RISIKO dan ASURANSI
1. Konsep risiko
B. Pengertian Asuransi
dengan 2 (dua) cara pengenaan premi, yaitu:
Premi Substandard seperti dalam asuransi jiwa.
Kondisi yang dimodifikasikan atau modified policy condition misalnya dengan mengecualikan suatu penyakit dari cakupan asuransinya, antara lain dengan tidak memberikan biaya penggantian medical check‐up, tidak memberikan penggantian biaya operasi jantung, pemasangan ring dan sebagainya.
Declined Risks, adalah kelompok dari orang‐orang yang risikonya dinilai terlalu besar bagi perusahaan asuransi, sehingga tidak layak untuk diasuransikan, atau kalau diterima sebagai tertanggung oleh perusahaan asuransi akan dikenakan premi yang sangat tinggi. Pada umumnya seorang pemohon disability income insurance diklasifikasikan ke dalam golongan declined risk class ini.
B. Pengertian Asuransi
1. Asuransi berdasarkan Undang‐undang (UU)
Menurut D.S. Hansel, disebutkan bahwa asuransi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan dana dari masyarakat (pemegang polis) dalam bentuk premi dan sebagai imbalannya setiap peserta berhak memperoleh pembayaran sejumlah dana apabila terjadi peristiwa atau musibah tertentu (insurance may be defined as asocial device providing financial compensasion for the effects of misfortunes, the payment being made from the accumulated contribution of all parties participating in the scheme)
Asuransi atau pertanggungan (verzekering) merupakan suatu gejala hukum atau fenomena hukum. Bila ditinjau dari segi hukum, asuransi merupakan suatu persetujuan. Sebagai suatu persetujuan, asuransi harus tunduk kepada ketentuan‐ ketentuan hukum perjanjian.
Kitab Undang‐undang Hukum Perdata (KUHPdt) atau Burgerlijk Wetboek (BW) dan Kitab Undang‐undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel mulai diberlakukan di Indonesia (baca Hindia Belanda) pada tahun 1847 dengan pengumumannya pada tanggal 30 April 1847 dan dimuat dalam staatsblaad tahun 1847 no. 23 staatsblaad sekarang menjadi lembaran negara. KUHPdt dan KUHD ini mulai diberlakukan bagi orang‐orang Indonesia sesuai Lembaran Negara No. 12 tahun 1917 tentang penundukan diri secara sukarela kepada hukum Eropa. KUHPdt dan KUHD sampai sekarang masih berlaku sekalipun tidak secara mutlak adalah berkat pasal II aturan peralihan dalam UUD 1945 yang berbunyi:
“Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang‐undang dasar ini”.
Risiko dan Asuransi
Jadi karena sampai saat ini KUHPdt dan KUHD yang baru belum ada, maka dengan segala kekurangannya KUHPdt dan KUHD warisan dari pemerintah Belanda masih kita gunakan, artinya asuransi yang merupakan bagian dari hukum perikatan akan banyak di atur pada KUHPdt dan KUHD.
Mempelajari hukum asuransi, berarti mempelajari ketentuan hukum yang mengatur tentang perjanjian, Oleh karena itu sumber hukum asuransi adalah:
1. KUHPdt terdiri dari 4 (empat) buku, yang masing‐masing mengatur hal‐hal sebagai berikut ini, yaitu:
Buku ke I mengatur tentang orang (van personen), dibagi dalam 18 bab (title), yang terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 198 (198 pasal). Buku ke II mengatur tentang kebendaan (van zaken), dibagi dalam 21
bab, yang terdiri dari pasal 199 sampai dengan pasal 1232 (1.034 pasal) Buku ke III mengatur tentang perikatan (van verbintenissen), dibagi
dalam 18 bab, yang terdiri dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 (632 pasal).
Buku ke IV mengatur tentang pembuktian dan Daluarsa (van bewijs en verjaring), dibagi dalam 7 bab, yang terdiri dari pasal 1865 sampai dengan pasal 1993 (129 pasal).
Bab atau title dibagi lagi dalam bagian‐bagian. Bagian‐bagian tersebut terdiri atas pasal‐pasal dan sebuah pasal terdiri dari satu atau beberapa ayat. KUHPdt terdiri dari 1993 pasal.
Produk asuransi merupakan produk janji artinya yang dijual adalah suatu janji‐ janji yang harus ditepati apabila risiko yang diperjanjikan terjadi. Untuk itu perjanjian asuransi hanya diatur dalam satu‐satunya pasal 1774 (Buku III tentang: Perikatan, Bab‐XV tentang ”perjanjian‐perjanjian untung‐untungan” bagian ke‐1 tentang ketentuan umum), yang menyebutkan bahwa:
”suatu perjanjian untung‐untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah: perjanjian pertanggungan; bunga cagak hidup; perjudian dan pertaruhan. Perjanjian yang pertama diatur didalam KUHD”.
Kalimat terakhir dari pasal ini memberikan pengertian bahwa tentang asuransi atau pertanggungan berlaku asas ”lex specialis derogaat lex generale” artinya undang‐undang yang berlaku khusus mengesampingkan undang‐undang yang berlaku umum. Apabila pertanggungan dapat memenuhi ketentuan yang diatur dalam KUHD, maka pertanggungan bukan merupakan perjanjian untung‐ untungan.
2. KUHD terdiri atas 2 (dua) buku, yang masing‐masing mengatur hal‐hal sebagai berikut ini, yaitu:
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Buku ke I mengatur tentang perdagangan pada umumnya, yang dibagi dalam 10 bab, dan terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 308 (308 pasal).
Buku ke II mengatur tentang hak dan kewajiban yang timbul dari pelayanan, yang terbagi dalam 13 bab, dan terdiri dari pasal 309 sampai dengan pasal 754 (446 pasal).
Dari 2 (dua) buku dalam KUHD yang terdiri atas 754 pasal, ada beberapa ketentuan yang mengatur tentang asuransi, antara lain:
Buku ke‐I, bab ke 9 tentang asuransi atau pertanggungan pada umumnya (pasal 246 – pasal 286); pada bab ke‐10 tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian di sawah dan tentang pertanggungan jiwa (pasal 287 – pasal 308).
Buku ke‐II, bab ke 9 tentang pertanggungan terhadap bahaya‐bahaya laut dan bahaya‐bahaya perbudakan (pasal 592 – pasal 685); bab ke 10 tentang pertanggungan terhadap bahaya‐bahaya pengangkutan di darat dan di sungai‐sungai serta perairan pedalaman (pasal 686 – pasal 695); bab 11 yang mengatur tentang avarij atau kerusakan (pasal 696 – pasal 740) dan bab 12 tentang ketentuan hapusnya perikatan‐ perikatan dalam perniagaan laut (pasal 741‐ pasal 747) sedangkan gugurnya tuntutan asuransinya (pasal 746).
Dalam KUHD pasal 246 memberikan pengertian tentang ”asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu”. Pertanggungan‐pertanggungan itu antara lain dapat mengenai: bahaya kebakaran; bahaya yang mengancam hasil‐hasil pertanian yang belum dipaneni; jiwa; satu atau beberapa orang; bahaya laut dan perbudakan; bahaya yang mengancam pengangkutan didarat, disungai‐sungai, dan diperairan darat (pasal 247).
Pengertian asuransi pada pasal 246 lebih menekankan pada pengertian untuk asuransi umum saja dan tidak berlaku untuk asuransi sejumlah uang atau asuransi jiwa karena dalam asuransi jiwa tidak ada ganti rugi. Dengan lahirnya tentang Undang‐undang Usaha Perasuransian No. 2 tahun 1992 pasal 1, Bab‐I memberikan pengertian tentang asuransi yaitu: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pemvbayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Risiko dan Asuransi
Dari pengertian asuransi pasal 1 UU No. 2 diatas, maka yang menjadi obyek asuransi adalah ”benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya”. Pasal 3 ayat‐a UU No 2 tahun 1992 menyebutkan tentang jenis usaha asuransi meliputi usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa dan usaha reasuransi.
Pasal 1 ayat 6 UU No. 2 tahun 1992 menyebutkan bahwa “Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”. Sedangkan ruang lingkup perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri dan usaha anuitas, serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan peraturan perundang‐undangan dana pensiun yang berlaku (pasal 4 ayat‐b).
2. Pengertian asuransi jiwa
Asuransi jiwa pada hakekatnya adalah suatu pengalihan atau pelimpahan risiko (risk shifting) atas kerugian keuangan (financial loss) oleh tertanggung kepada penanggung. Risiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah risiko hilangnya jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan akibat hilangnya jiwa seseorang atau karena mencapai usia lanjut sehingga tidak produktif lagi.
Nilai hidup manusia tercermin dalam besarnya proteksi atau lebih tepatnya dalam jumlah uang pertanggungan (sum insured) atau UP. Secara teoritis jumlah UP ditetapkan sesuai dengan nilai ekonomi hidup manusia, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi UP terlalu besar (over insured) atau jumlah UP terlalu kecil (under insured).
Sepanjang hidup manusia selalu dihadapkan kepada kemungkinan terjadinya peristiwa‐peristiwa yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekonomis seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan keluarganya atau orang lain yang berkepentingan.
Adapun peristiwa‐peritiwa tersebut yang dapat menimbulkan risiko antara lain: a. Meninggal dunia (death) baik secara alamiah (natural death) atau meninggal
pada usia muda yang dapat disebabkan oleh karena sakit, kecelakaan (accidental death), dan lain‐lain. b. Cacat badan (disability, invalidity, incapasity) karena sakit atau kecelakaan. c. Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan (loss of health). d. Usia langjut atau umur tua (old age), dan e. Pengangguran (unemployment).
Asuransi jiwa pada umumnya hanya mengelola risiko butir (a) dan butir (d), sedangkan butir (b), (c) pada umumnya dikelola oleh perusahaan asuransi kesehatan, akan tetapi perusahaan asuransi jiwa akan memasukan sebagai jaminan tambahan (rider) dalam produk utamanya. Sedangkan butir (e) pada umumnya menjadi Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
pengelolaan perusahaan asuransi jaminan sosial pemerintah, dan masalah Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di ataur dalam UU No. 40 tahun 2004.
Pada hakekatnya dasar dari asuransi jiwa adalah adanya sekelompok orang yang menyadari bahwa:
1. Setiap orang pasti akan meninggal dunia, tetapi tidak pasti kapan kematian tersebut terjadi;
2. Kematian pencari nafkah (saka guru) akan mengakibatkan hilangnya sumber pendapatan bagi yang berkepentingan. Oleh karena itu diperlukan atau dibutuhkan jaminan keuangan dalam jangka waktu tertentu selama yang ditinggalkan belum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru;
3. Usia lanjut dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan bagi yang berkepentingan, oleh karena itu diperlukan jaminan keuangan pada hari tuanya sampai meninggal dunia.
3. Pengertian asuransi kesehatan
Asuransi Kesehatan (Healt Insurance) menyediakan manfaat tertentu apabila tertanggung jatuh sakit atau mengalami kecalakaan. Ada 2 bentuk asuransi kesehatan yaitu: Santunan biaya pengobatan (medical expense coverage) dan santunan pendapatan karena cacat (disability income coverage). santunan biaya pengobatan meliputi pembayaran biaya: Rumah sakit, biaya bedah/opersi dan kuitansi Dokter serta biaya pengobatan lain yang tekait, sepanjang manfaatnya dituangkan dalam polis. Santunan pendapatan cacat (Disability Income Coverage) menyediakan pembayaran sejumlah income tertentu sepanjang teranggung tidak dapat bekerja lagi karena cacat. Annuitas menyediakan pembayaran sejumlah manfaat sacara berkala baik dalam jangka waktu tertentu tersebut masih hidup.
Perlindungan asuransi kesehatan lahir pada pertengahan 1800‐an. Perlindungan ini dalam bentuk polis kecelakaan yang hanya di keluarkan oleh biro perjalanan pang selama perjalanan tertentu. Awalnya polis kecelakaan disediakan untuk 2 hal, yaitu: Klaim meninggal apabila penumpang meninggal kecelakaan dan pengembalian sejumlah uang apabila yang bersangkutran luka‐luka akibat kecelakaan dalam perjalanan dengan kereta api atau kapal.
Keberhasilan polis kecelakaan ini menggiring para penanggung menerbitkan polis kecelakaan yang hanya memberikan satu bentuk perlindungan, yaitu: apabila terjadi kecelakaan atau kematian yang tidak ada hubungannya dengan risiko perjalanan. Banyak polis asuransi jiwa yang diterbitkan selama periode itu mengganti klaim cacat. Dan perusahaan asuransi kecelakaan menggunakan ide ini sebagai dasar pengembangan polis yang membayar santunan selama masa cacat akibat kecelakaan.
Asuransi kesehatan disebabkan oleh penyakit yang bukan kecelakaan belum dipasarkan pada awal asuransi kesehatan. Namun, sekitar 1900‐an beberapa perusahaan asuransi kecelakaan menyediakan pertanggungan penyakit bagi pemegang polis asuransi kecelakaan pada masa itu, kebanyakan asuransi penyakit Risiko dan Asuransi
memberikan santunan hanya jika mengalami cacat meskipun sebgian kecil memasukan juga pengobatan.
Baru pada 1930 perusahaan asuransi mempromosikan dengan serius pemasaran asuransi kesehatan dengan biaya pengobatan. Pada waktu itu diperkenalkan bentuk‐ bentukasuransi kelompok, dan beberapa rumah sakit mulai menawarkan pelayanan rumah sakit kepada orang – orang dengan imbalan pembayaran teratur pada setiap bulan. Konsep pemasarannya berkembang pesat selama periode perang dunia‐II disamping itu, pemasaran polis asuransi jiwa perorangan meningkat dengan cepat.
4. Pengertian para pihak dalam pertanggungan asuransi
Sebelum membicarakan tentang adanya insurable interest dan anti seleksi dalam asuransi jiwa, manfaatnya serta landasan hukum suatu usaha perasuransian sungguh penting bagi kita untuk dapat membedakan antara: Penanggung, Pemegang polis, Tertanggung dan Penerima manfaat.
Pemegang polis (Policy owner, Policy holder) adalah orang atau badan yang mengadakan perjanjian asuransi dengan perusahan asuransi jiwa atau penanggung.
Penanggung (Asuradur, Assurer, Ceding company) adalah perusahaan asuransi jiwa yang memberikan pertanggung dan mengadakan perjanjian tanggung menanggung dengan Pemegang polis. Perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi yang mendapatkan izin usaha perasuransian dari pemerintah atau regulator.
Tertanggung (Insured) adalah orang yang atas jiwanya diasuransikan atau pihak yang ditanggung oleh polis asuransi jiwa. Sering kali pemegang polis sekaligus sebagai tertanggung. Jika Tn. Protekno membeli polis kematian atas dirinya dan polis diterbitkan, maka Tn. Protekno adalah pemegang polis sekaligus tertanggung. Namun jika Bapak anda membeli polis asuransi atas jiwa anda dan diterbitkan polis, maka Bapak anda adalah pemegang polis sedangkan anda sendiri sebagai tertanggung. Apabila tertanggung meninggal dalam masa asuransi, maka perusahan asuransi jiwa akan membayar santunan, dan jika Bapak anda sebagai pemegang polis meninggal dunia maka perusahaan asuransi tidak akan melakukan pembayaran santunan atau klaim apapun. Penerima manfaat (Beneficiary, Termaslahat) adalah seseorang atau badan yang ditunjuk dalam polis oleh pemegang polis asuransi jiwa untuk menerima manfaat atau maslahat polis.