• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1434 H / 2013 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1434 H / 2013 M"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA SMP NEGERI 2 BONTOHARU KECAMATAN BONTOHARU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ENNI AFRIANI 28 19 2208

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1434 H / 2013 M

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Efektivitas Metode Kerja Kelompok Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

Nama Mahasiswa : ENNI AFRIANI

Nim : 28 19 2208

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4 Ramadhan 1434 H Makassar, ---

12 Juli 2013 M Di setujui oleh

Pembimbing I

Drs. Abd. Rahim Razaq, M. Pd NIDN: 0920085901

Pembimbing II

Drs. Mutakallim Sijal Nip:196111101993031002

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, peneliti yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya peneliti sendiri.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

4 Ramadhan 1434 H Makassar, ---

12 Juli 2013 M

Peneliti

Enni Afriani

(4)

PRAKATA

ﷲ مـــــــــﺳﺑ مﯾـــــــﺣرــﻟا نــﻣﺣرــﻟا

َنْﯾِﻌَﻣ ْ ﺟاَ ِﮫِﺑﺎَﺣْﺻَا َ و ِﮫِﻟَا ﻰَﻠَﻋ َ و .

ُدْﻌَﺑﺎﱠﻣَا .

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah rabbul alamin atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta salawat dan salam atas junjungan Nabiullah Muhammad Saw.

Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Metode Kerja Kelompok Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar” penulis tidak dapat menyelesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar- besarnya atas bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi dapat penulis selesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Syarifuddin dan Ibunda Sitti Arah yang tercinta telah mengasuh dan mendidik peneliti dengan kasih sayang, dan tak kenal lelah serta pengorbanan apapun sehingga penulis sampai kejenjang pendidikan S1 (Strata satu), kepada keduanya penulis senantiasa memanjatkan do’a semoga Allah Swt.

mengasihi dan mengampuni dosa-dosa keduanya dan menentramkan kehidupannya di dunia dan di akhirat.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina universitas ini dengan sebaik-baiknya.

(5)

Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Unismuh Makassar.

5. Bapak Drs. Abd. Rahim Razaq, M. Pd dan Bapak Drs. Mutakallim Sijal sebagai pembimbing I dan II dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu para dosen yang telah mendidik dan memberikan Ilmu Pengetahuan selama ini kepada penulis.

7. Bapak Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh responden yang telah memberikan informasinya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Kepada saudara-saudara penulis yang telah memberikan bantuan moral maupun materil selama penulis masih dalam jenjang pendidikan.

Akhirnya kepada Allah Swt kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya, Amin.

4 Ramadhan 1434 H Makassar, --- 12 Juli 2013 M

Peneliti

(6)

ABSTRAK

Enni Afriani (28 19 2208). “Efektivitas Metode Kerja Kelompok Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar” (dibimbing oleh Abd. Rahim Razaq dan Mutakallim Sijal).

Penelitian ini bermaksud membahas tentang efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. Faktor- faktor yang menjadi kendala peningkatan motivasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (Field research), yakni peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang kongkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, melalui angket, wawancara, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh kesimpulan yang akurat yang dapat dipertanggung jawabkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kerja kelompok di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar sudah cukup efektif dari 35 siswa yang dijadikan responden 25 atau 88% siswa yang memilih efektif dan 5 orang atau 15% siswa yang memilih kurang efektif, hasil angket tersebut didukung hasil wawancara dengan guru bahwa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu adanya dorongan dalam diri siswa untuk mengoptimalkan potensi belajarnya adanya dorongan keaktifan siswa dalam belajar serta adanya partisipasi siswa belajar.

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Keadaan populasi guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013 ... 32 Tabel 2: Keadaan sampel kepala sekolah, guru dan siswa Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun ajaran 2012 / 2013 ... 34 Tabel 3: Keadaan Guru SMP Negeri 2 Bontoharu Tahun Ajaran

2012 / 2013 ... 44 Tabel 4: Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2012 / 2013... 45 Tabel 5: Sarana Fasilitas Belajar SMP Negeri 1 Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2012 / 2013 ... 46 Tabel 6: Pendapat responden tentang efektif kerja kelompok

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar... 48 Tabel 7: Pendapat responden tentang dorongan dalam dari siswa

untuk mengoptimalkan potensi dalam belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar... 49 Tabel 8: Pendapat responden tentang optimalisasi peningkatan

motivasi siswa dalam belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar... 51 Tabel 9: Pendapat responden tentang peran metode kerja

kelompok pada aspek keaktifan siswa dalam konteks peningkatan motivasi belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar... 52 Tabel 10: Pendapat responden tentang peran metode kerja

kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek partisipasi siswa belajar... 54

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PRAKATA ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Efektivitas Metode Kerja Kelompok ... 7

1. Pengertian Metode Kerja Kelompok ... 7

2. Jenis-jenis Metode Kerja Kelompok ... 9

B. Pendidikan Agama Islam ... 11

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 11

2. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam... 13

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 18

C. Motivasi Belajar Siswa ... 21

1. Pengertian motivasi belajar ... 21

2. Jenis dan Sifat Motivasi... 22

3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 29

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Defenisi Operasional... 30

E. Populasi dan Sampel ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data... 39

H. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ... 43 B. Efektivitas Metode Kerja Kelompok Dalam

Pengajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap

(9)

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar... 47

C. Faktor-faktor Yang Menjadi Kendala Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ... 55

D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ... 60

BAB V PENUTUP ... 65

A. Jenis Penelitian ... 65

B. Saran-saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi belajar merupakan kondisi psikologis sesorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diris siswa yang menimbulkan, menjamin kalangan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Itulah sebabnya, motivasi belajar sangat diperlukan sebab seseorang tidaka akn mungkin melakukan motivasi belajar.

Pupuh Fathurrahman dkk (2010 : 19-20) mengemukakan bahwa:

Motivasi itu sendiri ada ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah sebuah jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu senditi tanpa adanya paksaan, dorongan orang lainm tetapi atas dasar kemauan sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah sebuah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain, sehingga dalam keadaan demikian siswa mau melakuan sesuatu atau belajar.

Dengan melihat begiitu pentingnya kedua motivasi tersebut, maka proses belajar mengajar harus dibuat sedemikian rupa sehingga agar siswa tetap termotivasi untuk belajar. Dengan kata lain, proses pembelajaran harus menarik bagi setiap siswa.

Hamzah B.Uno dan Nurdin Mohammad (2011 : 215) dalam kaitan ini mengungkapkan bahwa:

Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran para pelajar. Untuk memenuhi tugas ini,

(11)

pembelajaran yang menarik dan harmonis tetapi mereka juga menciptakan pembelajaran yang berkesan. Hal ini bermakna bahwa guru perlu mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat merangsang minat pelajar, selain senantiasa memikirkan kebajikan dan keperluan pelajar.

Penciptaaan suasana yang menarik dan berkesan tersebut sangat penting dalam pembelajaran untuk tidak hanya mempertahankan motivasi belajar siswa tetapi juga meningkatkan motivasinya dalam setiap kegiatan belajar, terlebih-lebih disetiap kelas siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami pelajaran.

Oleh karena itulah, guru harus dapat menentukan strategi dan metode-metode pembelajaran, serta teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan pelajar. Strategi atau metode ini, selain berpotensi merangsang pelajar belajar secara efektif, ia juga harus mampu membantu menganalisis konsep atau ide dan berupaya menarik hati pelajar serta dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

Aktivitas-aktivitas yang dipilih hendaklah yang menaruk dan mempunyai potensi yang tinggi untuk membolehkan isi pelajaran dan konsep-konsep yang diterjemahkan secara jelas.

Metode-metode pembelajaran yang mungkin menarik dan berkesan tersebut banyak sekali antara lain adalah metode pembelajararan kerja kelompok. Metode ini mengharuskan siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Sebagai sebuah metode kerja kelompok dalam pengajaran tentu memiliki siswa positif dan sisi negatif. Beberapa siswa positif dari metode ini antara lain

(12)

misalnya siswa dapat saling membantu satu sama lain. Sehingga dengan metode ini tugas dapat diselesaikan dengan baik, khususnya bagi siswa yang lemah. Namun disis lain, apabila jumlah anggota kelompok terlalu banyak maka kerja kelompok menjadi tidak efektif dan efisien karena siswa yang malas pada umumnya apriori dan hanya mengandalkan siswa yang pintar dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.

Lagi-lagi disinilah peran penting seorang guru. Dalam hal ini guru ditutut untuk mencermati aspek-aspek negatif dari metode kerja kelompok.

Seklipun siswa harus diberikan kebebasan, namun bimbingan dan arahan-arahan dari guru hendaknya selalu diberikan kepada siswa.

Apalagi dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Sebagaimana faktanya menunjukkan bahwa siswa sekolah lanjut pertama khususnya SMP pada umumnya memiliki kelemahan pada aspek membaca dan menulis Al quran dan semua yang berbasa Arab yang menjadi ciri khas Pendidikan Agama Islam.

Penerapan metode kerja kelompok dalam hal ini, apabila tidak diiringi dengan peran penting dari guru Pendidikan Agama Islam maka efektivitas metode ini boleh jadi sangat diragukan. Pekerjaan siswa tidak tuntas dan cenderung siswa akan mengerjakan tugasnya dengan asal jadi dan yang penting selesai. Skripsi ini akan mengkaji tentang bagaimana efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah

(13)

Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?

3. Upaya-upaya apa saja yang dilakujkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala peningkatan

motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

(14)

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak sekolah, sebagai sumbangan berharga dalam mengetahui efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

a. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam mengajar tentang efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas Metode Kerja Kelompok 1. Pengertian Metode Kerja Kelompok

Dalam memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda, sesuai sudut pandang, dan kepentingan masing-masing. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009 : 203) efektif berarti berdaya guna, ada efeknya, manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna

Menurut Dewi Padmo (2008:15) bahwa:

Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan sesuatu dengan maksud tertentu yang memang dikehendakinya, maka orang itu efektif kalau menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki. Efektivitas, adalah kemampuan seseorang melaksanakan tugas, kewajiban dan hasilnya sesuai aturan.

Menurut E Mulyasa (2011 : 83) Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.

Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efek- tivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya

(16)

tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.

Sebagaimana yang dikemukakan Ahmad Sabri (2010 : 56) berikut ini:

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).

Metode kerja kelompok dapat dilakukan apabila Kekurangan fasilitas didalam kelas. Misalnya tidak cukup buku pada siswa dalam kelas dengan metode kerja kelompok sehingga masing-masing kelompok dapat memperoleh sebuah buku. Kemampuan siswa berbeda-beda sehingga dapat bekerja sama antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai.

Zakiah Daradjat (2008 : 304) mengemukakan bahwa:

Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka cara mengajar tersebut dapat dinamakan Metode Kerja Kelompok.

Dalam kaitan ini pengelompokan dapat dilakukan oleh anak didik sendiri yang biasanya dalam pemilihan kelompok seperti ini didasarkan atas pemilihan teman yang menurutnya lebih dekat atau lebih intim. Cara yang demikian ada keuntungannya dalam proses belajar, yaitu menimbulkan konsentrasi dalam belajar, memudahkan hubungan kepribadian dan dapat menimbulkan kegairahan baru.

Pengelompokan dapat pula dilakukan oleh guru atas pertimbangan- pertimbangan pedagogis, di antaranya untuk membedakan anak didik

(17)

Crow and Crow dalam Ahmad Sabri (2010 : 305) bahwa “anak yang cerdas apabila digabungkan dengan anak yang lemah akan mengalami kesulitan- kesulitan dalam belajar terutama bagi yang lemah”.

Untuk kelompok yang dibagi berdasarkan kemampuan anak didik, tugas guru sebagai pembimbing lebih berat, karena harus secara cermat memperhatikan anak didik yang lemah agar jangan terlalu dirugikan.

Sedangkan bagi yang cerdas jangan sampai ada anggapan bahwa dengan adanya kelompok tidak memberi manfaat baginya. Dalam hal ini guru harus memberikan tugas kepada yang lebih cerdas untuk membantu rekan-rekannya yang lemah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas metode kerja kelompok adalah terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama.

2. Jenis-Jenis Metode Kerja Kelompok

Menurut Zakiah Daradjat (2008 : 306) dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok maka metode ini ada beberapa macam yaitu:

a. Kerja Kelompok Jangka Pendek.

Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dalam waktu yang singkat ± 20 menit, dan kelompok ini berguna agar pada anak didik tertanam rasa saling membantu dan kerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas. Di samping itu juga dimaksud

(18)

menanamkan kepada diri anak didik tentang pentingnya musyawarah dan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Kerja Kelompok Jangka Menengah.

Kerja kelompok jangka menengah ini diadakan karena kepentingan untuk penyelesaian unit-unit pelajaran, yang akan lebih baik apabila dikerjakan dengan cara bersama-sama dalam beberapa hari.

c. Kerja kelompok jangka panjang.

Kelopok kerja ini biasa dinamakan kelompok studi. Suatu kelas dibagi kepada beberapa kelompok, dan biasanya kelompok ini berakhir kalau telah berlangsung kenaikan kelas atau selesai belajar pada suatu tingkat

Tiap-tiap kelompok mendapat tugas yang berbeda-beda, tetapi masing-masing kelompok berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan bersama nanti setelah masing-masing kelompok selesai tugasnya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan kelompok jangka menengah ini, yaitu:

1) Masalah yang dibahas adalah masalah yang penting bagi murid dan menarik perhatian mereka.

2) Dalam mengerjakan pekerjaan tersebut masing-masing anak didik menganggap dirinya sebagai peserta yang penting serta sanggup menyumbangkan pikirannya. Oleh sebab itu sebaiknya dalam

(19)

oleh guru sebagai pembimbing dalam membagi tugas pekerjaan dan cara melaksanakan kerja.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengetian Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Daradjat (2009 : 25) Pendidikan berasal dari bahasa Arab tarbiyah dengan kata kerja rabba. Demikian pula pengajaran berasal dari “ta’lim” dengan kata kerja allama. Sedangkan ta’dib berasal dari kata addaba”artinya mendidik. Sehingga pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya tarbiyah wa’ talim dengan demikian pendidikan Islam menurut bahasa adalah terjemahan dari tarbiyah Islamiyah.

Sementara itu W.J.S. Poerwadarminto, (2007 : 250) mengemukakan bahwa:

Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata

"didik" yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.

Aslam Ashadi (2008 : 6) mengemukakan bahwa “agama yaitu menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya perikehidupan manusia”.

Sementara itu Tihami (2003 : 15) mengemukakan pengertian agama :

a. Al-din (agama) menurut bahasa terdapat banyak makna, antara lain al-Tha'at (ketaatan), al-Ibadat (ibadah), al-]aza (pembalasan), al-Hisab (perhitungan).

b. Dalam pengertian syara', al-din (agama) ialah keseluruhan jalan hidup yang ditetapkan Allah melalui lisan Nabi-Nya dalam bentuk ketentuan-ketentuan (hukum). Agama itu dinamakan al-din karena

(20)

kita (manusia) menjalankan ajarannya berupa keyakinan (kepercayaan) dan perbuatan. Agama dinamakan juga al-millah, karena Allah menuntut ketaatan kepada Rasul dan kemudian Rasul menuntut ketaatan kepada kita (manusia). Agama juga dinamakan Syara' (syariah) karena Allah menetapkan atau menentukan cara hidup kepada kita (manusia) melalui lisan Nabi Saw.

c. Ketetapan Tuhan yang menyeru kepada makhluk yang berakal untuk menerima segala sesuatu yang dibawa oleh Rasul.

d. Sesuatu yang menuntut makhluk berakal untuk menerima segala yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Kemudian Anton M. Moeliono, (2006 : 340) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi pengertian Islam bahwa:

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw berpedoman pada kitab suci al-Qur'an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt. Agama Islam merupakan sistem tata kehidupan yang pasti bisa menjadikan manusia damai, bahagia dan sejahtera.

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. M. Arifin (2011 : 8) mengemukakan bahwa:

Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.

Dari beberapa uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dan pengajaran dengan jalan yang ditetapkan Allah melalui Nabi Muhammad Saw dalam bentuk ketentuan-ketentuan (hukum) dan berpedoman pada kitab suci Al quran, dan merupakan sistem tata kehidupan yang bisa menjadikan manusia damai bahagia dan sejahtera.

(21)

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam a. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

1) Al quran

Dasar ideal Pendidikan Agama Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al quran dan Al Hadits.

A.Chaerudji Abdul Chalid ( 2007 : 15) mendefinisikan bahwa Al quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.

Perhatian Al quran terhadap Pendidikan dapat dilihat dari berbagai ayat dalam berbagai surat di dalamnya, misalnya surat Al alaq (96) ayat 1- 5 di sebutkan sebagai berikut:



















































Terjemahnya:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Kemenag RI 2012 : 597).

Dari Ayat di atas memperlihatkan bahwa Pendidikan ditempatkan sebagai agenda utama dalam upaya memperbaiki keadaan masyarakat

(22)

yang kacau dan porak-poranda. Untuk itu di perlukan paling tidak lima unsur yang terkait dalam proses perbaikan tersebut yang meliputi:

a) Unsur guru, dalam hal ini Allah Swt.

b) Unsur murid yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

c) Unsur sarana dan prasarana (kalam).

d) Unsur metode pengajaran yakni Iqra (membaca), menelaah, mengobservasi,mengkatagorisasikan,membandingkan,menganalisi , mengumpulkan dan mengevaluasi

e) Unsur kurikulum atau sesuatu yang tidak di ketahui.

Penempatan Pendidikan sebagai agenda utama dalam Islam, juga tampak lebih jelas pada keprihatiannya meninggalkan generasi yang lemah seperti di sebutkan dalam surat An-Nisaa’ (4) ayat 4 sebagai berikut:





























Terjemahnya:

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Kemenag RI 2012 : 77) Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa generasi harapan Islam adalah generasi yang kuat baik Aqidah, ekonomi, Pendidikan dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan tujuan utama manusia diciptakan oleh Allah Swt yakni untuk menjadi khalifah. Jabatan kekhalifahan tersebut

(23)

membutuhkan sejumlah potensi dalam berbagai aspek, sehingga manusia mampu memainkan peranannya sesuai keinginan penciptaannya yaitu Allah Swt.

2) As sunnah

Sunnah adalah segala yang dimulai dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, atau selain itu. Seperti halnya Al quran, As sunnah juga berisi ajaran tentang akidah, syariat dan petunjuk- petunjuk untuk kemaslahatan manusia dalam segala aspek.

Tidak hanya itu, konsep dasar Pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw pada umatnya, memiliki corak Rahmatan Lilalamin, Universal, kebenaran mutlak dan uswatun hasanah.

Sedangkan pada persoalan teknis praktis dalam pelaksanaannnya diserahkan penuh kepada umatnya. Strategi, pendekatan, metode maupun teknik bagaimana yang dikehendaki dan cocok diserahkan penuh kepada umatnya.

Dari sini dapat diketahui bahwa Rasulullah Saw adalah sebagai guru atau pendidik utama dan pertama, dan segala amalan atau perbuatan yang dikerjakan Nabi saw. Dalam proses perubahan sikap hidup sehari-hari menjadi sumber atau dasar pendidikan Islam.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa As sunnah adalah perilaku kehidupan Rasulullah Muhammad Saw sebagai pribadi teladan (uswatun hasanah) dan pendidik serta menjadi rahmatan lilalamin yang

(24)

teknis pelaksanaan risalahnya diserahkan kepada umatnya untuk membina kehiudupannya menjadi manusia yang seutuhnya.

3) Ijtihad

Dasar Pendidikan Agama Islam selain Al quran dan As sunnah adalah Ijtihad. Kata Ijtihad adalah istilah yang di pakai oleh para Fuqaha’

(ahli syari’at / fiq’h). Menurut Zakiah Daradjat (2009 : 21):

Ijtihad adalah berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang di miliki oleh ilmuwan syari’at Islam dalam hal yang ternyata belum di tegaskan hukumnya oleh Al quran dan Sunnah, tentang seluruh aspek kehidupan, termasuk Pendidikan dengan mengikuti kaedah- kaedah yang di atur oleh para mujahid dan tidak boleh bertentangan dengan Al quran dan Sunnah.

Ijtihad dalam bidang Pendidikan, sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, tidak hanya dalam bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang sistem dalam arti yang seluas-luasnya, dengan tetap bersumber dari Al quran dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli Pendidikan Islam.

Urgensi Ijtihad untuk menemukan teori-teori baru dibidang Pendidikan semakin mendesak seiring dengan perkembangan zaman yang begitu cepat. Sementara ajaran Islam yang terdapat dalam Al quran dan Al-Sunnah hanya bersifat pokok dan prinip-prinsip dasar. Bila ternyata ada yang agak terperinci, maka hal itu hanya sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip tersebut.

Perkembangan kebutuhan manusia yang dipicu oleh perkembangan zaman, dan ilmu pengetahuan telah menggugah para

(25)

quran dan Sunnah, melalui pintu ijtihad, dengan tidak mengorbankan hal- hal yang ada kesesuaiannya dengan ajaran Islam.

Dalam konteks Indonesia, perubahan paradigma sistem Pendidikan Nasional, dengan lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 merupakan bentuk Ijtihad Pendidikan yang diharapkan mampu membawa masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang maju dan berkualitas, mengingat Pendidikan dengan guru sebagai ujung tombak pelaksana setiap kebijakannya, merupakan mesin rekayasa peradaban dan budaya yang akan menjamin kesiapan mayarakat tertentu menghadapi masa depan yang lebih baik.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Ahmad Tafsir (2006 : 76) mengemukakan dalam uraiannya bahwa tujuan Pendidikan akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut orang tertentu. Mungkin saja manusia yang baik yang dimaksud tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, tetapi tetap saja ia menginginkan tujuan Pendidikan haruslah manusia terbaik. Menurutnya, tujuan pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan sesama manusia, termasuk anak keturunannya menjadi manusia yang baik.

Sampai disini, tidaklah ada perbedaan akan muncul tatkala dirumuskan tentang ciri-ciri manusia yang baik’.

Sementara itu M. Arifin (2011 : 56-57) mengemukakan tujuan Pendidikan Islam secara teoritis dibedakan menjadi dua jenis tujuan yaitu:

a. Tujuan keagamaan (Al-Ghardud Diny)

(26)

Setiap orang Islam pada hakekatnya adalah insan agama yang bercita-cita, berpikir, beramal untuk hidup akhiratnya, berdasarkan atas petunjuk dari Wahyu Allah melalui Rasulullah Saw. Menjauhi yang batil dan sesat atau mungkar yang kesemuanya telah diwujudkan dalam syari’at agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak yang telah ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu tujuan Pendidikan Islam penuh dengan nilai rohaniah Islami dan berorientasi kepada kebahagiaan hidup di akhirat

b. Tujuan Keduniaan (Al-Ghardud Dunyawi)

Tujuan Pendidikan Islam pada tahap ini lebih menekankan pada upaya mewujudkan kehidupan sejahtera di dunia dan kemanfaatannya.

Tujuan ini dapat dibedakan menjadi bermacam-macam tujuan misalnya, tujuan Pendidikan menurut pragmatisme yakni hanya menitik beratkan pada suatu kemanfaatan hidup manusia di dunia dan dimana ukuran- ukurannya sangat relatif dan bergantung kepada peradaban manusia.

Kemudian tujuan Pendidikan menurut tuntutan hidup ilmu pengetahuan dan teknologi seperti masa kini dan yang akan datang. Jika diarahkan dengan upaya memajukan umat manusia dengan ilmu dan teknologi modern, lebih mengutamakan pada upaya meningkatkan kemampuan berilmu pengetahuan dan berteknologi manusia dengan iman dan takwa kepada Allah sebagai pengendalinya. Nilai-nilai iman dan taqwa itu tidak terlepas dari manusia dan yang berilmu dan berteknologi, sehingga manusia muslim hasil proses Pendidikan Islam itu berwujud sosok manusia sedangkan keberhasilan pelaksanaannya didasarkan atas

(27)

Uraian di atas menunjukkan tentang derajat manusia akan ditinggikan Allah karena ia berilmu dan beriman sebagaimana dalam firman Allah surat Al Mujaadalah (58) ayat 11 sebagai berikut:































































Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majelis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Kemenag RI 2012 : 543) Serta ayat yang menyatakan bahwa Allah akan melihat amal perbuatan manusia seperti firman-Nya dalam surat At taubah (9) ayat 105:



































Terjemahnya:

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu (Kemenag RI 2012 : 203)

Ayat-ayat tersebut di atas hendaknya dijadikan dasar untuk tujuan Pendidikan keduniaan menurut Islam, dimana faktor kesejahteraan hidup

(28)

duniawi menjadi orientasinya. Dengan orientasi kepada nilai Islami itu tujuan Pendidikan tidak gersang dari nilai ke-Tuhanan dan kemanusiaan.

C. Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata motif sering diartikan sebagai daya dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif adalah sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang.

Menurut Fathurraman dan Sobry Sutikno (2010 : 19) bahwa:

Motivasi berpangkal dari kota “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Selanjutnya Oemar Hamalik (2006: 106) merumuskan motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Sementara itu Widjaya (2007: 29) mengemukakan sebagai berikut :

Motif adalah kekuatan, baik dari dalam diri maupun dari luar diri yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, atau dengan kata lain motivasi dapat dikatakan sebagai dorongan mental terhadap perorangan.

Apabila motif dan kebutuhan tersebut tidak dapat penyaluran dan kepuasan dengan baik, maka individu akan mengalami frustasi atau ketegangan-ketegangan psikologis. Oleh karenanya dalam melaksanakan tugas dan proses belajar mengajar perlu memperhatikan motif-motif pokok individu.

(29)

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa motivasi adalah daya penggerak yang berasal dari dalam dan luar diri seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam konteks Pendidikan, guru merupakan penggerak motivasi bagi peserta didik dengan berbagai cara termasuk penggunaan media Pendidikan dan pembelajaran. Jadi guru, media dan motivasi merupakan tiga unsur utama dalam menunjang keberhasllan suatu proses belajar mengajar. Jadi, apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi maka motif atau daya penggerak menjadi aktif. Motif atau daya penggerak yang telah menjadi aktif inilah yang disebut motivasi.

2. Jenis dan Sifat Motivasi

Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Dalam kaitan ini Abdul Haling (2007 : 98-99) mengemukakan bahwa:

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani seseorang. Jenis motivasi ini termasuk memelihara kesehatan, makan, minum, istirahat, mempertahankan diri, keamanan, membangun, dan kawin. Sementara itu motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Jenis motivasi ini dapat berupa kebutuhan organisme seperti ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan motif-motif sosial sepertai kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan.

Pembagian motivasi dapat dilihat juga dari perspektif kebutuhan dan perspektif fungsional.

a. Perspektif kebutuhan

Teori kebutuhan yang memandang dari sudut kebutuhan dikemukakan oleh Moslow dalam Wina Sanjaya (2010 : 256) bahwa

(30)

kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat. Individu akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf sebelumnya kebutuhan itu telah terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah:

1) Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain terpenuhi, yang meliputi kebutuhan rasa lapar, haus, istirahat dan lain-lain

2) Kebutuhan akan keamanan (security)

kebutuhan akan keamanan yaitu kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan

3) Kebutuhan sosial

kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa terima oleh kelompok, perasaan dihargai dan dihormati oleh orang 4) Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendirinya.lain

kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan berprestise yang erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya baik dalam bidang pengetahuan, sosial dan lain sebagainya.

b. Perspektif fungsional

Perspektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi sebagai penggerak adalah motivasi yang memberi tanaga untuk aktivitas tertentu. Artinya aktivitas itu hanya mungkin terjadi apabila ada faktor pendorong yang menggerakkan seluruh energi yang tersedia. Tanpa adanya penggerak tidak mungkin akan terjadi aktivitas.

Motivasi yang didasarkan kepada harapan adalah motivasi yang memandang bahwa sesuatu itu pasti terjadi sesuai dengan harapan.

Dengan demikian, motivasi itu bangkit karena adanya harapan tertentu yaitu harapan yang dapat memuaskan kebutuhannya. Sementara itu

(31)

motivasi yang didasarkan kepada intensif adalah motivasi yang muncul karena adanya tujuan yang nyata. Tujuan tersebut adalah sesuatu yang dapat membangkitkan rasa senang, misalnya karena adanya hadiah atau pujian.

Motivasi dilihat dari sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Sebagaimana Menurut Fathurrahman dan Sutikno (2010 : 19-20) berikut ini:

Motivasi intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Motivasi pada diri pebelajar perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau ispirasi pebelajar, kemampuan pebelajar, kondisi pebelajar, kemampuan dalam mengatasi kondisi lingkungan negatif, dinamika pebelajar dalam belajar.

Sementara itu motivasi pada diri guru, upaya membelajarkan pebelajar merupakan program dan tindakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan dan memlihara motivasi belajar dengan mengoptimalkan terapan prinsip

(32)

belajar, dinamisasi perilaku belajar, pemanfaatan pengalaman belajar, aspirasi dan cita-cita, serta tindakan pembelajaran sesuai rekayasa pedadogis. Dengan demikian motivasi belajar pada diri pebelajar yang harus diidentifikasi oleh guru, seyogyanya dikelola dalam acara pembelajaran.

3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Peranan motivasi begitu besar bagi tercapainya tujuan yang diinginkan dalam proses belajar mengajar. Oleh kerena itu, motivasi juga perlu didesain sebaik mungkin, dengan mengedepankan kepentingan- kepentingan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapaun prinsip- prinsip dalam menumbuhkan motivasi dikemukakan oleh Abdul Haling (2007 : 100) sebagai berikut:

a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman

b. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan merangsang motivasi c. Semua pebelajar mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang

harus mendapat kepuasan

d. Motivasi yang berasal dari dalam diri individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar

e. Motivasi yang besar erat kaitannya dengan kreativitas pebelajar.

Sementara itu Ahmad Rohani (2004 : 14-15) mengemukakan beberapa prinsip dalam menumbuhkan motivasi yakni sebagai berikut:

a. Peserta didik dibangkitkan minatnya antara lain dengan cara:

1) Membangkitkan kebutuhan pada dirinya seperti kebutuhan psikis, sosial dan lain sebagainya.

2) Menyadarkan dirinya akan pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliknya.

3) Memberinya kesempatan berpartisipasi dalam hal-hal yang menjadi keinginannya, sesuai tingakat kemampuannya.

4) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode dalam mengajar.

(33)

b. Guru menetapkan tujuan-tujuan yang terbatas dan pantas serta tugas-tugas yang terbatas jelas dan wajar.

c. Mengusulkan agar peserta didik selalu mendapat informasi tentang kemajuan dan hasil-hasil yang dicapainya.

d. Dengan memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi, dan menggunakan beberapa jenis hukuman bagi yang bersalah.

e. Memanfaatkan cita-cita, sikap-sikap dan rasa ingin tahu peserta didik.

f. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa yang sukses dan mendorongnya ke arah tercapainya kesuksesan.

g. Menciptakan suasana yang menggembirakan dalam kelas, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.

h. Memberikan perhatian penuh terhadap setiap individu siswa.

i. Menyarankan peserta didik agar dapat memotivasi diri sendiri sehingga muncul usaha-usaha belajar.

Selanjutnya lebih jauh dan terperinci Rivai dan Murni (2009 : 738- 739) menjelaskan tentang prinsip-prinsip motivasi antara lain:

a. Interest (ketertarikan)

Guru hendaknya menggunakan novel, konflik atau kejadian paradox. Atensi hendaknya di munculkan ketika mereka berpindah tugas saat status Quo. Selain itu, guru memberi kesempatan kepada murid untuk belajar lebih banyak tentang segala sesuatu yang telah mereka ketahui, tetapi juga memberi pengetahuan yang belum di mengerti oleh mereka. Kemudian membimbing murid dalam proses pertanyaan dan inkuiri serta menggunakan analog untuk bahasa asing yang dikenal dan mengenal bahasa asing.

b. Relevansi (hubungan)

Dalam hal ini motivasi seseorang akan berkembang ketika individu menerima perintah, yang akan memberikan keperluan tersendiri, seperti kebutuhan akan berprestasi, kekuatan atau afiliasi. Untuk meningkatkan motivasi personal strategi yang perlu dilakukan adalah:

(34)

1) Meningkatkan motivasi dengan menambahkan kesempatan untuk menilai standar prestasi, saat berada pada kondisi di bawah dan saat menghadapi resiko yang berat.

2) Membuat perintah yang responsive dengan memberi kesempatan dalam memilih, bertanggung jawab dan kelancaran interpersonal.

3) Kepuasan untuk berafiliasi dengan memberikan kepercayaan dan memberikan kesempatan tanpa resiko interaktif kooperatif.

c. Ekspektasi (harapan)

Untuk mengembangkan sukses keluar, ada empat strategi yang perlu dilakukan yaitu:

1) Mengembangkan percobaan dengan sukses (tugas yang berarti tidak dalam kepentingan atau tugas yang mudah).

2) Menjadikan jelas mengenai kebutuha tentang kesuksesan pribadi.

3) Menggunakan teknik dengan mengontrol kesuksesan pribadi.

4) Memakai alat timbal balik dan rencana lain yang dapat membantu murid yang berhubungan dengan keberhasilan, pengembangan diri dan kemampuan.

d. Setisfaction (kepuasan)

Beberapa strategi untuk mengembangkan kesempatan dari (outcome) untuk memelihara kepusan yang ada di dalam adalah dengan menggunakan instruksi rekomendasi utamaya adalah menggunakan tugas endogenous dari pada tugas exogenous dan menggunakan nilai verbal informasi timbal balik dari pada ancaman.

(35)

Uraian di atas menunjukkan tentang empat dimensi utama motivasi dalam proses belajar mengajar yang hendaknya senantiasa menjadi acuan guru, dalam profesi apapun dia, apakah dia sebagai guru (teacher), pelatih (coach), manajer belajar (learning manajer), pembimbing dan lain- lain.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Field research (penelitian lapangan), yakni peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang konkrit. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu sumber dari hasil angket, interview, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh hasil data yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar karena peneliti ingin mengetahui keefektifan metode kerja kelompok dalam pembelajaran khusunya Pendidikan Agama Islam. Adapun dan obyek penelitian dalam penelitian ini adalah para guru dan siswa.

C. Variabel Penelitian

Agung (2010 : 46) mengemukakan bahwa:

Variabel adalah Karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan dengan kata lain variabel adalah faktor yang apabila diukur akan memberikan nilai yang bervariasi dan menjadi sesuatu yang menjadi penentu.

Sementara Sugiono (2009 : 38) mengemukakan bahwa variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang

(37)

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Definisi lain dikemukakan oleh Setyosari (2010 : 109-110) yang menyebutkan macam-macam variabel ada delapan, dua diantaranya variabel bebas dan variabel terikat. Menurutnya:

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Sedangkan variabel terikat atau tergantung adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti ini.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektifitas metode kerja kelompok di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

D. Definisi Operasional

1. Efektifitas metode kerja kelompok adalah terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota dalam hal ini siswa untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama.

(38)

2. Motivasi belajar siswa adalah daya penggerak yang berasal dari dalam dan luar diri seseorang untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan yang menjadi sumber data dan informasi agar penelitian lebih terarah. mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan penelitian yang dibutuhkan. Suharsimi Arikunto (2004: 102) mendefinisikan populasi adalah:

Keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah peneliti maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi kasus.

Sedangkan Sugiyono (2009 : 80) mengartikan “populasi adalah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2009 : 152):

Populasi didefinisikan sebagai sekelompok subyek yang hendak dikenai generaslisasi hasil penelitian. Sekelompok subyek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakanya dari kelompok subyek lainnya. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi, akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik- karakteristik individu.

Definisi lain dikemukakan oleh Mardalis (2009 : 53) bahwa

“populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan

(39)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekelompok subyek yang akan diteliti yang mempunyai ciri-ciri dengan memberikan informasi baik itu mencakup benda, manusia, kejadian, atau hal-hal yang ada kaitannya dengan urgensi guru Agama Islam dalam membentuk mental spiritual siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam kaitannya dengan penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Tabel 1

Keadaan populasi guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

tahun ajaran 2012 / 2013

No Guru dan siswa Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Guru 8 14 22

2 Kelas VII 25 30 55

3 Kelas VIII 29 29 58

4 Kelas IX 21 20 41

Jumlah 83 93 176

Sumber data : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013 adalah 176 orang.

(40)

2. Sampel

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009 : 740) disebutkan bahwa:

Sampel merupakan sesuatu yang dipergunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, sampel juga diartikan sebagai bagian dari populasi statistik yang cirinya dipelajari untuk memperoleh informasi tentang seluruhnya.

Definisi sampel dikemukakan oleh Mardalis (2009 : 55) bahwa

“sampel sebagai contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian”. Sementara itu Ahmad (2003 : 104-105) mengemukakan tentang teknik pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif deskriptif tidak ditekankan pada penarikan besarnya jumlah yang mewakili populasi melainkan keterwakilan berdasarkan karakteristik populasi.

Sedangkan Sugiyono (2009 : 215) berpendapat bahwa:

Sampel adalah Sebagian dari Populasi itu. Pengambilan sebahagian dari keseluruhan individu atau populasi yang menjadi obyek penelitian itu, karena mengingat biaya, waktu dan pikiran yang begitu banyak diperlukan jika harus diteliti secara keseluruhan.

Adapun Beni Ahmad Saebani (2008 : 169-170) menguraikan cara- cara penarikan sampel adalah sebagai berikut:

a. Tentukan batasan yang tegas tentang sifat-sifat populasi kemudian tetapkan sampelnya.

b. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi c. Tetapkan besar kecilnya sampel.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sampel adalah contoh atau sebahagian dari subyek yang hendak diteliti, dan juga merupakan

(41)

yakni menentukan jumlah populasi yang ada dan menentukan batasan dari populasi kemudian menentukan besar kecilnya sampel.

Tabel 2

Keadaan sampel kepala sekolah, guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar Tahun ajaran 2012 / 2013

No Guru Siswa Jenis Kelamin

Jumlah Sampel Laki-laki Perempuan

1 Guru 8 14 22 4

2 Kelas VII 25 30 55 11

3 Kelas VIII 29 29 58 12

Kelas IX 21 20 41 8

Jumlah 83 93 176 35

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel secara keseluruhan dari kepala sekolah, guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar berjumlah.35 orang.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Karena itu dalam menentukan instrumen atau alat penelitiannya, harus relevan dengan masalah dan aspek yang diteliti agar dapat memperoleh data yang akurat. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(42)

1. Pedoman Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara langsung ke objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.

Menurut Zaenal Arifin (2011 : 153):

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis , logis, obyektif dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan Wirawan (2010 : 253) mengemukakan bahwa:

Observasi adalah proses untuk menjaring data dengan menggunakan peneliti sebagai instrumennya. Peneliti menjaring data melalui pancaindera dengan melihat, mendengar, dan merasakan sendiri proses terjadinya suatu fenomena ilmu pengetahuan.

Sementara itu Margono (2005 : 159) membagi jenis observasi yaitu Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap segala yang banyak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap objek tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama obyek yang di selidiki, sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang di lakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan di selidiki, misalnya di amati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian foto.

Dalam arti luas Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009 : 145) menjelaskan bahwa observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.

Dengan demikian tujuan utama observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena baik yang

(43)

berupa persitiwa, maupun tindakan serta untuk mengukur perilaku kelas baik perilkau guru maupun perilaku peserta didik.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi objektif siswa sebagai obyek, guru sebagai pendidik sekaligus motivator meliputi jenis kelamin pendidikan dan jabatan serta guru bidang studi,

Teknik tersebut dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat terhadap obyek penelitian khususnya yang berkaitan dengan efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Pedoman Wawancara

Menurut Moleong Lexi (2010 : 186) menurutnya:

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud menyadarkan wawancara disini yaitu antara lain untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Lebih jauh Beni Ahmad Saebani (2008 : 191) mengemukakan bahwa ada dua macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur (Structured Interview)

Dalam melakukan wawancara pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dalam wawancara terstuktur ini

(44)

pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Agar setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, diperlukan training kepada calon pewawancara.

b. Wawancara tidak terstuktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Dalam hal ini peneliti akan melakukan percakapan langsung dengan Kepala Sekolah untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian dan dialog dengan para guru mata pelajaran untuk mengetahui kinerja mereka selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di sekolah untuk kemudian direkonstruksi menjadi data-data penelitian yang akurat.

3. Pedoman Angket

Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data.

Wirawan (2010 : 251) mengemukakan bahwa:

Kuesioner atau angket adalah instrumen untuk menjaring persepsi dan pendapat responden mengenai data kuantitatif (kuesioner terstruktur) dan kualitatif (kuesioner tidak terstruktur). Untuk mengembangkan kuesioner penelitian dimulai denga

(45)

Sementara itu Natsir (2006 : 246) mengemukakan bahwa:

Angket adalah kuesioner atau tidak lain dari sebuah pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masaalah penelitian dan pertanyaannya merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dan menguji hipotesa.

Dari angket ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan berhubungan dengan efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran pendidikan agama islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dan pertanyaannya merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dan menguji hipotesa.

4. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui bahan- bahan tertulis baik berupa buku, majalah, jurnal yang dianggap penting.

Menurut Moleong (2010 : 216-217) dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film yang bersifat dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Dari dokumen ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang yang ada hubungannya dengan efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran pendidikan agama islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

(46)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik selanjutnya dalam melaksanakan penelitian yaitu dengan metode penelitian lapangan (Field Research) yang mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Oleh karena itu data yang dikumpulkan ini bersifat empiris Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Instrumen observasi dilakukan dengan mengamati langsung dan mencatat gejala-gejala yang diselidiki terhadap obyek penelitian utamanya mengamati efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. Kemudian peneliti melakukan pencatatan terhadap hasil pengamatan untuk dijadikan data-data penelitian yang akurat.

2. Wawancara

Instrumen wawancara mengharuskan peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada informan yang ditetapkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan responden yang dipilih yaitu guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

(47)

3. Angket

Instrumen angket megharuskan peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden terpilih untuk dijawab tentang efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Dokumentasi

Instrumen dokumentasi mengharuskan penulis mengumpulkan data melalui bahan tertulis berupa buku-buku, majalah-majalah, jurnal- jurnal penting yang terdapat di kantor atau di instansi pemerintah tentang efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data-data seluruhnya terkumpul, penulis kemudian mengolah data-data tersebut dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Kuantitatif yakni, bentuk analisis dengan menggunakan angka- angka yang disajikan dalam bentuk tabel. Adapun data-data yang dianalisis secara kuantitatif adalah data-data tentang efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama

(48)

Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Kualitatif yakni, bentuk analisis yang menginterpretasi data-data yang diperoleh. Dalam kaitan ini peneliti akan menganalisis tentang efektivitas metode kerja kelompok dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Deduktif yaitu metode pengolahan data yang berangkat dari hal- hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus atau kesimpulan.

4. Metode komparatif yaitu membandingkan antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lainnya, kemudian mengambil suatu kesimpulan dengan argumentasi penulis sendiri.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar didirikan oleh pemerintah Daerah pada tahun 2001 dan mendapat perubahan pada tahun 2004 terletak di Desa Bontoharu kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dengan kepala sekolah sekarang Amiruddin.

Adapun visi dan misi Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu:

a. Visi sekolah : unggul dalam mutu, berpijak pada iman dan taqwa serta berwawasan bahari

b. Misi sekolah : 1. Melaksanakan pembelajadan dan bimbingan serta efektif sehinga setiap siswa berkembang secara optimal,sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Menumbuhkan semangat keunggulan serta intensif kepada seluruh warga sekolah

3. Menyediakan dan menfaatkan sarana dan prasarana secara maksimal sehingga tercipta pembelajaran yang cerdas dan menyenangkan

Gambar

Tabel 1: Keadaan  populasi  guru  Sekolah  Menengah  Pertama Negeri  2  Bontoharu  Kecamatan  Bontoharu  Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013 ......................

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana persepsi Pengajar Sekolah Islam Tariq Pittayapat Phuket terhadap Bank Syariah beserta faktor yang mempengaruhi

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ke aktifan siswa dalam ruangan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya dalam

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Mempelajari cara pengolahan data dari hasil kalkulasi citra RoI menggunakan microsoft excel untuk mendapatkan prediksi nilai BMI menggunakan regresi linear dan melihat korelasi

Proses yang telah berlangsung dengan baik dijaga dan dikendalikan agar tetap berada pada batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL) dan dilakukan secara

Alquran, maka kualitas membaca Alquran bagi anak didik (santri) dapat ditingkatkan. Setelah memiliki kualitas membaca Alquran dituntut untuk memahami dan menghayati

Interval nilai variable pendidikan agama islam dalam keluarga.. Sehingga dapat diketahui peranan perhatian orang tua terhadap perkembangan akhlak anak. Ini juga menunjukkan

Puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh