• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ACARA SENTILAN SENTILUN DI METRO TV (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Acara Sentilan Sentilun di METRO TV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ACARA SENTILAN SENTILUN DI METRO TV (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Acara Sentilan Sentilun di METRO TV)."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Sentilan Sentilun di METRO TV)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Putr a Bayu Wicaksono 0743010172

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Acar a Sentilan Sentilun di METRO TV)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN ”Veteran” J awa Timur

Disusun Oleh :

Putr a Bayu Wicaksono 0743010172

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(3)

Masyarakat Sur abaya Ter hadap Acar a Sentilan Sentilun di

Metr o TV)

Nama : Putra Bayu Wicaksono

NPM : 0743010172

Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi

Telah Disetujui untuk Mengikuti Seminar Proposal :

Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3730 5990 1701

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

J uwito, S. Sos, Msi NPT. 367049500361

(4)

Masyarakat Sur abaya Ter hadap Acara Sentilan Sentilun di

Metr o TV)

Nama : Putra Bayu Wicaksono

NPM : 0743010172

Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik

Telah Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi :

Mengetahui

Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3730 5990 1701

Menyetujui

Dekan

Dra. Ec. Hj. Supar wati, MSi NPT. 1955 0718198302 2001

(5)

Metr o TV)

Nama : Putra Bayu Wicaksono

NPM : 0743010172

Pr ogdi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1.

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed J uwito, S. Sos. MSi

NPT. 3730 5990 1701 NPT. 367049500361

2.

Ir. H. Didek Tr anggono, Msi NIP. 1958 1225199001 1001

3.

Dr a. Sumar djijati, Msi

NIP. 196203231993092001

Mengetahui Ketua Program Studi

J uwito, S. Sos. MSi NPT. 367049500361

(6)

Oleh

Putra Bayu Wicaksono 0743010172

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 14 Desember 2012

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed J uwito, S. Sos, Msi

NPT. 3730 5990 1701 NPT. 367049500361

2. Sekr etaris

Dr s. Kusnarto, Msi

NIP. 195808011984021001

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3730 5990 1701

Mengetahui

Dekan

Dra. Ec. Hj. Supar wati, MSi NIP. 1955 0718198302 2001

(7)

melimpahkan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini atas bantuan dari beberapa

pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan menyampikan

ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung

kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4. Dra. Herlina Suksmawati, Msi, selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu guna membantu, memberi masukan dan saran kepada

(8)

6. Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun

moril, serta do’a.

7. Dewi Safitri tercinta yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan

buat menyelasaikan skripsi ini.

8. Teman-teman BRUTAL GANG YANG SETIA DENGAN BASE KAMP

(KANTIN FISIP) I LOVE YOU ALL.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari

penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat

dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa

yang akan datang.

Surabaya, Desember 2012

(9)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAKSI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 10

2.1.2. Format Acara televisi ... 12

2.1.3. Pemirsa Sebagai Khalayak Media ... 16

2.1.4. Sikap ... 18

2.1.4.1. Pengertian Sikap ... 18

2.1.4.2. Fungsi Sikap ... 19

(10)

2.1.6. Tayangan Talk Show “Sentilan Sentilun” ... 26

2.2. Kerangka Berfikir ... 27

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 28

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.2.1. Definisi Operasional ... 28

3.2.2. Pengukuran Variabel ... 30

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 31

3.3.1. Populasi... 31

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 36

4.1.1. Geografi Kota Surabaya... 36

4.1.2. Demografi Kota Surabaya... 37

4.1.3. Tayangan Sentilan Sentilun di Metro TV ... 38

4.2. Penyajian Data ... 36

4.2.1. Karakteristik Responden ... 39

4.2.2. Pertanyaan Tentang Media ... 41

(11)

Sentilan Sentilun Di Metro TV ... 42

4.2.3.2.Pengelompokkan Responden Berdasarkan

Keseluruhan Aspek ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA

KUESIONER

(12)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 39

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 40

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 4.5. Menonton Tayangan Sentilan Sentilun Di Televisi ... 41

Tabel 4.6. Frekuensi Menonton Program Acara Sentilan Sentilun di Metro TV ... 41

Tabel 4.7. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun Untuk Mengetahui Curahan Hati Masyarakat ... 43

Tabel 4.8. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun Mengetahui Permasalahan Yang Sedang Marak Terjadi Di Masyarakat ... 44

Tabel 4.9. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun Mengetahui Cara Mengeritik Dengan Baik ... 46

Tabel 4.10. Menonton Program Acara Sentilan Sentilun MendapatkanPengetahuan Seputar Permasalahan Yang Dihadapi Pemerintahan ... 47

Tabel 4.11. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Kognitif ... 48

Tabel 4.12. Merasa Suka Dengan Cara Mengeritik Yang Dibawakan Oleh Pembawa Acara Sentilan Sentilun ... 50

Tabel 4.13. Merasa Suka Dengan Nara Sumber Yang Dihadirkan Oleh Program Acara Sentilan Sentilun ... 51

Tabel 4.14. Merasakan Senang Dapat Menggungkapkan Keluh Kesah Terhadap Kinerja Penguasa Negara ... 52

(13)

Tabel 4.16. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Afektif ... 55

Tabel 4.17. Mempunyai Keinginan Untuk Selalu Untuk Selalu Menonton

Program Acara Sentilan Sentilun di Metro TV ... 56

Tabel 4.18. Ingin Mengambil Sisi Positif Atau Pelajaran Dari Kritikan

Yang Disampaikan Oleh Pembawa Acara Dan Narasumber ... 57

Tabel 4.19. Mempunyai Keinginan Untuk Memberikan Dan

Menyampaikan Kritik Kepada Pemerintah Mengenai

Kinerjanya ... 58

Tabel 4.20. Keinginan Untuk Memberikan Masukan Terhadap Kinerja

Pemerintah Melalui Program Acara Sentilan Sentilun ... 60

Tabel 4.21. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Konatif ... 61

Tabel 4.22. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Keseluruhan Aspek .. 62

(14)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 37

(15)

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 Tabel Frekuensi Jawaban Responden

Lampiran 4 Frekuensi Kategori Sikap

Lampiran 5 Gambar Cuplikan Tayangan Sentilan Sentilun

(16)

Acara Sentilan Sentilun Di Metr o TV (Studi Deskr iptif Masyarakat Sur abaya Ter hadap Acar a Sentilan Sentilun di Metr o TV).

Metro TV menghadirkan acara talk show “Sentilan Sentilun”, sebagai program acara talk show tentang politik yang dikemas secara komedi. Dipilihnya program acara ”Sentilan Sentilun” dikarenakan merupakan personifikasi dari rakyat jelata yang sadar akan politik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap mayarakat Surabaya terhadap acara “Sentilan Sentilun di METRO TV.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun, dengan teknik penarikan sampel purposif sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan tabel frekuensi.

Dari hasil keseluruhan sikap respondan terhadap acara talk show sentilan sentilun menunjukkan sikap yang positif, baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Hal ini dikarenakan acara tersebut disamping memberikan hiburan, juga memberikan pelajaran dan pengetahuan.

Kata Kunci : kognitif, afektif, konatif

ABSTRACT

Public Attitudes of Surabaya respect to event Sentilan Sentilun On Metr o TV (Descr iptive Study of Sur abaya Society respect to Events Sentilan Sentilun on Metr o TV)

Metro TV presents talk show "Sentilan Sentilun", as the program of political in comedy. The choice of program "Sentilan Sentilun" because of the personification people who are aware of politics. The purpose of this study was to determine attitude of society Surabaya to the event Sentilan Sentilun on METRO TV.

The population in this study is society of Surabaya 17-year-old, with purposive sampling as technique sampling. The sample in this study amounted 100 people. Techniques of data analysis in this study using a frequency table.

From the results of the overall attitude toward the talk show respondan scolding sentilun demonstrate a positive attitude, both in terms of cognitive, affective and conative. This is because the event in addition to providing entertainment, also giving lessons and knowledge

Keywords: cognitive, affective, conative

(17)

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia

adalah kebutuhan akan informasi. Untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang

terjadi di dunia atau di sekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran

media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang

lebih dikenal sebagai media massa. Perkembangan media massa akhir ini sangat

pesat. Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk

informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari

informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang

disajikan oleh media massa (Sobur, 2006:162).

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media

massa cetak dan media massa elektronik. Masing-masing media massa

mempunyai tampilan isi yang berbeda - beda, hal ini dimaksudkan untuk menarik

minat masyarakat untuk mengkonsumsi. Pada dasarnya masyarakat tentu

menginginkan informasi yang lebih mudah, lebih cepat, faktual, aktual, dan sesuai

kebutuhan. Hal ini mengakibatkan media massa berlomba-lomba dalam

menyajikan informasi yang dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya. Salah satu

media massa yang paling banyak digunakan masyarakat saat ini adalah televisi.

Televisi yang dalam penyiarkan pesanya yang bersifat audio visual, dapat

dilihat dan didengar. Dengan segala kemudahanya penonton tidak harus pergi dari

rumah dan dapat menikmati hiburan beraneka ragam, informasi yang serba cepat

(18)

mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media lainya, dimana

kelebihan televisi memiliki kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia

baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan (Effendy,

2004:60).

Televisi juga sebagai bagian dari kebudayaan audio visual, yang

merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian

masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya

perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah

terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai bertumbuh di

masyarakat. Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa

verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti pesan,

informasi, pengajaran, ilmu dan hiburan. Kebudayaan televisi disebut juga

kebudayaan lisan sebab interaksi sangat mungkin dimanipulasi dengan

kemungkinan-kemungkinan teknis dan trik yang sempurna. Karakter lain yang

merupakan keunggulan televisi adalah televisi mampu memberi penekanan secara

efektif terhadap pesan atau maksud yang ditinjau dengan meng close-up objeknya,

atau memberi pemusatan pandangan. Televisi memberi banyak kemungkinan

ilustrasi visual, kaya akan tata gerak, tata warna dan berbagai bunyi suara. Tidak

mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila sajian program

dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia yang sudah terpengaruh

oleh televisi. Selain itu program televisi juga menyesuaikan dengan karakter

penonton (Wibowo, 2007:17-19).

Media massa, khususnya televisi saat ini telah mengalami perkembangan

pesat di berbagai negara. Berdasarkan data dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

(19)

TPI, SCTV, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans 7, Trans TV, TV One dan Global

TV). Selain televisi nasional, melalui Undang-Undang No. 32 tahun 2002 yang

mengatur tentang penyiaran, pemerintah secara resmi menginjinkan berdirinya

stasiun televisi lokal di Indonesia. Saat ini diperkirakan lebih dari 100 stasiun

televisi lokal yang beroperasi di seluruh wilayah Nusantara. Perkembangan

tersebut sangat membantu masuknya arus informasi bagi masyarakat

(Ayuningtyas dan Alif, 2009).

Persaingan antar setasiun televisi sendiri di indonesia semakin ketat.

Dimana berbagai stasiun televisi di Indonesia seperti berlomba-lomba untuk

membuat sebuah tayangan yang menarik bagi para pemirsanya, acara seperti

musik, film, informasi khusus, acara kuis, talkshow, atau sinetron yang

memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk ditonton.

Menjamurnya program talkshow sebagai hiburan di beberapa stasiun

televisi belakangan ini tidak membuat Metro TV sebagai satu-satunya stasiun

televisi swasta yang mengambil segmen berita menjadi gentar. Justru Metro

TV mendahului dengan mengedepankan talkshow yang dibawakan oleh Slamet

Raharjo serta Butet yaitu program acara “Sentilan Sentilun”. Sentilan Sentilun

merupakan salah satu acara di MetroTV dalam spesial program yang ditayangkan

di malam hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak

Sentilan dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan

dengan gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa

dipakai mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa

di seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang

dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak

(20)

yang memainkan peran batur atau pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta

selalu ingin tahu. Perbincangan kedua tokoh ini merupakan seketsa-seketsa

pendek yang ingin disampaikan oleh pemirsa untuk mengeritik dengan kata lain

menyentil fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, pemerintah, panggung politik

(http://www.attayaya.net/2010/06/sentilan-sentilun-metrotv-news.html).

Menurut Dahlan Iskan, banyaknya kritikan dalam parodi banyolan pada program

acara Sentilan Sentilun tidak menjadi permasalahan. Sebab masyarakat sudah

pintar dalam menyaring informasi. Selain itu Mahfud menilai acara Sentilan

Sentilun tersebut dapat mewakili masyarakat yang tidak dapat menyuarakan

pendapat mereka ketika melihat persoalan yang terjadi di tingkat atas. Mahfud

juga berpendapat bahwa program acara Sentilan Sentilun dapat mewakili

keluhan-keluhan masyarakat selama ini. Selain itu program acara “Sentilan Sentilun”

merupakan sebuah program dengan cara mengeritik yang bagus dan tidak

menggurui secara gambar

(http://www.kapanlagi.com/showbiz/televisi/sentilan-sentilun-mampu-wakili-grundelan-masyarakat.html).

Program acara “Sentilan Sentilun” sebagai program acara talk show yang

dikemas secara komedi namun topik yang disajikan berbobot seperti mengenai

pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang semakin memanas antara Jokowi dan Foke

sebagai rivalnya. Selain itu diskusi menarik yang terjadi antara Sentilan dan

Sentilun dengan Direktur utama PLN Dahlan Iskan. Sang majikan (Sentilan)

menyentil PLN dengan sebutan Perusahaan Lilin Negara. Alasannya karena PLN

sering mematikan listrik sehingga lilin yang menyala. Hal ini sebagai sentilan

untuk menggambarkan kondisi PLN yang sesungguhnya. PLN digambarkan

seperti lilin yang membakar dirinya agar orang lain bisa mendapat terang. PLN

(21)

sebagai tenaga pembangkit dan bahkan ketika harus menggunakan Batu Bara PLN

dikenai harga Internasional. Dengan kondisi yang seperti itu PLN tetap

diharapkan mampu menghidupkan listrik di Indonesia. Oleh karena itulah PLN

akhirnya membakar diri sendiri atau dengan istilah lain merugi. Kerugian PLN

makin besar karena banyak instansi pemerintah yang tidak membayar tunggakan

listrik. Mulai dari target pemedaman yang semakin dikurangi, bahkan

pemanfaatan tenaga dalam (gas alam) yang semakin besar melebihi negara lain.

(http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/03/15/sentilan-sentilun-dengan-dahlan-iskan-pln-perusahaan-lilin-negara/).

Wakil Sekretaris DPP Partai Demokrat mengadukan MetroTV dan

TV-One kepada Komisi Penyiaran Indonesia sebab kedua TV swasta tersebut selama

8 bulan sejak munculnya kasus Nazaruddin yang dirasakan Sekretaris DPP Partai

Demokrat terus memojokkan Partai Demokrat. Pembahasan serta kritik yang

disampaikan oleh narasumber kedua TV swasta tersebut memberikan pencerahan

politik kepada masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei dari LSI

dan CSIS, dimana masyarakat semakin tidak percaya dengan para politikus dan

partai politik yang ada di Indonesia. Pada acara yang disajikan oleh stasiun Metro

TV dan TV One sering terjadi kritikan atau sindiran yang berlebihan pada partai

lain yang sedang bermasalah, yang berdampak pada tersinggunggya partai

tersebut. Salah satu acara yang disenangi oleh masyarakat mengenai hukum dan

politik adalah “Indonesia Lawyer’s Club” TV-One, acara ini memiliki rating

tertinggi dalam hal pencerahan hukum dan politik kepada masyarakat luas. Metro

TV tak kalah dalam menyajikan acara yang memberi pendidikan politik dan

hukum kepada masyarakat luas, yaitu acara komedi “Sentilan sentilun”, sebagian

(22)

mengeritik dan memberikan sindiran bila ada yang mengatakan bahwa kedua TV

swasta tersebut adalah pahlawan media bagi pendidikan politik dan hukum kepada masyarakat

luas (http://politik.kompasiana.com/2012/02/23/metro-tv-dan-tv-one-pahlawan-media/).

Berdasarkan penuturan beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

program acara Sentilan Sentilun acara yang banyak disenangi oleh masyarakat

sebab dapat mencurahkan kritikan yang masyarakat tidak dapat menyampaikannya dan

dapat memberikan hal yang positif. Acara talk show yang bagus dan layak untuk ditonton

oleh masyarakat, antara lain Sentilan Sentilun, Provocative Proactive, Democrazy

(http://www.slamsr.com/2010/10/sinetron-reality-show-dan-rating.html).

Dipilihnya program acara ”Sentilan Sentilun” pada penelitian ini sebab program

acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV personifikasi rakyat jelata yang sadar akan politik.

Selain itu dalam acara ”Sentilan Sentilun” semua dibawakan dengan gaya khas Butet yang

menyentil namun tetap menghibur. Dengan kekuatan ada pada Butet dan kemasan yang

menarik. Acara parodi politik di Televisi ini merupakan pelepasan atau ungkapan dari

kejenuhan hidup. Acara ”Sentilan Sentilun” banyak digemari pemirsa karena pemirsa

menemukan teman bicara mengenai kondisi sosial politik melalui personifikasi

tokoh-tokohnya. Acara semacam itu juga bisa dijadikan gambaran bagaimana perjalanan sebuah

bangsa(http://hiburan.kompasiana.com/gosip/2010/04/17/sentilan-sentilun-yang-menggelitik/).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah

studi deskriptif untuk mengetahui bagaimanakah sikap masyarakat mengenai

program acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV. Dimana masyarakat akan

menyikapi acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV berdasarkan respon yang akan

timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yaitu acara ”Sentilan

(23)

oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap

stimulus dalam bentuk baik buruk, positif atau negatif.

Menurut Onong, sikap adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory

activity) suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial (Sutisna, 2003:99)". Dengan banyaknya

tayangan talk show seperti program acara sentilan-sentilun yang mengeritik atau

memberikan sentilan baik untuk pemerintah maupun permasalahan yang sedang

hangat terjadi di masyarakat, yang secara langsung disiarkan melalui stasiun

televisi. Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan

merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan

perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara

tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi,

maupun kelompok. (Sobur, 2003: 361). Dapat dipahami bahwa manusia

dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap.

Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada

suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul

terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu

didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai

terhadap stimulus dalam bentuk baik buruk, positif atau negatif, menyenangkan

atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal

sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2001: 40).

Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori

S-O-R (Stimuli-Organism-S-O-Respons), Teori S-O-S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-

Organism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

(24)

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu

Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan.

Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan

komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator.

bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan yakni program acara "Sentilan

Sentilun" kepada para audiens mungkin dapat diterima atau mungkin ditolak.

Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses

berikutnya komunikan mengerti. Komunikan inilah yang akan melanjutkan proses

berikutnya setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah

kesediaan untuk mengubah perilaku yaitu sikap masyarakat untuk lebih bersikap

obyektif dengan berbagai tayangan yang ada di televisi.

Pemirsa yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat

Surabaya yang berusia 17 tahun. Dipilihnya masyarakat dengan katagori usia 17

tahun karena pada masa tersebut, seseorang memasuki Remaja awal. Menurut

Kartono (2007:154), perkembangan awal remaja ini diikuti dengan pertumbuhan

intelektual yang insentif, perkembangan intelektual membangun macam-macam

fungsi baik psikis dan rasa ingin tahu secara bercorak sosial.

Berdasarkan uraian di atas maka judul dalam penelitian ini adalah “SIKAP

MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ACARA SENTILAN SENTILUN

DI METRO TV (Studi Deskriptif Masyarakat Surabaya Terhadap Acara Sentilan

Sentilun di METRO TV)

(25)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap masyarakat

Surabaya terhadap acara sentilan sentilun di METRO TV (studi deskriptif

masyarakat Surabaya terhadap acara Sentilan Sentilun di METRO TV) ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana sikap mayarakat Surabaya terhadap acara sentilan sentilun di METRO

TV (studi deskriptif masyarakat Surabaya terhadap acara Sentilan Sentilun di

METRO TV).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan diantaranya :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi

kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama mengenai

penelitian yang berkaitan dengan komunikasi massa khususnya pengaruh

media massa terhadap khalayak.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemirsa untuk lebih

membuka wawasan tentang program acara Talk show yang dikemas secar

prodi dan lucu untuk mengeritik suatu permasalahan yang sedang gencar

baik dikalangan masyarakat, pemerintah, maupun kalangan artis, dengan

cara menyampaikan yang hati-hati dan lembut sehingga tidak lagi

(26)

10

2.1.Landasan Teori

2.1.1.Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi adalah salah satu media massa yang merupakan paduan radio

(broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang

berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi “jauh” dihasilkan dengan

prinsip radio, sedangkan segi “penglihatan“ oleh gambar. (Effendi, 2000:174).

Televisi merupakan hasil temuan dari riset ilmiah dan teknik, dan

berkembang sebagai suatu media hiburan atau berita. Hal tersebut televisi

memiliki konsekuensi-konsekuensi yang tak terduka sebelumnya, bukan hanya

terhadap media hiburan dan berita lainya dengan meredusir daya hidupnya dan

peran pentingnya, namun juga berbagai proses penting dalam kehidupan keluarga

budaya dan sosial (Williams, 2009:4).

Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan

pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol

dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman,

televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu.

(Morrisan, 2004:1).

Televisi memiliki daya tarik yang sangat kuat melebihi media massa

lainnya. Kalau radio memiliki daya tarik yang kuat karena unsur-unsur vokal,

(27)

memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan kesan mendalam

bagi penonton. Daya tarik ini melebihi bioskop karena dapat dinikmati di rumah

dengan santai, aman dan nyaman.

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa

yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir

kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang

paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas

karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat

audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang

relatif tidak berbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi

sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat

bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan

pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat debandingkan dengan radio dan surat

kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh

segi-segi kejiwaan.

Televisi sebagai media massa dapat dikonsumsi secara luas dan serempak

oleh masyarakat di berbagai tempat, sehingga keberadaan program acara yang

ditayangkan di televisi juga akan memberikan pengaruh terhadap khalayaknya

juga secara serempak. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia

memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan

informasi yang bersifat massa. Televisi sebagai media yang muncul belakangan

dibanding media cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat

(28)

televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia

sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali.

Televisi sebagai salah satu media mempunyai karakteristik yang dimiliki

oleh media massa, yaitu (Cangara, 2003:134):

1. Bersifat melembaga, yaitu pihak yang mengelola media terdiri dari banyak

orang mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan

terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Reaksi atau umpan balik tidak

bisa dilakukan secara langsung.

3. Meluas dan serempak artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,

karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan dimana

informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan

semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana

saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

2.1.2.Format Acara Televisi

Setiap hari masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program

acara yang ditawarkan oleh stasiun televisi. Program acara yang bagus dapat

menaikkan rating dari televisi tersebut. Program acara yang bagus dapat terlihat

dari format acaranya. Menurut Jonathan Bignel (2004 : 307), format acara adalah

”the blue print for a programme, including it’s setting main character, genre,

(29)

program yang meliputi latar belakang program, karakter utama, tipe program,

bentuk dan tema utama program. Definisi lainnya menyebutkan bahwa format

acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi

yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi

dalam berbagai kreteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa

acara tersebut.

Format acara televisi menurut Naratama (2004:64) dibagi menjadi tiga

bagian seperti yang tampak pada gambar dibawa ini:

Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi

berdasarkan drama fiksi, non drama dan berita.

1. Fiksi (Drama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi

kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.

Format yang digunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang

diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan.

Adega-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan

(30)

2. Nonfiksi (Nondrama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan

imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi dunia

khayalan. Nondrama bukanlah suatu runtutan certita fiksi dari setiap

pelakunya. Untuk itu format-format program acara nondrama merupakan

sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang

dipenuhi dengan aksi, gaya dan music.

3. Berita dan Olahraga

Format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau

kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyrakat

sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan

ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang

independent.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa program acara yang bagus

dilihat dari format acaranya. Beberapa unsur dalam format acara adalah :

1.Settimg atau latar belakang program yaitu dasar atau titik tolak untuk

memberikan pemahaman mengenai apa yang ingin disampaikan.

2.Main character atau karakter utama yaitu simbol karakter yang menjadi faktor

utama sebuah alur cerita, dan berinteraksi, mempunyai peranan penting dalam

sebuah plot cerita.

3.Genre atau tipe program yaitu jenis program tayangan yang menjadi acuan.

(31)

5. Main themes atau tema utama program, yaitu gagasan pokok atau sesuatu yang

menjadi pokok masalah dalam cerita yang diangkat dalam sebuah program

acara.

Sedangkan menurut Wibowo (2007:132) Jenis tayangan televisi antara

lain :

a. Program Berita

Program berita merupakan suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian

yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui

media secara periodik.

b. Dokumenter

Program yang menyajikan suatu kenyataan yang berdasarkan pada fakta

objektif yang memiliki nilai esensial dan eksensial, artinya menyangkut

kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata.

c. Feature

Adalah suatu program yang membahas suatu pikok bahasan, satu terra,

diungkapkan lewat satu pandangan yang saling melengkapi, mengurai,

menyoroti secara kritis, dengan disajikan dari berbagai format. Dalam satu

feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa

program sekaligus, misalnya wawancara, show, puisi, nyanyian dan lain

sebagainya.

d. Magazine

Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah mengudara.

(32)

mingguan, bulanan, tergantung dari kemampuan produser program magazine

bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan tapi membahas suatu bidang

kehidupan seperti film, pendidikan, musik dan lain lain.

e. Spot

Suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televesi

untuk tujuan-tujuan tertentu dan juga merupakan program yang sangat pendek.

Keunggulan program ini salah satunya adalah dapat mencapai penonton yang

banyak karena tidak membutuhkan jangka waktu yang luas, dan dapat

diulang-ulang beberapa kali sehingga mudah diingat, dan mudah diletakkan

diantara program atau digunakan sebagai selingan jika tersedia waktu yang

singkat.

e. Doku-Drama

Doku-Drama kependekan dari dokumenter drama maksudnya dokumenter

yang didramakan. Satu kejadian yang pernah terjadi sungguh-sungguh,

terdapat peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya

masih hidup tetapi kejadiannya sudah lampau misalnya anak seribu pulau.

f. Sinetron

Sinetron, kependekan dari sinema elektronik. Bermakna dari kata sinema

penggarapannya tidak jauh dari film layar putih.

2.1.3. Pemirsa Sebagai Khalayak Media

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai

sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa

(33)

khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang

besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan

dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat

berubah dengan cepat (Mc. Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.

Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik

minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada

dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu:

1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang

sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.

Selain itu pemirsa televisi dapat di bedakan pula menurut janis kelamin, umur,

tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan.

2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan di mengerti oleh pemirsa, maka isi

pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai

dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka

menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir

aktif, aktif melakukan interprestasi.Mereka bertanya-tanya pada dirinya apakah

yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. la memilih program televisi yang

(34)

2.1.4.Sikap

2.1.4.1. Pengertian Sikap

Dalam ilmu psikologi sosial, sikap banyak sekali diteliti, mulai dari teori,

konstruksi, konsep hingga pengukurannya. Berikut ini adalah beberapa definisi

mengenai sikap :

a. Menurut Sutisna, Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan

tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak

disenangi secara konsisten (Sutisna, 2003:99).

b. Menurut Sheriff, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap

bukan sekedar rekanan masa lalu, tetapi menentukan apakah orang harus setuju

atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan

dan diinginkan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus

dihindari (Rakhmat, 1999:40).

c. Menurut Berkowitz, Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (favorable)

maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada obyek

tersebut (Azwar, 2007:4).

d. Menurut Rakhmat, Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi.

Berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap

bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan

cara-cara tertentu terhadap objek sikap (Rakhmat, 1999:39-40).

Sikap dan perilaku adalah suatu hal yang berbeda. Perilaku (behavior)

(35)

reaksi dan gerakan tubuh saja, melainkan juga pernyataan-pernyataan verbal dan

pengalaman subjektif (Bungin, 2005:27-27). Dengan demikian perilaku tersebut

dapat diketahui dengan tindakan-tindakan yang nyata dan juga ucapan atau

pikiran-pikiran.

2.1.4.2. Fungsi Sikap

Kazt (1960) dalam buku Severin dan Tankard (2005:196) berpendapat

bahwa pembentukan sikap dan perubahan sikap harus dipahami dalam istilah

fungsi-fungsi sikap bagi kepribadian. Karena fungsi-fungsi ini berbeda, demikian

pula kondisi dan teknik perubahan sikap. Katz mengidentifikasi empat fungsi

utama sikap berikut ini yang dapat bermanfaat bagi kepribadian:

1. Fungsi Instrumental, penyelarasan atau kebermanfaatan

Sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia berjuang keras untuk

memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal mereka dan

meminimalkan sanksi. Misalnya, seorang pemegang hak pilih yang

beranggapan bahwa pajak terlalu tinggi mungkin akan memilih seorang

kandidat politik mereka karena kandidat itu berjanji untuk menurunkan pajak.

2. Fungsi pertahanan diri

Sejumlah sikap kuat dipegang karena manusia melindungi ego mereka dari

hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari pengetahuan tentang

kekuatan-kekuatan yang mengancam dari luar. Perasaan rendah diri sering

diproyeksikan pada anggota-anggota sebuah kelompok minoritas sebagai alat

memperkuat ego. Ini merupakan sebuah contoh sikap berprasangka yang

(36)

3. Fungsi ekpresi nilai

Beberpa sikap dipegang kuat karena memungkinkan seseorang memberikan

ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan pada jati diri. Misalnya, seorang

remaja yang menyukai sebuah grup musik rock n roll mengekspresikan

kepribadiannya melalui sikap ini.

4. Fungsi pengetahuan

Beberpa sikap dipegang kuat karena memuaskan kebutuhan akan pengetahuan

atau memberikan struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia

akan kacau. Banyak keyakinan religius memiliki fungsi ini, juga sikap-sikap

lain seperti norma-norma budaya yang berlaku.

2.1.4.3. Komponen Sikap

Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen: komponen afektif,

kognitif dan komponen perilaku atau konatif.

1. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berisi pengetahuan dan kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen

kognitif merupakan keyakinan terhadap sebuah objek.

2. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi

(37)

Komponen afektif juga merupakan kesukaan atau perasaan terhadap sebuah

objek.

3. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana

perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek

sikap yang dihadapinya (Severin dan Tankard, 2005:177).

Mar'at dalam Dayakisni (2003:96) menjelaskan bahwa pada hakekatnya

sikap adalah merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana

komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu:

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang

dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian

akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tertentu.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya

evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system

nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada

dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan

(38)

Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia

menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini pesan yang disampaikan

komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain,

tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri

komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif. Disini

tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak

hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih,

takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya

adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku,

tindakan, atau kegiatan.

Adapun pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat, namun

terpaan yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan

tindakan masyarakat (Mulyana, 1999:143). Sedangkan tolak ukur terjadinya

pengaruh terhadap sikap seseorang, dapat diketahui melalui respon atau tanggapan

yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang

menyatakan setuju, (b) respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, (c)

respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu

obyeknya.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek komunikasi

tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka diterpa pesan

yang disampaikan oleh komunikator, sehingga dasar landasan teori yang dipakai

bukan pada adanya pengaruh (efek, dampak) komunikan, tetapi pada bentuk sikap

(39)

dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, maka terjadi

perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika komunikasi yang dilakukan antara

komunikator dan komunikan "gagal", maka tidak terjadi perubahan sikap pada

komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap

komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.

2.1.5. Teori S-O-R

Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah teori S-O-R yaitu

singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula bersal dari psikologi.

Apabila kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan karena

objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia

yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini perilaku, kognisi, afeksi

dan konasi.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan

tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari

komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu

dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya

pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi

dan penyajian stimulus. Menurut Stimulus response ini, efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur

(40)

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada

komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai informasi,

dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan

komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan

memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang.

Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap

pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan konatif.

Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi.

Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi

komunikan (Effendi, 2003:118)

Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam

lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari

ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari

satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita

tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara

stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam

artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku

eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal

(41)

stimulus. Menurut Stimulus–Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi

khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek

“how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal ini how

to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikasi.Dalam proses

perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang

menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar'at dalam bukunya "Sikap Manusia, Perubahan serta

Pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan,

bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerimaan

Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan

yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau

mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan

menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan.

Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah

(42)

disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk

mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi

(Effendy, 2003:56).

2.1.6.Tayangan Talk Show “Sentilan Sentilun”

Menjamurnya program talkshow sebagai hiburan di beberapa stasiun televisi

belakangan ini tidak membuat Metro TV sebagai satu-satunya stasiun televisi

swasta yang mengambil segmen berita menjadi gentar. Justru Metro TV

mendahului dengan mengedepankan talkshow yang dibawakan oleh Slamet

Raharjo serta Butet yaitu program acara “Sentilan Sentilun”. Sentilan Sentilun

merupakan salah satu acara di MetroTV dalam spesial program yang ditayangkan

di malam hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak

Sentilan dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan

dengan gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa

dipakai mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa

di seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang

dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak

tentang berbagai hal. Sedangkan mas Sentilun diperankan oleh Butet Kertaradjasa

yang memainkan peran batur atau pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta

selalu ingin tahu. Perbincangan kedua tokoh ini merupakan seketsa-seketsa

pendek yang ingin disampaikan oleh pemirsa untuk mengeritik dengan kata lain

menyentil fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, pemerintah, panggung

(43)

2.2.Kerangka Ber fikir

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir

Program Tayangan Sentilan Sentilun di metro

TV

Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Program Tayangan Sentilan Sentilun di metro TV meliputi :

(44)

28

3.1.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana

dalam pendekatan deskriptif kuantitatif akan dapat menginterpretasikan secara

rinci sikap masyarakat mengenai program Sentilan Sentilun. Dengan

menggunakan tabel dan akan di analisis, sehingga hasil sikap masyarakat

mengenai program Sentilan Sentilun yang dilakukan peneliti dapat menghasilkan

uraian yang mendalam tentang hasil pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang

diberikan peneliti.

3.2.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.2.1.Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator

dari variabel-variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukiskan secara

sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat,

1999:22). Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah :

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi. Berpikir, dan merasa

dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi

merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap

(45)

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya

terhadap acara “Sentilan Sentilun” di Metro TV. Variasi sikap diukur berdasarkan

komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif yang meliputi :

1. Aspek Kognitif, berisi komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau

informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan

ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap

tertentu. Indikator penelitian adalah:

a. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui nara

sumber yang dihadirkan sesuai dengan topik yang dibahas.

b. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui

permasalahan yang sedang marak terjadi di masyarakat.

c. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui cara

mengeritik dengan baik.

d. Dengan menonton program acara Sentilan Sentilun mengetahui gaya host

berbicara dalam memberikan kritikan

2. Aspek Afektif, berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi

sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau

system nilai yang dimilikinya. Indikator penelitian adalah:

a. Merasa suka dengan cara mengeritik yang dibawakan oleh pembawa acara

Sentilan Sentilun.

b. Merasa suka dengan nara sumber yang dihadirkan oleh program acara

(46)

c. Perasaan senang dapat menggungkapkan keluh kesah terhadap kinerja

penguasa negara.

d. Anda merasakan empati mengenai permasalahan yang dihadapi oleh

oknum pemerintahan

e. Merasakan kesedihan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh oknum

pemerintahan

3. Aspek Konatif, struktur sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau

tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya. merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang

berhubungan dengan obyek sikapnya. Dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan

dengan objek sikap yang dihadapinya. Indikator penelitian adalah :

a. Keinginan untuk selalu menonton program acara Sentilan Sentilun di Metro

TV.

b. Ingin mengambil sisi positif atau pelajaran dari kritikan yang disampaikan

oleh pembawa acara dan narasumber.

c. Keinginan untuk memberikan dan menyampaikan kritik kepada

pemerintah mengenai kinerjanya.

d. Keinginan Untuk Memberikan Masukan Terhadap Kinerja Pemerintah

Melalui Program Acara Sentlan Sentilun

3.2.2. Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variabel sikap masyarakat terhadap acara ”Sentilan

Sentilun” dalam penelitian ini digunakan model skala likert (skala sikap). Skala

(47)

Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara spesifik dan sistematik oleh

peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek merupakan

titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi responden.

Setiap pernyataan atau pertanyaan tersebut dihubungkan dengan jawaban yang

berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan melalui kata-kata

dengan nilai skor 1-5 yaitu: (5) Sangat Setuju (SS), (4)Setuju (S), (3) Netral (N),

(2) Sangat Tidak Setuju (STS), dan (1) Tidak Setuju (TS)“ (Kriyantono,

2007:134).

Variabel sikap masyarakat terhadap acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV

dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu positif, netral

dan negatif yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing

responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat

rendah, sedang dan tinggi menggunakan rumus :

Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range(R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item

pertanyaan.

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item

(48)

Positif = 45 - 60

a. Positif bila interval jawaban antara 15 - 20

b. Netral bila interval jawaban antara 10- 14

c. Negatif bila interval jawaban antara 4 - 9

Sikap Afektif = 5

a. Positif bila interval jawaban antara 15 - 20

b. Netral bila interval jawaban antara 10- 14

a. Negatif bila interval jawaban antara 4 - 9

Sikap Konatif = 5

a. Positif bila interval jawaban antara 15 - 20

d. Netral bila interval jawaban antara 10- 14

e. Negatif bila interval jawaban antara 4 - 9

3.3.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang mulai

berumur 17 tahun. Dipilihnya masyarakat sebagai khalayak pemirsa sasaran

(49)

lebih sempurna (kematangan kognitif), kematangan emosional dan sosial (Sobur,

2003 : 52-53). Berdasarkan data BPS (dalam angka 2012) maka populasi mulai

usia 17 tahun berjumlah 2.122.286 jiwa.

3.3.2.Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia

mulai 17 tahun. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Nonprobability Sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel, Dengan Purposif Sampling yaitu pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2003:60). Adapun kriteria sampel pada

penelitian ini adalah :

a. Masyarakat yang berKTP Surabaya

b. Masyarakat Surabaya yang pernah menonton program acara Sentilan Sentilun

di Metro TV, lebih dari 1 kali dalam sebulan.

c. Masyrakat Surabaya minimal berusia 17 tahun

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka

digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

1

d = Presisi (derajat ketelitian 10%).

(50)

100

memiliki karakteristik seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini, menurut cara memperolehnya

dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan dari responden. Data primer dari

penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden dengan berdasarkan

kuesioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup dan terbuka.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan.

Data sekunder dikumpulakn melalui sumber-sumber informasi kedua seperti

perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya.

Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan

analisis.

3.5.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang

digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk

(51)

mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk

selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data

yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

100 × =

N F P

Keterangan :

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

(52)

36

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Geografi Kota Sur abaya

Letak : 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang

Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit

BT (Bujur Timur)

Ketinggian : 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah), kecuali

di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah Lidah &

Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas permukaan air

laut

Batas Wilayah :

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Luas Wilayah : 33.306,30 Ha

(53)

Tekanan Udara : Rata-rata minimum 1.005,38 Mbs dan maksimum 1.014,41

Mbs

Temperatur : Rata-rata minimum 23,3 °C dan maksimum 35,2 °C

4.1.2.Demografi Kota Sur abaya

Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada

di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara

pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi

yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya

yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat

Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Ciri khas masyarakat asli

Surabaya adalah mudah bergaul. Gaya bicaranya sangat terbuka. Walaupun

tampak seperti bertemperamen kasar, masyarakat disini sangat demokratis, toleran

dan senang menolong orang lain Dalam berkesenian masyarakat disini senang

dengan gerakan yang atraktif, dinamis dan humoristik. Gerak tari yang lambat

kurang diterima disini.

Kota Surabaya merupakan kota lama yang berkembang hingga mencapai

bentuknya seperti saat ini. Awalnya masyarakat tinggal dalam perkampungan.

Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,2 % setahun, tentu saja kebutuhan akan

perumahan sangat besar. Masyarakat dapat menetap dalam perkampungan padat

ataupun memilih berpindah ke real estate yang lebih teratur. Pilihan kelas real

estate pun sangat beragam. Hunian bertaraf internasional yang dilengkapi dengan

(54)

rnanapun di dunia, dikotomi miskin dan kaya tentu saja juga terjadi di Surabaya. Akan tetapi masing-masing

dapat berdampingan dengan damai, dan tidak menjadi alasan hidup di Surabaya menjadi kurang nyaman

(http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=22).

4.1.3.Tayangan Sentilan Sentilun di Metr o TV

Metro TV mengedepankan talkshow yang dibawakan oleh Slamet Raharjo

serta Butet yaitu program acara “Sentilan Sentilun”. Sentilan Sentilun merupakan

salah satu acara di MetroTV dalam spesial program yang ditayangkan di malam

hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak Sentilan

dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan dengan

gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa dipakai

mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa di

seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang

dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak

tentang berbagai hal. Sedangkan mas Sentilun diperankan oleh Butet Kertaradjasa

yang memainkan peran batur atau pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta

selalu ingin tahu. Perbincangan kedua tokoh ini merupakan seketsa-seketsa

pendek yang ingin disampaikan oleh pemirsa untuk mengeritik dengan kata lain

menyentil fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, pemerintah, panggung

politik(http://www.attayaya.net/2010/06/sentilan-sentilun-metrotv-news.html).

4.2.Penyajian Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner yang telah

dibagikan kepada 100 orang yang tersebar di Surabaya diperoleh karakteristik

(55)

4.2.1.Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasar kan J enis kelamin

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasar kan J enis Kelamin

No J enis Kelamin J umlah (N) Pr osentase (% )

1 Laki-Iaki 55 55

2 Perempuan 45 45

Total 100 100

Sumber : Kuesioner Sub I. No.1

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 55

orang atau sebesar 55% dan sisanya 45 orang atau sebesar 45% adalah

responden perempuan.

2. Karakteristik Responden Berdasar kan Usia

Tabel 4.2.

atau sebesar 45%, sedangkan untuk usia 27-36 tahun yaitu sebanyak 30 orang

atau 30% dan sisanya sebanyak 25 orang atau sebesar 25% adalah orang-orang

Gambar

Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi
Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R)
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Theory of Reasoned Action (TRA) ... Pasar Swalayan ... Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... Hipotesis dan Model Penelitian ... Pembatasan Masalah ... Definisi Operasional

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar-dasar pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana korupsi, untuk mengetahui prosedur pemberian bersyarat

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar

This study has examined students’ from “low performing” secondary schools attitudes toward science in the constructs of practical work of science, science outside of school,

[r]

Projetu fisiku ba tinan 2014 sei implementa deit ba sukus 250 iha Distritus 13 ho razaun katak funsionarius/as PNDS nebe atu fó asistensia ba implementasaun programa ne’e hamutuk

Daftar Perhitungan Intellectual Capital Pada Perusahaan Keuangan Tahun 2011 – 2014..

Manfaat bagi perusahaan dengan cetak kalender adalah sebagai salah satu media promosi efektif dan efisien selama 1 tahun penuh untuk menyampaikan beberapa informasi