• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGIN PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI CORAK ILMI DAN ADABY DALAM TAFSIR AL-AZHAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANGIN PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI CORAK ILMI DAN ADABY DALAM TAFSIR AL-AZHAR)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ANGIN PERSPEKTIF AL-QUR’AN

(STUDI CORAK ILMI DAN ADABY DALAM TAFSIR AL-AZHAR)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

BIMA FAKHRUSY SYAKIRIN IKHWAN NIM. 11830211172

Pembimbing I Dr. Afrizal Nur, MIS

Pembimbing II Dr. Adynata, M. Ag

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1444 H/2022 M

No. 316/IAT-U/SU-S1/2022

(2)

i

(3)
(4)
(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا للها مسب

Assalamu’alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Alhamdulillah Rabbiil ‘Aᾶlamḭn segala puji hanya milik Allah Swt. Aku memuji-Nya, meminta kepada-Nya, berlindung kepada-Nya daripada kejahatan pada diriku dan daripada keburukan perbuatanku. Siapa yang Allah berikan hidayah, maka dia tak akan berada dalam kesesatan dan siapa yang tidak Allah berikan hidayah, niscaya akan berada dalam kesesatan. Shalawat beserta salam Shalawat beriring salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.

Skripsi ini merupakan pertanggung jawaban tertulis dari mahasiswa terhadap akhir perkuliahan pada program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Tulisan ini juga merupakan hasil observasi dan analisis penulis. Ucapan syukur hanya bagi Allah Swt. atas karunia dan ridha-Nya sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan dengan judul, “Angin perspektif al-Qur’an (studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar).

Sebagai tanda syukur dan terima kasih yang sangat dalam atas tunjuk ajar, bimbingan, nasehat baik berupa moral maupun material maka penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Prof. Dr.

Hairunnas Rajab, M. Ag. Beserta jajaran yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di kampus ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Dr. H. Jamaluddin, M. Us., beserta jajaran civitas akademik yang melayani penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi sesuai dengan kepentingan pengembangan Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

3. Bapak Agus Firdaus Chandra, Lc. M.A., selaku Ketua Program Studi Ilmu al- Qur’an dan Tafsir dan Sekretaris Program Studi Afriadi Putra, S.Th.I, M.

(7)

ii

Hum yang telah memberikan bimbingan, meluangkan waktu serta memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Khairunnas Jamal, M. Ag, selaku penasihat akademik yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Afrizal Nur, MIS dan Dr. Adynata, M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala nasihat, motivasi, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta para pegawai yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam proses peminjaman buku referensi dalam proses studi selama ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya dosen Program Studi Ilmu al- Qur’an dan Tafsir yang telah dengan sabar dan ikhlas memberikan berbagai wawasan serta ilmunya kepada penulis.

8. Kedua orangtua tercinta, Papi Deni Ikhwan, Umi Nefi Karnila, dan kakak Elva Sa’diah yang telah memberikan doa, semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis secara moril maupun materil.

9. Teman-teman seperjuangan, teman kelas IAT D yang namanya tidak dapat disebut satu-persatu.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis sampai akhir tugas perkuliahan

Pekanbaru, 13 Desember 2022 Penulis

Bima Fakhrusy Syakirin Ikhwan NIM: 11830211172

(8)

iii DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN NOTA DINAS

SURAT PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

ABSTRAK ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KERANGKA TEORI ... 7

A. Landasan Teori... 7

1. Angin ... 7

a. Pengertian Angin ... 7

b. Macam-macam Angin dalam al-Qur’an ... 8

c. Angin Sebagai Rahmat ... 13

d. Ayat-ayat al-Qur’an tentang Angin Sebagai Rahmat ... 14

2. Corak Ilmi dan Indikatornya ... 16

3. Corak Adaby dan Indikatornya ... 19

B. Tinjauan Pustaka ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis dan Metode Penelitian... 25

(9)

iv

B. Sumber Penelitian ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data ... 26

D. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 29

A. Penafsiran Buya Hamka Pada Ayat-ayat Angin Sebagai Rahmat ... 29

B. Angin perspektif al-Qur’an studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al- Azhar ... 41

BAB V PENUTUP ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 54

(10)

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pengalihan huruf Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana yang tertera dalam buku Pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A Guide to Arabic Transliterastion), INIS Fellow 1992.

A. Konsonan Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T T

ث Tṡa ṡ es titik di atas

ج Jim J Je

ح ḥa ḥ ha titik di bawah

خ Kha Kh ka dan ha

د Dal D De

ذ Zal Ż zet titik di atas

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

س Sin S Es

ش Syin Sy es dan ye

ص ṣad ṣ es titik di bawah

ض ḍad ḍ de titik di bawah

ط ṭa ṭ te titik di bawah

ظ ẓa ẓ zet titik dibawah

ع Ain ...‘... koma terbalik (di atas)

غ Gain G Ge

(11)

vi

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

م Mim M Em

ن Nun N N

و Wawu W We

ه Ha H Ha

ء Hamzah ...’... Apostrof

ي Ya Y Ye

B. Vokal, Panjang dan Diftong

Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:

Vokal (a) panjang = ā misalnya لاق menjadi qāla Vokal (i) panjang = ī misalnya ليق menjadi qīla Vokal (u) panjang = ū misalnya نود menjadi dūna Khusus untuk bacaan “ya” nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan

“i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy”: agar dapat menggambarkan “ya”

nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah di tulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:

Diftong (aw) = و َ_ misalnya لوق menjadi qawlun Diftong (ay) = ي َ_ misalnya ريخ menjadi khayru

Vokal Vokal Panjang Contoh

َ_ = A اـَــ = ā ََرُثاَكَت = takātsur ََََِ‒ = I ىـِـ = ī َُجْيِهَي = yahīj ُ‒ = U َْوــُــ = ū ََن ْوُمَلْعَت = ta’lamūn

َْوــَـــ = aw ََف ْوَس = sawf َْيـَــــ = ay ََنْيَع = ‘ayn

(12)

vii

C. Ta’ marbuṭah (ة)

Ta’ marbuṭah ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah kalimat, tetapi apabila Ta’ marbuṭah tersebut berada diakhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya َةسردملاَةلاسرلا menjadi al-risalatul-mudarrisah, atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan t yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya َيف للهَةمحر menjadi fi rahmatillah.

D. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalalah 1. Bila diikuti huruf Qamariyaah.

نأرقلا سايقلا

Ditulis Ditulis

al-Qur'ān al-Qiyās 2. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el)-nya.

ءامسلا سمشلا

Ditulis Ditulis

as-samā asy-syams

(13)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Angin perspektif al-Qur’an (studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar)” Angin memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan makhluk Allah di bumi. Banyak ayat al-Qur`an yang menjelaskan tentang angin. Ada 7 ayat yang menjelaskan tentang angin sebagai rahmat.

Diantaranya yaitu, surat al-A’raf: 57, al-Hijr: 22, al-Furqan: 48, al-Naml: 63, ar- Rum: 46 dan 48, Fathir: 9. Maka, rumusan masalah yang dipaparkan dalam skripsi ini adalah bagaimana penafsiran Buya Hamka serta Angin perspektif al-Qur’an studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar. Adapun penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran Buya Hamka penafsiran Buya Hamka serta Angin perspektif al-Qur’an studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuanlitatif dengan jenis penelitian library research, yaitu menganalisis data yang sudah dikumpulkan baik data primer maupun sekunder. Adapun hasil dari penelitian ini adalah pertama penafsiran Buya Hamka tentang angin sebagai rahmat dalam kehidupan semua makhluk hidup.

Kedua, dari penafsiran Ayat-ayat tersebut, dapat diketahui corak ilmi dan adaby . Corak ilmi pada ayat tersebut terlihat ketika Hamka menjelaskan proses terjadinya hujan, proses perkawinan tumbuhan dan ilmu pelayaran. Sedangkan corak adaby pada ayat tersebut dilihat ketika Hamka menjelaskan keadaan angin yang diharapkan manusia, setiap makhluk hidup yang mengharapkan hujan serta para nelayan yang bergantung kepada angin ketika berlayar. Hamka juga terkadang menyebutkan kondisi ketika menafsirkan ayat.

Kata Kunci: Angin, Ilmi, Adaby.

(14)

ix

صخلملا

ثحبلا اذه ناونعب

" : رهزلأا يرسفت في بيدلأاو ملعلا طانمأ ةسارد( نيآرقلا روظنلما حاير )

."

رود حايرلل

كانه .حيرلا حرشت نآرقلا تايآ نم ديدعلا .ضرلأا ىلع للها تاقولمخ ةايح في ادج مهم ۷

تايآ

معنك حيرلا حرشت :فارعلأا ةروس :روسلا هذه نمو .ة

٥۷

، :رجلحا ٢٢ :ناقرفلا ، ٨٤

:لمنلا ، ٣٦

،

:مورلا ٨٣ و ٨٤ :حتف ، ٩ . يرسفت ةيفيك يه ةلاسرلا هذه في ةحورطلما ةيلاكشلإا ةغايص نوكت كلذبو

ةحمر انهأ ىلع حيرلا تايآ ىلع يميتجلااو بيضعلاو ملعلا طانمأ ذيفنتو ةكحم ايوب في

رهزلأا اتك .

يعاجملإاو بيضعلاو ملعلا طانمأ ذيفنتو ةكحم ايوبل ةكحم ايوب يرسفت ةفرعم لىإ ةلاسرلا هذه ةباتك فدته رهزلأا اتك في ةحمرك حايرلا تايآ ىلع .

ثحبلا اذه مدختسي تابتكلما ثابحأ نم عون عم ايمك اجنه

لولأا تانايبلا نم اهعجم تم تيلا تانايبلا ليلتح وهو ، يه ةساردلا هذه ةجيتن .ةيوناثلاو ةي

يرسفت لوأ

ةيلحا تانئاكلا عيجم ةايح في ةمعنك حايرلل اكماه ايوبل .

ةفرعم نكيم ، تايلآا هذه يرسفت نم ، ايناث

ملع طنم رهظي .يماهتجلااو بيضعلاو ملعلا طنم اكهم حرشي امدنع ةيلآا في

جوازت ةيلمعو رطلما ةيلمع

رابحلإا ملعو تاتابنلا .

ةكحم فصي امدنع ةيلآا في يئاجملإاو بيضعلا طنم رهظي ، هسفن تقولا فيو

حايرلا ىلع نودمتعي نيذلا نيدايصلاو رطلما عقوتي يح نئاك لكو ، ناسنلإا اهعقوتي تيلا حايرلا ةلاح ركذي .رابحلإا دنع اكهم

تايلآا يرسفت دنع طورشلا انايحأ .

لما تاملكلا :ةيحاتف

حايرلا , دا ,يملع بي

.

(15)

x ABSTRACT

This thesis is entitled “The winds of the qur’anic perspective (the study of ilmi and adaby patterns in Tafsir al-Azhar)”. Wind has a very important role for the life of God’s creatures on earth. Many verses of the Qur’an explain the wind. There are 7 verses that explain the wind as grace. Among them are, sura al-A'raf: 57, al-Hijr:

22, al-Furqan: 48, al-Naml: 63, ar-Rum: 46 and 48, Fathir: 9. Thus, the formulation of the problem presented in this thesis is how to interpret Buya Hamka and the implementation of the ilmi and Adaby patterns on the wind verses as mercy in the kitab al-Azhar. The writing of this thesis aims to find out the interpretation of Buya Hamka interpretation of Buya Hamka and the implementation of the ilmi and Adaby patterns on wind verses as mercy in the kitab al-Azhar. This research uses a quantative approach with a type of library research research, which is analyzing data that has been collected both primary and secondary data. The result of this study is Buya Hamka’s first interpretation of wind as a grace in the lives of all living things. Secondly, from the interpretation of these verses, it can be known the pattern of ilmi and Adaby . The ilmi pattern in the verse is seen when Hamka explains the process of rain, the process of mating plants and the science of sailing. Meanwhile, the pattern of Adaby in the verse is seen when Hamka describes the state of the wind that humans expect, every living thing that expects rain and fishermen who depend on the wind when sailing. Hamka also sometimes mentions conditions when interpreting verses.

Keywords: Wind, Ilmi, Adaby.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan mukjizat Allah yang abadi dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh perkembangan ilmu pengetahuan1, yang di berikan kepada Rasulullah untuk dijadikan pegangan hidup manusia supaya mendapatkan keselamatan didunia dan akhirat. al-Qur’an hadir dengan penjelasan dan konsep, secara global maupun detail dalam berbagai persoalan.2 Dari sekian banyak yang diterangkan dalam al-Qur’an penulis tertarik mengangkat tema mengenai angin, yang mana angin adalah fenomena alam semesta yang dapat dirasakan manusia tetapi kasap mata. Ini merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah dan tidak ada yang mampu menandingi-Nya.

Angin diciptakan Allah Swt. dengan dua keadaan. Angin dapat menjadi rahmat dan bencana dalam kehidupan. Hal ini juga dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya sebagai berikut:

ْعَْلأا اَنَ ثَّدَح ٍلْيَضحف حنْبا اَنَ ثَّدَح ُِّفيوحكلا َدْيِزَي حنْب حدَّمَحمُ اَنَ ثَّدَح ِللها دْبَع اَنَ ثَّدَح ِنب ِبْيِبَح نع حش

ِبأ نع يَزْ بَأ نب ِن ْحمَّرلا ِدْبَع ِنب ِديِعَس نع ِللها دبع نع ِللها ِدْبَع نب ِّرَذ ْنَع ٍتِباَث ِبِ َأ َِّبيحأ نع ِهْي

َ ت ِللها ِحْوَر نم اَهَّ نِإّف َحْيِّرلا اوُّبحسَت لا َمّلس و هيلع حللها ىّلص ِللها حلوسَر لاق :لاق ٍبْعَك نب َكَراَب

َللها اوحلَس و لىاعَت و م ِللهااِب اوحذَّوَعَ ت و هب ْتّلِسْرحأ ام َرْ يَخ و اَهْ يِف ام َرْ يَخ و اَهَرْ يَخ

و اهِّرَش ن

ِهب ْتَلِسْرحأ ام ِّرَش

٦

“Abdullah telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Yazid Al Kuufi telah menceritakan kepada kami, Ibnu Fudlail telah menceritakan kepada kami, Al A'masy dari Habib bin Abu Tsabit dari Dzar bin Abdullah dari Sa'id bin Abdurrahman bin Abza dari Ayahnya dari Ubay bin Ka'b telah

1 Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur`an (Bogor: Lintera AntarNusa, 2013), 1.

2 Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik: Memahami Huruf Muqhata dalam Al-Qur`an (Malang: UIN- Malang Press, 2009), 25.

3 Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad Syarah Ahmad Muhammad Syakir, (Jakarta:

Pustaka Azzam, t.th), hadits no. 20215

(17)

2

menceritakan kepada kami, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mencela angin karena ia adalah ciptaan Allah Tabaaraka Wa Ta’ala, memohonlah kepada Allah dari kebaikan angin itu, dari kebaikan yang ada padanya dan dari kebaikan apa-apa yang dibawanya, dan berlindunglah pada Allah dari keburukan angin tersebut, dari keburukan apa yang ada padanya dan dari keburukan apa-apa yang dibawanya.”

Angin adalah pergerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Pembentukan arah angin terjadi karena perbedaan tekanan udara di dua tempat berbeda. Aliran angin berasal dari tempat yang memiliki tekanan udara tinggi menuju ke tempat yang bertekanan udara rendah. Terjadinya angin dipengaruhi oleh rotasi bumi bersamaan dengan proses pemanasan suatu wilayah oleh matahari. Angin diberi nama berdasarkan asal datangnya, seperti angin darat, angin lembah, dan angin gunung. Angin mempunyai peran penting bagi semua makhluk Allah.4 Angin juga mempunyai peran besar dalam terwujudnya awan, membentuknya, mengumpulkannya dengan awan-awan yang lain, dan menaikkannya ke ketinggian tertentu.

Pengambilan corak ilmi pada penulisan skripsi ini sebagai upaya untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ilmiah dan bersesuaian dengan kaidah-kaidah dan teori sains. Orientasi ini sangat berkembang mengingat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ditambah dengan munculnya berbagai teori dan temuan-temuan ilmiah yang baru dalam berbagai disiplin ilmi.5 Sedangkan corak adaby menonjolan ketelitian redaksi ayat-ayat al-Qur’an, penguraian makna yang dikandung dalam ayat dengan redaksi yang menarik hati, dan adanya upaya untuk menghubungkan ayat- ayat al-Qur’an dengan hukum-hukum alam yang berlaku dalam masyarakat.

Sehingga al-Qur’an dengan mudah difahami oleh umat Islam dari kalangan manapun (bukan hanya ulama) untuk dijadikaan sebagai huda li al-

4 Muslim, Perspektif al-Qur`an Tentang Angin, al-Misykah: Jurnal Kajian al-Qur`an dan Tafsir 1, no. 1 (2020): 67.

5 Salah Abdul Fatah al-Khalidi, Ta’rif Darisin bi Manahij al-Mufassirin, (Damakus:

Darel Qalam, 2012), hlm. 567

(18)

3

nas, sebagaimana yang merupakan fungsi utama dari al-Qur’an. Pembahasan Tafsir ini sepi dari penggunaan istilah-istilah tersebut kecuali jika dirasa perlu dan hanya sebatas kebutuhan.6

َتِلَو ِهِرْمَأِب حكْلحفْلا َيِرْجَتِلَو ِهِتَْحمَر ْنِم ْمحكَقيِذحيِلَو ٍتاَرِّشَبحم َحاَيِّرلا َلِسْرح ي ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو ْنِم اوحغَ تْب

َنوحرحكْشَت ْمحكَّلَعَلَو ِهِلْضَف

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah- mudahan kamu bersyukur,” (QS. ar-Rum [21]: 46).

Ayat di atas adalah salah satu ayat yang membuktikan bahwa penelitian ini memang menarik untuk dikaji lebih dalam, terlebih dalam ayat lain juga ditemukan bahwa Allah bersumpah atas nama angin. Tanpa angin bisa dibayangkan, betapa kacaunya siklus yang ada. Dari pemaparan di atas, menurut penulis sudah cukup menjadi bukti bahwa penelitian ini menarik untuk dikaji. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut tentang Angin perspektif al-Qur’an studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah- masalah yang muncul sebagai berikut:

1. Penafsiran dan pengertian dari ayat-ayat angin 2. Macam-macam angin dalam al-Qur’an

3. Angin dapat memberikan rahmat 4. Manfaat angin dalam al-Qur’an

5. Ayat-ayat yang berbicara tentang angin sebagai rahmat berdasarkan Tafsir al-Azhar

6. Corak ilmi dan adaby pada ayat-ayat tentang angin

6 Abdurrahman Rusli Tanjung, Analisis Terhadap Corak Tafsir Al-Adabiy Al-Ijtima’i, Jurnal Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SU, vol. 3, no. 1, 2014, hlm. 163-164.

(19)

4

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, angin terbagi menjadi dua, sebagai rahmat dan azab. Maka penulis membatasi masalah penelitian ini tentang angin sebagai rahmat pada Q.S. al-A’raf [7]:

57, Q.S. al-Hijr [15]: 22, Q.S. al-Furqan [25]: 48, Q.S. an-Naml [27]: 63, Q.S.

ar-Rum [30]: 46, 48, dan Fathir [35]: 9. Penelitian ini menggunakan Tafsir al- Azhar untuk mengetahui penafsiran Buya Hamka tentang angin sebagai rahmat dan corak ilmi dan adaby.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalan yang akan di bahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang angin dalam Tafsir al-Azhar?

2. Bagaimana corak ilmi dan adaby pada ayat-ayat tentang angin?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tunjuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut:

a. Mengetahui penafsiran ayat-ayat tentang angin dalam Tafsir al- Azhar.

b. Mengetahui corak ilmi dan adaby pada ayat-ayat tentang angin.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin penulis bagikan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

i. Dapat menambah khazanah keilmuan bagi semua golongan, khususnya dalam bidang memahami angin sebagai rahmat dalam al-Qur’an ditinjau dari perspektif al-Qur’an studi corak adaby melalui kitab Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka.

ii. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(20)

5

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan uraian tentang bab-bab yang akan dibahas dalam penelitian, maka penulis akan membagi pembahasan ini menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyusunan dan mempermudah dalam memperlajarinya. Adapun sistematika penulisannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika penelitian. Latar belakang masalah memberikan penjelasan secara akademik mengapa penelitian ini dilakukan. Identifikasi masalah memaparkan permasalahan yang terkait dengan judul ini. Batasan dan rumusan masalah membuat penelitian ini lebih terfokus kepada apa yang menjadi tujuan utamanya. Lalu tujuan dan kegunaan penelitian ini dilakukan, serta sistematika penelitian yang akan membantu memahami keseluruhan isi penelitian ini.

BAB II Kerangka Teori. Bab ini meliputi pendekatan kajian, landasan teori dalam penelitian. Adapun pada bab ini berisi tentang pengertian angin, macam-macam angin, angin sebagai rahmat, corak ilmi dan corak adaby. Teori ini yang akan digunakan untuk membahas tentang Ayat-ayat tentang angin sebagai rahmat.

Terakhir dilanjutkan dengan tinjauan pustaka atau tinjauan kajian-kajian terdahulu.

BAB III Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data dan juga teknik analisis data. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan (library research).

BAB IV Hasil Penelitian. Menampilkan penafsiran Buya Hamka tentang angin sebagai rahmat dalam kitab al-Azhar. Serta corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar mengenai Ayat-ayat angin.

(21)

6

BAB V Penutup, Berisikan kesimpulan mengenai penelitian ini serta diakhiri dengan saran.

(22)

7 BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori 1. Angin

a. Pengertian Angin

Angin adalah udara yang bergerak (bergerak) dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan lebih rendah atau dari daerah yang bersuhu rendah ke daerah yang bersuhu tinggi. Perbedaan suhu di atmosfer menyebabkan perbedaan tekanan udara, dan menyebabkan udara terus mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Ketika perbedaan antara pusat tekanan (yaitu suhu atmosfer) terlalu tinggi, arus udara (yaitu angin) menjadi sangat kuat.7

Al-Riih bisa berarti luas karena angin bisa menempati tempat yang sangat luas atau semua medan dalam satu waktu, kata itu juga bisa berarti lepas karena angin tidak terikat ruang dan waktu sehingga kemarin bebas bergerak kesana. Selanjutnya dapat diartikan secara teratur karena dalam pergerakannya mengikuti aturan alam dan karena keteraturannya sehingga dapat membentuk dirinya menjadi badai yang dapat menghancurkan bangunan yang kokoh sekalipun.

Adapun angin (riih dan al-riih) kedua kata tersebut memiliki perbedaan meskipun pada dasarnya memiliki arti yang sama, seperti kata pertama (riih) sebagai bentuk nakirah yang dapat berarti angin di umum (angin atau udara tenang, angin sepoi-sepoi, angin kencang dan angin puyuh atau angin topan dan

7 Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Depatemen Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik:Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), hlm.157

(23)

8

angin dingin dan panas), longgar, tenang dan teratur dan dapat berarti kesenangan dan hukuman. Sedangkan kata kedua (al-riih) merupakan bentuk ma’rifah, menunjukkan kepada makna khusus seperti yang ditunjukkan dalam al-Qur’an yang lebih banyak mengarah kepada hal negatif, seperti angin kencang atau angin topan atau azab.

b. Macam-macam Angin dalam Al-Qur’an

Di dalam al-Qur’an, angin disebut dengan kata حير dalam bentuk mufrad dan حاير dalam bentuk jamak. Kata حير dan derivasinya terulang sebanyak 31 kali pada 28 surah. حير terulang 14 kali, احير terulang 4 kali, مكحير terulang 1 kali, حايرلا terulang 10 kali dan ناحير terulang 2 kali.8 Selain itu, angin disebutkan dalam bentuk lain, diantaranya yaitu:

1) I’sharun

I’sharun merupakan bentuk isim mashdar, yang artinya angin badai. I’sharun diambil dari kataَرصعيَ-رصعأ راصعإ- . Kata i’sharun diartikan sebagai angin yang membawa debu yang berterbangan hingga ke langit, atau orang-orang biasa menyebutnya angin topan atau angin yang sangat kencang.

Firman Allah Swt.

اَهَ باَصَاَف ْتَقَرَ تْحاَف ٌراَن ِهْيِف ٌراَصْعِا َ ٓ

Lalu kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, sehingga terbakar. (Q.S. al-Baqarah [2]: 266).

2) Adz-Dzariyat

Adz-dzariyat اورذَ-ورذيَ-ارذ artinya berjalan cepat, terbang.

Ibn Faris dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah memaknai kata dzarwun dengan dua makna, yaitu memuliakan sesuatu dan melindunginya dan sesuatu yang jatuh dan pecah.

8 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Muhfaras li Alfadz Al-Qur’an Al-Karim, (Mesir: Daar al-Hadits, 2007), hlm. 400-401

(24)

9

Muhammad Ismail Ibrahim dalam Mu’jam al-Alfadz wa al- A’lam al-Quraniyyah memaknainya dengan terbang, pecah dan hilang.

اًوْرَذ ِتّٰيِرّّٰذلاَو

َ ٓ

Demi (angin) yang menerbangkan debu (Q.S al-Dzariyat [51]: 1).

Al-Thabathaba’i dalam Tafsir al-Mizan memaknai kata dzariyat di atas dengan angin yang dapat membongkar tanah dan menerbangkan debunya. Sedangkan al-Tabari dalam Jami’ al-Bayan memaknainya dengan al-riyaah, yaitu angin yang menerbangkan debu (al-riyaah al-lati tadzuru al-turabi dzarwan). Quraish Shihab menyimpulkan bahwa adz-dzariyat merujuk pada angin yang sangat dahsyat yang menerbangkan segala apapun di dunia ini ketimbang angin yang menyejukkan.

3) Al-Mursalat

Kata al-mursalat diambil dari لااسرا-لسري-لسرا, artinya mengirim atau mengutus. Kata ini juga dapat dimaknai malaikat atau angin, atau yang dikirim.

اًفْرحع ِتّٰلَسْرحمْلاَو

َ ٓ

Demi (malaikat-malaikat) yang diutus untuk membawa kebaikan (Q.S. al-Mursalat [77]: 1).

Derivasi dari term al-mursalat, di antaranya irsal al-riyaah yang bermakna membawa angin kebaikan (al-riyaah al- thayyibah al-layyinah

اًرْشحب َحّٰيِّرلا حلِسْرح ي ْيِذَّلا َوحهَو هِتَْحمَر ْيَدَي َْيَْ ب َ ٓ

َ ٓ

Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), (Q.S. al-A’raf [7]: 57).

(25)

10

Term angin yang merujuk pada term irsal adalah angin yang membawa keberkahan dan kebaikan.

4) Hashib

KH. Mustain Syafi’i dalam Tafsir Al-Quran Aktual, hashib adalah angin yang mengandung debu kasar atau kerikil- kerikil tajam yang destruktif. Angin jenis ini dapat membawa malapetaka atau azab. Angin ini pernah dikirim oleh Allah Swt. kepada kaum Nabi Luth sebagai adzab bagi mereka karena melegalkan hubungan homoseksual.

اَّنِا َا َ ٓ َّلاِا اًبِصاَح ْمِهْيَلَع اَنْلَسْر ٍطْوحل َلّٰا َ ٓ

ٍرَحَسِب ْمحهّٰ نْ يََّنَ َ ٓ

َ ٓ

Sesungguhnya Kami kirimkan kepada mereka badai yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Lut. Kami selamatkan mereka sebelum fajar menyingsing, (Q.S. al-Qamar [54]: 34).

5) Qashif

Qashif merupakan jenis angin yang spesialisasinya sebagai angin penghancur di darat (muhlikah fi al-barr). Fungsi angin ini tidak berbeda dengan hashib yaitu sebagai azab bagi manusia.

ِّرَ بْلا َبِناَج ْمحكِب َفِسَّْيَّ ْنَا ْمحتْنِمَاَفَا ًبِصاَح ْمحكْيَلَع َلِسْرح ي ْوَا

اْوحدَِتَ َلا َّحثُ ا

ًلًْيِكَو ْمحكَل

َ ٓ

Maka apakah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil?

Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun, (Q.S. Al-Isra’ [17]: 68).

6) ‘Aqiim

Al-riih al-‘aqiim adalah angin yang tidak mendatangkan kehidupan bagi manusia, namun ia membawa kehancuran dan kematian. Pengertian angin ini bermakna negatif sesuai

(26)

11

dengan konteks yang diguakan yaitu menggunakan bentuk tunggal حير untuk angin yang membawa bencana.

َميِقَعْلا َحيِّرلا حمِهْيَلَع اَنْلَسْرَأ ْذِإ ٍداَع ِفيَو

Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan (Q.S al-Dzariyat [51]:

41)

Al-‘aqiim adalah angin yang tidak mengandung keberkahan dan kebaikan. Angin ini bergerak dengan kecepatan 80 km/jam. Angin seperti ini disebut ‘aqiim (membinasakan) karena dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah Swt. telah mengirim kepada kaum ‘Ad. Angin ‘aqiim adalah angin putih peliung yang sangat dahsyat, menumbangkan pohon- pohon besar yang menimpa rumah-rumah penduduk.

Angin tersebut bertiup sangat keras tidak berhenti tujuh malam delapan hari lamanya dan hilang seluruh yang bernyawa.9

7) Sharshar

رِمَتْسحم ٍسَْنَ ِمْوَ ي ِفي اًرَصْرَص اًيحِر ْمِهْيَلَع اَنْلَسْرَأ اَّنِإ

Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus (Q.S. al-Qamar [54]: 19)

8) ‘Ashif

Jika qashif adalah angin penghancur di darat, maka ‘ashif adalah jenis angin penghancur di lautan (muhlikah fi al- bahr). Badai angin ini menghantam kapal lautan di laut dan destruktif (menimbulkan musibah tsunami).

ٍةَبِّيَط ٍحْيِرِب ْمِِبِ َنْيَرَجَو ۤاَجَّو ٌفِصاَع ٌحْيِر اَهْ تَءۤاَج اَِبِ اْوححِرَفَّو

حجْوَمْلا حمحهَء

ٍناَكَم ِّلحك ْنِم

9 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional. PTE LTD, 2007), Jilid 9, hlm.

6919

(27)

12

Dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang- orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, (Q.S. Yunus [10]: 22).

Kata ‘ashif dalam ayat di atas merupakan angin yang bersifat destruktif, berfungsi sebagai penghancur di lautan yang menghantam kapal dan apapun yang ada di lautan.

9) Thayyibah

َوحه ِرْحَبْلاَو ِّرَ بْلا ِفي ْمحكحرِّ يَسحي يِذَّلا ْلحفْلا ِفي ْمحتْنحك اَذِإ َّّٰتََّح َ ٓ

ْمِِبِ َنْيَرَجَو ِك

ِّلحك ْنِم حجْوَمْلا حمحهَءاَجَو ٌفِصاَع ٌحيِر اَهْ تَءاَج اَِبِ اوححِرَفَو ٍةَبِّيَط ٍحيِرِب ْمِِبِ َطيِححأ ْمحهَّ نَأ اوُّنَظَو ٍناَكَم َهَّللا احوَعَد َ ٓ

ِئَل َنيِّدلا حهَل َيِْصِلْحمخ اَنَ تْيَْنََأ ْن

َنيِرِكاَّشلا َنِم َّنَنوحكَنَل ِهِذَّٰه ْنِم

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata.

(Mereka berkata): “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Q.S. Yunus [10]:

22)

Dalam ayat ini lafaz حير digunakan dalam bentuk tunggal dengan maksud angin yang menyenangkan yang disebut (ةبيط thayyibah). Jenis angin ini membawa keberkahan bagi manusia terutama bagi nelayan, serta dapat menggerakkan pohon-pohon sehingga kapal layar dapat dapat bergerak di lautan.

(28)

13

10) Sakinah

ِهِرْهَظ ّٰىَلَع َدِكاَوَر َنْلَلْظَيَ ف َحيِّرلا ِنِكْسحي ْأَشَي ْنِإ َّٰذ ِفي َّنِإ َ ٓ

ٍتاَي َلآ َكِل

ٍروحكَش ٍراَّبَص ِّلحكِل

Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur (Q.S. asy-Syura [62]: 33)

Angin sakinah adalah angin yang tenang dan tidak bergelombang. Gerakan angin jenis ini sangat tenang sehingga asap yang keluar dari cerobong pabrik tetap tegak jika bertemu angin jenis ini, karena kekuatannya hanya 0-1 km/jam. Oleh karena itu, angin jenis ini tidak membuat riak-riak di permukaan air dan tidak dapat menggerakkan perahu atau kapal layar. Dalam keadaan ini, laut akan seperti kaca ketika angin ada di kawasan laut ini dan tetap menjadi tenang.

Angin-angin di atas yang disebutkan dalam al-Qur’an, suatu informasi kebenaran sebelum adanya ilmu pengetahuan modern.

c. Angin sebagai Rahmat

Allah Swt. menciptakan angin sebagai berkah dan bencana.

Angin kebaikan dan rahmat adalah angin utara, angin shabaa (angin timur) dan angin selatan. Sedangkan angin ad-dabuur (angin barat) adalah angin azab atau angin yang membawa malapetaka dan malapetaka.10

Derivasi kata حير ditemukan dalam beberapa ayat al- Qur’an. Dalam kamus Mu’jam al-Washith adalah al-Hawa’u iza taharraka yang berarti udara yang bergerak.11 Angin merupakan salah satu unsur alam yang sering dirasakan oleh manusia. Angin

10 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Munir, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2009), Jilid XI, hlm. 113

11 Syauqi Dhaif, Mu’jam al Wasith, (Mesir: Maktabah Shurouq al-Dauliyah, 2011), hlm.

381

(29)

14

memberi banyak manfaat bagi makhluk-makhluk Allah Swt.

Angin yang dijelaskan dalam al-Qur’an dapat memberikan pemahaman kepada manusia bahwa apa yang mengendalikan angin, mengirimkan hujan, dan menghijaukan bumi semuanya adalah kekuasaan Allah.

d. Ayat-ayat al-Qur’an tentang Angin sebagai Rahmat 1) Surah al-A’raf ayat 57

اًباَحَس ْتَّلَ قَأ اَذِإ َّّٰتََّح َ ٓ ِهِتَْحمَر ْيَدَي َْيَْ ب اًرْشحب َحاَيِّرلا حلِسْرح ي يِذَّلا َوحهَو َ ٓ ِتاَرَمَّثلا ِّل حك ْنِم ِهِب اَنْجَرْخَأَف َءاَمْلا ِهِب اَنْلَزْ نَأَف ٍتِّيَم ٍدَلَ بِل حهاَنْقحس ًلااَقِث َنوحرَّكَذَت ْمحكَّلَعَل ّٰىَتْوَمْلا حجِرْحنُ َكِلَّٰذَك

“Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah- mudahan kamu mengambil pelajaran.”

2) Surah al-Hijr ayat 22

حهوحمحكاَنْ يَقْسَأَف ًءاَم ِءاَمَّسلا َنِم اَنْلَزْ نَأَف َحِقاَوَل َحاَيِّرلا اَنْلَسْرَأَو َو

حهَل ْمحتْ نَأ اَم

َيِْنِزاَِبِ

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”

3) Surah al-Furqan ayat 48

ِهِتَْحمَر ْيَدَي َْيَْ ب اًرْشحب َحاَيِّرلا َلَسْرَأ يِذَّلا َوحهَو َنِم اَنْلَزْ نَأَو َ ٓ

ًءاَم ِءاَمَّسلا

اًروحهَط

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan);

dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih”

(30)

15

4) Surah al-Naml ayat 63

ْيَدَي َْيَْ ب اًرْشحب َحاَيِّرلا حلِسْرح ي ْنَمَو ِرْحَبْلاَو ِّرَ بْلا ِتاَمحلحظ ِفي ْمحكيِدْهَ ي ْنَّمَأ ِهِتَْحمَر ِهَّللا َعَم ٌهَّٰلِإَأ َ ٓ

َنوحكِرْشحي اَّمَع حهَّللا َلىاَعَ ت َ ٓ

“Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).”

5) Surah ar-Rum ayat 46

حفْلا َيِرْجَتِلَو ِهِتَْحمَر ْنِم ْمحكَقيِذحيِلَو ٍتاَرِّشَبحم َحاَيِّرلا َلِسْرح ي ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو حكْل

َنوحرحكْشَت ْمحكَّلَعَلَو ِهِلْضَف ْنِم اوحغَ تْبَتِلَو ِهِرْمَأِب

“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah- mudahan kamu bersyukur,”

6) Surah ar-Rum ayat 48

حهَّللا َشَي َفْيَك ِءاَمَّسلا ِفي حهحطحسْبَيَ ف اًباَحَس حيرِثحتَ ف َحاَيِّرلا حلِسْرح ي يِذَّلا حءا ِب َ اَصَأ اَذِإَف َ ٓ ِهِل َلًِخ ْنِم حجحرَْيَّ َقْدَوْلا ىَرَ تَ ف اًفَسِك حهحلَعَْيََو حءاَشَي ْنَم ِه

َنوحرِشْبَتْسَي ْمحه اَذِإ ِهِداَبِع ْنِم

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”

7) Surah Fathir ayat 9

ْ يَ يْحَأَف ٍتِّيَم ٍدَلَ ب َّٰلىِإ حهاَنْقحسَف اًباَحَس حيرِثحتَ ف َحاَيِّرلا َلَسْرَأ يِذَّلا حهَّللاَو ِهِب اَن

اَِتهْوَم َدْعَ ب َضْرَْلأا َ ٓ

حروحشُّنلا َكِلَّٰذَك

“Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu

(31)

16

kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.”

2. Corak Ilmi dan Indikatornya

Ilmi berasal dari kata ilmu dari kata ‘ulum yang artinya adalah pengetahuan.12 Tafsir ilmi adalah sebuah upaya memahami ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung isyarat ilmiah dari perspektif ilmu pengetahuan modern. Menurut Husain az-Zahabi, Tafsir ini membahas istilah-istilah ilmu pengetahuan dalam penuturan Ayat-ayat al-Qur’an, serta berusaha menggali dimensi keilmuan dan menyingkap rahasia kemukjizatannya terkait informasi-informasi sains yang mungkin belum dikenal manusia pada masa turunnya sehingga menjadi bukti kebenaran bahwa al-Qur’an bukan karangan manusia, namun wahyu Allah Swt. Alasan yang mendorong para mufassir menulis Tafsirnya dengan corak ini adalah di samping banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang secara eksplisit maupun implisit memerintah untuk menggali ilmu.

Hamka adalah seorang mufassir yang memiliki wawasan keilmuan yang lumayan luas, sebagaimana tercermin dalam karya- karyanya. Dalam menjelaskan fenomena alamiah dan uraian-uraian saintifik terkait penafsiran corak ilmiah terhadap ayat-ayat al-Qur’an, Hamka berupaya menjelaskannya melalui ungkapan-ungkapan yang sederhana, sesuai dengan gaya pemaparan tulisannya yang bernada dakwah. Di sini, ayat-ayat al-Qur’an juga dijelaskan makna dan kaitannya melalui analogi teknologi sederhana yang dipahaminya.

Dengan begitu, ulasan Tafsirnya bisa dipahami banyak lapisan kalangan yang memang membutuhkan bahan-bahan bacaan, utamanya buku-buku Tafsir, yang ditulis dalam bahasa Indonesia.

12 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia, (Surabaya:

Pustaka Progressif, Cet. Ke-14, 1997), hlm.966.

(32)

17

Dalam upaya menjaga kesucian al-Qur’an para ulama merumuskan beberapa prinsip dasar yang sepatutnya diperhatikan dalam menyusun sebuah Tafsir ilmi, antara lain:

1. Memperhatikan arti dan kaidah-kaidah kebahasaan. Tidak sepatutnya kata tayran dalam surah al-Fiil (105): 3

َليِباَبَأ اًرْ يَط ْمِهْيَلَع َلَسْرَأَو

“Dan Dia turunkan kepada mereka burung Ababil”

Kata tersebut diTafsirkan sebagai kuman seperti dikemukakan oleh Muhammad ‘Abduh dalam Tafsir Juz ‘Amma-nya. Secara bahasa itu tidak dimungkinkan, dan maknanya menjadi tidak tepat.

2. Memperhatikan konteks ayat yang di Tafsirkan, sebab ayat-ayat dan surah al-Qur’an, bahkan kata dan kalimatnya saling berkorelasi. Memahami ayat-ayat al-Qur’an harus dilakukan secara komprehensif dan tidak parsial.

3. Memperhatikan hasil-hasil penafsiran dari Rasulullah saw.

Selaku pemegang otoritas teringgi para sahabat, tabi’in dan para ulama Tafsir, terutama yang menyangkut ayat yang akan dipahaminya. Selain itu, penting juga memahami ilmu-ilmu al- Qur’an lainnya seperti nasikh-mansukh, asbabun nuzul, dan sebagainya.

4. Tidak menggunakan ayat-ayat yang mengandung isyarat ilmiah untuk menghukumi benar atau salahnya sebuah hasil penemuan ilmiah. al-Qur’an mempunyai fungsi yang jauh lebih besar dari sekadar membenarkan atau menyalahkan teori-teori ilmiah.

5. Memperhatikan kemungkinan satu kata atau ungkapan mengandung sekian makna, walaupun kemungkinan makna itu sedikit jauh (lemah), seperti dikemukakan pakar bahasa Arab, Ibnu Jinni, dalam al-Khasais (2/488). Al-Gamrawi, seorang pakar Tafsir ilmiah al-Qur’an Mesir, mengatakan, “Penafsiran al- Qur’an hendaknya tidak terpaku pada satu makna. Selama

(33)

18

ungkapan itu mengandung berbagai kemungkinan dan dibenarkan secara bahasa, maka boleh jadi itulah yang dimaksud Tuhan”.

6. Untuk bisa memahami isyarat-isyarat ilmiah hendaknya memahami betul segala sesuatu yang menyangkut objek bahasan ayat, termasuk penemuan-penemuan ilmiah yang berkaitan dengannya. M. Quraish Shihab mengatakan, “...sebab-sebab kekeliruan dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat al- Qur’an antara lain adalah kelemahan dalam bidang bahasa serta kedangkalan pengetahuan menyangkut objek bahasan ayat”.

7. Sebagian ulama menyarankan agar tidak menggunakan penemuan-penemuan ilmiah yang masih bersifat teori dan hipotesis, sehingga dapat berubah. Itu karena teori tidak lain adalah hasil sebuah “pukul rata” terhadap gejala alam yang terjadi. Begitu pula hipotesis, masih dalam taraf uji coba kebenarannya. Yang digunakan hanyalah yang telah mencapai tingkat hakikat kebenaran ilmiah yang tidak bisa ditolak lagi oleh akal manusia. Sebagian lain mengatakan, sebagai sebuah penafsiran yang dilakukan berdasar kemampuan manusia, teori dan hipotesis bisa saja digunakan di dalamnya, tetapi dengan keyakinan kebenaran al-Qur’an bersifat mutlak, sedangkan penafsiran itu relatif, bisa benar dan bisa salah.13

Kajian Tafsir ilmi tidak dalam kerangaka menjustifikasi kebenaran temuan ilmiah dengan ayat-ayat al-Qur’an Hingga seolah- olah berkesesuaian dengan temuan ilmu pengetahuan. Tafsir ilmi berprinsip bahwa al-Qur’an mendahului ilmu pengetahuan modern, sehingga mustahil al-Qur’an bertentangan dengan sains modern. Kajian Tafsir ilmi berasal dari kesadaran bahwa al-Qur’an bersifat mutlak.

13 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Waktu Dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains, (Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2013), hlm. xxv

(34)

19

Sedangkan penafsirannya, baik dalam perspektif Tafsir maupun ilmu pengetahuan, bersifat relatif.

3. Corak Adabi dan Indikatornya

Secara etimologi, adabi berarti kesusasteraan yang merupakan bagian dari kajian ilmu gramatika bahasa arab, seperti nahwu, sharaf, luqhah, dan balaghah. Dengan demikian, adaby berkaitan dengan keindahan bahasa yang digunakan oleh seorang penafsir. Sedangkan pengertian ijtima’i adalah sosial kemasyarakatan. Kedua terma itu kemudian menjadi hakikat ‘urfiyyah dikalangan ulama Tafsir dan memiliki makna tersendiri yang mengacu kepada suatu karateristik dalam penafsiran al-Qur’an. Adapun kata ijtimaiy bermakna banyak bergaul dengan masyarakat atau bisa diterjemahkan kemasyarakatan.

Jadi secara etimologis tafsir corak adaby adalah tafsir yang berorientasi pada satra budaya dan kemasyarakatan, atau bisa di sebut dengan tafsir sosio-kultural14

Maka dapatlah dikatakan corak tafsir adaby adalah corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan masyarakat, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit masyarakat atau masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah didengar.15

Menurut Manna’ Khalil al-Qattan, adaby adalah corak tafsir yang diperkaya dengan riwayat dari salaf dan dengan uraian tentang sunnatullah yang berlaku dalam kehidupan sosial, menguraikan gaya ungkapan al-Qur’an yang musykil dengan menyingkapkan maknanya, dengan ibarat-ibarat yang mudah, serta berusaha menerangkan masalah-masalah yang musykil, dengan maksud untuk mengembalikan

14 M. Karman Supiana, Ulumul Qur’an (Bandung: PUSTAKA ISLAMIKA, 2002), hlm.

316-317

15 Quraish Syihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), hlm.

108

(35)

20

kemuliaan dan kehormatan Islam serta mengobati penyakit masyarakat melalui petunjuk al-Qur’an.16

Adapun corak penafsiran adaby ini meliputi beberapa hal pokok sebagai berikut:17

1. Memandang bahwa setiap surat merupakan satu kesatuan, ayat- ayat mempunyai keserasian atau munasabah.

2. Ayat al-Qur’an yang bersifat umum. Kandungan al-Qur’an bersifat universal dan relevan sepanjang zaman. Universalitas al- Qur’an itu membatalkan asumsi keliru bahwa al-Qur’an hanya berlaku untuk masa tertentu dan umat tertentu.

3. Al-Qur’an merupakan sumber akidah dan hukum, maka segala sesuatunya mesti merujuk kepada al-Qur’an dan Sunna.

4. Memfungsikan akal secara luas dalam memahami al-Qur’an, karena al-Qur’an sangat menghargai akal pikiran, serta memposisikanya pada kedudukan yang terhormat.

5. Menolak dan menjauhkan taqlid. Salah satu indikator nya adalah menghilangkan taqlid buta dalam kultur masyarakat Islam, karena taqlid adalah pemicu kejumudan dan stagnasi dalam pemikiran umat Islam.

6. Mengaitkan interpretasi al-Qur’an dengan kehidupan sosial.

B. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan terhadap beberapa karya ilmiah, penelitian-penelitian terdahulu, tidak ada secara khusus yang membahas tentang Angin perspektif al-Qur’an studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar. Namun pembahasan terkait angin sudah banyak dibahas oleh beberapa penulis, diantaranya:

16 Manna’ Khalil A-Qattan, Studi ilmu-Ilmu Qur’an, hal 482

17 Afrizal Nur, Memahami Orientasi dan Corak Penafsiran Buya Hamka Tela’ah surah Al-Anfal ayat 1-20, cet.I, (Depok: Kalimedia, 2021), hlm. 23

(36)

21

1. Afrizal Nur, dkk menulis jurnal dengan judul “The Concept of Wind and Dust in The Qur’an; A Study of Surah Ibrahim (14): 18”.18 Dalam jurnalnya menjelaskan satu dari ayat-ayat amtsal yaitu surah Ibrahim ayat 18 yang membicarakan interpretasi ulama Tafsir yang menjelaskan relasi antara amalan yang dilakukan orang kafir dengan abu yang ditiup angin dengan keras. Jurnal ini berbeda dengan penelitian yang penulis kaji. Jurnal tersebut membahas angin yang menerbangkan debu sehingga berdampak negatif dan tidak bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Sedangkan penulis membahas angin sebagai rahmat, yang memberikan manfaat kepada semua makhluk hidup.

2. Avin Af’idah menulis skripsi dengan judul “Penafsiran ayat-ayat Angin dalam Kitab Tafsir al-Qur’an Al-‘Adzim”.19 Dalam skripsinya menguraikan penafsiran Ibnu Katsir tentang ayat-ayat angin. Adapun angin yang dimaksud ada dua yaitu angin yang membawa rahmat diungkapkan dengan kata riyaaḥ dan riiḥ digunakan untuk angin azab.

Adapun angin rahmat antara lain: az-zariat (angin yang menebarkan awan dan debu yang mengandung hujan), mubasysyirat (angin pembawa berita gembira akan turunnya hujan), mursalat (angin pembawa awan yang mengandung hujan), dan an-nasyirat (angin yang menyebarkan hujan). Angin azab atau bencana adalah al-‘aqim (angin yang kering tidak membawa awan) dan angin shar-shar (angin yang menumbangkan pepohonan. Berdasarkan dari mana angin berasal terdiri dari angin utara, angin selatan, angin barat, dan angin timur.

Kemudian penafsiran Ibnu Katsir yang menjelaskan tentang angin relevan dengan kondisi di zaman sekarang ini, seperti pemanfaatan angin sebagai pembangkit listrik dan lain-lain. Skripsi tersebut hanya

18 Afrizal Nur dkk, The Concept of Wind and Dust in The Qur’an; A Study of Surah Ibrahim (14): 18, Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur’an dan Tafsir, Volume 6 No. 1, Juni 2021

19 Avin Af’idah, Penafsiran Ayat-Ayat Angin dalam Kitab Tafsir al-Qur’an Al-‘Adzim, Skripsi, Jember: IAIN Jember, 2021

(37)

22

membahas penafsiran ayat-ayat angin menurut Ibnu Katsir. Sedangkan penelitian ini membahas secara khusus angin sebagai rahmat dan menganalisis corak ilmi dan adaby dalam Tafsir Al-Azhar.

3. A’limna Qurrota A’yun menulis skripsi dengan judul “Angin dalam Perspektif al-Qur’an”.20 Dalam skripsinya menguraikan istilah angin dalam al-Qur’an adalah udara yang bergerak. Angin juga dikelompokkan menjadi dua, angin positif yang diungkapkan dengan kata riyaah dan angin negatif yang biasa diungkapkan dengan rīh.

Selain itu juga menjelaskan tentang macam-macam angin dan segala kekuatan hembusannya di bagi menjadi tiga, yaitu angin membawa kebaikan, angin badai dan angin sebagai tanda kekuasaan Allah. Angin juga memiliki manfaat dan fungsi lain seperti angin sebagai alat bantu proses penurunan hujan, sebagai prasarana transportasi laut, dan membantu pembuahan tumbuh-tumbuhan. Skripsi tersebut membahas macam-macam angin dalam al-Qur’an, baik sebagai azab maupun rahmat. Sedangkan pada penelitian ini secara khusus membahas angin sebagai rahmat dan menganalisis corak ilmi dan adaby dalam Tafsir Al- Azhar.

4. Siti Aisyah menulis skripsi dengan judul “Awan dan Angin dalam Perspektif al-Qur’an”.21 Dalam skripsinya menguraikan tentang integrasi keilmuan sains dan al-Qur’an dalam membedah kejadian alam termasuk interaksi antara awan dan angin. Awan dan angin dapat menciptakan hujan dengan air yang mendatangkan keberkahan atau es yang dapat merusak pertanian dan peternakan. Hal ini tertulis dalam Q.S. An-Nur (24): 43 tentang proses terbentuknya awan comulunimbus melalui perantara angin untuk membantu dalam pentukan dan menggerakkan awan. Skripsi tersebut membahas interaksi awan dan angin yang menghasilkan hujan. Hujan merupakan salah satu rahmat

20 A’limna Qurrota A’yun, Angin dalam Perpektif al-Qur’an, Skripsi, Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2019

21 Siti Aisyah, Awan dan Angin dalam Perspektif Al-Qur’an, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2020

(38)

23

dari angin. Namun, pada penelitian ini, penulis membahas secara rahmat-rahmat yang Allah Swt. berikan melalui angin selain hujan.

5. Nurul Wakiah menulis skripsi dengan judul “Al-Rih dalam al-Qur’an (Studi Kajian Tafsir Maudhu’i)”.22 Dalam skripsinya menganalisis ayat-ayat yang membahas hakikat angin, wujud al-rih dalam al-Qur’an meliputi macam-macam dan unsur-unsur angin, serta urgensi Al-Rih dengan pendekatan Tafsir Maudhu’i dalam al-Qur’an. Skripsi tersebut hanya membahas hakikat, wujud, dan fungsi al-rih dalam al-Qur’an.

Sedangkan penulis membahas lebih lanjut tentang corak ilmi dan adaby tentang ayat-ayat angin sebagai rahmat dalam Tafsir al-Azhar.

6. Ahmad Yazid menulis skripsi dengan judul “Penafsiran ayat-ayat tentang Angin Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi”.23 Dalam skripsinya menguraikan bahwa angin pada ayat-ayat al-Qur’an memiliki banyak tugas. Angin dibedakan menjadi beberapa term, yaitu riih yang bertujuan sebagai siksaan ataupun azab terhadap kaum yang melanggar perintah Allah Swt. dan riyaah sebagai rahmat. Angin yang menjadi siksaan ataupun azab yang Allah Swt. berikan bukan hanya dalam bentuk term riih saja, tetapi juga ada dalam bentuk term i’shoor dan juga zaariyat. Sedangkan riyaah berfungsi sebagai penggiring awan, sehingga berkumpul dan menurunkan hujan, juga mengawinkan tumbuh-tumbuhan dengan membantu penyerbukan. Skripsi tersebut membahas angin sebagai azab dan rahmat. Sedangkan pada penelitian ini secara khusus membahas angin sebagai rahmat dan menganalisis corak ilmi dan adaby dalam Tafsir Al-Azhar.

7. Saiful Imam menulis skripsi dengan judul “Angin dalam al-Qur’an”.24 Dalam skripsinya menjelaskan bahwa angin dalam al-Qur’an adalah udara yang bergerak. Angin juga dikelompokkan menjadi dua yaitu

22 Nurul Qakiah, Al-Rih dalam Al-Qur’an (Studi Kajian Tafsir Maudhu’i), Skripsi, Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2015

23 Ahmad Yazid, Penafsiran Ayat-ayat tentang Angin Menurut Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Skripsi, Padangsidimpuan: IAIN Padangsidimpuan, 2019

24 Saiful Imam, Angin dalam al-Qur’an (Studi Analisis Tafsir al-Qur’an dengan Pendekatan Sains), Skripsi, Semarang: UIN Walisongo, 2018

(39)

24

angin positif dan negatif sserta korelasinya dengan sains modern. Hal ini dikarenakan kandungan ayat-ayat dalam al-Qur’an selalu relevan dengan kajian ilmu pengetahuan modern. Skripsi tersebut membahas angin sebagai azab dan rahmat. Sedangkan pada penelitian ini secara khusus membahas angin sebagai rahmat dan menganalisis corak ilmi dan adaby dalam Tafsir Al-Azhar.

8. Muslim menulis jurnal dengan judul “Perspektif al-Qur’an tentang Angin”.25 Dalam jurnalnya menjelaskan angin sebagai unsur penting dalam kehidupan semua makhluk hidup di bumi; pengungkapan kata angin dalam al-Qur’an seperti: kata angin bentuk mufrad (riih) dan jamak (riiyah), kata al-Mursalat, al-Dzariyat, I’shar, dan al-Thufan, diiringi dengan sifat seperti riihun ‘ashif, riihun sharshar, riihun

‘aqiim, dan disebutkan masa angin berhembus; klasifikasi macam- macam angin yang terdapat di alam seperti: angin ‘aqiim, angin sharshar, angin ‘ashif, angin qashif, angin thayyibah dan angin sakinah; serta fungsi angin yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an diantaranya: membantu proses penyerbukan, menggerakkan awan sehingga turun hujan, menggerakkan awan sehingga turun hujan untuk menyuburkan tanah, angin mempengaruhi terbentuknya gelombang laut dan sebagai pembawa peringatan azab. Jurnal tersebut membahas macam-macam angin. Sedangkan pada penelitian ini secara khusus membahas angin sebagai rahmat dan menganalisis corak ilmi dan adaby dalam Tafsir Al-Azhar.

Berdasarkan tulisan-tulisan yang telah di kaji di atas, belum ditemukan pembahasan yang khusus membahas tentang Angin perspektif al-Qur’an (studi corak ilmi dan adaby dalam Tafsir al-Azhar). Oleh karena itu, disinilah letak pentingnya penelitian yang penulis lakukan.

25 Muslim, Perspektif Al-Qur’an tentang Angin, Al-Misykah: Jurnal Kajian al-Qur’an dan Tafsir, Vol 1 No 1, 2020

(40)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian berdasarkan pada teks-teks tertulis yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Teks tersebut meliputi buku, jurnal, artikel maupun karya ilmiah lain yang sesuai dengan tema pembahasan tentang angin. Adapun sifat dari penelitian ini adalah bersifat kualitatif karena berdasarkan fokus rencana penelitian menuntut untuk melakukan pengkajian baik secara menyeluruh atau terfokus untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci tentang subjek yang diteliti.26 Dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, data-data yang telah terkumpul kemudian disusun, diteliti dan dipaparkan dalam struktur yang logis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Tahlili. Metode Tahlili adalah suatu metode Tafsir yang bermaksud menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dari segala aspeknya yang terkandung dalam ayat-ayat yang diTafsirkan itu, serta menerangkan makna-makna yang tercakupi didalamnya sesuai keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.27

B. Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah al-Qur’an dan kitab- kitab Tafsir. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kitab Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka.

26 Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2001), hlm. 43.

27 Rosalinda, Tafsir Tahlili: Sebuah Metode Penafsiran al-Qur’an, (Hikmah Vol. 15 No.

2 tahun 2019)

(41)

26

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dapat mendukung dan memperkuat data-data primer. Maka penulis merujuk pada bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan sumber primer serta tema pembahasan dalam penelitian ini, baik dalam literatur buku sains, agama, ensiklopedia, kamus, dan sumber lain yang dianggap perlu.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan terlebih dahulu topik atau tema masalah yang akan dikaji, untuk mengatur masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini, yakni

“Angin perspektif al-Qur’an (studi corak ilmi dan Adaby dalam Tafsir al-Azhar)”

2. Menghimpun dan mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan tema pembahasan ini.

3. Memahami dan mengetahui kolerasi ayat-ayat dan melengkapi uraian dengan hadist bila dipandang perlu sehingga semakin menjadi sempurna dan jelas.

4. Menyusun bahasan dalam kebebasan yang tepat, sistematis, sempurna dan utuh. Melengkapi pembahasan dengan hadis. Sehingga uraiannya menjadi semakin jelas dan sempurna dengan cara menghimpun makna ayat yang serupa, menyesuaikan pengertian yang umum dan khusus, dan kemudian membuat kesimpulan-kesimpulan secara kompherensif.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data sehingga data dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerjanya berdasarkan data tersebut. Analisis data berguna untuk mereduksi kumpulan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis akan membahas salah satu kitab tafsir yang monumental pada abad V H karya Imam Ibnul Jauzi (597 H) yang secara sempurna membahas

Sehubungan dengan itu, di kalangan ulama dikenal apa yang disebut sebagai kaidah-kaidah tafsir (qawa’id al-tafsīr), latar belakang turunnya suatu ayat (sabab al-nuzīl),

digunakan sebagai obat untuk bisul, gangguan pencernaan dan diare, sedangkan dalam beberapa penelitian ilmiah yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tiin memiliki

penelitian sebelumnya. Setelah itu merumuskan metode penelitian untuk menyelesaikan masalah yang dibahas. Bab kedua, menjelaskan tentang riwayat hidup Hamka dan latar

Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab ditulis dalam bahasa Indonesia yang berisi 30 juz ayat-ayat al-Quran yang terbagi menjadi 15 jilid berukuran besar. Pada setiap jilidnya

Setelah memaparkan beberapa karya penelitian di atas, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dan belum pernah dilakukan sebelumnya karena yang akan dibahas pada penelitian

Dengan kata lain, yang disebut dosa ialah perbuatan “tidak patuh”.23 Dari uraian berikut, penulis berkeinginan untuk membahas lebih detail lafaz Al-Qur`an yang mengandung makna dosa,

Dengan kata lain, yang disebut dosa ialah perbuatan “tidak patuh”.23 Dari uraian berikut, penulis berkeinginan untuk membahas lebih detail lafaz Al-Qur`an yang mengandung makna dosa,