• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Psychological Well-Being Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 'X' Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Psychological Well-Being Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 'X' Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat psychological well-being pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas ‘X’ Bandung. Psychological well-being memiliki 6 dimensi, yaitu self-acceptance, positive relations with others, personal growth, purpose in life, environmental mastery dan autonomy.

Pemilihan sampel dilakukan dengan disproportionate stratified random sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 326 orang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diterjemahkan oleh peneliti berdasarkan alat ukur psychological well-being dari Ryff (1989), terdiri dari 79 item. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 17.00. Nilai validasi berkisar antara 0,330 – 0,694 dan nilai reliabilitas sebesar 0,931.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas ‘X’ yang memiliki derajat psychological well-being tinggi sebanyak 92%, sedangkan yang memiliki derajat psychological well-being rendah sebanyak 8%. Dimensi-dimensi dari psychological well-being terkait dengan faktor tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, status sosioekonomi dan tipe kepribadian menurut Big Five Personality.

(2)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman Judul ... Lembar Pengesahan Pembimbing ... Abstrak ... Prakata ... Daftar Isi ... Daftar Gambar ... Daftar Tabel ... Daftar Bagan ... Daftar Lampiran ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Maksud Penelitian ... 1.3.2 Tujuan Penelitian ... 1.4 Kegunaan Penelitian ... 1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 1.4.2 Kegunaan Praktis ... 1.5 Kerangka Pemikiran ... 1.6 Asumsi ...

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psychological Well-Being ……….

2.1.1 Sejarah Psychological Well-Being ……….. 2.1.2 Definisi Psychological Well-Being ………. 2.1.3 Latar Belakang Dimensi Psychological Well-Being ………... 2.1.4 Dimensi-dimensi Psychological Well-Being ………... 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being ... 2.2 Masa Remaja ………..

2.2.1 Perkembangan Kognitif ……….

2.2.2 Perkembangan Sosio-emosional ………

2.3 Masa Dewasa Awal ………...

2.3.1 Transisi dari Sekolah Menengah Atas Menuju Universitas…... 2.3.2 Perkembangan Kognitif ………. 2.3.3 Karir dan Pekerjaan ………... 2.3.4 Keintiman dan Kemandirian ………...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 3.2 Bagan Prosedur Penelitian ………...………

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 3.3.1 Variabel Penelitian ... 3.3.2 Definisi Operasional ... 3.4 Alat Ukur ...

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha 3.4.1 Alat Ukur Psychological Well-Being ...

3.4.1.1 Pengisian Kuesioner ... 3.4.1.2 Sistem Penilaian ... 3.4.2 Data Penunjang ... 3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ………...………....

3.5.1 Populasi Sasaran ... 3.5.2 Karakteristik Sampel ... 3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 3.6 Teknik Analisis Data ...

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 4.2 Hasil Penelitian ... 4.2.1 Derajat Psychological Well-Being ... 4.2.2 Derajat Dimensi-dimensi Psychological Well-Being ... 4.3 Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

5.2.1 Saran Teoritis ... 5.2.2 Saran Praktis ...

(5)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR RUJUKAN ... LAMPIRAN

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyebaran Item Alat Ukur Psychological Well-Being ………. Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ………

Tabel 3.3 Kategori Psychological Well-being dan dimensi-dimensinya ……… Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ………

45 48 49 50 50 Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... Tabel 4.2 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia ... Tabel 4.3 Gambaran subjek penelitian berdasarkan status marital ... Tabel 4.4 Gambaran subjek penelitian berdasarkan angkatan ... Tabel 4.5 Gambaran derajat psychological well-being ... Tabel 4.6 Gambaran derajat dimensi-dimensi psychological well-being ……...

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

1.1 Kerangka Pikir ……… 19

(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Data Pribadi

Kuesioner Big Five Personality

Kisi-Kisi Data Penunjang Big Five Personality Kuesioner Psychological Well-Being

Validitas Alat Ukur Psychological Well-Being Reliabilitas Alat Ukur Psychological Well-Being Data Pribadi Responden

Skor Mentah Responden

Skor Total PWB dan Dimensi-dimensinya Distribusi Frekuensi Data Utama

Crosstab PWB dan Dimensi-dimensinya

Crosstab Angkatan dan Dimensi-dimensi PWB

Crosstab Usia dan Dimensi-dimensi PWB

Crosstab Jenis Kelamin dan Dimensi-dimensi PWB

Crosstab Status Sosioekonomi dan Dimensi-dimensi PWB

Crosstab Seminar dan Dimensi-dimensi PWB

Crosstab Suku Bangsa dan Dimensi-dimensi PWB

(10)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi membawa kemajuan dan perubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia. Hal ini menimbulkan tuntutan kepada institusi-institusi pendidikan untuk mampu mengeluarkan produksi sumber daya manusia yang memiliki karakter dan kualitas. Intitusi-institusi pendidikan juga harus membuat perubahan dalam menawarkan program-program mereka agar lulusannya mampu mengatasi perkembangan karir dan tantangan sosial-budaya (Agus Rianto, 2008). Universitas sebagai salah satu institusi pendidikan juga tidak terlepas dari tantangan yang ada ini. (http://asepnurdin.blogspot.com).

Universitas bukan sekedar sebagai wahana transfer keilmuan antara dosen dan mahasiswa, melainkan suatu proses pembelajaran yang mampu berdaya guna bagi masyarakat. Menurut Djoko Santoso (2008), Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), tantangan konkret bagi universitas adalah bagaimana menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumber daya manusia yang bermanfaat. Seiring perkembangan zaman, universitas memiliki tantangan yang intensitasnya akan bertambah secara berkelanjutan (http://www.kompas.com).

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha „X‟ memiliki jumlah peminat terbanyak selain kedokteran umum, teknik

informatika dan desain komunikasi visual (www.bandungadvertiser.com). Saat ini Fakultas Psikologi Universitas “X” memiliki jumlah mahasiswa yang cukup

banyak. Menurut keterangan tata usaha Fakultas Psikologi (September 2009), angkatan yang sekarang masih aktif dalam perkuliahan adalah angkatan 2005 sampai dengan 2009. Jumlah mahasiswa tiap angkatan adalah 183 mahasiswa angkatan 2005, 193 mahasiswa angkatan 2006, 267 mahasiswa angkatan 2007, 249 mahasiswa angkatan 2008, serta angkatan 2009 berjumlah 298 mahasiswa. Berdasarkan data tersebut, saat ini menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan manifestasi dari kondisi kejiwaannya. Dalam kehidupan masyarakat modern, psikologi makin memegang peranan penting. Ilmu ini dapat dipergunakan di berbagai bidang kehidupan, seperti di dunia industri, klinik, rumah sakit, lembaga masyarakat, pusat rehabilitasi, sekolah atau pada lembaga pemerintahan (www.digilib.unnes.ac.id).

Hal-hal tersebut pun disadari penting oleh Fakultas Psikologi Universitas „X‟, sehingga menetapkan misi untuk menghasilkan ilmuwan psikologi dan

(12)

Universitas Kristen Maranatha dibebankan tugas-tugas dalam bentuk laporan dan presentasi, dan mencari subyek penelitian. Mereka pun diharuskan hadir 100% untuk mata kuliah praktikum. Khususnya dalam mata kuliah praktikum, mahasiswa Fakultas Psikologi dituntut untuk mampu menjaga relasi yang baik dengan subyek penelitian selama pengambilan data, mampu menjalani proses wawancara dan observasi pada pengambilan data (dan untuk beberapa tugas laporan mata kuliah praktikum), dan juga diberikan tugas untuk membuat laporan pengambilan data yang berhubungan dengan alat tes yang kompleks.

Di luar bidang pendidikan, sebagian mahasiswa dihadapkan pada rasa kesepian karena harus tinggal jauh dari orang tua (di luar kota), adanya tuntutan dari orang tua, masalah biaya hidup dan kuliah, mempersiapkan pilihan karir, menghadapi lingkungan baru, serta harus mampu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan masukan dari lingkungan.

Mahasiswa Fakultas Psikologi juga dihadapkan pada tuntutan dari masyarakat bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan human service (melayani dan menolong orang lain) membutuhkan kondisi yang sehat mental. Kriteria sehat mental menggambarkan banyak konseptualisasi mengenai gambaran apa itu yang disebut sebagai sehat secara psikologis (Jahoda, 1958) Keadaan ini pun pada akhirnya mengacu pada keadaan sejahtera secara psikologis. Kesejahteraan psikologis ini disebut sebagai psychological well-being. Menurut Ryff (1995), psychological well-being, adalah hasil evaluasi/ penilaian seseorang terhadap

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha relations with others, personal growth, purpose in life, environmental mastery, dan

autonomy.

Berdasarkan survei awal terhadap 20 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”, sebanyak 8 mahasiswa (40%) mengatakan mengetahui kelebihan

yang dapat membantu dalam perkuliahan (seperti memiliki motivasi dan arah dalam belajar, kerja keras dalam melakukan tugas-tugas dan kuliah, tingkat kecerdasan yang mendukung) dan memaksimalkan kelebihan tersebut untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Mereka berusaha memperbaiki kekurangannya agar tidak menghambat mereka dalam berinteraksi di lingkungan. Mereka juga mampu menerima kegagalan sebagai suatu pembelajaran. Sedangkan 12 mahasiswa (60%) merasa kecewa dengan kualitas dirinya, menyalahkan orang lain atas kegagalan dan merasa kesulitan menerima kegagalan itu sebagai ujian hidupnya. Di perkuliahan, mereka cenderung untuk bermalas-malasan dalam belajar. Fenomena ini menunjukkan dimensi pertama dari psychological well-being, yaitu self-acceptance. Self-acceptance merupakan sikap mahasiswa terhadap

dirinya sendiri atas pengalaman hidupnya. Pada dimensi ini lebih banyak mahasiswa menghayati bahwa mereka merasa kecewa dan kurang memiliki penerimaan diri.

Dalam berinteraksi di lingkungan, mahasiswa tidak akan terlepas dari hubungan dengan orang lain (keluarga, pasangan, teman-teman, dosen dan orang lain di sekitarnya). Hal ini merupakan salah satu dimensi dari psychological well-being, yang disebut sebagai positive relations with others. Positive relations with

others terdiri atas kemampuan untuk mempererat hubungan dan keberadaan

(14)

Universitas Kristen Maranatha survei terhadap 20 orang mahasiswa, sebanyak 7 mahasiswa (35%) menilai bahwa mereka memiliki relasi yang hangat dan erat dengan orang-orang disekitarnya. Mereka mengatakan bahwa mereka terbuka untuk berbagi setiap pengalaman yang dialami dengan keluarga, pasangan, teman-teman dan dosen. Mereka juga mempercayakan rahasia hidupnya kepada beberapa orang terdekatnya, memberikan bantuan kepada orang di sekitarnya yang mengalami kesulitan tanpa meminta pamrih. Sebanyak 13 mahasiswa (65%) lainnya mengatakan bahwa mereka kesulitan untuk membangun hubungan dengan orang lain karena sukar percaya kepada orang lain, sehingga relasi yang terjalin hanya bersifat formal (tidak mendalam/ dingin). Mereka terkadang masih merasa sulit untuk berbagi dan membantu. Di lingkungan yang baru mereka sulit untuk memulai pembicaraan dan memperkenalkan diri terlebih dahulu, sehingga mereka merasa lebih baik menyendiri. Pada dimensi ini lebih banyak mahasiswa yang menghayati bahwa mereka merasa kesulitan untuk memiliki hubungan yang erat dan hangat dengan orang lain.

Selain mendapatkan materi yang diajarkan di kelas, mahasiswa dapat memperluas pengetahuan dan keterampilannya melalui training, seminar atau pun minat baca. Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa mencapai pengembangan diri (personal growth), dan hal ini merupakan salah satu dimensi dari psychological well-being. Personal growth merupakan usaha yang berkelanjutan untuk mencapai

dan mengembangkan keterampilan dan kesempatan yang tersedia untuk perkembangan diri. Berdasarkan survei terhadap 20 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”, sebanyak 13 mahasiswa (65%) menyebutkan bahwa mereka

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha (seperti surat kabar, internet dan majalah), sering mengikuti training dan seminar yang berhubungan dengan pengembangan diri atau pun yang berhubungan dengan keterampilan lain seperti broadcasting, entertainment, atau pun Multi Level Marketing (MLM). Sebanyak 7 mahasiswa (35%) mengatakan tidak tertarik untuk

mengikuti training ataupun seminar pengembangan diri. Mereka mengikuti seminar ataupun pelatihan karena diwajibkan oleh dosen dan kegiatan ini merupakan tugas yang akan dinilai. Mereka mengatakan sudah cukup puas dengan kemampuan mereka saat ini. Pada dimensi personal growth lebih banyak mahasiswa menghayati bahwa mereka mampu melakukan upaya untuk mengembangkan diri.

Hal penting lainnya bagi seorang mahasiswa adalah tujuan hidup (purpose in life) yang juga merupakan salah satu dimensi dari psychological well-being.

Purpose in life terdiri atas maksud dan tujuan seseorang dan penghayatan bahwa

hidup itu mempunyai arah. Tujuan seorang mahasiswa dalam pendidikannya adalah memperoleh prestasi yang cukup memuaskan dan mencapai karir yang diharapkan. Berdasarkan survei terhadap 20 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”, sebanyak 12 mahasiswa (60%) menyebutkan ingin mencapai

(16)

Universitas Kristen Maranatha yang terjadi saat ini saja. Berdasarkan paparan tersebut, menunjukkan bahwa pada dimensi purpose in life lebih banyak mahasiswa menghayati bahwa hidup mereka memiliki arah dan tujuan hidup.

Dimensi lain pada psychological well-being adalah environmental mastery, yang meliputi kemampuan untuk mengenali kebutuhan dan mengambil peran aktif untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dari lingkungan (penguasaan lingkungan). Seorang mahasiswa memiliki banyak keinginan dan minat yang ingin terpenuhi, sehingga mereka tidak hanya melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perkuliahan, mereka juga memiliki kegiatan baik didalam kampus (seperti unit kegiatan kampus) maupun diluar kampus (seperti kursus, kegiatan keagamaan, dan lain-lain). Beragam kegiatan ini menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan membagi waktu antara kegiatan kuliah dan kegiatan lainnya. Berdasarkan survei terhadap 20 orang mahasiswa, 15 mahasiswa (75%) mengatakan bahwa mereka mampu membagi dan mengatur waktu dan tenaga, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan dengan seharusnya. Sebanyak 5 mahasiswa (25%) lainnya mengatakan bahwa mereka seringkali kewalahan untuk membagi waktu antara menyelesaikan tugas kuliah atau tugas diluar kuliah, sehingga terkadang mereka mengorbankan/ tidak mengerjakan salah satu tugas, bahkan terkadang merelakan waktu tidurnya berkurang. Beberapa diantaranya tidak memiliki kegiatan di luar kuliah. Pada dimensi environmental mastery ini lebih banyak mahasiswa menghayati bahwa mereka mampu mengenali kebutuhannya dan menguasai kegiatan di lingkungan.

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha satu dimensi dalam psychological well-being, yaitu autonomy. Autonomy merupakan kemampuan seseorang untuk mandiri, bertahan dari tekanan-tekanan sosial dan mengevaluasi perilaku berdasarkan standar dan nilai diri. Berdasarkan survei terhadap 20 orang, sebanyak 13 mahasiswa (65%) mengatakan mampu mengambil keputusan sendiri bila menghadapi permasalahan dan menilai cara yang diambil sudah efektif. Sebanyak 7 mahasiswa (35%) mengatakan karena mereka berasal dari luar kota mereka merasa kesulitan untuk menerima nilai-nilai budaya di tempat yang baru dan hidup jauh dari orang tua. Mereka juga seringkali mengandalkan masukan dari keluarga dan teman untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada dimensi ini lebih banyak mahasiswa menghayati bahwa mereka memiliki kemandirian diri.

Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa terdapat penilaian (psychological well-being) yang dimiliki mahasiswa Fakultas Psikologi. Perasaan nyaman dan menyenangkan akan kehidupannya sendiri sangat penting bagi setiap orang. Perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak puas akan membuat mahasiswa Fakultas Psikologi tidak antusias dalam menjalankan proses pendidikan, padahal mereka dididik untuk menjadi seorang profesional psikologi yang memerlukan kompetensi sebagai seorang profesional dan kepercayaan dari masyarakat akan kemampuannya menangani permasalahan orang lain.

(18)

Universitas Kristen Maranatha dirinya, mereka juga berupaya untuk mengembangkan dirinya. Sedangkan mahasiswa Fakultas Psikologi yang merasa tidak puas dan tidak bahagia (psychological well-being yang rendah) menyalahkan kekurangannya, kurang dapat menjalin hubungan yang hangat dengan orang sekitarnya, bahkan tidak memiliki tujuan dan arah serta malas-malasan dalam menjalani perkuliahan. Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana derajat psychological well-being pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas „X‟

Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran derajat psychological well-being pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat psychological well-being pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memaparkan gambaran setiap dimensi psychological well-being mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung serta kaitannya dengan

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

 Sebagai informasi tambahan bagi ilmu Psikologi Perkembangan dan

Pendidikan mengenai psychological well-being pada mahasiswa.

 Memberikan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya, khususnya yang

berhubungan dengan psychological well-being pada mahasiswa.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada dosen dan dosen wali mengenai gambaran

psychological well-being mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”

sehingga dapat memberikan konseling untuk meningkatkannya.

 Memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” mengenai psychological well-beingnya, sehingga dapat dilakukan suatu

upaya untuk meningkatkan, memelihara dan mempertahankan psychological well-beingnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

(20)

Universitas Kristen Maranatha peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaian (Belle & Paul, 1989; Upcraft & Gardner, 1989 dalam Santrock, 2002). Tekanan untuk sukses di perkuliahan dan ketakutan akan kegagalan merupakan hal yang sangat mempengaruhi sebagian besar mahasiswa, bahkan seringkali menjadi alasan untuk stress dan depresi. Walau demikian mahasiswa juga memiliki kemampuan untuk menemukan dan menggunakan cara-cara yang efektif untuk mengatasi perasaan lelah dan kewalahan menghadapi kehidupan (Leafgren, 1989; Rayman & Garis, 1989 dalam Santrock, 2002).

Mahasiswa Fakultas Psikologi menghadapi tuntutan untuk berhasil dalam perkuliahan, memikul tanggung jawab pribadi untuk menyelesaikan tugas-tugas dan mandiri dalam menentukan rencana-rencana masa depannya, serta dihadapkan pada interaksi dengan teman sebaya dan di lingkungan yang baru (terlebih mahasiswa yang berasal dari luar kota). Namun demikian, mereka memiliki cara-cara yang efektif untuk mengendalikan semua tuntutan tersebut. Cara-cara-cara inilah yang akan dievaluasi oleh mahasiswa Fakultas Psikologi sehingga membuat mereka puas atas dirinya dan merasa sejahtera secara psikologis. Sejalan dengan hal ini, mahasiswa Fakultas Psikologi pun perlu memiliki kesejahteraan psikologis untuk dapat menangani permasalahan orang lain dalam lingkungan.

Kesejahteraan psikologis ini disebut sebagai psychological well-being. Menurut Christhoper dalam Journal of Counseling & Development (1999), psychological well-being merupakan suatu potensi diri yang dibutuhkan dalam

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha dalam menangani klien umum maupun khusus, diperlukan well-being dalam proses interpretasi dan dialog yang berkelanjutan. Psychological well-being individu juga dapat membantu dalam membentuk tujuan treatment, cara-cara memotivasi seseorang dan dalam menentukan pilihan intervensi yang tepat. Mahasiswa Fakultas Psikologi juga memerlukan well-being guna mengembangkan penanaman kesadaran akan teori, penelitian, dan penerapan konseling.

Menurut Ryff (1989), psychological well-being merupakan hasil evaluasi/ penilaian seseorang terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Psychological well-being seorang mahasiswa dapat dilihat melalui 6 dimensinya, yaitu self acceptance, positive relations with others, personal growth, purpose in life, environmental mastery, dan autonomy.

Self-acceptance merupakan usaha mahasiswa Fakultas Psikologi untuk

berjuang agar merasa nyaman dengan dirinya sendiri melalui penerimaan diri. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki self-acceptance tinggi akan memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, mengenal dan menerima kelebihan serta kekurangannya, serta memiliki perasaan yang positif mengenai hidupnya di masa lalu. Sedangkan mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki self-acceptance rendah akan merasa tidak puas dengan dirinya sendiri, kecewa dengan kejadian-kejadian di masa lalunya, kesulitan untuk menerima kualitas-kualitas pribadinya, serta berharap menjadi orang yang berbeda dengan dirinya saat ini. Dimensi self-acceptance dipengaruhi oleh faktor kepribadian dari Big Five Personality, yaitu

neuroticism. Tipe kepribadian neuroticism menggambarkan seseorang yang

(22)

Universitas Kristen Maranatha Karakteristik dari tipe kepribadian neuroticism ini dapat menurunkan dimensi self-acceptance pada mahasiswa, karena mereka cenderung memiliki sikap yang negatif

terhadap pengalaman-pengalamannya. Selain itu, self-acceptance juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Apabila seorang individu memiliki tingkat pendidikan dan status pekerjaan yang tinggi, maka ia akan memiliki skor self-acceptance yang tinggi pula (Ryff, 1994). Pada mahasiswa Fakultas Psikologi

yang belum bekerja, mereka mendapatkan dana dari orangtua, sehingga mungkin tidak mempengaruhi self-acceptancenya.

Dimensi selanjutnya adalah positive relations with others, yang merupakan kemampuan mahasiswa Fakultas Psikologi untuk mempererat hubungan dan keberadaan hubungan dengan orang lain yang hangat, saling percaya, serta intim. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki positive relations with others tinggi akan memiliki hubungan yang hangat, percaya kepada orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, memahami bahwa dalam berelasi ada saat untuk memberi dan menerima, serta memiliki kapasitas yang kuat dalam berempati, memberikan afeksi dan intimacy. Sedangkan mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki positive relations with others rendah akan sulit dekat dan percaya dengan orang

lain, sulit untuk hangat, terbuka dan peduli pada kesejahteraan orang lain. Mereka akan merasa terisolasi dan frustrasi dalam membangun hubungan interpersonal, juga tidak mau berkompromi untuk mempertahankan hubungan yang penting dengan orang lain. Dimensi ini dipengaruhi oleh faktor kepribadian, yaitu agreeableness. Tipe kepribadian agreeableness menggambarkan seseorang yang

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian agreeableness ini juga memiliki kemampuan berempati terhadap orang lain, sehingga meningkatkan positive relations with others. Faktor lain yang mempengaruhi adalah jenis kelamin, dimana

wanita memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan pria pada dimensi positive relations with others ini (Ryff dan Keyes, 1995). Hal ini dapat terjadi karena

wanita dianggap lebih banyak bercerita dan mengekspresikan dirinya kepada orang lain, serta lebih senang menjalin relasi sosial dibandingkan pria.

Dimensi lainnya adalah personal growth, yaitu usaha mahasiswa Fakultas Psikologi yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mencapai dan mengembangkan keterampilan, talenta, dan kesempatan yang tersedia untuk perkembangan diri dan merealisasikan potensinya. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki dimensi personal growth yang tinggi memiliki perasaan yang terus berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, serta memiliki kemampuan untuk merealisasikan potensinya. Sedangkan jika mahasiswa Fakultas Psikologi memiliki dimensi personal growth rendah, mereka merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku baru, kurang mampu untuk mengembangkan/ meningkatkan potensinya, bahkan merasa bosan dan tidak tertarik terhadap kehidupan.

(24)

Universitas Kristen Maranatha yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah mungkin saja merasa puas dalam hidupnya, akan tetapi mereka kurang memiliki kesempatan untuk berkembang dalam hal pendidikan sehingga hal ini membuat personal growthnya lebih rendah. Mahasiswa Fakultas Psikologi memiliki rentang pendidikan yang homogeny, berkisar antara semester I (angkatan 2009) sampai dengan semester IX (angkatan 2005). Faktor kepribadian juga turut mempengaruhi dimensi personal growth ini. Faktor kepribadian tersebut adalah extroversion dan openness to experience (Schmutte dan Ryff, 1997). Tipe kepribadian extraversion menggambarkan seseorang yang aktif dalam memanfaatkan kesempatan ketika berjumpa dengan orang lain, easy going dan optimis. Sedangkan tipe kepribadian openness to experience menggambarkan seseorang yang memiliki kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat focus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas (Costa & McCrae, 1992). Mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian extraversion dan openness to experience akan cenderung memiliki rasa ingin tahu

dan lebih terbuka terhadap hal-hal baru sehingga dapat meningkatkan personal growthnya (Ryff dan Keyes, 1995).

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha personal growth yang rendah memiliki sedikit goal atau harapan, kurang memiliki

makna hidup dan arah, serta tidak melihat adanya tujuan dari pengalaman di masa lalu. Faktor yang mempengaruhi dimensi ini, antara lain usia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan, sama halnya dengan personal growth (MIDUS National Survey dalam Ryff dan Keyes, 1995). Faktor kepribadian juga mempengaruhi dimensi purpose in life, yaitu tipe kepribadian conscientiousness. Tipe kepribadian conscientiousness menggambarkan seseorang yang berpikir sebelum bertindak,

menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir dan memprioritaskan tugas (Costa & Mc.Crae, 1992). Karakteristik dari kepribadian conscientiousness ini mendukung tercapainya tujuan hidup.

Dimensi lainnya adalah environmental mastery, merupakan kemampuan mahasiswa Fakultas Psikologi untuk mengatur kejadian sehari-hari, mengenali kebutuhan dan hasrat personalnya, serta merasa mampu dan memungkinkan untuk mengambil peran aktif dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari lingkungan. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki environmental mastery yang tinggi memiliki kemampuan dalam penguasaan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan, menggunakan kesempatan-kesempatan disekelilingnya dengan efektif, mampu memilih atau menciptakan situasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki environmental mastery rendah memiliki kesulitan menangani masalah-masalah

(26)

Universitas Kristen Maranatha meningkat (MIDUS National Survey dalam Ryff dan Keyes, 1995). Individu yang berusia akhir belasan sampai dengan akhir 30 tahun berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal (Santrock, 2000). Mahasiswa Fakultas Psikologi yang lebih dewasa mungkin memiliki pengalaman, kompetensi dan pengetahuan yang lebih banyak. Hal ini memungkinkan mereka lebih mampu mengatur lingkungan dan memanfaatkannya sesuai kebutuhan mereka.

Dimensi terakhir dari psychological well-being adalah autonomy, yaitu meliputi kemampuan mahasiswa Fakultas Psikologi untuk bertahan dari tekanan-tekanan sosial sehingga dapat berpikir dan bertindak sesuai dengan standar nilai yang diinternalisasikan. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki autonomy yang tinggi mampu menentukan hidupnya sendiri dan mandiri, mampu bertahan dari tekanan-tekanan sosial untuk berpikir dan bereaksi dengan cara-cara tertentu, serta melakukan evaluasi sendiri dengan menggunakan standar pribadinya. Sedangkan autonomy yang rendah menunjukkan mahasiswa Fakultas Psikologi yang akan berfokus pada harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegang pada penilaian-penilaian orang lain untuk membuat keputusan yang penting, serta mengikuti tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak. Faktor yang mempengaruhi dimensi ini adalah usia (MIDUS National Survey dalam Ryff dan Keyes, 1995).

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha Pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang telah menikah, mereka akan memiliki dukungan sosial yang lebih dari pasangan, sehingga akan meningkatkan derajat psychological well-beingnya.

Status sosioekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi psychological well-being. Individu yang berada pada tingkat status sosioekonomi

(28)

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas „X‟ Bandung

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor sosiodemografi

a. Usia

b. Perubahan status marital c. Jenis kelamin

d. Tingkat pendidikan dan status pekerjaan

e. Status sosioekonomi 2. Faktor kepribadian

Dimensi PWB 1. Self acceptance

2. Positive relations with others

3. Personal growth 4. Purpose in life

5. Environmental mastery 6. Autonomy

Psychological Well-Being

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

 Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas „X‟ Bandung membutuhkan

psychological well-being.

Psychological well-being mahasiswa Fakultas Psikologi ditentukan oleh 6

dimensi yang membentuknya, yaitu self-acceptance, positive relations with others, personal growth, purpose in life, environmental mastery, dan autonomy.

Psychological well-being mahasiswa Fakultas Psikologi tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin, perubahan status marital, tingkat pendidikan dan status pekerjaan, status ekonomi, dan faktor kepribadian.

 Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas „X‟ Bandung memiliki derajat

(30)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological well-being pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas ‘X’ di kota Bandung, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar (92%) mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas ‘X’ memiliki derajat psychological well-being (PWB) tinggi, yang berarti mahasiswa tersebut memiliki penilaian positif terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya.

2. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas ‘X’ Bandung menunjukkan dimensi

personal growth, positive realtions with others dan purpose in life yang lebih

besar persentasenya dibandingkan dimensi self-acceptance, environmental mastery dan autonomy.

3. Dimensi self-acceptance berkaitan dengan:

 Tingkat pendidikan, yaitu mahasiswa angkatan 2009 menunjukkan derajat

rendah pada dimensi ini (34,3%), lebih banyak jika dibandingkan dengan angkatan lainnya (2005, 2006, 2007 dan 2008).

Tipe kepribadian menurut Big Five Personality, yaitu mahasiswa yang

(31)

68

Universitas Kristen Maranatha  Status sosioekonomi, yaitu seluruh mahasiswa yang memiliki status

sosioekonomi atas menunjukkan derajat tinggi pada dimensi ini (100%). 4. Dimensi positive relations with others berkaitan dengan:

Tipe kepribadian menurut Big Five Personality, yaitu mahasiswa yang

memiliki tipe kepribadian agreeableness menunjukkan derajat tinggi pada dimensi ini (98,3%), lebih banyak jika dibandingkan dengan tipe kepribadian lainnya (conscientiousness, extraversion, neuroticism dan openness to experience).

 Jenis kelamin, yaitu mahasiswa wanita menunjukkan derajat tinggi pada

dimensi ini (95,5%), lebih banyak jika dibandingkan dengan mahasiswa pria.

 Usia, yaitu mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir

menunjukkan derajat tinggi pada dimensi ini (95,1%), lebih banyak jika dibandingkan dengan mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal.

 Status sosioekonomi, yaitu seluruh mahasiswa yang memiliki status

sosioekonomi atas menunjukkan derajat tinggi pada dimensi ini(100%).  Tingkat pendidikan, yaitu seluruh mahasiswa angkatan 2007 menunjukkan

derajat tinggi (100%) pada dimensi ini. 5. Dimensi personal growth berkaitan dengan:

Tipe kepribadian menurut Big Five Personality, yaitu seluruh mahasiswa

yang memiliki tipe kepribadian openness to experience menunjukkan derajat tinggi pada dimensi ini (100%).

(32)

Universitas Kristen Maranatha  Tingkat pendidikan, yaitu mahasiswa angkatan 2005 menunjukkan derajat

tinggi pada dimensi ini (98,3%), lebih banyak jika dibandingkan dengan angkatan lainnya (2006, 2007, 2008 dan 2009).

7. Dimensi environmental mastery berkaitan dengan :

 Usia, yaitu mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal

menunjukkan derajat tinggi pada dimensi ini (90%), lebih banyak jika dibandingkan dengan mahasiswa pada tahap perkembangan remaja akhir.  Tipe kepribadian menurut Big Five Personality, yaitu mahasiswa yang

memiliki tipe kepribadian neuroticism menunjukkan derajat rendah pada dimensi ini (45%), lebih banyak jika dibandingkan dengan tipe kepribadian lainnya (agreeableness, conscientiousness, extraversion dan openness to experience).

 Jenis kelamin, yaitu mahasiswa wanita menunjukkan derajat tinggi pada

dimensi ini (87,3%), lebih banyak jika dibandingkan dengan mahasiswa pria.

8. Dimensi autonomy berkaitan dengan:

 Usia, yaitu mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal

menunjukkan derajat tinggi pada dimensi ini (95%), lebih banyak jika dibandingkan dengan mahasiswa pada tahap perkembangan remaja akhir.  Jenis kelamin, yaitu mahasiswa pria menunjukkan derajat tinggi pada

dimensi ini (81%), lebih banyak jika dibandingkan dengan mahasiswa wanita.

Tipe kepribadian menurut Big Five Personality, yaitu mahasiswa yang

(33)

70

Universitas Kristen Maranatha dimensi ini (62,5%), lebih banyak jika dibandingkan dengan tipe kepribadian lainnya (agreeableness, conscientiousness, extraversion dan openness to experience).

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang dikaji berdasarkan setiap angkatan secara mendalam.

2. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian pada mahasiswa fakultas lain yang memiliki profesi yang berkaitan dengan kesejahteraan manusia, maupun secara umum.

3. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being sehingga dapat diketahui mengenai dinamikanya.

4. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian psychological well-being pada suku bangsa yang berbeda.

5.2.2 Saran Praktis

 Memberikan informasi kepada pejabat structural bagian kemahasiswaan/

pimpinan Fakultas Psikologi agar dapat merancang program-program untuk meningkatkan psychological well-being dan dimensi-dimensi psychological well-being yang kurang tinggi, seperti mengikuti seminar pengembangan

(34)

Universitas Kristen Maranatha seminar pengenalan diri untuk meningkatkan dimensi self-acceptance dan autonomy; mengikuti seminar motivasi untuk meningkatkan dimensi purpose

in life; serta membangun relasi dengan dosen, yunior dan senior dengan diskusi

(35)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Christopher, John Chambers. 1999. Situating Psychological Well-Being: Exploring the Cultural Roots of Its Theory and Research. “Journal of Counseling & Development”. Vol 77: 141 – 152

Halim, Magdalena dan Wahyu Dwi Atmoko. 2005. Hubungan antara Kecemasan akan HIV/AIDS dan Psychological Well-being pada Waria yang Menjadi

Pekerja Seks Komersial. “Jurnal Psikologi”. Vol.15: 17-31

John, Oliver P. & Sanjay Srivastava. 1999. The Big-Five Trait Taxonomy: History, Measurement, and Theoretical Perspectives. Berkeley: University of California

Keyes, Corey L.M, & Magyar-Moe, Jeanna L. The Measurement and Utility of Adult Subjective Well-Being. In Lopez, Shane J, & Snyder, C.R (ed). 2003. Positive Psychological Assessment; A Handbook of Models and Measures. Washington DC: America Psychological Association.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Ryff, Carol D. 1989. Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. “Journal of Personality and Social Psychology”. Vol. 57: 1069 - 1081

____________. 1994. Psychological Well-Being in Adult Life. “Current

Directions in Psychological Science”.

(36)

xv Universitas Kristen Maranatha ____________. Keyes & Shmotkin. 2002. Optimizing Well-Being: The Empirical

Encounter of Two Traditions. “Journal of Personality and Social Psychology”. Vol. 82: 1007 – 1022

____________. & Singer. 2008. Know Thyself and Become What You Are: A Eudaimonic Approach Psychological Well-Being. “Journal of Happiness Studies”. Vol. 9: 13 – 39

(37)

xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Agus Rianto. 4 Mei 2008. Tantangan-tantangan Karir Mahasiswa Asepnurdin’s weblog. (http://asepnurdin.blogspot.com/2008/05/tantangan-tantangan-karir-mahasiswa.html diakses 9 Maret 2009)

Bandung Advertiser. 26 Februari 2009. Guide Pendaftaran Calon Mahasiswa. (www.bandungadvertiser.com diakses 26 September 2009)

Kompas. 29 April 2008. Menghadirkan Ilmu yang Berdayaguna. (http://www.kompas.com/read/xml/2008/04/29/0040176 diakses 9 September 2009)

Kompas. 30 Mei 2008. Peringkat PTN. (http://www.kompas.com /read/xml/2008/05/30/05101132/peringkat.ptn diakses 9 Maret 2009)

Mutia Latifah. 2007. Persepsi dan Ekspektasi Terhadap Profesi Psikologi. (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/3084.pdf diakses 26 September 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ilmu perpustakaan, sirkulasi sering dikenal dengan peminjaman namun demikian pengertian pelayanan sirkulasi sebenarnya adalah mencakup semua bentuk kegiatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan menghasilkan produk berupa LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan larutan penyangga serta

Yeni Yuniawati 0907853, “Analisis Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Wisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist

Pada bagian tampilan yang paling akhir ini adlah tampilan dari form pemesanan yang sudah diisi dan sudah di pesan oleh customer yang memesannya.. 4.2

Kemudian fasilitas ini didesain sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan, yaitu ekspresi musisi indie yang dikemas dalam suasana alam Green Canyon. Selain itu, ruangan

Perancangan tersebut meliputi perancangan mekanik robot, board utama mikrokontroler ATmega8, driver motor utama, driver motor lengan packbot dan untai yang lainnya

Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa desain RPP IPA Terpadu pada topik Pengaruh Ukuran Daun terhadap Penguapan dikatakan berhasil dan

United Nation Conference on Environment & Development.. Rio de Janeiro: United Nation