SKRIPSI
PENGARUH TAX AVOIDANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2015
OLEH
ABRILLIANETTA LISCHARYO 130503163
PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH TAX AVOIDANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2017 Yang Membuat Penyataan,
Abrillianetta Lischaryo NIM: 130503163
ABSTRAK
PENGARUH TAX AVOIDANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility dan corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari Tax Avoidance yang diukur dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR), nilai perusahaan yang diukur dengan perhitungan Tobin’sQ, corporate social responsibility dengan perhitungan indeks GRI dan corporate governance dengan menghitung persentase komisaris independen.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Populasinya adalah 143 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah pengurangan dengan beberapa kriteria, ditetapkan sebanyak 67 perusahaan dengan tahun pengamatan satu tahun sebagai sampel. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS versi 17.
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji-t dan uji-f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tax avoidance, ukuran perusahaan (size), leverage, serta kombinasi tax avoidance dengan corporate social responsibility dan corporate governance secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan diperoleh hasil F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (nilai p = 0,010 < 0,05). Jika dianalisis secara parsial, tax avoidance berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: Penghindaran Pajak, Kinerja Tanggung Jawab Sosial, Tata Kelola Perusahaan, Nilai Perusahaan.
ABSTRACT
THE IMPACT OF RELATONSHIP BETWEEN TAX AVOIDANCE AND FIRM VALUE WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AND
CORPORATE GOVERNANCE AS MODERATING VARIABLE ON MANUFACTURING COMPANIES LISTED
IN BEI IN PERIOD OF 2015
This study aims to determine the effect of tax avoidance on firm with corporate social responsibility and corporate governance as moderating variable.
The variables tested in this study consisted of tax avoidance measured using Effective Tax Rate (ETR), the firm value measured by calculating Tobin’sQ, corporate social responsibility by calculating GRI index and corporate governance by calculating the percentage of independent commissioner.
The sample used in this study were taken by using purposive sampling method. The Population are 143 manufacturing companies that listed in Indonesian Stock Exchange (IDX). After reduction with several criteria, determined as 35 companies with years of observation one year as a sample. Analysis techniques in this study using multiple linear regression analysis with SPSS version 17.
The research hypothesis testing using t-test and F-test. The results showed that simultaneous tax avoidance, firm size, leverage, and the combination of tax avoidance with corporate social responsibility and corporate governance simultaneously significant the firm value with the results obtained F count > F table and the value of significance is smaller than 0.05 (p value = 0.010 < 0.05). If analyzed partially, tax avoidance of the firm value is partially affected.
Keywords: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Corporate Governance, Firm Value.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Corporate Social Responsibility dan Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga terkhusus orangtua, ayahanda Ir. Washington Purba, ibunda Ir. Nurselimah Saragih, serta kedua adik, Meilia Purba dan Junibert Purba yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dukungan baik berupa moril dan materiil dan juga buat semua pengorbanan yang diberikan untuk saya. Selain itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA. selaku Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M.,Ak. selaku Sekretaris Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA. selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M., Ak.
dan Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak/ Ibu dosen serta Staf Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama menempuh studi di FEB Universitas Sumatera Utara.
5. Yang terdekat “pariban ketemu gede”, Febri Cardo Damanik atas doa, waktu, perhatian, tenaga, dan juga selalu rela direpotkan terkhusus selama proses penyelesaian skripsi ini. Sahabat penulis Erni Siahaan dan Eldwin Napitupulu atas doa, motivasi, perhatian, kritik dan saran dari kejauhan yang selalu ada buat penulis.
6. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa S1 Akuntansi FEB USU 2013 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini, terkhusus “Halehaab”, Diana Oktavia, Yudi Sihombing, Patria Saragih, dan Dearny Purba.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2017 Penulis,
Abrillianetta Lischaryo NIM: 130503163
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Tinjauan Teoritis ... 11
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ... 11
2.1.2 Teori Stakeholder ... 12
2.1.3 Teori Legitimasi ... 13
2.2 Corporate Social Responsibility ... 14
2.3 Corporate Governance... 16
2.4 Penghindaran Pajak ... 20
2.5 Nilai Perusahaan... 21
2.6 Penelitian Terdahulu ... 23
2.7 Kerangka Konseptual ... 26
2.8 Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.5 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 36
3.5.1 Variabel Terikat ... 37
3.5.2 Variabel Bebas ... 38
3.5.2.1 Tax Avoidance ... 38
3.5.2.2 Corporate Social Responsibility ... 39
3.5.2.3 Corporate Governance... 40
3.5.3 Variabel Kontrol ... 40
3.5.3.1 Ukuran Perusahaan... 40
3.5.3.2 Leverage ... 42
3.6 Statistik Deskriptif ... 43
3.7 Metode Analisis Data ... 43
3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 43
3.7.1.1 Uji Normalitas ... 44
3.7.1.2 Uji Multikolineritas ... 44
3.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 45
3.7.1.4 Uji Autokorelasi ... 46
3.7.2 Uji Analisis Regresi ... 47
3.7.3 Uji Hipotesis ... 48
3.7.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 48
3.7.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 48
3.7.3.3 Uji Statistik Parsial (t-Test) ... 49
BAB IV HASIL ANALISIS PENELITIAN ... 50
4.1 Data Penelitian ... 50
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 51
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 52
4.3.1 Uji Normalitas ... 52
4.3.2 Uji Multikolineritas ... 54
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 56
4.4 Pengujian Hipotesis ... 57
4.4.1 Regresi Linier Berganda ... 57
4.4.2 Uji Koefisien Determinasi ... 60
4.4.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 61
4.4.4 Uji Parsial (t-Test) ... 62
4.5 Analisis Hasil Pengujian Hipotesis ... 65
4.5.1 Pengaruh Tax avoidance terhadap Nilai perusahaan ... 65
4.5.2 Pengaruh Moderasi Kinerja Corporate Social Responsibility terhadap hubungan antara Tax Avoidance dengan Nilai Perusahaan ... 66
4.5.3 Pengaruh Moderasi Corporate Governance terhadap hubungan antara Tax Avoidance dengan Nilai Perusahaan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 70
5.3 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 75
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 23
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 36
3.2 Uji Autokorelasi (DW Test) ... 47
4.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 51
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 53
4.3 Hasil Uji Multikolineritas ... 54
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 56
4.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 57
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 60
4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 61
4.8 Hasil Uji Parsial (t-Test)... 63
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 28
4.1 Analisis Grafis Uji Normalitas ... 53
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot ... 55
4.3 Perhitungan F Tabel dengan Microsoft Excel ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 75 2 Indeks Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 81
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat disebutkan tujuannya, yaitu “membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah Indonesia membutuhkan dana yang sangat besar, dimana dana tersebut bisa berasal dari dalam dan luar negeri. Namun sumber penerimaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan dalam negeri. Salah satu penerimaan dalam negeri yang menjadi sumber utama dalam membiayain pergerakan roda ekonomi di Indonesia berasal dari sektor perpajakan. Ini pun didukung oleh pernyataan Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam berita satu dot com, yaitu “Sumber penerimaan negara terbesar dari pajak. Semakin sadar untuk membayar pajak dengan benar merupakan kebaikan untuk negeri, untuk membangun infrastruktur, kesehatan, dan transportasi.”
Pentingnya pajak terbukti dalam penerimaan negara yang tercantum dalam APBN yang ditentukan setiap tahunnya. Dimana pemerintah Indonesia selalu menaikkan target penerimaan dari sektor perpajakan dari tahun ke tahun yang bertujuan untuk membiayai pembangunan dalam upaya mencapai kesejahteraan rakyat secara mandiri. Menurut APBN tahun 2012 sumber pendapatan negara 2005
dan 2012 paling besar berasal dari pajak dimana tahun 2005 mencapai 298,5 T dan pada tahun 2012 mencapai 914,2 T.
Dari data APBN tersebut dapat kita lihat bahwa pendapatan Indonesia terbesar di tahun 2005 dan 2012 hampir 60-70% berasal dari pajak. Dilihat dari persentase penerimaan negara yang bersumber dari pajak, kita dapat mengetahui betapa pentingnya pajak bagi pemerintah dan tentunya bagi kelangsungan hidup negara kita sehingga penting bagi pemerintah untuk dapat membuat regulasi yang tepat bagi ketentuan perpajakan.
Perusahaan merupakan salah satu wajib pajak selain pribadi yang mempunyai kewajiban pajak yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya yang juga merupakan kontribusi terbesar dalam memberikan penerimaan melalui pajak kepada negara. Tujuan dari pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor perpajakan bertentangan dengan tujuan dari perusahaan sebagai wajib pajak, dimana perusahaan berusaha untuk mengefisienkan beban pajaknya sehingga dapat memaksimalkan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam rangka untuk menyejahterakan pemilik dan melanjutkan kelangsungan hidup perusahaan. Dimana biasanya pemegang saham memberikan bonus lebih jika manajamen dapat memberikan keuntungan yang lebih kepada pemegang saham.
Usaha pemerintah untuk mengoptimalkan penerimaan dari sektor pajak ini tidaklah mudah. Terdapat kendala yang dialami pemerintah untuk mengoptimalisasikan penerimaan pajak yaitu dengan melakukan penghindaran
pajak (tax avoidance) yang biasanya melakukan hal tersebut lebih ke tujuan yang negatif. Dikutip dari situs www.kemenkeu.go.id pada tahun 2005 terdapat sekitar 750 perusahaan bermodal asing di Indonesia yang mengaku rugi selama lima tahun terakhir, padahal kondisi perusahaannya sehat. Perusahaan tersebut diduga menghindari pembayaran pajak penghasilan dalam kurun waktu yang sama dan berpotensi merugikan negara.
Aktivitas penghindaran pajak merupakan suatu transaksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara sehingga transaksi tersebut dapat dikatakan legal karena tidak melanggar ketentuan perpajakan (inside tax). Kegiatan ini menjadi suatu pertanyaan apakah kegiatan pajak penghindaran ini memiliki tujuan bisnis yang dapat merugikan negara juga karena aktivitas penghindaran ini dapat merugikan negara juga karena aktivitas penghindaran ini lama-lama mengarah kepada penghindaran pajak yang terlalu agresif. Di berbagai negara pajak penghindaran ini perlakuannya berbeda-beda sehingga aktivitas ini ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak.
Penghindaran pajak tidak hanya memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan akan tetapi diduga juga dapat memberikan efek negatif bagi perusahaan.
Tax avoidance dapat mencerminkan adanya kepentingan pribadi manajer dengan melakukan manipulasi laba sehingga dapat memberikan informasi yang sesat kepada investor. Hal ini dapat membuat investor memberikan penilaian yang rendah bagi perusahaan.
Hubungan antara penghindaran pajak dan nilai perusahaan adalah sebuah hal penting tetapi masih dalam perdebatan. Bukti empiris sekarang menunjukkan bahwa reaksi investor terhadap penghindaran pajak masih belum jelas. Desai dan Dharmapala (2004:2) menemukan bahwa secara keseluruhan akibat aktivitas penghindaran pajak perusahaan terhadap nilai perusahaan efeknya positif hanya jika untuk perusahaan dengan level kepemilikan institusi yang tinggi.
Penelitian mengenai pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan sudah beberapa kali dilakukan. Pada beberapa penelitian terdahulu, penulis menemukan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian (research gap). Research gap merupakan celah-celah atau kesenjangan penelitian yang dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau temuan-temuan peneliti-peneliti terdahulu. Dalam hal ini penulis menemukan adanya perbedaan hasil penelitian seperti yang dilakukan oleh Wang (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Tax Avoidance, Corporate Transparency, and Firm Value menunjukkan hasil bahwa tax avoidance akan meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan peneliti lain seperti Prasiwi (2015), Qorry Aina (2016), maupun Ilmiani dan Sutrisno (2012) menyatakan bahwa tax avoidance mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Dikarenakan oleh hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan yang kemudian pengaruh tersebut dimoderasi oleh variabel kinerja corporate social responsibility dan corporate governance.
Praktik corporate social responsibility (CSR) di Indonesia digambarkan sebagai potensial sekaligus merisaukan. Potensial karena banyak dijumpai indikasi
positif seperti penyelenggaraan PROPER oleh Kementerian Lingkungan Hidup, penganugerahan Corporate Social Responsibility Award, Forum BUMN untuk community development (comdev), pembentukan divisi atau departemen yang menangani corporate social responsibility di berbagai perusahaan terutama korporasi. Disisi lain, masih terdapat kebijakan ekonomi-politik pemerintah dan produk hukum yang kurang kondusif dalam mendorong investasi yang ramah sosial dan lingkungannya (www.corporatesocialresponsibilityindonesia.com).
Perkembangan corporate social responsibility di Indonesia pada mulanya hanya sebagai praktik bisnis secara sukarela (discretionary business practice) artinya pelaksanaan corporate social responsibility lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan. Melihat bahwa tidak semua perusahaan telah melakukan kinerja tanggung jawab sosialnya secara optimal, lalu pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menandai babak baru pengaturan corporate social responsibility dimana jika perusahaan tidak melakukan pengungkapan atas tanggung jawab sosialnya akan dikenakan sanksi.
Tingkat kesadaran perusahaan untuk menerapkan corporate social responsibility berbeda antara satu dengan yang lainnya. Semakin perusahaan peduli terhadap pentingnya corporate social responsibility, maka perusahaan tersebut semakin sadar akan pentingnya pajak. Umumnya karena pajak merupakan kontribusi dalam pembangunan negara dan menyejahterakan rakyatnya sehingga perusahaan dapan membantu pemerintah melalui program tanggung jawab sosialnya.
Adanya transparansi perusahaan yang bagus mencerminkan tersedianya informasi yang spesifik kepada pemegang saham yang diluar yang akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan perusahaan melaporkan kinerja tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan maupun terpisah merupakan suatu informasi yang diduga dapat meningkatkan nilai perusahaan dimana perusahaan tersebut peduli dengan pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar perusahaan sehingga akan berusaha untuk tidak melakukan pajak penghindaran.
Pengungkapan kinerja corporate social responsibility tidak akan berhasil tanpa adanya corporate governance yang baik pada perusahaan. Pada saat krisis melanda negara Indonesia, isu mengenai good corporate governance ini mengemuka. Sejak saat itu, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih untuk masalah dalam corporate governance.
Dalam penelitian Utama (2003) mengemukakan bahwa praktik tata kelola perusahaan terutama mengenai transparansi dan pengungkapan masih kurang dan tidak memenuhi standar akuntansi yang ada. Hal tersebut dikarenakan adanya perusahaan yang terdiri dari anggota keluarga sehingga pengungkapan tersebut hanya terjadi hanya pada orang dalam saja. Faktor lain yaitu gagalnya pemerintah untuk menjatuhkan hukuman untuk pelanggaran yang sengaja dilakukan terhadap laporan keuangan. Hal ini akan memberikan informasi yang tidak sesuai kepada para pemangku kepentingan ataupun pemegang saham minoritas mengenai keadaan perusahaan yang sebenarnya.
Investor sebagai principal, mempercayakan dananya kepada perusahaan dan tidak bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan operasional perusahaan. Manajemen sebagai agen, dimana investor mempercayakan dananya kepadanya terkadang melakukan manipulasi demi kepentingannya sendiri, sehingga membuat investor kehilangan kepercayaan dan menyebabkan penarikan dana yang telah diinvestasikan sebelumnya. Tujuan manajemen untuk mengutamakan kepetingannya sendiri salah satunya, investor bisa melakukan dengan mengurangi pajak yang masih dalam peraturan-peraturan perpajakan yang ada, namun akhir-akhir ini manajemen melakukannya cenderung ke arah yang lebih agresif sehingga perlindungan terhadap investor dari tindakan curang manajemen penting dilakukan.
Manajemen dalam memaksimalkan nilai perusahaan menyebabkan munculnya agency problem. Dimana masing-masing pihak hanya mementingkan pribadinya saja. Untuk masalah agensi tersebut dapat diterapkan dengan adanya peran corporate governance, salah satunya dipengaruhi dengan adanya dewan komisaris. Dewan komisaris yang anggotanya terdiri dari komisaris dan komisaris luar yang berperan dalam suatu perusahaan dan mengambil keputusan atas nama pemilik. Komisaris luar yang biasa dikenal sebagai komisaris independen seharusnya lebih efektif dalam menjalankan fungsinya karena mereka tidak mempunyai hubungan dengan perusahaan yang seharusnya lebih cenderung memihak kepentingan pemegang saham. Corporate governance ini dipercayai dapat mengurangi aktivitas penghindaran pajak yang diteliti oleh Annisa dan Kurniasih (2012). Annisa dan Kurniasih (2012:152) menyatakan bahwa struktur
corporate governance mempengaruhi cara perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya, tetapi di sisi lain perencanaan pajak tergantung pada dinamika corporate governance dalam suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur dikarenakan sektor manufaktur memiliki jumlah terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu manufaktur banyak menghasilkan limbah produksi dan pencemaran lingkungan serta dalam bidang keselamatan kerja dan menjual produk kepada konsumen sehingga isu mengenai keamanan produk penting untuk diungkapkan kepada masyarakat.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Desai dan Dharmapala (2007), Lanis dan Rihardson (2011) serta Annisa dan Kurniasih (2012). Dimana faktor-faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah tax avoidance, nilai perusahaan, kinerja corporate social responsibility, corporate governance yang diproksikan dengan komisaris independen dan variabel-variabel control lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini diberi judul
“Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Corporate Social Responsibility dan Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah kinerja corporate social responsibility dapat memoderasi hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan?
3. Apakah kinerja corporate governance dapat memoderasi hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan.
2. Untuk mengetahui apakah kinerja corporate social responsibility dapat memoderasi hubungan tax avoidance dengan nilai perusahaan.
3. Untuk mengetahui apakah corporate governance dapat memoderasi hubungan tax avoidance dengan nilai perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Para Akademisi
Penelitian ini diharapkan menambah literatur mengenai pengaruh kinerja corporate social responsibility dan corporate governance terhadap tax avoidance.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini membantu perusahaan untuk lebih memerhatikan kinerja atas corporate social responsibility dan keefektifan corporate
governance di dalam perusahaan sehingga laporan yang dihasilkan lebih transparan dan dapat diandalkan. Dengan demikian, perusahaan akan senantiasa termotivasi untuk memperbaiki kinerja corporate social responsibility, corporate governance serta menghindari untuk melakukan tax avoidance yang terlalu agresif.
3. Bagi Investor
Penelitian ini dapat dijadikan pandauan untuk melihat kecenderungan perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak (tax avoidance), sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.
4. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan menjadi lebih memperhatikan perusahaan atas kinerja corporate social responsibility, corporate governance dan aktivitas tax avoidance. Sehingga pemerintah bisa mempertimbangkan untuk membuat peraturan yang lebih tegas lagi dan membuat suatu standar kinerja corporate social responsibility yang sesuai dengan kondisi di Indonesia serta membatasi aktivitas tax avoidance yang dilakukan perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976:5) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “contract under which one or more persons (the principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya.
Dari defenisi teori agensi tersebut, agen akan berusaha memenuhi kepentingan principal dengan cara melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Para pemegang saham maupun investor sebagai stakeholder perusahaan akan mendapatkan kepuasan jika perusahaan yang mereka investasikan melakukan pertanggungjawaban sosial. Dengan melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial sekaligus akan meningkatkan kepercayaan masayarakat dan meningkatkan citra baik perusahaan.
2.1.2 Teori Stakeholder
Business corporations have complex relationships with many individual and organizations in society. The term stakeholder refers to all those that affect, or are affected by, the actions of the firm (Lawrence dan Weber, 2008:9). Teori stakeholder mengemukakan perusahaan melayani kepentingan umum untuk menciptakan nilai bagi masyarakat. Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Stakeholder dibagi menjadi dua yaitu market stakeholder, yang terdiri dari karyawan, pemegang saham, pelanggan, pemasok, distributor, dan kreditor sedangkan nonmarket stakeholder, yaitu komunitas, grup aktivis, media, pemerintah, dan publik. Dari pembagian stakeholder tersebut dapat disimpulkan semua perusahaan harus membuat keuntungan untuk para pemilik, akan tetapi juga harus memberikan manfaat yang lain, seperti pengembangan keahlian untuk para karyawannya dan produk yang inovatif untuk pelanggan, membantu masyarakat sekitar perusahaan dalam hal ekonomi atau hal lainnya yang secara tidak langsung juga membantu pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya.
Pemangku kepentingan adalah pihak yang mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan sehingga dapat mempengaruhi dan menjadi pertimbangan dalam mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Pemangku kepentingan pada dasarnya dapat mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan sehingga pada umumnya teori stakeholder berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk mengendalikan pengaruh pemangku kepentingan tersebut. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan salah satu cara untuk menjaga hubungan perusahaan dan pemangku kepentingannya. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan yang dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.3 Teori Legitimasi
Menurut Hannifa yang dikemukakan oleh Sayekti dan Wondabio (2007:12), legitimacy theory menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan.
Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya.
Agar sebuah perusahaan diakui legitimasinya, maka harus menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang tercermin dari aktivitas operasionalnya dan norma-norma sosial yang ada di masyarakat sekitarnya. Teori ini lebih difokuskan pada perusahaan agar dapat eksis secara berkelanjutan dalam masyarakat. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legistimasinya yang selanjutnya akan
mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Dengan pengungkapan informasi corporate social responsibility dalam laporan tahunan maupun dilaporkan secara terpisah merupakan salah satu cara perusahaan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perubahan di dalam perusahaan, berusaha merubah persepsi pihak luar terhadap kinerja perusahaan.
Uraian di atas menjelaskan bahwa perusahaan akan melakukan kegiatan sosial melalui pengungkapannya dalam laporan tahunan atau dalam laporan terpisah jika manajemen merasa bahwa aktivitas tersebut diharapkan oleh masyarakat yang akan mendapatkan nilai positif bagi perusahaan.
2.2 Corporate Social Responsibility
Corporate social responsibility (corporate social responsibility) adalah kegiatan dimana perusahaan harus bertanggung jawab atas segala tindakannya yang mempengaruhi orang-orang, masyarakat sekitar, dan lingkungan mereka.
Dengan demikian, corporate social responsibility dipandang sebagai kontribusi perusahaan untuk pembangunan keberlanjutan (suistanable development).
Konsep mengenai tanggung jawab sosial ini dapat ditemukan dalam konsep triple bottom line dari Elkington yang dikemukakan oleh Yuanita (2008:7) yang dikenal dengan konsep 3P (Profit, People, Planet). Profit merupakan suatu bentuk tanggung jawab dan orientasi utama yang harus dicapai perusahaan untuk menjamin dan mempertahankan going concern, meskipun dengan berjalannya waktu akan menuai protes dari banyak pihak. People merupakan lingkungan
masyarakat dimana perusahaan berada. Dimana perusahaan mampu menjalankan operasi secara berkelanjutan tanpa dukungan dari masyarakat sekitar, yang dibuktikan dengan kemampuan perusahaan lewat social responsibility. Planet merupakan lingkungan atau sumber daya fisik perusahaan. Mengingat lingkungan merupakan tempat perusahaan berdiri menopang sehingga perusahaan harus bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar operasi perusahaan.
Archie Carroll (1999:282) mengemukakan bahwa
corporate social responsibility involves the conduct of a business so that it is economically profitable, law abiding, ethical and socially supportive. To be socially responsible then means that profitability and obedience to the law are foremost conditions when di scussing the firm’s ethics and the extent to which it supports the society in which it exists with contributions of money, time and talent.
Dilihat dari penjelasan sebelumnya bahwa konsep tanggung jawab sosial merangkul kepentingan pemangku kepentingan selain pemegang saham itu sendiri.
terdapat empat bagian taksonomi corporate social responsibility yang cocok untuk corporate citizenship yang dilihat dari perspektif manjerial. Sebuah perusahaan seharusnya menjalankan bisnis dengan memenuhi aspek ekonomi, legal, ethical, dan filantropi. Ekonomi dimana perusahaan harus bertahan dengan menghasilkan barang dan jasa yang akan menghasilkan keuntungan nantinya. Legal, dimana masyarakat mengharapkan perusahaan menjalankan bisnisnya dalam framework yang legal. Etis (ethical), menuntut perusahaan untuk mengikuti dan mengakui tata nilai etika. Filantropi, menuntut perusahaan untuk secara proaktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menguntungkan bagi masyarakat diluar tanggung jawab ekonomi, hukum, dan etikanya.
Dengan demikian, selain corporate social responsibility melakukan tanggung jawab ekonomi, legal, dan etis suatu perusahaan dapat dilihat juga sebagai cara untuk membantu memecahkan berbagai masalah sosial dan lingkungan terutama yang diciptakan oleh kegiatan operasional perusahaan Bagaimanapun, tanggung jawab sosial merupakan proses yang dinamis, yang berasal dari pembuatan keputusan untuk kepentingan semua pemangku.
2.3 Corporate Governance
2.3.1 Pengertian Corporate governance
Menurut Organization of Economic Coperation and Development (OECD) yang dikemukakan oleh Kim et al. (2009:41), mendefinisikan corporate governance sebagai berikut:
Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The Corporate governance structure specifies the distribution of the right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides this structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.
Berdasarkan dari definisi OECD di atas dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan suatu sistem dimana sebuah perusahaan diarahkan dan diawasi. Dan struktur corporate governance menjelaskan juga bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan keputusan suatu kebijakan sehingga tujuan perusahaan dan pemantauan kinerja perusahaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik.
Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dalam pedoman umum Good Corporate Governance di Indonesia, terdapat lima unsur utama dalam corporate governance, yaitu transparency, accountability, responsibility, independency, and fairness (TARIF). Kelima unsur ini diharapkan dapat meminimalisasi terjadinya konflik keagenan.
2.3.2 Komisaris Independen
Dewan komisaris merupakan inti dari tata kelola perusahaan yang ditugaskan untuk menjamin, strategi perusahaan, mengawasi manajer dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkannya terlaksana akuntabilitas. Di dalam dewan komisaris harus terdapat komisaris independen. Tuntutan akan transparansi dan independensi terlihat dari adanya tuntutan agar perusahaan memiliki lebih banyak komisaris independen yang mengawasi tindakan-tindakan para eksekutif (Purwaningtyas, 2011:29).
Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik. Keberadaan komisaris independen telah diatur di Bursa Efek Jakarta. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas.
Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris (http://www.fcgi.or.id). Tujuan dibentuknya komisaris independen merupakan untuk menyeimbangkan pengambilan keputusan dewan komisaris. Tanggung jawab dari komisaris indpenden ini menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, diantaranya:
1. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
2. Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka komisaris independen harus secara proaktif mengupayakan agar dewan komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektivitas strategi tersebut.
b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer- manajer professional.
c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan dikelola dengan baik.
f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek tata kelola perusahaan yang baik dipatuhi dan diterapkan dengan baik.
3. Tugas komisaris independen sebagaimana yang dimaksud pada butir 2f di atas antara lain berupa:
a. Menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan.
b. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain.
c. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan
kepentingan secara wajar dan adil.
d. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
e. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.
2.4 Penghindaran Pajak
Di banyak negara, skema penghindaran pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (Darussalam, 2009)
1. Penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance).
2. Penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax avoidance)
Antara suatu negara dengan negara lain dapat berbeda pandangan mengenai skema apa saja yang dapat dikategorikan sebagai penghindaran pajak yang diperkenankan atau tidak. Dengan demikian, bisa saja suatu skema penghindaran pajak tertentu di suatu negara dikatakan sebagai penghindaran pajak yang diperkenankan tetapi di negara lain termasuk penghindaran pajak yang tidak diperkenankan atau istilah lain yang sering dipergunakan adalah aggressive tax planning.
Penghindaran pajak itu sendiri diartikan sebagai suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkat kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Dengan demikian, melakukan penghindaran pajak sah-sah saja selama tidak melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku.
Pemilik saham yang risk-neutral akan menerima manajer bertindak atas
nama mereka untuk mencapai profit maksimal, termasuk mengurangi kewajiban pajak selama keuntungan yang diharapkan masih berada di atas biaya yang diperkirakan (Hanlon dan Heitzman, 2010:132).
Dalam literatur keagenan, penghindaran pajak dapat memfasilitasi kesempatan manajerial untuk melakukan manipulasi laba yang tidak sesuai.
Dimana aktivitas ini memunculkan kesempatan bagi manajemen untuk menutupi berita buruk atau menyesatkan investor. Manajer dapat membenarkan aktivitas ini dengan mengatakan ketidaktahuan dalam menimalkan terdeteksinya aktivitas penghindaran pajak oleh pemeriksa pajak (Martani dan Chasbiandani, 2011:34).
2.5 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan cerminan dari ekuitas dan nilai buku perusahaan, baik berupa nilai pasar ekuitas, nilai buku dari total utang, dan nilai buku dari total ekuitas. Nilai perusahaan untuk perusahaan ini dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham (Sari, 2010:54). Untuk pengertian nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi apabila perusahaan akan dijual (total aktiva dan prospek perusahaan, risiko usaha, lingkungan usaha, dan lain-lain).
Suatu perusahaan dapat dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik (Kusumadilaga, 2010:25). Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal/pemegang saham menyerahkan pengelolaannya kepada
para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris.
Menurut Suharli yang dikemukakan oleh Kusmadilaga (2010:14) bahwa terdapat beberap konsep dasar dalam penilaian perusahaan, yaitu:
Nilai ditentukan untuk suatu waktu ada periode tertentu; nilai harus ditentukan pada harga yang wajar; penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah: a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba; b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; dan f) pendekatan economic added value.
Menurut Campbell yang dikemukakan oleh Intan (2012:12) bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sejauh mana tindakan perusahaan terkait dengan pertanggunjawaban perusahaan secara sosial, yaitu:
a. Kinerja perusahaan dan kondisi ekonomi
Peningkatan profit dan shareholder value merupakan penyebab utama yang memungkinkan perusahaan untuk tidak melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang rendah tidak melaksanakan tanggung jawab sosial mereka. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan profit yang rendah memiliki lebih sedikit sumber daya untuk digunakan dalam aktivitas pertanggung jawaban sosial dibanding dengan perusahaan yang kinerja keuangannya lebih baik. Sehingga perusahaan dengan kinerja keuangan yang tidak bagus memiliki resiko mengalami kerugian dan stakeholder value tidak akan mengalami peningkatan untuk bisa melaksanakan tanggung jawab sosial mereka.
b. Kompetisi
Perusahaan akan cenderung untuk bertindak dengan cara bertanggung jawab secara sosial jika ada terlalu banyak kompetisi ataupun terlalu sedikit kempetisi.
c. Hukum
Perusahaan akan lebih mungkin untuk bertindak bertanggung jawab secara sosial jika ada peraturan negara yang kuat dan ditegakkan dengan baik di negara yang bersangkutan.
d. Hubungan serikat pekerja dan majikan
Perusahaan akan lebih mungkin untuk bertindak bertanggung jawab secara sosial jika mereka merupakan anggota asosiasi perdagangan atau
pengusaha, tetapi hanya jika asosiasi ini diatur dengan cara yang mempromosikan perilaku sosial yang bertanggung jawab.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh corporate social responsibility dan corporate governance terhadap hubungan tax avoidance dengan nilai perusahaan di Indonesia masih jarang dilakukan. Akan tetapi, berikut beberapa penelitian yang mendasari atas penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1.
Desai dan Dharmapala (2007)
Corporate Tax avoidance and Firm Value.
Variabel Independen:
Corporate tax avoidance Variabel Dependen:
Firm value
Hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan positif dan tidak signifikan.
2.
Wang (2010)
Tax Avoidance, Corporate Transparency, and Firm Value on firms that were members of the S&P 1500 index over the period 1994-2001
Variabel Independen:
Tax Avoidance Variabel Dependen:
Corporate Transparency Firm Value
1. Perusahaan yangmemiliki transparansiyang baik akan lebihmelakukan penghindaran pajak.
2. Tax avoidance berpengaruh positifterhadap nilaiperusahaan, terutamapada perusahaan yang transparansinya baik.
3.
Richardson dan Lanis (2011)
Corporate social responsibility and Tax Agressiveness.
Variabel Independen:
Corporate social responsibility Variabel Dependen:
Tax agressiveness
Semakin tinggi tingkat pengungkapan corporate social responsibility, rendahnya tingkat tax aggressiveness.
4.
Rimba Kusumadilaga (2011).
Pengaruh Corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating.
Variabel Independen:
Corporate social responsibility Variabel Dependen:
Nilai perusahaan Variabel Moderasi:
Profitabilitas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
5.
Frysa Praditha Purwaningtya s (2011).
Analisis Pengaruh Mekanisme Good corporate governance terhadap nilai perusahaan (2011).
Variabel Independen:
Corporate governance Variabel Dependen:
Nilai perusahaan
Kepemilikan institusional.
Kepemilikan
manajemen dan ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi, dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
6.
Annisa dan Kurniasih (2012).
Corporate governance terhadap tax avoidance.
Variabel Independen:
Corporate governance Variabel Dependen:
Tax avoidance
Elemen corporate governance yang terdiri dari kualitas audit dan komite audit secara signifikan
mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak sedangkan untuk kepemilikan
institusional dan dewan komisaris tidak secara signifikan
mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak.
7.
Ilmiani dan Sutrisno (2012)
Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan dengan
Transparansi Perusahaan sebagai Variabel
Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012
Variabel Independen:
Tax Avoidance Variabel Dependen:
Nilai perusahaan Variabel Moderasi:
Transparansi Perusahaan
1. Tax Avoidance berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan.
2. Transparansi mampu memoderasi hubungan tax avoidance terhadap nilai perusahaan.
8. Qorri Aina (2016)
Analisis pengaruh penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan institusional dan transparansi sebagai variabel pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)
Variabel Independen:
Penghindaran pajak Variabel Dependen:
Nilai perusahaan Kepemilikan institusional Variabel Moderasi:
Transparansi.
1. Penghindaran pajak mempunyai pengaruh negatif yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Kepemilikan institusional dapat memoderasi hubungan antara penghindaran pajak dengan nilai perusahaan 3. Transparansi tidak
dapat memoderasi hubungan tersebut.
2.7 Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan, selain itu juga untuk menguji apakah kinerja corporate social responsibility dan corporate governance sebagai variabel pemoderasi dapat memperlemah hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan pada saat kinerja tanggung jawab sosial dan tata kelola perusahaan tinggi.
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak akan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari laba perusahaan yang di dapat, jika laba perusahaan bagus maka harga saham yang ditawarkan oleh perusahaan pun akan semakin meningkat. Penghindaran pajak ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan laba namun masih dalam peraturan-peraturan perpajakan yang secara tidak langsung pun akan meningkatkan nilai perusahaan.
Namun, penghindaran pajak ini dapat memfasilitasi kesempatan manajer untuk melakukan manipulasi laba. Manajer dapat membenarkan transaksi atas
penghindaran pajak dengan ketidaktahuan mereka. Dengan adanya kesempatan manajer untuk melakukan manipulasi laba maka nilai perusahaan yang dapat tercermin dari harga saham dapat menurun. Investor akan mengeluarkan uang yang lebih untuk memonitori untuk aktivitas manajer tersebut sehingga lebih baik mencari perusahaan yang transparansinya lebih baik.
Kinerja corporate social responsibility dan corporate governance diduga sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara penghindaran pajak dengan nilai perusahaan. Semakin baik kinerja corporate social responsibility dan corporate governancenya dalam penelitian ini memakai komisaris independen yang dipercayai akan mengurangi aktivitas penghindaran pajak yang akan menyebabkan nilai perusahaan menjadi turun.
Corporate social responsibility dipilih sebagai variabel independen sekaligus sebagai variabel pemoderasi karena dengan kinerja corporate social responsibility perusahaan akan lebih membayar pajak secara jujur untuk manfaat pemangku kepentingan lainnya. Dimana jika perusahaan melakukan kinerja corporate social responsibility dengan bagus maka akan meningkatkan nilai perusahaan yang dicerminkan dengan peningkatan harga saham dimana perusahaan telah mendapatkan legitimasinya dari masyarakat. Sedangkan untuk corporate governance dimana komisaris independen sebagai proksinya juga diduga dapat memperkuat hubungan antara penghindaran pajak dengan nilai perusahaan. Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan operasional perusahaan. Dimana komisaris independen fungsingya untuk mengawasi komisaris dan bagaimana
organisasi itu dijalankan sehingga akan memiliki resiko kecil untuk melakukan benturan kepentingan. Melihat fungsinya, komisaris independen dapat mengurangi aktivitas penghindaran pajak yang dapat dilakukan baik oleh pemegang saham mayoritas maupun oleh manajemen, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tax avoidance Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Para pemegang saham menginginkan memaksimalisasi nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari laba sebuah perusahaan itu sendiri, investor cenderung akan menanamkan modalnya dengan melihat laba bersih perusahaan tersebut. Sehingga manajer secara tidak langsung dituntut bagaimana untuk
Kinerja Corporate social responsibility (M1)
Tax Avoidance (X)
Corporate Governance (M2)
Nilai Perusahaan (Y) H₁
H₂
H₃
Variabel Kontrol:
Size
Leverage
memaksimalisasi nilai perusahaan tersebut, salah satunya bisa dengan penghindaran pajak. Aktivitas penghindaran pajak merupakan transfer suatu nilai dari negara kepada para pemegang saham yang bersifat legal. Desai (2007) mengatakan sudut pandang tradisional terhadap penghindaran pajak perusahaan menyatakan bahwa nilai pemegang saham seharusnya meningkat seiring dengan aktifitas penghindaran pajak perusahaan, namun sebuah sudut pandang agen terhadap penghindaran pajak perusahaan memberikan prediksi yang berbeda.
Perspektif agensi atas penghindaran pajak mengatakan penghindaran pajak tidak selalu diinginkan oleh pemegang saham karena terdapat biaya yang harus dikeluarkan, seperti biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan pajak, tambahan biaya kepatuhan (Wang, 2010). Dalam penelitian Desai (2007), pengaruh aktivitas penghindaran pajak dengan kepemilikan institusional yang lebih kuat berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Martani dan Chasbiandani (2011:11), mengatakan bahwa pemegang saham, sebagai pengawas menyetujui tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajemen manfaat yang akan diterima atas imbal jasa aktivitas tersebut masih lebih tinggi dibanding dengan biaya yang dikeluarkan. Di Indonesia, penegakan hukum dan kedisiplinan penerapan peraturan masih rendah, sehingga tax avoidance lebih dipandang sebagai benefit bukan risiko, karena risiko deteksi yang dapat diminimalkan. Dan penghindaran pajak merupakan strategi manajemen pajak yang baik untuk memaksimalisasi nilai perusahaan.
Kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) Memoderasi Hubungan Tax Avoidance dengan Nilai Perusahaan
Corporate social responsibility merupakan suatu konsep yang menarik perhatian dunia dikarenakan adanya permintaan akibat globalisasi untuk meningkatkan transparansi dan citizenship perusahaan. pengungkapan corporate social responsibility ini merupakan proses mengkomunikasikan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap masyarakat. definisi tersebut bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada para pemegang saham tetapi harus peduli kepada pihak eksternal perusahaan, seperti masyarakat dan lingkungan sekitar dan pihak internal, seperti karyawan. kewajiban perusahaan atas corporate social responsibility ini diatur dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang- Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pajak merupakan salah satu faktor yang memotivasi dalam berbagai keputusan perusahaan. Tindakan manajerial dirancang untuk meminimalkan pajak perusahaan melalui penghindaran pajak menjadi hal yang semakin umum dari perusahaan di seluruh dunia. Pembayaran pajak oleh perusahaan kepada pemerintah jika dilihat dari sudut masyarakat yaitu membantu untuk membiayai barang-barang publik. Dengan demikian, kebijakan perusahaan melakukan penghindaran pajak mempunyai efek yang negatif kepada masyarakat. Dalam penelitian Desai (2007:7) bahwa penghindaran pajak dengan kepemilikan institusional yang kuat mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan karena pengaruh pemegang saham dengan penghindaran pajak perusahaan tergantung kemampuan pemegang saham untuk mengontrol manajer.
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak dapat dikarenakan
adanya pemisahan kepemilikan, sehingga keputusan untuk mengatur operasional perusahaan tergantung keputusan manajemen dimana terkadang manjamen memanfaatkan aktivitas ini untuk memanipulasi laba. Jika aktivitas ini sering dilakukan oleh manajemen maka dapat mengakibatkan ke arah penghindaran pajak yang tidak diperbolehkan atau cenderung agresif. CSR activities is manifested as ethical and responsible behaviors, when companies have higher CSR activities, companies will be seen to be more ethical and responsible, so it becomes more aware to tax payments fulfillmen (Lanis dan Richardson 2011:12).
Pajak perusahaan hanya dapat dikaitkan dengan corporate social responsibility jika pembayaran pajak yang dilakukan memiliki implikasi untuk masyarakat luas.
Apabila pembayaran pajak penghasilan badan hanya dianggap sebagai sebuah transaksi bisnis dan salah satu biaya perusahaan, mungkin tujuan perusahaan adalah untuk meminimalkan jumlah pajak terutang sebanyak mungkin.
Pengambilan sikap pasif terhadap perpajakan, perusahaan dapat memperoleh legitimasi dari masyarakat karena mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku, namun sulit untuk mebedakan antara corporate social responsibility yang dilakukan dengan motif altruistik dengan corporate social responsibility yang dilakukan dengan tujuan untuk menguntungkan reputasi perusahaan. Sebaliknya menurut Yohana (2012:43) menyatakan banyak aksi perusahaan yang dilakukan motif ganda. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengungkapan corporate social responsibility yang dilakukan oleh perusahaan, diharapkan perusahaan tersebut tidak melakukan penghindaran pajak. Hal ini karena apabila perusahaan yang menjalankan corporate social responsibility dan melakukan penghindaran
pajak, maka akan membuat perusahaan akan kehilangan reputasi di mata pemangku kepentingaanya dan akan menghilangkan dampak positif yang terkait dengan corporate social responsibility yang telah dilakukan.
Corporate Governance Memoderasi Hubungan Tax Avoidance dengan Nilai Perusahaan
Perusahaan merupakan wajib pajak sehingga corporate governance harus memutuskan orang yang terlibat dalam nexus contract yang harus mengurus kewajiban perusahaan dalam membayar pajak. Ini pun dijelaskan dalam (Annisa dan Kurniasih, 2012:124) bahwa struktur corporate governance mempengaruhi cara sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya, tetapi di sisi lain perencanaan pajak tergantung pada dinamika corporate governance dalam suatu perusahaan. Dengan begitu corporate governance mempengaruhi mengambil keputusan mengenai pajak perusahaan lebih terbuka dan transparansi sehingga diharapkan perusahaan cenderung mengambil tindakan perpajakan yang free risk (Martani dan Sari, 2010:12). Penghindaran pajak bisa dilakukan karena semata- mata memang memanfaatkan peraturan yang ada dan untuk kondisi tertentu saja tetapi bisa dilakukan untuk tujuan bisnis. Dimana fungsi corporate governance ini untuk transparansi suatu perusahaan dimana jika perusahaan menginginkan adanya transparansi kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan dimana dipercayai bisa meningkatkan kepercayaan investor yang berdampak terhadap meningkatnya nilai perusahaan, maka corporate governance ini bisa sebagai membatasi perilaku manajer untuk melakukan aktitivitas penghindaran pajak dimana biasanya dimanfaatkan untuk memanipulasi laba (Desai dan Dharmapala,
2007:4). Tetapi disisi lain, jika inti dari tata kelola perusahaan ini, yaitu komisaris independen mendukung tindakan manajemen untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak ini, nilai perusahaan ini akan meningkat tetapi laporan keuangan yang dihasilkan bisa menyesatkan investor dimana tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Bahwa terdapat kemiripan fungsi antara corporate social responsibility dan corporate governance, yaitu monitoring dan transparansi. Penelitian terdahulu kebanyakan meneliti hanya hubungan tunggal bukan moderasi antara penghindaran pajak dengan nilai perusahaan. Dan belum ada yang membandingkan bagaimana pengaruh moderasi antar kedua variabel ini, yaitu hubungan penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan. Desai (2007) menghubungkan corporate governance dalam penghindaran pajak dan nilai perusahaan. Sedangkan Lanis dan Richardson (2011) menghubungkan corporate social responsibility dengan pajak agresif bukan sekedar penghindaran saja.
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H₂: Kinerja corporate social responsibility memoderasi hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan.
H₃: Corporate governance memoderasi hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk meganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Hubungan yang diuji dalam penelitian ini adalah hubungan secara simultan dan parsial terhadap variabel dependen.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian, Erlina (2011:81). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015.
Menurut Erlina (2011:82), sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karsakteristik populasi. Penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling dengan tipe judgement sampling yang didasarkan pada beberapa kriteria tertentu.
Dari populasi yang berjumlah 143 perusahaan diperoleh sampel sebanyak 67 perusahaan yang memenuhi kriteria. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2015.