• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fitur‐Fitur Asuransi Jiwa Berjangka

ASURANSI JIWA BERJANGKA

C. Fitur‐Fitur Asuransi Jiwa Berjangka

5. Asuransi Jiwa Penghasilan Keluarga (Family Income Coverage)  Manfaat asuransi adalah memberikan sejumlah dana tertentu secara rutin selama  periode  tertentu  misalnya  10  tahun,  kepada  istri  atau  suami  yang  ditinggalkan.  Dengan  berlalunya  waktu,  jumlah  dana  yang  akan  diserahkan  oleh  penanggung  kepada pihak yang ditunjuk akan bertambah kecil, sehingga asuransi ini termasuk ke  dalam  kelompok  asuransi  jiwa  berjangka  menurun.  Contoh,  Tuan  Alex  membeli  asuransi  jiwa  penghasilan  keluarga  yang  akan  menyediakan  dana  sebesar  Rp  5.000.000 per bulan jika Tuan Alex meninggal dunia dalam masa asuransi (10 tahun).  Jika Tuan Alex meninggal pada akhir tahun ke 2, maka total dana yang akan diberikan  berjumlah  (10  ‐  2)  x  12  bulan  x  Rp.  5.000.000  =  Rp.  48.000.000.  Bila  Tuan  Alex  meninggal pada akhir tahun ke 6, maka total dana yang akan diberikan berjumlah (10 ‐  6) x 12 bulan x Rp. 5.000.000 = Rp. 24.000.000. Namun jika Tuan Alex meninggal pada  tahun  ke  11,  maka  tidak  ada  manfaat  asuransi  yang  akan  dibayarkan  kepada  pihak  yang ditunjuk. 

 

Asuransi  jenis  ini  dapat  digunakan  untuk  memenuhi  kebutuhan  dalam  mempertahankan  standar  hidup  keluarga  selama  jangka  waktu  tertentu,  apabila  pencari nafkah (sebagai tertanggung) meninggal dunia.  

 

6. Asuransi Jiwa Berjangka Meningkat 

Uang  pertanggungan  produk  ini  akan  selalu  meningkat  setiap  tahun  sesuai  dengan  yang  diperjanjikan  pada  awal  masa  asuransi.  Peningkatan  ini  dapat  berupa  persentase  tertentu  (misalnya  5%  per  tahun)  atau  berupa  sejumlah  nilai  tertentu  (misalnya  Rp.  10.000.000  per  tahun)  atau  sesuai  dengan  kenaikan  inflasi  yang  ditunjukkan  oleh  indeks  harga  konsumen.  Premi  yang  dibayarkan  akan  meningkat  sesuai dengan besarnya kenaikan uang pertanggungan tersebut. 

 

C. Fitur‐Fitur Asuransi Jiwa Berjangka 

Asuransi  jiwa  berjangka  memberikan  perlindungan  asuransi  untuk  jangka  waktu  tertentu.  Setelah  lewat  masa  asuransi,  polis  menjadi  gugur  dan  tidak  tersedia  lagi  perlindungan  asuransi.  Asuransi  jiwa  berjangka  umumnya  memiliki  fitur  yang  memperbolehkan  pemegang  polis  untuk  mendapatkan  perlindungan  asuransi  setelah  masa asuransi berakhir (renewable term life insurance polic) atau memberikan hak kepada  pemegang  polis  untuk  mengubahnya  menjadi  asuransi  yang  memiliki  fitur  tabungan  (convertible term life insurance policy).  

 

DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN

1. Renewable  Term  Life  Insurance  (Asuransi  Jiwa  Berjangka  yang  dapat  diperpanjang) 

Polis  Renewable  Term  Life  Insurance  mengandung  renewable  provision  yang  memberikan  hak  kepada  pemegang  polis  dalam  batas‐batas  tertentu,  untuk  memperpanjang  perlindungan  asuransi  pada  akhir  masa  asuransi  tanpa  perlu  melampirkan  bukti‐bukti  insurabilitas  (evidence  of  insurability)  atau  bukti  yang  menyatakan  bahwa  tertanggung  masih  memenuhi  persyaratan  untuk  dapat  diasuransikan. Dengan kata lain, tertanggung tidak diwajibkan menjalani pemeriksaan  medis  atau  membuktikan  ia  masih  dalam  keadaan  sehat,  sehingga  layak  diasuransikan. Biasanya, tindakan satu‐satunya yang perlu dilakukan oleh pemegang  polis untuk memperpanjang polisnya adalah dengan membayar premi lanjutan.   

 

Hampir  semua  polis  yang  mengandung  ketentuan  ini  akan  memberikan  hak  kepada  pemegang  polis  untuk  memperpanjang  polisnya  degan  jumlah  uang  pertanggungan  dan  atau  masa  asuransi  yang  sama  dengan  polis  awal.  Tentu  saja,  pemegang polis dapat memperpanjang polis dengan uang pertanggungan yang lebih  kecil  atau  masa  asuransi  yang  lebih  singkat.  Jarang  sekali,  penanggung  memperbolehkan  pemegang  polis  untuk  memperpanjang  polis  dengan  uang  pertanggungan  yang  lebih  tinggi  dan  atau  masa  asuransi  yang  lebih  lama  dari  polis  awal.  

 

Pada  umumnya  polis  memiliki  batasan‐batasan  bagi  pemegang  polis  yang  ingin  memperpanjang  polisnya.  Tujuan  dari  pembatasan  ini  adalah  untuk  mencegah  antiseleksi. Batasan yang paling sering adalah Pertanggungan dapat diperbarui hanya  apabila tertanggung mencapai usia yang telah ditetapkan atau Pertanggungan dapat  diperbarui  beberapa  kali  sampai  dengan  jumlah  maksimum  tertentu.  Contoh,  polis  dapat  diperbarui  sampai  dengan  tertanggung  mencapai  usia  70  tahun  atau  polis  dapat diperpanjang paling banyak tiga kali.  

 

Jika  polis  telah  diperpanjang,  maka  premi  asuransi  yang  harus  dibayar  akan  disesuaikan berdasarkan usia tertanggung pada saat perpanjangan. Ini berarti premi  asuransi  menjadi  lebih  besar.  Usia  yang  bertambah  menyebabkan  tingkat  mortalita  juga bertambah, sehingga premi yang harus dibayar pun menjadi lebih besar.  

 

Perpanjangan  polis  dapat  memicu  terjadinya  antiseleksi.  Tertanggung  dengan  kondisi  kesehatan  yang  buruk  akan  cenderung  memperpanjang  polis  karena  bila  ia  tidak  memperpanjang,  maka  ada  risiko  bahwa  di  kemudian  hari  ia  tidak  dapat  diterima  lagi  menjadi  tertanggung.  Oleh  sebab  itu,  premi  dari  polis  yang  dapat  diperpanjang  biasanya  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  premi  dari  polis  yang  tidak  dapat diperpanjang secara otomatis.  

 

Contoh:  Tuan  Ponijan  membeli  polis  asuransi  jiwa  berjangka  untuk  tiga  tahun,  uang  pertanggungan  Rp.  100.000.000  dan  premi  sebesar  Rp.  4.500.000  per  tahun.  Untuk tiga tahun pertama, Ponijan harus membayar premi sebesar Rp. 4.500.000 per  tahun.  Oleh  karena  polis  memberikan  kesempatan  untuk  perpanjangan  otomatis,  maka  Ponijan  memperpanjang  polis  untuk  tiga  tahun  berikutnya.  premi  yang  harus  ASURANSI JIWA BERJANGKA

dibayar  adalah  Rp.  5.750.000  per  tahun  selama  tiga  tahun  berikutnya.  Untuk  selanjutnya, polis dapat diperpanjang sampai usia Ponijan mencapai 65 tahun. 

 

2. Asuransi  Jiwa  Berjangka  yang  dapat  dikonversi  (Convertible  term  life 

insurance) 

Convertible  Term  Life  Insurance  memiliki  ketentuan  conversion  privilege  (ketentuan khusus konversi) yang membolehkan pemegang polis mengkonversi polis  asuransi  jiwa  berjangka  miliknya  menjadi  polis  dengan  fitur  tabungan  tanpa  harus  menunjukkan  bukti‐bukti  bahwa  tertanggung  masih  layak  untuk  dipertanggungkan.  Dalam  hal  ini,  betapapun  buruk  kondisi  kesehatan  tertanggung,  penanggung  tetap  dapat  melakukan  konversi  tersebut.  Premi  yang  dibebankan  akan  bertambah  tetapi  tidak  dimaksudkan  untuk  mencerminkan  kondisi  kesehatan  tertanggung  atau  risiko  mortalita  tertanggung,    namun  semata‐mata  karena  usia  tertanggung  bertambah,  untuk itu tingkat premi yang dibebankan juga harus bertambah.  

 

Proses  antiseleksi  juga  dapat  terjadi,  sehingga  premi  yang  dibebankan  pastilah  lebih tinggi dibandingkan dengan premi dari polis‐polis yang tidak memiliki ketentuan  konversi ini.  

 

Batasan‐batasan dalam melakukan konversi juga ditetapkan, misalnya polis tidak  dapat  dikonversi  apabila  tertanggung  telah  mencapai  usia  tertentu,  misalnya  65  tahun,  atau  polis  telah  aktif  selama  jangka  waktu  tertentu.  Polis  asuransi  jiwa  berjangka 10 tahun  hanya dapat dikonversi pada kurun waktu 7 ‐ 8 tahun pertama.  

 

Uang pertanggunganpun dapat dibatasi, misalnya bila dikonversi dalam 5 tahun  pertama,  maka  uang  pertanggungan  polis  baru  bisa  sama  dengan  polis  awal.  Bila  dikonversi  dalam  5  tahun  ke  dua,  maka  uang  pertanggungan  polis  baru  dibatasi  maksimum 75 % dari uang pertanggungan polis awal, begitu seterusnya.  

 

Premi  baru  hasil  konversi  pasti  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  polis  awal  karena polis baru memiliki nilai tunai. Ini berarti premi polis baru memiliki dua unsur  yakni unsur proteksi dan unsur pembentukan tabungan (nilai tunai). Polis awal hanya  memiliki satu unsur yakni proteksi, tanpa mengandung unsur tabungan.  

 

Pembebanan  premi  untuk  polis  baru  hasil  konversi  dapat  menggunakan  dua  metode  yakni  metode  usia  awal  (original  age  conversion)  dan  metoda  usia  saat  ini  (attained age conversion). Jika menggunakan metode usia saat ini, maka tingkat premi  polis baru didasarkan pada usia saat terjadi konversi. Jika menggunakan metode usia  awal, maka tingkat premi polis baru didasarkan pada usia awal saat penutupan polis  lama. Contoh, Ny. Sarah, berusia 25 tahun, saat membeli polis asuransi jiwa berjangka.  Pada usia 35 tahun, Ny. Sarah melakukan konversi polis sehingga polis baru memiliki  unsur  tabungan.  Jika  menggunakan  metode  usia  saat  ini,  maka  pada  saat  konversi  dan selanjutnya, Ny Sarah harus membayar premi berdasarkan usia 35 tahun. Namun  jika  menggunakan  metode  usia  awal,  maka  Ny.  Sarah  harus  membayar  premi  berdasarkan  usia  30  tahun.  Tentu  saja,  tingkat  premi  polis  baru  pada  usia  30  tahun  akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat premi usia 35 tahun. Penanggung  DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN

sering  melakukan  pembatasan  atas  metode  usia  awal,  misalnya  metode  ini  hanya  dapat digunakan pada lima tahun pertama masa asuransi polis awal.  

 

Jika polis baru menggunakan metode usia saat ini, maka pembentukan nilai tunai  juga  baru  dimulai  pada  saat  itu,  sehingga  nilai  tunai  terbentuk  seiring  berlalunya  waktu.  Bila  polis  baru  menggunakan  metode  usia  saat  awal  maka  pada  saat  terjadi  konversi, polis seharusnya sudah memiliki nilai tunai. Oleh karena itu, pemegang polis  biasanya harus menyerahkan sejumlah uang yang besarnya sama dengan jumlah nilai  tunai  yang  semestinya  telah  terbentuk.  Dapat  dimengerti  bahwa  pemegang  polis  biasanya  lebih  menginginkan  metoda  usia  saat  ini,  karena  tidak  perlu  lagi  menyediakan  sejumlah  uang  untuk  membentuk  nilai  tunai  seperti  yang  terjadi  pada  metode usia saat awal.  

 

Misalnya, Ny. Sarah (25 tahun) membeli polis asuransi jiwa berjangka selama 30  tahun  pada  tanggal  1  Januari  1995,  uang  pertanggungan  Rp.  150.000.000  dengan  premi  sebesar  Rp.  750.000  per  tahun,  masa  asuransi  akan  berakhir  pada  tanggal  1  Januari  2025.  Pada  tanggal  1  Januari  2005,  Ny.  Sarah  melakukan  konversi  menjadi  polis  yang  memiliki  unsur  tabungan  dengan  masa  asuransi  20  tahun.  Jika  ia  menggunakan  metode  usia  saat  ini  maka  ia  harus  membayar  premi  polis  baru  berdasarkan usia 35 tahun, yaitu sebesar Rp. 6.000.000 per tahun. Pembayaran premi  selama  20  tahun  (mulai  dari  tanggal  1  Januari  2005  sampai  dengan  1  Januari  2025).  Akan  tetapi  jika  ia  menggunakan  metode  usia  saat  awal,  maka  ia  cukup  membayar  premi polis baru sebesar Rp. 4.500.000 (tingkat premi usia 30 tahun), Masa Asuransi  mulai dari 1 Januari 1995 sampai dengan 1 Januari 2025 (30 tahun). Oleh karena Polis  sudah  berjalan  selama  10  tahun,  maka  pada  tanggal  1  Januari  2005,  seharusnya  nilai  tunai  sudah  terbentuk,  sehingga  Ny.  Sarah  harus  menyerahkan  sejumlah  uang  yang  besarnya sama dengan nilai tunai yang terbentuk.  

 

Perpanjangan  polis  dan  konversi  polis  menguntungkan  kedua  belah  pihak,  pemegang  polis  dan  penanggung.  Pemegang  polis  diuntungkan  karena  dapat  memperpanjang perlindungan asuransi yang akan berakhir. Penanggung diuntungkan  karena  dapat  mempertahankan  portofolio  polis  tanpa  perlu  mengeluarkan  biaya  besar seperti pada penutupan polis baru.