ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
A. Asuransi Jiwa Dengan Tabungan
IHTISAR BAB TUJUAN Asuransi Jiwa Dengan Tabungan ¾ Asuransi Jiwa Seumur Hidup Tradisional ¾ Pembayaran Premi ¾ Pembayaran Premi secara terus menerus atau berkelanjutan ¾ Pembayaran Premi Berkala ¾ Asuransi Jiwa Seumur Hidup Dimodifikasi ¾ Asuransi Jiwa Seumur Hidup Berpasangan ¾ Last Survivor Life Insurance ¾ Polis Keluarga ¾ Polis Debit Bulanan ¾ Pre‐Need Funeral Insurance Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment) Asuransi Jiwa Tabungan Generasi Baru. ¾ Asuransi Jiwa Universal (Universal Life Insurance) ¾ Unbundled pricing factors ¾ Fleksibilitas Polis Asuransi Jiwa Universal ¾ Cara Kerja Polis Asuransi Jiwa Universal ¾ Pengaruh regulasi pada asuransi jiwa universal di Amerika Serikat ¾ Laporan‐laporan periodik ¾ Indeterminate Premium Life Insurance Produk Unit‐link ¾ Produk asuransi yang cenderung dikaitkan dengan ekuitas atau saham. Setelah mempelajari bab atau bagian ini diharapkan dapat: 1. Mengenal fitur‐fitur asuransi jiwa dengan tabungan; 2. Mengidentifikasi karakteristik dari berbagai jenis asuransi jiwa seumur hidup; 3. Menyebutkan karakteristik asuransi jiwa dwiguna; 4. Membedakan karakteristik asuransi jiwa dengan tabungan generasi baru 5. Mengenal produk asuransi jiwa unit‐link
A. Asuransi Jiwa Dengan Tabungan
Jika seseorang membeli produk asuransi jiwa berjangka berarti ia membeli proteksi atas kerugian ekonomi yang timbul apabila ia mengalami musibah. Proteksi ini bisa berjangka waktu sangat pendek, misalnya proteksi untuk penerbangan dari Jakarta ke Surabaya, bisa juga berjangka waktu sangat panjang, misalnya selama 30 tahun. Bila tidak terjadi risiko maka polis akan menjadi gugur pada akhir masa asuransi. Pemegang polis tidak menerima uang dalam bentuk apapun pada akhir masa asuransi. Produk asuransi jiwa jenis ini serupa dengan produk asuransi umum seperti asuransi kebakaran atau asuransi kendaraan bermotor. Masyarakat menyebutnya sebagai produk asuransi yang bisa “hangus”.
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
Produk asuransi jiwa dapat berfungsi sebagai investasi. Produk asuransi jiwa jenis ini memiliki dua unsur yaitu unsur proteksi dan unsur tabungan (investasi). Dengan adanya unsur tabungan, maka pemegang polis memiliki tabungan yang sewaktu‐waktu dapat ditarik untuk digunakan sesuai keinginannya. Penarikan dana ini disebut sebagai penebusan dan dana yang ditarik disebut nilai tunai. Apabila dana tersebut tidak ditarik, maka pada akhir masa asuransi, penanggung akan mengembalikan dana tersebut dalam bentuk manfaat habis kontrak.
Premi produk asuransi jiwa tabungan merupakan gabungan dua unsur yakni premi risiko dan premi tabungan. Premi risiko berguna untuk memberikan santunan apabila tertanggung mengalami musibah sesuai dengan yang diperjanjikan. Premi tabungan sesungguhnya merupakan investasi bagi pemegang polis. Pada produk‐produk asuransi jiwa konvensional, imbal hasil investasi ini dijamin oleh penanggung. Dengan jaminan ini, maka pemegang polis bisa mendapatkan kepastian berapa jumlah uang yang akan ia terima pada waktu tertentu (misalnya beasiswa anak) atau pada akhir masa asuransi (Manfaat Habis Kontrak).
Produk asuransi jiwa modern menawarkan keleluasaan kepada pemegang polis untuk turut serta dalam melakukan pilihan‐pilihan investasi, misalnya di pasar uang, obligasi, saham, atau campuran ketiganya. Akibatnya, imbal hasil investasi tidak lagi dijamin oleh penanggung. Dengan skema ini, pemegang polis turut bertanggung jawab atas imbal hasil investasi yang diinginkan, karena penanggung hanya berperan sebagai manajer investasi. Di Indonesia, produk jenis ini dikenal dengan nama unit link sedangkan di Singapura disebut investment link.
Asuransi jiwa tabungan memiliki 2 (dua) karakteristik yang berbeda dengan asuransi jiwa berjangka yakni:
1) Asuransi jiwa berjangka memberikan proteksi dalam kurun waktu tertentu, misalnya 1 sampai dengan 30 tahun. Sedangkan asuransi jiwa tabungan dapat memberikan proteksi sampai dengan seumur hidup (lifetime coverage) sepanjang polis masih tetap aktif.
2) Asuransi jiwa tabungan akan memberikan proteksi bila terjadi musibah dan mengandung tabungan yang befungsi sebagai investasi. Sedangkan asuransi jiwa berjangka tidak memiliki unsur tabungan, sehingga tidak bisa berfungsi sarana investasi.
Asuransi jiwa tabungan biasanya berbentuk asuransi jiwa seumur hidup dengan segala variasinya, seperti asuransi jiwa seumur hidup tradisional, asuransi jiwa seumur hidup yang dimodifikasi, asuransi jiwa seumur hidup berpasangan, dan lain‐lain. 1. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Tradisional Produk asuransi jiwa seumur hidup akan memberikan santunan kematian apabila tertanggung meninggal dunia dengan masa asuransi seumur hidup tertanggung. Hal ini berarti penanggung pasti memberikan santunan kematian kepada setiap tertanggung yang meninggal dunia di dalam masa asuransi. Penanggung sering mengasumsikan bahwa tertanggung pasti meninggal dunia pada ulang tahun ke‐100. DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Berdasarkan asumsi ini, pada saat tertanggung berusia 100 tahun, santunan kematian akan dibayarkan dan polis menjadi gugur. Saat ini, penanggung jarang memberlakukan ulang tahun ke 100, namun lebih sering memberlakukan ulang tahun ke 80, ke 85, ke 90 atau ke 95 sebagai akhir masa asuransi. Dengan bertambahnya usia harapan hidup, maka diharapkan tertanggung masih hidup pada usia 80 dan dapat menikmati dana tersebut sewaktu ia masih hidup.
Penanggung dapat membayar santunan kematian pada akhir masa asuransi, karena penanggung secara teratur menyisihkan premi tabungan dalam suatu akun tertentu yang dikenal sebagai cadangan premi (cadangan teknis). Premi tabungan ini diinvestasikan oleh penanggung demikian juga dengan imbal hasil. Hal ini serupa dengan deposito jangka panjang dengan tingkat bunga tetap, sehingga cadangan premi akan selalu bertambah besar sesuai dengan imbal hasil yang dijanjikan oleh penanggung. Cadangan premi akan mencapai jumlah maksimum tepat pada akhir masa asuransi dan besarnya sama dengan jumlah uang pertanggungan yang diperjanjikan.
Dari sudut pandang pemegang polis, asuransi jiwa seumur hidup dapat berfungsi sebagai instrumen investasi dengan imbal hasil tetap, seperti yang dijanjikan oleh Penanggung. Hal ini membawa dua konsekuensi penting. Imbal hasil tetap, terutama bila berjangka waktu lama, akan dianggap riba oleh agama Islam, dan ini berarti haram. Imbal hasil tetap juga membebani penanggung untuk menemukan instrumen investasi yang akan memberikan imbal hasil yang sama atau lebih besar dari yang dijanjikan kepada pemegang polis. Hal ini tidak mudah, karena polis ini berjangka waktu panjang, sehingga bila terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan suku bunga rendah, maka penanggung berisiko menanggung selisih tingkat bunga yang bisa berakibat fatal (bangkrut), seperti yang dialami oleh perusahaan‐perusahaan asuransi jiwa besar di Jepang.
Tabel xxx memberikan gambaran tentang jumlah nilai tunai yang tersedia pada setiap akhir tahun pertanggungan dari sebuah polis asuransi jiwa seumur hidup. Apabila pemegang polis ingin menghentikan pertanggungan, maka ia akan mendapatkan nilai tebus. Besarnya nilai tebus adalah sebesar nilai tunai dikurangi dengan pinjaman polis dan bunga, jika ada.
Hubungan antara cadangan premi, nilai tunai dan nilai tebus adalah sebagai berikut : Nilai Tunai = Cadangan Premi ‐ biaya administrasi Nilai Tebus = Nilai Tunai ‐ Pinjaman Polis Nilai Tebus = Cadangan Premi ‐ biaya administrasi ‐ Pinjaman Polis Besarnya nilai tunai pada suatu waktu tertentu bergantung pada beberapa faktor berikut yakni : uang pertanggungan, premi, besarnya lama aktif polis, dan masa pembayaran premi.
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
Apabila Pemegang Polis membutuhkan uang, tetapi tidak ingin menghentikan pertanggungan, maka ia dapat mengajukan pinjaman polis. Jumlah uang yang dapat dipinjam maksimum adalah 80% dari nilai tunai (sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI nomor : 424/KMK.06/2003 ‐ Pasal 18). Atas pinjaman polis, pemegang polis akan dikenakan bunga yang besarnya lebih besar dari imbal hasil yang digaransi dalam polis. Pemegang polis tidak wajib membayar bunga namun ini akan menyebabkan pinjaman polis yang terutang akan bertambah besar karena menjadi bunga‐berbunga. Pemegang polis itu juga tidak wajib mengembalikan pinjaman polis hanya cukup membayar bunga, sehingga jumlah pinjaman polis yang terutang selalu tetap. Jika tertanggung meninggal dunia atau masih hidup pada akhir masa asuransi, maka santunan kematian atau manfaat habis kontrak yang akan diterima dikurangi dengan jumlah pinjaman polis yang masih terutang ditambah bunga yang belum terbayar (jika ada).
2. Pembayaran Premi
Pembayaran premi polis Asuransi Jiwa Seumur Hidup dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pembayaran premi tunggal atau premi sekaligus, pembayaran premi secara terus‐menerus atau berkelanjutan, dan pembayaran premi secara berkala. Perbedaan cara bayar premi ini akan mempengaruhi jumlah premi yang harus dibayar dan kecepatan pembentukan nilai tunai. Jika kita membeli polis dengan masa pembayaran premi yang panjang, maka premi per tahun yang dibayar akan lebih kecil dan nilai tunai yang terbentuk akan lebih lambat, dibandingkan dengan polis yang masa pembayaran preminya lebih pendek.
3. Pembayaran Premi secara terus menerus atau berkelanjutan
Masa pembayaran premi untuk produk ini sama dengan masa asuransi, artinya premi akan tetap dibayar sepanjang tertanggung masih hidup. Jumlah premi per tahun yang harus dibayar akan lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah premi per tahun pada pembayaran premi berkala. Namun jumlah premi yang harus dibayar bisa lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah premi pada pembayaran premi berkala. Contoh : Nyonya Desi, berusia 35 tahun, mengambil polis asuransi jiwa seumur hidup dengan pembayaran premi secara terus‐menerus. Jika akhir masa asuransi adalah 90 tahun, maka masa pertanggungan adalah 90 tahun ‐ 35 tahun = 55 tahun. Premi yang harus dibayar adalah Rp. 2.000.000 per tahun. Jumlah maksimum premi yang harus dibayar adalah Rp. 2.000.000 x 55 tahun = Rp. 110.000.000. Tuan Kenneth, usia 35 tahun, membeli polis asuransi jiwa seumur hidup yang serupa dengan Ny. Desi. Pembayaran premi berkala (10 tahun) sebesar Rp. 4.000.000 per tahun. Jumlah maksimum uang premi yang harus dibayar adalah sebesar Rp. 4.000.000 x 10 tahun = Rp. 40.000.000. Contoh di atas memperlihatkan bahwa semakin panjang periode pembayaran premi, maka premi per tahunnya akan semakin kecil dan jumlah maksimum premi yang harus dibayar akan semakin tinggi.
Untuk setiap masa asuransi yang telah terlampaui, nilai tunai yang terbentuk pada polis dengan pembayaran premi secara terus‐menerus adalah lebih kecil dibandingkan dengan nilai tunai pada polis dengan pembayaran premi berkala. Melanjutkan contoh di atas, maka pada tahun ke‐5, misalnya, nilai tunai polis milik DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Tuan Kenneth pasti akan lebih besar dari nilai tunai polis milik Ny. Desi. Hal ini logis, karena Tuan Kenneth sudah membayar premi sebesar Rp. 20.000.000 (5 x Rp. 4.000.000). Sedangkan Ny. Desi baru membayar premi sebesar Rp. 10.000.000 (5 x Rp. 2.000.000).
4. Pembayaran Premi Berkala
Pembayaran premi berkala berarti masa pembayaran premi bersifat terbatas, misalnya selama 10 tahun. Pemegang polis harus membayar premi selama 10 tahun atau sampai tertanggung meninggal dunia, yang mana yang terjadi lebih dahulu. Contoh: Tuan Hasyim, usia 30 tahun membeli polis asuransi jiwa seumur hidup dengan pembayaran premi 10 tahun. Jika Tuan Hasyim meninggal dunia pada usia 37 tahun, maka santunan meninggal dunia dibayarkan, polis menjadi gugur, sehingga premi tidak perlu dibayar lagi. Bila Tuan Kenneth tetap hidup sampai dengan usia 40 tahun, maka ia tidak perlu lagi membayar premi namun pertanggungan tetap berlanjut sampai dengan ia berusia 90 tahun atau pada saat ia meninggal dunia.
Pembayaran premi berkala dapat dibagi menjadi dua yaitu pembayaran premi sampai dengan mencapai usia tertentu, misalnya usia 65 tahun, atau pembayaran premi selama kurun waktu tertentu, misalnya 5 tahun, 10 tahun, dan seterusnya.
Kemampuan ekonomi seseorang semakin berkurang dengan bertambahnya usia, terutama bila telah memasuki usia pensiun (55 tahun). Bila premi harus tetap dibayar seumur hidup, maka semakin tua usia pemegang polis semakin tidak mampu untuk membayar premi.
Pembayaran premi secara berkala akan sangat menguntungkan bagi pemegang polis, karena memberikan kesempatan untuk merencanakan kemampuannya dalam membayar premi. Logikanya adalah pembayaran premi dilakukan pada saat pemegang polis masih mampu mendapatkan penghasilan yang layak, dan tidak perlu lagi membayar premi pada saat kemampuannya untuk berpenghasilan telah berkurang secara drastis.
Nilai tunai yang terbentuk pada polis‐polis dengan pembayaran premi berkala akan lebih cepat dibandingkan dengan pembayaran premi secara terus‐menerus atau berkelanjutan.
Premi Tunggal, Pembayaran premi tunggal adalah salah satu bentuk dari pembayaran premi berkala. pemegang polis cukup membayar satu kali dan selanjutnya tidak perlu lagi membayar premi. Nilai tunai polis dengan premi tunggal langsung terbentuk pada awal masa asuransi.
5. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Dimodifikasi
Asuransi jiwa seumur hidup tradisional memiliki uang pertanggungan yang besarnya sama sepanjang masa asuransi. Pada pembayaran premi berkala, jumlah premi yang dibayar pun selalu sama. Penanggung dapat mengadakan modifikasi, baik pada premi maupun pada uang pertanggungan sesuai kebutuhan pemegang polis.
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
a. Modifikasi Premi
Premi yang dibayar pada tahun‐tahun pertama masa asuransi berjumlah lebih kecil dibandingkan dengan tahun‐tahun selanjutnya. Contoh: Nona Shinta, berusia 25 tahun, membeli sebuah polis asuransi jiwa seumur hidup dengan uang pertanggungan Rp. 50.000.000 per tahun dan masa pembayaran premi 30 tahun. Pada 5 tahun pertama, Nona Shinta membayar Rp. 2.000.000 per tahun, sedangkan dari tahun ke 6 sampai dengan ke 30, Premi yang dibayar adalah Rp. 2.750.000 per tahun. Jumlah uang pertanggungan tetap sama selama masa pertanggungan, yang berbeda hanya jumlah premi yang harus dibayarkan dalam 5 tahun pertama.
Dengan modifikasi premi seperti ini, diharapkan pemegang polis dengan kemampuan terbatas dapat membeli polis asuransi dengan uang pertanggungan yang lebih tinggi. Di masa mendatang, diharapkan pemegang polis dapat membayar premi yang lebih besar seiring dengan peningkatan penghasilannya.
Skema modifikasi Premi bisa sangat bervariasi. Misalnya 5 atau 10 tahun pertama, Premi yang dibayarkan berjumlah “Rp. x”, setelah itu Premi akan menjadi “Rp. x+y” yang akan dibayarkan sampai dengan akhir masa pembayaran premi. Bisa juga, premi akan meningkat setiap interval tahun tertentu, misalnya setiap 3 tahun naik 10%. Contoh : Premi 3 tahun pertama adalah Rp. 1.000.000, 3 tahun ke dua naik 10%, menjadi Rp. 1.100.000,‐, 3 tahun ke tiga naik 10% menjadi Rp. 1.200.000,‐ dan seterusnya.
Satu kelemahan mencolok dari modifikasi premi adalah pembentukan nilai tunai yang relatif kecil di awal masa pertanggungan.
b. Modifikasi Uang Pertanggungan
Bila modifikasi premi fokus pada kemampuan pemegang polis untuk membayar premi, maka modifikasi uang pertanggungan fokus pada pemegang polis yang membutuhkan uang pertanggungan besar di awal masa asuransi dan semakin berkurang seiring dengan berlalunya masa asuransi.
Secara logis, kebutuhan orang akan asuransi jiwa akan semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Di saat usia muda, tatkala kebutuhan masih banyak, maka proteksi finansial sangat dibutuhkan. Misalnya untuk membayar cicilan mobil, cicilan rumah, biaya sekolah anak, biaya gaya hidup dan lain sebagainya. Semakin tua, kebutuhan itu semakin berkurang, sehingga proteksi finansial pun semakin surut.
Modifikasi uang pertanggungan dibuat sedemikian dimana jumlah uang pertanggungan lebih tinggi di awal masa asuransi lalu berkurang secara bertahap sampai dengan akhir masa asuransi. Contoh, Tuan Francis, 40 tahun, membeli polis asuransi jiwa seumur hidup dengan uang pertanggungan Rp. 500.000.000,‐ untuk 10 tahun pertama (atau sampai DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
dengan usia 50 tahun), lalu menjadi Rp. 400.000.000,‐ untuk 10 tahun ke dua (atau sampai dengan usia 60 tahun), dan akhirnya menjadi Rp. 300.000.000,‐ sampai dengan akhir masa pertanggungan atau sampai ia meninggal dunia.
Dengan modifikasi uang pertanggungan, premi yang dibayar menjadi lebih rendah dibandingkan dengan produk yang sama namun uang pertanggungan tetap selama masa pertanggungan. Hal ini berarti pemegang polis yang kurang mampu dapat membeli asuransi dengan uang pertanggungan yang cukup besar atau dengan kata lain pemegang polis membayar premi yang lebih murah untuk uang pertanggungan yang sama.
6. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Berpasangan
Produk asuransi jiwa seumur hidup berpasangan memiliki fitur‐fitur yang sama dengan polis asuransi jiwa seumur hidup. Yang membedakan hanyalah ada dua orang tertanggung yang dipertanggungkan dalam produk asuransi jiwa seumur hidup berpasangan, sedangkan jumlah tertanggungan pada asuransi jiwa seumur hidup hanya satu orang. Biasanya para tertanggungan adalah suami‐istri.
Santunan kematian akan dibayarkan apabila salah satu tertanggung meninggal dunia, untuk selanjutnya polis menjadi gugur. Tujuan dari polis ini adalah memberikan santunan kematian kepada pasangan hidup yang ditinggalkan.
Bila dilihat sepintas lalu, polis ini mirip dengan dua buah polis digabungkan menjadi satu. Polis pertama adalah suami sebagai tertanggung dengan ahli waris adalah istri. Polis kedua adalah istri sebagai tertanggung dengan ahli waris adalah suami. Pada kenyataannya, memang polis ini adalah gabungan kedua polis tersebut. Keuntungan yang paling utama dengan menggabungkan ke dua polis adalah penghematan biaya, baik biaya administrasi maupun biaya pemasaran.
Bila salah satu tertanggung meninggal dunia, polis menjadi gugur, akibatnya tertanggung yang masih hidup tidak lagi diproteksi oleh asuransi jiwa. Beberapa penanggung menawarkan peluang kepada tertanggung yang masih hidup untuk membeli asuransi jiwa untuk dirinya sendiri dengan jumlah uang pertanggungan yang sama. Pembelian polis ini tidak memerlukan bukti‐bukti layak asuransi dan harus dilakukan dalam waktu 60 atau 90 hari sejak meninggalnya tertanggung pertama. Bahkan beberapa penanggung yang kreatif memberikan asuransi jiwa berjangka secara gratis dengan masa asuransi 60 atau 90 hari kepada tertanggung kedua yang masih hidup.
Di Amerika Serikat, produk asuransi jiwa seumur hidup berpasangan ini dikenal juga sebagai first‐to‐die life insurance.
7. Last Survivor Life Insurance
Berbeda dengan asuransi jiwa seumur hidup berpasangan yang membayar santunan kematian pada saat tertanggung pertama meninggal dunia, maka produk ini akan membayar santunan kematian pada saat tertanggung kedua meninggal dunia. ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
Tidak ada pembayaran santunan kematian pada saat tertanggung pertama meninggal dunia.
Pembayaran premi berakhir pada saat tertanggung pertama meninggal atau pada sampai dengan tertanggung kedua meninggal. Apapun metoda pembayaran premi yang dipilih, jumlah premi yang dibayar selalu lebih murah dibandingkan apabila pasangan suami‐istri membeli dua buah polis asuransi jiwa seumur hidup untuk diri masing‐masing atau membeli satu buah polis asuransi jiwa seumur hidup berpasangan.
Di Amerika Serikat, produk ini dirancang terutama untuk membayar pajak warisan tatkala suami dan istri tersebut telah meninggal dunia dan hartanya akan diwariskan kepada anak‐anak mereka.
8. Polis Keluarga
Polis keluarga adalah pertanggungan asuransi jiwa seumur hidup ditambah dengan pertanggungan asuransi jiwa berjangka bagi pasangan hidup dan anak‐anak mereka. Uang pertanggungan bagi pasangan hidup dan anak‐anak biasanya adalah persentase dari tertanggung. Contoh, Tuan Iskandar membeli Polis Keluarga dengan Uang Pertanggungan Rp. 100.000.000,‐ dengan Uang Pertanggungan 50% (Rp. 50.000.000,‐) untuk istri dan 10% (Rp. 10.000.000,‐) untuk masing‐masing anak.
Polis Keluarga umumnya mensyaratkan seluruh tertanggung harus menyampaikan bukti‐bukti layak asuransi setelah polis efektif, namun tidak diperlukan untuk anak yang baru lahir. Khusus untuk anak baru lahir, sering ada masa tenggang berlaku asuransi selama 15 hari pertama, artinya apabila bayi itu meninggal sebelum berusia lebih dari 15 hari maka uang pertanggungan tidak akan dibayarkan. Premi untuk anak yang baru lahir dapat dibebankan, artinya total premi menjadi bertambah, atau dapat digratiskan artinya total premi tidak berubah.
9. Polis Debit Bulanan (Monthly Debit Ordinary)
Polis Asuransi Jiwa Seumur Hidup dengan pembayaran premi secara bulanan. Pada umumnya polis dijual melalui sistem distribusi layanan rumah (home service distribution system). Jadi secara fitur, tidak berbeda dengan polis asuransi jiwa seumur hidup tradisional. Yang berbeda hanyalah sistem distribusi yang digunakan dan interval pembayaran premi. Umumnya uang pertanggungan yang ditawarkan jauh lebih kecil daripada polis asuransi jiwa seumur hidup tradisional.
Sistem distribusi layanan rumah adalah satu sistem distribusi yang mengandalkan agen layanan rumah (home service agents), yang menjual produk‐produk asuransi jiwa dan melayani nasabahnya, termasuk penagihan premi, dalam satu wilayah tertentu.
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
10. Pre‐Need Funeral Insurance
Asuransi jiwa seumur hidup akan mengganti biaya‐biaya penguburan atau kremasi apabila tertanggung meninggal dunia. Di Amerika Serikat, perjanjian antara pemegang polis dengan rumah duka menyebutkan bahwa penanggung akan membayar santunan kematian kepada rumah duka, sehingga rumah duka dapat menyiapkan seluruh jasa layanan yang berkaitan dengan penguburan atau kremasi.
Besarnya uang pertanggungan disesuaikan dengan kebutuhan dana untuk mengurus proses penguburan atau kremasi.
Di Indonesia, praktik yang sering terjadi adalah rumah duka membeli asuransi kumpulan dari penanggung. Rumah duka bertindak selaku pemegang polis. Rumah duka menjual program kepesertaan (keanggotaan) kepada masyarakat luas. Orang yang menjadi peserta atau anggota rumah duka akan menikmati fasilitas layanan penguburan atau kremasi dari rumah duka sesuai paket –paket yang berlaku. Jadi apabila peserta meninggal dunia, maka dana untuk pengurusan penguburan atau kremasi akan ditanggung oleh pihak penanggung sesuai paket yang dibeli. Dalam konteks ini, rumah duka dapat bertindak sebagai pemegang polis dan ahli waris sekaligus. Premi sudah dibebankan ke dalam iuran kepesertaan (keanggotaan).