METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh petani sayuran di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Petani sayuran di Kabupaten Bondowoso tersebar di tiga kecamatan, yaitu: (1) Kecamatan Maesan, (2) Kecamatan Sumberwringin, dan (3) Kecamatan Gununganyar. Selanjutnya petani sayuran di Kabupaten Pasuruan tersebar di empat kecamatan, yaitu: (1) Kecamatan Tosari, (2) Kecamatan Puspo, (3) Kecamatan Tutur, dan (4) Kecamatan Purwodadi. Dari tiga kecamatan di Kabupaten Bondowoso, terpilih secara acak kecamatan Sumberwringin, sedangkan dari empat kecamatan di Kabupaten Pasuruan, terpilih secara acak kecamatan Purwodadi.
Populasi petani sayuran di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso adalah 7572(1) orang, tersebar di lima desa dan secara acak terpilih Desa Rejoagung dan Desa Sumberwringin. Selanjutnya populasi petani sayuran di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan adalah 6502(1) orang, tersebar di tiga belas desa dan secara acak terpilih Desa Lebakrejo dan Desa Gerbo.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan sebagai berikut:
(1) Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pasuruan merupakan Kabupaten sentra tanaman sayuran di Jawa Timur.
(2) Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pasuruan merupakan daerah penyuplai sayuran ke Indonesia Timur dan ke Indonesia Barat.
(3) Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pasuruan merupakan dua daerah yang mempunyai lingkungan sosial budaya berbeda.
(4) Petani sayuran di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pasuruan, hingga saat ini belum diketahui tingkat kemandirian dalam pengelolaan usahataninya.
_______________________________________ (1) : Sumber Informasi dari Aparat Desa, dimana jumlah petani sayuran tersebut ditetapkan sebesar 60 persen dari petani keseluruhan
Sampel
Penentuan responden yang merupakan sampel penelitian ditetapkan dengan teknik simple random sampling. Untuk memudahkan dalam penetapan responden, wilayah desa dipecah kedalam wilayah RW, dan wilayah RW ini digunakan sebagai unit terkecil, kemudian petani sayuran di masing-masing desa ditetapkan secara acak sederhana, yaitu dengan memberi nomor undian kepada masing-masing petani. Penarikan atau penentuan jumlah sampel dari setiap populasi dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla dkk., 1993:161), yaitu:
Keterangan
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran sebesar 10 %
Berdasarkan rumus Slovin tersebut didapatkan jumlah sampel untuk masing-masing lokasi penelitian, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian
Kabupaten Nama Desa Populasi Petani Sample
Bondowoso (1) Rejoagung (2) Sumberwringin 3716 3856 Jumlah (Bondowoso) 7572 140 Pasuruan (3) Lebakrejo (4) Gerbo 3363 3139 Jumlah (Pasuruan) 6502 134 Total 14074 274 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif eksplanatori yaitu jenis penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan, menguji hubungan, dan menguji pengaruh antar variabel yang dihipotesiskan yang telah dirumuskan sebelumnya. Variabel-variabel yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah peubah bebas, yaitu: (1) Faktor Internal Petani (X1), (2) Kegiatan Penyuluhan (X2), (3)
N n =
Akses Informasi (X3), (4) Faktor Eksternal Petani (X4), (5) Kapasitas Diri Petani
(X5), (6) Kapasitas Sumberdaya Pertanian (X6), dan peubah tidak bebas yaitu: (7)
Kemandirian Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani (Y1).
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknis analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dari fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di lapangan, baik langsung maupun tidak langsung. Penelitian dilakukan dengan metode survei karena penelitian ini ingin memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual.
Metode deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Faisal, 1992:20). Selanjutnya Nasir (2003:63) mengemukakan bahwa metode deskriptif analisis adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu klas peristiwa pada saat sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti, menguji hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang dipecahkan.
Data dan Instrumentasi Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden, dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Data primer tersebut meliputi: (1) Faktor Internal Petani, (2) Kegiatan Penyuluhan, (3) Akses Informasi, (4) Faktor Eksternal Petani, (5) Kapasitas diri Petani, (6) Kapasitas Sumberdaya Pertanian, dan (7) Kemandirian Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pencatatan data yang telah tersedia di kantor-kantor Pemerintah Daerah di dua Kabupaten, seperti Kantor
Statistik, Kantor Dinas Ketahanan Pangan, Kantor Kecamatan, Kantor Desa, laporan hasil penelitian, dan instansi terkait lainnya.
Jenis data sekunder ini meliputi data:
(1) Keadaan umum daerah penelitian seperti keadaan geografis, iklim, kependudukan, tata guna lahan, pemilikan lahan, pola pemanfaatan lahan, mata pencaharian, angkatan kerja, dsb.
(2) Bagan struktur organisasi Dinas Ketahanan Pangan. (3) Peta wilayah.
Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah
Definisi operasional adalah suatu terminologi yang diberikan kepada suatu variabel (peubah) atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasionnal yang diukur (measured), ataupun definisi operasional eksperimental. Definisi operasional yang diukur memberikan gambaran bagaimana variabel atau konstruk tersebut diukur (Nazir, 2003:63).
Berdasarkan hasil pengukuran, untuk kepentingan pengujian secara statistik, dan agar semua data yang terkumpul dalam penelitian ini mempunyai kisaran nilai yang sama, yaitu nilai 0-100, maka dilakukan proses transformasi. Menurut Li (Sumardjo, 1999:113), pedoman transformasi tersebut adalah sebagai berikut: Nilai indek terkecil diberikan untuk jumlah skor terendah dan nilai 100 jumlah skor tertinggi dari tiap indikator. Angka dibelakang koma dibulatkan sesuai dengan ketentuan pembulatan matematik yang berlaku dalam penggunaan komputer. Transformasi semacam ini digunakan untuk menghitung nilai ke-ragaman yang terjadi dalam setiap variabel penelitian, terutama variabel yang berskala ordinal. Setelah melalui proses transformasi ini skala yang semula ordinal dirubah menjadi skala interval atau bahkan skala rasio sehingga layak diuji dengan menggunakan statistik parametrik. Rumus Umum transformasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
(1) Transformasi Indek Indikator
Jumlah skor yang dicapai per indikator- jumlah Skor terkecil
Indek transformasi = x 100 Jumlah skor maksimum tiap indikator-
jumlah Skor terkecil
Keterangan: Selang nilai Indek Transformasi Indikator 0 - 100 (2) Transformasi Indek Variabel
Jumlah indek indikator tiap variabel
Nilai Indek = x 100 Variabel Jumlah total indek maksimum tiap variabel
Keterangan: Selang nilai Indek Variabel 0 - 100
Berhubung jumlah indikator tiap variabel tidak sama, maka nilai indek terkecil besarnya sama dengan jumlah skor parameter tiap indikator dikurangi jumlah parameter tiap indikator tersebut dibagi dengan jumlah skor terbesar dikalikan dengan angka 100. Hal ini disebabkan setiap kriteria indikator mempunyai skor terendah 1. Sedangkan nilai indek transformasi 100 diberikan kepada jumlah skor tertinggi yang dimungkinkan dapat dicapai pada tiap variabel. Berhubung jumlah skor terbesar dari tiap kriteria indikator sama dengan 4, maka angka 100 untuk indek transformasi akan dicapai pada kelipatan lima dari jumlah indikator tiap variabel. Artinya nilai indek transformasi minimum dicapai apabila semua parameter setiap indikator setelah diukur menunjukkan angka skor 1, sedangkan indek maksimum dicapai apabila nilai skor parameter setiap indikator dari suatu variabel setelah diukur mencapai skor 4.
Definisi operasional dari beberapa variabel yang telah diidentifiksi adalah: (1) Faktor Internal Petani (X1), adalah ciri-ciri yang melekat pada
individu petani yang membedakan dirinya dengan orang lain. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam faktor internal petani adalah:
(a) Pendidikan formal petani adalah tingkat pendidikan formal yang pernah atau telah ditempuh. Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal.
(b) Pendidikan non formal petani adalah pendidikan di luar sistem pendidikan formal yang pernah diikuti petani seperti penyuluhan, pelatihan, dan sebagainya. Tingkat pendidikan non formal diukur berdasarkan jenis kursus, penyuluhan/pelatihan yang diikuti dan jumlah jam pendidikan non formal. (c) Etos kerja adalah semangat petani dalam melakukan pekerjaan usahataninya,
diukur dengan jumlah jam yang dicurahkan oleh petani dalam mengerjakan usahataninya dalam sehari.
(d) Tingkat kekosmopolitan adalah tingkat hubungan seseorang dengan dunia luar di luar sistem sosialnya sendiri. kekosmopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Di ukur dengan seringnya petani mencari informasi ke luar daerahnya.
(e) Pengalaman usaha adalah lamanya waktu dalam tahun yang telah dicurahkan oleh petani dalam berusahatani, diukur berdasarkan jumlah tahun bekerja.
Peubah dan Indikator faktor internal petani dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Peubah dan Indikator Faktor Internal Petani Parameter/
Sub-peubah Indikator Pengukuran
(1) Pendidikan
formal Tingkat pendidikan formal yang telah diikuti oleh petani
Diukur berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal
(2) Pendidikan
non formal Kursus Penataran
Latihan Keterampilan Teknis
Jenis dan jumlah jam kursus yang pernah diikuti
Jenis dan jumlah jam penataran yang pernah diikuti
Jenis dan jumlah jam latihan keterampilan teknis yang pernah diikuti
(3) Etos kerja Pandangan Petani terhadap pekerjaannya Semangat petani dalam
bekerja
Penilaian petani terhadap pekerjaannya
Lamanya petani mencurahkan waktu untuk pekerjaannya (4) Tingkat
kekosmo-politan
Frekuensi petani mencari informasi
Jarak perjalanan yang dilakukan untuk mencari informasi
Di ukur dengan frekuensi petani mencari informasi tentang usaha-tani sayuran keluar dari daerah-nya (kali/musim)
Jarak tempuh (km) petani dalam mencari informasi tentang usahatani sayuran
(5) Pengalaman
usaha Lamanya petani menjalankan usahataninya
Diukur berdasarkan jumlah tahun bekerja dalam usahataninya
(2) Kegiatan Penyuluhan (X2), adalah usaha atau aktivitas memberikan
informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat, yang meliputi:
(a) Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang di informasikan ke petani pada saat penyuluhan, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap kesesuaian materi yang diajarkan oleh penyuluh dengan kebutuhan usaha-taninya kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(b) Metode penyuluhan adalah cara-cara penyampaian materi penyuluhan secara sistematis hingga materi penyuluhan dapat dimengerti dan diterima petani sasaran, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap jenis-jenis metode yang digunakan dalam suatu penyuluhan yang dilakukan kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(c) Media penyuluhan adalah alat bantu yang dapat memperjelas penyampaian materi penyuluhan, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap jenis-jenis media yang digunakan pada saat melakukan penyuluhan kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(d) Frekuensi interaksi antara petani dengan penyuluh dalam penelitian ini, adalah tingkat intensitas bertemunya petani dengan penyuluh, untuk mendapatkan informasi tentang usahataninya, diukur berdasarkan jumlah interaksi antara petani dengan penyuluh kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(e) Kemampuan penyuluh dalam penelitian ini, adalah Kemampuan atau kecakapan yang memadai, kewenangan untuk melakukan suatu tugas atau terampil, sesuai dengan yang disyaratkan, diukur berdasarkan penilaian petani terhadap kemampuan penyuluh dalam memberikan materi penyuluhan tentang usahatani sayuran, kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
Tabel 4. Peubah dan Indikator Kegiatan Penyuluhan Parameter/
Sub-peubah Indikator Pengukuran
(1) Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan yang diberikan
Penilaian petani terhadap
kesesuaian materi yang diajarkan oleh penyuluh dengan kebutuhan usahataninya
(2) Metode penyuluhan
Metode penyuluhan yang digunakan
Penilaian petani terhadap metode yang digunakan penyuluh dalam setiap penyuluhan
(3) Media
penyuluhan Media yang digunakan dalam penyuluhan Penilaian petani terhadap media yang digunakan penyuluh pada saat menyuluh (4) Frekuensi interaksi dengan penyuluh Frekuensi interaksi petani dengan penyuluh
Jumlah interaksi petani dengan penyuluh (kali/musim)
(5) Kemampuan
penyuluh Kemampuan penyuluh dalam memberikan materi usahatani sayuran
Penilaian petani terhadap kemampuan penyuluh dalam memberikan materi penyuluhan tentang usahatani sayuran
(3) Akses Informasi untuk Usahatani (X3), adalah usaha petani untuk
mencari informasi yang ada kaitannya dengan usahataninya, yang meliputi:
(a) Interpersonal adalah usaha petani untuk mencari informasi kepada sesama petani, diukur berdasarkan frekuensi petani mencari informasi kesesama petani dalam satu musim tanam. Pengukuran terhadap peubah interpersonal tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(b) Tokoh masyarakat adalah usaha petani untuk mencari informasi ke tokoh masyarakat, diukur berdasarkan frekuensi petani mencari informasi kepada tokoh masyarakat dalam satu musim tanam kemudian pengukuran terhadap peubah tokoh masyarakat tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4). (c) Agen sarana produksi adalah lembaga atau perorangan yang menjadi penyalur
sarana produksi ke petani yang juga sering diminta informasi oleh petani, diukur berdasarkan frekuensi petani mencari informasi kepada lembaga atau orang yang menjadi penyalur sarana produksi dalam satu musim tanam. Pengukuran terhadap peubah agen sarana produksi tersebut dilakukan dengan
cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(d) Media massa merupakan sumber informasi yang bisa diakses oleh petani, diukur berdasarkan jenis media massa yang dibaca, jenis artikel yang dibaca, intensitas membaca media massa, mendengarkan siaran radio, dan melihat televisi. Pengukuran terhadap peubah media massa tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
Peubah dan Indikator akses informasi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Peubah dan Indikator Akses Informasi Parameter/
Sub-peubah
Indikator Pengukuran (1) Interpersonal Frekuensi petani mencari
informasi ke sesama petani
Diukur berdasarkan frekuensi petani mencari informasi kesesama petani dalam satu musim tanam (2) Tokoh
Masyarakat Frekuensi petani mencari informasi ke tokoh masyarakat tentang usahatani
Diukur berdasarkan frekuensi petani mencari informasi kepada tokoh masyarakat dalam satu musim tanam
(3) Agen Saprodi Frekuensi petani mencari informasi ke agen sarana produksi
Diukur berdasarkan frekuensi petani mencari informasi kepada lembaga atau orang yang menjadi penyalur sarana produksi dalam satu musim tanam
(4) Media massa Media massa (media cetak, media audio, dan media audio visual) yang dibaca/di dengarkan/dilihat oleh petani untuk memenuhi pengetahuan tentang usahatani sayuran
Jenis media massa yang dibaca Jenis artikel yang dibaca Intensitas membaca:
- Sangat sering jika membaca tiap hari/minggu
- Sering jika membaca 4 kali/mgg - Jarang jika membaca 2 kali/mgg - Tidak pernah membaca
Intensitas mendengarkan radio: - Sangat sering jika mendengarkan
radio tiap hari/minggu
- Sering jika mendengar 4 kali/mgg - Jarang jika mendengar 2 kali/mgg - Tidak pernah mendengarkan Intensitas menonton televisi:
- Sangat sering jika menonton televisi tiap hari/minggu
- Sering jika menonton 4 kali/mgg - Jarang jika menonton 2 kali/mgg - Tidak pernah menonton TV
(4) Faktor Eksternal Petani (X4), adalah faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh petani oleh karena berada di luar kendalinya yang mempengaruhi kegiatan usahataninya, yang meliputi:
(a) Lingkungan sosial adalah kondisi faktor-faktor sosial berpengaruh terhadap tindakan petani dalam berusahatani yang terdiri dari adat istiadat, kegotong-royongan, pola interaksi, ketaatan terhadap otorita. Pengukuran terhadap peubah lingkungan sosial tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4). (b) Pelatihan adalah kegiatan yang diikuti oleh petani untuk memperbaiki
kemampuannya dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional dalam menjalankan usahataninya, diukur berdasarkan tingkat kebutuhan pelatihan yang diinginkan, dan kesesuaian latihan dengan usahatani yang dilakukan.
(c) Keberadaan petani dalam kegiatan kelompok adalah ikut sertanya petani dalam kegiatan kelompok, diukur berdasarkan partisipasi petani dalam kegiatan kelompok sebagai wahana belajar dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(d) Insentif produksi adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada produsen agar bergairah untuk bekerja atau berproduksi, diukur berdasarkan tingkat permintaan, tingkat harga, iklim usaha, dan bunga bank, dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(5) Kapasitas diri Petani (X5), adalah daya yang ada pada diri seseorang
untuk menetapkan langkah dan tujuan serta usaha yang akan dilakukan untuk menetapkan usahanya guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, yang meliputi:
(a) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petani berkenaan dengan cara-cara budidaya dalam usahataninya, diukur dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
Peubah dan Indikator faktor eksternal petani dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Peubah dan Indikator Faktor Eksternal Petani Parameter/ Sub-peubah Indikator Pengukuran (1) Lingkunga n sosial Adat istiadat Kegotong royongan Pola interaksi Ketaatan petani terhadap otorita
Kesesuaian adat istiadat masyarakat dengan usahatani yang dilakukan Keberadaan dan kekuatan nilai-nilai
kegotong-royongan dalam usahatani Pola interaksi petani (searah/
sirkuler)
Ketaatan petani terhadap otorita (2) Pelatihan Peningkatan
penge-tahuan dan keteram-lan petani
Tingkat kebutuhan pelatihan yang diinginkan
Kesesuaian latihan yang diikuti dengan usahataninya (3) Keberadaan petani dalam kegiatan kelompok Keberadaan petani dalam pertemuan kelompok secara suka rela
Keikutsertaan petani dalam pertemuan kelompok sebagai wahana belajar secara suka rela (4) Insentif
Produksi Permintaan Harga Iklim usaha Bunga bank
Jumlah komoditi pertanian yang diminta dan dibeli oleh konsumen Tingkat harga komoditi yang
ditetapkan oleh pasar Tingkat keterjaminan dalam
berusaha
Tingkat insentif bunga yang diberikan oleh bank
(b) Keterampilan petani dalam melaksanakan usahataninya adalah kecakapan yang dimiliki petani untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam usahataninya, diukur berdasarkan kemampuan psikomotorik petani tentang cara budidaya usahataninya kemudian memberikan skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(c) Sikap mental adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seseorang individu untuk bertingkah laku dalam menghadapi rangsangan terhadap cara pengelolaan usahataninya, diukur berdasarkan penerapan cara budidaya yang telah dilakukan dengan benar kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(d) Percaya diri adalah sikap positif seorang petani yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, diukur berdasarkan keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme dalam melaksanakan usahataninya kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(e) Komitmen adalah ikatan psikologi yang melibatkan sikap serta identifikasi seorang individu dengan individu lainnya atau dengan sebuah organisasi, diukur berdasarkan kemampuan petani untuk memenuhi perjanjian atau keterikatan dengan orang lain kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(f) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk melihat dan menilai peluang-peluang bisnis, kemampuan mengoptimalisasikan sumberdaya yang dikuasai, serta mengambil tindakan dan bermotivasi tinggi dalam mengambil risiko untuk mencapai tujuan bisnisnya, diukur berdasarkan kemampuan petani untuk mencari dan mengambil peluang usahatani yang menguntungkannya, kemampuan petani untuk mengoptimalisasikan sumberdaya yang dikuasai kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(6) Kapasitas Sumberdaya Pertanian (X6), adalah sumberdaya yang ada
pada diri petani untuk mendukung keberhasilan usahataninya, yang meliputi: (a) Penggunaan lahan adalah lahan pertanian yang disiapkan/digunakan untuk
usahatani, diukur berdasarkan kesesuaian lahan dengan tanaman yang diusahakan kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(b) Penerapan teknologi adalah proses kegiatan penggunaan teknologi dalam kegiatan usaha dibidang pertanian, diukur berdasarkan Kesesuaian dengan anjuran/rekomendasi kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(c) Sarana usaha adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, diukur berdasarkan jenis sarana usaha yang digunakan dalam proses produksi kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
Tabel 7. Peubah dan Indikator Kapasitas diri Petani Parameter/
Sub-peubah
Indikator Pengukuran (1)
Penge-tahuan Pengetahuan petani dalam budidaya tanaman
Pengetahuan petani dalam pengolahan tanah Pengetahuan petani dalam pemilihan,
perlakuan benih dan bibit
Pengetahuan petani dalam penanaman Pengetahuan petani dalam penyiangan Pengetahuan petani dalam penyulaman Pengetahuan petani dalam pengairan Pengetahuan petani dalam pemupukan Pengetahuan petani dalam pengendalian
hama dan penyakit
Pengetahuan petani dalam penetapan saat panen dan panen
(2)
Keteram-pilan Keterampilan petani dalam budidaya tanaman
Keterampilan petani dalam pengolahan tanah
Keterampilan petani dalam pemilihan, perlakuan benih dan bibit
Keterampilan petani dalam penanaman Keterampilan petani dalam penyiangan Keterampilan petani dalam penyulaman Keterampilan petani dalam pengairan Keterampilan petani dalam pemupukan Keterampilan petani dalam pengendalian
hama dan penyakit
Keterampilan petani dalam penetapan saat panen dan panen
(3) Sikap
Mental Penilaian Pengaruh/ penolakan
penilaian petani terhadap teknologi yang ada Penolakan atau penerimaan petani terhadap
teknologi barat (4) Percaya Diri Keyakinan Ketidakter-gantungan optimisme
Tingkat keyakinan petani akan usahatani yang dilakukan
Tingkat ketergantungan petani dalam melaksanakan usahataninya
Tingkat optimisme petani akan keberhasilan usahataninya
(5) Komitmen Kemampuan petani untuk memenuhi janji yang dibuatnya
Tingkat kemampuan petani untuk memenuhi janji atau keterikatan dengan orang lain (6)
Kewira-usahaan. Kemampuan petani untuk mencari peluang bisnis
Tingkat kemampuan petani untuk mencari dan mengambil peluang usahatani yang menguntungkannya
Tingkat kemampuan petani untuk meng-optimalisasikan sumberdaya yang dikuasai mencapai tujuan bisnisnya
(d) Modal Usaha adalah barang atau uang yang dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang baru yaitu produksi pertanian, diukur berdasarkan jumlah uang dan sumber modal yang digunakan untuk meng-hasilkan produk pertanian yang diusahakan, kemudian diberi skor pada tiap indikator dengan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(e) Perluasan Usaha adalah kesempatan untuk mencapai suatu maksud dengan mengerahkan tenaga, fikiran, atau badan.
Peubah dan Indikator kapasitas sumberdaya pertanian dapat dilihat pada Tabel 8.
(7) Kemandirian Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani (Y1),
adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik, yang meliputi:
(a) Kemandirian dalam pemenuhan sarana produksi adalah kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan sarana produksi untuk usahataninya, diukur berdasarkan tingkat kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan sarana produksinya. Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(b) Kemandirian dalam pengambilan keputusan budidaya, adalah kemandirian petani dalam mengambil keputusan tentang teknik budidaya yang dipilihnya. Pengukuran terhadap peubah kemandirian dalam pengambilan keputusan budidaya tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
(c) Kemandirian dalam pengambilan keputusan pengolahan hasil adalah kemandirian petani untuk memutuskan melakukan pengolahan hasil terhadap produk usahataninya. Pengukuran terhadap peubah kemandirian dalam pengambilan keputusan pengolahan hasil tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
Tabel 8. Peubah dan Indikator Kapasitas Sumberdaya Pertanian Parameter/
Sub-peubah Indikator Pengukuran
(1) Penggunaan lahan
Penggunaan lahan Kesesuaian lahan dengan tanaman yang diusahakan (2) Penerapan teknologi Keuntungan relatif Keselarasan Kerumitan Dapat dicoba Dapat diamati
Tingkat kehematan biaya produksi dibandingkan teknologi sebelumnya Tingkat produksi yang dicapai oleh
petani dibandingkan teknologi sebelumnya
Tingkat keuntungan yang diperoleh petani dibandingkan teknologi sebelumnya
Tingkat keselarasan teknologi yang digunakan dengan nilai-nilai yang dianutnya
Tingkat keselarasan teknologi yang digunakan dengan kebutuhannya Tingkat kesulitan yang dialami oleh
petani dalam memahami teknologi baru
Tingkat kesulitan yang dialami oleh petani saat menerapkan teknologi baru
Tingkat kemudahan yang dirasakan oleh petani untuk mencoba
teknologi baru
Tingkat kemudahan untuk melihat hasil yang dicapai dari penerapan teknologi baru
(3) Sarana Sarana usaha yang dimiliki oleh petani dan yang digunakan untuk kegiatan proses produksi
Luas lahan (ha) alat penyemprot (unit) bahan bangunan (m2) mesin pertanian (unit) (4) Modal
usaha
Uang yang dipakai untuk proses produksi
Jumlah uang yang digunakan untuk menghasilkan produk pertanian (ha) Sumber modal yang digunakan
dalam proses produksi (5) Perluasan
usaha
Keberagaman usahatani yang dilakukan
Tingkat keberagaman komoditas yang diusahakan
Tingkat keberagaman usaha yang dilakukan
(d) Kemandirian dalam pengambilan keputusan pemasaran adalah kemandirian petani untuk memasarkan dan memperoleh harga yang terbaik bagi produk
usahataninya. Pengukuran terhadap peubah kemandirian dalam pengambilan keputusan pemasaran tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan ”Skala Likert” jenjang 4 (1,2,3,4).
Peubah dan Indikator kemandirian petani dalam pengambilan keputusan usahatani dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Peubah dan Indikator Kemandirian Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani Parameter/
Sub-peubah Indikator Pengukuran
(1) Kemandirian dalam Pemenuhan sarana produksi
Pemenuhan alat dan bahan untuk produksi
Pemenuhan benih Pemenuhan pupuk Pemenuhan obat-obatan (2) Kemandirian petani dalam pengambilan keputusan budidaya
Penentuan saat tanam Pengolahan tanah Pemilihan komoditas
yang ditanam
Penentuan benih/ bibit Penyulaman
Penyiangan
Pengendalian hama dan penyakit
Penentuan saat panen Pelaksanaan panen
Kesesuaian dengan anjuran/ rekomendasi
Kemandirian dalam me-nentukan komoditas yang diusahakan
- Mengikuti anjuran pejabat - Sesuai anjuran petani lain - Sesuai dengan komoditas
yang diminta pasar (3) Kemandirian petani dalam pengambilan keputusan penanganan hasil
Hasil panen langsung dijual
Hasil panen diolah sebelum dijual - Untuk bahan baku - Untuk bahan jadi
Tanpa pengolahan
Hasil panen diolah sebelum dijual:
- Hasil panen diolah menjadi bahan baku
- Hasil panen diolah menjadi barang jadi (4) Kemandirian petani dalam pengambilan keputusan pemasaran
Menjual hasil panen sesuai dengan harga yang berlaku
Menjual hasil panen pada saat harga sesuai dengan yang diinginkan
Menjual hasil panen sesuai dengan harga yang berlaku Menjual hasil panen pada
saat harga sesuai dengan yang diinginkan
Instrumentasi
Untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap responden terpilih dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan yang berhubungan dengan peubah-peubah yang diamati, yang meliputi: (1) Faktor Internal Petani, (2) Kegiatan Penyuluhan, (3) Akses Informasi, (4) Faktor Eksternal Petani, (5) Kapasitas diri Petani, (6) Kapasitas Sumberdaya Pertanian, dan (7) Kemandirian Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani.
Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut.
Ancok (1989:122) dan Suryabrata (2000:41-45), menyatakan bahwa validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur Misalnya, peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusun tersebut harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Dalam prakteknya, data yang valid selain ditentukan oleh alat ukur yang digunakan, juga ditentukan oleh si pewawancara dan responden.
Untuk mengkaji validitas alat ukur, secara konvensional dapat dilihat dari: (1) Validitas isi (Content Validity).
Validitas isi menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat pertanyaan-pertanyaan, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur, apakah pertanyaan-pertanyaan yang telah dikembangkan memang representatif (mengukur) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur.
(2) Validitas berdasar kriteria (Creterion-related Validity).
Validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria. Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui merupakan alat ukur yang baik. Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dikaji dengan cara membandingkan skor tes atau skala
dengan satu atau lebih variabel eksternal atau kriteria yang diketahui atau diyakini merupakan pengukur atribut yang sedang dikaji (Kerlinger, 2004:733-734). Validitas berdasar kriteria ini ditunjukkan dengan uji korelasi antara skor pada alat yang dipersoalkan dengan skor pada alat yang dijadikan kriteria. Koefisien korelasi antara dua perangkat skor itu disebut koefisien validitas. Kemudian koefisien validitas harus ditafsirkan dengan melalui koefisien determinasi, yaitu koefisien korelasi kuadrat. Jadi misalnya diperoleh koefisien validitas rxy = 0,50, maka koefisien determinasinya adalah
rxy2 = 0,25. Angka ini menunjukkan proporsi (%) varians suatu variabel,
misalnya y, yang dapat diramalkan dari variabel x atau sebaliknya. Makin tinggi angka ini berarti kecermatan prediksi makin tinggi pula.
(3) Validitas konstruksi teoritis (Construct Validity).
Validitas konstruksi teoritis mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Validasi berdasar konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris.
Konstruk (construct) adalah kerangka dari suatu konsep. Misalkan seorang peneliti ingin mengukur konsep ’pemupukan’, pertama-tama yang harus dilakukan adalah mencari kerangka dari konsep tersebut. Dengan diketahuinya kerangka tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut.
Untuk mencari kerangka konsep tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut: Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis
di dalam literatur.
Jika definisi yang diperlukan tidak bisa diperoleh dari dalam literatur, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut.
Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden. Bila terdapat konsistensi antara komponen-komponen konstruk yang satu dengan yang lainnya, maka konstruk tersebut memiliki validitas. Misalnya hasil pengukuran menunjukkan bahwa orang yang melakukan pemupukan
terhadap tanamannya, mereka akan teratur melakukan pemupukan tersebut, mereka juga rajin menambah pengetahuan tentang pemupukan, mereka percaya bahwa tanaman yang dipupuk akan tumbuh subur. Bila tidak semua komponen tersebut konsisten antara satu dengan lainnya, maka komponen yang tidak konsisten tersebut bukan merupakan komponen yang valid dari suatu konsep. Bila semua komponen tersebut valid, maka hasil pengukuran dengan masing-masing komponen akan berkorelasi satu sama lain. Jadi untuk mengetahui valid tidaknya komponen dilakukan uji korelasi.
Reliabilitas Instrumen
Menurut Suryabrata (2000:29), reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Dalam artinya yang paling luas reliabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana perbedaan skor perolehan itu mencerminkan perbedaan-perbedaan atribut yang sebenarnya.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten (Ancok, 1989:140-141).
Dalam penelitian sosial, perlu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran (measurement error). Kesalahan pengukuran ini cukup besar, oleh karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, maka kesalahan pengukuran ini sangat di perhitungkan.
Untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini, digunakan formula Cronbach (1947) dengan menggunakan Koefisien Alpha (Suryabrata, 2000:37), dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
α = koefisien reliabilitas
n = banyaknya bagian (potongan tes)
Vi = varians tes bagian 1 yang panjangnya tak terbatas Vt = varians skor total
Ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah instrumen sudah reliabel atau belum, didasarkan pada tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 – 1 (Azwar, 2003:184). Nilai hasil uji reliabilitas dikelompokkan sebagai berikut:
(1) Kurang reliabel, nilai Alpha Cronbach 0,00 – 0,20 (2) Agak reliabel, nilai Alpha Cronbach 0,21 – 0,40 (3) Cukup reliabel, nilai Alpha Cronbach 0,41 – 0,60 (4) Reliabel, nilai Alpha Cronbach 0,61 – 0,81 (5) Sangat reliabel, nilai Alpha Cronbach 0,81 - 1,00
Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap 30 orang responden yang memiliki tingkat kesamaan kondisi dengan lokasi penelitian disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Peubah Validitas
(kisaran koef. r)
Reliabilitas (α Cronbach)
Keterangan (X1) Faktor Internal Petani 0.545-0.769** 0.7138** Valid dan Reliabel (X2) Kegiatan Penyuluhan 0.545-0.861** 0.9408** Valid dan Reliabel (X3) Akses Informasi 0.676-0.898** 0.9040** Valid dan Reliabel (X4) Faktor Eksternal Petani 0.614-0.898** 0.9137** Valid dan Reliabel (X5) Kapasitas Diri Petani 0.689-0.881** 0.9275** Valid dan Reliabel (X6) Kapasitas Sbdaya Pertanian 0.745-0.893** 0.9493** Valid dan Reliabel (Y1) Kemandirian Petani 0.634-0.880** 0.9451** Valid dan Reliabel Keterangan: ** hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian nyata pada α 0.01
Tabel 10 menunjukkan bahwa reliabilitas data seluruh butir pertanyaan dari seluruh peubah penelitian adalah reliabel, demikian pula untuk uji validitas masing-masing peubah penelitian.
n Σ Vi α = 1 - n-1 Vt
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan teknik sebagai berikut:
(1) Wawancara (interview), yaitu mengadakan wawancara langsung dengan obyek penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.
(2) Pengamatan langsung (observasi), yaitu data dikumpulkan berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan.
(3) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat data-data yang sudah tersedia di kantor-kantor atau instansi-instansi yanng terkait dengan penelitian.
(4) Wawancara mendalam terhadap tokoh-tokoh masyarakat atau responden terpilih yang dianggap mampu memberikan penjelasan secara mendalam.
Analisis Data
(1) Untuk mendiskripsikan tingkat kemandirian petani dalam pengambilan keputusan usahatani digunakan analisis statistik deskriptif dengan cara menyajikan data yang diperoleh dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. (2) Untuk menganalisis arah hubungan variabel independen terhadap variabel
dependen adalah menggunakan Analisis Koefisien Korelasi Rank Spearman (rs) dengan rumus: ) 1 ( 6 1 12 2 − − =
∑
= N N di r N i s Keterangan:rs = koefisien Korelasi Rank Spearman
di = perbedaan antara kedua ranking. N = banyaknya sample
(3) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian petani dalam pengambilan keputusan usahatani digunakan metode model regresi linear berganda dengan rumus:
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + … + bnXn + e Keterangan: Y = variabel dependen b0 = intersep b1… bn = koefisien regresi X1…Xn = variabel independen e = error (pengganggu)
(4) Untuk menganalisis besarnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian petani dalam pengambilan keputusan usahatani digunakan metode Path Analysis (analisis jalur) dengan rumus:
.rij = pij + Σ k pik rjk
Keterangan :
r = koefisien korelasi, p = koefisien jalur
.i , j, k = variabel .i,.j dan k
Untuk menghitung koefisien jalur, dapat dihitung dengan menggunakan matriks sebagai berikut:
r1.j 1 r1.2 r1.3 r1.4 ……… r1.j pi.1 .r2.j r2.1 1 r2.3 r2.4 ……… r2.j pi.2 .r3.j r3.1 r3.2 1 r3.4 ……… r3.j pi.3 . . . . . ……… . . . . . . . ……… . . . . . . . ……… . . .ri.j ri.1 ri.2 ri.3 ri.4 ……… 1 pi.j
Besarnya persentase pengaruh langsung masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dapat dihitung dengan mengkuadratkan nilai koefisien jalur lalu dikalikan 100% untuk masing-masing variabel.
Untuk menghitung besarnya pengaruh secara bersama-sama variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), maka dilanjutkan dengan rumus:
R2 j.1.2.3….i = pj.1 r1j + pi.2 r2.j + … + pi.j ri.j
Untuk menghitung besarnya pengaruh dari luar model adalah dengan menggunakan rumus:
i j
ie R
P = 1− 2 .1.2.3...
Dari hasil perhitungan Pie tersebut dikuadratkan lalu dikalikan 100% akan