SEMINAR NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
“PROSPEK PENGEMBANGAN SAPI BALI SEBAGAI PLASMA
NUTFAH INDONESIA”
Denpasar, 22 November 2019
Editor
Prof. Dr. drh. I Wayan Suardana, M.Si. Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Dr. drh. I Gusti Ngurah Sudisma, M.Si. Dr. drh. I Gusti Ngurah Bagus Tri Laksana, M.Kes
Dr. drh. Ni Nyoman Werdi Susari, M.Si Drh. Luh Made Sudimartini, M.Sc
Dr. drh. I Ketut Anom Dada, MS.
Drh. Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, MP. Drh. I Kadek Karang Agustina, MP Drh. I Wayan Nico Fajar Gunawan, M.Si.
Diterbitkan Oleh: Udayana University Press
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia” ii Denpasar, 22 November 2019 DAFTAR ISI • Daftar Isi ... ii • Susunan Acara ... iv • Pendahuluan ... vi • Keynote Speaker
1. Aplikasi Teknologi Proteksi Minyak Kedelai Dalam Bentuk Sabun Kalsium Untuk Meningkatkan Performa Reproduksi Dan Produktivitas Sapi Bali
Komang G. Wiryawan ... vii 2. Analisis Genetika Molekuler: Dna-Kromosom Sapi Lokal Indonesia Dan
Banteng (Kariotyping Dan Gen Melanocortin-1 Receptor)
Gatot Ciptadi ... viii 3. Penyakit Jembrana pada sapi Bali dan Upaya pencegahannya dengan vaksinasi
I Nyoman Mantik Astawa ... ix 4. Paten dan Hilirisasi Hasil-Hasil Penelitian
Slamet Riyadi ... x • Presentasi Oral
1. Ragam Infeksi Parasit Pada Sapi Kelompok Tani Niti Sari
Ida Ayu Pasti Apsari ... 1 2. Survei Antibodi Bovine Viral Diarrhea Pada Sapi Bali
Putu Henrywaesa Sudipa ... 2 3. Inflammation Response Of Liver And Bile Duct Tissue On Bali Cattle Infected
Ida Bagus Oka Winaya ... 3 4. Perubahan Alat Kelamin Luar Dan Kadar Estrogen Sapi Bali
Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi ... 4 5. Total Kolesterol Dan Trigliserida Sapi Bali Lepas Sapih Yang
Diberi Pakan Dengan Level Energi Protein Bertingkat.
Nyoman Sadra Dharmawan ... 5 6. Gambaran Struktur Anatomi Dan Morfometrik Usus Halus
Luh Gde Sri Surya Heryani ... 6 7. Nilai Riil Kardiorespirasi Sapi Bali
I Putu Gede Yudhi Arjentinia ... 7 8. Jumlah Dan Jenis Bakteri Pada Vagina Sapi Bali Yang Estrus Dan Yang Bunting
Ketut Tono PG ... 8 9. Pengaruh Musim Hujan dan Kemarau Terhadap Kualitas Semen Sapi Bali
di Balai Inseminasi Buatan Baturiti, Tabanan, Bali
Wayan Bebas... 9 10. Karakteristik Cairan Rumen,,Ph Dan Jumlah Mikrobia
I Gusti Ketut Suarjana ... 10 11. Relasi Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Nilai Hematologi Darah Kuda
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
iii Denpasar, 22 November 2019
Cynthia Dewi Gaina ... 11 12. Identifikasi Histokimia Dan Histomorfometri Abomasum Sapi Bali
Ni Luh Eka Setiasih ... 12 13. Klasterisasi Rumah Pemotongan Hewan di Bali Dalam Kaitan Produksi
Daging Sapi Dan Pemasarannya
Ida Bagus Ngurah Swacita ... 13 14. Respon Fisiologis Sapi Bali Terhadap Anestesi Ketamin Dan Propofol
I Gusti Agung Gde Putra Pemayun ... 14 15. Profil Urinalisis Sapi Bali
Anak Agung Sagung Kendran ... 15 16. Evaluasi Kadar Glokusa Darah Sapi Bali Periode Periparturien
I Made Merdana ... 16 17. Cemaran Pestisida Pada Pakan dan Gambaran Histopatologi Hati Sapi Bali yang
Dipotong di RPH Pesanggaran Denpasar
I Wayan Sudira ... 17 18. Analisis Unsur Pencemar Pada Limbah Peternakan Sapi Yang Berpotensi
Mencemari Lingkungan dan Menularkan Penyakit
I Ketut Suada ... 18 19. Survei Keragaman Lalat Pada Sapi Bali Di Kabupaten Badung, Bali
I Made Dwinata ... 19 20. Persentase Karkas Sapi Bali Berdasarkan Asal Ternak Yang Dipotong
Di Rumah Potong Hewan Mambal
Ida Bagus Kade Suardana ... 20 21. Polimorfisme Gen BoLA DRB3.2 Sapi Bali Pejantan UPT BIBD Baturiti,
Tabanan Bali Menggunakan Metode PCR-RFLP
I Gede Soma ... 21 22. Ekspresi Immunoglobulin G (IgG) Pada Sapi Bali yang Divaksinasi
Septicaemia Epizootica (SE)
I Nyoman Sulabda ... 22 23. Ekspresi Profile Of Lact Acid When The Rest Of The Break Before Slaughter
In Bali Cow)
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
vi Denpasar, 22 November 2019
PENDAHULUAN Latar belakang
Sapi Bali adalah salah satu aset nasional yang cukup potensial untuk dikembangkan. Penyebaran sapi Bali telah meluas hampir ke seluruh wilayah Indonesia, hal ini terjadi karena breed ini lebih diminati oleh para petani peternak disebabkan beberapa keunggulan yang dimilikinya, antara lain tingkat kesuburan yang tinggi, sebagai sapi pekerja yang baik dan efisien serta dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi dimana bangsa lain tidak dapat, persentase karkas tinggi, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak dapat mencapai 80%.
Untuk meningkatkan produktifitas sapi bali, sangat penting dilakukan Seminar Nasional Fakultas Kedokteran Hewan yang mengambil tema Prospek Pengembangan Sapi Bali sebagai plasma nutfah Indonesia untuk mendeseminasikan hasil-hasil penelitian terkait sapi bali.
Tujuan
Tujuan dari Seminar Nasional Fakultas Kedokteran Hewan tahun 2019 adalah untuk mewadahi dan sharing informasi hasil-hasil penelitian terkait sapi bali.
Tempat dan Waktu
Seminar Nasional Fakultas Kedokteran Hewan tahun 2019 dilaksanakan di Aula Gedung Pasca Sarjana, Kampus Jl. P.B. Sudirman Denpasar pada Hari Jumat, tanggal 22 November 2019.
Pembicara Utama
Sebagai pembicara utama dihadirkan para pakar dibidang Sapi Bali yaitu:
1. Prof. Dr. Ir. Komang Gde Wiryawan, dari Institute Pertanian Bogor dengan materi berjudul Ransum Kaitannya dengan Reproduksi, Pertumbuhan dan Penggemukan Sapi
2. Prof. Dr. Gatot Ciptadi dari Universitas Brawijaya dengan materi berjudul Analisis Genetika Molekuler: DNA-Kromosom Sapi Lokal Indonesia dan Banteng
3. Prof. drh. I Nyoman Mantik Astawa, Ph.D dari Universitas Udayana dengan materi berjudul Imunologi Virus Jembrana dan Pengembangan Vaksin
4. Drs. Slamet Riyadi, M.Si. dari Kepala Sub Dit. Klasifikasi dan Penelusuran Paten, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan materi berjudul Paten dan Hilirisasi Hasil-hasil Penelitian
Peserta
Seminar Nasional Fakultas Kedokteran Hewan tahun 2019 dihadiri oleh para peneliti, dosen dan mahasiswa yang bergelut dibidang sapi bali dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia” Keynote Speaker
vii Denpasar, 22 November 2019
APLIKASI TEKNOLOGI PROTEKSI MINYAK KEDELAI DALAM
BENTUK SABUN KALSIUM UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA
REPRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI
1KOMANG G. WIRYAWAN, 1SRI SUHARTI, 2DEWI AYU WARMADEWI, 2I GUSTI
LANANG OKA CAKRA, 3ALI BAIN 1Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
2Fakultas Peternakan, Universitas Udayana 3Fakultas Peternakan, Universitas Haluoleo
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi efektivitas penggunaan minyak
kedelai terproteksi sabun kalsium terhadap performa reproduksi dan produktivitas sapi bali. Penelitian terdiri atas 2 percobaan yaitu percobaan pertama dilakukan di Sentra Pengembangan dan Pembibitan Sapi Bali, Sobangan, Badung, Bali untuk mengkaji performa reproduksi induk sapi Bali. Percobaan menggunakan 12 ekor induk sapi Bali yang dikelompokkan menjadi dua sesuai dengan perlakuan yaitu perlakuan 1 (P1)), induk sapi diberi pakan sesuai dengan kebiasaan di Sobangan, sedangkan perlakuan 2 (P2), induk sapi diberi tambahan minyak nabati terproteksi sabun kalsium sebanyak 270 gram per 1 kg konsentrat. Pakan yang diberikan berupa rumput gajah dan 1 kg konsentrat. Percobaan kedua dilakukan di Laboratorium Lapangan, Fakultas Peternakan IPB untuk mengkaji produktivitas sapi bali dalam program penggemukan dengan menggunakan 12 ekor sapi bali jantan dengan rataan bobot badan 226 ± 13,17 kg. Perlakuan ada 3 yaitu: R1 (40% rumput lapang+60% konsentrat), R2 (40% rumput lapang + 55% konsentrat + 5% sabun kalsium minyak kedelai), R3 (40% rumput lapang+45% konsentrat + 5% sabun kalsium minyak kedelai + 10% tepung buah jambu mete). Ransum dibuat isonitrogen dan isokalori. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa ternak yang diberi perlakuan sabun kalsium minyak kedelai nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi ransum (P1=5,11±0,123 kg vs P2=5,41±0,15 kg), persentase kebuntingan (P1=50% vs P2=83%), dan pertambahan bobot badan (P1=6,80±3,70 kg P1 vs P2=11,00±7,00 kg). Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa penambahan minyak kedelai terproteksi meningkatkan konsumsi ransum (R1=4,77±0,65 kg vs R2= 4,96±0,41 kg vs R3= 5,20±0,19 kg), pertambahan bobot badan (R1= 0,65±0,19 kg vs R2= 0,81±0,17 kg vs R3= 0,92±0,16 kg), meningkatkan efisiensi penggunaan ransum (R1=0,13±0,03 vs R2=0,16±0,02 vs R3=0,18±0,03), serta meningkatkan Income Over Feed Cost (R1=Rp 11251 vs R2= Rp22135 vs R3=Rp 28081) per ekor per hari. Dapat disimpulkan bahwa penambahan minyak kedelai terproteksi sabun kalsium dalam ransum dapat meningkatkan performa reproduksi dan produktivitas sapi Bali.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia” Keynote Speaker
viii Denpasar, 22 November 2019
Analisis Genetika Molekuler: Dna-Kromosom Sapi Lokal Indonesia Dan
Banteng
(Kariotyping Dan Gen Melanocortin-1 Receptor)
GATOT CIPTADI*, DYAH AYU OKTAVIANNIE. A. P, RIFQI RAHMAN
1Fakultas Peternakan UB, 2 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran
Hewan, UB.
Abstrak. Republik Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah plasma nutfah terbesar
di dunia, dengan ribuan spesies dan breed-breed ternak lokal yang mempunyai keunggulan dan karakter yang sesuai dengan lingkungan tropis. Permasalahan yang ada, sebagian besar
breed-breed ternak lokal ini belum diidentifikasi karakter phenotipik dan kualitas genetiknya. Beberapa breed lokal ternak sapi diternakkan di Indonesia, sementara Banteng Jawa (Bos javanicus)
merupakan mamalia endemik yang memiliki ciri spesifik spesies, diantaranya adalah warna rambut yang dikontrol Melanocortin-1 Receptor (MC1R), gen regulator warna rambut dan kulit mamalia. Gen MC1R meregulasi melanogenesis untuk memproduksi pigmen melanin. Banteng jantan dewasa memiliki pigmen eumelanin lebih dominan sehingga memiliki warna rambut lebih gelap. Penelitian genetic terkait kariotyping G-Ganding pada sapi local dan Banteng dan analisis warna rambut telah dilakukan berdasarkan sekuen gen MC1R metode PCR. Hasil analisa gen Banteng Jawa jantan dewasa mengalami mutasi gen delesi pada sekuen ke-537 yakni hilangnya basa nukleotida Thimyn (T) c.537T>- menyebabkan perubahan delesi susunan asam amino phenylalalnine (F) p.179F>-. Terjadinya perubahan asam amino phenylalanine (F) p.17F>- diprediksi meningkatkan produksi eumelanin sehingga Banteng Jawa jantan dewasa dapat mensintesiskan melanin menjadi eumelanin. Sementara itu karyotyping sapi local menunjukkan genetic normal berdasarkan jumlah kromosom (2N = 60) dan struktur kromosom. Kesimpulan, terdapat perbedaan sekuen gen DNA dan asam amino antara Banteng Jawa jantan dewasa yang memiliki eumelanin dominan dengan Banteng Jawa betina dewasa dan sampel Banteng Jawa anakan berambut terang yang memiliki feomelanin dominan. Analisis kromosom pada sapi sapi lokal dan Banteng yang nantinya akan digunakan sebagai pejantan (kawin alam atau Inseminasi Buatan) sangat penting dilakukan untuk bisa menjamin bebas cacat genetik (normal/abnormal) sebagai garansi terhadap kualitas genetic pada hasil keturunannya.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia” Keynote Speaker
ix Denpasar, 22 November 2019
Penyakit Jembrana pada sapi Bali dan Upaya pencegahannya dengan
vaksinasi
I NYOMAN MANTIK ASTAWA
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
Abstrak. Penyakit Jembrana merupakan penyakit menular akut yang secara klinis hanya
ditemukan pada sapi Bali. Penyakit ini disebabkan oleh lentivirus dari subfamilia lentivirinae, familia Retroviridae. Berbeda dengan infeksi lentivirus pada umumnya, penyakit Jembrana merupakan penyakit akut yang ditandai dengan demam tinggi (42oC), erosi mukosa mulut, pembesaran limfoglandula (preskapularis, prefemoralis dan parotid). Di daerah sapi Bali yang belum pernah terpapar penyakit Jembrana, angka kematiannya dapat mencapai 17% dan hewan yang sembuh biasanya membawa virus dalam waktu yang lama. Selain itu, penyakit Jembrana penyakit imunosupresif yang ditandai dengan menghilangnya sel B pada fase akut dan
munculnya kembali sel B pada fase kesembuhan. Pada hewan yang sembuh, antibodi terhadap virus penyakit Jembrana biasanya baru muncul sekitar 2 bulan pasca infeksi. Pada fase akut, infeksi virus Jembrana menyebabkan peningkatan populasi sel T CD8+ dan kadar IFN-γ, yang mengindikasikan bahwa kesembuhan penyakit Jembrana pada sapi Bali disebabkan oleh respons imun seluler. Vaksin untuk mencegah penyakit Jembrana dibuat menggunakan virus dari limpa sapi Bali yang terserang penyakit Jembrana. Virus diinaktifkan dengan Triton-X-100 dan diemulsikan dalam adjuvant mineral oil (MOA) dan diberikan 2 kali dengan interval 1 bulan. Vaksin ini menginduksi respons imun, tetapi belum sepenuhnya dapat mencegah penyakit Jembrana pada sapi Bali. Namun, vaksin tersebut telah dapat mencegah kematian, menurunkan tingkat keparahan penyakit dan menekan jumlah virus dalam darah. Upaya pengembangan vaksin rekombinan menggunakan protein Ca dan tat juga telah dilakukan, tetapi uji coba pada sapi Bali menunjukkan bahwa vaksin tersebut belum mampu mencegah infeksi virus penyakit Jembrana pada sapi Bali. Upaya pengembangan vaksin untuk mencegah penyakit Jembrana pada sapi Bali masih perlu dilakukan untuk memberantas Penyakit Jembrana dari Indonesia.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia” Keynote Speaker
x Denpasar, 22 November 2019
Paten dan Hilirisasi Hasil-Hasil Penelitian
SLAMET RIYADI
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Abstrak: Di era globalisasi dan digitalisasi, Perguruan Tinggi sangat berperan dalam proses alih
teknologi. Perguruan Tinggi merupakan institusi yang menghasilkan penelitian di berbagai bidang. Penelitian yang baik harus berdasarkan pada hasil penelusuran dan berorientasi pada paten. Suatu invensi yang dapat diberi paten tidak harus rumit, tetapi yang penting ada pemecahan masalah di bidang teknologi dan yang lebih penting lagi harus dapat dikomersialisasi.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
1 Denpasar, 22 November 2019
Ragam Infeksi Parasit Pada Sapi Kelompok Tani Niti Sari
Desa Baturiti Kabupaten Tabanan
IDA AYU PASTI APSARI1, GUSTI AGUNG AYU YUNIATI KENCANA2, I GUSTI.NGURAH KADE MAHARDIKA 2,
I NYOMAN MANTIK ASTAWA2, ANAK AGUNG SAGUNG KENDRAN3, I NYOMAN SUARTHA 4,
SRIKAYATI WIDYASTUTI4, IDA BAGUS KADE SUARDANA2, I GUSTI AYU MAYANI KRISTINA DEWI 5,
I PUTU SUDIARTA 6
1Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
2Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar,Bali, Indonesia.
3Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
4Laboratorium Interna, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana,
Denpasar, Bali, Indonesia.
5 Fakultas PeternakanUniversitas Udayana, Denpasar,Bali, Indonesia. 6Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
Email: pastiapsari.45@unud.ac.id
Abstrak. Infeksi parasit tidak terlepas dari segitiga epidemiologi yaitu hospes, agen dan
lingkungan. Sapi bali sebagai hospes agen parasit dipengaruhi infeksinya oleh kondisi lingkungan di desa Baturiti. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi 1arasite pada sapi kelompok tani Niti sari desa Baturiti. Sejumlah 55 ekor sapi bali pada sapi kelompok tani Niti Sari dipergunakan sebagai sampel. Sampel feses diambil untuk diperiksa keberadaan 1arasite dan prediksi jumlah beban parasite yang menginfeksi. Metoda pemeriksaan keberadaan 1arasite dengan uji pengapungan dan prediksi beban parasit dengan metoda Stool. Hasil yang diperoleh prevalensi protozoa Coccidia 52,73% (29/55), Entamoeba 16,36% (9/55), Balantidium 20,9% (6/55) dengan intensitas infeksi berturut turut 1255,17± 964,82 ookista/gram. 233,3 ± 250 kista/gram dan 150 ± 83,67 kista/gram feses. Prevalensi telur cacing tipe Strongyl 61,82% (34/55), Strongyloides 23,64% (13/55) dan Toxocara 18,18% dengan intensitas infeksi berturut turut 420,59 ± 233,26 telur/gram, 253,85 ± 64,55 telur/gram dan 130 ± 48,3 telur/gram feses. Kesimpulan sapi bali pada kelompok tani Niti Sari desa Baturiti terinfeksi 1arasiteprotozoa Coccidia, Entamoeba sp dan Balantidium sp. dengan intensitas rendah sampai sedang. Infeksi oleh cacing nematoda tipe Strongyl, Strongyloides dan Toxocaracacing dengan intensitas yang rendah.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
2 Denpasar, 22 November 2019
Survei Antibodi Bovine Viral Diarrhea Pada Sapi Bali
PUTU HENRYWAESA SUDIPA1*, LUH MADE SUDIMARTINI2, I WAYAN WIRATA3 1 Laboratorium Bakteri dan Mikologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
2Laboratorium Fisiologi, Farmakologi dan Farmasi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
3Laboratorium Bedah Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia Email: henrywaesa@unud.ac.id
Abstrak. Bovine Viral Diarrhea (BVD) pada sapi adalah salah satu dari penyakit hewan yang
menyebabkan kerugian ekonomi pada industry sapi di seluruh dunia. Kerugian ekonomi terbesar karena infeksi Bovine Viral Diarrhea adalah berhubungan dengan reproduksi dan kelainan pedet yang terus menerus menularkan virus ke ternak lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan antibodi Bovine Viral Diarrhea pada Sapi Bali. Sampel menggunakan darah sapi dari 30 ekor sapi yang ditampung didalam 2 tabung yang mengandung anti koagulan dan yang tidak mengandung anti koagulan. Setelah didapatkan serum, plasma dan sel buffy coat, kemudian sampel di periksa dengan menggunakan metode ELISA. Kemudian data yang didapat disajikan secara deskriptif. Hasil yang didapatkan menunjukkan suspect positif yang ada di desa Sobangan, Badung sejumlah 8 dari 15 sampel (53%) dan suspect positif di desa Payangan, Gianyar sejumlah 3 dari 15 sampel (20%). Hasil positif dipengaruhi oleh biosecurity masing-masing tipe kandang sampel dimana di desa Sobangan merupakan peternakan besar sehingga biosecurity sulit diterapkan dan penyebaran penyakit lebih cepat dibandingkan dengan di desa Payangan hanya peternakan kecil.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
3 Denpasar, 22 November 2019
Respon Radang Pada Jaringan Hati Dan Kantung Empedu Sapi Bali Yang
Terinfeksi Fasciola Gigantika
IDA BAGUS OKA WINAYA1*, IDA BAGUS KADE SUARDANA2
1laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana Denpasar, Bali, Indonesia
2laboratorium Virologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana Denpasar, Bali, Indonesia. *Email: okawinaya@gmail.com
Abstrak. Infeksi cacing hati (Fasciolosis) merupakan penyakit parasit penting yang umum
menyerang sapi, kerbau dan ruminansia lainnya. Penyakit ini di daerah tropis disebabkan oleh trematoda Fasciola gigantika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon radang dan intensitas perubahan jaringan hati dan kantung empedu sapi Bali terinfeksi Fasciola gigantika. Pada kawasan Asia Tenggara seperti India, China, Philipina, Vietnam, Kambodia dan Singapura telah dilaporkan adanya kasus positif infeksi cacing trematoda Fasciola gigantika pada manusia. Penelitian diawali dengan melakukan survey di rumah potong hewan di Darmasaba, Kabupaten Badung untuk mendapatkan sapi Bali positif terinfeksi Fasciola gigantika. Seratus ekor sapi Bali yang diamati, ditemukan sebanyak lima belas ekor diantaranya menderita Fasciolosis. Organ hati dan kantung empedu diambil seperlunya kemudian masukkan ke dalam pot yang telah diisi neutral buffer formalin 10%. Jaringan hati dan kantung empedu kemudian diproses dan diwarnai dengan pewarna hematoksilin-eosin (HE). Pada pemeriksaan makroskopik ditemukan cacing Fasciola
gigantika menempel pada permukaan mukosa empedu. Sedangkan pada organ hati terlihat
membesar dengan permukaan tidak rata. Limph node juga terlihat membesar dan berwarna keabuan. Pemeriksaan secara mikroskopik ditemukan adanya proliferasi saluran empedu dan penyumbatan pada lumennya disertai cholangio cirrhosis. Ditemukan potongan sagital cacing hati
Fasciola gigantika yang dikelilingi jaringan ikat fibrous disekitarnya. Nekrosis koagulatif
multifocal dengan proliferasi fibroblast juga dapat ditemukan. Kongesti, perdarahan dan infiltrasi netrofil juga dapat ditemukan pada daerah nekrosis. Pada dinding kantung empedu ditemukan adanya perdarahan, adenomatous hyperplasia, infiltrasi sel mononuclear dan kalsifikasi. Simpulannya terjadi reaksi radang yang bersifat kronis dengan intensitas berat pada sistema hepatobiliari sapi Bali penderita Fasciolosis.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
4 Denpasar, 22 November 2019
Perubahan Alat Kelamin Luar Dan Kadar Estrogen Sapi Bali Saat Estrus
DESAK NYOMAN DEWI INDIRA LAKSMI*, I GUSTI NGURAH BAGUS TRILAKSANA
Laboratorium Reproduksi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
*Email: dewiindira@unud.ac.id
Abstrak. Keberhasilan penerapan teknologi reproduksi memerlukan pengetahuan tentang siklus
estrus sapi bali dan kemampuan mendeteksi estrus. Estrus pada sapi berlangsung 8-30 jam yang ditandai dengan penerimaan pejantan untuk kopulasi. Pada fase ini kadar estrogen mencapai kadar maksimum. Tingginya kadar estrogen menyebabkan munculnya tanda-tanda estrus, dan perubahan pada saluran reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar estrogen saat estrus dan perubahan alat kelamin luar saat estrus Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross-Sectional Study. Sampel yang digunakan adalahsapi bali saat estrus dan memiliki status kesehatan yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit. Sampel darah diambil melalui vena jugularis kemudian disentrifus untuk memperoleh serum. Serum yang diperoleh dilakukan pemeriksaan kadar hormon estrogen. Teknik pengukuran kadar hormon dengan metode Direct Elisa, Double Antibody Sandwich. Pengambilan sampel darah sapi bali dilakukan di beberapa simantri di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Hasil penelitian menunjukkan pada sapi bali saat estrus tampak perubahan alat kelamin luar yaitu adanya kemerahan pada mukosa vagina, keluar leleran dari vagina dan kebengkakkan pada vulva. Sedangkan kadar estrogen saat estrus adalah 69.80 pg/ml. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengukur kualitas ovulasi setelah estrus.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
5 Denpasar, 22 November 2019
Total Kolesterol Dan Trigliserida Sapi Bali Lepas Sapih Yang Diberi Pakan
Dengan Level Energi Protein Bertingkat
NYOMAN SADRA DHARMAWAN1*, I GEDE MAHARDIKA2, NYOMAN SURYANI2
1Centre for Studies of Animal Diseases (CSAD), Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
2Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
*Email: nsdharmawan@unud.ac.id
Abstrak. Sistem pemberian pakan dan cara pemeliharaan sangat mempengaruhi nilai kimia darah
ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pemberian pakan ternak yang terdiri atas empat jenis ransum dengan level energi protein bertingkat yaitu: (1) PK 12% dan ME 2000 kkal/kg; (2) PK 13% dan ME 2100 kkal/kg; (3) PK 14% dan ME 2200 kkal/kg; (4) PK 15% dan ME 2300 kkal/kg) terhadap kadar kolesterol dan trigeliserida darah sapi bali betina lepas sapih. Penelitian dilakukan dengan pemberian formula ransum pada 12 ekor sapi bali betina lepas sapih milik Pemkab Badung yang dipelihara di Stasiun Penelitian Peternakan Sobangan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Pengambilan sampel darah dilakukan pada sapi percobaan menggunakan venoject. Pemeriksaan kolesterol dan trigeliserida dengan metode enzimatik kolorimetri. Hasil penelitian menunjukkan rataan total kolesterol serum sapi bali betina lepas sapih berkisar 93,66+20,60 mg/dl sampai 146,33+33,71 mg/dl. Rataan total trigliserida berkisar 5,00+1,00 mg/dl sampai 11,66+5,13 mg/dl. Nilai yang diperoleh tersebut masih berada pada rentang acuan nilai normal sapi. Tidak ditemukan adanya perbedaan nyata (P>0,05) antar perlakuan. Disimpulkan bahwa keempat formula ransum yang dicobakan tidak berdampak terhadap total kolesterol dan trigliserida. Untuk menyiapkan nilai normal referensi hematologi pada sapi bali yang lebih lengkap, masih perlu penelitian lanjut mengenai profil hematologi dengan spektrum diperluas dan sampel yang lebih banyak.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
6 Denpasar, 22 November 2019
Gambaran Struktur Anatomi Dan Morfometrik Usus Halus Dan Usus Besar
Sapi Bali
LUH GDE SRI SURYA HERYANI*, NI NYOMAN WERDI SUSARI
1Laboratorium Anatomi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia. Email: surya_heryani@unud.ac.id
Abstrak. Informasi mengenai struktur anatomi dan morfometrik sistem pencernaan sapi bali akan memberikan gambaran yang jelas dan tepat jika terjadi abnormalitas pada organ-organ dalam sistem pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi dan morfometri usus halus dan usus besar sapi bali. Sampel diambil dari 14 ekor sapi bali dan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dinyatakan sehat. Sampel dipreparir untuk dilakukan pengamatan anatomi dan pengukuran morfometrik berupa panjang dan lebar organ pencernaan yang diukur pada beberapa bagian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran rata-rata panjang usus halus yang meliputi duodenum, jejunum dan ileum berturut-turut adalah 473,07cm; 529,64 cm; and 363,64 cm; dan lebarnya berturut-turut adalah 5,50 cm; 6,00 cm; and 6,11 cm. Sedangkan panjang rata-rata usus besar yang meliputi caecum, colon dan rektum berturut-turut adalah 36,78 cm; 371,21; 50,00 cm; sedangkan lebarnya adalah 9,65 cm; 11,47 cm; dan 8,85 cm berturut-turut. Jejunum memiliki ukuran yang paling panjang pada usus halus, sedangkan pada usus besar yang ukurannya paling panjang adalang colon. Informasi dan data yang tepat mengenai sistem pencernaan sangat penting dan bermanfaat untuk menunjang penelitian preklinis dan klinis selanjutnya dan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan karakterisasi sapi bali.
Kata kunci: anatomi, morfometrik, sapi bali, usus besar, usus halus.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
7 Denpasar, 22 November 2019
Nilai Riil Kardiorespirasi Sapi Bali
I PUTU GEDE YUDHI ARJENTINIA*, SRI KAYATI WIDYASTUTI, PUTU AYU SISYAWATI PUTRININGSIH
Departemen Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
Email: yudhiarjentinia@unud.ac.id
Abtrak. Sapi bali mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan baik pada daerah
dataran tinggi, berbukit, maupun rendah, terbukti dengan performan reproduksinya yang tetap tinggi sekitar 80%. Kondisi fisiologis sapi bali dapat berubah dari zona nyaman (thermonetral) ke kondisi kurang nyaman sehingga dapat menimbulkan stress. Tingkat stress yang tinggi dapat mengurangi efisiensi respon sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Selama proses pemeliharaan ternak sapi bali, beberapa faktor yang potensial mempengaruhi pertumbuhan ternak sapi bali yaitu pola pemeliharaan (tradisional-semi intensif dan intensif), tempat pemeliharaan (dilepas atau dikandangkan), mobilisasi ternak, dan hubungan ternak sapi bali dengan manusia (peternak). Kondisi lingkungan dipengaruhi oleh suhu udara, kelembapan, tekanan udara, kecepatan angin, dan arah angin yang dapat mempengaruhi parameter fisiologis ternak sapi, terutama gambaran kardiorespirasi yang meliputi denyut jantung, pernafasan, dan suhu rektal hewan. Sebanyak 140 ekor sapi bali, 50 ekor sapi umur satu sampai dua tahun (40 ekor betina, 10 ekor jantan) dan 90 ekor sapi umur dua sampai 4 tahun (70 ekor betina dan 20 ekor jantan). Diambil data berupa nilai rata-rata normal kondisi riil ternak sapi bali dibedakan berdasarkan pola pemeliharaan, dan setelah ternak dimobilisasi dari suatu tempat ke tempat yang lain, berdasarkan pada parameter kardiorespirasinya. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan kesehatan sapi bali dari berbagai kondisi lingkungan.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
8 Denpasar, 22 November 2019
Jumlah Dan Jenis Bakteri Pada Vagina Sapi Bali Yang Estrus
Dan Yang Bunting
KETUT TONO PG*, PUTU HENRYWAESA SUDIPA, I GUSTI KETUT SUARJANA
Laboratorium Bakteri dan Mikologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
*Email: ketuttonopg@gmail.com
Abstrak. Sapi bali memiliki potensi yang sangat baik untuk pasokan daging dan bibit, karena
mereka memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan sifat reproduksi yang berkualitas baik. Namun, sifat reproduksi yang baik ini terancam oleh penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis bakteri di vagina sapi Bali yang estrus dan bunting. Sampel menggunakan swab vagina dari 30 sapi. Sampel terdiri dari 10 swab dari sapi yang tidak estrus dan tidak bunting (kontrol / normal), 10 swab dari sapi estrus, dan 10 swab dari sapi bunting. Setelah swab dilakukan menggunakan cotton bud, hasil swab disimpan dalam media pengangkutan Amies. Sampel kemudian ditanam di media darah untuk diidentifikasi dan jumlah koloni dihitung, kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan Gram dan tes biokimia kemudian hasilnya disajikan secara deskriptif. Hasilnya adalah jumlah tertinggi koloni sapi estrus (1034 koloni), dibandingkan dengan sapi non-estrus dan tidak hamil (407 koloni) dan hamil (376 koloni). Jenis bakteri ini didominasi oleh Klebsiella sp. (42,85%), Eschericia coli (28,7%), Streptococcus sp. (14,28%) dan Bacillus sp. (14,28%).
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
9 Denpasar, 22 November 2019
Pengaruh Musim Hujan dan Kemarau Terhadap Kualitas Semen Sapi Bali
di Balai Inseminasi Buatan Baturiti, Tabanan, Bali
WAYAN BEBAS1*, I WAYAN GORDA2
1Laboratorium Reproduksi dan Kemajiran, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
2Laboratorium Ilmu Bedah Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
*E-mail w_bebas@unud.ac.id
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musim hujan dan musim kemarau
terhadap kualitas semen sapi bali di Balai Iinseminasi Buatan Daerah Baturiti, Tabanan, Bali. Dalam upaya menunjang program inseminasi buatan, untuk mempercepat perbaikan mutu genetik, peningkatan produksi, untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Penelitian ini mengunakan rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan masing masing : musim hujan (Pebruari - Mei 2019) dan musim kemarau (Juni - September 2019). Penelitian ini menggunakan 9 ekor sapi bali jantan dengan rentang umur 5–8 tahun. Penampungaan semen dilakukan dengan metode vagina buatan, dilakukan dua kali seminggu untuk setiap pejantan. Variabel yang diamati meliputi pH, volume (ml), warna, kekentalan, gerakan massa, konsentrasi ( 106 sel/ml), motilitas spermatozoa (%), abnormalitas (%), dan membran plasma utuh (%). Hasil yang diperoleh dilakukan analisis dengan uji t. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa musim tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kualitas semen sapi bali di Balai Inseminasi Buatan Daerah Baturiti, Tabanan, Bali.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
10 Denpasar, 22 November 2019
Karakteristik Cairan Rumen,PH Dan Jumlah Mikrobia
I GUSTI KETUT SUARJANA*, KETUT TONO PG
1 Laboratorium Bakteri dan Mikologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana,
Denpasar, Bali, Indonesia *Email: kt_suarjana@unud.ac.id
Abstrak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik cairan rumen pH dan jumlah
mikrobia dalam rumen sapi bali. Sampel penelitian adalah cairan rumen sapi bali secara klinis sehat yang dipotong di rumah pemotongan hewan, Pesanggaran, Denpasar dengan jumlah 30 sampel. Metode penelitian menggunakan cara konvensional dan mengacu metode menurut Purbowati, dkk.(2014). Jumlah populasi koloni bakteri dan jamur dihitung dengan metode cawan tuang (pour plate). Populasi koloni bakteri dibiakan pada nutrient agar plate dan jamur dibiakan pada sabouraud dextrose agar plate. Populasi koloni bakteri Enterobacteriaceae dihitung dengan metode sebar pada Mac Conkey agar plate dan koloni Escherichia coli pada Eosin Methylen Blue agar plate. Pengukuran pH cairan rumen secara langsung dilakukan dengan pH indicator strips. Penelitian dilakukan secara observasional dan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri dalam cairan rumen sapi bali dengan rerata 64x104cfu/g, jumlah koloni jamur dengan rerata 161x105cfu/g, jumlah koloni Coliform 23x104cfu/g, jumlah non-Coliform 28x103cfu/g, E. coli 18x103cfu/g dan rerata pH cairan rumen sapi bali 6,9.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
11 Denpasar, 22 November 2019
Relasi Umur dan Jenis Kelamin terhadap Nilai Hematologi Darah Kuda
Sandalwood (Equus caballus), Sumba Timur, NTT
CYNTHIA DEWI GAINA1*, ANTIN Y. N. WIDI1, AGUS SAPUTRA2
1 Division of Clinic, Reproduction, Pathology, Nutrition,
Faculty of Veterinary Medicine, Nusa Cendana University, NTT, Indonesia,
2 Division of Anatomy, Physiology, Pharmacology, Biochemistry,
Faculty of Veterinary Medicine, Nusa Cendana University, NTT, Indonesia, *Email: cynthia.gaina@staf.undana.ac.id
Abstrak. Nilai hematologi normal perlu ditentukan untuk setiap kategori kelompok ternak kuda,
seperti usia dan jenis kelamin untuk mendapatkan hasil diagnostik yang tepat. Belum ada data yang dipublikasikan tentang hematologi untuk kuda sumba, kuda Sandalwood yang dipelihara secara ekstensif di Sumba Timur, NTT. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membandingkan karakteristik hematologi kelompok kuda berdasarkan usia dan jenis kelamin. Sampel darah dari dua puluh dua hewan dikumpulkan berdasarkan jenis kelamin menjadi jantan (n = 11), betina (n = 11) dan kelompok umur 2-3 tahun (n = 14) dan 6-10 tahun (n = 8). Sekitar 3 ml sampel darah dikumpulkan secara aseptik dari vena jugularis masing-masing hewan dalam tabung vacutainer steril. Variabel-variabel berikut diukur: eritrosit, leukosit, platelet, hemoglobin (Hb), hematokrit (HCT), volume corpuscular rata-rata (MCV), hemoglobin corpuskuler rata-rata (MCH), rata-rata konsentrasi hemoglobin sel darah hitam (MCHC) dan volume rata-rata platelet (MPV) . Beberapa parameter, seperti MCHC dan MPV pada kelompok umur berbeda secara signifikan (p <0,05), sedangkan eritrosit, Platelet, Hb, HCT, MCH dan MCHC berbeda secara signifikan (p <0,05) pada 3 kelompok berdasarkan jenis kelamin. Di sisi lain, penurunan tingkat MCV dan MCHC dan peningkatan kadar HCT dan MPV dicatat dalam kelompok usia. Pada kelompok seks, nilai WBC, Platelet, dan MHCH yang rendah terjadi pada kedua kelompok jenis kelamin, sedangkan tingkat HCT dan MCV lebih tinggi dibandingkan dengan nilai normal. Parameter hematologi ini dihitung dengan penganalisa hematologi otomatis di Laboratorium Kesehatan di Kupang, NTT. Hasil ini dianalisis dengan menggunakan uji 'T' test dan analisis varian. Hasil ini akan memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik tentang indikator hematologi untuk memperkirakan status fisiologis kuda kuda sumba, kuda Sandalwood di Sumba Timur karena dapat digunakan sebagai informasi berharga dari status fisiologis kesehatannya.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
12 Denpasar, 22 November 2019
Identifikasi Histokimia Dan Histomorfometri Abomasum Sapi Bali
NI LUH EKA SETIASIH*, PUTU SUASTIKA
1Laboratorium Histologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia. *Email: ekasetiasih@unud.ac.id
Abstrak. Sistem pencernaan sapi bali digolongkan ke dalam kelompok ruminansia, tersusun oleh
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Abomasom merupakan lambung sebenarnya pada sapi bali, tersusun oleh lapisan epitel membentuk struktur kelenjar yang mirip dengan lambung pada hewan non ruminansia. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi struktur histokimia dan histomorfometri abomasum sapi bali. Penelitian ini menggunakan 6 sampel abomasum sapi bali dewasa sehat dari Rumah Potong Hewan Mambal. Sedian histologi organ tersebut di buat dengan metode pewarnaan hematoxylin-eosin (HE), Periodic Acid Schiff (PAS) dan Mallory Acid Fuschin (MAF). Hasil penelitian menunjukkan tunika mukosa tersusun oleh epitel kolumner simplek. Dengan pewaarnaan PAS lamina epitel abomasum terwarnai pink keunguan, reaksi jelas terlihat pada epitel penyusun kelenjar. Reaksi histokimia positif terhadap MAF terlihat pada jaringan ikat di submukosa dan perimesium di tunika muskularis. Lamina propia dan submukosa tersusun oleh jaringan ikat kolagen, elastis, lemak dan retikuler dengan sejumlah pembuluh darah. Jaringan otot polos menyusun lamina muskularis mukosa dan tunika muskularis abomasum, sedangkan tunika serosa tersusun oleh jaringan ikat retikuler, jaringan lemak dan pembuluh darah. Tebal tunika mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa abomasum sapi bali masing-masing 883.0862 μm, 925.7879 µm, 2850.6656 µm, dan 133.2926 μm.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
13 Denpasar, 22 November 2019
Klasterisasi Rumah Pemotongan Hewan Di Bali Dalam Kaitan Produksi
Daging Sapi Dan Pemasarannya
IDA BAGUS NGURAH SWACITA1*, I KETUT SUADA1, IDA AYU PASTI APSARI2
1Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
2Laboratorium Parasitologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana,
Denpasar, Bali, Indonesia. *Email: ngurah.swacita@gmail.com
Abstrak. Masyarakat sebagai konsumen sangat membutuhkan daging sapi yang berkualitas, sehat,
dan aman untuk dikonsumsi. Kesehatan dan keamanan daging sapi akan terjamin kualitasnya jika dipotong di RPH setempat. Pemotongan ternak sapi di RPH akan mendapat pemeriksaan dan pengawasan yang ketat sehingga daging yang dihasilkan dapat menjamin ketentraman bathin dan kesehatan masyarakat sebagai konsumen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui klasterisasi Rumah Pemotongan Hewan di Bali, jumlah ternak sapi yang dipotong, mengetahui kualitas fisik daging dan distribusi/penjualan daging sapi tersebut. Metode penelitian yang dilakukan adalah survei langsung ke semua RPH yang ada di Bali yang diikuti dengan wawancara kepada kepala/penanggungjawab RPH dan menilai kualitas fisik sampel daging tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua RPH yang ada di Bali termasuk klasterisasi Usaha Pemotongan Hewan tipe D untuk memenuhi kebutuhan lokal daging sapi di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II. Kualitas fisik daging sapi bali produksi RPH se-Bali masih termasuk kategori daging sapi yang baik dan masih sesuai standar. Dapat disimpulkan bahwa semua kabupaten di Bali memiliki RPH/Tempat Pemotongan Hewan, (TPH) kecuali Kab.Bangli yang termasuk klasterisasi Usaha Pemotongan Hewan tipe D. Kualitas fisik daging sapi produksi RPH se Bali masih layak dikonsumsi.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
14 Denpasar, 22 November 2019
Respon Fisiologis Sapi Bali Terhadap Anestesi Ketamin Dan Propofol
I GUSTI AGUNG GDE PUTRA PEMAYUN*, I GUSTI NGURAH SUDISMA
Laboratorium Bedah Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Denpasar, Bali, Indonesia.
*Email : putrapemayun@unud.ac.id
Abstrak. Anestesi umum pada sapi Bali menggunakan ketamin dan propofol belum pernah
dilaporkan, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dosis, waktu anestesi dan respon fisiologis dari ketamin, propofol dan kombinasinya (ketafol). Dua belas ekor pedet jantan, bobot 25-45 kg dan umur 2-4 bulan digunakan pada penelitian ini. Perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskuler, respirasi dan suhu tubuh dimonitor menggunakan alat fisiograf. Semua pedet dipremedikasi xilazin (0,1 mg/kg bb) secara intramuskuler, 10 menit kemudian diinduksi dengan ketamin (2 mg/kg bb), propofol (2 mg/kg bb) dan ketafol (1 mg/kg bb ketamin dan 1 mg/kg bb propofol) secara intravena. Pedet yang diinduksi ketamin menghasilkan waktu induksi 4,75±1,73 menit, durasi anestesi 13,03±1,15 menit, dan waktu pemulihan 12,01±5,05 menit. Pedet yang diinduksi propofol menghasilkan waktu induksi 2,50±0,58 menit, durasi anestesi 15,50±1,91 menit dan waktu pemulihan 2,75±0,96 menit, sedangkan yang diinduksi ketafol menghasilkan waktu induksi 5,00±1,41 menit, durasi anestesi 14,00±1,83 menit dan waktu pemulihan 4,50±0,58 menit. Pedet yang diinduksi dengan ketamin, propofol dan ketafol menghasilkan waktu induksi dan durasi anestesi yang tidak berbeda nyata, sedangkan waktu pemulihan dengan propofol sangat nyata lebih rendah dibandingkan induksi dengan ketamin tetapi tidak berbeda nyata dengan ketafol. Anestesi dengan propofol atau ketafol dapat digunakan pada sapi Bali karena perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskuler dan respirasi lebih stabil dan tidak ditemukan perubahan yang ekstrim.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
15 Denpasar, 22 November 2019
Profil Urinalisis Sapi Bali
ANAK AGUNG SAGUNG KENDRAN*, NYOMAN SADRA DHARMAWAN, IDA BAGUS KOMANG ARDANA
Laboratorium Patologi Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
*Email: gungkendran@unud.ac.id
Abstrak. Pemeriksaan kesehatan sapi bali sebagai plasma nuftah sangatlah penting. Diharapkan
terjadi peningkatan populasi dengan berbagai cara yang telah dilakukan. Namun jika gangguan fisiologis lebih awal dapat diketahui, maka penanganan kesehatan akan menjadi lebih mudah, diagnosa menjadi lebih tepat dan pengobatan menjadi lebih murah. Untuk itu pemeriksaan urin dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dasar sebagai acuan untuk mendiagnosa gangguan fungsi urinalisis. Penelitian menggunakan 31 ekor sapi bali betina dewasa dan 3 ekor sapi bali jantan dewasa. Spesimen urin diambil langsung dari vesika urinaria setelah sapi dipotong di rumah potong hewan sebanyak 20 cc. Pemeriksaan menggunakan metoda urinalisis reagen strips dan metoda sedimentasi. Data yang didapat dianalisis secara diskriptif dan dijelaskan menggunakan tabel dan gambar. Hasil pemeriksaan dengan uji reagen strips diketahui bahwa dari 31 ekor sapi bali betina terdapat: Protein (+++) 6,45%, Protein (++) 3,23%, Protein (+) 38,71%, Protein (-/+) 38,71%, Protein (-) 12,91; pH(6) 3,23%, pH(6,5) 16,13%, pH(7) 16,13%,pH(7,5) 3,23%, pH(8) 45,16%, pH(9) 16,13; BJ(1,000) 12,90, BJ(1,005) 12,90%, BJ(1,010) 29,03%, BJ(0,015) 29,03%, BJ(1,020) 9,68%, BJ(1,025) 6,45%. Hasil uji strips 3 ekor sapi bali jantan adalah: Protein (+++) 33,33%, Protein (++) 33,33%, Protein (+) 33,33%; pH(7,5) 33,33, pH(8) 33,33%, pH(9) 33,33%; BJ(1,000) 66,67%, BJ(1.020) 33,33%. Baik sapi bali betina maupun jantan tidak ditemukan (negative) adanya lekosit, darah, glukosa dan bilirubin. Sedangkan nitrit, urobilin dan keton tidak terdeteksi dengan metoda reagen strips ini. Dari hasil pemeriksaan sedimentasi sapi bali betina ditemukan Cas 41,94% , Leukosit 25,81%, Fosfat amorf 32,26%, Eritrosit 41,94%, Epitel squamous 54,84%, Bakteri 29,03%, Fungi 6,45%, Kolesterol 25,81%, Kalsium oksalat dehidrat 12,90%, Struvit 25,81%, Kalsium karbonat 45,16%, Urik acid 9,68%, Kalsium oksalat monohidrat 16,13%. Pada sapi bali jantan Nampak adanya Cas 33,33%, Leukosit 33,33%, Eritrosit 6,45%, Epitel 33,33% dan bakteri 6,45%.
Kata kunci: Sapi Bali; Urinalisis; Sedimentasi; Reagen strips; Protein; pH; BJ; Leukosit,
Glukosa; Bilirubin; Nitrit; Urobilin; Keton; Cas, Fosfat amorf; Eritrosit; Epitel squamous; Bakteri; Fungi: Kolesterol; Kalsium karbonat; Kalsium oksalat dehidrat; Urik acid; Kalsium oksalat monohidrat.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
16 Denpasar, 22 November 2019
Evaluasi Kadar Glokusa Darah Sapi Bali Periode Periparturien
I MADE MERDANA1*, I NYOMAN SULABDA1, SAMSURI1, DEWA AGUNGWIHANJANA PUTRA2
1 Laboratorium Fisiologi, Farmakologi dan Farmasi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Denpasar,Bali, Indonesia. *Email: imade_merdana@unud.ac.id
Abstrak. Kekurangan glokusa darah secara drastis dapat menimbulkan kondisi sakit yang disebut
hipoglikemia. Hipoglikemia dapat berlangsung secara subklinis dan bisa berlanjut menjadi klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kadar glokusa darah sapi bali betina periode periparturien yang beresiko mengalami hipoglikemia, sehingga dapat diupayakan cara terbaik untuk pencegahannya. Hasil penelitian mengungkapkan terjadi perubahan kadar glokusa darah sapi bali selama periode periparturien, dimana kadar glokusa darah sapi pada tiga minggu prepartus lebih tinggi dibandingkan kadar glokusa darah saat partus dan mengalami tren kenaikan setelah tiga minggu post partus.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
17 Denpasar, 22 November 2019
Cemaran Pestisida Pada Pakan dan Gambaran Histopatologi Hati Sapi Bali
yang Dipotong di RPH Pesanggaran Denpasar
I WAYAN SUDIRA*, KETUT BUDIASA
Laboratorium Fisiologi, Farmakologi dan Farmasi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
*Email: wayan.sudira@unud.ac.id
Abstrak. Banyaknya hama penyakit tanaman yang menyerang tanaman pertanian yang
menyebabkan petani melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap tanaman budi dayanya dengan melakukan penyemprotan menggunakan pestisida. Tindakan penyemprotan dengan menggunakan pestisida ini juga mempengaruhi terhadap hijauan rerumputan yang tumbuh disekitarnya yang mana ini adalah merupakan sumber pakan untuk ternak sapinya. Termakannya rumput yang sering terpapar pestisida menjadikan adanya perubahan pada organ hati sapi yang mengkonsumsi rumput tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi data dasar dari gambaran hati sapi bali yang memakan rumput yang tercemar pestisida tersebut dan dipotong di rumah pemotongan hewan Pesanggaran, Denpasar. Gambaran histopatogi hati sapi bali bisa jadi bervariasi, tergantung tingkat cemaran berbagai bahan pestisida yang dimakan oleh sapi tersebut. Untuk melihat perubahan histopatologi hati sapi bali dilakukan dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dan selanjutnya akan diperiksa di bawah mikroskop. Diamati perubahan yang terjadi berupa degenerasi melemak,
hemoragi dan nekrosis. Simpulan dari penelitian ini bahwa sapi yang dipotong di RPH Pesanggaran Denpasar berasal dari berbagai kabupaten di Bali dan hati sapi bali yang dipotong di RPH Pesanggaran Denpasar sebagian besar terpapar pestisida ditandai dengan gambaran histopatologi berupa degenerasi melemak, hemoragis dan nekrosis.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
18 Denpasar, 22 November 2019
Analisis Unsur Pencemar Pada Limbah Peternakan Sapi Yang
Berpotensi Mencemari Lingkungan dan Menularkan Penyakit
I KETUT SUADA* DAN MAS DJOKO RUDYANTO
Laboratorium Kesmavet dan Epidemiologi ,Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
*Email: iketutsauada2554@gmail.com
Abstrak. Peternakan sapi merupakan salah satu usaha yang penghasil limbah. Analisis kadar
bahan pencemar ini sangat menentukan kualitas limbah serta besar kecilnya dampak yang ditimbulkan. Dampak yang sering timbul dari kegiatan peternakan sapi adalah munculnya bau. Bau ini menjadi penyebab terjadinya resistensi karena menurunnya kenyamanan lingkungan. Limbah juga menjadi sumber penyebarnya penyakit dari lingkungan peternakan kemasyarakat sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui unsur pencemar dan bakteri pathogen yang terdapat pada limbah hasil peternakan sapi. Penelitian ini menggunakan metode purfosif sampling yaitu sampel limbah peternakan sapi diambil pada empat lokasi peternakan tradisional yang tidak memiliki pengolahan limbah. Total volume sampel limbah dari ke empat lokasi adalah 4 liter. Kemudian sampel tersebut dianalisis di Laboratorium. Uji pH menggunakan pHmeter, uji BOD dan COD menggunakan titrasi, uji TSS menggunakan metode gravimetrik, uji amoniak menggunakan spektrofotometer dan uji coliform, E. coli menggunakan metode most probable number (MPN). Rata-rata hasil dari penelitian pada empat lokasi yaitu untuk TSS adalah 26,75 mg/L, amoniak 7,86 mg/L, BOD 171,817 mg/L, COD 605,675 mg/L, pH 8,075, Coliform 22 jt/100ml, dan E. coli adalah 20 juta/100ml. Dapat disimpulkan bahwa analisis dari unsur-unsur BOD, COD, Coliform, dan E. coli telah melampaui baku mutu dan berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan sumber penyakit.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
19 Denpasar, 22 November 2019
Survei Keragaman Lalat Pada Sapi Bali Di Kabupaten Badung, Bali
I MADE DWINATA, A.A GDE ARJANA, I B M OKA
Laboratorium Parasitologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.
*Email: dwinatadwi@yahoo.com
Asbtrak. Lalat merupakan ektoparasit pada ternak sapi yang sangat penting secara ekonomi
karena dapat menurunkan produksi dan produktivitas ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis lalat pada sapi bali di Kabupaten Badung. Jumlah sampel sapi yang diperiksa sebanyak 300 ekor. Pemeriksaan sapi terhadap lalat dengan cara mengamati secara langsung pada seluruh tubuh sapi dan apabila ada lalat ditangkap menggunakan Sweeping net. lalat dimasukkan ke dalam pot sampel dengan larutan alkohol 70%. Identifikasi lalat menggunakan kunci identifikasi berdasarkan morfologi atau struktur kepala dan venasi sayap. Hasil penelitian keragaman infestasi lalat pada sapi bali ditemukan 4 genus lalat yaitu : Stomoxys sp., Hippobosca sp., Musca sp. dan Haematobia sp. dengan prevalensi infestasi sebesar 50,3%, 11,3 % ,37,3% dan 14,3%. Keragaman lalat pada sapi bali wilayah basah dengan pemeliharan dikandangkan Stomoxys sp dan Haematobia sp. lebih tinggi, sedangkan pada wilayah kering dengan pemeliharaan sapi diikat infestasi lalat Musca sp. dan Hippobosca sp. lebih tinggi. Infestasi lalat pada sapi bali jantan maupun betina tidak jauh berbeda.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
20 Denpasar, 22 November 2019
Persentase Karkas Sapi Bali Berdasarkan Asal Ternak Yang Dipotong Di
Rumah Potong Hewan Mambal
IDA BAGUS KADE SUARDANA*, DEVINDA YUNIASTIKA, KETUT TONO PG
Laboratorium Bakteri dan Mikologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
*Email: idasuardana@unud.ac.id
Abstrak. Sapi Bali dikenal memiliki persentase karkas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan persentase karkas Sapi bali yang berasal dari daerah dataran tinggi dan dataran rendah yang dipotong di RPH Mambal, Kecamatan Abiansemal , Kabupaten Badung, Provinsi Bali dan untuk mengetahui harga jual karkas dari kedua daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan masing-masing 56 ekor sapi bali asal Kabupaten Bangli dan Gianyar. Data berupa persentase karkas berdasarkan asal ternak dianalisa dengan menggunakan Uji Independent Samples T Test untuk melihat ada tidaknya perbedaan. Hubungan antara berat hidup dan berat karkas sapi bali serta harga jual total digunakan analisis regresi power. Hasil penelitian menunjukkan persentase karkas lebih tinggi di Kabupaten Bangli, sehingga menghasilkan harga jual yang lebih tinggi dan lebih menguntungkan.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
21 Denpasar, 22 November 2019
Polimorfisme Gen BoLA DRB3.2 Sapi Bali Pejantan UPT BIBD Baturiti
Tabanan Bali Menggunakan Metode PCR-RFLP
I GEDE SOMA1*, I NENGAH WANDIA2
Laboratorium Fisiologi Veteriner, Departemen Ilmu Dasar, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar Bali, Indonesia.
Laboratorium Anatomi Veteriner, Departemen Ilmu Dasar, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar Bali, Indonesia.
*Email: gede_soma@unudac.id
Abstrak. Keragaman genetik gen sapi bali pejantan di UPT BIBD Baturiti Tabanan Bali menjadi
penting untuk dipetakan karena menjadi sumber semen dalam IB sapi bali diseluruh Bali. Sebagai sumber semen dalam IB keragaman genetik sapi bali pejantan di UPT BIBD Baturiti akan menyumbang keragaman genetik sapi bali. Gen BoLA DRB3.2 sudah diketahui merupakan gen yang bertanggung jawab terhadap kerentanan dan ketahanan sapi terhadap penyakit tertentu. Bagaimanakah polimorfisme gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan di UPT BIBD Baturiti Tabanan sampai saat ini belum ada kajian ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap polimorfisme gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan di UPT BIBD Baturiti Tabnan menggunakan metode
PCR-RFLP. Penelitian menggunakan darah dari 14 ekor sapi bali pejantan UPT BIBD Baturiti Tabanan.
Darah diambil secara aseptis menggunakan vacutainer masing-masing sebanyak 5 ml. Ekstraksi dan isolasi DNA dilakukan menggunakan QIAmpTM DNA Mini Kit dari QIAgen. Amplifikasi segmen gen BoLA DRB3.2 dilakukan menggunakan primer foward (F) 5’
ATCCTCTCTCTGCAGCACATTTCC-3´ dan primer reverse (R)
5´-TTTAAATTCGCGCTCACCTCGCCGCT-3´. Produk PCR kemudian dipotong dengan enzim endonuklease RsaI, PsuI dan HaeIII. Hasil penelitian menemukan produk PCR gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan Baturiti Tabanan adalah 302 bp. Ditemukan 4 pola potongan enzim HaeIII yaitu pola a, b, c, d, pola a frekuensi tertinggi (42,31%). Ditemukan 4 pola potongan enzim PsuI yaitu
a, b, d, e pola b dengan frekeuensi tertinggi (46,15%), dan 6 pola potongan enzim RsaI yaitu b, f, j, p, u dan v pola p dan v memililiki frekuensi tertinggi (30,77%).Ditemukan 25 varian alel gen BoLA DRB3.2, alel vaa memiliki frekuensi tertinggi 11,76%. Ditemukan 15 alel baru yang belum
pernah dilaporkan ditemukan sebelumnya yaitu alel bbc, bdb, bdc, jdc, jea, jed, pac, pba, pbb, pbc,
pea, peb, ubd, uea, uec. Gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan BIBD Baturiti Tabanan sangat
polimorfik. .
Kata Kunci: BIBD Baturiti Tabanan, BoLA DRB3.2, PCR-RFLP, sapi bali pejantan,
polimorfisme.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
22 Denpasar, 22 November 2019
Ekspresi Immunoglobulin G (IgG) Pada Sapi Bali
Yang Divaksinasi Septicaemia Epizootica (SE)
I NYOMAN SULABDA*, SISWANTO
Laboratorium Fisiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar Bali, Indonesia
*Email: n.sulabda@gmail.com
Abstrak. Penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok adalah penyakit hewan yang
bersifat akut, fatal menyerang hewan sapi disebabkan oleh Pasteurella multocida.. Kemampuan bakteri ini untuk masuk dan berkembang pada host dipengaruhi oleh adanya kapsula. Kapsula atau membran sel bakteri adalah struktur polisakarida (Lipopolysaccharida/LPS) yang merupakan faktor keganasan bakteri ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ekspresi dari respon kekebalan immunoglobulin G (IgG) pada sapi bali yang divaksinasi dengan Septicaemia epizootica (SE). Vaksinasi SE bertujuan untuk menginduksi respons antibodi immunoglobulin G (IgG) pada sapi. Pengujian kadar immunoglobulin G dengan metode ELISA menggunakan IgG ELISA Kit, dan dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar. Hasil pemeriksaan kadar IgG pada 35 ekor sapi bali yang diukur dengan teknik ELISA menunjukkan bahwa kadar IgG sebelum vaksinasi, terendah 0.246 µg/ml dan tertinggi 0.598 µg/ml dengan rata-rata 0.485±0.085 µg/ml dan sesudah vaksinasi adalah terendah 0.553 µg/ml dan tertinggi 0.972 µg/ml dengan rata-rata 0.842±0.095 µg/ml. Setelah diuji dengan Uji t berpasangan didapatkan kadar IgG pada sapi bali yang divaksinasi SE berbeda sangat nyata antara sebelum vaksinasi dengan sesudah vaksinasi.
“Prospek Pengembangan Sapi Bali Sebagai Plasma Nutfah Indonesia”
23 Denpasar, 22 November 2019
Profile Of Lact Acid When The Rest Of The Break Before Slaughter
In Bali Cow
SISWANTO*, I N. SULABDA
Laboratory of Veterinary Physiology, Faculty of Veterinary Medicine Udayana University, Denpasar, Bali
*Email: siswanto@unud.ac.id
Abtract-The animal products quality is influenced the physiological compounds in the blood, for example lactic acid. If blood lactic acid levels increase before slaughtering will be accelerate the rigor mortis of meat, thus faster handling is needed. Blood lactic acid also affects the appearance of flesh color of meat. The condition of animals before slaughter (rest period in quarantine) is very influential on rigor mortis. It is important to research blood lactic acid levels before animals are slaughtered. This research was conducted to determine the blood lactic acid levels of bali cattle during the rest period before the animal was slaughtered (ante mortem), so it can be predicted the quality of meat products. Purposive was chosen as a sampling method using elisa test as a determination of lactic acid levels. Fourty samples of blood taken from cows to be slaughtered at Sanggaran Animal Abattoir, Denpasar, Bali. The results showed that the blood levels of lactic acid in cattle would be cut normally. This shows the quality of resting cattle before slaughter is good.
POLIMORFISME GEN BOLA DRB3.2
SAPI BALI PEJANTAN UPT BIBD BATURITI TABANAN BALI
MENGGUNAKAN METODE PCR-RFLP
I GEDE SOMA
I NENGAH WANDIA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
NOVEMBER 2019
Bidang Unggulan: Ketahanan Pangan Energi dan Lingkungan 251/Kedokteran Hewan
PENELITIAN
UNGGULAN
PROGRAM STUDI
PUPS
LATAR BELAKANG
UPT BIBD BATURITI TABANAN
PEJANTAN UNGGUL
SUMBER SEMEN UNTUK IB PADA SAPI BALI
ANDIL MENYUMBANG KERAGAMAN GENETIK SAPI BALI
TERMASUK GEN BoLA DRB3.2
POLIMORFISME GEN BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan di UPT BIBD
Baturiti Tabanan???
BoLA DRB3.2
SANGAT POLIMORFIK
>100 ALEL TELAH DIIDENTIFIKASI
Dietz dkk., (1997) dalam Nassiry dkk., (2008) menemukan 22 alel BoLA DRB3 pada sapi Holstein
Zharifzadeh dan Doosti (2011) menggunakan metode PCR-RFLP menemukan 30 alel gen BoLA DRB3.2
pada sapi Iran (Iranian Native cattle ).
BEBERAPA ALEL TERKAIT DENGAN PENYAKIT INFEKSI (De dkk., 2011; Alizadeh dkk,2003)
MENGKAJI POLIMORFISME GEN BoLA DRB3.2 sapi bali Pejantan UPT
BIBD Baturiti Tabanan :
Langkah awal mengungkap potensi kerentanan /ketahanan sapi
bali terhadap penyakit Jembrana dalam usaha pengembangan
sapi bali bebas Jembrana.
RUMUSAN MASALAH
Berapakah jumlah tipe pola potongan enzim RsaI, PsuI dan
HaeIII pada gen BoLA DRB3.2 sapi bali Pejantan UPT BIBD
Baturiti Tabanan
Berapakah Jumlah Alel gen BoLA DRB3.2 sapi bali Pejantan UPT
BIBD Baturiti Tabanan
URGENSI PENELITIAN:
SEBAGAI LANGKAH AWAL MENGUNGKAP POTENSI DISTRIBUSI VARIAN
ALEL GEN BOLA DRB3.2 SAPI BALI
MATERI DAN METODE
BAHAN PENELITIAN
SAMPEL:14 DARAH SAPI BALI PEJANTAN UPT BIBD BATURITI TABANAN
BAHAN EKSTRAKSI DAN ISOLASI DNA
BAHAN PCR-RFLP:
•
PRIMER: F: 5’-ATCCTCTCTCTGCAGCACATTTCC-3´
R: 5´-TTTAAATTCGCGCTCACCTCGCCGCT-3´.
•
ENDONUCLEASE : RsaI, PsuI dan HaeIII
BAHAN ELEKTROPHORESIS (Agarose dan Poliakrilamide)
METODE
Ekstraksi & Isolasi DNA
AMPLIFIKASI LOKUS BoLA DRB3.2
94⁰C 5’; 94⁰ 1’; anealing 56⁰C 55’’, 72 ⁰C1’; 72 ⁰C 5’
PRODUK PCR dimunculkan dalam gel poliakrilamid 8%
Digesti dengan Hae III, RsaI dan PsuI
Produk pcr (5µL)+ Hae III/RsaI/PsuI 0,75µL+ DW(9µL)+Buffer (9µL)
Diinkubasi pada 37°C selama 16 jam
Hasil dimunculkan dalam gel poliakrilamid 8%
HASIL PENELITIAN
Produk PCR gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan
Baturiti Tabanan 302 bp
HASIL
29 pb 52 pb 83 pb 49 pb 167 pb 190 pb 219 pb 25 pb 50 pb 75 pb 100 pb 200 pb 300 pb 500 pb 1000 pb 1500 pbPita-pita potongan segmen gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan BIBD
Baturiti Tabanan didigesti dengan endonuklease HaeIII disejajarkan
dengan ladder 25bp dan 100bp. Ada 4 tipe pola potongan yaitu a, b,
c dan d.
HASIL
87 pb 112 pb 199 pb 103 pb 215 pb 302 pb 100 pb 200 pb 300 pb 500 pb 1000 pb 1500 pbPita-pita potongan segmen gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan BIBD
Baturiti Tabanan didigesti dengan endonuklease PsuI disejajarkan
dengan ladder 25bp dan 100bp. Ada 4 tipe pola potongan yaitu a, b,
d dan e.
HASIL
39 pb 54 pb 63 pb 51 pb 68 pb 78 pb93 pb 25 pb 50 pb 75 pb 100 pb 200 pb 300 pb 500 pb 1000 pb 1500 pbPita-pita potongan segmen gen BoLA DRB3.2 sapi bali pejantan BIBD
Baturiti Tabanan didigesti dengan endonuklease RsaI disejajarkan
dengan ladder 25bp dan 100bp. Ada 6 tipe pola potongan yaitu b,
f, j, p, u dan v.
111 pb 123 pb141 pb