ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
TABEL MORTALITA INDONESIA II (TMII‐II) PRIA TAHUN 1999
Pada mulanya dari hasil penelitian diperoleh data yang tidak teratur, kemudian dilakukan teknik graduasi yaitu suatu proses untuk mendapatkan variabel yang halus, reguler dan kontinyu serta tetap konsisten pada hasil observasi. Secara lengkapnya definisi teknik graduasi adalah suatu proses penghalusan dari sekelompok angka‐ angka pengamatan yang tidak beraturan menjadi serangkaian angka‐angka yang halus, yang teratur dan kontinyu, yang bersesuaian dalam cara yang umum dengan serangkaian angka‐angka hasil pengamatan. Tabel‐tabel mortalita yang telah dipublikasikan adalah tabel mortalita yang telah mengalami teknik graduasi.
Tabel penduduk merupakan hasil yang diperoleh dari observasi mengenai mati atau hidup seluruh penduduk dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan tabel pengalaman diperoleh dari data Pemegang Polis seluruh atau sebagian besar perusahaan asuransi jiwa dalam jangka waktu tertentu. Biasanya tabel dibedakan menurut jenis kelamin.
Karena pada tabel penduduk tidak menggambarkan lebih jelas tentang keadaan Pemegang Polis, maka dibuatlah tabel pengalaman dari asuransi, dimana yang menjadi obyek penelitian hanya para pemegang polis asuransi jiwa. Berikut sebagian Tabel Mortalita Indonesia II Pria tahun 1999: TABEL MORTALITA INDONESIA II (TMII‐II) PRIA TAHUN 1999 x lx dx qx px ex 0 1.000.000 3.210 0,003 0,99679 72,22 1 996.790 817 0,00082 0,99918 71,45 2 995.973 757 0,00076 0,99924 70,51 3 995.216 746 0,00075 0,99925 69,56 4 994.469 726 0,00073 0,99927 68,62 5 993.743 686 0,00069 0,99931 67,67 ……. ……. ……. ……. ……. ……. 35 960.475 1.575 0,00164 0,99836 39,41 ……. ……. ……. ……. ……. ……. 100 978 489 0,49945 0,50055 1,00 101 490 490 1,000 0,00000 0,50
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Pada Tabel Mortalita Indonesia II dapat dijelaskan bahwa sejumlah orang yang berumur nol tahun berjumlah 1.000.000 orang setelah diamati dalam satu tahun terdapat 3.210 anak yang meninggal dunia sehingga q0 = 3.210/1.000.000 = 0,003210 yang menyatakan probabilitas meninggalnya seseorang yang berumur 0 tahun dalam kurun waktu satu tahun. Sedangkan p0 = 1‐ q0 = 1‐ 0,003210 = 0,99679. Jumlah orang yang hidup berumur 1 tahun menjadi 1.000.000 ‐ 3.210 = 996.790 . Setelah diamati dalam satu tahun terdapat 817 orang yang meninggal dunia sehingga q1 = 817/996.790 = 0,00082. Proses selanjutnya dilakukan hal yang sama dan akhirnya pada kelompok usia 101 tinggal 490 dan dalam satu tahun semuanya meninggal dunia.
Berikut adalah bagian dari tabel mortalita yang disusun berdasarkan data dari seluruh perusahaan asuransi jiwa di Jepang pada tahun 1984 – 1985 untuk jenis kelamin pria. X lx dx qx px ex 0 100.000 137 0,99863 0,00137 75,99 1 99.863 98 0,99902 0,00098 75,09 2 99.765 67 0,99933 0,00067 74,16 ……. ……. ……. ……. ……. ……. ……. ……. ……. ……. ……. ……. 50 94.353 417 0,99558 0,00442 28,55 51 93.936 464 0,99506 0,00494 27,67 ……. ……. ……. ……. …….. ……. 105 0,8165 0,8165 1,00000 0,0000 0,50
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
Salah satu penggunaan tabel mortalita adalah untuk menghitung pengharapan klaim. Misalkan seorang tertanggung yang berumur 35 tahun, jika meninggal dunia dalam kurun waktu satu tahun diberikan santunan atau manfaat asuransi sebesar Rp. 10.000.000,‐ maka pengharapan klaimnya adalah probabilitas meninggalnya seseorang berumur 35 dikalikan besarnya manfaat asuransi. Dengan menggunakan tabel mortalita Indonesia II maka pengharapan klaim adalah sebesar 0,00169 x Rp. 10.000.000,‐ = Rp.16.900,‐, atau angka tersebut juga merupakan premi neto bagi seseorang berusia 35 tahun untuk masa asuransi 1 tahun dengan Uang Pertanggungan sebesar Rp. 10.000.000,‐. Premi yang harus dibayar oleh tertanggung tersebut adalah sejumlah premi neto ditambah beban (biaya).
2. Tingkat bunga
Jika kita menabung pada suatu bank maka kita akan mendapatkan bunga. Besarnya bunga atau hasil investasi tergantung besarnya modal yang di tabung, lamanya menabung dan tingkat bunga.
Besarnya pembayaran yang dilakukan oleh pengguna modal kepada pemilik modal biasanya sudah diberikan jaminan atas besarnya bunga yang akan ditambahkan.
Besarnya pendapatan bunga tergantung besarnya Pokok, jangka waktu investasi dan tingkat bunga.
Sebagai contoh besar pokok Rp.1.000.000,‐ bunga tabungan 10% dalam jangka waktu satu tahun, maka besar dana pada akhir tahun menjadi Rp. 1.100.000, yang terdiri dari modal atau pokok Rp. 1.000.000,‐ ditambah bunga Rp. 100.000,‐.
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Cara perhitungan bunga yang hanya berdasarkan pada perbandingan Pokok dan jangka waktu investasinya dinamakan bunga sederhana atau bunga tunggal. Misal besar pokok P, tingkat bunga i, jangka waktu investasi n tahun, maka besarnya bunga adalah I = P n i Setelah beberapa waktu kemudian total pokok berikut bunganya adalah sebesar S = P + I = P (1 + n i) Contoh Pokok sebesar I = Rp. 1.000.000,‐ Tingkat bunga i = 5 % Jangka waktu n = 5 tahun Setelah 5 tahun jumlah pokok berikut bunga adalah Rp. 1.250.000,‐
Di dalam asuransi jiwa, hasil pemupukan dana segera dibungakan lagi sehingga bunga yang diperoleh pada akhir tahun pertama itu digabungkan dengan pokoknya, menjadi pokok baru, untuk kemudian dibungakan kembali dan seterusnya. Cara pembungaan semacam ini disebut bunga majemuk.
Misalkan pokok sebesar P dibungakan setahun sebesar i, setelah satu tahun uangnya menjadi P + Pi, dana ini menjadi pokok baru pada awal tahun ke dua, sehingga pada akhir tahun kedua dananya menjadi P(1+ i) + P(1 + i)i atau menjadi P(1+i)2 dan seterusnya sehingga apabila uang pokok P ditabung dengan bunga i pertahun, maka setelah n tahun dananya menjadi P (1+ i)n.
Sering timbul pertanyaan, jika kita menginginkan dana pada akhir n tahun sebesar A rupiah berapakah uang yang harus saya tabung sekarang. Misalkan uang pokok kita adalah sebesar P maka pada akhir tahun ke n adalah P (1 + i)n = A atau P = A/(1 + i)n atau P = A (1 + i)–n
Jika v = 1/(1+i ) maka P = Av n
Dapat dikatakan bahwa nilai sekarang dari uang 1 yang akan terjadi n tahun kemudian adalah vn
Semakin besar tingkat bunga atau hasil investasi perusahaan asuransi semakin murah pula premi yang harus dibayar oleh tertanggung atau pemegang polis.
Pada plan asuransi dwiguna dengan masa asuransi 10 tahun dan uang pertanggungan Rp. 10.000.000,‐ menjanjikan manfaat jika terjadi risiko kepada ahli warisnya dibayarkan sebesar Rp.10.000.000 dan jika hidup sampai akhir tahun ke sepuluh dibayar sebesar Rp. 10.000.000,‐ Premi dibayar secara tahunan selama 10 tahun. Seandainya tidak memasukkan unsur bunga, maka besarnya premi lebih besar dari Rp.1.000.000,‐ dengan adanya unsur bunga, maka besarnya premi tahunan selama 10 tahun kurang dari Rp.1.000.000,‐.
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
3. Biaya
Premi neto adalah jumlah premi yang cukup untuk membayar manfaat‐manfaat asuransi apabila:
a. bunga yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dalam mengivestasikan dana‐ dananya berdasar pada tingkat bunga yang diasumsikan dalam perhitungan premi neto.
b. angka kematian yang terjadi dalam perusahaan asuransi jiwa sama dengan angka kematian dalam tabel mortalita yang dipergunakan untuk menghitung premi neto.
c. Manfaat kematian dibayarkan pada akhir tahun polis dimana kematian itu terjadi. d. Tidak ada biaya‐biaya apapun.
Guna menjalankan operasional perusahaan perlu adanya biaya, seperti biaya komisi, biaya seleksi, biaya cetak polis, biaya penagihan dan biaya administrasi pemeliharaan polis. Jelaslah bahwa hanya dengan premi neto perusahaan asuransi tidak bisa beroperasi, oleh karenanya premi yang dibebankan kepada pemegang polis adalah premi bruto dimana didalamnya mengandung unsur biaya. Persamaan pokok dalam perhitungan premi bruto adalah : Nilai sekarang dari premi bruto harus sama dengan nilai sekarang dari manfaat dan biaya
Biaya secara keseluruhan dapat digolongkan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional asuransi. Biaya investasi antara lain perencanaan, pelaksanaan dan pemilihan instrumen investasi serta biaya‐biaya penempatan investasi yang dapat dikurangkan dari hasil investasi.
Biaya keseluruhan operasional perusahaan asuransi jiwa dapat dikelompokan dalam 3 kategori biaya yaitu, biaya awal atau biaya tahun pertama, biaya inkaso dan biaya administrasi. Pada prinsipnya seluruh biaya operasional dibebankan kepada para pemegang polis. Premi yang dibayar oleh tertanggung atau pemegang polis didalamnya termasuk komponen biaya operasional. Biaya‐biaya yang dibebankan kepada para pemegang polis lebih tepat menggunakan biaya‐biaya yang riil
berdasarkan pengalaman dan kebijakan serta strategi perusahaan yang ditempuh.
Yang dimaksud biaya awal adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama penerbitan polis misalnya biaya komisi penutupan polis, biaya underwriting, biaya iklan dan biaya penerbitan polis.
Biaya inkaso atau biaya administrasi penagihan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengumpulkan premi, sedangkan biaya administrasi atau biaya pemeliharaan polis adalah biaya yang dikeluarkan secara rutin selama masa asuransi.