Pematahan Dormansi terhadap Viabilitas Benih Kayu Afrika (Maesopsis emiini Engler). Fakultas Pertanian IPB, Bogor

Nawi, M. 2000. SkarifikasiTanamanPakan. Erlangga, Jakarta.

Pramono, A.A, Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I. Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan Untuk Pertanian. CIFOR, Bogor.

Rukmana. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius, Yogyakarta. Saleh, M.S., 2002 .Perlakuan Fisik dan Kalium Nitrat Untuk Mempercepat Perkecambahan Benih Aren dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Kecambah. J.Agroland 9 (4): 36–330.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian UNIBRAW. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(18)

Soemarsono. 2007. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Hijauan pakan merupakan makanan untuk ternak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Hijauan pakan berasal dari bangsa rumput (Gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain. Kelompok hijauan pakan biasanya disebut pakan kasar, hijauan sebagai makanan ternak biasanya diberikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar dan hijauan kering. Penyediaan pakan yang baik merupakan faktor yang mendukung dalam terpenuhnya nutrisi ternak.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput (Gramineae)

2.1.1. Pennisetum purpureum (Rumput gajah)

Pennisetum purpureum adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah dengan minimal atau tanpa tambahan nutrien, sehingga dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi, juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008). Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, tinggi batang mencapai 2-4 meter, tumbuh membentuk rumpun, pelepah daun gundul hingga garis berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing (Yahya, 2002).

2.1.2. Pannicum maximum (Rumput benggala)

Rumput benggala berasal dari Afrika tropik dan subtropik. Ciri-cirinya bersifat perennial atau tanaman tahunan, batang tegak, kuat dan membentuk rumpun, akarnya membentuk serabut dalam dan mempunyai lidah daun yang berbulu (Pramono et al., 2010). Pannicum maximum tumbuh pada daerah daratan rendah sampai pegunungan, dapat bertoleransi dengan berbagai jenis tanah, tahan naungan, responsif terhadap pupuk nitrogen (Sumarsono, 2007).

2.1.3. Brachiaria brizantha (Rumput bebe)

(21)

satu meter dan pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005). Proses penanaman rumput ini menggunakan pols, hidup ditanah struktur ringan, sedang sampai berat. Pada proses penanaman rumput bebe, juga harus memperhatikan faktor lingkungan antara lain adalah ketersediaan nutrien yang berdampak langsung pada pertumbuhan produksi dan persistensi tanaman (Sumarsono, 2007).

2.1.4. Setaria sphacelata (Rumput setaria)

Setaria sphacelata ini termasuk dalam golongan rumput potong atau gembala di daerah dataran tinggi, berasal dari Afrika tropis dan memiliki siklus hidup parennial, termasuk tanaman yang kering dan teduh tetapi lebih suka pada tanah yang lembab dan subur, pertumbuhan setelah pemotongan cepat, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang coklat kemerahan tersusun seperti kipas (Rukmana, 2005). Setaria sphacelata dapat dikembangkan dengan menggunakan pols (Umiyasih, 2006).

2.1.5. Pennisetum purpupoides (Rumput raja)

Pennisetum purpupoides merupakan hasil persilangan antara Penissetum purpureum dengan Pennisetum typhoides. Rumput raja merupakan jenis rumput yang dapat hidup dalam waktu panjang dan memiliki batang yang tebal, juga memiliki daun yang lebar, tajam dan berbulu (Yahya, 2002). Rumput raja berasal dari Afrika Selatan. Rumput raja termasuk tanaman perennial, beradaptasi dengan baik di daerah tropis dengan struktur tanah yang tidak terlalu lembab dengan drainase yang baik (Mufarihin, 2012)

(22)

2.2.1. Centrosema pubescens (Sentro)

Centosema pubescens mempunyai ciri morfologi antar lain tumbuh secara menjalar hampir menutupi permukaan tanah. Sehingga tanaman sentro dapat digunakan sebagai penutup tanah pada budidaya tanaman hutan atau agroforestri (Lukiwati, 2007). Sentro merupakan tumbuhan parennial, tipe daun trifoliate dan lebih runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo, tumbuh membelit dan menjalar atau memanjang (Pudjiarti, 2004).

2.2.2. Calopogonium muconoides (Kalopo)

Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial, pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab (Sukamto, 2006). Kalopo biasa dikembangbiakan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200 - 1000 m diatas permukaan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm (Rahman, 2006).

2.2.3. Desmodium cinereum (Desmodium)

(23)

2.2.4. Gliricida sepium (Gamal)

Gamal adalah tanaman leguminosa yang bersifat tahunan, merupakan tanaman berkayu. Selain sebagai tanaman pakan, gamal dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar atau tanaman pencegah erosi (Yahya, 2002). Ciri-ciri pada gamal diantaranya adalah pohonnya meranggas yang tingginya mencapai 12 m, batang pendek, daunnya berseling, menyirip, warnanya kuning hijau dan berambut halus (Pramono et al., 2010).

2.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)

Leucaena leucocephala merupakan hijauan pakan yang sering diberikan kepada ternak tetapi mengandung zat anti nutrisi yaitu mimosin, untuk mengurangi kandungan mimosin lamtoro harus dijemur sehari lebih dulu sebelum diberikan pada ternak (Harjadi, 2002). Lamtoro mempunyai ciri-ciri fisik seperti tumbuh tegak, berupa pohon, tidak berduri, sistem perakarannya dalam, daunnya berkarang dan bunga berbentuk bola putih kekuningan (Bahar, 2008).

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan acara Pengenalan Jenis Hijauan Pakan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 April 2013 Pukul 07.30-11.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

(24)

Bahan yang digunakan yaitu Pennisetum purpureum (rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala), Brachiaria brizantha (rumput bebe), Setaria sphacelata (rumput setaria), Pennisetum purpupoides (rumput raja), Centrosema pubescens (sentro), Calopogonium mucunoides (kalopo), Leucaena leucocephala (lamtoro), Desmodium cinereum (Desmodium) dan Gliricidia sepium (gamal). Alat yang digunakan adalah kertas karton, kertas A4 dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.

3.2. Metode

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gramineae (Rumput)

4.1.1. Pennisetum purpureum (Rumput gajah)

(26)

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013. Sumber : www.wikipedia.org Ilustrasi 1. Pennisetum purpureum (rumput gajah)

(27)

4.1.2. Panicum maximum (Rumput benggala)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Panicum maximum adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013. Sumber : www.hear.org Ilustrasi 2. Panicum maximum (rumput benggala)

Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jenis tanaman pakan diketahui bahwa Panicum maximum merupakan rumput potong yang mempunyai ciri - ciri akarnya membentuk serabut dalam, dapat bertoleransi dengan berbagai jenis tanah, tahan naungan, buku dan lidah daun berbulu, dan daun lebih halus dari rumput gajah serta warna bunga hijau atau keunguan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mannetje dan Jones (2000) yang menyatakan bahwa rumput benggala ciri-cirinya bersifat perennial, batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun. Pendapat ini ditambahkan oleh Sumarsono (2007) menyatakan bahwa ciri-ciri rumput benggala adalah batang tegak, kuat, membentuk rumpun, akar serabut dalam, buku dan lidah daun berbulu, warna bunga hijau keunguan.

(28)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Brachiaria brizantha adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013. Sumber : www.temmaisrural.com Ilustrasi 3. Brachiaria brizantha (rumput bebe)

Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jenis tanaman pakan bahwa Brachiaria brizantha memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun, pangkal batang berwarna merah keunguan, daun lebar dan berbulu pada permukaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput Brachiaria brizantha adalah tumbuh membentuk hamparan, batang beruas pendek, berdaun lebar, dan berbulu halus. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rukmana (2005) bahwa ciri rumput ini adalah tumbuh tegak, pangkal batang banyak bercabang sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan kurang lebih 1m dan pangkal daun berbulu lebat.

4.1.4. Setaria sphacelata (Rumput setaria)

(29)

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013. Sumber : www.tropicalforages.info Ilustrasi 4. Setaria sphacelata (rumput setaria)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis tanaman pakan bahwa Setaria sphacelata termasuk jenis rumput potong yang memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun, berakar serabut, pangkal batang coklat kemerahan dan daun berhelai agak lebar serta berbulu pada permukaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) bahwa tanaman rumput setaria berumur panjang, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 2 m, pangkal batang yang berwarna emas kecoklatan dan membentuk rumpun. Bila dalam kondisi baik rumput ini dapat mencapai ratusan batang. Rumput ini termasuk rumput potong atau gembala, dapat tumbuh pada tempat kering dan genangan air serta cepat tumbuh. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Sumarsono (2007) bahwa rumput setaria memiliki daun dan berbatang lunak, tahan terhadap panas, cepat tumbuh dan umurnya pendek 60 hari sudah dapat panen.

(30)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Pennisetum purpupoides adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013. Sumber : www.tropicalforages.info Ilustrasi 5. Pennisetum hybrida (rumput raja)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis tanaman pakan bahwa Pennisetum purpupoides termasuk rumput potong yang memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun, batang tebal dan keras, daun lebar, warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar serta tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Hal ini sesuai dengan pendapat Yahya (2002) bahwa rumput raja merupakna tanaman yang hidup dalam jangka waktu panjang dan memiliki batang yang tebal, juga berdaun lebar, tajam, dan berbulu. Proses penanaman pada rumput raja menggunakan stek dan sobekan rumpun. Hal ini ditambahkan dengan pendapat Sukamto (2006) yang menyatakan bahwa penanaman rumput raja ada dua macam yaitu stek dan sobekan rumpun (pols) yang dapat tumbuh pada tempat sampai ketinggian 1500m dari permukaan laut.

4.2. Leguminoceae (Legum)

(31)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Centrosoma pubescen adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktikum Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : commons.wikimedia.org Ilustrasi 6. Centrosema pubescens (sentro)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Centrosema pubescens (Sentro) memiliki ciri tumbuh menjalar, memanjat dan membelit, batang agak berbulu tidak berkayu, berdaun tiga pada setiap tangkai daun, bentuk helai daun oval agak elips, berbunga kupu-kupu besar warna ungu muda kemerahan. Hal ini sesuai pendapat Pudjiarti (2004) bahwa sentro merupakan tumbuhan parennial, tipe daun trifoliate dan lebih runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo, tumbuh membelit dan menjalar atau memanjang. Pendapat ini diperkuat oleh Rukmana (2005) menyatakan bahwa sentro memiliki ciri bunga yang berbentuk tandan berwarna ungu muda bertipe kacang ercis dan kapri.

4.2.2. Calopogonium mucunoides (Kalopo)

(32)

Sumber : Data Primer Praktik Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : www.medicinalplantsinnigeria. Com

Ilustrasi 7. Calopogonium muconoides (kalopo)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Calopogonium mucunoides (Kalopo) memiliki ciri-ciri tumbuh merambat, membelit, memanjat, batang lunak ditutupi bulu-bulu panjang warna coklat, berdaun tiga setiap tangkai daun, dan bunga kecil berwarna ungu. Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial, pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap pengembalaan, tidak tahan naungan yang lebat tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab sesuai dengan pendapat Sukamto (2006). Diperkuat oleh Rahman (2006) bahwa kalopo biasa dikembangbiakan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200-1000 m diatas permukaan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm.

4.2.3. Desmodium cinereum (Desmodium)

(33)

Sumber : Data Primer Praktik Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : www.yiesoniksoka.wordpress. com

Ilustrasi 8. Desmodium cinereum

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Desmodium cinereum memiliki ciri-ciri daun trifoliate, batang hampir berbentuk kotak, akar tunggang serta disetiap daun memilki tunas. Hal ini sesuai dengan pendapat Pramono et al., (2010) yang menyatakan bahwa daun pada Desmodium cinereum biasanya agak tebal, panjang 5 - 7 cm, ditutupi oleh bulu yang halus, bunga berwarna ungu berada pada panikel terbuka, buah polong dengan 6 - 8 biji. Hal ini ditambahkan dengan pendapat Russel (2008) bahwa Desmodium cinereum merupakan salah satu tanaman semak tegak berumur pendek yang digunakan pada teras tanaman pagar untuk tanaman tumpang sari.

4.2.4. Gliricidia sepium (Gamal)

(34)

Sumber : Data Primer Praktik Tanaman

Pakan, 2013. Sumber : www.nusataniterpadu. Wordpress Ilustrasi 9. Gliricidia sepium (gamal)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Gliricidia sepium memiliki ciri-ciri permukaan daun halus, daun tipe majemuk tunggal, akar tunggang dan batang berkayu. Hal ini sesuai pendapat Yahya (2002) yang menyatakan bahwa gamal merupakan tanaman berkayu. Diperkuat oleh pendapat Pramono et al. (2010) yang menyatakan bahwa ciri-ciri pada tanaman gamal diantaranya adalah pohonnya merenggas yang tingginya mencapai 12 m, batang pendek, daunnya berseling, menyirip, warnanya kuning hijau dan berambut halus. 4.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)

(35)

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013. Sumber : www.id.wikipedia.org Ilustrasi 10. Leucaena leucocephala (Lamtoro)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Leucaena leucocephala memiliki ciri-ciri tumbuh tegak, perakaran dalam, anak daun elips agak oval dan kecil serta warna daun hijau tua agak kelabu serta bunga berbentuk bola warna putih. Hal ini sesuai pendapat Kavana et al., (2005) bahwa lamtoro mempunyai ciri fisik seperti daunnya bulat dan kecil yang tumbuh pada tiap-tiap ruas daun, mempunyai tulang daun menyirip. Leguminosa pohon seperti kaliandra, gamal dan lamtoro merupakan sumber pakan ternak yang mampu menyediakan protein by-pass, karena mengandung tannin yang dapat memproteksi protein dari pencernaan mikroba rumen. Pendapat ini diperkuat oleh Bahar (2008) yang menyatakan bahwa lamtoro mempunyai ciri fisik seperti tumbuh tegak, berupa pohon, tidak berduri, sistem perakarannya dalam, daunnya berkarang dan bunga berbentuk bola putih kekuningan atau merah muda.

BAB V

(36)

Hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa rumput dan leguminosa memiliki ciri yang berbeda. Rumput umumnya memiliki ciri-ciri umum seperti daun menyirip, tumbuh berumpun, batang dan permukaan daun berbulu, serta memiliki akar serabut. Sedangkan pada leguminosa memiliki ciri-ciri umum seperti batang nodus dan internodus menyatu, daunnya trifoliate atau lebih, bunga tumbuh pada setiap cabang, biji polong dan ada yang tumbuh membelit, menjalar dan tegak, serta memiliki akar tunggang.

5.2. Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, S. 2008. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Produktivitas Hijauan Pakan untuk Produksi Sapi Bali di Sulawesi Selatan. 233-237.

Christians, N. 2001. Fundamentals of Turfgrass Management. Ann Arbor Press. Chelsea, Michigan, 301 p.

Lukiwati, D.R. 2007. Peningkatan Prduksi dan Kecernaan Bahan Kering Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides oleh Pemupukan Batuan Posfat dan Inokulasi MVA. Vol 9. No.1, 2007, Hal 1-5.

Mufarihin, A; Lukiwati, D.R dan Sutarno. 2012. Animal Agriculture Journal. Pertumbuhan dan Bobot Bahan Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang Berbeda. Vol 1.No. 2, 2012, p1-15. Guntoro, S. 2009. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. Agro. Harjadi, S. 2002. Pengantar Agronomi Edisi 2. PT Gramedia, Jakarta.

Mannetje dan R.M.Jones. 2000. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PT Balai Pustaka, Jakarta.

Pramono, A.A, Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I. Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan Untuk Pertanian. CIFOR, Bogor.

Pudjiarti. 2004. Produksi Bahan Kering Serapan N dan P Hijauan pada Pertamanan Ganda Setaria dan Puero atau Centro dengan Pemupukan Fosfat dari Sumber yang Berbeda. 1-65.

Rahman, S.Y. 2006. Respons Pertumbuhan dan Adaptasi Terhadap Cekaman Kekeringan 3 Jenis Tanaman Legum Pakan yang Diinokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Rhizobium di Ultisol. 1-134.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius, Yogyakarta.

Russel. 2008. Pertanian Umum. Erlangga, Jakarta.

(38)

Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Sumarsono. 2007. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Facultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Turgeon, A.J. 2002. Turfgrass Management. 6th ed. Prentice-Hall, New Jersey. 400 p.

Umiyasih, U dan Yenny N.Y. 2006. Respons Perbaikan Pakan Terhadap Produktivitas Sapi Potong Induk Periode Post Partum Di Kabupaten Probolinggo. Hal 1-7.

(39)

BAB 1 PENDAHULUAN

Hijauan pakan yang sering digunakan untuk ternak adalah legum dan rumput. Bahan tanam untuk rumput berupa biji, pols, dan stek, sedangkan legum berupa biji dan stek. Pemilihan bahan tanam dan pengolahan lahan yang tepat dengan lingkungannya dapat memberikan produksi yang tinggi. Produksi hijauan pakan di Indonesia masih terhitung rendah karena banyak dari peternak tidak mempertimbangkan ketersedian lahan untuk tanaman pakan terutama peternak skala kecil, sehingga perlu diadakan pengolahan lahan agar dengan lahan yang minimum dapat menghasilkan produksi hijauan pakan yang maksimum.

Dalam bidang peternakan produksi hijauan memegang peranan sangat penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi hijauan adalah intensitas cahaya, curah hujan, benih atau bibit yang digunakan dan manajemen sistem pengolahan lahan. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan meliputi pembersihan, pembajakan, penggaruan dan penyiapan bibit.

Tujuan dalam praktikum ini adalah mengetahui cara pengolahan lahan yang benar, mampu memilih bahan tanam yang sesuai, mengetahui cara tanam yang benar, mengetahui jarak tanam yang tepat, mampu memupuk yang benar, mengetahui interval pemotongan yang tepat, mampu memprediksi produksi hijauan pakan. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan mampu memilih bahan tanam yang sesuai sehingga dapat menghasilkan hasil yang optimum dari tanaman pakan yang dikembangkan.

(40)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hijauan Pakan

2.1.1. Jagung

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas pertanian yang ekonomis dan berpeluang untuk dikembangkan. Jagung biasanya digunakan sebagai bahan baku industri makanan, indutri kimia, industri fermentasi dan pakan ternak. Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antar tahap petumbuhan dan jumlah daun yang berkembang berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan menjadi ke dalam tiga tahap yaitu fase perkecambahan, saat proses ambibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama fase pertumbuhan vegetatif, fase ini di identifikasikan dengan jumlah daun yang terbentuk (Prasnasari et al., 2012). Pertambahan jumlah daun akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan sampai pada umur tertentu akan terhenti atau menurun karena tanaman memasuki fase reproduktif (Rahni, 2012).

2.1.2. Rumput Setaria

(41)

hari pada suhu 1050 C dan beratnya stabil. Kandungan bahan kering ini semakin meningkat seiring dengan semakin tua umur tanaman tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan produksi berat segar, bisa diukur dari jumlah hijauan yang dihasilkan pada saat panen, dan untuk pengukuran produksi bahan kering dengan cara pengambilan tanaman pada saat defoliasi (Suswati, 2012).

2.2. Teknik Budidaya Tanaman 2.2.1. Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerase tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu (Ohorella, 2011). Sistem olah tanah sempurna akan memberikan jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah (Ma’sumah, 2002). Perbedaan kondisi tanah pada sistem olah tanah sempurna dapat mengakibatkan perbedaan ketersediaan air dan unsur hara yang dapat diserap tanaman sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Mahmud et al., 2002).

2.2.2 Penanaman

(42)

pengaturan jarak tanam yang sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor–faktor tumbuh tanaman (Ariwibawa et al., 2007). Bahan penanaman yang digunakan dalam penanaman hijauan makanan ternak yaitu biji, stek atau sobekan rumpun, untuk jenis stolon atau rhizoma penanamanya dilakukan dengan potongan stolon atau rhizome (Muliwarni dan Wawo, 2011).

2.2.3. Pemupukan

Pemupukan merupakan faktor terpenting dalam penanaman karena unsur hara yang terdapat di dalam tanah jumlahnya terbatas dan tidak selalu ada untuk diserap oleh tanaman secara terus menerus sehingga harus ada unsur hara yang diberikan secara teratur yaitu berupa pupuk. Tidak semua pupuk yang diberikan kedalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukkan tinggi tanaman (Mamonto, 2005). Pemupukkan berimbang berarti menyediakan semua unsur hara yang cukup sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik (Pusri, 2008). Pupuk N, P dan K adalah pupuk majemuk yang dibuat dengan mencampurkan unsur unsur pupuk yaitu N, P dan K.

2.3.4. Pengairan

(43)

pertanian, dan membuang kelebihan air ke saluran pembuangan. Pengairan bertujuan untuk memberikan tambahan air pada air hujan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan tanaman (Kurnia, 2004). Interval pemberian air sangat berpengaruh terhadap kelembaban tanah, baik untuk setiap jenis tanaman maupun fase pertumbuhannya (Kurnia et al., 2002).

2.3.5. Penyiraman

Pemberian air atau irigasi dapat dilakukan dengan cara Subsurface irrigation, dilakukan dengan mengatur drainage dibawah permukaan tanah. Pemberian air dibawah permukaan tanah dimaksudkan agar perakaran tanah tetap basah. Subsurface irrigation dilakukan melalui pipa-pipa yang ditanam di bawah permukaan tanah. Surface irrigation dilakukan dengan cara menyiram air ke tanaman. Surface irrigation dapat dilakukan dengan cara mengairi lahan melalui parit-parit yang disiapkan. Sprinker irrigation merupakan cara penyiraman dengan penyemprotan melalui sprinkler. Penyiraman dengan cara ini lebih sedikit membutuhkan air. Trickle irrigation atau Drip irrigation, disebut irigasi tetes. Dilakukan dengan cara memberi air dengan jumlah sangat sedikit dan terus menerus (Purbajanti, 2013). Penyiraman dengan interval yang panjang juga dapat menghindari tanah di pembibitan yang menjadi padat karena penyiraman yang sering dilakukan (Haryati, 2003).

(44)
(45)

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Pengolahan Lahan Hijauan Pakan dilaksanakan pada tanggal 15 April 2013 sampai 22 Juni 2013 di Lahan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

2.1. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi pengolahan lahan antara lain yaitu sabit untuk menyiangi lahan dari tanaman liar, cangkul untuk menggemburkan tanah, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, tali rafia digunakan untuk memberi batas disekeliling lahan, oven digunakan untuk mengoven bahan segar, kantong sampel digunakan untuk tempat potongan bahan segar, timbangan digunakan untuk menimbang sampel, lahan seluas 3 x 3 meter untuk jagung dan 2 x 2 meter untuk rumput setaria, dan alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. Bahan yang digunakan adalah rumput setaria, jagung, pupuk urea, pupuk SP36 dan pupuk KCl.

2.2. Metode

(46)
(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Jagung

4.1.1. Pertambahan Jumlah Daun Jagung

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah daun jagung dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun Jagung

Parameter Minggu ke-n (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rata-rata jumlah

daun 2,77 3,90 4,76 6.27 7,40 8,0 8,3 8,65 8,93

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanamn Pakan, 2013. Grafik 1. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun

(48)

Berdasarkan data pengamatan terhadap pertambahan jumlah daun jagung diperoleh hasil bahwa jumlah daun dari minggu ke minggu mengalami kenaikan. Data diatas menunjukkan bahwa rata – rata perumbuhan daun tercepat terjadi pada minggu ketiga dan keempat, sedangkan pada minggu berikutnya rata – rata pertambahan jumlah daun hampir sama karena pertambahan daun ini meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman jagung tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahni (2012) yang menyatakan bahwa pertambahan jumlah daun akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan sampai pada umur tertentu pertambahan jumlah daun akan terhenti atau menurun karena tanaman memasuki fase reproduktif. Diperkuat oleh Hermanuddin (2012) bahwa meningkatnya jumlah daun tanaman jagung sangat ditentukan oleh umur tanaman. Pertambahan jumlah daun ini juga dipengaruhi oleh pemupukan. Sesuai dengan pendapat Walalangi (2007) bahwa pemupukan yang kurang tepat adalah suatu faktor yang sangat penting dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung.

4.1.2. Pertambahan Tinggi Tanaman Jagumg

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi jagung dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi Jagung

Parameter 1 2 3 4Minggu ke-n (cm)5 6 7 8 9

Rata-rata

(49)

Grafik 2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(50)

perkembangan dapat dipengaruhi lingkungan. Persaingan pertumbuhan jagung dengan gulma merupakan salah satu faktor penyebab penurunan pertumbuhan jagung. Hal ini ditambahkan Soejono (2004) yang menyatakan bahwa hambatan pertumbuhan akibat adanya allelopati pada gulma dapat menyebabkan hambatan pada pembelahan sel.

4.2. Pertumbuhan Rumput Setaria

4.2.2. Pertambahan Jumlah Daun Rumput Setaria

Berdasarkan hasil pengamatan pertambahan daun rumput setaria dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun Rumput Setaria

Parameter Minggu ke-n (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rata-rata jumlah

daun 3,06 4,52 17 33,35 56,4 111,58 134,05 168,4 210,1 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanamn Pakan, 2013.

Grafik 3.Hasil Pengamatan Jumlah Daun Rumput Setaria

(51)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertambahan jumlah daun rumput setaria diperoleh hasil bahwa jumlah daun terus mengalami kenaikan dari minggu ke minggu. Data diatas menunjukkan bahwa pertambahan awal daun berlansung lambat dan mengalami percepatan pada minggu kelima. Hal ini disebabkan karena sel daun terus membelah pada pembelahan dimeristem apikal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Mulyani (2006) bahwa pertumbuhan daun terus menerus memanjang dari pertumbuhan apikal. Pertambahan jumlah daun rumput setaria dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya cahaya matahari. Semakin bayak cahaya matahari yang masuk kedalam tanaman maka tanaman tersebut akan semakin cepat tumbuh dengan cara berfotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Farizaldi (2011) yang menyatakan bahwa cahaya termasuk faktor lingkungan terpenting karena cahaya mempengaruhi secara langsung melalui proses fotosintesis dan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

4.2.1. Pertambahan Tinggi Rumput Setaria

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi rumput setaria dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi Rumput Setaria

Parameter 1 2 3 4Minggu ke-n (cm)5 6 7 8 9

Rata-rata

tinggi 13,2 15,8 17,7 21,84 25,30 25,30 36,31 39,84 42,03 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanamn Pakan, 2013.

(52)

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(53)

4.3. Produksi Jagung

4.3.1. Produksi Bahan Segar Jagung

Hasil pengamatan bahan segar tanaman jagung adalah sebagai berikut : Tabel 11. Hasil Produksi Bahan Segar Jagung

Parameter Jagung (kg/ha)

Produksi Bahan Segar 90.000

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa produksi bahan segar jagung sebesar 90 ton/ha/th. Hasil bahan segar ini lebih besar dibandingkan dengan data literatur dari Rahmat (2005) bahwa produksi bahan segar sebesar 2,8 ton/ha/th. Bahan segar merupakan hasil produksi yang diperoleh pada saat defoliasi. Produksi bahan segar berbeda – beda setiap tahunnya karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu frekuensi defoliasi, musim dan kesuburan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbajanti (2013) bahwa produksi hijauan pakan selama setahun akan berbeda – beda karena dipengaruhi oleh frekuensi defoliasi, musim dan kesuburan tanah. Struktur tanah dan sistem pemupukan juga sangat mempengaruhi hasil produksi bahan segar dari tanaman jagung. Hal ini ditambahkan dengan pendapat Purwono dan Hartono (2005) bahwa tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus.

4.3.2. Produksi Bahan Kering Jagung

Hasil pengamatan bahan segar tanaman jagung adalah sebagai berikut : Tabel 12. Hasil Produksi Bahan Kering Jagung

Parameter Jagung (kg/ha)

(54)

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa produksi bahan kering jagung sebesar 29.000 kg/ha/th. Biji jagung mempunyai kemampuan untuk menimbun bahan kering. Hal tersebut dikarenakan bahan kering yang disimpan dalam biji berasal dari daun dan sebagian kecil berasal dari bahan yang tersimpan dalam batang sebagai hasil metabolisme sebelum tanaman berbunga. Oleh karena itu kerusakan daun pada saat berbunga atau setelah tanaman berbunga akan mengurangi suplai bahan kering ke biji. Hal ini sesuai pendapat Surtinah (2005) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan berat kering, maka pertumbuhan vegetatif tanaman perlu ditingkatkan karena pertumbuhan yang baik akan memacu proses fisiologi tanaman. Peningkatan berat tongkol ada kaitannya dengan lamanya waktu panen jagung manis, semakin lama waktu panen maka semakin banyak waktu yang digunakan oleh tongkol untuk menghimpun bahan kering yang ada di bagian sumber dan dipindahkan ke tongkol. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Surtinah (2008) yang menyatakan bahwa lamanya waktu panen maka peluang untuk menghimpun bahan kering ke dalam biji menjadi lebih lama dan lebih banyak.

4.4. Produksi Rumput Setaria

4.4.1. Produksi Bahan Segar Rumput Setaria

Hasil pengamatan bahan segar tanaman rumput setaria adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Produksi Bahan Segar Rumput Setaria

(55)

Produksi Bahan Segar 84.000 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa produksi bahan setaria adalah sebesar 84.000 kg/ha/th. Hal ini sesuai pendapat Suswati (2012) menyatakan bahwa produksi hijauan segar diukur dari jumlah hijauan yang dihasilkan pada saat panen dan untuk pengukuran produksi bahan kering dengan cara pengambilan tanaman pada saat defoliasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi bahan segar yaitu faktor pencahayaan yang rendah mengakibatkan produksi bahan segar menurun. Cahaya sangat berguna dalam proses fotosintesis tumbuhan sehingga peran cahaya sangat dibutuhkan dalam peningkatan produksi bahan segar. Interaksi antara naungan dan jenis rumput juga berpengaruh sangat nyata pada produksi berat segar. Naungan mempengaruhi kecepatan fotosintesa. Hal ini sesuai pendapat Kurniawan et al., (2007) berpendapat bahwa hal ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan produksi rumput. Hal ini sesuai pendapat Purbajanti et al., (2007) menambahkan bahwa selain itu jenis rumputdan perlakuan salinitas menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hijauan segar.

4.4.2. Produksi Bahan Kering Rumput Setaria

Hasil pengamatan bahan segar tanaman rumput setaria adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Hasil Produksi Bahan Kering Rumput Setaria

Parameter Rumput Setaria (kg/ha)

Produksi Bahan Segar 20.832

(56)
(57)
(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi pengolahan lahan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa rata- rata pertumbuhan jagung dan rumput setaria mengalami kenaikan setiap minggunya, pertumbuhan jumlah daun setiap minggunya terjadi penambahan dan penurunan pada minggu tertentu yang disebabkan faktor luar seperti pemberian pupuk yang berlebih dan air. Produksi bahan segar dan bahan kering tanaman jagung dan rumput setaria berbeda dengan literatur disebabkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.

5.2. Saran

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 2003. Toleransi Morfologi dan Faisiologi Tanaman Rumput Pakan Terhadap Cekaman Alumunium. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

A.T. Soejono, (2004). Komunitas Ilmu Gulma [Online]. Available: www.elisa.ugm.ac.id.

Champbell. N A. 2002. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Cherney, J. H. and Cherney, D. J. R. 2008. Grass for Dairy Cattle. CAB International. Wallingford. UK.

Efendi, 2008. Pengaruh Jarak Tanamdan Defoliasi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Agronomy. Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hermanuddin, Nurdin, dan Fitriah S. Jamin. 2012. Uji kurang satu pupuk N, P, dan K terhadap pertumbuhan jagung di Dutohe Kabupaten Bone Bolango. JAAT Vol. 1 No. 2, Agustus 2012: 67-73 ISSN 2252-3774

Kurniawan W. Produksi dan Kualitas Rumput Brachiaria humidicola (Rend.) Sch, Digitaria decumbens Stent danStenotaphrum secundatum (Walter) O.Kunt. di Bawah Naungan Sengon, Karet dan Kelapa Sawit. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Vol. 30 No. 1

Mahmud, A., B. Guritno dan Sudiarso. 2002. Pengaruh Pupuk Organik Kascing Dan Tingkat Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.).

Ma’sumah. 2002. Pengaruh Macam Media Tanam Dan Konsentn Frasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Secara Hidroponik. (Skripsi). Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

Muthohar, Fendra.B.2008. Respon Beberapa Varietas Entres Mangga (Mangifera indica L) Pada Perbedaan Waktu Defoliasi Terhadap Pertumbuhan Bibit Secara Grafting. Agronomy.

(60)

Purbajanti, E.D. 2013. Rumput dan Legum sebagai Hijauan Makanan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rahni, Nini Mila.2012. Karakteristik pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L.) pada ultisols yang diberi pupuk hayati dan pupuk hijau. Agriplus, Volume 22 Nomer : 03 September 2012, ISSN 0854-0128

Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 2002. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Institut Teknik Bandung, Bandung.

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Suminarti, N. E.2000. Pengaruh Jarak Tanam dan Defoliasi Daun terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Bisma. Habitat. Vol. 11 (110): 58-64 Jagung Manis ( Zea mays saccharata ). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 4 No. 2 Suswati. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Rumput Benggala (Panicum

maximum) pada Berbagai Upaya Perbaikan Tanah Salin. Indonesian Jurnal of Food Technology Vol. 1 No.1

Sutopo, L. 2000. Bercocok Tanam. CV Rajawali, Jakarta.

(61)

LAMPIRAN Lampiran 1. Data Pengamatan Perkecambahan Tabel 15. Pengamatan Uji Perkecambahan Sentro

Hari ke - Skarifikasi Uji Muncul Kecambah

Fisik Kimia Mekanik

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Tabel 16. Pengamatan Uji Perkecambahan Puero

Hari ke - Skarifikasi Uji Muncul Kecambah

Fisik Kimia Mekanik

U1 U2 U1 U2 U1 U2

(62)

2 - - 2 - 2

-3 - - 1 - 3 1

4 - - - 1 -

-5 - - - 1 -

-6 1 1 - - -

-7 - - -

-8 - - -

-9 1 1 - - 1 2

10 - - -

-11 - - -

-12 - - -

-13 - - - 1

14 - 1 - - -

-Jumlah 2 3 6 5 8 6

Rata-rata

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Tabel 17. Pengamatan Uji Perkecambahan Kalopo

Hari ke- Skarifikasi Uji Muncul Tanah

Fisik Kimia Mekanik

U1 U2 U1 U2 U1 U2

(63)

-2 - - -

-3 - - - 2 1

-4 - - -

-5 - - - 1 1

-6 - - -

-7 - - -

-8 - - -

-9 - - -

-10 - - 1 1 1

-11 1 - - - -

-12 - - -

-13 - - -

-14 - - -

-Jumlah 2 1 6 5 10 8

Rata-rata

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Lampiran 2. Data Pengamatan Uji Muncul Tanah Tabel 18. Pengamatan Uji Muncul Tanah Sentro

Hari ke- Skarifikasi Uji Muncul Tanah

(64)

U1 U2 U1 U2 U1 U2

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Tabel 19. Pengamatan Uji Muncul Tanah Puero

Hari ke- Skarifikasi Uji Muncul Tanah

Fisik Kimia Mekanik

U1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - 1

(65)

-3 - 1 1 2 2

-4 1 2 1 - - 1

5 - - - 2 - 1

6 - - -

-7 - - 2 - -

-8 - - - 1

9 1 1 1 - -

-10 - - -

-11 1 2 - - - 1

12 2 2 - - -

-13 - - 3 1 1

-14 1 1 2 - -

-Jumlah 6 9 11 6 3 5

Rata-rata

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Tabel 20. Pengamatan Uji Muncul Tanah Kalopo

Hari ke- SkarifikasikUji Muncul Tanah

Fisik Kimia Mekanik

U1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - - 1

(66)

3 - - - - 2 2

4 - - - - 2 1

5 1 - - - 2

-6 - - - 2

7 - 3 - - 1 1

8 - - -

-9 - - - 1 1

-10 - - - - 2 1

11 - - -

-12 - - -

-13 - - - 1 -

-14 - - - 1 -

-Jumlah 1 3 - 3 10 10

Rata-rata

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Lampiran 3. Perhitungan Vigor Index dan Coefisien Vigor Uji Perkecambahan

(67)

VI : Vigor Index

C : Jumlah kecambah pada hari tertentu

D : Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah itu

Keterangan :

CV : Coefisien Vigor

T : Waktu yang berkorespondensi dengan A

A : Jumlah benih yang brkecambah pada waktu tertentu

1. Perlakuan Fisik

 Sentro (Centrosema pubescens)

(68)

 Kalopo (Calopogonium mucunoides)

2. Perlakuan Kimia

 Sentro (Centrosema pubescens)

 Puero (Pueraria phasioloides)

(69)

3. Perlakuan Mekanik

 Sentro(Centrosema pubescens)

 Puero(Pueraria phasioloides)

(70)

Lampiran 4. Perhitungan Vigor Index dan Coefisien Vigor Muncul Tanah

Keterangan: VI : Vigor Index

C : Jumlah kecambah pada hari tertentu

D : Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah itu

Keterangan :

CV : Coefisien Vigor

T : Waktu yang berkorespondensi dengan A

A : Jumlah benih yang brkecambah pada waktu tertentu

1. Perlakuan fisik

(71)

 Puero(Pueraria phasioloides)

 Kalopo (Calopogonium mucunoides)

2. Perlakuan Kimiawi

(72)

 Puero(Pueraria phasioloides)

 Kalopo (Calopogonium mucunoides)

3. Perlakuan Mekanik

(73)

 Peuro(Pueraria phasioloides)

(74)

Lampiran 5. Presentase Perkecambahan Rumus:

Presentase Kecambah = Jumlah biji yang muncul x 100% Semua biji yang ditanam

1. Fisik

 Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100%= 10%

U2 x 100% = 40%

 Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 20%

U2 x 100% = 30%

 Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100% = 20%

U2 x 100% = 10%

2. Kimia

 Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 100 %

U2 x 100 % = 100 %

 Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100 % = 60 %

(75)

 Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100 % = 60%

U2 x 100% = 50%

3. Mekanik

 Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 70%

U2 x 100% = 50%

 Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 80%

U2 x 100 % = 60%

 Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100 % = 100 %

(76)

Lampiran 6. Presentase Uji Muncul Tanah Rumus:

Presentase Uji Muncul Tanah = Jumlah biji yang muncul x 100% Semua biji yang ditanam

1. Fisik

 Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100% = 80%

U2 x 100 % = 100%  Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 60%

U2 x 100% = 90%  Kalopo(Calopogonium mucunoides)

U1 x 100% = 10%

U2 x 100% = 30%

2. Kimia

 Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 100 %

U2 x 100 % = 100%  Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 110%

(77)

 Kalopo(Calopogonium mucunoides)

U1 x 100% = 0%

U2 x 100% = 20%

3. Mekanik

 Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 100 %

U2 x 100 % = 100%  Puero(Pueraria phasioloides)

U1 x 100 % = 30 %

U2 x 100 % = 50%  Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100 % = 100 %

(78)

Lampiran 7. Pertumbuhan Tanaman Jagung

Jagung 1 2 Tinggi Tanaman Jagung Minggu Ke-3 4 5 6 7 8 9 Rata-Rata

1 10,6 18,5 20,5 35 62,7 80 105 137 167,5 70.75

2 11,8 19,5 23,5 31 57 78,6 113 147 179 151.9

3 9,7 16 13,5 25,4 49 67 96 134,5 154 62.78

4 12 21,7 30,5 56,8 93 113.5 137,5 154 174.4 88.15

5 15,6 24,1 27 57 98 121 146 169 184,5 82.21

6 11,1 18,5 25,7 47,8 75,5 98 124 155 161,5 69.45

7 6 16 25,3 38,5 51 61 93 132 152,5 52.85

8 9,7 16,1 18,8 37,6 74,3 95 136 151 183,5 80.22

9 10 19,4 30,9 55 85 115 129 162 183 87.7

10 14,8 26,5 44 70,6 108 137 141 165 184,5 99.04

11 - - -

-12 12,7 22,7 31 54,3 85,7 111,5 124 157 168,5 85.26

13 - - 8 21 34 47 75,5 91 104 50.83

14 12.1 20,5 25,1 51 72,4 100 126,5 152 181 82.28

15 8,5 20 30.3 49 70 96 134 151,5 168 80.81

(79)

Lampiran 8. Jumlah Daun Tanaman Jagung

Jagung Jumlah Daun Tanaman Jagung Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah 86 121 162 207 237 259 267 277 286 1902

Rata-rata 2.77 3.90 4.76 6.27 7.40 8.0 8.3 8.65 8.937 6.572 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(80)

Setaria Tinggi Tanaman Setaria Minggu Ke- Rata-Rata

Jumlah 199 252.8 284.2 349.5 404,9 505.8 581.1 597.6 630.5 3805.8

Rata-rata 13.2 15.8 17.76 21.84 25.30 25.30 36.31 39.84 42.03 28.81 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

(81)

Setaria Jumlah Daun Setaria Minggu ke - Rata-Rata

567 959 1897 2279 2863 3572 1255

Rata-rata 3.063 4.529 17 33.35 56,4 111.58 134.05 168.4 210.1 82.05 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Lampiran 11. Perhitungan Pemberian Pupuk

(82)

Jagung : 200 kg N, 100kg P, 100 kg K Rumput : 100 kg N, 100kg P, 100kg K Legum : 50 kg N, 100 kg P, 100 kg K Jawab :

Pupuk yang digunakan: Urea (46%), Sp36 (36%), dan KCL (50%) Kebutuhan pupuk N,P,K untuk 1 ha:

- Jagung : 200 kg N, 100 kg P, 100 kg K - Rumput : 100 kg N, 100 kg P, 100 kg K

1. Jagung dengan ukuran lahan (3 x 3 meter) Kebutuhan urea untuk lahan 1 ha

Urea = =

Kebutuhan urea untuk lahan 9 m2 Urea =

= 0,391302 kg Kebutuhan Sp36 untuk 1 ha Sp36 =

=

Kebutuhan Sp36 untuk lahan 9 m2

(83)

Kebutuhan KCL untuk lahan 9 m2 KCL =

= 0,18 kg = 180 gram

2. Rumput raja dengan ukuran lahan (2x2 meter) Kebutuhan urea untuk lahan 1 ha

Urea =

= 217,,39 kg/ha

Kebutuhan urea untuk lahan 4 m2 Urea =

= 0,086956 kg Kebutuhan Sp36 untuk 1 ha Sp36 =

= 277,78 kg/ha

Kebutuhan Sp36 untuk lahan 4 m2 Sp36 =

(84)
(85)
(86)
(87)

Lampiran 14. Curah Hujan

Perhitungan Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK)

Bulan Basah : bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm

Bulan Kering : bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm

Bulan Lembab : bulan dengan curah hujan 60 - 100 mm

Klasifikasi iklim Oldeman

Perhitungan Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK)

Bulan Basah : bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm

Bulan Kering : bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm

Gambar

Tabel 1. Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik
Tabel 2. Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik
Tabel 3. Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia
Tabel 4. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik
+7

Referensi

Dokumen terkait

TELAH MELAKSANAKAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PADA TANGGAL 25 FEBRUARI 2018 DAN 11 MARET 2018. Diperiksa

Tahapan atau cara dalam proses budidaya tanaman padi meliputi yaitu memilihan benih yang sesuai, persemaian benih bakal bibit ke lahan, pengolahan lahan atau

Mengingat betapa pentingnya kegunaan dari pakan alami khususnya untuk budidaya ikan pada stadium benih / larva, maka pada saat praktikum, praktikan diharapkan dapat lebih memahami

Herbisida pra-tanam adalah herbisida yang diaplikasikan pada lahan setelah dilakukan pengolahan tanah dan sebelum lahan tersebut ditanami tanaman budidaya dengan tujuan untuk

Herbisida pra-tanam adalah herbisida yang diaplikasikan pada lahan setelah dilakukan pengolahan tanah dan sebelum lahan tersebut ditanami tanaman budidaya dengan tujuan untuk

Ada beberapa cara untuk membersihkan lahan untuk penanaman rumput pakan, yaitu: Mekanik : Pembersihan lahan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat berat, seperti

Selain itu, penetapan warna tanah juga merupakan bagian penting dari praktikum ilmu tanah untuk memahami sifat fisik tanah secara lebih mendalam Dengan mempelajari warna tanah dan pH

Salah satu cara pemeliharaan tanaman yang penting adalah pemupukan, salah satunya dengan pemberian pupuk urea untuk memenuhi unsur hara tanaman guna meningkatkan pertumbuhan dan