Dasar‐Dasar Asuransi Jiwa
dan Asuransi Kesehatan
edisi Perdana
Tim Penyusun :
Dr. H. Noor Fuad, M.Sc.,Ph.D., FLMI, AIAF, AAIJ, QIP
H. Kasir Iskandar, MBA, M.Sc., FSAI, AAIJ, QIP
Drs. Ketut Sendra, SH, MM, AAIJ, CLU, QIP
Dr. Faustinus Wirasadi, FLMI, FIIS, AAIJ, QIP
Penerbit :
Bidang Penelitian dan Pengembangan
Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan YME, Buku Dasar‐Dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan edisi Perdana. Merupakan kebanggaan bagi kita segenap Pengurus dan Anggota AAMAI (Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia), karena dalam rangka mensosialisasikan wawasan tentang perasuransian baik itu asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan sehingga kami dapat menerbitkan buku ini.
Pada Edisi Perdana ini, buku ini terbagi atas empat belas Bab pembahasan yaitu pengenalan tentang asuransi baik jiwa maupun kesehatan, aspek teknis asuransi, manfaat dan hak‐hak pemegang polis, dan lain‐lain.
Penjelasan dalam buku ini dibuat sederhana dan selengkap mungkin sehingga diharapkan pembaca dapat memahami isi buku ini secara komprehensif. Kemudian dengan adanya ilustrasi gambar alur proses pengajuan polis dan klaim dapat membantu pembaca memahami buku ini lebih mudah. Kami berharap buku ini bisa menjadi panduan yang tepat bagi pembca untuk memahami asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, yang akhirnya menumbuhkan kesadaran bagi pembaca untuk memanfaatkan produk‐produk asuransi bagi dirinya maupun anggota keluarganya. Akhirnya pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sampaikan satu per satu, terutama sudah membantu, baik dalam bentuk bahan naskah, saran maupun kritik, sehingga Buku Dasar‐Dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan edisi Perdana ini dapat diterbitkan. Salam dari kami, Redaksi i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I MENGENAL ASURANSI JIWA ... 1 BAB II RISIKO DAN ASURANSI ... 37 BAB III KONTRAK ASURANSI ... 63 BAB IV POLIS ASURANSI ... 101 BAB V ASPEK TEKNIS ASURANSI ... 127 BAB VI ASURANSI JIWA BERJANGKA ... 145 BAB VII ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA ... 155 BAB VIII MANFAAT – MANFAAT TAMBAHAN ... 175 BAB IX SYARAT – SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN ... 187 BAB X HAK – HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI ... 199 BAB XI ASURANSI JIWA KUMPULAN ... 207 BAB XII ASURANSI KESEHATAN ... 229 BAB XIII ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN ... 241 BAB XIV ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN ... 251 iiBAB I
MENGENAL ASURANSI JIWA
IHTISAR BAB TUJUAN Industri Asuransi Jiwa dan Kesehatan ¾ Asuransi Jiwa Individu/Perorangan (Individual Life Insurance) ¾ Asuransi Jiwa Kumpulan (group life insurance) Bentuk‐Bentuk Organisasi Bisnis ¾ Perseroan atau PT (Stock Insurance Companies) ¾ Usaha Bersama (Mutual Insurance Companies) ¾ Fraternal Benefit Society Distribusi bancassurance ¾ Regulasi bancassurance dalam UU Usaha Perasuransian. ¾ Regulasi bancassurance dalam peraturan perbankan Setelah membaca bab atau bagian ini diharapkan dapat: o Mengenal Jenis‐jenis asuransi jiwa perorangan; o Mengenal Jenis‐jenis asuransi jiwa kumpulan; o Menjelaskan bentuk‐bentuk organisasi bisnis dalam perusahaan Asuransi jiwa berbentuk perseroan terbatas; o Menjelaskan bentuk‐bentuk organisasi bisnis dalam perusahaan Asuransi jiwa berbentuk usaha bersama; o Menjelaskan bentuk‐bentuk organisasi bisnis dalam perusahaan Asuransi jiwa berbentuk fraternal; o Mengenal bancassurance merupakan salah satu bentuk distribusi produk asuransi melalui jasa perbankan.A. Industri Asuransi Jiwa dan Kesehatan
Industri asuransi jiwa merupakan salah satu industri yang berhasil guna dan tepat guna dalam mendukung pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Operasional dan cara kerja industri ini harus dilakukan sesuai perundang‐ undangan yang berlaku di masing‐masing Negara. Sebuah usaha yang memproduki barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen/masyarakat, kemudian menjualnya ke pasar, pada umumnya bertujuan untuk menghasilkan keuntungan atau Profit. Profit adalah pendapatan berupa sejumlah uang yang diterima dari hasil penjualan barang atau jasa setelah dikurangi dengan biaya‐biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa tersebut. Profit adalah hasil penjualan barang atau jasa setelah dikurangi dengan biaya‐biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan dan Mengenal Asuransi Jiwa
memasarkan barang atau jasa tersebut. Asuransi jiwa dan kesehatan, dimana di dalamnya termasuk bisnis annuitas dan asuransi syariah, juga mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan dari produk‐produk yang dipasarkan. Asuransi kesehatan, sebenarnya dapat dimasukkan dalam kelompok asuransi jiwa, karena produk‐produknya memberikan proteksi atas aspek‐aspek yang berkaitan dengan kesehatan seseorang, misalnya Asuransi Rawat Inap yang memberikan jaminan perawatan tertentu apabila seorang tertanggung mengalami atau menderita suatu penyakit dan harus dilakukan opname di rumah sakit. Khusus mengenai annuitas dan asuransi syariah, akan dibahas secara khusus dalam bagian tersendiri.
Ditinjau dari pasar dan produknya, asuransi jiwa dan kesehatan dipasarkan kepada konsumennya berdasarkan pada segmentasi pasar (market segmentation) atau berdasarkan pada hasil pemetaan pasar (market mapping).
Berdasarkan pada hasil segmentasi pasar atau pemetaan pasar, asuransi jiwa dipasarkan melalui 2 (dua) jalur bisnis sebagai berikut: 1. Asuransi Jiwa Individu/Perorangan (Individual Life Insurance) meliputi: Asuransi Jiwa Biasa (ordinary life insurance) Asuransi Jiwa Industrial (industrial life insurance) 2. Asuransi Jiwa Kumpulan (group life insurance) 1. Asuransi Jiwa Perorangan
Asuransi jiwa perorangan atau individual life insurance adalah produk asuransi jiwa yang dipasarkan secara individual (orang per orang). Oleh karena sifatnya yang demikian maka proses underwriting (seleksi) terhadap calon tertanggung juga dilakukan secara orang per orang (person by person), sehingga sangat memungkinkan tarif preminya menjadi lebih mahal dikarenakan oleh biaya proses seleksi tersebut. Selain itu, premi asuransi perorangan juga sangat bervariasi dikarenakan oleh perbedaan kondisi dan karakteristik masing‐masing individu calon tertanggung. Dalam hal penetapan tarif premi, terkadang ditetapkan berdasarkan pada visi, misi dan strategi pemasaran yang diaplikasikan oleh perusahaan. Faktor yang seringkali juga digunakan dalam menentukan besaran premi adalah biaya (loading atau expenses) dan keuntungan atau profit. Semua strategi tersebut bertujuan untuk memenangkan persaingan dalam industri. Cost reduction concept atau effisiensi biaya sering dilakukan untuk menentukan tarif yang murah, sehingga dapat bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar.
Misalnya saja sebuah produk asuransi jiwa (life insurance plan) yang di dalamnya mengandung unsur proteksi dan tabungan (protection and saving) oleh sebuah perusahaan asuransi jiwa dinamakan “dwiguna“, dirancang untuk memberikan manfaat (benefit) sebagai berikut :
“Apabila tertanggung meninggal dunia dalam jangka waktu atau kontrak asuransinya, maka kepada ahli waris (beneficiary) yang ditunjuk akan dibayarkan manfaat (santunan) sebagaimana ditetapkan di dalam polis asuransinya, dan apabila tertanggung masih hidup (survive) pada saat Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
berakhirnya kontrak asuransi, maka kepadanya juga akan dibayarkan manfaat atau santunan yang diperjanjikan dalam polis“. Di Indonesia istilah yang juga sering dipergunakan untuk menyebutkan santunan atau benefit adalah uang pertanggungan.
Dalam asuransi perorangan, setiap polis diterbitkan atas dasar pertimbangan karakteristik orang per orang, sehingga meskipun beberapa polis diterbitkan untuk individu yang usianya relatif sama, uang pertanggungannya persis sama besarnya, jangka waktu asuransinya juga sama, sangat dimungkinkan besaran preminya berbeda, misalnya karena kondisi kesehatan atau hobinya yang berbeda. Misalnya saja, bagi seorang tertanggung yang mengidap suatu penyakit tertentu yang sangat berpengaruh terhadap harapan hidupnya (life expectancy) akan dikenakan tarif premi yang lebih tinggi dibandingkan dengan premi yang dikenakan bagi tertanggung yang sehat. Bahkan bagi orang‐orang yang termasuk dalam golongan yang sangat sehat (super sehat), dikenakan tarif premi yang jauh lebih murah. Mereka yang digolongkan super sehat adalah mereka yang memiliki tingkat kesehatan yang prima, dan memiliki kebiasaan berolahraga dengan teratur, kebiasaan makan yang sehat dan pola tidur yang baik, dan juga tidak merokok (no smoker).
Pada dasarnya, besarnya premi itu sama untuk orang‐orang yang berada dalam kelompok usia tertentu, akan tetapi kondisi spesifik dari masing‐masing individu dapat menyebabkan besarnya premi yang harus dibayar menjadi berbeda. Bagi orang‐ orang yang dinilai mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi, dikenakan premi tambahan (extra premium atau additional premium). Sedangkan bagi orang‐orang yang memiliki risiko yang lebih rendah, dapat diberikan pengurangan premi (premium deduction atau premium reduction), sehingga premi yang harus dibayarnya menjadi lebih murah.
Faktor lain yang mempengaruhi besarnya premi adalah strategi pemasaran dan kebijakan harga (pricing policy) yang diterapkan oleh perusahaan, misalnya penerapan strategi pengenaan harga tinggi (premium pricing strategy). Dengan kebijakan tersebut, tarif premi menjadi sangat tinggi, karena faktor biaya (loading) untuk mendanai pelayanan (service expenses) juga tinggi. Perusahaan seperti ini memiliki komitmen yang tinggi terhadap kinerja pelayanan, dikarenakan antara lain oleh pemilihan target pasarnya, misalnya orang‐orang yang termasuk dalam kelompok berpenghasilan tinggi (upper class society).
Hobi seorang tertanggung dapat mempengaruhi tarif premi yang dikenakan dalam asuransi perorangan. Contoh : seseorang yang memiliki hobi terjun payung (sky diving) dan masih sering melakukan aktifitas hobinya, akan dikenakan ekstra premi, sehingga tarif premi yang dikenakan menjadi lebih tinggi.
Pelayanan untuk produk‐produk asuransi jiwa perorangan seperti ini, dilakukan secara langsung kepada Pemegang Polis (Policyholder) atau Tertanggung (The Mengenal Asuransi Jiwa
Insured Person). Sesuai dengan sifatnya, maka dalam asuransi jiwa perorangan, setiap customer atau prospek akan diperlakukan secara individual (treated personally).
Sebuah perusahaan asuransi jiwa, dapat memasarkan produk‐produk asuransi perorangan yang mempunyai manfaat (benefit) yang sama. Misalnya sebuah produk asuransi jiwa yang memberikan manfaat sebagai berikut :
Jika Tertanggung meninggal dunia, maka kepada ahli waris (beneficiaries) yang ditunjuk akan diberikan santunan/uang pertanggungan sebesar US.$. 100,000 (seratus ribu US Dollar)
Apabila sampai dengan akhir masa kontrak asuransinya, Tertanggung masih tetap hidup (survived), maka Perusahaan sebagai Penanggung akan membayarkan uang pertanggungan sebesar US.$. 100,000 kepada Pemegang Polis yang bersangkutan.
Produk seperti tersebut di atas itu banyak dipasarkan oleh berbagai perusahaan asuransi jiwa dengan nama produk atau “brand name“ yang berbeda‐beda. Ada yang memberi nama Asuransi Dwiguna, Asuransi Ganda Guna, Proteksi Ganda, dan sebagainya. Kalau dikaitkan dengan produk‐produk dasar asuransi jiwa, maka produk tersebut dapat dikelompokkan ke dalam produk yang disebut dengan nama “endowment“ yang mengandung unsur “pure endowment“ dan “term insurance“.
Ada juga produk asuransi jiwa yang hanya memberikan santunan jika Tertanggung meninggal dalam masa asuransinya, dan tidak membayarkan apapun jika Tertanggung masih tetap hidup pada saat masa asuransinya berakhir. Produk yang kita kelompokkan ke dalam golongan “term insurance“ ini, juga dipasarkan dengan berbagai nama produk oleh perusahaan. Nama produk (plan name) memang diberikan oleh perusahaan dengan maksud agar terdapat ciri yang khas atau spesifik, sehingga mudah dikenal dan diingat oleh masyarakat khususnya prospek dan Pemegang Polis. Pemberian nama tersebut dimaksudkan untuk mempermudah dan memperlancar proses pemasaran dan promosi. Contoh untuk nama produk asuransi jiwa beasiswa di Indonesia, ada yang memberi nama Asuransi Dana Beasiswa, ada pula yang menamakannya Fulnadi, yang dimaksudkan sebagai singkatan dari Takaful Dana Pendidikan, dan ada pula yang memberi nama Mitra Beasiswa Prima, dan masih banyak lagi. Komponen manfaat yang terkandung di dalam produk‐produk tersebut pada dasarnya sama yaitu untuk menyiapkan dana kelangsungan belajar bagi seseorang (anak), sehingga biaya sekolah anak tersebut tidak lagi tergantung pada hidup Tertanggung, artinya jika Tertanggung meninggal dunia, anak yang bersangkutan akan tetap memperoleh dana untuk kelangsungan belajarnya di masa yang akan datang.
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Asuransi jiwa perorangan ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) golongan sebagai berikut:
a. Asuransi Jiwa Biasa
Asuransi Jiwa Biasa atau Asuransi Jiwa Besar merupakan terjemahan dari Ordinary Life Insurance, dipasarkan kepada masyarakat secara luas dan pengertian inilah yang berkembang di masyarakat kita pada saat ini. Artinya kalau orang bicara tentang asuransi maka asuransi kelompok inilah yang dimaksudkan. Karakteristik asuransi jiwa biasa adalah sebagai berikut:
Jumlah Uang Pertanggungan (sum insured atau benefit) minimumnya dibatasi, tetapi manfaat maksimumnya justru tidak dibatasi sepanjang Pemegang Polisnya mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk membayar premi. Di Indonesia, beberapa perusahaan asuransi jiwa menentukan batas uang pertanggungan minimum untuk produk‐produk yang dijualnya sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), dan ada pula yang menetapkan besarnya uang pertanggungan minimum itu sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Penentuan batas nilai pertanggungan minimum ini biasanya didasarkan pada kebijakan pemilihan target pasar dari masing‐masing perusahaan, apakah perusahaan memilih pasar kelas menengah atau medium income bracket, pasar kelas atas atau high income bracket, atau bisa juga sebuah perusahaan memilih pasar ceruk tertentu yang disebut dengan istilah niche market.
Pembayaran premi untuk kelompok asuransi ini dapat dilakukan secara sekaligus (lump sum) atau yang disebut dengan terminologi premi tunggal (single premium), secara tahunan (annual premium), premi setengah tahunan (semi‐annual premium), pembayaran triwulanan (quarterly premium payment), atau bahkan pembayaran dilakukan secara bulanan (monthly premium payment).
b. Asuransi Jiwa Industrial
Asuransi Jiwa Industrial atau Industrial Life Insurance yang dalam bahasa sehari‐hari sering disebut sebagai asuransi industri, yang juga dikenal dengan terminologi “Debit Life Insurance“ dipasarkan kepada masyarakat industri atau orang‐orang dalam kelompok industri tertentu yang memiliki kemampuan finansial yang relatif masih rendah, misalnya kelompok nelayan atau kelompok petani yang berpenghasilan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup keluarganya. Menurut Dr. Abraham H. Maslow kelompok ini termasuk dalam tingkatan “Psychological Needs“ yaitu kelompok masyarakat yang berada pada tingkatan memliliki kebutuhan fisik saja (sandang, pangan, sex, dan “papan“ atau tempat tinggal).
Uang pertanggungan maksimum untuk kelompok asuransi industrial ini pada umumnya sangat terbatas, misalnya saja Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah), di Indonesia berdasarkan data beberapa perusahaan asuransi tahun 2007, nyaris tidak mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Di beberapa negara asuransi ini hanya dipasarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dana Mengenal Asuransi Jiwa
penguburan (burial expense) saja. Premi asuransi jiwa industrial biasanya dikumpulkan dan ditagih secara mingguan (weekly premium collection) atau bulanan dan ditagih ke rumah Pemegang Polis masing‐masing, sehingga metode pengumpulan preminya disebut dengan istilah “Home Service System“.
Dengan perkembangan masyarakat yang secara finansial menjadi semakin baik, berangsur‐angsur asuransi industrial mulai ditinggalkan oleh para pelaku bisnis, karena secara bisnis, asuransi jenis ini memerlukan biaya operasional yang cukup tinggi, seperti biaya administrasi dan biaya pengumpulan preminya, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi sangat kecil. Hal ini juga mengakibatkan asuransi ini tidak menarik lagi, baik bagi perusahaan asuransi yang memasarkan maupun bagi masyarakat itu sendiri. Pada saat buku ini diterbitkan, mungkin sudah tidak ada lagi perusahaan asuransi yang menjual produk‐produk asuransi industrial ini.
2. Asuransi Jiwa Kumpulan
Asuransi Jiwa Kumpulan atau group life insurance, ada juga yang menyebutnya dengan istilah asuransi jiwa kolektif, adalah produk‐produk asuransi jiwa yang dipasarkan secara kolektif (bukan orang per orang). Oleh karena sifatnya yang demikian itu, maka proses underwriting atau proses seleksi risiko terhadap calon tertanggungnya juga dilakukan secara kolektif, misalnya dalam menghitung usia calon tertanggung, didasarkan pada usia rata‐rata dari seluruh usia orang‐orang yang dirinya akan dipertanggungkan. Misalnya dalam sebuah kelompok calon tertanggung dari sebuah perusahaan kecil yang anggotanya 25 orang dan berusia : 20, 20, 23, 24, 25, 25, 25, 27, 27, 28, 30, 30, 30, 31, 32, 32, 32, 34, 35, 36, 38, 38, 39, 44, dan 48, maka usia yang dipakai dalam perhitungan premi adalah : 20(2)+23+24+25(3)+27(2)+28+30(3)+31+32(3)+34+35+36+38(2)+39+46+48 25 = 775 / 25 = 31 ……. dan usia rerata yang dipergunakan dalam menghitung premi untuk kelompok ini adalah 31 tahun.
Dalam prakteknya, ada pula perusahaan asuransi jiwa yang mempergunakan nilai median sebagai dasar perhitungannya. Dalam kasus asuransi di atas, maka nilai yang dipergunakan adalah = 30 tahun, karena nilai median dari 25 orang dalam kelompok tersebut adalah usia orang yang ke13, yaitu 30 tahun. Tetapi jika nilai median itu terletak pada orang yang berusia 35 tahun, maka 35 tahun inilah yang akan dijadikan sebagai dasar perhitungan preminya.
Penggunaan metode perhitungan tersebut tergantung pada kebijakan Manajemen Perusahaan, biasanya ditetapkan berdasarkan pada pengalaman yang telah dilaluinya secara empirik dalam kegiatan operasionalnya.
Dikarenakan metode yang dipergunakan dalam menghitung mortalita, maka dalam perhitungan premi asuransi kumpulan terjadi subsidi silang atau cross sub sidization antara mereka yang berusia muda dengan mereka yang berusia lebih tua, dan juga antara mereka yang lebih sehat dengan mereka yang kurang sehat, sehingga Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
proses underwriting lebih sederhana. Meskipun demikian, seorang Aktuaris yang telah berpengalaman akan mampu menentukan tarif yang mendekati ketepatan perhitungan premi, sehingga tidak merugikan atau menguntungkan perusahaan terlalu tinggi, sehingga tarif premi yang dihitung dan ditetapkannya menjadi tidak kompetitif lagi, dan berdampak pada daya saing perusahaannya.
Kalau asuransi jiwa perorangan merupakan “retail business“, maka asuransi jiwa kumpulan dikelompokkan dalam golongan “corporate business“ yang dipasarkan kepada kelompok‐kelompok orang atau perusahaan, lembaga, institusi, atau organisasi, seperti asuransi‐asuransi kumpulan di bawah ini : Asuransi bagi Guru‐Guru di sebuah SMA di Jakarta Asuransi bagi Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Kutai Asuransi bagi Para Tenaga Honorer di Pemerintahan Kota Pontianak Asuransi bagi Para Pemegang KTP di Kabupaten Bengkayang Asuransi bagi Anggota Credit Union Sejahtera Bersama di Pontianak Asuransi bagi Anggota TNI yang akan ditugaskan ke PBB Asuransi bagi Para Petugas Honorer Kebersihan Kota Asuransi bagi Para Anggota Tim Kampanye Nasional Partai tertentu Dan lain sebagainya. Dalam jajaran bisnis asuransi kumpulan, hanya diterbitkan satu polis untuk setiap produk yang disebut Polis Induk (Master Policy) atas nama pimpinan atau pejabat yang ditunjuk sebagai Pemegang Polis, biasanya Direktur Utama Perusahaan, Pimpinan Lembaga atau Yayasan, Pimpinan Organisasi, dan sejenisnya. Akan tetapi ada juga yang menunjuk pejabat lain dalam organisasi yang bersangkutan, misalnya Bupati menetapkan Sekretaris Daerahnya sebagai pemegang polisnya. Sedangkan orang‐orang yang atas dirinya dipertanggungkan disebut sebagai Peserta Asuransi (Participant). Bagi peserta tersebut akan diterbitkan sertifikat atau Insurance Certificate atas nama masing‐masing, jika jumlah pesertanya masih dalam jumlah yang layak menurut perusahaan yang menjual produk tersebut.
Untuk Asuransi Kumpulan yang jumlah Pesertanya sulit untuk diinventarisir, atau hanya didasarkan pada angka perkiraan, biasanya diterbitkan “no name“ atau “un‐ named certificate“. Misalnya saja dalam kasus asuransi masyarakat di salah satu Kabupaten di Indonesia, baik yang telah mempunyai KTP maupun yang belum, jumlahnya didasarkan pada angka perkiraan mencapai 1,5 juta orang, Jumlah populasi yang diperkirakan itulah yang dijadikan sebagai landasan dalam menghitung premi yang harus dibayar kepada Penanggung (perusahaan asuransi). Sudah tentu dalam hal diterbitkan “no name certificate“ tetap dibutuhkan selembar surat yang menunjukkan identitas bahwa seseorang yang dinyatakan sebagai peserta dalam perjanjian asuransi kumpulan adalah benar‐benar anggota atau warga masyarakat tersebut. Hal ini diperlukan pada saat mengajukan klaim atas asuransinya.
Produk‐produk asuransi jiwa perorangan (individual life insurance) maupun asuransi jiwa kumpulan (group life insurance), keduanya dapat dipasarkan dalam berbagai bentuk asuransi jiwa (life insurance products/plans) maupun produk asuransi Mengenal Asuransi Jiwa
kesehatan (health insurance products/plans). Khusus mengenai asuransi kesehatan ini akan kita bahas secara mendalam dalam bab tersendiri.
Dalam perkembangan industri perasuransian akhir‐akhir ini, asuransi jiwa dan kesehatan dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan besar sebagai berikut: Asuransi jiwa (Life Insurance) Kontrak annuitas (Annuity Contract) Asuransi kesehatan (Health Insurance) a. Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa akan memberikan benefit (manfaat) apabila orang yang ditunjuk sebagai tertanggung dalam kontrak asuransinya atau dalam polisnya, meninggal dunia. Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis produk (insurance plan), yaitu:
Term Life Insurance, yaitu asuransi jiwa yang memberikan manfaat atau santunan jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransinya atau di dalam periode kontrak asuransinya.
Cash Value Life Insurance yang juga dikenal sebagai Permanent Life Insurance, merupakan asuransi jiwa yang memberikan santunan selama hidup tertanggung dan juga mengandung unsur tabungan/savings element. Sejak premi dibayar, maka polis ini mengakumulasikan nilai yang dikenal dengan istilah cash value (nilai tunai) yang secara bertahap akan menjadi semakin besar seiring dengan besarnya premi yang telah dikumpulkan. Nilai tunai ini merupakan kekayaan (assets) yang oleh Pemegang Polis dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan.
Endowment Insurance, merupakan asuransi jiwa yang memberikan santunan kepada ahli waris yang ditunjuk jika tertanggung meninggal dunia dalam masa kontrak asuransinya, atau memberikan sejumlah uang pertanggungan pada saat tertentu apabila tertanggung masih tetap hidup (survive).
b. Kontrak Annuitas (Annuity Contract)
Produk asuransi ini merupakan kontrak di mana perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung menjanjikan untuk melakukan pembayaran secara periodik kepada orang yang namanya ditunjuk dalam kontrak, sebagai imbalan atas premi yang telah diterima oleh perusahaan, baik secara sekaligus ataupun secara angsuran (installment).
c. Asuransi Kesehatan (Health Insurance)
Kelompok ini merupakan produk asuransi yang memberikan perlindungan atau proteksi atas risiko hilangnya sumber finansial dikarenakan oleh kondisi tertanggung yang mengalami suatu penyakit (illness), kecelakaan (accidental injury) atau karena ketidakmampuan (disability). Dalam kelompok ini terdapat 2 jenis produk, yaitu:
Medical Expense Coverage, yaitu jenis produk yang memberikan santunan guna membayar biaya perawatan tertanggung yang mengalami suatu penyakit atau karena kecelakaan.
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Disability Income Coverage, merupakan produk yang memberikan santunan sebagai pengganti atas hilangnya penghasilan bagi tertanggung sebagai dampak dari ketidakmampuannya dalam bekerja. Berdasarkan pada penggolongan asuransi tersebut, kalau kita gambarkan dalam matriks akan nampak sebagai berikut: Figure 1.1. Jenis‐Jenis Asuransi Jiwa dan Kesehatan 1 2 3 Term Life Insurance, atau Asuransi Jiwa Berjangka merupakan asuransi
yang akan memberikan santunan jika Tertangung meninggal dalam masa asuransinya.
Cash Value Life Insurance atau Asuransi Jiwa Nilai Tunai, yang juga
dikenal dengan istilah Permanent Life Insurance, merupakan asuransi jiwa yang akan memberikan santunan seumur hidup Tertanggung dan juga mengandung unsur tabungan (saving element), yang nilainya akan semakin membesar seiring dengan semakin besarnya premi yang diterima oleh perusahaan / Penanggung.
Endowment Insurance atau dikenal dengan istilah Asuransi Jiwa
Dwiguna,
merupakan asuransi jiwa yang akan memberikan santunan kepada ahli waris yang ditunjuk jika Tertanggung meninggal dalam masa kontrak asuransinya, dan jika Tertanggung tetap hidup (survive) pada saat kontrak asuransinya berakhir, maka kepadanya akan dibayarkan benefit sebesar uang pertanggungan yang diperjanjikan dalam polisnya.
Merupakan sebuah perjanjian di mana perusahaan asuransi sebagai Penanggung menjanjikan untuk membayarkan sejumlah dana/santunan secara angsuran (installment) dan periodik kepada orang yang namanya disebutkan di dalam kontrak, selama jangka waktu tertentu sebagai imbalan atas premi yang telah diterimanya. 1 2
Medical Expense Coverage, atau Asuransi Cakupan Biaya Kesehatan
merupakan jenis produk asuransi yang akan memberikan santunan untuk mengganti biaya perawatan atau pengobatan bagi Tertanggung yang mengalami suatu penyakit atau karena kecelakaan.
Disability Income Coverage merupakan jenis produk asuransi yang akan
memberikan santunan sebagai pengganti penghasilan bagi Tertanggung yang mengalami ketidak‐mampuan (disability) Life Insurance Annuity Contract Health Insurance
Mengenal Asuransi Jiwa
Ketiga jenis produk asuransi dalam matriks itu dapat dipasarkan dalam bentuk Asuransi Jiwa Perorangan (Individual Insurance Policy) maupun Asuransi Jiwa Kumpulan (Group Insurance Policy).
B. Bentuk‐Bentuk Organisasi Bisnis
Di banyak negara di dunia, termasuk di Amerika Serikat dan juga di Indonesia, sebuah usaha dapat didirikan dalam bentuk sebagai berikut: a. Sole proprietorship b. Partnership c. CorporationYang dimaksud dengan sole proprietorship, adalah sebuah usaha yang dimiliki dan dioperasikan oleh seorang individu (sendirian), misalnya sebuah kios rokok, kios sembako, warung kopi, warung nasi Tegal, dan sebagainya. Jika usaha ini memperoleh sejumlah keuntungan, maka pemilik usaha yang bersangkutan berhak atas seluruh keuntungan yang diperoleh. Demikian pula, jika usaha itu gagal atau memiliki hutang pada pihak lain, maka pemiliknya bertanggung‐jawab penuh atas kegagalan atau hutang‐hutang yang ada.
Partnership, merupakan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang menjalankan usaha secara bersama‐sama sebagai mitra bisnis. Mereka itu secara bersama‐ sama mengoperasikan usaha, berdasarkan sebuah perjanjian yang antara lain mengatur tentang porsi‐porsi permodalan yang dipergunakan dalam usaha, pembagian keuntungan yang diperoleh, cara‐cara pengalihan hak kepemilikan usaha, dan sebagainya. Jika salah seorang diantara mitra usaha tersebut meninggal dunia, maka usaha tersebut dapat terus dijalankan oleh mitra usaha yang masih hidup, dan selanjutnya kemitraan usaha dapat dilakukan dengan mitra‐mitra usaha yang baru.
Bentuk yang ke tiga, adalah Corporation, atau kita sebut sebagai Korporasi yang akan menjadi fokus dalam bahasan kita selanjutnya. Korporasi merupakan sebuah badan hukum (legal entity) yang didirikan berdasarkan undang‐undang suatu negara, yang kekayaannya (assets) dipisahkan dari kepemilikan pribadi, atau kepemilikan seseorang hanya terbatas pada saham yang disertakannya dalam usaha tersebut. Korporasi ini memiliki karakteristik yang sangat spesifik, berbeda dengan 2 bentuk usaha sebelumnya, yaitu:
a. Korporasi merupakan badan hukum yang kepemilikannya terpisah jelas dari pemiliknya (owner), oleh karenanya Korporasi dapat menuntut atau dituntut, dapat mengadakan kontrak atau perjanjian, dan dapat pula memiliki property.
b. Korporasi tetap dapat terus berjalan meskipun salah seorang atau seluruh Pemegang Sahamnya meninggal dunia.
Hutang‐hutang yang menjadi tanggung jawab sebuah korporasi, benar‐benar terpisah dari tanggung jawab pribadi para pemiliknya. Artinya bahwa urusan hutang piutang korporasi terpisah dari tanggung jawab pribadi orang‐orang yang menjadi owners dari perusahaan tersebut. Dikarenakan karakteristiknya yang demikian, dan perusahaan perasuransian membutuhkan jaminan stabilitas yang berjangka panjang, maka beberapa Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
negara mempersyaratkan agar perusahaan perasuransian didirikan dalam bentuk korporasi ini.
1. Bentuk Organisasi Perusahaan Asuransi Jiwa
Meskipun perusahaan‐perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan pada umumnya berbentuk korporasi (corporation), namun perusahaan‐perusahaan tersebut dapat secara luwes dalam menjalankan bisnisnya. Di berbagai negara, bentuk perusahan asuransi jiwa dan kesehatan dapat berupa: a. Perseroan atau PT (Stock Insurance Companies) b. Usaha Bersama (Mutual Insurance Companies) c. Fraternal Benefit Society Perusahaan Perseroan atau Perseroan Terbatas
Perusahaan Perseroan atau Perseroan Terbatas Asuransi Jiwa atau bentuk‐ bentuk badan hukum yang setara dengan itu, secara teoritis juga disebut Stock Insurance Companies. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak didirikan, dan dimiliki oleh beberapa orang dan organisasi yang memiliki saham di dalamnya. Para investor yang membeli/memiliki saham perusahaan itu disebut sebagai stockholders. Dari waktu ke waktu, bagian/porsi dari keuntungan perusahaan itu dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividend.
Perusahaan Asuransi Bersama
Perusahaan asuransi bersama yang juga kita kenal sebagai Mutual Insurance Companies, contohnya di Indonesia adalah Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 yang merupakan satu‐satunya perusahaan asuransi jiwa bersama yang telah didirikan sejak tanggal 12 Februari 1912 di Magelang, Jawa Tengah sekaligus merupakan perusahaan asuransi jiwa dalam negeri (domestik) yang pertama kali didirikan. Perusahaan asuransi seperti ini dimiliki oleh seluruh Pemegang Polisnya (Policyholders) sehingga keuntungan perusahaan tersebut dibagikan kepada para Pemegang Polis dalam bentuk dividend polis (policy dividends).
Sebelum perusahaan bersama ini didirikan, sejumlah polis dipasarkan untuk mendapatkan dana operasi awal. Dikarenakan masyarakat pada umumnya tidak percaya pada perusahaan yang belum jelas eksistensinya (keberadaannya) maka perusahaan asuransi jiwa pada awalnya didirikan dalam bentuk PT yang secara legal telah diakui, baru kemudian setelah menjadi besar dikonversikan ke bentuk usaha bersama (mutual company). Proses konversi dari stock company ke mutual company ini disebut dengan istilah mutualization. Sedangkan proses sebaliknya yaitu dari mutual company ke stock company disebut demutualization, yang akhir‐akhir ini banyak dilakukan, dikarenakan untuk memperbesar modal usaha akan lebih mudah dilakukan dengan menjual saham ke masyarakat (publik). Demikian pula, sebuah perusahaan perseroan atau PT akan lebih mudah untuk membeli perusahaan lainnya, misalnya sebuah perusahaan asuransi jiwa ingin melakukan diversifikasi usaha (business diversification), dalam rangka memperbesar kelompoknya atau konglomerasinya dengan membuka bisnis‐ bisnis yang lain, misalnya membuka bisnis dalam bidang otomotive, agribisnis,
Mengenal Asuransi Jiwa
property, dan lain sebagainya. Tentang hal ini, banyak yang bisa kita lihat contoh‐ contoh nyata di Indonesia. Misalnya: Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912, yang telah berkembang sangat pesat menjadi perusahaan konglomerat, yang memiliki banyak anak perusahaan, antara lain Perusahaan di bidang Percetakan dan Penerbitan, Perusahaan yang bergerak dalam bidang Sekuritas, Perkantoran, Teknologi Informasi, Perhotelan, dan Perusahaan Konstruksi. Figure 1.2. Mutualization dan Demutualization Merupakan proses konversi dari perusahaan yang semula berbentuk badan hukum stock company (Perseroan) menjadi mutual company (Perusahaan Bersama) Merupakan proses konversi dari perusahaan yang semula berbebtuk badan hukum/legal sebagai mutual company (Perusahaan Bersama) menjadi stock company (Perseroan) Fraternal Benefit Societies
Bentuk usaha asuransi jiwa yang satu ini, memang sulit kita terjemahkan secara harfiah, akan tetapi merupakan organisasi masyarakat yang dibentuk untuk memberikan santunan kepada para anggotanya seperti layaknya asuransi jiwa. Para anggota dalam organisasi seperti ini, pada umumnya memiliki etnik, agama atau kepercayaan, dan latar belakang keahlian yang sama serta kesamaan karakter yang lain. Namun ada pula organisasi seperti ini yang terbuka untuk masyarakat umum. Organisasi seperti ini harus dikelola sebagaimana layaknya sebuah rumah di mana hanya para anggota‐anggota organisasi dan keluarganya saja yang dapat memiliki “fraternal society’s insurance“. Namun demikian, dengan semakin tumbuh dan berkembangnya manajemen, maka ada beberapa organisasi semacam itu yang kemudian membuka pintu bagi masyarakat yang
Mutualization Stock Company Mutualization Mutual Company Demutualization Stock Company Demutualization Mutual Company
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
lebih luas, sehingga memungkinkan orang yang tertarik menjadi anggota menjadi lebih terbuka.
Dikarenakan oleh berbagai pertimbangan yang stratejik, maka banyak perusahaan asuransi yang didirikan atau dijalankan dengan mempergunakan bentuk sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (stock insurance companies). Misalnya saja di Amerika Serikat pada tahun 2003 (berdasarkan data yang disajikan oleh ACLI, American Council of Life Insurers, tahun 2004) adalah sebagai berikut:
Bentuk Portofolio Aktif Pendapatan Premi Kekayaan Perusahaan
(Life Insurance In
force) (Premium Income) ( Assets )
Mutual Companies 1,852,574.00 69,838.00 634,365.00 Stock Companies 14,910,932.00 416,043.00 3,159,215.00 Fraternal Benefit 280,155.00 7,603.00 82,391.00 Sumber : Washington, DC : American Council of Life Insurance, 2004
Semua data keuangan ini adalah dalam hitungan jutaan US.$., dan jika kita hitung akan tampak bahwa untuk Stock Companies besarnya 82% atau bahkan lebih, baik ditinjau dari besar portofolio aktifnya, pendapatan premi, maupun dari segi kekayaan atau assetnya. Sedangkan Fraternal Benefit Society, hanya memiliki pangsa pasar kurang lebih 2%, dan pangsa pasar selebihnya antara 11% sampai dengan 16% adalah pasar yang diraih oleh Mutual Companies.
Demikian pula di Indonesia, sejak didirikannya AJB Bumiputera 1912 pada tahun 1912, tidak pernah ada lagi perusahaan asuransi yang berbentuk mutual companies meskipun dalam Undang‐Undang Usaha Perasuransian, yaitu Undang‐ Undang Nomor 2 Tahun 1992, bentuk usaha bersama tersebut diperkenankan.
2. Perusahaan Asuransi Jiwa sebagai Organisasi Bisnis Jasa Keuangan
Perusahaan Asuransi Jiwa pada dasarnya juga merupakan lembaga keuangan, yang dalam sistem perekonomian negara merupakan bagian dari industri jasa keuangan (financial services industry). Sebagai sebuah lembaga keuangan, perusahaan asuransi jiwa memiliki kekayaan utamanya dalam bentuk “financial assets“ misalnya saja saham dan obligasi, ketimbang kekayaan dalam bentuk aktiva tetap seperti mesin‐mesin (machinery and equipments). Akan tetapi juga tidak dapat dihindari bahwa sebagai lembaga keuangan yang semakin lama semakin besar dan modern, perusahaan asuransi jiwa dapat memiliki kekayaan dalam bentuk mesin‐ mesin dan peralatan canggih (sophisticated equipments) yang dipergunakan sebagai
Mengenal Asuransi Jiwa
sarana pendukung dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, misalnya komputer, mobil‐mobil, motor, dan bahkan mungkin sekali pesawat terbang untuk menangani pemasaran dan kegiatan operasional lainnya seperti investigasi dan pengendalian daerah operasional yang semakin luas.
Industri jasa keuangan terdiri dari berbagai lembaga keuangan, yang bertujuan untuk membantu masyarakat, perusahaan/bisnis, dan juga pemerintah, dalam hal menyimpan, meminjam, menginvestasikan dana, atau kebijakan pengelolaan uang dalam bentuk yang lain. Singkatnya, lembaga jasa keuangan itu sangat penting bagi kehidupan masyarakat, misalnya saja untuk menyediakan dana pensiun, memproteksi kehilangan sumber mata pencaharian dikarenakan oleh ketidak‐mampuan (disability), meninggal karena kecelakaan, karena wabah penyakit, seperti dikarenakan oleh Flu Babi (Virus H1N1) yang saat ini sedang menjadi pembicaran masyarakat kedokteran bahkan juga masyarakat secara global, dan sebagainya.
Lembaga‐lembaga keuangan itu terdiri dari beberapa kelompok, yaitu:
a. Perusahaan Perasuransian yang menyediakan proteksi atas risiko hilangnya sumber keuangan karena suatu kejadian. Dalam hal ini terdapat 2 (dua) bentuk utama Perusahaan Asuransi, yaitu :
Perusahaan Asuransi Jiwa dan Kesehatan (Life and Health Insurance Companies) yang menyediakan serta menjual produk‐produk yang memproteksi risiko‐risiko personal dari kematian, ketidakmampuan, penyakit, kecelakaan, dan sejenisnya.
Perusahaan Asuransi Harta Benda (Property or Casualty Insurance Companies) yang menyediakan proteksi atas rusaknya harta benda dan risiko dari pihak lain (liability risk), misalnya secara tidak disengaja, seseorang yang sedang mengendarai mobil menabrak kendaraan orang lain, sehingga ia harus memberikan ganti rugi.
b. Lembaga Depositori (Depository Institutions) yang merupakan lembaga penerima tabungan dari masyarakat, perusahaan, dan juga pemerintah serta menyalurkannya kembali ke masyarakat, bisnis, dan ke lembaga pemerintah. Lembaga‐lembaga di sini antara lain : bank komersial, lembaga penerima dan penyalur pinjaman, bank‐bank tabungan, dan juga credit unions, seperti Credit Union Sejahtera Bersama di Pontianak, Kalimantan Barat yang mulai didirikan pada pertengahan tahun 2007, dan pada saat ini anggotanya telah berjumlah sekitar 200 orang.
c. Perusahaan Jasa Keuangan (Finance Companies) yang merupakan suatu lembaga khusus penyedia dana pinjaman berjangka pendek dan berjangka menengah bagi masyarakat dan perusahaan saja (tidak menyediakan dana untuk lembaga‐ lembaga pemerintah).
d. Perusahaan Reksadana (Mutual Fund Companies) yang di Indonesia kita kenal dengan istilah Perusahaan Reksadana, merupakan sebuah sarana bagi para Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Investors untuk mengumpulkan dana investasinya kemudian menggunakan dana tersebut untuk membeli surat berharga, saham, obligasi atau instrumen keuangan lainnya untuk menciptakan beragam portofolio investasi yang diprediksikan akan dapat memberikan hasil yang optimal.
e. Perusahaan Sekuritas (Securities Firms) merupakan perusahaan yang menjalankan fungsinya untuk memasarkan surat‐surat berharga, baik berupa saham, obligasi maupun surat berharga dalam bentuk yang lain. Sekuritas ini merupakan instrumen investasi yang diharapkan akan dapat menghasilkan yield/interest atau tingkat bunga (dalam istilah syariah dikenal dengan sebutan “al‐mudharabah“) yang berarti bagi hasil (profit sharing), yang pada dasarnya baru akan diperhitungkan setelah hasil usahanya diketahui atau direalisir secara nyata dan jelas.
Lembaga keuangan termasuk Perusahaan Asuransi yang membantu pemerantaraan transaksi keuangan. Financial intermediaries/Pemerantara Transaksi Keuangan merupakan organisasi yang menjembatani transaksi antara masyarakat, bisnis atau lembaga‐lembaga pemerintah yang memiliki dana berlebih dan tak tergunakan (idle funds) untuk disalurkan sebagai pinjaman kepada pihak‐pihak lain yang memerlukan dana atau pihak peminjam. Dalam proses penyaluran dana tersebut, pihak Pemerantara Transaksi Keuangannya akan memperoleh transaction fee.
Perusahaan Asuransi Jiwa juga merupakan Perusahaan Pemerantara Transaksi Keuangan, karena perusahaan tersebut memperoleh keuntungan dari dana yang dikumpulkan dari para Pemegang Polis dan kemudian dana tersebut diinvestasikan dalam bisnis dan industri. Investasi‐investasi yang dilakukan dalam bisnis ini akan menghasilkan pendapatan untuk pengembangan perusahaannya.
Perusahaan‐perusahaan perasuransian (termasuk asuransi jiwa, asuransi harta benda, dana pensiun), merupakan lembaga‐lembaga keuangan yang signifikan bagi sebuah negara. Misalnya di Amerika Serikat pada tahun 2002 menunjukkan data sebagai berikut : Figure 1.3 Sumber Dana di Pasar Keuangan Amerika Serikat Tahun 2002 Commercial Banks 7,357.00 Private Pension Funds 3,686.00 Mutual Funds 3,635.00 Life Insurance Companies 3,380.00 Money Market Mutual Funds 2,224.00 State & Local Retirement Funds 1,968.00 Securities Firms 1,359.00 Property / Casual Insurance 912.00
Mengenal Asuransi Jiwa
Sumber : Washington, DC : American Council of Life Insurance, 2003
Kalau kita melihat Figure 1.3, di negara Amerika Serikat yang sudah sedemikian maju, nampak bahwa bisnis jasa keuangan tidak dapat dilepaskan dari peran usaha yang tergolong dalam bisnis perasuransian, antara lain Asuransi Jiwa, Asuransi Harta Benda, dan Dana Pensiun, baik swasta maupun pemerintah. Pension Funds dan Retirement Funds, merupakan terminologi yang sama dan dapat digunakan secara bergantian (interchangable).
Industri jasa keuangan mengalami kemajuan yang cukup signifikan dikarenakan oleh berbagai perubahan lingkungan terutama lingkungan perekonomian yang begitu dinamis. Secara garis besar, kemajuan industri jasa keuangan ini ditandai oleh terjadinya konvergensi, konsolidasi dan globalisasi, yang secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
Konvergensi. Konvergensi ini merupakan perubahan di mana satu lembaga keuangan dapat melayani berbagai kebutuhan masyarakat seperti jasa perbankan, asuransi, dan surat berharga. Perusahaan‐perusahaan jasa keuangan tersebut dapat memberikan berbagai pelayanan jasa, sehingga boleh dikatakan perusahaan‐perusahaan tersebut saling melengkapi kebutuhan masyarakat secara simultan dan memberikan kemudahan bagi kehidupan masyarakat. Misalnya saja, dahulu perusahaan perbankan hanya diperkenankan menjual produk perbankan. Oleh karena itu, nasabah dari bank tersebut apabila menginginkan produk asuransi, harus membeli dari perusahaan asuransi. Dengan konvergensi tersebut maka kebutuhan masyarakat dapat terlayani secara sekaligus melalui “one stop shoping system“, di mana nasabah bank juga dapat membeli produk asuransi di bank tersebut, dengan kata lain perusahaan perbankan dapat sekaligus menjual produk‐produk asuransi. Dalam hal seperti ini, sudah barang tentu dilakukan kerjasama atau afiliasi terlebih dahulu diantara perusahaan‐perusahaan yang melakukan bisnis.
Dengan demikian perbedaan antara satu perusahaan jasa keuangan dengan jenis perusahaan jasa keuangan lainnya ( misalnya antara sebuah bank dan Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
perusahaan asuransi jiwa ) menjadi sangat tipis atau menjadi kabur, dan untuk bersaing perusahaan‐perusahaan tersebut berusaha dengan sangat kreatif dan innovatif, dengan mengaplikasikan konsep Q‐C‐F‐I‐D yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
Q = Quality. Kulaitas produk dan jasa yang dipasarkan dijadikan sebagai faktor utama dalam bersaing. Kualitas barang yang dihasilkan ditinjau dari berbagai aspek diupayakan lebih baik atau bahkan jauh lebih baik dari yang dihasilkan oleh pesaing. Demikian halnya dengan kualitas pelayanan, promosi, distribusi, purna jual, dan sebagainya.
C = Cost Efficiency. Efisiensi biaya dilakukan secara menyeluruh dalam berbagai aspek misalnya dalam biaya perolehan bahan baku (material), biaya tenaga kerja, biaya proses produksi, dan lain sebagainya. Dalam hal efisiensi biaya tenaga kerja, bukan berarti harus pelit, akan tetapi secara keseluruhan diupayakan tetap efisien dan wajar. Dengan demikian diharapkan perusahaan dapat membuat pricing strategy yang menarik.
F = Flexibility. Dimaksudkan bahwa produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dikombinasikan secara luwes dengan produk atau suku cadang yang lain sehingga produk dapat fleksibel dalam penggunaannya. Contoh yang nyata dapat kita lihat dalam industri otomotive, misalnya jika kita memiliki sebuah mobil Toyota Avanza, kita dapat mengganti suku cadangnya dengan suku cadang Daihatsu Xenia jika kita tidak dapat menemukan suku cadang Toyota Avanza. Demikian juga sebaliknya, jika kita memiliki Daihatsu Xenia dan kebetulan sulit menemukan suku cadang Daihatsu Xenia, kita dapat menggantinya dengan suku cadang Toyota Avanza. Begitu pula antara mobil Toyota Rush dengan Daihatsu Terios.
I = Innovativeness. Upaya‐upaya perusahaan untuk menemukan jenis‐jenis produk baru secara lebih inovativif menjadikan perusahaan tersebut dinilai lebih maju dari pada pesaing‐pesaingnya. Langkah ini dapat menaikkan citra perusahaan dalam bersaing.
D = Delivery. Ini dimaksudkan agar kualitas penyampaian dan penyerahan produk (barang dan jasa) menjadi salah satu faktor keberhasilan kunci (key success factor). Misalnya sebuah Perusahaan Asuransi Jiwa pesaing dapat menyelesaikan polisnya dalam waktu 5 (lima) hari, maka untuk dapat memenangkan persaingan, kita harus mampu menyelesaikan dan menyerahkan polis dalam waktu lebih singkat andaikan saja hanya dalam waktu 3 (tiga) hari. Sudah barang tentu ketepatan serta kecermatan dalam proses penyerahan juga harus dipertimbangkan.
Konvergensi seperti ini di Akerika Serikat diformalkan melalui Undang‐ Undang tahun 1999 yaitu undang‐undang yang dinamakan Gramm‐Leach‐Bliley (GLB) Act atau dikenal sebagai Financial Services Modernization Act. yang menghilangkan hambatan (barriers) diantara jenis‐jenis usaha tersebut dalam Mengenal Asuransi Jiwa
menjalankan kegiatan operasinya, sehingga perusahaan‐perusahaan itu menjadi terbuka untuk membentuk sebuah perusahaan induk (holding companies) untuk jasa‐jasa keuangan. Masing‐masing bisnis tetap berfokus pada satu jenis usaha, akan tetapi mereka dapat melayani masyarakat secara terintegrasi.
Perusahaan‐perusahaan yang berafiliasi dalam sebuah holding company dapat saling memasarkan produk‐produk dari perusahaan rekan seinduknya.
Konvergensi ini dapat dilakukan melalui cara : ekspansi usaha, merger atau melalui akuisisi. Holding companies merupakan suatu bentuk usaha yang memiliki kendali terhadap beberapa perusahaan lain yang merupakan anak perusahaan (subsidiary companies). Untuk mempermudah para pembaca memahami bagaimana hubungan antara perusahaan induk (holding company) dengan anak perusahaan (subsidiary company), kiranya dapat dilihat dalam diagram berikut:
Figure 1.4. Skema Perusahaan Induk dan Anak Perusahaan
Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, bahwa faktor kunci keberhasilan bisnis yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan untuk memenangkan persaingan, dapat dilihat dalam matriks sebagai berikut :
Figure 1.5. Faktor Kunci Keberhasilan Bisnis
Quality
Kualitas produksi barang dan jasa menjadi faktor yang uatma dalam memenangkan persaingan dalam berbisnis.
Cost Efficency
Efisiensi biaya di setiap langkah, baik dalam pengadaan bahan baku, perisapan proses produksi, proses produksinya, biaya tenaga kerja, proses distribsi, promosi, penjualan dsb. Perusahaan Induk Jasa Keuangan DEF
( DEF Financial Service Holding Company )
Perusahaan Leasing DEF Perusahaan Sekuritas MNO
Bank GHI Reksa Dana DEF
Perusahaan Asuransi
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Flexibility
Produk yang dihasilkan termasuk suku cadangnya diupayakan dapat dikombinasikan dengan produk-produk lain, baik yang berasal dari satu perusahaan maupun dari perusahaan lain.
Innovativeness
Innovasi-innovasi untuk menemukan variasi baru merupakan salah satu faktor yang signifikan dalam berbisnis.
Delivery
Proses penyampaian produk, baik ditinjau dari sudut pandang waktu maupun ketepatan produknya merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan.
Dalam perkembangan bisnis dewasa ini, konvergensi di lembaga keuangan semakin tumbuh dan berkembang, misalnya saja di Indonesia, Bank BNI yang semula hanya menyediakan jasa perbankan, kini dapat memasarkan asuransi kepada para nasabahnya. Contohnya produk Tapenas (Tabungan Pendidikan Nasional) dipasarkan oleh Bank BNI, dan setiap nasabahnya akan secara otomatis mendapatkan proteksi (asuransi) yang diberikan oleh PT. Cigna Life Insurance. Ini berarti bahwa Bank BNI berafiliasi dengan PT. Cigna Life Insurance, sehingga produk dari perusahaan asuransi PT. Cigna Life Insurance tersebut dapat dipasarkan oleh Bank BNI. Selain dengan PT. Cigna Life Insurance, Bank BNI juga bekerjasama dengan PT. Sun Life Financial dan AIG Life, sehingga perusahaan‐ perusahan tersebut dapat saling memperkuat jaringan pemasaran produknya secara sinergi. Kasus seperti ini pada saat ini semakin banyak terjadi, misalnya saja sebuah perusahaan leasing, yang semula hanya memasarkan produknya berupa kendaraan bermotor, kemudian perusahaan leasing itu bekerjasama dengan perusahaan asuransi kendaraan bermotor, yang selanjutnya perusahaan itu selain memasarkan produk motor, sekaligus dapat memasarkan produk asuransi kendaraan bermotor kepada para nasabah yang membeli motor secara leasing dari perusahaan tersebut. Demikian pula, bank yang semula menyedikan produk KPR (Kredit Pemilikan Rumah), kini sekaligus dapat memasarkan produk Asuransi Kreditnya kepada nasabah‐nasabah yang mendapatkan KPR tersebut. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan terminologi yang sering digunakan di lingkungan industri jasa keuangan, di mana dua atau lebih perusahaan bergabung dan bekerjasama dalam menjalankan bisnisnya. Wujud dari kerjasama ini bisa merger ataupun akuisisi. Dalam merger, kekayaan (assets) dan hutang‐hutang (liabilities) Mengenal Asuransi Jiwa
dari masing‐masing perusahaan digabungkan menjadi satu dan terbentuklah satu perusahaan.
Sedangkan dalam akuisisi, satu perusahaan membeli sebagian dari saham perusahaan lain, sehingga perusahaan yang membeli saham tersebut akan memiliki otoritas dan hak untuk mengendalikan (mempunyai controlling authority) pada perusahaan‐perusahaan yang sahamnya telah dibeli, dan keberadaan perusahaan tersebut tetap ada (eksis).
Dengan konsolidasi tersebut jumlah perusahaan yang beroperasi akan menurun, tetapi ukuran perusahaannya akan semakin besar. Di tahun 2008 yang lalu, di Indonesia juga diterbitkan Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 39 yang mengatur kembali tentang besarnya modal yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan perasuransian, di mana pada akhir tahun 2008 yang baru lalu, modal perusahaan harus telah menjadi Rp. 40 milyard, kemudian disusul menjadi Rp. 70 milyard yang harus dicapai pada akhir tahun 2009 mendatang, kemudian di akhir tahun 2010 harus menjadi Rp. 100 milyard. Ternyata berdasarkan data dari Lembaga Riset Media Asuransi, terhitung pada tanggal 31 Desember 2007, masih terdapat 11 perusahaan asuransi jiwa dan 36 perusahaan asuransi kerugian yang modalnya masih kurang dari Rp. 40 milyar. Hal itu sungguh sangat berat untuk dipenuhi, apalagi kondisi perekonomian di masa kini yang sangat sulit bagi dunia bisnis untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, karena untuk tetap survive pun sudah harus kita syukuri.
Dikarenakan kondisi yang demikian, dan masukan‐masukan yang diberikan oleh para pelaku dan pakar perasuransian di Indonesia kepada pemerintah, maka akhirnya Pemerintah R.I. melakukan revisi atas Peraturan tersebut, dengan memberikan perpanjangan waktu untuk pemenuhan kewajiban modal tersebut selama 5 tahun. Apakah hal tersebut akan dapat dipenuhi, tergantung dari situasi perekonomian negara dan juga pertumbuhan bisnis perasuransian.
Globalisasi
Dewasa ini lembaga‐lembaga/perusahaan‐perusahaan jasa keuangan telah banyak yang beroperasi secara global/internasional, bahkan perusahaan‐ perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan yang besar, baik dari Eropa Timur dan Amerika Utara seperti Canadian Life and Health Insurer, pada tahun 2002 saja telah mendapatkan preminya sebesar 58% dari nasabah‐nasabah di luar negerinya sendiri. Di tahun 1996, perusahaan asuransi jiwa asing yang beroperasi di Amerika Serikat hanya 4%, dan di tahun 2003 telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 11%. Di Indonesia hal ini juga terjadi dalam bidang perasuransian, baik di bidang asuransi jiwa maupun di bidang asuransi kerugian. Misalnya saja, perusahaan‐perusahaan asuransi asing yang telah beroperasi di Indonesia, antara lain Prudential Life Assurance, AXA Life Indonesia, Manulife Financial, Great Eastern Life Indonesia, Asuransi Allianz Life Indonesia, dan masih banyak lagi yang lain. Demikian juga di lingkungan perbankan dan usaha lain, misalnya RBS (Royal Bank of Scotland), HSBC (Hongkong and Shanghai Bank), Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Citibank, American Express, Fed‐Ex (Federal Express) yang bergerak dalam bidang pengiriman barang dan dokumen (forwarder), J.W. Marriott dan Ritz Carlton yang bergerak di bidang perhotelan, beberapa perusahaan asing yang menjual franchise kepada para investor dalam negeri antara lain KFC (Kentucky Fried Chicken), CFC (California Fried Chicken) dan A.W. Root Beer yang merupakan pengusaha makanan, seperti ayam dan kentang goreng, dan softdrink, dan lain sebagainya.
Dengan berdirinya usaha‐usaha asing tersebut, sebenarnya merupakan keuntungan bagi kedua negara, baik Indonesia maupun negara Investornya. Bagi Indonesia, antara lain terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat. Dan bagi para Investornya sudah barang tentu keuntungan yang cukup besar, karena terbukanya pasar bagi produknya yang semakin luas, terlebih lagi sejak disepakatinya perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement), yang memberikan kesempatan kepada negara‐negara yang telah siap untuk melakukan perdagangan lintas batas (Cross Border Supply). Sedangkan bagi negara‐negara di mana para investor itu berasal, keuntungannya adalah diperolehnya pajak penghasilan dari usaha‐usaha yang dijalankan di negara lain. Selain itu, masyarakat di Indonesia terutama yang berpendidikan dan berpenghasilan cukup tinggi lebih percaya kepada lembaga‐lembaga asing, meskipun lembaga‐lembaga di dalam negeri kita sudah banyak yang telah dikelola secara professional dan dapat dipercaya.
3. Peran Pemerintah dalam Bidang Perasuransian
Perusahaan Perasuransian berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat luas terhadap hilangnya sumber penghasilan (economic loss) serta menawarkan kesempatan untuk menabung dan menginvestasikan uangnya. Oleh karena itu, kesehatan keuangan perusahaan perasuransian sangatlah penting dan kredibilitasnya sangat dipertaruhkan. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pemerintah mempunyai peran yang sangat penting untuk mengatur usaha‐usaha perasuransian.
Tujuan utama diaturnya usaha perasuransian itu adalah:
a. Untuk memelihara tingkat solvency perusahaan, yaitu kemampuan finansial perusahaan agar tetap mampu memenuhi kewajiban finansialnya, membayar hutang serta membayar manfaat asuransi pada saat jatuh temponya.
b. Agar perusahaan mampu melaksanakan kegiatan bisnisnya secara adil dan santun (fair and etical).
Di beberapa negara seperti di Kanada dan Amerika Serikat, Peraturan‐peraturan yang mengatur tentang usaha perasuransian dibuat secara desentralisasi, ada Aturan Nasional (Federal Regulation) dan ada Aturan Lokal (State Regulation/ Provincial Regulation). Jika digambarkan di Indonesia, hal ini seolah‐olah dibuat sebagai Peraturan Negara, misalnya dalam bentuk Undang‐Undang, dan setiap provinsi juga membuat peraturan masing‐masing seperti Peraturan Daerah atau PERDA atau Mengenal Asuransi Jiwa