Sentilan Sentilun di METRO TV)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Putr a Bayu Wicaksono 0743010172
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Acar a Sentilan Sentilun di METRO TV)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN ”Veteran” J awa Timur
Disusun Oleh :
Putr a Bayu Wicaksono 0743010172
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Masyarakat Sur abaya Ter hadap Acar a Sentilan Sentilun di
Metr o TV)
Nama : Putra Bayu Wicaksono
NPM : 0743010172
Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi
Telah Disetujui untuk Mengikuti Seminar Proposal :
Pembimbing Utama
Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3730 5990 1701
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
J uwito, S. Sos, Msi NPT. 367049500361
Masyarakat Sur abaya Ter hadap Acara Sentilan Sentilun di
Metr o TV)
Nama : Putra Bayu Wicaksono
NPM : 0743010172
Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik
Telah Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi :
Mengetahui
Pembimbing Utama
Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3730 5990 1701
Menyetujui
Dekan
Dra. Ec. Hj. Supar wati, MSi NPT. 1955 0718198302 2001
Metr o TV)
Nama : Putra Bayu Wicaksono
NPM : 0743010172
Pr ogdi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyetujui
Pembimbing Utama Tim Penguji
1.
Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed J uwito, S. Sos. MSi
NPT. 3730 5990 1701 NPT. 367049500361
2.
Ir. H. Didek Tr anggono, Msi NIP. 1958 1225199001 1001
3.
Dr a. Sumar djijati, Msi
NIP. 196203231993092001
Mengetahui Ketua Program Studi
J uwito, S. Sos. MSi NPT. 367049500361
Oleh
Putra Bayu Wicaksono 0743010172
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 14 Desember 2012
Menyetujui
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed J uwito, S. Sos, Msi
NPT. 3730 5990 1701 NPT. 367049500361
2. Sekr etaris
Dr s. Kusnarto, Msi
NIP. 195808011984021001
3. Anggota
Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3730 5990 1701
Mengetahui
Dekan
Dra. Ec. Hj. Supar wati, MSi NIP. 1955 0718198302 2001
melimpahkan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini atas bantuan dari beberapa
pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan menyampikan
ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung
kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Dra. Herlina Suksmawati, Msi, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu guna membantu, memberi masukan dan saran kepada
6. Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun
moril, serta do’a.
7. Dewi Safitri tercinta yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan
buat menyelasaikan skripsi ini.
8. Teman-teman BRUTAL GANG YANG SETIA DENGAN BASE KAMP
(KANTIN FISIP) I LOVE YOU ALL.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa
yang akan datang.
Surabaya, Desember 2012
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
ABSTRAKSI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 10
2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 10
2.1.2. Format Acara televisi ... 12
2.1.3. Pemirsa Sebagai Khalayak Media ... 16
2.1.4. Sikap ... 18
2.1.4.1. Pengertian Sikap ... 18
2.1.4.2. Fungsi Sikap ... 19
2.1.6. Tayangan Talk Show “Sentilan Sentilun” ... 26
2.2. Kerangka Berfikir ... 27
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 28
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
3.2.1. Definisi Operasional ... 28
3.2.2. Pengukuran Variabel ... 30
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 31
3.3.1. Populasi... 31
3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.5. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 36
4.1.1. Geografi Kota Surabaya... 36
4.1.2. Demografi Kota Surabaya... 37
4.1.3. Tayangan Sentilan Sentilun di Metro TV ... 38
4.2. Penyajian Data ... 36
4.2.1. Karakteristik Responden ... 39
4.2.2. Pertanyaan Tentang Media ... 41
Sentilan Sentilun Di Metro TV ... 42
4.2.3.2.Pengelompokkan Responden Berdasarkan
Keseluruhan Aspek ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 39
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 40
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 40
Tabel 4.5. Menonton Tayangan Sentilan Sentilun Di Televisi ... 41
Tabel 4.6. Frekuensi Menonton Program Acara Sentilan Sentilun di Metro TV ... 41
Tabel 4.7. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun Untuk Mengetahui Curahan Hati Masyarakat ... 43
Tabel 4.8. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun Mengetahui Permasalahan Yang Sedang Marak Terjadi Di Masyarakat ... 44
Tabel 4.9. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun Mengetahui Cara Mengeritik Dengan Baik ... 46
Tabel 4.10. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun MendapatkanPengetahuan Seputar Permasalahan Yang Dihadapi Pemerintahan ... 47
Tabel 4.11. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Kognitif ... 48
Tabel 4.12. Merasa Suka Dengan Cara Mengeritik Yang Dibawakan Oleh Pembawa Acara Sentilan Sentilun ... 50
Tabel 4.13. Merasa Suka Dengan Nara Sumber Yang Dihadirkan Oleh Program Acara Sentilan Sentilun ... 51
Tabel 4.14. Merasakan Senang Dapat Menggungkapkan Keluh Kesah Terhadap Kinerja Penguasa Negara ... 52
Tabel 4.16. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Afektif ... 55
Tabel 4.17. Mempunyai Keinginan Untuk Selalu Untuk Selalu Menonton
Program Acara Sentilan Sentilun di Metro TV ... 56
Tabel 4.18. Ingin Mengambil Sisi Positif Atau Pelajaran Dari Kritikan
Yang Disampaikan Oleh Pembawa Acara Dan Narasumber ... 57
Tabel 4.19. Mempunyai Keinginan Untuk Memberikan Dan
Menyampaikan Kritik Kepada Pemerintah Mengenai
Kinerjanya ... 58
Tabel 4.20. Keinginan Untuk Memberikan Masukan Terhadap Kinerja
Pemerintah Melalui Program Acara Sentilan Sentilun ... 60
Tabel 4.21. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Konatif ... 61
Tabel 4.22. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Keseluruhan Aspek .. 62
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 37
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 Tabel Frekuensi Jawaban Responden
Lampiran 4 Frekuensi Kategori Sikap
Lampiran 5 Gambar Cuplikan Tayangan Sentilan Sentilun
Acara Sentilan Sentilun Di Metr o TV (Studi Deskr iptif Masyarakat Sur abaya Ter hadap Acar a Sentilan Sentilun di Metr o TV).
Metro TV menghadirkan acara talk show “Sentilan Sentilun”, sebagai program acara talk show tentang politik yang dikemas secara komedi. Dipilihnya program acara ”Sentilan Sentilun” dikarenakan merupakan personifikasi dari rakyat jelata yang sadar akan politik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap mayarakat Surabaya terhadap acara “Sentilan Sentilun di METRO TV.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun, dengan teknik penarikan sampel purposif sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan tabel frekuensi.
Dari hasil keseluruhan sikap respondan terhadap acara talk show sentilan sentilun menunjukkan sikap yang positif, baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Hal ini dikarenakan acara tersebut disamping memberikan hiburan, juga memberikan pelajaran dan pengetahuan.
Kata Kunci : kognitif, afektif, konatif
ABSTRACT
Public Attitudes of Surabaya respect to event Sentilan Sentilun On Metr o TV (Descr iptive Study of Sur abaya Society respect to Events Sentilan Sentilun on Metr o TV)
Metro TV presents talk show "Sentilan Sentilun", as the program of political in comedy. The choice of program "Sentilan Sentilun" because of the personification people who are aware of politics. The purpose of this study was to determine attitude of society Surabaya to the event Sentilan Sentilun on METRO TV.
The population in this study is society of Surabaya 17-year-old, with purposive sampling as technique sampling. The sample in this study amounted 100 people. Techniques of data analysis in this study using a frequency table.
From the results of the overall attitude toward the talk show respondan scolding sentilun demonstrate a positive attitude, both in terms of cognitive, affective and conative. This is because the event in addition to providing entertainment, also giving lessons and knowledge
Keywords: cognitive, affective, conative
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia
adalah kebutuhan akan informasi. Untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang
terjadi di dunia atau di sekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran
media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang
lebih dikenal sebagai media massa. Perkembangan media massa akhir ini sangat
pesat. Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk
informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari
informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang
disajikan oleh media massa (Sobur, 2006:162).
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Masing-masing media massa
mempunyai tampilan isi yang berbeda - beda, hal ini dimaksudkan untuk menarik
minat masyarakat untuk mengkonsumsi. Pada dasarnya masyarakat tentu
menginginkan informasi yang lebih mudah, lebih cepat, faktual, aktual, dan sesuai
kebutuhan. Hal ini mengakibatkan media massa berlomba-lomba dalam
menyajikan informasi yang dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya. Salah satu
media massa yang paling banyak digunakan masyarakat saat ini adalah televisi.
Televisi yang dalam penyiarkan pesanya yang bersifat audio visual, dapat
dilihat dan didengar. Dengan segala kemudahanya penonton tidak harus pergi dari
rumah dan dapat menikmati hiburan beraneka ragam, informasi yang serba cepat
mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media lainya, dimana
kelebihan televisi memiliki kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia
baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan (Effendy,
2004:60).
Televisi juga sebagai bagian dari kebudayaan audio visual, yang
merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian
masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya
perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah
terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai bertumbuh di
masyarakat. Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa
verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti pesan,
informasi, pengajaran, ilmu dan hiburan. Kebudayaan televisi disebut juga
kebudayaan lisan sebab interaksi sangat mungkin dimanipulasi dengan
kemungkinan-kemungkinan teknis dan trik yang sempurna. Karakter lain yang
merupakan keunggulan televisi adalah televisi mampu memberi penekanan secara
efektif terhadap pesan atau maksud yang ditinjau dengan meng close-up objeknya,
atau memberi pemusatan pandangan. Televisi memberi banyak kemungkinan
ilustrasi visual, kaya akan tata gerak, tata warna dan berbagai bunyi suara. Tidak
mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila sajian program
dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia yang sudah terpengaruh
oleh televisi. Selain itu program televisi juga menyesuaikan dengan karakter
penonton (Wibowo, 2007:17-19).
Media massa, khususnya televisi saat ini telah mengalami perkembangan
pesat di berbagai negara. Berdasarkan data dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
TPI, SCTV, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans 7, Trans TV, TV One dan Global
TV). Selain televisi nasional, melalui Undang-Undang No. 32 tahun 2002 yang
mengatur tentang penyiaran, pemerintah secara resmi menginjinkan berdirinya
stasiun televisi lokal di Indonesia. Saat ini diperkirakan lebih dari 100 stasiun
televisi lokal yang beroperasi di seluruh wilayah Nusantara. Perkembangan
tersebut sangat membantu masuknya arus informasi bagi masyarakat
(Ayuningtyas dan Alif, 2009).
Persaingan antar setasiun televisi sendiri di indonesia semakin ketat.
Dimana berbagai stasiun televisi di Indonesia seperti berlomba-lomba untuk
membuat sebuah tayangan yang menarik bagi para pemirsanya, acara seperti
musik, film, informasi khusus, acara kuis, talkshow, atau sinetron yang
memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk ditonton.
Menjamurnya program talkshow sebagai hiburan di beberapa stasiun
televisi belakangan ini tidak membuat Metro TV sebagai satu-satunya stasiun
televisi swasta yang mengambil segmen berita menjadi gentar. Justru Metro
TV mendahului dengan mengedepankan talkshow yang dibawakan oleh Slamet
Raharjo serta Butet yaitu program acara “Sentilan Sentilun”. Sentilan Sentilun
merupakan salah satu acara di MetroTV dalam spesial program yang ditayangkan
di malam hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak
Sentilan dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan
dengan gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa
dipakai mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa
di seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang
dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak
yang memainkan peran batur atau pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta
selalu ingin tahu. Perbincangan kedua tokoh ini merupakan seketsa-seketsa
pendek yang ingin disampaikan oleh pemirsa untuk mengeritik dengan kata lain
menyentil fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, pemerintah, panggung politik
(http://www.attayaya.net/2010/06/sentilan-sentilun-metrotv-news.html).
Menurut Dahlan Iskan, banyaknya kritikan dalam parodi banyolan pada program
acara Sentilan Sentilun tidak menjadi permasalahan. Sebab masyarakat sudah
pintar dalam menyaring informasi. Selain itu Mahfud menilai acara Sentilan
Sentilun tersebut dapat mewakili masyarakat yang tidak dapat menyuarakan
pendapat mereka ketika melihat persoalan yang terjadi di tingkat atas. Mahfud
juga berpendapat bahwa program acara Sentilan Sentilun dapat mewakili
keluhan-keluhan masyarakat selama ini. Selain itu program acara “Sentilan Sentilun”
merupakan sebuah program dengan cara mengeritik yang bagus dan tidak
menggurui secara gambar
(http://www.kapanlagi.com/showbiz/televisi/sentilan-sentilun-mampu-wakili-grundelan-masyarakat.html).
Program acara “Sentilan Sentilun” sebagai program acara talk show yang
dikemas secara komedi namun topik yang disajikan berbobot seperti mengenai
pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang semakin memanas antara Jokowi dan Foke
sebagai rivalnya. Selain itu diskusi menarik yang terjadi antara Sentilan dan
Sentilun dengan Direktur utama PLN Dahlan Iskan. Sang majikan (Sentilan)
menyentil PLN dengan sebutan Perusahaan Lilin Negara. Alasannya karena PLN
sering mematikan listrik sehingga lilin yang menyala. Hal ini sebagai sentilan
untuk menggambarkan kondisi PLN yang sesungguhnya. PLN digambarkan
seperti lilin yang membakar dirinya agar orang lain bisa mendapat terang. PLN
sebagai tenaga pembangkit dan bahkan ketika harus menggunakan Batu Bara PLN
dikenai harga Internasional. Dengan kondisi yang seperti itu PLN tetap
diharapkan mampu menghidupkan listrik di Indonesia. Oleh karena itulah PLN
akhirnya membakar diri sendiri atau dengan istilah lain merugi. Kerugian PLN
makin besar karena banyak instansi pemerintah yang tidak membayar tunggakan
listrik. Mulai dari target pemedaman yang semakin dikurangi, bahkan
pemanfaatan tenaga dalam (gas alam) yang semakin besar melebihi negara lain.
(http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/03/15/sentilan-sentilun-dengan-dahlan-iskan-pln-perusahaan-lilin-negara/).
Wakil Sekretaris DPP Partai Demokrat mengadukan MetroTV dan
TV-One kepada Komisi Penyiaran Indonesia sebab kedua TV swasta tersebut selama
8 bulan sejak munculnya kasus Nazaruddin yang dirasakan Sekretaris DPP Partai
Demokrat terus memojokkan Partai Demokrat. Pembahasan serta kritik yang
disampaikan oleh narasumber kedua TV swasta tersebut memberikan pencerahan
politik kepada masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei dari LSI
dan CSIS, dimana masyarakat semakin tidak percaya dengan para politikus dan
partai politik yang ada di Indonesia. Pada acara yang disajikan oleh stasiun Metro
TV dan TV One sering terjadi kritikan atau sindiran yang berlebihan pada partai
lain yang sedang bermasalah, yang berdampak pada tersinggunggya partai
tersebut. Salah satu acara yang disenangi oleh masyarakat mengenai hukum dan
politik adalah “Indonesia Lawyer’s Club” TV-One, acara ini memiliki rating
tertinggi dalam hal pencerahan hukum dan politik kepada masyarakat luas. Metro
TV tak kalah dalam menyajikan acara yang memberi pendidikan politik dan
hukum kepada masyarakat luas, yaitu acara komedi “Sentilan sentilun”, sebagian
mengeritik dan memberikan sindiran bila ada yang mengatakan bahwa kedua TV
swasta tersebut adalah pahlawan media bagi pendidikan politik dan hukum kepada masyarakat
luas (http://politik.kompasiana.com/2012/02/23/metro-tv-dan-tv-one-pahlawan-media/).
Berdasarkan penuturan beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
program acara Sentilan Sentilun acara yang banyak disenangi oleh masyarakat
sebab dapat mencurahkan kritikan yang masyarakat tidak dapat menyampaikannya dan
dapat memberikan hal yang positif. Acara talk show yang bagus dan layak untuk ditonton
oleh masyarakat, antara lain Sentilan Sentilun, Provocative Proactive, Democrazy
(http://www.slamsr.com/2010/10/sinetron-reality-show-dan-rating.html).
Dipilihnya program acara ”Sentilan Sentilun” pada penelitian ini sebab program
acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV personifikasi rakyat jelata yang sadar akan politik.
Selain itu dalam acara ”Sentilan Sentilun” semua dibawakan dengan gaya khas Butet yang
menyentil namun tetap menghibur. Dengan kekuatan ada pada Butet dan kemasan yang
menarik. Acara parodi politik di Televisi ini merupakan pelepasan atau ungkapan dari
kejenuhan hidup. Acara ”Sentilan Sentilun” banyak digemari pemirsa karena pemirsa
menemukan teman bicara mengenai kondisi sosial politik melalui personifikasi
tokoh-tokohnya. Acara semacam itu juga bisa dijadikan gambaran bagaimana perjalanan sebuah
bangsa(http://hiburan.kompasiana.com/gosip/2010/04/17/sentilan-sentilun-yang-menggelitik/).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah
studi deskriptif untuk mengetahui bagaimanakah sikap masyarakat mengenai
program acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV. Dimana masyarakat akan
menyikapi acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV berdasarkan respon yang akan
timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yaitu acara ”Sentilan
oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap
stimulus dalam bentuk baik buruk, positif atau negatif.
Menurut Onong, sikap adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory
activity) suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial (Sutisna, 2003:99)". Dengan banyaknya
tayangan talk show seperti program acara sentilan-sentilun yang mengeritik atau
memberikan sentilan baik untuk pemerintah maupun permasalahan yang sedang
hangat terjadi di masyarakat, yang secara langsung disiarkan melalui stasiun
televisi. Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan
perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara
tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi,
maupun kelompok. (Sobur, 2003: 361). Dapat dipahami bahwa manusia
dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap.
Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada
suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul
terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai
terhadap stimulus dalam bentuk baik buruk, positif atau negatif, menyenangkan
atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2001: 40).
Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori
S-O-R (Stimuli-Organism-S-O-Respons), Teori S-O-S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-
Organism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu
Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan
komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator.
bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan yakni program acara "Sentilan
Sentilun" kepada para audiens mungkin dapat diterima atau mungkin ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses
berikutnya komunikan mengerti. Komunikan inilah yang akan melanjutkan proses
berikutnya setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah perilaku yaitu sikap masyarakat untuk lebih bersikap
obyektif dengan berbagai tayangan yang ada di televisi.
Pemirsa yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat
Surabaya yang berusia 17 tahun. Dipilihnya masyarakat dengan katagori usia 17
tahun karena pada masa tersebut, seseorang memasuki Remaja awal. Menurut
Kartono (2007:154), perkembangan awal remaja ini diikuti dengan pertumbuhan
intelektual yang insentif, perkembangan intelektual membangun macam-macam
fungsi baik psikis dan rasa ingin tahu secara bercorak sosial.
Berdasarkan uraian di atas maka judul dalam penelitian ini adalah “SIKAP
MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ACARA SENTILAN SENTILUN
DI METRO TV (Studi Deskriptif Masyarakat Surabaya Terhadap Acara Sentilan
Sentilun di METRO TV)
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap masyarakat
Surabaya terhadap acara sentilan sentilun di METRO TV (studi deskriptif
masyarakat Surabaya terhadap acara Sentilan Sentilun di METRO TV) ?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana sikap mayarakat Surabaya terhadap acara sentilan sentilun di METRO
TV (studi deskriptif masyarakat Surabaya terhadap acara Sentilan Sentilun di
METRO TV).
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan diantaranya :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi
kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama mengenai
penelitian yang berkaitan dengan komunikasi massa khususnya pengaruh
media massa terhadap khalayak.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemirsa untuk lebih
membuka wawasan tentang program acara Talk show yang dikemas secar
prodi dan lucu untuk mengeritik suatu permasalahan yang sedang gencar
baik dikalangan masyarakat, pemerintah, maupun kalangan artis, dengan
cara menyampaikan yang hati-hati dan lembut sehingga tidak lagi
10
2.1.Landasan Teori
2.1.1.Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi adalah salah satu media massa yang merupakan paduan radio
(broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang
berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi “jauh” dihasilkan dengan
prinsip radio, sedangkan segi “penglihatan“ oleh gambar. (Effendi, 2000:174).
Televisi merupakan hasil temuan dari riset ilmiah dan teknik, dan
berkembang sebagai suatu media hiburan atau berita. Hal tersebut televisi
memiliki konsekuensi-konsekuensi yang tak terduka sebelumnya, bukan hanya
terhadap media hiburan dan berita lainya dengan meredusir daya hidupnya dan
peran pentingnya, namun juga berbagai proses penting dalam kehidupan keluarga
budaya dan sosial (Williams, 2009:4).
Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan
pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol
dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman,
televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu.
(Morrisan, 2004:1).
Televisi memiliki daya tarik yang sangat kuat melebihi media massa
lainnya. Kalau radio memiliki daya tarik yang kuat karena unsur-unsur vokal,
memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan kesan mendalam
bagi penonton. Daya tarik ini melebihi bioskop karena dapat dinikmati di rumah
dengan santai, aman dan nyaman.
Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa
yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir
kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang
paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas
karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat
audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang
relatif tidak berbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi
sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat
bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan
pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat debandingkan dengan radio dan surat
kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh
segi-segi kejiwaan.
Televisi sebagai media massa dapat dikonsumsi secara luas dan serempak
oleh masyarakat di berbagai tempat, sehingga keberadaan program acara yang
ditayangkan di televisi juga akan memberikan pengaruh terhadap khalayaknya
juga secara serempak. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia
memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Televisi sebagai media yang muncul belakangan
dibanding media cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat
televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia
sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali.
Televisi sebagai salah satu media mempunyai karakteristik yang dimiliki
oleh media massa, yaitu (Cangara, 2003:134):
1. Bersifat melembaga, yaitu pihak yang mengelola media terdiri dari banyak
orang mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Reaksi atau umpan balik tidak
bisa dilakukan secara langsung.
3. Meluas dan serempak artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan dimana
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana
saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.
2.1.2.Format Acara Televisi
Setiap hari masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program
acara yang ditawarkan oleh stasiun televisi. Program acara yang bagus dapat
menaikkan rating dari televisi tersebut. Program acara yang bagus dapat terlihat
dari format acaranya. Menurut Jonathan Bignel (2004 : 307), format acara adalah
”the blue print for a programme, including it’s setting main character, genre,
program yang meliputi latar belakang program, karakter utama, tipe program,
bentuk dan tema utama program. Definisi lainnya menyebutkan bahwa format
acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi
yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi
dalam berbagai kreteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa
acara tersebut.
Format acara televisi menurut Naratama (2004:64) dibagi menjadi tiga
bagian seperti yang tampak pada gambar dibawa ini:
Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi
berdasarkan drama fiksi, non drama dan berita.
1. Fiksi (Drama)
Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi
kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
Format yang digunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang
diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan.
Adega-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan
2. Nonfiksi (Nondrama)
Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan
imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi dunia
khayalan. Nondrama bukanlah suatu runtutan certita fiksi dari setiap
pelakunya. Untuk itu format-format program acara nondrama merupakan
sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang
dipenuhi dengan aksi, gaya dan music.
3. Berita dan Olahraga
Format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau
kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyrakat
sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan
ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang
independent.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa program acara yang bagus
dilihat dari format acaranya. Beberapa unsur dalam format acara adalah :
1.Settimg atau latar belakang program yaitu dasar atau titik tolak untuk
memberikan pemahaman mengenai apa yang ingin disampaikan.
2.Main character atau karakter utama yaitu simbol karakter yang menjadi faktor
utama sebuah alur cerita, dan berinteraksi, mempunyai peranan penting dalam
sebuah plot cerita.
3.Genre atau tipe program yaitu jenis program tayangan yang menjadi acuan.
5. Main themes atau tema utama program, yaitu gagasan pokok atau sesuatu yang
menjadi pokok masalah dalam cerita yang diangkat dalam sebuah program
acara.
Sedangkan menurut Wibowo (2007:132) Jenis tayangan televisi antara
lain :
a. Program Berita
Program berita merupakan suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian
yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui
media secara periodik.
b. Dokumenter
Program yang menyajikan suatu kenyataan yang berdasarkan pada fakta
objektif yang memiliki nilai esensial dan eksensial, artinya menyangkut
kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata.
c. Feature
Adalah suatu program yang membahas suatu pikok bahasan, satu terra,
diungkapkan lewat satu pandangan yang saling melengkapi, mengurai,
menyoroti secara kritis, dengan disajikan dari berbagai format. Dalam satu
feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa
program sekaligus, misalnya wawancara, show, puisi, nyanyian dan lain
sebagainya.
d. Magazine
Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah mengudara.
mingguan, bulanan, tergantung dari kemampuan produser program magazine
bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan tapi membahas suatu bidang
kehidupan seperti film, pendidikan, musik dan lain lain.
e. Spot
Suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televesi
untuk tujuan-tujuan tertentu dan juga merupakan program yang sangat pendek.
Keunggulan program ini salah satunya adalah dapat mencapai penonton yang
banyak karena tidak membutuhkan jangka waktu yang luas, dan dapat
diulang-ulang beberapa kali sehingga mudah diingat, dan mudah diletakkan
diantara program atau digunakan sebagai selingan jika tersedia waktu yang
singkat.
e. Doku-Drama
Doku-Drama kependekan dari dokumenter drama maksudnya dokumenter
yang didramakan. Satu kejadian yang pernah terjadi sungguh-sungguh,
terdapat peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya
masih hidup tetapi kejadiannya sudah lampau misalnya anak seribu pulau.
f. Sinetron
Sinetron, kependekan dari sinema elektronik. Bermakna dari kata sinema
penggarapannya tidak jauh dari film layar putih.
2.1.3. Pemirsa Sebagai Khalayak Media
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai
sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa
khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang
besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan
dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat
berubah dengan cepat (Mc. Quail, 1994:201).
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.
Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik
minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada
dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu:
1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang
sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.
Selain itu pemirsa televisi dapat di bedakan pula menurut janis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan.
2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan di mengerti oleh pemirsa, maka isi
pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai
dengan situasi pemirsa saat itu.
3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka
menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir
aktif, aktif melakukan interprestasi.Mereka bertanya-tanya pada dirinya apakah
yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak.
4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. la memilih program televisi yang
2.1.4.Sikap
2.1.4.1. Pengertian Sikap
Dalam ilmu psikologi sosial, sikap banyak sekali diteliti, mulai dari teori,
konstruksi, konsep hingga pengukurannya. Berikut ini adalah beberapa definisi
mengenai sikap :
a. Menurut Sutisna, Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan
tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak
disenangi secara konsisten (Sutisna, 2003:99).
b. Menurut Sheriff, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap
bukan sekedar rekanan masa lalu, tetapi menentukan apakah orang harus setuju
atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan
dan diinginkan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari (Rakhmat, 1999:40).
c. Menurut Berkowitz, Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada obyek
tersebut (Azwar, 2007:4).
d. Menurut Rakhmat, Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi.
Berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap
bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu terhadap objek sikap (Rakhmat, 1999:39-40).
Sikap dan perilaku adalah suatu hal yang berbeda. Perilaku (behavior)
reaksi dan gerakan tubuh saja, melainkan juga pernyataan-pernyataan verbal dan
pengalaman subjektif (Bungin, 2005:27-27). Dengan demikian perilaku tersebut
dapat diketahui dengan tindakan-tindakan yang nyata dan juga ucapan atau
pikiran-pikiran.
2.1.4.2. Fungsi Sikap
Kazt (1960) dalam buku Severin dan Tankard (2005:196) berpendapat
bahwa pembentukan sikap dan perubahan sikap harus dipahami dalam istilah
fungsi-fungsi sikap bagi kepribadian. Karena fungsi-fungsi ini berbeda, demikian
pula kondisi dan teknik perubahan sikap. Katz mengidentifikasi empat fungsi
utama sikap berikut ini yang dapat bermanfaat bagi kepribadian:
1. Fungsi Instrumental, penyelarasan atau kebermanfaatan
Sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia berjuang keras untuk
memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal mereka dan
meminimalkan sanksi. Misalnya, seorang pemegang hak pilih yang
beranggapan bahwa pajak terlalu tinggi mungkin akan memilih seorang
kandidat politik mereka karena kandidat itu berjanji untuk menurunkan pajak.
2. Fungsi pertahanan diri
Sejumlah sikap kuat dipegang karena manusia melindungi ego mereka dari
hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari pengetahuan tentang
kekuatan-kekuatan yang mengancam dari luar. Perasaan rendah diri sering
diproyeksikan pada anggota-anggota sebuah kelompok minoritas sebagai alat
memperkuat ego. Ini merupakan sebuah contoh sikap berprasangka yang
3. Fungsi ekpresi nilai
Beberpa sikap dipegang kuat karena memungkinkan seseorang memberikan
ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan pada jati diri. Misalnya, seorang
remaja yang menyukai sebuah grup musik rock n roll mengekspresikan
kepribadiannya melalui sikap ini.
4. Fungsi pengetahuan
Beberpa sikap dipegang kuat karena memuaskan kebutuhan akan pengetahuan
atau memberikan struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia
akan kacau. Banyak keyakinan religius memiliki fungsi ini, juga sikap-sikap
lain seperti norma-norma budaya yang berlaku.
2.1.4.3. Komponen Sikap
Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen: komponen afektif,
kognitif dan komponen perilaku atau konatif.
1. Komponen kognitif (cognitive)
Komponen kognitif berisi pengetahuan dan kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen
kognitif merupakan keyakinan terhadap sebuah objek.
2. Komponen afektif (affective)
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi
Komponen afektif juga merupakan kesukaan atau perasaan terhadap sebuah
objek.
3. Komponen konatif (conative)
Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek
sikap yang dihadapinya (Severin dan Tankard, 2005:177).
Mar'at dalam Dayakisni (2003:96) menjelaskan bahwa pada hakekatnya
sikap adalah merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana
komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu:
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang
dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian
akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tertentu.
2. Komponen Afektif
Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system
nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan
Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia
menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini pesan yang disampaikan
komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain,
tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri
komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif. Disini
tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak
hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih,
takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya
adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau kegiatan.
Adapun pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat, namun
terpaan yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan
tindakan masyarakat (Mulyana, 1999:143). Sedangkan tolak ukur terjadinya
pengaruh terhadap sikap seseorang, dapat diketahui melalui respon atau tanggapan
yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang
menyatakan setuju, (b) respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, (c)
respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu
obyeknya.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek komunikasi
tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka diterpa pesan
yang disampaikan oleh komunikator, sehingga dasar landasan teori yang dipakai
bukan pada adanya pengaruh (efek, dampak) komunikan, tetapi pada bentuk sikap
dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, maka terjadi
perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika komunikasi yang dilakukan antara
komunikator dan komunikan "gagal", maka tidak terjadi perubahan sikap pada
komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap
komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.
2.1.5. Teori S-O-R
Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah teori S-O-R yaitu
singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula bersal dari psikologi.
Apabila kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan karena
objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia
yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini perilaku, kognisi, afeksi
dan konasi.
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan
tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari
komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu
dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya
pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi
dan penyajian stimulus. Menurut Stimulus response ini, efek yang ditimbulkan
adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur
a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada
komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.
b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima
pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai informasi,
dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan
komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan
memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang.
Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap
pesan yang disampaikan oleh komunikator.
c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan konatif.
Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi.
Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi
komunikan (Effendi, 2003:118)
Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam
lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari
ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari
satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita
tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara
stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam
artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku
eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal
stimulus. Menurut Stimulus–Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek
“how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal ini how
to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikasi.Dalam proses
perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang
menerpa benar-benar melebihi semula.
Prof. Dr. Mar'at dalam bukunya "Sikap Manusia, Perubahan serta
Pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan,
bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R)
Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau
mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan
menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan.
Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah
disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk
mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi
(Effendy, 2003:56).
2.1.6.Tayangan Talk Show “Sentilan Sentilun”
Menjamurnya program talkshow sebagai hiburan di beberapa stasiun televisi
belakangan ini tidak membuat Metro TV sebagai satu-satunya stasiun televisi
swasta yang mengambil segmen berita menjadi gentar. Justru Metro TV
mendahului dengan mengedepankan talkshow yang dibawakan oleh Slamet
Raharjo serta Butet yaitu program acara “Sentilan Sentilun”. Sentilan Sentilun
merupakan salah satu acara di MetroTV dalam spesial program yang ditayangkan
di malam hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak
Sentilan dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan
dengan gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa
dipakai mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa
di seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang
dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak
tentang berbagai hal. Sedangkan mas Sentilun diperankan oleh Butet Kertaradjasa
yang memainkan peran batur atau pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta
selalu ingin tahu. Perbincangan kedua tokoh ini merupakan seketsa-seketsa
pendek yang ingin disampaikan oleh pemirsa untuk mengeritik dengan kata lain
menyentil fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, pemerintah, panggung
2.2.Kerangka Ber fikir
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Program Tayangan Sentilan Sentilun di metro
TV
Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Program Tayangan Sentilan Sentilun di metro TV meliputi :
28
3.1.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana
dalam pendekatan deskriptif kuantitatif akan dapat menginterpretasikan secara
rinci sikap masyarakat mengenai program Sentilan Sentilun. Dengan
menggunakan tabel dan akan di analisis, sehingga hasil sikap masyarakat
mengenai program Sentilan Sentilun yang dilakukan peneliti dapat menghasilkan
uraian yang mendalam tentang hasil pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang
diberikan peneliti.
3.2.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.2.1.Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator
dari variabel-variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukiskan secara
sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat,
1999:22). Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah :
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi. Berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap
Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya
terhadap acara “Sentilan Sentilun” di Metro TV. Variasi sikap diukur berdasarkan
komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif yang meliputi :
1. Aspek Kognitif, berisi komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan
ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap
tertentu. Indikator penelitian adalah:
a. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui nara
sumber yang dihadirkan sesuai dengan topik yang dibahas.
b. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui
permasalahan yang sedang marak terjadi di masyarakat.
c. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui cara
mengeritik dengan baik.
d. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui gaya host
berbicara dalam memberikan kritikan
2. Aspek Afektif, berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi
sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau
system nilai yang dimilikinya. Indikator penelitian adalah:
a. Merasa suka dengan cara mengeritik yang dibawakan oleh pembawa acara
Sentilan Sentilun.
b. Merasa suka dengan nara sumber yang dihadirkan oleh program acara
c. Perasaan senang dapat menggungkapkan keluh kesah terhadap kinerja
penguasa negara.
d. Anda merasakan empati mengenai permasalahan yang dihadapi oleh
oknum pemerintahan
e. Merasakan kesedihan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh oknum
pemerintahan
3. Aspek Konatif, struktur sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau
tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya. merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan obyek sikapnya. Dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya. Indikator penelitian adalah :
a. Keinginan untuk selalu menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro
TV.
b. Ingin mengambil sisi positif atau pelajaran dari kritikan yang disampaikan
oleh pembawa acara dan narasumber.
c. Keinginan untuk memberikan dan menyampaikan kritik kepada
pemerintah mengenai kinerjanya.
d. Keinginan Untuk Memberikan Masukan Terhadap Kinerja Pemerintah
Melalui Program Acara Sentlan Sentilun
3.2.2. Pengukuran Variabel
Untuk mengukur variabel sikap masyarakat terhadap acara ”Sentilan
Sentilun” dalam penelitian ini digunakan model skala likert (skala sikap). Skala
Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara spesifik dan sistematik oleh
peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek merupakan
titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi responden.
Setiap pernyataan atau pertanyaan tersebut dihubungkan dengan jawaban yang
berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan melalui kata-kata
dengan nilai skor 1-5 yaitu: (5) Sangat Setuju (SS), (4)Setuju (S), (3) Netral (N),
(2) Sangat Tidak Setuju (STS), dan (1) Tidak Setuju (TS)“ (Kriyantono,
2007:134).
Variabel sikap masyarakat terhadap acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV
dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu positif, netral
dan negatif yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing
responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat
rendah, sedang dan tinggi menggunakan rumus :
Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah
Jenjang yang diinginkan
Keterangan:
Range(R) : Batasan dari setiap tingkatan
Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item
pertanyaan.
Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item
Positif = 45 - 60
a. Positif bila interval jawaban antara 15 - 20
b. Netral bila interval jawaban antara 10- 14
c. Negatif bila interval jawaban antara 4 - 9
Sikap Afektif = 5
a. Positif bila interval jawaban antara 15 - 20
b. Netral bila interval jawaban antara 10- 14
a. Negatif bila interval jawaban antara 4 - 9
Sikap Konatif = 5
a. Positif bila interval jawaban antara 15 - 20
d. Netral bila interval jawaban antara 10- 14
e. Negatif bila interval jawaban antara 4 - 9
3.3.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang mulai
berumur 17 tahun. Dipilihnya masyarakat sebagai khalayak pemirsa sasaran
lebih sempurna (kematangan kognitif), kematangan emosional dan sosial (Sobur,
2003 : 52-53). Berdasarkan data BPS (dalam angka 2012) maka populasi mulai
usia 17 tahun berjumlah 2.122.286 jiwa.
3.3.2.Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia
mulai 17 tahun. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Nonprobability Sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel, Dengan Purposif Sampling yaitu pengambilan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2003:60). Adapun kriteria sampel pada
penelitian ini adalah :
a. Masyarakat yang berKTP Surabaya
b. Masyarakat Surabaya yang pernah menonton program acara Sentilan Sentilun
di Metro TV, lebih dari 1 kali dalam sebulan.
c. Masyrakat Surabaya minimal berusia 17 tahun
Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka
digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :
1
d = Presisi (derajat ketelitian 10%).
100
memiliki karakteristik seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini, menurut cara memperolehnya
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan dari responden. Data primer dari
penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden dengan berdasarkan
kuesioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup dan terbuka.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan.
Data sekunder dikumpulakn melalui sumber-sumber informasi kedua seperti
perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya.
Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan
analisis.
3.5.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang
digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara
berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk
mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk
selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data
yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :
100 × =
N F P
Keterangan :
P : Persentase Responden
F : Frekuensi Responden
36
4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Geografi Kota Sur abaya
Letak : 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang
Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit
BT (Bujur Timur)
Ketinggian : 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah), kecuali
di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah Lidah &
Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas permukaan air
laut
Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Luas Wilayah : 33.306,30 Ha
Tekanan Udara : Rata-rata minimum 1.005,38 Mbs dan maksimum 1.014,41
Mbs
Temperatur : Rata-rata minimum 23,3 °C dan maksimum 35,2 °C
4.1.2.Demografi Kota Sur abaya
Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada
di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara
pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi
yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya
yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat
Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Ciri khas masyarakat asli
Surabaya adalah mudah bergaul. Gaya bicaranya sangat terbuka. Walaupun
tampak seperti bertemperamen kasar, masyarakat disini sangat demokratis, toleran
dan senang menolong orang lain Dalam berkesenian masyarakat disini senang
dengan gerakan yang atraktif, dinamis dan humoristik. Gerak tari yang lambat
kurang diterima disini.
Kota Surabaya merupakan kota lama yang berkembang hingga mencapai
bentuknya seperti saat ini. Awalnya masyarakat tinggal dalam perkampungan.
Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,2 % setahun, tentu saja kebutuhan akan
perumahan sangat besar. Masyarakat dapat menetap dalam perkampungan padat
ataupun memilih berpindah ke real estate yang lebih teratur. Pilihan kelas real
estate pun sangat beragam. Hunian bertaraf internasional yang dilengkapi dengan
rnanapun di dunia, dikotomi miskin dan kaya tentu saja juga terjadi di Surabaya. Akan tetapi masing-masing
dapat berdampingan dengan damai, dan tidak menjadi alasan hidup di Surabaya menjadi kurang nyaman
(http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=22).
4.1.3.Tayangan Sentilan Sentilun di Metr o TV
Metro TV mengedepankan talkshow yang dibawakan oleh Slamet Raharjo
serta Butet yaitu program acara “Sentilan Sentilun”. Sentilan Sentilun merupakan
salah satu acara di MetroTV dalam spesial program yang ditayangkan di malam
hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak Sentilan
dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan dengan
gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa dipakai
mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa di
seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang
dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak
tentang berbagai hal. Sedangkan mas Sentilun diperankan oleh Butet Kertaradjasa
yang memainkan peran batur atau pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta
selalu ingin tahu. Perbincangan kedua tokoh ini merupakan seketsa-seketsa
pendek yang ingin disampaikan oleh pemirsa untuk mengeritik dengan kata lain
menyentil fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, pemerintah, panggung
politik(http://www.attayaya.net/2010/06/sentilan-sentilun-metrotv-news.html).
4.2.Penyajian Data
Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner yang telah
dibagikan kepada 100 orang yang tersebar di Surabaya diperoleh karakteristik
4.2.1.Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasar kan J enis kelamin
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Berdasar kan J enis Kelamin
No J enis Kelamin J umlah (N) Pr osentase (% )
1 Laki-Iaki 55 55
2 Perempuan 45 45
Total 100 100
Sumber : Kuesioner Sub I. No.1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 55
orang atau sebesar 55% dan sisanya 45 orang atau sebesar 45% adalah
responden perempuan.
2. Karakteristik Responden Berdasar kan Usia
Tabel 4.2.
atau sebesar 45%, sedangkan untuk usia 27-36 tahun yaitu sebanyak 30 orang
atau 30% dan sisanya sebanyak 25 orang atau sebesar 25% adalah orang-orang